Anda di halaman 1dari 183

Laporan Praktikum

Mekanika Fluida

Nama : Edisman
NIM : 2019 − 21 − 005
Kelas :B
Kelompok : VII
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Asisten : Stella Nur Octaviany

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

Disusun Oleh :

Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

INSTITUT TEKNOLOGI – PLN JAKARTA


Pendidikan Sarjana Strata Satu Teknik Sipil

Jakarta, 14 Desember 2020

Mengetahui,

Stella Nur Octaviany


Asisten Laboratorium Hidrolika

Menyetujui,

Devita Mayasari,S.T., M.Eng. Nuzshi Ramahayati,S.T.


Kepala Laboratorium Hidrolika Instruktur Laboratorium Hidrolika
INSTITUT
INSTITUT TEKNOLOGI
TEKNOLOGI - PLN - PLN
KAMPUS KAMPUS DURI KOSAMBI,
DURI KOSAMBI, GEDUNGGEDUNG PLN TOWER
PLN TOWER
JL. LINGKAR
JL. LINGKAR LUAR BARAT,
LUAR BARAT, JAKARTA JAKARTA
11750 11750
TELEPONTELEPON (021) 5440342,
(021) 5440342, 5440344.
5440344. EXT 1306
EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK VII

1. Wanda Anggun Antika (2019 – 21 – 002)


2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF

1. 06/10/2020 • Lembar Asistensi OK!!


• Cover OK!!
• Teori OK!!

2. 07/10/2020 ACC MODUL I


INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK VII

1. Wanda Anggun Antika (2019 – 21 – 002)


2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF

1. 29/09/2020 • Lembar Asistensi OK!!


• Cover OK!!
• Teori OK!!
• Tabel OK!!
• Grafik OK!!
• Perhitungan OK!!
• Analisa OK!!
• Kesimpulan OK!!
• Lampiran OK!!

2. 30/09/2020
ACC MODUL II
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK VII

1. Wanda Anggun Antika (2019 – 21 – 002)


2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF

1. 07/10/2020 • Lembar Asistensi OK!!


• Cover OK!!
• Teori OK!!
• Tabel OK!!
• Grafik OK!!
• Perhitungan OK!!
• Analisa OK!!
• Kesimpulan OK!!
• Lampiran OK!!

2. 08/10/2020
ACC MODUL III
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK VII

1. Wanda Anggun Antika (2019 – 21 – 002)


2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF

1. 13/10/2020 • Lembar Asistensi OK!!


• Cover OK!!
• Teori OK!!
• Tabel OK!!
• Grafik OK!!
• Perhitungan OK!!
• Analisa OK!!
• Kesimpulan OK!!
• Lampiran OK!!

2. 14/10/2020
ACC MODUL IV
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK VII

1. Wanda Anggun Antika (2019 – 21 – 002)


2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF

1. 21/10/2020 • Lembar Asistensi OK!!


• Cover OK!!
• Teori OK!!
• Tabel OK!!
• Grafik OK!!
• Perhitungan OK!!
• Analisa OK!!
• Kesimpulan OK!!
• Lampiran OK!!

2. 22/10/2020
ACC MODUL V
INSTITUT TEKNOLOGI - PLN
KAMPUS DURI KOSAMBI, GEDUNG PLN TOWER
JL. LINGKAR LUAR BARAT, JAKARTA 11750
TELEPON (021) 5440342, 5440344. EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK VII

1. Wanda Anggun Antika (2019 – 21 – 002)


2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF

1. 09/11/2020 • Lembar Asistensi OK!!


• Cover OK!!
• Teori OK!!
• Tabel OK!!
• Grafik OK!!
• Perhitungan OK!!
• Analisa OK!!
• Kesimpulan OK!!
• Lampiran OK!!

2. 10/11/2020
ACC MODUL VI
INSTITUT
INSTITUT TEKNOLOGI
TEKNOLOGI - PLN - PLN
KAMPUS KAMPUS DURI KOSAMBI,
DURI KOSAMBI, GEDUNGGEDUNG PLN TOWER
PLN TOWER
JL. LINGKAR
JL. LINGKAR LUAR BARAT,
LUAR BARAT, JAKARTA JAKARTA
11750 11750
TELEPONTELEPON (021) 5440342,
(021) 5440342, 5440344.
5440344. EXT 1306
EXT 1306

LEMBAR ASISTENSI

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

KELOMPOK VII

1. Wanda Anggun Antika (2019 – 21 – 002)


2. Edisman (2019 – 21 – 005)
3. Muhammad Rizal Cemang (2019 – 21 – 013)
4. Elverda Fitriana Damayanti (2019 – 21 – 042)
5. Abdiyan Rahma Dhina (2019 – 21 – 052)
6. Aretha Chairunnisa Putri (2019 – 21 – 070)
7. Milki Kogoya (2019 – 21 – 119)

NO. TANGGAL URAIAN PARAF


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami semua, sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini. Saya selaku Praktikan sangat menyadari bahwa
Praktikum Mekanika Fluida ini tidak cukup hanya teori untuk pemahaman semata, maka
dari itu diperlukan praktek untuk pembuktian lebih nyata.

Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini dibuat untuk memenuhi persyaratan


kelulusan mata kuliah Mekanika Fluida pada program studi S1 Jurusan Teknik Sipil IT-PLN.

Dalam praktikum ini tidak lupa pula peran serta Dosen maupun Asisten Laboratorium
Hidrolika, sehingga saya mampu menyelesaikan Praktikum Mekanika Fluida ini dengan
baik. Saya mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Gita Puspa Artiani, S.T., M.T. selaku Kepala Departemen Sipil IT-PLN.
2. Ibu Desi Putri,S.T., M.Eng. selaku Kepala Prodi Sipil IT-PLN.
3. Ibu Devita Mayasari,S.T., M.Eng selaku Kepaka Laboratorium Hidrolika IT-PLN.
4. Nuzshi Ramahayati,S.T. selaku Instruktur Laboratorium Hidrolika IT-PLN.
5. Saudari Stella Nur Octaviany selaku Asisten Laboratorium Kelompok VII.
Laboratorium Hidrolika IT - PLN.
6. Rekan – rekan Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil IT - PLN Jakarta 2019.
7. Rekan – rekan Praktikan Mekanika Fluida Kelompok VII.

Penulis menyadari bahwa didalam penulisan Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini
masih belum sempurna, oleh karena itu saya selaku praktikan mengharapkan kritik serta
saran yang sifatnya membangun, untuk dapat menyempurnakan laporan praktikum ini.
Semoga Laporan Praktikum Mekanika Fluida ini yang telah dibuat dapat bermanfaat untuk
kita semua.

Jakarta , 14 Desember 2020

Edisman
2019 – 21 – 005
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………………………i
Lembar Pengesahan …………………………………………………………………………...ii
Lembar Asistensi ……………………………………………………………………………….iii
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………x
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………...xi
Daftar Lampiran ………………………………………………………………………………..xii
Modul I. Bangku Hidrolik Digital (Digital Hydraulic Bench) ………………………………...1
Modul II. Kalibrasi Alat Ukur Tekanan (Calibration Of A Pressure Gauge) ………………3
Modul III. Teori Bernouli (Bernoulli’s Theorem) ……………………………………………21
Modul IV. Pesawat Osborne Reynolds (Osborne Reynolds Apparatus) ………………..50
Modul V. Tumbukan Pancaran Air (Impact Of Jet) ………………………………………..67
Modul VI. Aliran Dalam Saluran Terbuka (Open Channel) ……………………………..104
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Modul II. Kalibrasi Alat Ukur Tekanan (Calibration Of A Pressure Gauge) …19
Lampiran Modul III. Teori Bernouli (Bernoulli’s Theorem) ……………….…………….…48
Lampiran Modul IV. Pesawat Osborne Reynolds (Osborne Reynolds Apparatus) …….64
Lampiran Modul V. Tumbukan Pancaran Air (Impact Of Jet) ………………..………….101
Lampiran Modul VI. Aliran Dalam Saluran Terbuka (Open Channel) ………………….155
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Laporan Praktikum
Modul No. I
Bangku Hidrolik Digital
(Digital Hydraulic Bench)

Nama : Edisman

NIM : 2019 - 21 - 005

Kelas : B

Kelompok : VII

Jurusan : S1 Teknik Sipil

Tanggal Praktikum : 03 Oktober 2020

Asisten : Stella Nur Octaviany

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

MODUL I
BANGKU HIDROLIK DIGITAL
(Digital Hydraulic Bench)
A. TUJUAN
Alat ini dimaksudkan untuk memberikan aliran fluida pada peralatan lainnya, seperti
untuk alat Bernoulli’s Theorem Apparatus, Losses in Piping Systems, Fluid Friction
Apparatus dan lain-lain.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
Digital Hydraulic Bench.

Bahan :
Air 160 liter

C. DASAR TEORI
Digital Hydraulic Bench adalah alat yang digunakan sebagai tempat sumber air dan
sistem pengukuran sendiri. Tubuhnya bekerja sebagai penampung air atau 'wadah'. Pompa
submersible listrik dan katup yang dioperasikan dengan tangan menghasilkan aliran air
yang dapat dikontrol dan diresirkulasi. Flowmeter dan tampilan digital secara akurat
mengukur dan menunjukkan aliran air. Bangku hidrolik juga memiliki bagian atas datar
dengan 'pelek' kecil yang akan mendukung beberapa modul percobaan yang lebih kecil di
laboratorium dan membantu menahan tumpahan air. Modul percobaan yang lebih besar
berdiri di samping bangku hidrolik.

1.1 Mengisi Tangki


1. Gunakan selang eksternal untuk menuangkan air bersih ke dalam bangku
sampai ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator tingkat pengisian
maksimum.
2. Tambahkan beberapa perawatan air yang disertakan dengan peralatan. Wadah
pengolahan air menunjukkan jumlah yang harus ditambahkan.
3. Hubungkan kabel listrik ke saklar.
4. Pastikan selang pasokan bangku mengarah ke lubang pusat atau lubang di
palung.
5. Tekan tombol on / off untuk memulai pompa dan memeriksa kebocoran.
6. Matikan pompa jika ketinggian air di pengukur terlihat mencapai indikator tingkat
pengisian maksimum.

1.2 Mengosongkan Tangki


1. Lepaskan kabel listrik.
2. Pindahkan bangku ke lubang pembuangan di lantai.
3. Gunakan kunci pas untuk melepas sumbat dibagianbawah bangku.
4. Biarkan semua air mengalir keluar (miringkan dengan lembut di atas
bangku untuk membantu).
5. Pasang kembali sumbat.
6. Gunakan kain bersih untuk menyelap bagian yang kotor dari bagian
dalam bangku hidraulik.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Gambar 1.1 Hydraulic Bench

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Laporan Praktikum
Modul No.II
Kalibrasi Alat Ukur Tekanan
(Calibration Of A Pressure Gauge)

Institut Teknologi – PLN

Nama : Edisman

NIM : 2019 – 21 – 005

Kelas :B

Kelompok : VII

Jurusan : S1 Teknik Sipil

Tanggal Praktikum : 26 September 2020

Asisten : Stella Nur Octaviany

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

MODUL II

KALIBRASI ALAT UKUR TEKANAN

(Calibration Of A Pressure Gauge)

A. TUJUAN
Untuk mengkalibrasikan alat ukur tekanan Boudon dan untuk menentukan kesalahan
pengukuran.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Alat ukur tekanan “Bourdon”
- Massa piston, Mp = 1 kg
- Diameter Piston, d = 0.02 m
2. Logam pemberat (4 x 1.0 kg, 2 x 0.5 kg, 1 x 0.2 kg)
Bahan :
Air Secukupnya

C. DASAR TEORI
Penggunaan dari piston dan pemberat dengan silinder menghasilkan tekanan
yang dapat diukur, P,

(1)
Dimana,
(2)
Dengan
F : adalah gaya yang diberikan pada cairan dalam silinder kalibrator
m : adalah total massa (termasuk piston) dan
a : adalah luasan piston
dari persamaan 1 dan 2:
$. &
" =
'
oleh karena itu, percepatan karena gravitasi (g) dan luas permukaan (A) konstan untuk
peralatan, maka kalian dapat menemukan tekanan dengan perhitungan sederhana:
" = $ ( )
dimana k adalah sebuah konstanta dari g/A.
Sebagai contoh, untuk luasan piston yaitu 315 mm2 (0.000315 m2) dan g = 9.81
m/s2, kemudian k = 31143.
2
Sehingga, P (N/m ) = m (kg) x 31143 atau
P (KN/m2) = m (kg) x 31.143

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakan peralatan pada permukaan yang rata dan datar yang tidak akan rusak oleh
air.
2. Pengisian silinder, piston diangkat, kemudian air dituangkan ke dalam silinder
sampai penuh ke tingkat luapan. Setiap udara yang ada didalam selang transparan
dapat dibersihkan dengan cara memiringkan dan dengan lembut menekan selang.
Piston ditempatkan lagi dalam silinder dan dibiarkan menetap. Catat tekanan yang
terjadi.
3. Massa logam pemberat ditambahkan secara bertahap sekitar 7 kali hingga
maksimum 5,2 kg.
4. Pembacaan pengukur tekanan harus dicatat pada setiap penambahan pemuatan
massa logam pemberat.
5. Disetiap penambahan, putar piston dengan lembut untuk mencegah piston
menempel saat setiap massa ditambahkan.
6. Catat bacaan saat massa logam pemberat dikurangi dan piston diangkat.
7. Area penampang dan massa piston di dokumentasikan.
8. Gambar grafik hubungan antara tekanan sebenarnya dengan tekanan yang terbaca
pada alat ukur. Gambarkan pula grafik hubungan antara pembacaan tekanan
dengan kesalahan absolut pengukur dan juga pembacaan tekanan dengan %
kesalahan pengukur Digambar

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Formulir Kalibrasi Alat Ukut Tekanan


Kelompok VII
Hari/ Tgl : 26 September 2020

Pukul : 13.30 WIB

Luasan Piston (A) : 315 x 10-6m2


Massa Total Tekanan Pembacaan Alat, G (KNm-2) Kesalahan %
Kesalahan
N Pemberat, Mw Massa di Silinder, P Tekanan Tekanan Absolut
o. Pembacaan
(kg) Piston, M (KNm )-2 Naik Turun Total Pembacaan
(kg) (KNm-2) (KNm-2) (KNm-2)
1 1 1 31,1428 29 30 29,5 1,6428 5,5688
2 0,2 1,2 37,3714 34 36 35 2,3714 6,7754
3 0,5 1,7 52,9428 50 51 50,5 2,4428 4,8372
4 0,5 2,2 68,5142 65 65 65 3,5142 5,4065
5 1 3,2 99,6571 95 95 95 4,6571 4,9022
6 1 4,2 130,8000 123 123 123 7,8000 6,3414
7 1 5,2 161,9428 152 152 152 9,9428 6,5413
8 1 6,2 193,0857 182 182 182 11,0857 6,0910

Jakarta, 26 September 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik Tekanan Silinder Terhadap Kesalahan Absolut

Tekanan Silinder
12

10

6 tekanan silinder
4

0
0 50 100 150 200 250

Pada grafik tekanan silinder terhadap kesalahan absolut tersebut, sumbu x


merupakan tekanan silinder, dan pada sumbu y adalah kesalahan absolut. Pada
tekanan 31,1428 kesalahan absolutnya sebesar 1,6428. Kemudian pada tekanan
37,3714 dapat dilihat bahwa kesalahan absolutnya naik sebesar 2,3714. Pada
tekanan 52,9428 kesalahan absolutnya adalah sebesar 2,4428. Pada tekanan
68,5142 kesalahan absolutnya naik sebesar 3,5412.

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik Tekanan Silinder Terhadap Pembacaan Naik dan Pembacaan Turun

200

180

160

140
Tekanan Naik
120
Tekanan Turun
100

80

60
0 50 100 150 200 250

Pada grafik tekanan silinder terhadap pembacaan naik dan turun memiliki
nilai dimana semakin berat beban yang ditambahkan pada praktikum kalibrasi alat
ukur tekanan ini , maka semakin besar pula tekanan yang akan dihasilkan begitu
juga sebaliknya semakin dikuranginya beban pada penurunan maka semakin kecil
tekanan- tekanan yang akan dihasilkan. Dari grafik ini biasanya terlihat
perubahannya kenaikan dan penurunan tekanannya .

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

E. PERHITUNGAN

• Tekanan Silinder (P silinder)


A = 315 mm2 = 315 x 10-6 m2
1. Massa 1 Kg
mxg
P =
A
1 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
N
= 31142,8571 2
m
= 31,1428 KN/m2

2. Massa 1,2 Kg
mxg
P =
A
1,2 kg x 9,81 m/s2
= -6
315 x 10 m2
N
= 37371,3714 2
m
= 37,3714 KN/m2

3. Massa 1,7 Kg
mxg
P =
A
1,7 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
N
= 52942,8571 2
m
= 52,9428 KN/m2

4. Massa 2,2 Kg
mxg
P =
A
2,2 kg x 9,81 m/s2
=
315 x 10-6 m2
N
= 68514,2857 2
m
= 68,5142 KN/m2

5. Massa 3,2 Kg
mxg
P =
A
3,2 kg x 9,81 m/s2
= -6
315 x 10 m2
N
= 99657,1429 2
m
= 99,6571 KN/m2

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

6. Massa 4,2 Kg
mxg
P =
A
4,2 kg x 9,8 m/s2
=
315 x 10-6 m2
N
= 1308000 2
m
= 130,8000 KN/m2

7. Massa 5,2 Kg
mxg
P =
A
5,2 kg x 9,8 m/s2
=
315 x 10-6 m2
N
= 161942,8571 2
m
= 161,9429 KN/m2

8. Massa 6,2 Kg
mxg
P =
A
6,2 kg x 9,8 m/s2
=
315 x 10-6 m2
N
= 193085,8571 2
m
= 193,0857 KN/m2

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

• Tekanan Total (C)


1. Massa 1 Kg
axb
C =
2
KN KN
27 2 x 29 2
= m m
2
= 28 KN/m2

2. Massa 1,2 Kg
axb
C =
2
KN KN
35 2 x 36 2
= m m
2
= 35,5 KN/m2

3. Massa 1,7 Kg
axb
C =
2
KN KN
50 2 x 50 2
= m m
2
= 50 KN/m2

4. Massa 2,2 Kg
a x b
C =
2
KN KN
64 2 x 65 2
= m m
2
= 64,5 KN/m2

5. Massa 3,2 Kg
axb
C =
2
KN KN
92 2 x 94 2
= m m
2
= 93 KN/m2

6. Massa 4,2 Kg
axb
C =
2
KN KN
124 2 x 124 m2
= m
2
= 124 KN/m2

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

7. Massa 5,2 Kg
axb
C =
2
KN KN
152 2 x 154 2
= m m
2
= 153 KN/m2

8. Massa 6,2 Kg
axb
C =
2
KN KN
182 2 x 182 2
= m m
2
= 182 KN/m2

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

• Kesalahan Absolut
1. Massa 1 Kg
Tekanan Silinder (P) = 31, 1428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 28 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 31,1428 KN/m2 - 28 KN/m2
= 3,1428 KN/m2

2. Massa 1,2 Kg
Tekanan Silinder (P) = 37,3714 KN/m2
Tekanan Total (C) = 35,5 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 37,3714 KN/m2 – 35,5 KN/m2
= 1,8714 KN/m2

3. Massa 1,7 Kg
Tekanan Silinder (P) = 52,9428 KN/m2
Tekanan Total (C) = 50 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 52,9429 KN/m2 - 50 KN/m2
= 2,9428 KN/m2

4. Massa 2,2 Kg
Tekanan Silinder (P) = 68,5142 KN/m2
Tekanan Total (C) = 64,5 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 68,5142 KN/m2 – 64,5 KN/m2
= 4,0142 KN/m2

5. Massa 3,2 Kg
Tekanan Silinder (P) = 99,6571 KN/m2
Tekanan Total (C) = 93 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 99,6571 KN/m2 - 93 KN/m2
= 6,6571 KN/m2

6. Massa 4,2 Kg
Tekanan Silinder (P) = 130,800 KN/m2
Tekanan Total (C) = 124 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 130,800 KN/m2 – 124 KN/m2
= 6,8000 KN/m2

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

7. Massa 5,2 Kg
Tekanan Silinder (P) = 161,9429 KN/m2
Tekanan Total (C) = 153 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 161,9429 KN/m2 – 153 KN/m2
= 8,9428 KN/m2
8. Massa 6,2 Kg
Tekanan Silinder (P) = 193,0857 KN/m2
Tekanan Total (C) = 182 KN/m2
Kesalahan Absolut = P – C
= 193,0857 KN/m2 - 182 KN/m2
= 11,0857 KN/m2

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

• % Kesalahan Pembacaan

1. Massa 1 kg
P-C
% kesalahan = C
X 100%

31,1428 KN/m2 - 28 KN/m2


= X 100%
28 KN/m2

= 11,2242 %

2. Massa 1,2 kg
P - C
% kesalahan = C
X 100%

37,3714 KN/m2 - 35,5 KN/m2


= X 100%
35,5 KN/m2

= 5,2716 %

3. Massa 1,7 kg
P - C
% kesalahan = C
X 100%

52,9428 KN/m2 - 50 KN/m2


= X 100%
50 KN/m2

= 5,8856%

4. Massa 2,2 kg
P - C
% kesalahan = C
X 100%

68,5143 KN/m2 - 64,5 KN/m2


= X 100%
64,5 KN/m2

= 6,2237 %

5. Massa 3,2 kg
P - C
% kesalahan = C
X 100%

99,6571 KN/m2 - 93 KN/m2


= X 100%
93 KN/m2

= 7,1581 %

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

6. Massa 4,2 kg
P - C
% kesalahan = C
X 100%

130,8000 KN/m2 − 124 KN/m2


= , 100%
124 KN/m2

= 5,4839 %

7. Massa 5,2 kg
P - C
% kesalahan = C
X 100%

161,9429 KN/m2 − 153 KN/m2


= X 100%
153 KN/m2

= 5,8450 %

8. Massa 6,2 kg
P - C
% kesalahan = C
X 100%

193,0857 KN/m2 − 182 KN/m2


= X 100%
182 KN/m2

= 6,0910 %

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

F. ANALISA

Pada praktikum kali ini berjudul Kalibrasi Alat Ukur Tekanan yang bertujuan
untuk mengkalibrasi alat ukur tekanan Boudon dan untuk menentukan kesalahan
pengukuran. Kalibrasi adalah proses pengecekan dan pengaturan akurasi dari
alat ukur dengan cara membandingkan dengan standar atau tolak ukur yang
sudah berstandar. Kalibrasi ini sangat di perlukan untuk memastikan bahwa hasil
pengukuran yang di lakukan akurat dan konsisten.Tekanan adalah satuan fisika
untuk menyatakan gaya persatuan luas. Prinsip tekanan yaitu semakin banyak
gaya yang diberikan maka tekanan yang timbul akan semakin besar. Contohnya
ke percobaan ini karna ada tekanan sehingga menyebabkan air mengisi pada
boundon tube ( tabung C ) sehingga menggerakkan jarum yang terhubung
melalui geer. Jadi, jarumnya bisa bergerak naik atau turun sesuai dengan besar
tekanan yang di berikan sekarang. Yang di hasilkan dalam praktikum ini yaitu
seperti ketika membangun suatu bendungan yang harus mampu menahan
tekanan air yang di berikan agar bendungan tidak jebol.

Ketika ingin mempersiapkan alat, keadaan meja harus rata dan tidak boleh
miring karna air akan mengisi ruang yg lebih rendah terlebih dahulu dan
memenuhinya. Peristiwa tersebut terjadi karna adanya hukum paskal. Hukum
paskal menyatakan bahwa tekanan yang di berikan zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan kesegala arah dengan sama besar.Saat meratakan meja kita dapat
menggunakan materpass sambil liat nivo mata sapinya.

Pada praktikum ini menggunakan air karna air itu tidak kental. Apabila yang
yang di gunakan berupa minyak maka akan kesulitan untuk membersihkan alat,
dan alat bisa rusak. Dan minyak juga tidak bisa naik ke alat tekanan boundonnya
karna minyak memiliki viskositas yang sangat tinggi. Viskositas adalah
pengukuran dari ketahanan fluida yang di ubah baik tekanan maupun
tegangannya.

Ketika pemberian beban berlangsung, yaitu ketika logam pemberat di


letakkan dari mulai yang teringan sampai yang terberat. Hal ini di karnakan agar
piston bisa menyesuaikan beban. Piston harus di putar pelan-pelan saat
menambahkan logam pemberat ataupun saat mengurangi logam pemberat untuk
mencegah pistonnya tidak menempel atau langsung masuk ke silindernya.

Pada praktikum ini udara sangat berpengaruh, jika terdapat gelembung


udara didalam pipa maka harus segera di hilangkan dengan cara di jentik-jentik
atau di tekan pelan selang transparannya, dan boleh juga di putar sekrup yang
ada disamping alat dan jika gabisa juga maka cara terakhir harus memiringkan
alatnya. Hal ini di lakukan karna pada praktikum modul ini fokus untuk mengukur
tekanan air bukan tekanan udara. Jadi jika adanya udara dalam pipa maka akan
mempengaruhi secara langsung pengukuran tekanan airnya.

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mengetahui cara mengkalibrasikan alat ukur tekanan Bourdon.
2. Praktikan dapat mengetahui kesalahan yang terjadi pada saat mengukur tekanan
air.

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

H. LAMPIRAN
2.1 Gambar Alat dan Bahan

(b)
(a)

(c) (d)

(e) (f)

Keterangan :
(a) : Piston
(b) : Alat ukur tekana “Bourdon”
(c) : Logam Pemberat (4x1.0 Kg, 2x0.5 Kg, 1x0.2 Kg)
(d) : Waterpass
(e) : Obeng
(f) : Air

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

2.2 Dokumentasi Kegiatan

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Laporan Praktikum
Modul No. III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)

Institut Teknologi – PLN

Nama : Edisman

NIM : 2019 - 21 - 005

Kelas : B

Kelompok : VII

Jurusan : S1 Teknik Sipil

Tanggal Praktikum : 03 Oktober 2020

Asisten : Stella Nur Octaviany

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

MODUL III
TEORI BERNOULI
( Bernoulli’s Theorem)

A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Untuk menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke aliran air yang
steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
2. Menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan.
3. Mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Peralatan Bernoulli.
Bahan :
Air sebanyak 160 liter.

C. DASAR TEORI
Venturimeter adalah sebuah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa
bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki penampang
bagian tengahnya lebih sempit dan diletakkan mendatar dengan dilengkapi dengan pipa
pengendali untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga besarnya tekanan dapat
diperhitungkan. Dalam pipa venturi ini luas penampang pipa bagian tepi memiliki
penampang yang lebih luas daripada bagian tengahnya atau diameter pipa bagian tepi lebih
besar daripada bagian tengahnya. Zat cair dialirkan melalui pipa yang penampangnya lebih
besar lalu akan mengalir melalui pipa yang memiliki penampang yang lebih sempit, dengan
demikian, maka akan terjadi perubahan kecepatan. Manometer air dipasang secara vertikal
untuk perbedaan tekanan di ujung yang lebih besar dan tenggorokan.
3.1 Teori Persamaan Bernoulli
Asumsikan bahwa tidak ada kehilangan energi sepanjang pipa, dan bahwa
kecepatan dan tinggi piezometric konstan di seluruh penampang dari setiap bagian
yang dipertimbangkan, maka teorema bernoulli menyatakan bahwa:

(1)

Dimana v1, v2 dan vn adalah kecepatan aliran melalui bagian 1, 2 dan n.


Persamaan kontinuitas mengasumsikan volume aliran konstan (bukan kecepatan)
sepanjang pipa, jadi:

V1A1 = V2A2 = VnAn = Q (2)

Mensubstitusikan persamaan 1 untuk V1 dari persamaan 2:

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
dan menyelesaikan persamaan ini untuk V2 mengarah ke:
2g (h − h )
v2=
1 − (A /A )
=
Sehingga tingkat debit (aliran volume), dari persamaan (2) menjadi:
( )
Q = A2 ( / ) (3)
Aliran sebenarnya kehilangan beberapa energi antara bagian 1 dan 2, dan
kecepatannya tidak mutlak konstan di salah satu bagian ini.Sebagai hasilnya, nilai Q
yang terukur selalu sedikit kurang dari nilai yang dihitung dari teori persamaan (3).
untuk memungkinkan ini, persamaannya menjadi:
( )
Q = CA2 ( / ) (4)
di mana C adalah faktor penyesuaian yang disebut koefisien debit untuk meter,
yang dapat kalian temukan dengan percobaan. Nilainya sedikit bervariasi dari satu
meter ke yang lain dan, bahkan untuk meter tertentu mungkin sedikit berbeda dengan
debit, tetapi biasanya antara 0,92 hingga 0,99 untuk meteran konvergen-divergen
(venturi).

3.2 Menemukan Koefisien Debit (C)


Persamaan 4 dapat diatur kembali seperti:

x (h 1 − h2 )
Q = CA1 ( / ) (5)

Karena dimensi venturi (A1 dan A2) dan gravitasi (g) tetap konstan, bagian tengah
persamaan dapat disederhanakan menjadi konstan (k), sehingga:
2g
1 − (A /A )
k = A
kemudian,
Q = C x k x %(h1 − h2) (6)
dan oleh karena itu :

(7)

menunjukkan hubungan linier antara aliran, koefisien aliran dan akar kuadrat dari tinggi
yang berbeda.


Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

3.3 Perhitungan Tekanan Tanpa Dimensi


dari persamaan bernouli perbedaan tinggi antara setiap titik dan tekanan inlet dapat
ditemukan dari:
v −v
h −h = 2g
untuk dengan mudah membandingkan hasil aktual dengan teori, kalian harus
mengubah istilah-istilah ini menjadi perhitungan tanpa dimensi. untuk melakukan ini,
membaginya dengan cara:
hn-h1 = v01 − v21
(v11 /2g) v11
menggunakan persamaan kontinuitas (2) untuk mengganti rasio area di tempat rasio
kecepatan, menjadi:

Oleh karena itu, menghitung rasio luas memberikan perbedaan tekanan berdimensi
teoritis atau 'ideal', atau dikenal sebagai koefisien tinggi piezometrik yang ideal:
A 2 A
2 (9)
2 2
A1
- An
dan distribusi tekanan berdimensi sebenarnya (atau dikenal sebagai
koefisien tinggi piezometric aktual) ditemukan dari:
hn-h1
(v11 /2g) (10)

Tabel 3.1 Dimensi dari tabung

Posisi Tabung Diameter (mm) Jarak ke Datum (mm)


A 26,00 -54,00
B 23,20 -34,00
C 18,40 -22,00
D 16,00 -8,00
E 16,79 7,00
F 18,47 22,00
G 20,16 37,00
H 21,84 52,00
J 23,53 67,00
K 25,21 82,00
L 26,00 102,00

Gambar 2.1 Pipa Venturimeter

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Letakkan peralatan diatas bangku hidrolik tecquipment (disediakan secara terpisah).
2. Hubungkan selang pasokan bangku ke sisi hulu dari venturimeter.
3. Hubungkan ujung hilir dari venturimeter ke tabung plastik yang disediakan dan arahkan
kembali ke lubang tengah besar dari bangku hidrolik digital.
4. Mengatur kedua kontrol aliran peralatan dan katup pasokan bangku ke sekitar
sepertiga posisi terbuka..
5. Periksa bahwa katup udara pada manifold atas tertutup rapat.
6. Aktifkan pasokan bangku dan biarkan air mengalir untuk membersihkan udara dari
tabung manometer, mungkin membantu sedikit memiringkan peralatan atau dengan
ringan menyentuh tabung dengan jari kalian.
7. Tutup katup aliran peralatan. Udara sekarang akan terperangkap didalam atas
manometer sistem pipa-pipa dan manifold.
8. Buka katup udara hanya cukup untuk memungkinkan air naik kira-kira setengan dari
skala manometer.
9. Tutup katup udara.
10. Amati data pada tiga macam laju aliran debit. Gunakan set pertama pembacaan pada
laju aliran debit maksimum (h1-h11 besar), laju aliran debit dikurangi untuk memberikan
perbedaan tinggi h1-h11 sekitar 50 mm. Ulang prosedur diatas untuk menghasilkan
perbedaan tinggi yang berada diantara kedua test diatas. Semua data dicatat.
11. Matikan pasokan bangku. Jika air terperangkap didalam manometer, buka katup udara
untuk membersihkannya. Tutup kembali katup udara.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

NOMENKLATUR :
Tabel 3.2 Nomenklatur

Satuan Lambang Tipe Deskripsi

Volume m3/s Q Diukur Diambil dari skala pembacaan


terkumpul pada hydraulic bench. Volume
yang terkumpul diukur dalam
/Debit liter/detik. Konversikan ke m3/s
perhitungan (dibagi dengan
1000).
Diameter M D Diberikan Diameter pipa pada setiap keran.
Lihat di bagian dimensi.
Tinggi M ∆h Diberikan Nilai terukur dari pembacaan
berbeda- manometer dalam air. (h2-h1)
beda
Koefisien C Dihitung Dilihat dari rumus yang diberikan.
Aliran
Luasan pipa m2 A Diberikan Luasan pipa pada setiap keran.
Lihat di bagian dimensi.
Tinggi M H Diukur Nilai terukur dari pembacaan
manometer dalam air.

Kecepatan m/s V Dihitung Kecepatan aliran dalam pipa


= Qv / A
2
Nilai gravitasi m/s G Diberikan 9,81 m/s2

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Formulir Teori Bernouli

Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu, 03 Oktober 2020
Pukul : 13:30 WIB
Aliran : 1. 0,277 x 10 ̄ ³ (m3/s)
2 . 0,185 x 10 ̄ ³ (m3/s)
3 . 0,157x 10 ̄ ³(m3/s)

PERCOBAAN PIPA (mm)

A B C D E F G H J K L
1 212 208 178 128 140 166 178 188 194 198 200

2 172 170 158 134 138 150 156 160 164 165 166

3 156 155 145 128 130 140 144 146 149 150 151

Jakarta, 3 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

DISTRIBUSI TEKANAN TAK BERDIMENSI

Luas Permukaan di Tenggorokan (D), A2 = 201,0619 mm2

Distribusi Tekanan Ideal

Jarak
Luas Tekanan Tanpa
Sepanjang Diameter 2
Pipa Permukaan A2 / An (A2 / An) Dimensi yang Ideal
venturi (mm)
Area (mm2) (A2/A1)2 – (A2/An)2
(mm)
A 0 26 53,9293 0,3787 0,1434 0

B 20 23,30 422,7327 0,4756 0,2262 -0,0828

C 32 18,40 265,9044 0,7561 0,5717 -0,4283

D 46 16 201,0619 1 1 -0,8566

E 61 16,79 221,4070 0,9081 0,8247 -0,6813

F 76 18,47 267,9314 0,7504 0,5631 -0,4197

G 91 20,16 319,2059 0,6299 0,3968 -0,2534

H 81 20,16 374,6236 0,5867 0,2880 -0,1446

J 121 23,53 434,8443 0,4624 0,2138 -0,0704

K 136 25,21 499,1552 0,4028 0,1623 -0,0189

L 157 26 530,9292 0,3787 0,1434 0

Aliran Q (Nilai Maksimum) = 0,277 (l/s) = 0,277 x 10-3 (m3/s)


A2 = 201,0619 mm2 = 201,0619 x 10-6 m2

Kecepatan V2 = Q/A2 = 1,3777 (m/s)

v22/2g = 0,0967 mm = 96,7409 m

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Distribusi Tekanan Aktual

Tekanan Tanpa Dimensi yang


Jarak Sepanjang hn hn – h1
Pipa Sebenarnya
venturi (mm) (mm) (mm)
(hn-h1)/ (v22/2g)

A 0 212 0 0

B 20 208 -4 -0,0413
C 32 178 -34 -0,3515
D 46 128 -84 -0,8683
E 61 140 -72 -0,7443
F 76 166 -46 -0,4755
G 91 178 -34 -0,3515
H 91 188 -24 -0,2481
J 121 194 -18 -0,1861

K 136 198 -14 -0,1447


L 157 200 -12 -0,1240

Aliran Q (Nilai Tengah)= 0,185 (l/s) = 0,185 x 10-3 (m3/s)


A2 = 201,0619 mm2 = 201,0619 x 10-6 m2

Kecepatan V2 = Q/A2 = 0,9201 (m/s)

v22/2g = 0,0431 mm = 43,1490 m

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Distribusi Tekanan Aktual

Tekanan Tanpa Dimensi yang


Jarak Sepanjang hn hn – h1
Pipa Sebenarnya
venturi (mm) (mm) (mm)
(hn-h1)/ (v22/2g)

A 0 172 0 0

B 20 170 -2 -0,0463

C 32 158 -14 -0,3244

D 46 134 -38 -0,8806

E 61 138 -34 -0,7879

F 76 150 -22 -0,5098

G 91 156 -16 -0,3708

H 81 160 -12 -0,2781

J 121 164 -8 -0,1854

K 136 165 -7 -0,1622

L 157 166 -6 -0,139

Aliran Q (Nilai Minimum)= 0,157 (l/s) = 0,157 x 10-3 (m3/s)


A2 = 201,0619 mm2 = 201,0619 x 10-6 m2

Kecepatan V2 = Q/A2 = 0,7809 (m/s)

v22/2g = 0,0311 mm = 31,0808 m

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Distribusi Tekanan Aktual

Tekanan Tanpa Dimensi yang


Jarak Sepanjang hn hn – h1
Pipa Sebenarnya
venturi (mm) (mm) (mm)
(hn-h1)/ (v22/2g)

A 0 156 0 0

B 20 155 -1 -0,0322

C 32 145 -11 -0,3539

D 46 128 -28 -0,9009

E 61 130 -26 -0,8365

F 76 140 -16 -0,5148

G 91 144 -12 -0,3861

H 81 146 -10 -0,3217

J 121 149 -7 -0,2252

K 136 150 -6 -0,1930

L 157 151 -5 -0,1609

Koefisien Debit (Cd)

Aliran Q h1 h2 h1 - h2
(m3/s) (m) (m) (m) h1-h2 Cd

0,277 x 10-3 212 x 10-3 128 x 10-3 0,0840 0,2898 0,9934

0,185 x 10-3 172 x 10-3 134 x 10-3 0,0380 0,1949 0,9864

0,157 x 10-3 156 x 10-3 128 x 10-3 0,0280 0,1673 0,9752

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik akar ( h1 – h2 ) terhadap debit aliran

Pada gambar grafik diatas bahwa pada titik pertama yang merupakan data dari
ketinggian air pada aliran debit minimum yang nilainya sebesar 0,1673. Terus pada titik
kedua di grafik merupakan data ketinggian air pada aliran debit menengah yg nilainya
0,1949. kemudian di titik terakhir atau titik yang teratas merupakan data dari ketinggian air
pada aliran debit maksimum yang nilainya 0,2898. Jadi Dari grafik diatas disimpulkan
bahwa dari ketinggian air pada aliran debit minimum hingga ke ketinggian air debit
maksimum mengalami kenaikan. dan juga dapat diketahui bahwa dari titik pertama ke titik
kedua mengalami kenaikan sebesar 0,0276. Dan pada pada titik kedua ke titik ketiga
mengalami kenaikan sebesar 0,0949. Jadi kenaikan ketinggian air dari titik kedua ke titik
ketiga adalah kenaikan tertinggi jika dibandingkan dengan kenaikan ketinggian air pada titik
pertama ke titik kedua.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik koefisien debit ( Cd ) terhadap debit aliran

Cd
0,995

0,99

0,985

Cd
0,98

0,975

0,97
0 0,00005 0,0001 0,00015 0,0002 0,00025 0,0003

Pada grafik diatas diketahui pada titik pertama yaitu data koefisien debit pada aliran
debit minimum, besar nilai pada titik pertama yaitu 0,9752. Terus titik yang kedua adalah
data koefisien debit pada aliran debit menengah yang nilainya 0,9864. Dan titik ketiga
merupakan titik tertinggi pada grafik ini adalah data dari koefisien debit aliran maksimum
yang memiliki nilai 0,9934. pada grafik ini disimpulkan bahwa dari kofisian debit aliran
minimum mengalami kenaikan. Kemudian pada koefisien debit dialiran debit minimum ke
koefisien debit pada aliran debit menengah mengalami kenaikan sebesar 0,0112.
Sedangkan koefisien debit dialiran menengah ke koefisien debit aliran maksimum
mengalami kenaikan sebesar 0,0070.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik tekanan ideal dan tekanan aktual terhadap jarak sepanjang venturi

Pada tekanan ideal dan tekanan aktual terhadap jarak sepanjang venturi dapat
dilihat bahwa antara tekanan maksimum, tekanan menengah, dan tekanan minimum
mendekati tekanan ideal. Namun pada jarak venturi 91 mm terlihat perletakan titiknya
hampir skali menyatu atau berdekatan. Dapat terlihat juga antara tekanan maksimum dan
menengah memiliki jarak yang dekat dengan tekanan ideal sementara itu tekanan minimum
berada diatas tekanan aktual.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

E. PERHITUNGAN DATA
1
• A2 = × π × (d terkecil)2
4

1
= × π × (16 mm)2
4

= 201.0619 mm2
1
• A1 = × π × (d terbesar)2
4

1
= × π × (26 mm)2
4

= 530.9292 mm2

A2 201.0619 mm2
• A1
= 530.9292 mm2

= 0.3787 mm2

A 2
• 5 2 6 = (0.3787)2
A 1

= 0.1434

v Distribusi Tekanan Ideal (c)


1. Pipa A
• Jarak Sepanjang Venturi = 0 mm
• Diameter (d) = 26 mm
1
• Luas Permukaan Area (Aa) = × π × d2
4
1
= × π × (26.00 mm)2
4
= 530.9292 mm2
A2 201.0619 mm2
• A1
=530.9292 mm2
= 0.3787
A 2
• 5 26
Aa
= (0.3787)2
= 0.1434
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 2 6 - 5 2 6 =5 2
6 - 5 2
6
A1 Aa 530.9292 mm 530.9292 mm
= 0.1434 - 0.1434
=0

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

2. Pipa B
• Jarak Sepanjang Venturi = 20 mm
• Diameter (d) = 23,30 mm
1 2
• Luas Permukaan Area (Ab) =4 ×π×d
1
= × π × (23.20 mm)2
4
= 422,7327 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ab
= 422.7327 mm2
= 0.4756
A2 2
• 5 6
Ab
= (0.4756)2
= 0.2262
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 26
A1 Ab
= 5
530.9292 mm 2
6 - 5
422.7327 mm 2
6
= 0.1434 - 0.2262
= -0.0829

3. Pipa C
• Jarak Sepanjang Venturi = 32 mm
• Diameter (d) = 18,40 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ac) = 4 × π × d2
1 2
= 4
× π × (18.40 mm)
= 265,9044 mm²

A2 201.0619 mm2
• Ac
=
265.9044 mm2
= 0.7561
A2 2 2
• 5 6
Ac
= (0.7561)
= 0.5717
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 26 = 5 2
6 - 5 2
6
A1 A7 530.9292 mm 265.9044 mm
= 0.1434 - 0.5717
= -0.4283
4. Pipa D
• Jarak Sepanjang Venturi = 46 mm
• Diameter (d) = 16 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ad) = 4 × π × d2
1
= × π × (16.00 mm)2
4
= 201,0619 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ad
= 201.0619 mm2
= 1
A 2
• 5 26
Ad
= (1)2
=1
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 2 6
A A
= 5 530.9292 mm2 6 - 5201.0619 mm2 6
1 8

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
= 0.1434 - 1
= -0.8566

5. Pipa E
• Jarak Sepanjang Venturi = 61 mm
• Diameter (d) = 16,79 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ae) = 4 × π × d2
1
= × π × (16.79 mm)2
4
= 221,4070 mm²
A2 201.0619 mm2
• A = 221.4069 mm2
e
= 0.9081
A 2
• 5 26 = (0.9081)2
Ae
= 0.8247
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 26 = 5 2
6 - 5 2
6
A1 Ae 530.9292 mm 221.4069 mm
= 0.1434 - 0.8247
= -0.6813

6. Pipa F
• Jarak Sepanjang Venturi = 76 mm
• Diameter (d) = 18,47 mm
1
• Luas Permukaan Area (Af) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (18.47 mm)2
= 267,9314 mm²
A2 201.0619 mm2
• Af
= 267.9314 mm2
= 0.7504
A 2
• 5 26 = (0.7504)2
Af
= 0.5631
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 26
A A
= 5 530.9292 mm2 6 - 5 267.9314 mm2 6
1 f
= 0.1434 - 0.5631
= -0.4197

7. Pipa G
• Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
• Diameter (d) = 20,16 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ag) = 4 × π × d2
1
= × π × (20.16 mm)2
4
= 319,2059 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ag
= 319.2059 mm2
= 0.6299

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
2
A 2
• 9A2 : = (0.6299)
g

= 0.3968
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 9 2:
A A
= 5 530.9292 mm2 6 - 5 319.2059 mm2 6
1 g
= 0.1434 - 0.3968
= -0.2534
8. Pipa H
• Jarak Sepanjang Venturi = 91 mm
• Diameter (d) = 21,84 mm
1
• Luas Permukaan Area (Ah) = 4 × π × d2
1
= × π × (21.84 mm)2
4
= 374,6236 mm²
A2 201.0619 mm2
• Ah
= 374.6236 mm2
= 0.5367
A 2
2
• 5 26
Ah
= (0.5367)
= 0.2880
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 26
A A
= 5 530.9292 mm2 6 - 5 374.6236 mm2 6
1 h
= 0.1434 - 0.2880
= -0.1446

9. Pipa J
• Jarak Sepanjang Venturi = 121 mm
• Diameter (d) = 23,53 mm
1
• Luas Permukaan Area (Aj) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (23.53 mm)2
= 434,8443 mm²
A2 201.0619 mm2
• Aj
= 434.8443 mm2
= 0.4624
2
A
• 9 2: = (0.4624)2
Aj
= 0.2138
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 9 2:
A A
= 5 530.9292 mm2 6 - 5 434.8442 mm2 6
1 j

= 0.1434 - 0.2138
= -0.0704
10. Pipa K
• Jarak Sepanjang Venturi = 126 mm
• Diameter (d) = 25,21 mm
1 2
• Luas Permukaan Area (Ak) =4 ×π×d
1 2
= 4
× π × (25.21 mm)
= 499,1552 mm²

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
A2 201.0619 mm2
• =
Ak 499.1552 mm2
= 0.4028
A2 2 2
• 5 6
Ak
= (0.4028)
= 0.1623
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 26 = 5 530.9292 mm2 6 - 5 499.1552 mm2 6
A 1 A k
= 0.1433 - 0.1622
= -0.0189

11. Pipa L
• Jarak Sepanjang Venturi = 157 mm
• Diameter (d) = 26 mm
1
• Luas Permukaan Area (Al) = 4 × π × d2
1
= 4
× π × (26.00 mm)2
= 530,9292 mm²
A2 201.0619 mm2
• Al
= 530.9292 mm2
= 0.3787
A2 2
• 5 6
Al
= (0.3787)2
= 0.1434
2 2 2 2
A A 201.0619 mm2 201.0619 mm2
• 5 26 - 5 26 = 5 2
6 - 5 2
6
A1 Al 530.9292 mm 530.9292 mm
= 0.1434 - 0.1434
=0

v Distribusi Tekanan Aktual


• Nilai Maksimum
Aliran Q = 0,277 l/s
= 0,277 x 10 ̄ ³ m³/s
A2 = 201,0619 mm²
= 201,0619 x 10 ̄ ⁶ m²
Q
Kecepatan V2² =A
2
0.272 x10-3 m3 /s
=
201.0619 x10-6 m2

= 1,3528 m/s

m 2
V2 2 51,3777 6
s
2.g
= m
2x 9,81 2
s
= 0,0967 m
= 0.0967 x103 mm

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

1. Pipa A
hn = 212 mm
hn-h1 = 212 mm - 212 mm
=0
(hn-h1) 0 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

=0

2. Pipa B
hn = 208 mm
hn-h1 = 208 mm - 212 mm
=-4
(hn-h1) -4 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,0413

3. Pipa C
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,3515

4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 212 mm
= - 84
(hn-h1) -84 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,8683

5. Pipa E
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 212 mm
= - 72
(hn-h1) -72 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,7443

6. Pipa F
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 212 mm
= - 46
(hn-h1) -46 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,4755

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

7. Pipa G
hn = 178 mm
hn-h1 = 178 mm - 212 mm
= - 34
(hn-h1) -34 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,3515

8. Pipa H
hn = 188 mm
hn-h1 = 188 mm - 212 mm
= - 24
(hn-h1) -24 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,2481

9. Pipa J
hn = 194 mm
hn-h1 = 194 mm - 212 mm
= - 18
(hn-h1) -18 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,1861

10. Pipa K
hn = 198 mm
hn-h1 = 198 mm - 212 mm
= - 14
(hn-h1) -14 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,1447

11. Pipa L
hn = 200 mm
hn-h1 = 200 mm - 212 mm
= - 12
(hn-h1) -12 mm
=
V2 2 0.0967 x 103 mm
2.g

= - 0,1240

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

• Nilai Menengah
Aliran Q = 0.185 l/s
= 0.185 x10-3 m3/s
A2 = 201,0619 mm2
= 201,0619 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =A
2
0,185 × 10-3
=
201,0619 × 10-6
= 0,9201 m/s
2 m 2
V2 50,9201 6
s
2.g
= m
2x 9,81 2
s

= 0,0431 m
= 0,0431 x 103 mm

1. Pipa A
hn = 172 mm
hn-h1 = 172 mm - 172 mm
= 0 mm
(;2<;0) 0 mm
=> >
=0,0431 x 103
>.@
=0

2. Pipa B
hn = 170 mm
hn-h1 = 170 mm - 172 mm
= -2 mm
(hn-h1) -2 mm
=
V2 2
3
0,0431 x 10
2.g
= -0,0463
3. Pipa C
hn = 158 mm
hn-h1 = 158 mm - 172 mm
= -14 mm
(hn-h1) -14 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,3244

4. Pipa D
hn = 134 mm
hn-h1 = 134 mm - 172 mm
= -38 mm
(hn-h1) -38 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,8806
5. Pipa E
hn = 138 mm
hn-h1 = 138 mm - 172 mm
= -34 mm

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
(hn-h1) -34 mm
=
V2 2 0,0431 x 103
2.g
= -0,7879

6. Pipa F
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 172 mm
= -22 mm
(hn-h1) -22 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,5098
7. Pipa G
hn = 156 mm
hn-h1 = 156 mm - 172 mm
= -16 mm
(hn-h1) -16 mm
=
V2 2
3
0,0431 x 10
2.g
= -0,3708

8. Pipa H
hn = 160 mm
hn-h1 = 160 mm - 172 mm
= -12 mm
(hn-h1) -12 mm
=
V2 2
3
0,0431 x 10
2.g
= -0,2781

9. Pipa J
hn = 164 mm
hn-h1 = 164 mm - 172 mm
= -8 mm
(hn-h1) -8 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,1854

10. Pipa K
hn = 165 mm
hn-h1 = 165 mm - 172 mm
= -7 mm
(hn-h1) -7 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,1622

11. Pipa L
hn = 166 mm
hn-h1 = 166 mm - 172 mm
= -6 mm
(hn-h1) -6 mm
=0,0431 x 103
V2 2
2.g
= -0,1390

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

• Nilai Minimum
Aliran Q = 0.157 l/s
= 0.157 x10-3 m3/s
A2 = 201,0169 mm2
= 201,0169 × 10-6 m2
Q
Kecepatan V22 =A
2
0,157 × 10-3
=
201,0169 × 10-6
= 0,7809 m/s
V2 2 (0.7809 m/s)2
= 2 × 9.81 m/s2
2.g

= 0,0311 m
= 0.0311 x 103 mm

1. Pipa A
hn = 156 mm
hn-h1 = 156mm - 156 mm
=0
(hn-h1) 156 mm
=0.0311 x 103 mm
V2 2
2.g
=0

2. Pipa B
hn = 155 mm
hn-h1 = 155 mm - 156 mm
= -1
(hn-h1) -1 mm
=
V2 2 A.AB00 C 0AB DD
2.g
= -0,0321

3. Pipa C
hn = 145 mm
hn-h1 = 145 mm - 156 mm
= -11
(hn-h1) -11 mm
=A.AB00 C 0AB DD
V2 2
2.g
= -0,3539
4. Pipa D
hn = 128 mm
hn-h1 = 128 mm - 156 mm
= -28
(hn-h1) -28 mm
=A.AB00 C 0AB DD
V2 2
2.g
= -0,9008

5. Pipa E
hn = 130 mm
hn-h1 = 130 mm - 156 mm
= -26

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
(hn-h1) -26 mm
=
V2 2 A.AB00 C 0AB DD
2.g
= -0,8365

6. Pipa F
hn = 140 mm
hn-h1 = 140 mm - 156 mm
= -16
(hn-h1) -16 mm
=A.AB00 C 0AB DD
V2 2
2.g
= -0,5147

7. Pipa G
hn = 144 mm
hn-h1 = 144 mm - 156 mm
= -12
(hn-h1) -12 mm
=A.AB00 C 0AB DD
V2 2
2.g
= -0,3860

8. Pipa H
hn = 146 mm
hn-h1 = 146 mm - 156 mm
= -10
(hn-h1) -10 mm
=
V2 2 A.AB00 C 0AB DD
2.g
= -0,3217

9. Pipa J
hn = 149 mm
hn-h1 = 149 mm - 156 mm
= -7
(hn-h1) -7 mm
=A.AB00 C 0AB DD
V2 2
2.g
= -0,2252

10. Pipa K
hn = 150 mm
hn-h1 = 150 mm - 156 mm
= -6
(hn-h1) -6 mm
=A.AB00 C 0AB DD
V2 2
2.g
= -0,1930

11. Pipa L
hn = 151 mm
hn-h1 = 151 mm - 156 mm
= -5
(hn-h1) -5 mm
=A.AB00 C 0AB DD
V2 2
2.g
= -0,1608

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

• Koefisien debit (c)


2×g
K = A2 × E A2
2
1-5 6
A1

2 × 9.81 m/s2
= 201.0619 mm2 × E 201.0619 mm2
2

1-9 :
530.9292 mm2

= 0,9621 × 10-3

v Nilai Maksimum
Aliran Q = 0,277 × 10-3 m3/s
h1 = 212 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
h1-h2 = 212 × 10-3 m - 128 × 10-3 m

= 84 x 10-3
1 Q
C = ×
K √h1-h2

1 0.272 x10-3 m3 /s
= -3 ×
0.9621 x10 %84 x10-3 m
= 0,9934

v Nilai Menengah
Aliran Q = 0,185 × 10-3 m3/s
h1 = 172 × 10-3 m
h2 = 134 × 10-3 m
h1-h2 = 172 × 10-3 m - 134 × 10-3 m

= 38 x10-3 m

1 Q
C = K × √h1-h2

1 0.194 x10-3 m3 /s
= -3 ×
0.9621 x10 %38 x10-3 m

=0,9864

v Nilai Minimum
Aliran Q = 0,157 × 10-3 m3/s

h1 = 156 × 10-3 m
h2 = 128 × 10-3 m
h1-h2 = 156 × 10-3 m - 128 × 10-3 m
= 28 x10-3 m

1 Q
C = K × √h1-h2

1 0.152 x10-3 m3 /s
= -3 ×
0.9621 x10 %28 x10-3 m

= 0,9752
Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

F. ANALISA

Pada praktikum kali ini merupakan praktikum modul III yang membahas mengenai
teori bernoulli atau bernoulli’s theorem. Bernouli atau teori bernouli merupakan suatu
persamaan yang menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan kecepatan, tinggi
permukaan zat cair dan tekanannya. Dalam teori Bernoulli ini berhubungan dengan
tekanan, kecepatan, dan ketinggian dari dua titik point ( titik 1 dan titik 2 ) aliran fluida
yang bermassa jenis. Adapun beberapa tujuan daripada praktikum ini yaitu Untuk
menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika diaplikasikan ke aliran yang steady
pada pipa yang bergradasi dimensinya, dimana kata steady disini merupakan air yang
tenang, laju dan kecepatan alirannya sama atau dengan kata lain disetiap pipa alirannya
sama namun tekanannya bebeda. Kemudian tujuan selanjutnya Menentukan besarnya.
Koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang digunakan dan tujuan yang terakhir untuk
mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen – divergen. Pada praktikum
kali ini menggunakan alat bangku hidrolik digital atau digital hydraulic bench, alat ini
dimaksudkan untuk memberikan aliran fluida pada peralatan lainnya, seperti untuk alat
Bernoulli’s Theorem Apparatus, Losses in Piping Systems, Fluid Friction Apparatus dan
lain-lain. Yang mana alat ini membuktikan bagaimana teori bernouli itu sendiri.
Digital Hydraulic Bench merupakan alat yang digunakan sebagai tempat sumber
air dan sistem pengukuran sendiri serta pengatur aliran air agar diketahui debit aliran
tersebut. Prinsip yang digunakan pada alat hydraulic bench ini adalah prinsip tuas.
Venturimeter merupakan sebuah alat untuk mengukur kelajuan cairan dalam pipa
bernama pipa venturi. Pipa venturi merupakan sebuah pipa yang memiliki luas
penampang dengan bagian tengahnya lebih sempit dibandingkan bagian tepi dimana
alatnya diletakkan secara mendatar yang dilengkapi dengan pipa pengendali yang
berfungsi untuk mengetahui permukaan air yang ada sehingga kita dapat
memperhitungkan tekanannya. Air tersebut dialirkan melalui pipa yang penampangnya
lebih besar lalu kemudian akan mengalir menuju pipa yang luas penampangnya lebih
sempit sehingga hal tersebut menyebabkan perubahan kecepatan daripada air tersebut.
Terdapat Pipa konvergen dan pipa divergen dalam praktikum modul III ini, dengan pipa
konvergen merupakan pipa yang memiliki diameter yang mengecil dan alirannya hanya
memusat pada satu titik, pipa konvergen sendiri penerapannya terdapat dipipa yang
masuk ke pipa venturi. Sedangkan pipa divergen merupakan pipa yang memiliki diameter
yang membesar dan alirannya yang menyebar menuju ke beberapa titik, penerapan pipa
divergen sendiri terletak diventure yang menyebarkan aliran ke beberpa pipa. Pada
praktikum teori bernouli kali ini terdapat adanya hukum yang bernama Hukum Bernoulli.
Hukum Bernouli tersebut menyatakan bahwa“ kenaikan kecepatan aliran fluida akan
menyebabkan penurunan tekanan fluida secara bersamaan atau penurunan energi
potensiial fluida tersebut “.“. Intinya adalah tekanan fluida akan menurun jika kecepatan
aliran fluida meningkat. Output dari praktikum kali ini yaitu seperti penerapan di
Pembangkit Listrik Tenaga Air karena dengan menurunkan tekanan air yang mengalir, air
dapat memutar generator dengan cepat dan juga dapat mengstabilkan kecepatan dan
tekanan air sehingga generator tidak cepat rusak. Pada praktikum kali ini terdapat
kesalahan yang dapat terjadi seperti masih terdapat gelembung udara sehingga
menambah tekanan pada air yang menyebabkan perolehan hasil data yang tidak akurat,

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

G. KESIMPULAN

1. Praktikan dapat mengetahui cara menyelidiki validasi Persamaan Bernoulli ketika


diaplikasikan ke aliran air yang steady pada pipa yang bergradasi dimensinya.
2. Praktikan dapat menentukan besarnya koefisien debit (Cd) pada alat venturimeter yang
digunakan.
3. Praktikan dapat mengamati pembagian tekanan sepanjang pipa konvergen-divergen.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

H. LAMPIRAN

3.1 Lampiran Alat dan Bahan

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan :

(a) Hydraulic Bench


(b) Venturi Meter
(c) Air 160 liter
(d) Penggaris

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

3.2 Dokumentasi Kegiatan

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Laporan Praktikum
Modul No. IV
Pesawat Osborne Reynolds
( Osbourne Reynolds Apparatus )

Institut Teknologi – PLN

Nama : Edisman

NIM : 2019 - 21 - 005

Kelas : B

Kelompok : VII

Jurusan : S1 Teknik Sipil

Tanggal Praktikum : 10 Oktober 2020

Asisten : Stella Nur Octaviany

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

MODUL IV
PESAWAT OSBORNE REYNOLDS
( Osbourne Reynolds Apparatus )

A. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah untuk :
1. Untuk mengamati jenis-jenis aliran fluida.
2. Untuk menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit.
3. Untuk mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Osborne Reynolds,
3. Tangki pasokan dengan batang dan tabung pendukung,
4. Tangki suplai pewarna.
5. Klip control pewarna.

Bahan :
1. Botol pewarna.
2. Air sebanyak 140,5 liter.

C. DASAR TEORI
4.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Profesor Osborne Reynolds (1842-1912) pertama kali menyadari bahwa ada
'kecepatan kritis' di mana hukum yang berkaitan dengan hilangnya energi
tekanan dan kecepatan dalam aliran pipa berubah. Dia pertama kali
menunjukkan ini dengan eksperimen yang dikenal dengan 'Colour Band' (atau
garis pewarna). Eksperimen dilakukan dengan menyuntikkan jet pewarna ke
dalam aliran air yang terlihat melalui pipa transparan. Pada kecepatan rendah
garis pewarna tidak terputus, tetapi karena kecepatan aliran melalui pipa
meningkat, garis pewarna putus dan pusaran terlihat terbentuk. Dari ini dan
percobaan lebih lanjut ia sampai pada kesimpulan bahwa ada dua jenis aliran:
a) Aliran laminar (Latin lamina = lapisan atau lembaran tipis). Cairan bergerak dalam
lapisan tanpa fluktuasi kecepatan yang tidak teratur. Aliran laminar terjadi pada
Angka Reynolds yang rendah.
b) Aliran Turbulen. Ini menghasilkan partikel fluida yang bergerak dalam pola yang
tidak teratur, membawa sebuah pertukaran momentum dari satu bagian cairan ke
yang lain.
Reynolds menyelidiki kedua jenis gerakan ini dan menyimpulkan bahwa parameter
yang terlibat dalam karakteristik aliran adalah
ρ : massa jenis fluida kg/m3
vs : kecepatan aliran fluida m/det
d : diameter internal pipa m
μ : viskositas absolut fluida dinamis Ns/m2
v : viskositas kinematik fluida, v = μ/ρ m2/s
Ia tiba pada konstanta tanpa dimensi (Angka Reynolds)

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
vs ρdvs
Re = =
μ/ρd μ
atau
vs d
Re =
v
nilai yang terhubung dengan gerakan fluida. Gerak fluida ditemukan menjadi laminar
untuk bilangan Re di bawah 2000 dan turbulen untuk Re lebih besar dari 4000.
Tabel 4.1 Tabel Viskositas kinematik air pada tekanan atmosfer

Viskositas Viskositas
Kinematik Temperatur Kinematik
Temperatur (oC)
v (OC) v
(10 m2/det)
-6
(10 m2/det)
-6

0 1.793 25 0.893
1 1.732 26 0.873
2 1.674 27 0.854
3 1.619 28 0.836
4 1.568 29 0.818
5 1.520 30 0.802
6 1.474 31 0.785
7 1.429 32 0.769
8 1.386 33 0.753
9 1.346 34 0.738
10 1.307 35 0.724
11 1.270 36 0.711
12 1.235 37 0.697
13 1.201 38 0.684
14 1.169 39 0.671
15 1.138 40 0.658
16 1.108 45 0.602
17 1.080 50 0.554
18 1.053 55 0.511
19 1.027 60 0.476
20 1.002 65 0.443
21 0.978 70 0.413
22 0.955 75 0.386
23 0.933 80 0.363
24 0.911 85 0.342

4.2 Kecepatan Kritis dan Angka Reynolds


Reynolds memperoleh kehilangan tekanan puncak dalam pipa pada laju aliran yang
berbeda dengan mengukur kehilangan puncak (hf) di atas panjang pipa (I) yang diketahui,
dari sini kemiringan gradien hidrolik (i) diperoleh.
hf
i=
l
Ketika Reynolds merencanakan hasil penyelidikannya tentang bagaimana
kehilangan energi puncak bervariasi dengan kecepatan aliran, ia memperoleh dua wilayah
berbeda yang dipisahkan oleh zona transisi. Di wilayah laminar, kehilangan energi per

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
satuan panjang pipa berbanding lurus dengan kecepatan rata-rata. Di wilayah aliran
turbulen, kehilangan energi per satuan panjang pipa sebanding dengan kecepatan rata-
rata yang dinaikkan ke beberapa daya η nilai dipengaruhi oleh kekasaran dinding pipa.
hf hf
∝ v1.7 untuk pipa halus di wilayah ini tetapi untuk pipa yang sangat kasar, ∝ v2 , yaitu
l l
hf ρvs d
∝ v1.7-2 unit tak berdimensi, bilangan Reynolds Re = dan memiliki nilai memiliki
l μ
nilai di bawah 2000 untuk aliran laminar dan di atas 4000 untuk aliran turbulen (ketika setiap
set unit yang konsisten digunakan) - zona transisi terletak di wilayah 2000-4000 (yaitu
‘kecepatan kritis yang lebih rendah' LCV pada bilangan Reynolds 2000 dan 'kecepatan
kritis atas' UCV pada bilangan Reynolds 4000).

Perhatikan bahwa nilai Re yang diperoleh dalam percobaan yang dibuat dengan laju aliran
'meningkat' akan tergantung pada tingkat perawatan, yang telah dilakukan untuk
menghilangkan gangguan pada pasokan dan sepanjang pipa. Di sisi lain, percobaan yang
dilakukan dengan laju aliran 'menurun' akan menunjukkan nilai Re yang sangat tergantung
pada gangguan awal.

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Alat distabilkan, lalu perhatikan nivo. (oleh instuktur)
2. Pastikan saluran-saluran pemasukan air dan pelimpah terpasang.
3. Hubungkan pasokan air dari hydraulic bench ke tangki atas dan bejana injeksi
pewarna dipasang dan diisi.
4. Sebuah katup kecil disediakan di ujung tabung luar untuk mengeluarkan udara yang
terperangkap.
5. Hidupkan / alirkan suplai air.
6. Pastikan tinggi air yang konstan dengan terbuangnya aliran yang berlebihan pada
saluran pelimpah.
7. Biarkan kondisi demikian hingga 5 menit, lalu ukur suhu airnya dengan termometer.
8. Bukalah katup pengontrol aliran sedikit demi sedikit dan atur katup jarum pengontrol
zat warna sampai tercapai aliran laminer dengan zat warna terlihat jelas. Amati
tetesan zat warna tersebut.
9. Tentukan besar debit yang lewat secara akurat dengan menggunakan tangki ukur
volumetric.
10. Ulangi prosedur diatas untuk debit (Q) yang berubah-ubah dari kecil (keadaan
laminer) ke besar hingga tercapai aliran kritis dan turbulen.
11. Kerjakan kebalikan dari proses di atas untuk debit yang berubah-ubah dari besar ke
kecil hingga tercapai kembali kondisi transisi dan laminer.
12. Pada setiap akhir percobaan temperatur diukur kembali.
13. Bersihkan seluruh peralatan dari jejak air yang mengandung pewarna sebelum
mengembalikan peralatan yang akan disimpan.
14. Catat semua hasilnya pada salinan lembar hasil yang disediakan.
15. Gambarkan grafik hubungan antara kecepatan aliran (V) dan bilangan Reynold.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

NOMENKLATUR:
Tabel 4.2 Nomenklatur

Satuan Lambang Tipe Deskripsi


Diameter pada pipa percobaan.
Diameter pipa Diameter diukur dalam mm.
m D Diberikan
percobaan Diameter dikonversikan ke
meter untuk perhitungan.
Temperatur air yang
Temperatur air ˚C Diukur meninggalkan session
percobaan.
Viskositas μ
m2/s V Diukur Dilihat dari data tabel. v =
kinematik fluida ρ

Luas 1
m2 A Dihitung A= πd2
permukaan 4
Waktu dikonversikan ke detik
Waktu Detik T Dihitung
untuk perhitungan.
Diambil dari skala pembacaan
pada hydraulic bench. Volume
yang terkumpul diukur dalam
Debit m3/s Q Diukur
liter/menit. Konversikan ke m3/s
perhitungan (dibagi dengan
60000).
Kecepatan fluida melalui pipa
Kecepatan m/s V Dihitung Debit Q
v = Luasan pipa = A
vs d
Angka Reynolds Re Dihitung Re=
v

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Formulir Pesawat Osborne Reynolds

Kelompok : VII
Hari/ Tgl : Sabtu/10 Oktober 2020
Pukul : 13.30 WIB

Percobaan Jenis Aliran Volume Waktu (detik) Debit


Trata-rata
(m3) T1 T2 (m3/s)
1 Laminer ( ) 0,785 x 10-3 0 47,25 47,25 1,6613

2 Kritis (-----) 0,900 x 10-3 0 22,04 22,04 4,0835

3 Turbulen (~~~) 0,885 x 10-3 0 13,98 13,98 6,3305

4 Kritis (-----) 0,395 x 10-3 0 11,45 11,45 3,4498

5 Laminer ( ) 0,190 x 10-3 0 9,63 9,63 19,7300

Jakarta, 10 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Muhammad Rizal Cemang
Nama : Edisman NIM : 2019 – 21 - 013
NIM : 2019 – 21 - 005

Tabel Hasil Perhitungan Percobaan Osborne Reynolds

Per Volume Waktu Debit (Q) Luas Kecepatan Kekentalan Re Jenis Aliran
cob (V) (det) (m3/det) Permukaan (v) kinematis
aan trata- (v)
3
(m ) rata (A) (m/det) Visual Re
t1 t2 2
(m )
1 0,785 x 10-3 0 47,25 47,25 1,6614 x 10-5 2,0106 x 10-4 82,631 x 10-3 0,873 x 10-6 1514,4486 Laminer Laminer

2 0,900 x 10-3 0 22,04 22,04 4,0835 x 10-5 2,0106 x 10-4 20,3099 x 10-2 0,873 x 10-6 3722,3184 Transisi Transisi

3 0,885 x 10-3 0 13,98 13,98 6,3305 x 10-5 2,0106 x 10-4 314,8563 x 10-3 0,873 x 10-6 5770,5622 Turbulen Turbulen

4 0,395 x 10-3 0 11,45 11,45 3,4498 x 10-5 2,0106 x 10-4 171,5806 x 10-3 0,873 x 10-6 3144,6616 Transisi Transisi

5 0,190 x 10-3 0 9,63 9,63 19,7300 x 10-6 2,0106 x 10-4 98,1299 x 10-3 0,873 x 10-6 1798,4861 Laminer Laminer

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik Kecepatan Aliran (v) Terhadap Bilangan Reynolds (Re)

Grafik
0,0035

0,003

0,0025

0,002

0,0015

0,001

0,0005

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Pada grafik kecepatan aliran (v) terlihat adanya bilangan reynolds (Re) yang
menunjukkan besarny nilai dari kecepatan aliran dan bilangan reynolds yang berbanding
lurus jadi besar kecilnya kecepatan aliran fluida menentukan nilai dari bilangan
reynoldspada aliran laminer nilai v = 82,6321 x 10-3 dan Re = 1514,4486 pada aliran kritis
nilai v= 20,3099 x 10-3 dan re= 3722,3184

Pada aliran turbulen nilai v = 314,856 x 10-3 dan Re= 5770,5022

Pada aliran kritis nilai v= 171,5806 x 10-3 dan Re= 3144,6616

Pada aliran laminar nilai v= 98,1299 x 10-3 dan Re= 1799,4861

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

A. PERHITUNGAN
a. Aliran Laminer
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 47,25 det
t = 47,25 det – 0 det
= 47,25 det
2. Volume
V = 0,785 L
= 0,785 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
$
! = %
&,()* + ,&-./0
= 1(,2* 34%

= 1,6614 x 10-5 m3/det


4. Kecepatan
,
5 = 1 672

,
= 1 6 (0,016 <)2

= 2,0106 x 10-4 m3

@
>? = A

-D
= ,,BB,1 C ,& E0/34%
2,&,&BG ,&-H E0

= 82,6321x10-3 m/det

5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
>? K 7
IJ =
L

&,&)2B E/ MNO G &,&,B E


=
&,)(0 G ,&-P E/34%

= 1514,4486

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

b. Aliran Kritis
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 22,04 det
t = 22,04 det – 0 det
= 22,04 det
2. Volume
V = 0,900 L
= 0,900 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
$
! = %
&,Q&& + ,&-./0
= 22,&1 34%

= 4,0835 x 10-5 m3/det


4. Kecepatan
,
5 = 1 672

,
= 1 6 (0,016 <)2

= 2,0106 x 10-4 m3

@
>? = A

1,&)0* C ,&-DE0/34%
= 2,&,&BG ,&-H E0

= 203,0986x10-3 m/det

5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
>? K 7
IJ =
L

&,&2&0 E/ MNO G &,&,B E


= &,)(0 G ,&-P E/34%

= 3722,3184

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

c. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 13,98 det
t = 13,98 det – 0 det
= 13,98 det
2. Volume
V = 0,885 L
= 0,885 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
$
! = %
&,))* + ,&-./0
= ,0,Q) 34%

= 6,3305 x 10-5 m3/det


4. Kecepatan
,
5 = 1 672

,
= 1 6 (0,016 <)2

= 2,0106 x 10-4 m3

@
>? =
A

= B,00&* R ,&S* E0/34%


2,&,&BG ,&-H E0

= 314,8563x10-3 m/det

5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
>? K 7
IJ =
L

&,0,1) E/ MNO G &,&,B E


=
&,)(0 G ,&-P E/34%

= 5770,5622

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

d. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 11,45 det
t = 11,45 det – 0 det
= 11,45 det
2. Volume
V = 0,395 L
= 0,395 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
$
! = %
&,0Q* + ,&-./0
= ,,,1* 34%

= 3,4498 x 10-5 m3/det


4. Kecepatan
,
5 = 1 672

,
= 1 6 (0,016 <)2

= 2,0106 x 10-4 m3

@
>? =
A

= 0,11Q) R ,&S* E0/34%


2,&,&BG ,&-H E0

= 0,1715 x10-3 m/det

5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
>? K 7
IJ =
L

&,,(,* E/ MNO G &,&,B E


=
&,)(0 G ,&-P E/34%

= 3144,6616

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

e. Aliran Turbulen
1. Waktu (t)
t1 = 0 det
t2 = 9,638 det
t = 9,63 det – 0 det
= 9,63 det
2. Volume
V = 0,190 L
= 0,190 X 10-3 m3
3. Debit ( Q)
$
! = %
&,,Q&+ ,&-. /0
= Q,0B 34%

= 19,7300 x 10-6 m3/det


4. Kecepatan
,
5 = 1 672

,
= 1 6 (0,016 <)2

= 2,0106 x 10-4 m3

@
>? =
A

= ,Q,(0&& R ,&SB E0/34%


2,&,&BG ,&-H E0

= 98,1299x10-3 m/det

5. Angka Reynolds
T = 26°C
v = 0,873 x 10-6 m3/det
>? K 7
IJ =
L

&,&Q), E/ MNO G &,&,B E


=
&,)(0 G ,&-P E/34%

= 1798,4861

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

F. ANALISA

Pada modul iv ini dengan judul pesawat Osborne Reynolds dimana pada praktikum ini
para praktikan diminta untuk mengamati 3 jenis aliran fluida yakni laminar, transisi, dan
turbulen. Masing masing jenis aliran fluida tersebut memiliki perbedaanya masing masing
yakni laminar adalah aliran fluida yang geraknya lambat dan didominasi gaya viskositas
cenderung fluidanya dan beraturan, kemudian aliran turbulen ialah aliran fluida yang
bergerak dengan aliran fluida yang tidak menentu dimana membawa sebuah pertukaran
momentum dari suatu cairan menuju cairan yang lain. Dan transisi ialah peralihan jenis
fluida dari laminar menuju turbulen. Untuk membedakan ketiga jenis aliran fluida tersebut
dibutuhkan perhitungan menggunakan bilangan Reynolds, bilangan Reynolds
merupakan bilangan yang tak memiliki dimensi . Terdapat perbedaan dari ketiga jenis
aliran tersebut dengan menggunakan bilangan Reynolds yakni apabila pada perhitungan
menghasilkan angka dibawah 2000 maka dapat dikatakan jenis aliran tersebut adalah
laminar, ketika hasil perhitungan menunjukkan angka lebih dari 4000 maka dapat dikatan
jenis aliran tersebut adalah turbulen, jika angka hasil perhitungan menunjukkan antara
2000 – 4000 maka jenis aliran tersebut adalah transisi. Ketiga jenis aliran ini dipengaruhi
oleh kecepatan aliran terhadap waktu dan volume. Pada praktikum ini menggunakan air
dan tinta, dengan menggunakan tinta kita dapat memvisualisasikan jenis aliran yang
terjadi. Pada saat ketika tinta diinjeksikan kedalam aliran air maka akan meluncur
bersama membentuk garis yang beraturan maupun tidak beraturan. Pada praktikum ini
berhubungan dengan viskositas dimana ,Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan
sebuah fluida terhadap deformasi atau perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh
temperatur, tekanan,kohesi dan laju perpindahan momentum molekularnya. Viskositas
zat cair cenderung menurun dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur, hal ini
disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan
dengan semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan
berturunnya viskositas dari zat cair tersebut. Bentuk-bentuk visualisasi dari ketiga aliran
tersebut berbeda-beda, seperti aliran laminer terjadi apabila partikel-partikel zat cair
bergerak teratur dengan membentuk garis lintasan kontinu dan tidak saling berpotongan.
Aliran laminer terjadi apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil dan
zat cair mempunyai kekentalan besar. Pada aliran turbulen, partikel-partikel zat cair
bergerak tidak teratur dan garis lintasannya saling berpotongan. aliran turbulen terjadi
apabila kecepatan aliran besar,saluran besar dan zat cair mempunyai nilai kekentalan
kecil. Aliran air pada sungai, saluran irigasi atau drainase merupakan contoh aliran
turbulen pada kehidupan sehari hari. Tidak masalah ketika praktikum ini terdapat
gelembung pada pipa, hal ini karena gelembung tersebut tidak berpengaruh terdahap
hasil data perhitungan karena pada praktikum ini para praktikan diminta untuk
menentukan jenis aliran fluida berdasarkan bilangan Reynolds. Seperti halnya dengan
modul iii dimana menggunakan katup untuk mengalirkan air, apabila pada saat tinta
diinjeksikan ke dalam air namun tidak terlihat maka air harus dikeluarkan terlebih dahulu
kemudian isi kembali dengan air lalu injeksikan kembali tinta ke dalam air. Adapun hal-
hal yang perlu diperhatikan pada saat praktikum yakni pada penggunaan stopwatch
diperlukan ketelitian serta keakuratan ketika aliran fluida mengalami perubahan karena
waktu sangat mempengaruhi hasil perhitungan tersebut. Kemudian saluran pipa pada
tinta perlu diperhatikan agar dapat keluar dengan baik dan pada gelas ukur gunakan
gelas ukur yang sesuai juga pada pembukaan katup hydraulic bench, katup Osborne
Reynolds dan katup tinta agar mendapatkan hasil perhitungan yang akurat.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

G. KESIMPULAN

1. Dapat mengamati jenis-jenis aliran fluida.


2. Dapat menentukan bilangan Reynolds berdasarkan debit.
3. Da mencari hubungan antara bilangan Reynolds dengan jenis aliran.

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

H. LAMPIRAN

4.1 Lampiran Alat dan Bahan

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

(e) (f)

(g) (h)

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Keterangan :
(a) Alat ukur Hydraulic Bench
(b) Alat Osborne Reynolds
(c) Zat pewarna (tinta)
(d) Air
(e) Termometer
(f) Tangki suplai pewarna
(g) Tangki pasokan dengan batang dan tabung penghubung
(h) Stopwatch

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

4.2 Dokumentasi Kegiatan

Laboratorium Hidraulika
IT - PLN
Laporan Praktikum
MODUL NO. V
TUMBUKAN PANCARAN AIR
(Impact Of Jet)

Institut Teknologi – PLN

Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
Kelas :B
Kelompok : VII
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Tanggal Praktikum : Sabtu, 17 Oktober 2020
Asisten : Stella Nur Octaviany

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

MODUL V
TUMBUKAN PANCARAN AIR
(Impact of Jet)

A. TUJUAN
Untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum aliran air,
dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh jet yang menumbuk permukaan padat
yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang berbeda.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Hydraulic Bench,
2. Impact of Jets,
3. Logam Pemberat (2 x 500 g, 2 x 200 g, 1 x 100 g, 1 x 50 g, 2 x 20 g, 1 x 10 g, 1 x 5 g),
4. Nozzel ukuran 5 mm dan 8 mm,
5. Permukaan Bidang yaitu Bidang Datar, Kerucut, dan Setengah Bola.

Bahan :
1. Air sebanyak 140,5 liter

C. DASAR TEORI
5.1 Laminer dan Aliran Turbulen
Saat jet mengalir dengan kecepatan yang stabil menghantam permukaan yang
padat, air berbelok berhamburan di sepanjang permukaan. Jika gesekan diabaikan
dengan mengasumsikan cairan tidak terlihat dan juga diasumsikan bahwa tidak ada
kerugian akibat guncangan maka besarnya kecepatan air tidak berubah. Tekanan
yang diberikan oleh air pada permukaan padat dimana akan menjadi sudut siku pada
permukaan.

Gambar 3.1 Impact Of Jet


Mengingat jet menumbuk pada permukaan padat menyebabkan arah jet berubah
melalui sudut θ seperti ditunjukkan pada Gambar 1 di atas. Dengan tidak adanya
gesekan, besarnya kecepatan melintasi permukaan sama dengan kecepatan
tumbukan v1. Gaya impuls yang diberikan pada permukaan akan sama dan
berlawanan dengan gaya yang bekerja pada air untuk memberikan perubahan arah.
Menerapkan Hukum Kedua Newton saat arah jet tumbukan,
Gaya = Massa x Percepatan
= Massa laju aliran x Perubahan kecepatan

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005
F= M∆v
= M ( v1 – v1 cosθ )
Tetapi M = ρQ, , oleh karena itu
F = ρQv1 ( 1 - cosθ ) dan membaginya dengan ρQv1 yang merupakan
momentum tumbukan,
F
= 1 - cos θ
ρQV1

5.2 Penerapan Cussons Tumbukan Pancaran Air

Dalam setiap kasus diasumsikan bahwa tidak ada percikan atau pantulan fluida
dari permukaan sehingga sudut keluar sejajar dengan sudut keluar permukaan.
a) Pengaruh Ketinggian
Kecepatan jet dapat dihitung dari laju aliran yang diukur dari area keluar
Q
nozzle. Vn =
A
Namun karena nosel berada di bawah permukaan, kecepatan tumbukan akan
lebih kecil dari kecepatan nosel karena adanya pertukaran antara energi
potensial dan energi kinetik sehingga: V12 = Vn2 – 2gh di mana, h adalah
ketinggian permukaan di atas keluar nosel.

b) Tumbukan terhadap Permukaan Bidang Datar


Untuk permukaan bidang datar θ = 90°
Oleh karena itu,
Cos θ = 0
F
ρQV1
= 1 - cos θ = 1

c) Tumbukan terhadap Permukaan Kerucut


Kerucut semi- sudut θ = 450
Cos θ = 0,7071
F
ρQV1
= 1 - cos θ = 0,2929

d) Tumbukan terhadap Permukaan Semi-Bola


Sudut keluar permukaan adalah 1350
Cos θ = -0,7071
F
ρQV1
= 1 - cos θ = 1,7071

Dimensi-dimensi dari peralatan berikut digunakan untuk perhitungan yang


benar. Jika dibutuhkan, nilai-nilai ini bisa diperiksa kembali sebagai bagian dari
prosedur percobaan dan diganti dengan pengukuran anda sendiri.
Diameter : nosel I D = 0.008 m
: nosel II D = 0.005 m
Luasan potongan melintang : nosel I A = 5.0265 x 10-5 m2
: nosel II A = 1.9635 x 10-5 m2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

D. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Atur peralatan di atas Hydraulic Bench.


2. Hubungkan tube dari hydraulic bench ke pipa bagian belakang dasar impact of jet.
3. Pasang nosel 5 mm dan permukaan bidang datar.
4. Posisikan pembawa berat pada dudukan berat dan tambahkan beban sampai bagian
atas permukaan jelas berenti dan dudukan berat mengambang di posisi tengah. Catat
nilai beban pada pembawa berat.
5. Nyalakan pompa dan terlihat aliran air dengan terus membuka katup pengatur bangku
hingga 2/3 penuh.
6. Permukaan bidang datar sekarang akan berbelok dari impact of jet. Tempatkan beban
tambahan ke atas pembawa berat sampai dudukan berat kembali mengambang di
posisi tengah. Ukur laju aliran dan catat hasilnya pada lembar uji, bersama dengan
nilai beban yang sesuai pada dudukan. Amati bentuk jet yang berbelok dan catat
bentuknya.
7. Kurangi beban pada pembawa berat secara bertahap dan pertahankan
keseimbangan dudukan berat dengan mengatur laju aliran sekitar 1/2 dan 1/3 penuh,
setiap kali catat nilai laju aliran dan beban pada pembawa berat.
8. Tutup katup kontrol dan matikan pompa. Biarkan alat mengering.
9. Ganti nosel 5mm dengan nosel berdiameter 8mm dan ulangi percobaan.
10. Ganti permukaan bidang datar dengan permukaan kerucut 45° dan ulangi percobaan
dengan nosel 5mm dan 8mm.
11. Ganti permukaan kerucut 45° dengan permukaan setengah bola dan ulangi
percobaan dengan nozel 5mm dan 8mm.
12. Catat semua hasilnya pada salinan lembar hasil yang disediakan.
13. Hitung untuk setiap hasil laju aliran dan kecepatan keluar nosel. Periksa kecepatan
nosel untuk ketinggian permukaan di atas nosel untuk mendapatkan kecepatan
tumbukan.
14. Hitung momentum tumbukan ρQv1, dan plot grafik gaya tumbukan F terhadap
momentum tumbukan dan tentukan kemiringan dari grafik untuk setiap permukaan.
Bandingkan dengan nilai-nilai teoritis 1, 0,2929 dan 1,7071 untuk permukaan bidang
datar, permukaan kerucut dan permukaan setengah bola masing-masing.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

NOMENKLATUR
Tabel 5.1 Nomenklatur
Satuan Lambang Tipe Deskripsi

Diameter diberikan dalam mm.


Diameter nozel M D Diberikan Konversikan ke meter untuk
perhitungan.
Tipe Permukaan Derajat Diukur Tipe permukaan yang digunakan.

Diambil dari skala pembacaan


pada hydraulic bench. Volume
Volume yang terkumpul diukur dalam
m3/s Q Diukur
terkumpul /Debit liter/menit.
Konversikan ke m3/s perhitungan
(dibagi dengan 60000).

Massa yang dibebankan ke


Massa yang
Kg M Diukur pembawa berat untuk membantu
dibebankan
mencapai posisi seimbang.

Q
Kecepatan Vn = , kecepatan fluida yang
m/s Vn Dihitung A
Nozzle meninggalkan nozel.

Digunakan untuk menjelaskan


hubungan antara debit dan massa
Kecepatan
(m/s)2 Vi2 Dihitung yang dibebankan untuk
dikuadratkan
keseimbangan gaya.
Vi2 = Vn2 – 2gh

Gaya yang dihasilkan oleh


Gaya yang
N F Dihitung permukaan pada fluida.
dibebankan
F = M.a

Massa Jenis Air Kg/m3 ρ Diberikan 1000 Kg/m3


Nilai gravitasi m/s2 G Diberikan 9,81 m/s2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Formulir Tumbukan Pancaran Air

Kelompok : VII
Hari / Tgl : Sabtu, 17 Oktober 2020
Pukul : 13.30

Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Datar


Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
(kg) (m3) (detik) (m3/det)
2/3 0,92 0,1405 565,7794 2,4833 x 10-4
5 mm 1/2 0,72 0,1405 1124 1,2500 x 10-4
1/3 0,7 0,1405 1686,0067 8,3333 x 10-5

Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Cekung


Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
(kg) (m3) (detik) (m3/det)
2/3 0,7 0,1405 520,3704 2,7 x 10-4
5 mm 1/2 0,6 0,1405 968,9655 1,4 x 10-4
1/3 0,6 0,1405 1478,9474 9,5 x 10-5

Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Setengah Bola
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
3 3
(kg) (m ) (detik) (m /det)
2/3 1 0,1405 540,3846 2,6 x 10-4
5 mm 1/2 0,7 0,1405 1080,7692 1,3 x 10-4
1/3 0,7 0,1405 1453,4433 9,6667 x 10-5

Jakarta, 17 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005 Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Tabel Hasil Perhitungan Percobaan dengan Permukaan Bidang

Ukuran Diameter Nozzle yang digunakan : 5 mm


Kemiringan
Bidang Bukaan 3
Q (m/s ) Vn (m/s) V1 (m/s) F (N) ρQv1 F
ρQv1
2/3 2,4833 x 10-4 12,6473 12,6007 4,5312 3,1291 1,4881
Datar ½ 1,2500 x 10-4 6,3662 6,2729 1,1354 0,7527 1,4881
1/3 8,3333 x 10-5 4,2441 4,1031 0,4951 0,3419 1,4881
2/3 2,7000 x 10-4 13,7510 13,7513 1,7578 3,7031 0,4747
Cekung ½ 1,4000 x 10-4 7,3848 7,3181 0,4692 1,0611 0,4747
1/3 9,5000 x 10-5 4,3848 4,7358 0,2136 0,4499 0,4747
2/3 2,6000 x 10-4 13,2417 13,2046 6,8530 3,4332 1,9961
½ Bola ½ 1,3000 x 10-4 6,6208 6,5463 1,6987 0,8510 1,9961
1/3 9,6667 x 10-5 4,9232 4,8225 0,9306 0,4662 1,9961

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Formulir Tumbukan Pancaran Air

Kelompok : VII
Hari / Tgl : Sabtu, 17 Oktober 2020
Pukul : 13.30

Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Datar


Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
(kg) (m3) (detik) (m3/det)
2/3 0,87 0,1405 392,0967 3,583 x 10-4
8 mm 1/2 0,7 0,1405 780,5556 1,8 x 10-4
1/3 0,62 0,1405 1170,8333 1,2 x 10-4

Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Cekung


Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
(kg) (m3) (detik) (m3/det)
2/3 0,7 0,1405 355,6962 3,95 x 10-4
8 mm 1/2 0,6 0,1405 514,0307 2,733 x 10-4
1/3 0,75 0,1405 1124 1,25 x 10-4

Hasil Perhitungan Data Percobaan Impact of Jet untuk Bidang Setengah Bola
Total Massa Jumlah Air Waktu Laju Alir
yang yang mengumpulkan Volumetrik
Nozzle Bukaan
dibebankan dikumpulkan air Q
3 3
(kg) (m ) (detik) (m /det)
2/3 1 0,1405 358,7204 3,9167 x 10-4
8 mm 1/2 0,7 0,1405 720,5128 1,95 x 10-4
1/3 0,65 0,1405 1067,0616 1,3167 x 10-4

Jakarta, 17 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005 Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Tabel Hasil Perhitungan Percobaan dengan Permukaan Bidang

Ukuran Diameter Nozzle yang digunakan : 8 mm


Kemiringan
Bidang Bukaan 3
Q ( m/s ) Vn (m/s) V1 (m/s) F (N) ρQv1 F
ρQv1
2/3 3,583 x 10-4 7,1288 7,0457 3,6560 2,5247 1,4481
Datar ½ 1,8 x 10-4 3,5810 3,4127 0,8896 0,6143 1,4481
1/3 1,2 x 10-4 2,3873 2,1265 0,3695 0,2552 1,4481
2/3 3,95 x 10-4 7,8584 7,7957 1,4617 3,0793 0,4747
Cekung ½ 2,733 x 10-4 5,4378 5,3468 0,6937 1,4614 0,4747
1/3 1,25 x 10-4 2,4868 2,2810 0,1353 0,2851 0,4747
2/3 3,9167 x 10-4 7,7921 7,7289 6,0426 3,0272 1,9960
½ Bola ½ 1,95 x 10-4 3,8794 3,7508 1,4599 0,7314 1,9960
1/3 1,3167 x 10-4 1,0671 0,3971 0,1044 0,0523 1,9960

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik gaya tumbukan F(N) terhadap momentum tumbukan PQV1 (N)


Permukaan Bidang Datar (Nozzle 5mm)

Permukaan Bidang Datar (Nozzle 5 mm)


3,5

2,5

1,5

0,5

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

!
Slope =
"#$%
&,()%* %,-,-- -,&,(%
= = =
),%*,% -,.(*. -,)&%,
= 1,4481

01
Kemiringan =
02
&,()%*3%,-,--
=
),*%,%3-,.(*.
= 1,4481

Grafik diatas merupakan pengaruh momentum tumbukan air terhadap suatu bidang
permukaan perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum.
Momentum yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang besar
pula. Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk dengan slope
1,4481 dan kemiringan grafik sebesar 1,4481

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik gaya tumbukan F(N) terhadap momentum tumbukan PQV1 (N)


Permukaan Bidang Cekung/Kerucut ( Nozzle 5mm)

Permukaan Bidang Cekung/kerucut (Nozzle 5


mm)
1,2

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

!
Slope =
"#$%
%,.(.4 -,(-). -,*%)5
= = =
),.-)% %,-5%% -,&&,,
= 0,4747

01
Kemiringan =
02
%,.(.43-,(-).
=
),.-)%3%,-5%%
= 0,4747

Grafik diatas merupakan pengaruh momentum tumbukan air terhadap suatu


bidang permukaan perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum.
Momentum yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang
besar pula. Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk
dengan slope sebesar 0,4747 serta kemiringan grafik sebesar 0,4747

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik gaya tumbukan F(N) terhadap momentum tumbukan PQV1 (N)


Permukaan Bidang ½ Bola ( Nozzle 5mm )

!
Slope =
"#$%
5,4()- %,5,4. -,,)-5
= = =
),&))* -,4(%- -,-(*)
= 1,9961

01
Kemiringan =
02
5,4()-3%,5,4.
=
),&))*3 -,4(%-
= 1,9961

Grafik diatas merupakan pengaruh momentum tumbukan air terhadap suatu


bidang permukaan perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum.
Momentum yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang
besar pula. . Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk
dengan slope sebesar 1,9961 serta kemiringan grafik sebesar 1,9961

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik gaya tumbukan F(N) terhadap momentum tumbukan PQV1 (N)


Permukaan Bidang Datar ( Nozzle 8 mm )

!
Slope =
"#$%
),5(5- -,44,5 -,)5,(
= = =
*,(*&. -,5%&) -,*((*
= 1,4481

01
Kemiringan =
02
),5(5- 3 -,44,5
=
*,(*&. 3 -,5%&)
= 1,4481

Grafik diatas merupakan pengaruh momentum tumbukan air terhadap suatu


bidang permukaan perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum.
Momentum yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang
besar pula. Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk
dengan slope dan kemiringan grafik sebesar 1,4481

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik gaya tumbukan F(N) terhadap momentum tumbukan PQV1 (N)


Permukaan Bidang Cekung/Kerucut ( Nozzle 8 mm )

!
Slope =
"#$%
%,&5%. -,5,). -,%)()
= = =
),-.,) %,&5%& -,*4(%
= 0,4747

01
Kemiringan =
02
%,&5%. 3-,5,).
=
),-.,)3%,&5%&
= 0,4747

Grafik diatas merupakan pengaruh momentum tumbukan air terhadap suatu bidang
permukaan perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum.
Momentum yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang besar
pula. Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk dengan slope
sebesar 0,4747 serta kemiringan grafik sebesar 0,4747

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Grafik gaya tumbukan F(N) terhadap momentum tumbukan PQV1 (N)


Permukaan Bidang ½ Bola ( Nozzle 8 mm )

!
Slope =
"#$%
5,-&*5 %,&(,, -,%-&&
= = =
),-*.* -,.)%& -,-(*)
= 1,9960

01
Kemiringan =
02
5,-&*5 3%,&(,,
=
),-*.* 3-,.)%&
= 1,9960

Grafik diatas merupakan pengaruh momentum tumbukan air terhadap suatu


bidang permukaan perubahan kecepatan ini akan menimbulkan perubahan momentum.
Momentum yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang
besar pula. Gaya yang timbul berupa gaya tolak yang dialami bidang yang ditumbuk
dengan slope sebesar 1,9960 serta kemiringan grafik sebesar 1,9960.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

E. PERHITUNGAN
1. Nozzle 5 mm
1 2
A = 4
πd

1
= 4 π (5 x 10-3 m)2

= 1,9635 x 10-5 m2
a. Permukaan Bidang Datar
h = 6 cm
= 0,06 m

Ø Bukaan 2/3
Q= 14.9 l/menit
%&,,
= m³/det
%--- 6 5-
= 2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 920 g
= 0,92 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
*,&4)) 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
= 565,2794 detik

#
Vn =
C
*,&4)) 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 12,6473 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(12,6473 )* − 2 O 9,81 O 0,006 R
L L

= 12,6007 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 2,4833 x 10 ̄ ⁴ m³/det x 12,6007 m/s


= 3,1291 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,1291 ( 1 – cos 90 )
= 4,5312 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Ø Bukaan 1/2
Q= 7,5 l/menit
.,(
= m³/det
%--- 6 5-
= 1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 720 g
= 0,72 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
%,*( 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
= 1124 detik

#
Vn =
C
%,*( 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 6,3662 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(6,3662 )* − 2 O 9,81 O 0,006 R
L L

= 6,2729 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 1,25 x 10 ̄ ⁴ m³/det x 6,2729 m/s


= 0,7527 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,7527 ( 1 – cos 90 )
= 1,1354 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Ø Bukaan 1/3
Q= 5 l/menit
(
= m³/det
%--- 6 5-
= 8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 700 g
= 0,70 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
4,)))) 6 %- ̄ ⁵ ;³/@AB
= 1686,0067 detik

#
Vn =
C
4,)))) 6 %- ̄ ⁵ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 4,2441 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(4,2441 )* − 2 O 9,81 O 0,006 R
L L
= 4,1031 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 8,3333 x 10 ̄ ⁵ m³/det x 4,1031 m/s


= 0,3419 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,3419 ( 1 – cos 90 )
= 0,4951 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

b. Permukaan Bidang Cekung / Kerucut


h = 5 cm
= 0,05 m

Ø Bukaan 2/3
Q= 16,2 l/menit
%5,*
= m³/det
%--- 6 5-
= 2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 700 g
= 0,7 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
*,. 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
= 520,3704 detik

#
Vn =
C
*,. 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 13,7510 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(13,7510 )* − 2 O 9,81 O 0,005 R
L L
= 13,7513 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 2,7 x 10 ̄ ⁴ m³/det x 13,7513 m/s


= 3,7031 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,7031 ( 1 – cos 45 )
= 1.7578 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Ø Bukaan 1/2
Q= 8,4 l/menit
4,&
= m³/det
%--- 6 5-
= 1,4 x 10 ̄ ⁴ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 600 g
= 0,6 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
%,& 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
= 1003,5714 detik

Q
Vn =
A

1,4 x 10-4 m3/det


=
1,9635 x 10-5
= 7,1301 m/det

V12 = Vn2 – 2gh

V1 =F(7,1301 m/det)2 − 2 x 9,81 m/s2 x 0,05 m


= 7,0610 m/det

ρQv1 = 1000 kg/m3 x 1,4 x 10-4 m3/det x 7,0610 m/det


= 0,9885 N

F = ρQv1 ( 1- cos θ )
= 0,9885 N ( 1 – cos 45° )
= 0,4692 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Ø Bukaan 1/3
Q= 5,7 l/menit
(,.
= m³/det
%--- 6 5-
= 9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det
V = 0,1405 m³

Beban = 600 g
= 0,6 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
9,6 x 10 ̄ ⁵ ;³/@AB
= 1478,9474 detik

#
Vn =
C
%,& 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 4,3838 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(4,3838 )* − 2 O 9,81 O 0,005 R
L L

= 4,7358 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 9,6 x 10 ̄ ⁵ m³/det x 4,7358 m/s


= 0,4499 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,4499 ( 1 – cos 45 )
= 0,2136 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

c. Permukaan Bidang ½ Bola


h = 5 cm
= 0,05 m

Ø Bukaan 2/3
Q= 15,6 l/menit
%(,5
= m³/det
%--- 6 5-
= 2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 1000 g
= 1 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
*,5 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
= 540,3846 detik

#
Vn =
C
*,5 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 13,2417 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(13,2417 )* − 2 O 9,81 O 0,005 R
L L
= 13,2046 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 2,6 x 10 ̄ ⁴ m³/det x 13,2046 m/s


= 3,4332 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 3,4332 ( 1 – cos 135 )
= 6,8530 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Ø Bukaan 1/2
Q= 7,8 l/menit
.,4
= m³/det
%--- 6 5-
= 1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 700 g
= 0,7 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
%,) 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
= 1080,7692 detik

#
Vn =
C
%,) 6 %- ̄ ⁴ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 6,6208 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(6,6208 )* − 2 O 9,81 O 0,005 R
L L

= 6,5463 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 1,3 x 10 ̄ ⁴ m³/det x 6,5463 m/s


= 0,8510 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,8510 ( 1 – cos 135 )
= 1,6987 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

Ø Bukaan 1/3
Q= 5,8 l/menit
(,4
= m³/det
%--- 6 5-
= 9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det

V = 0,1405 m³

Beban = 700 g
= 0,7 kg

$
t =
#
0,1405 ;³
=
9,6667 x 10 ̄ ⁵ ;³/@AB
= 1453,4433 detik

#
Vn =
C
9,6667 x 10 ̄ ⁵ ;³/@AB
=
%,,5() 6 %- ̄ ⁵ ;²
= 1,0671 m/s

V1 ² = Vn ² - 2gh
; ;
V1 = F(1,0671 )* − 2 O 9,81 O 0,005 R
L L

= 0,3971 m/s

PQV1 = 1000 kg/m³ x 9,6667 x 10 ̄ ⁵ m³/det x 0,3971 m/s


= 0,0523 N

F = PQV1 ( 1 - cos ɵ )
= 0,0523 ( 1 – cos 135 )
= 0,9306 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

2. Nozzle 8 mm
1 2
A =4 πd
1 2
= 4 π (8 × 10-3 m)
= 5,0265 x 10-5 m2

a. Permukaan Bidang Datar


h = 6 cm
= 0,06 m
2
Ø Bukaan 3

Q = 21,5 l/m
21,5
= m3 /det
1000 × 60
= 3,583 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 870 gr
= 0,87 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
3,583 x 10-4 m3 /det
= 392,0967 detik

Q
Vn = A
3,583 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,1288 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(7,1288 m/s)2 – 2 (9,81 m/s2) (0,06 m)
= 7,0457/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (3,583 x 10-4 m3/det) (7,1288 m/s)


= 2,5247 N

F = ρQV1 (1 – cos 90˚)


= 2,5247 N (1 – cos 90˚)
= 3,6560 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

1
Ø Bukaan 2

Q = 10,8 l/m
10,8
= 1000 × 60 m3 /det
= 1,8 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban 700 gr
= 0,7 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
1,8 x 10-4 m3 /det
= 780,5556 detik

Q
Vn = A
1,8 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,5810 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(3,5810 m/s)2 – 2 (9,81 m/s2) (0,06 m)
= 3,4127 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (1,8 x 10-4 m3/det) (3,5810 m/s)


= 0,6143 N

F = ρQV1 (1 – cos 90˚)


= 0,6143 N (1 – cos 90˚)
= 0,8896 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

1
Ø Bukaan 3

Q = 7,2 l/m
7,2
= 1000 × 60 m3 /det
= 1,2 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 620 gr
= 0,62 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 117,083 detik

Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,3873 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(2,3873 m/s)2 – 2(9,81 m/s2) (0,06 m)
= 2,1265 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (1,2 x 10-4 m3/det) (2,3873 m/s)


= 0,2552 N

F = ρQV1 (1 – cos 90˚)


= 0,2552 N (1 – cos 90˚)
= 0,3695 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

b. Permukaan Bidang Cekung / Kerucut


h = 5 cm
= 0,05 m
2
Ø Bukaan 3

Q = 23,7 l/m
23,7
= 1000 × 60 m3 /det
= 3,95 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
3,95 x 10-4 m3 /det
= 355,6962 detik

Q
Vn = A
3,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,8584 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(7,8584 m/s)2 – 2(9,81 m/s2) (0,05 m)
= 7,7957 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (3,916 x 10-4 m3/det) (7,8584 m/s)


= 3,0793 N

F = ρQV1 (1 – cos 45˚)


= 3,0793 N (1 – cos 45˚)
= 1,4617 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

1
Ø Bukaan 2

Q = 16,4 l/m
16,4
= 1000 × 60 m3 /det
= 2,7333 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 600 gr
= 0,6 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
2,7333 x 10-4 m3 /det
= 514,0307 detik

Q
Vn = A
2,7333 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 5,4378 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(5,4378 m/s)2 – 2(9,81 m/s2) (0,05 m)
= 5,3468 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (1,86 x 10-4 m3/det) (5,4378 m/s)


= 1,4614 N

F = ρQV1 (1 – cos 45˚)


= 1,4614 N (1 – cos 45˚)
= 0,6937 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

1
Ø Bukaan 3

Q = 7,5 l/m
7,5
= 1000 × 60 m3 /det
= 1,2 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 750 gr
= 0,75 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
1,2 x 10-4 m3 /det
= 1124 detik

Q
Vn = A
1,2 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 2,4868 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(2,4868 m/s)2 – 2 (9,81 m/s2) (0,05 m)
= 2,2810 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (1,36 x 10-4 m3/det) (2,4868 m/s)


= 0,2851 N

F = ρQV1 (1 – cos 45˚)


= 0,2851 N (1 – cos 45˚)
= 0,1353 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

c. Permukaan Bidang ½ Bola


h = 5 cm
= 0,05 m
2
Ø Bukaan 3

Q = 23,5 l/m
23,5
= 1000 × 60 m3 /det
= 3,9167 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 1000 gr
= 1 kg

V
t =
Q
0,01405 m3
=
3,9167 x 10-4 m3 /det
= 358,7204 detik

Q
Vn = A
3,9167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 7,7921 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(7,7921 m/s)2 – 2 (9,81 m/s2) (0,05 m)
= 7,7289 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (3,483 x 10-4 m3/det) (7,7921 m/s)


= 3,0272 N

F = ρQV1 (1 – cos 135˚)


= 3,0272 N (1 – cos 135˚)
= 6,0426 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

1
Ø Bukaan 2

Q = 11,7 l/m
11,7
= 1000 × 60 m3 /det
= 1,95 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 700 gr
= 0,7 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
1.95 x 10-4 m3 /det
= 720,5218 detik

Q
Vn = A
1,95 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 3,8794 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(3,8794 m/s)2 – 2(9,81 m/s2) (0,05 m)
= 3,7508 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (1,86 x 10-4 m3/det) (3,8794 m/s)


= 0,7314 N

F = ρQV1 (1 – cos 135˚)


= 0,7314 N (1 – cos 135˚)
= 0,4599 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

1
Ø Bukaan 3

Q = 7,9 l/m
7,9
= 1000 × 60 m3 /det
= 1,3167 x 10-4 m3/det

V = 0,01405 m3
Beban = 650 gr
= 0,65 kg

V
t =Q
0,01405 m3
=
1,3167 x 10-4 m3 /det
= 1067,0616 detik

Q
Vn =
A
1,3167 x 10-4 m3 /det
=
5,0265 x 10-5 m2
= 1,0671 m/s

V12 = Vn2 – 2gh


V1 = T(1,0671 m/s)2 – 2(9,81 m/s2) (0,05 m)
= 0,3971 m/s

ρQV1 = (1000 kg/m3) (1,2 x 10-4 m3/det) (1,0671 m/s)


= 0,0523 N

F = ρQV1 (1 – cos 135˚)


= 0,0523 N (1 – cos 135˚)
= 0,1044 N

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

F. ANALISA

Pada praktikum kali ini, kita membahas tentang tumbukan pancaran air (IMPACT
OF JET). Praktikum ini bertujuan untuk mencari reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan
momentum aliran air, dengan pengukuran gaya yang dihasilkan oleh jet yang menumbuk
permukaan padat yang menghasilkan derajat defleksi aliran yang berbeda. Adapun alat
yang digunakan pada saat praktikum yaitu hydraulic bench yang berfungsi sebagai
mengalirkan air / sebagai wadah penyimpan air, impact of jets berfungsi untuk melihat reaksi
fluida yang mengalami tumbukan permukaan suatu bidang, logam pemberat berfungsi
untuk mengetahui berat dalam keadaan seimbang, nozzel berfungsi untuk memancarkan
air ke permukaan datar, kerucut dan setengah bola, penggaris berfungsi untuk melihat
apakah pancaran seimbang, dan permukaan bidang berfungsi sebagai bidang yang akan
ditumbuk dengan air.

Pengertian tumbukan dalam fisika yaitu peristiwa bertemunya dua buah benda yang
bergerak. Tumbukan yang berhasil hanya terjadi apabila tumbukan tersebut memiliki energi
yang cukup untuk memutuskan ikatan-ikatan pada zat. Saat tumbukan berlaku hukum
kekekalan momentum. Bunyi hukum kekekalan momentum yaitu jumlah momentum benda-
benda sebelum dan sesudah tumbukan adalah tetap, asalkan tidak ada gaya luar yang
bekerja pada benda-benda tersebut.

Dalam praktikum kali ini praktikan memakai nozzel 5 mm dan 8 mm. Nozzle sendiri
memiliki tiga Jenis yaitu nozzel konvergen, nozzel divergen, dan nozzel konvergen dan
divergen. Dari beberapa jenis nozzel tersebut mempunyai perbedaan pada pancaran
airnya. Nozzel konvergen pancaran airnya selalu ke atas, nozzel divergen pancaran airnya
selalu kebawah, sedangkan nozzel konvergen dan divergen memancarkan aliran kedua
arah yang berbeda. Pada praktikum kali ini permukaan bidang berada diatas sehingga
nozzel yang digunakan dalam praktikum ini adalah nozzel konvergen yang memancarkan
aliran airnya ke atas. Nozzel dalam praktikum kali ini berperan sangat penting karena ketika
fluida yang mengalir melalui nozzel akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi
dibandikan dengan sebelum melalui nozzel. Perubahan kecepatan ini akan menimbulkan
perubahan momentum karena kecepatan berbanding lurus dengan momentum. Momentum
yang besar ketika menumbuk suatu bidang akan menimbulkan gaya yang besar.

Pada praktikum ini praktikan akan mengamati pancaran aliran yang menumbuk tiga
permukaan bidang yaitu bidang datar, bidang kerucut, dan bidang setengah bola. Setiap
tumbukan antara pancaran air dan permukaan bidang datar akan menyebabkan perubahan
arah air atau pantulan fluida dari permukaan bidang. Ketika pancaran air menumbuk
permukaan bidang datar maka aliran yang dihasilkan akan simetris dan bentuk yang
dihasilkan bagus atau indah dipandang, Jika pancaran air menumbuk bidang permukaan
kerucut maka aliran yang dihasilkan akan menyebar dan asimetris, lalu jika pancaran air
menumbuk terhadap permukaan semi bola maka aliran yang dihasilkan akan simetris dan
aliran akan membentuk seperti payung yang terbalik. Bentuk aliran simetris yaitu dimana
aliran fluida memancar rata tengah sedangkan bentuk aliran asimetris yaitu dimana aliran
fluida memancar ke satu arah.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mencari reaksi gaya ya itu antara nozzle yg memberikan aksi terhadap
permukaan bidang dan permukaan bidang memberikan reaksi terhadap pancaran.
2. Praktikan dapat mengetahui bentuk-bentuk pancaran dari masing masing bidang
permukaan.
3. Praktikan dapat mengetahui reaksi gaya yang dihasilkan dari perubahan momentum
aliran air.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

H. LAMPIRAN
5.1 Alat dan Bahan

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

(g) (h)

Keterangan :
(a) Bangku Hidrolik Digital
(b) Tangki Pasokan dengan Batang dan Tabung Pendukung
(c) Tangki Sulpai Pewarna
(d) Osborne Reynolds
(e) Thermometer
(f) Klip Kontrol Pewarna
(g) Air 140,5 liter
(h) Botol Pewarna

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 - 005

5.2 Dokumentasi Kegiatan

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Laporan Praktikum
MODUL NO. VI
SALURAN DALAM ALIRAN TERBUKA
(Open Channel)

Institut Teknologi – PLN

Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
Kelas :B
Kelompok : VI
Jurusan : S1 Teknik Sipil
Tanggal Praktikum : Sabtu, 31 Oktober 2020
Asisten : Stella Nur Octaviany

Laboratorium Hidrolika
Institut Teknologi – PLN
2020
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

MODUL VI
SALURAN DALAM ALIRAN TERBUKA
( Open Channel )

A. TUJUAN
Untuk menghitung debit air yang melimpas pada saluran terbuka persegi panjang
dengan menggunakan alat ukur seperti bendung ambang lebar, bendung segitiga, venturi
flume, serta sluice gate.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Rectangular Flow Channel Apparatus
2. Venturi Flume
3. Bendung Segitiga
4. Pengukur kedalaman
5. Alat pengambil bending

Bahan :
Air sebanayak 140,5 liter

C. DASAR TEORI
Cairan yang mengalir di saluran terbuka memiliki permukaan bebas yang terkena
tekanan atmosfer. Oleh karena itu, sepanjang saluran, tekanan pada permukaan konstan
dan alirannya tidak dapat dihasilkan oleh tekanan eksternal tetapi hanya oleh perbedaan
energi potensial karena kemiringan permukaan. Memperhitungkan saluran terbuka
dengan lebar yang sama (B) dan dengan alas datar tetapi miring seperti diilustrasikan di
bawah ini, di mana cairan mengalir dari kiri ke kanan.

Gambar 4.1 Rectangular Open Channel

Pada bidang X :
Tinggi dasar saluran di atas datum = Z
Kedalaman cairan dalam saluran = D
Lebar saluran = B
Perimeter basah = P = B + 2D
Kecepatan rata-rata cairan = v.
Kedalaman Rata-Rata Hidrolik, DHM didefinisikan sebagai:
A B.D
DH = P = B + 2D

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
Menerapkan persamaan Bernoulli untuk cairan pada bidang X maka total energi
puncak di atas datum adalah:
V2
H=Z+D
2g
Seringkali menguntungkan untuk menggunakan dasar saluran sebagai datum.
Total energi puncak di atas dasar saluran dikenal sebagai energi spesifik, E adalah:
V2
E = D + 2g
Penataan ulang untuk mendapatkan kecepatan rata-rata:
V = !2g (E-D)
Tergantung pada kemiringan saluran kedalaman cairan di sepanjang saluran
mungkin konstan atau mungkin menurun atau meningkat. Pertimbangan kontinuitas laju
aliran antara dua bidang X1 dan X2 mensyaratkan bahwa laju aliran Q adalah sama di
masing-masing bidang sehingga:
Q = V1 . A1 = V2 . A2
dan untuk saluran persegi panjang lebar yang sama, B:
Q
q= B
= V1 . D1 = V2 . D2
Untuk aliran yang seragam atau stabil dalam saluran lebar konstan, kedalaman
cairan akan konstan sepanjang saluran D1 = D2 dan oleh karena itu kemiringan
permukaan θS harus sejajar dengan kemiringan dasar θB sehingga θS = θB.
Jika kecepatan di sepanjang dasar meningkat maka kedalaman berkurang ke arah
aliran D1>D2 dan kemiringan permukaan lebih besar dari kemiringan dasar saluran
θS>θB atau jika kecepatan berkurang maka kedalaman meningkat D1<Θb.

6.1 Rumus Chezy


Mempertimbangkan kasus aliran konstan pada kecepatan rata-rata, V dalam
saluran persegi panjang sehingga sepanjang saluran:
"# = "$ dan θS = θB

Gambar 4.2 Uniform Flow in a Rectangular Channel

Untuk aliran air pada kecepatan konstan sepanjang saluran harus ada
keseimbangan antara gaya yang menyebabkan aliran dan gaya gesekan yang
menentang aliran.
Gaya yang menghasilkan gerakan di garis dasar saluran disebabkan oleh gravitasi
dan untuk setiap bagian saluran dengan panjang L adalah:
= W. SinθB = ρ. g. A. δL. SinθB
Jika kemiringannya kecil m aka : sinθ ≈ θB sehingga gerakan yang menghasilkan gaya
adalah:
= ρ. g. A. δL.θB

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
Gerakan penahan gaya adalah karena tahanan gesek pada perimeter dibasahi,
jika tahanan gesekan per satuan luas pada kecepatan satuan adalah f maka tahanan
untuk bagian saluran panjang L adalah:
= f. V2. P. δL
Untuk kecepatan konstan menyamakan dua gaya yang berlawanan ini:
f. V2. P. δL = ρ. g. A. δL. θB
V2 = ρ. g f . A P . θB
Mengganti DHM kedalaman rata-rata hidrolik untuk A/P kecepatan diberikan oleh:
ρ.g
V=& !DH . θB
f

= C !D( . θ+
Persamaan ini dikenal sebagai rumus Chezy dan C = !ρ . g/f adalah Koefisien
Chezy untuk saluran. Koefisien chezy adalah dimensi dan karenanya nilai numeriknya
akan bergantung pada unit yang digunakan. Ini memiliki dimensi: L1/2 . T-1

6.2 Rumus Manning


Ada sejumlah rumus aliran empiris untuk saluran terbuka yang berupaya mewakili
koefisien chezy sebagai fungsi dari ukuran saluran dan kekasaran permukaan saluran
yang dibasahi. Rumus Manning digunakan secara khusus untuk saluran terbuka dan
biasanya digunakan dalam aplikasi teknik sipil yang luas. Sedangkan rumus dari Darcy-
Weisbach dan Colebrook_White yang diterapkan pada saluran berasal dari aliran dalam
pipa bulat dan tidak bulat yang lebih cocok untuk masalah teknik mesin.
Dari studi gaya gesek pada pipa, faktor gesekan ditemukan tergantung pada
angka Reynolds dan kekasaran relatif dari dinding pipa, namun untuk pipa yang sangat
kasar faktor gesekan menjadi bebas dari angka Reynolds dan hanya bergantung pada
kekasaran dinding pipa. Untuk banyak saluran terbuka yang ditemukan dalam masalah
teknik sipil, dinding saluran sangat kasar dan dalam mempelajari saluran-saluran teknik
sipil ini Robert Manning menemukan dari percobaan bahwa Koefisien Chezy bervariasi
sebagai akar keenam dari radius rata-rata hidrolik dan berbanding terbalik dengan
kekasaran saluran.
,- ?
C= /
dimana n adalah factor kekasaran Manning.
Kecepatan dalam saluran terbuka diberikan oleh rumus Manning:
DH ? DH 203 . θB 102
V = C !DH . θB = C = n
!DH . θB = n
#0
Tabel 6.1 Nilai khas faktor kekasaran Manning dengan satuan 1 $ dan detik-1 adalah:

Irregular rock channels 0.035 – 0.045


Rough earth channels 0.025 – 0.040
Smooth earth channels 0.017 – 0.025
Rubble masonry 0.017 – 0.030
Clean Smooth brick or wood channels 0.010 – 0.017
Smooth metal channels 0.008 – 0.010

6.3 Energi Spesifik dan kedalaman kritis


Dengan menerapkan persamaan Bernoulli pada aliran dalam saluran, bahwa energi
spesifik yang diukur dari dasar saluran pada bidang apa pun diberikan oleh:

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
2 2
V Q
E=D =D+ 2
2.g 2.g.A

Kecepatan rata-rata adalah:


V = !2.g(E - D)
Debitnya adalah:
Q = !2.g(E - D)
substitusi B.D ke A dalam persamaan energi spesifik dan mendefinisikan q sebagai
aliran volume per unit lebar saluran sehingga q = Q / B atau q / D = Q / A.
Q2 q2
E = D 2.g.A = D+
2.g.D2
Sekarang membedakan hubungan dengan kedalaman dan menyamakan dengan nol
untuk menentukan kondisi untuk nilai minimum energi spesifik Ec:
dE q2
=1- =0
dD g.D3
Oleh karena itu:
q2 3 q2
DC3 = g
atau DC = & g
Jadi energi spesifik minimum, yang dikenal sebagai energi spesifik kritis, 23 diberikan
oleh:
q2 DC2. g 3
EC = DC 2.g.D = DC + 2 . g. D 2
= 2 DC
2
C C
Kedalaman kritis yang berhubungan dengan energi spesifik minimum adalah:
2
DC = EC
3
dan kecepatan pada kondisi kritis ini adalah:
2
VC = !2g(E-D) = &2g(EC - 3 EC

2
= & g.EC = !g . DC
3

Untuk nilai debit q tertentu akan ada dua kedalaman yang mungkin untuk nilai energi
spesifik yang diberikan seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini. Untuk kedalaman
yang lebih besar dari kedalaman kritis, aliran dikatakan subkritis atau tenang dan untuk
kedalaman kurang dari kedalaman kritis, aliran digambarkan sebagai superkritis atau
shooting.

Gambar 4.3 Specific Energy – Depth Curve

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Pada kondisi kritis kecepatan kritis diberikan oleh:


VC = !g . DC
Mengkuadratkan dan mengatur ulang memberikan:
V2
= 1 = Nomor Froude 78
g.D
Pernyataan umum untuk Nomor Froude adalah:
V2 2(E - D)
=
g. D D
Ketika D>Dc, Nomor Froude NF kurang dari satu maka alirannya adalah subkritis,
dan ketika D <DC Nomor Froude lebih besar dari satu maka alirannya superkritis. Nomor
Froude NF dianalogikan dengan Nomor Mach 79 untuk aliran udara atau gas, aliran
cairan subkritis analog dengan aliran udara subsonik dan aliran air superkritis analog
dengan aliran udara supersonik.

6.4 Lompatan Hidrolik


Jika aliran dalam saluran bersifat superkritis dan tidak ada kemiringan yang
memadai untuk gaya gravitasi untuk mengatasi gaya gesekan maka aliran tersebut akan
tiba-tiba berubah menjadi aliran subkritis dengan menggunakan Lompatan Hidrolik yang
diilustrasikan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Hydraulic Jump


Kedalaman air sebelum lompatan kurang dari kedalaman kritis dan kedalaman
setelah lompatan hidrolik lebih besar dari kedalaman kritis. Energi spesifik sebelum dan
sesudah lompatan hidrolik harus lebih tinggi dari nilai energi kritis. Lompatan hidrolik
adalah proses yang sangat ireversibel, ada kerugian dalam energi kinetik, dan meskipun
ada keuntungan dalam energi potensial, irreversibilitas proses mensyaratkan bahwa
energi spesifik di hilir lompatan hidraulik lebih kecil daripada energi spesifik di hulu dari
lompatan hidrolik. Hidrolik akan terjadi dalam aliran superkritis jika permukaan air hilir
dinaikkan di atas kedalaman kritis oleh suatu halangan.
a) Kontinuitas
Untuk kontinuitas aliran melalui lompatan hidrolik:
Q = B . D1 . V1 = B . D2 . V2
D1
V2 = V1
D2

b) Tingkat Perubahan Momentum


Dalam lompatan hidrolik perubahan kecepatan dari V1 ke V2 dan karenanya ada
perubahan momentum melalui lompatan. Gaya yang menghasilkan perubahan
momentum ini adalah karena perbedaan tekanan hidrostatik yang dihasilkan dari
perubahan kedalaman.
Gaya resultan yang timbul dari perbedaan tekanan hidrostatik adalah:
1 1 1
2
ρ g B D22 - 2 ρ g B D12 = 2
ρ g B ( D22 - D12 )

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Sekarang laju perubahan momentum adalah:


D1
ρ Q (V1 - V2 ) = ρ B D1 V1 (V1 - V2 ) = ρ B D1 V1 (V1 - V1 D2
)
Oleh karena itu menyamakan gaya hidrostatik yang dihasilkan dengan laju
perubahan momentum:
1 D1
2
ρ g B ( D22 - D12 ) = ρ B D1 V1 (V1 - V1 D2
)
Yang dapat disusun kembali sebagai kuadrat di D2:
D
g(D2 - D1 )(D2 + D1 ) = 2V12 D1 (D1 - D2 )
2
V 2 D1
1
D22 + D2 D1 - 2 g
=0
D1 2V 2 D1 D 2
D2 = - +& 1
+ 1
2 g 4
c) Hilangnya Energi Spesifik
Dengan nilai V2 dan D2 dievaluasi seperti di atas maka hilangnya energi spesifik
karena irreversibilitas dalam lompatan hidrolik dapat dihitung dari:
V2 V2 V2 V2
E1 - E2 = (D1 - 1 ) - (D2 - 2 ) = (D2 + D1 ) + ( 1 - 2 )
2g 2g 2g 2g

6.5 Bendungan Punuk Segitiga


Aliran di atas bending berbentuk segitiga ditunjukkan pada Gambar 6.5 di bawah
ini. Ketika air mengalir di atas punuk, puncak energi spesifik yang ada berkurang dengan
jumlah yang sama dengan ketinggian punuk:
E = E1 – Z
Dengan dasar saluran horisontal, puncak energi total diberikan oleh:
Q2
H = E + Z = Y +2gY + z
Dengan asumsi bahwa aliran pendekatan tenang atau subkritis dan bahwa hilir
bendung tidak dibatasi daripada aliran di atas puncak dan kemiringan hilir akan meningkat
karena puncak yang ada dan aliran akan menjadi shooting atau superkritis. Kondisi aliran
kritis terjadi ketika puncak energi spesifik E adalah nilai minimum dan ini terjadi di puncak
di mana:
3 2
Q
YC = & g

Gambar 4.5 Flow Over Triangular Hump Weir

Hilir dari puncak aliran akan mempercepat.

6.6 Bendungan Ambang Lebar


Aliran di atas bendung ambang lebar ditunjukkan pada Gambar 4.6. Saat air
mengalir di atas bendung, puncak energi spesifik yang tersedia berkurang dengan jumlah
yang sama dengan ketinggian bendung.
E = E1 – Z

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
Dengan dasar saluran horisontal, puncak energi total diberikan oleh
Q2
H = E + Z = Y +2gY + z
Asumsi bahwa aliran mendekati tenang atau subkritis dan bahwa hilir bendung
tidak dibatasi dari aliran atas bendung akan dipercepat karena puncak yang tersedia dan
aliran akan menjadi shooting atau superkritis. Kondisi aliran kritis terjadi ketika puncak
energi spesifik E adalah nilai minimum dan karena gesekan pada permukaan bendung
bagian atas, ini harus terjadi pada ujung hilir bendung di mana:
3 2
Q
DC = & g

Gambar 4.6 Flow Over a Broad Crested Weir

Bendung ambang lebar sering digunakan sebagai alat pengukur aliran di saluran
terbuka. Asalkan ada kondisi kritis di tepi hilir bendung, satu-satunya pengukuran yang
diperlukan untuk menentukan laju aliran adalah kedalaman hulu di atas puncak bendung.
Laju aliran diberikan oleh:
2 2g 1.5
Q= B: C C E
3 3 V D
Di mana CV adalah Koefisien Kecepatan dan CD adalah Koefisien Pengaliran.

6.7 Venturi Flume


Kecepatan air melalui tenggorokan flume lebih tinggi daripada kecepatan di
saluran hulu venturi. Ketika laju aliran melalui venturi flume meningkat maka energi
spesifik meningkat dan asalkan energi spesifiknya cukup tinggi, maka aliran melalui
tenggorokan venturi akan mencapai kondisi kritis.

Gambar 4.7 Flow Through a Venturi Flume

Dengan asumsi tidak ada kehilangan energi spesifik:


V2 V2
D1 + 1 = D2 + 2
2g 2g
Untuk kesinambungan aliran:
Q = B1 . D1 . V1 = B2 . D2 . V2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
B2 D2
V1 = V2 B1 D1
Substitusi
V 2 B 2D 2
2 2 2
D1 - D2 = (1 - )
2g B 2D 2
1 1
Penataan Ulang
2g(D1 - D2
Q = B2 . D2 . V2 = B2 . D2 B D
:1 - ( 22 22 )
B 2D 2
1 1

Oleh karena itu laju aliran melalui venturi dapat dihitung dari pengukuran
kedalaman air di pintu masuk dan tenggorokan venturi. Aliran maksimum akan terjadi
ketika aliran di tenggorokan kritis ketika kedalaman di tenggorokan adalah 2/3 dari
energi spesifik.
2
DC = H
3
x 2
y
H= + D2
2g
Debit kemudian diberikan oleh
Q = B2 . D2 !2g(H - D2
2 2
= B2 . H !2g(H - H)
3 3
2
= 1.706 B2 H3
Asalkan venturi dioperasikan dengan tenggorokan pada kondisi kritis laju aliran
dapat ditentukan dari pengukuran puncak hulu H ditambah geometri venturi. Dalam
praktiknya, Koefisien Pengaliran dan Koefisien Kecepatan dimasukkan untuk
memungkinkan puncak diukur di pintu masuk venturi, koefisien ini memungkinkan
kecepatan aliran pendekatan dan untuk vena contractor yang berada di hilir
tenggorokan.

6.8 Gerbang Pintu Air


Aliran di bawah pintu air tergantung pada puncak hulu dan ketinggian di bawah
pintu air. Asumsikan kondisi tenang aliran hulu di bawah pintu air mungkin tenang atau
superkritis, jika superkritis maka lompatan hidrolik di hilir dapat terjadi jika kemiringan
tidak cukup untuk mempertahankan aliran superkritis atau jika ada batasan di hilir.

a) Free Discharge – Unrestricted Downstream b) Flooded Discharge – Downstream


Restriction
Gambar 4.8 Flow Under a Suite Gate

6.9 Bendung Tajam


Lekuk persegi panjang besar juga disebut bendung ambang tajam dan lembaran
cairan mengalir di atas lekuk atau bendung dikenal sebagai "nappe". Jika tekanan di
bawah nappe adalah atmosfer, nappe dalam banyak kasus akan menjauh dari pelat
lekuk. Untuk lekuk penuh, udara atmosfer mungkin tidak dapat masuk ke bawah nappe
Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
dan cairan akan menempel di sisi hilir pelat lekuk yang membuat prediksi debit sulit.
Hanya dengan membuat asumsi penyederhanaan tertentu dan memperkenalkan
koefisien yang ditentukan secara eksperimen, hubungan antara laju aliran dan
kedalaman pada lekuk ditentukan. Asumsinya adalah sebagai berikut:
a) Hulu bendung alirannya seragam dan tekanannya bervariasi dengan kedalaman,
mis. ρ = ρgh
b) Permukaan bebas tetap horisontal seperti untuk bidang bendung dan semua partikel
yang melewati bendung bergerak secara horizontal.
c) Tekanan di seluruh lembar cairan atau nappe, yang melewati puncak bendung,
adalah atmosfer.
d) Efek viskositas dan tegangan permukaan dapat diabaikan.
Menerapkan Teorema Bernoulli ke 1 dan 2 pada garis streamline
ρ1 V 2 ρ2 V 2
1 2
Z1 + + = Z2 + +
ρ 2g ρ 2g
ρ2 ρ1
Namun, ρ
= 0 dan Z1 + ρ
=h
V 2 V 2
1 2
h+ 2g
= Z2 + 2g
10
V 2 2
V2 = ;2g <2g(h - Z2 + 1
2g
=>
Debit pada bidang q = V2 b
h
Q = b ∫c V2 d
10
b h V 2 2
Q = !2g ∫c <h - Z2 + 1
2g
= d
30 h
2 b V 2 2
= − !2g B<h - Z2 + 1
= C
3 2g
c
3 30
2 b
V 2 02 V 2 2
= 3
!2g B<h+ 1
2g
= - < 2g =
1
C

Jika kecepatan pendekatan V1 sangat kecil, maka persamaan berkurang


2 b 30 30
menjadi: Menurut Teori : Q = !2g (h) 2 = 2.953 b h 2 m3 ⁄s
3
2 b 30 30
Yang sebenarnya : Q = Ca 3
!2g (h) 2 = 2.953 Ca b h 2 m3 ⁄s
Jika bendung persegi panjang memanjang melintasi lebar penuh dari saluran
pendekatan maka tidak ada kontraksi ujung dimasukkan ke dalam aliran dan
h
"bendung persegi panjang tertekan" memiliki koefisien buangan Cd = 0,602 + 0,083 ρ
(rumus Rehbock) di mana h dan p adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar. 1.
Jika dasar dan dinding saluran cukup jauh dari bendung sehingga tidak memiliki
pengaruh signifikan pada aliran di bendung maka "bendung yang sepenuhnya
h
dikontrak" memiliki koefisien debit Cd = 0.616 E1 - 0.1 bF (Rumus Hamilton-Smith), di
mana h adalah seperti gambar 1 dan b adalah lebar bendung.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

D. PROSEDUR PELAKSANAAN
4.1 Prosuder Praktikum Umum
1. Posisikan Saluran Aliran ke sisi kiri Bangku Hidrolik sehingga pelepasan dari
Saluran Aliran akan memasuki saluran bendung Bangku Hidrolik.
2. Sesuaikan kaki frame pendukung saluran aliran sehingga tidak bergoyang.
3. Lepaskan "Clamping Stud" dari penyangga sisi kiri. Ini untuk memungkinkan
penyesuaian kemiringan saluran aliran.
Penting : Jangan menyesuaikan kemiringan saluran aliran dengan
clamping stud pada posisinya.
4. Hubungkan selang bawaan dari Bangku Hidrolik ke sambungan inlet dari saluran
aliran.
5. Turunkan pintu air di ujung keluar terowongan untuk menutup pintu keluar dari
terowongan.
6. Mulai pompa bangku hidrolik dan biarkan air masuk ke saluran sampai terisi
sekitar 20 mm.
7. Ukur jarak ketinggian air dari tepi atas dinding saluran di setiap ujungnya dan
dengan menggunakan tombol penyesuaian kemiringan memperoleh pengukuran
sama.
8. Atur putaran jam ke nol dan catat pembacaan alat penghitung putaran.
9. Periksa bahwa kedalaman air pada saluran adalah konstan di sepanjang saluran.
ini adalah keadaan untuk kemiringan nol.

4.2 Praktikum Aliran pada Saluran Terbuka


1. Mengatur bangku hidrolik menggunakan prosedur umum yang dijelaskan pada
paragraf 4.1.
2. Angkat penuh pintu air di ujung saluran sehingga tidak membatasi aliran.
3. Atur kemiringan saluran aliran lereng kebawah dari kiri kekanan 1.25 dalam 1500
1
yaitu 1 04 putaran dari putaran jam dari titik nol.
4. Mulai pompa bangku hidrolik dan sesuaikan laju aliran menjadi sekitar 1.5
liter/detik.
5. Ketika kondisi aliran menjadi stabil, ukur laju aliran menggunakan tangki
volumetrik dari bangku hidrolik dan ukur kedalaman air di saluran aliran pada
jarak 50cm dari ujung kiri.
6. Menjaga laju aliran konstan, ulangi pengukuran di atas untuk lereng kebawah
yang berbeda berikut ini.
Kemiringan Saluran Putaran pada dial dari kemiringan nol
1.7/1500 7
1 010
1.8/1500 80
2 10

2.5/1500 21 2
3.0/1500 3
4.0/1500 4
5.5/1500 ⁄2
51

7. Catat hasilnya pada salinan lembar hasil.


8. Untuk setiap nilai kemiringan saluran, hitung:
§ Laju aliran air, Q.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
§ Luas permukaan aliran, A = B * D.
§ Kecepatan rata-rata, V = Q/A .
§ Kedalaman rata-rata hidrolik, DHM = A / (2D + B).
§ Kemiringan dasar saluran, θB .
§ Akar kuadrat dari hasil kali kedalaman rata-rata hidrolik dan kemiringan
!DH . θB .
§ The Expression DH 302 !θB .
9. Plot grafik kecepatan rata-rata V terhadap !DH . θB dan tentukan koefisien
Chezy dari kemiringan grafik.
10. Plot grafik dengan kecepatan rata-rata V terhadap DH 302 !θB dan tentukan
nilai kekasaran Manning dari kemiringan grafik.
11. Mengomentari nilai koefisien kekasaran Manning n dan membandingkannya
dengan nilai-nilai yang dikutip dalam buku pelajaran.

4.3 Praktikum Aliran pada Bendung Segitiga


1. Siapkan Bangku Hidrolik menggunakan prosedur umum yang dijelaskan dalam
paragraf 4.1.
2. Mempersiapkan saluran aliran mengikuti prosedur paragraf 4.1.
3. Posisikan bendung segitiga di saluran sekitar 500 mm dari titik masuk aliran air.
4. Tetapkan posisi titik pengukuran yang dinomori dari 1 hingga 12 dan ditunjukkan
pada gambar dibawah ini.
5. Angkat penuh pintu air di ujung saluran sehingga tidak membatasi aliran.
6. Nyalakan Bangku Hidrolik dan sesuaikan aliran air hingga sekitar 1.5 liter/detik.
7. Ketika kondisi stabil telah ditetapkan pada laju aliran ini:
§ Ukur ketinggian pengukuran permukaan air pada lembar hasil. Posisi
pengukuran 1 hingga 12 dan catat pengukuran ini pada lembar hasil.
§ Secara akurat menentukan laju aliran menggunakan tangki ukur volumetrik
dari Bangku Hidrolik.
8. Kemudian sesuaikan laju aliran menjadi sekitar 0,5 liter/detik dan sekali lagi
secara akurat mengukur laju aliran dan posisi permukaan air.
9. Catat hasilnya pada salinan kosong lembar hasil.
10. Hitung laju aliran air, Q.

11. Hitung energi spesifik untuk masing-masing dari dua titik pengukuran dari :
2
Q
E=D+
2gA2

12. Plot grafik kedalaman D terhadap energi spesifik E untuk kedua tes data uji.
13. Tempatkan pada grafik sebuah garis untuk D=E dan D=2/3 E.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
14. Menghasilkan gambar skala yang menunjukkan bentuk permukaan air dalam
hubungannya dengan saluran aliran dan bendung punuk segitiga.
15. Mengomentari bentuk profil permukaan dibandingkan dengan posisi bendung.
16. Mengomentari hilangnya energi melintasi bendung.

4.4 Praktikum Aliran melalui Venturi Flume


1. Siapkan Bangku Hidrolik menggunakan prosedur umum yang dijelaskan dalam
paragraf 4.1.
2. Sesuaikan saluran aliran sehingga dasar saluran horisontal.
3. Pasang Venturi Flume di saluran aliran yang diposisikan sekitar 50 cm dari
masuk aliran air dengan menempatkan dua bagian Venturi Flume di kedua sisi
saluran. Ini paling baik dilakukan dengan permukaan sisi saluran basah dan
kemudian menggunakan blok penjepit untuk memperbaiki bagian dari atas.
Kancing pada blok penjepit harus pada ujung hilir blok.
4. Gunakan jangka lengkung dalam (tidak disediakan) untuk mengukur lebar rata-
rata saluran aliran dan lebar rata-rata tenggorokan venturi flume.
5. Angkat penuh pintu air di ujung saluran sehingga tidak membatasi aliran.
6. Mulai pompa Bangku Hidraulik dan sesuaikan laju aliran air dari bangku menjadi
sekitar 1,5 liter/detik.
7. Ketika aliran stabil, ukur laju aliran secara akurat menggunakan tangki ukur
volumetrik dari Bangku Hidrolik.
8. Ukur ketinggian air di titik masuk pada Venturi flume.
9. Kurangi laju aliran kira-kira sekitar 0.2 liter/detik hingga aliran hanya menjadi 0.2
liter/detik pada setiap tahap pengukuran aliran air dan ketinggian air masuk.
10. Catat hasilnya pada salinan kosong lembar hasil.
11. Hitung laju aliran air, Q.
12. Hitung energi spesifik (Total Puncak) yang masuk ke venturi untuk setiap laju
aliran menggunakan:
2
Q
E=D+
2gA2
1.5 1.5
13. Hitung E dan D1 untuk setiap laju aliran.
14. Plot grafik E dan D1 1.5 terhadap laju aliran Q.
1.5

15. Tempatkan pada grafik garis untuk D=E dan D=2/3 E dan tentukan kemiringan
garis lurus yang melewati titik asal untuk setiap parameter.
16. Menghasilkan gambar skala yang menunjukkan bentuk permukaan air dalam
hubungannya dengan saluran aliran dan venturi untuk laju aliran tertinggi dan
terendah.
17. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan persamaan empiris yang diharapkan
untuk venturi:
2
Q = 1.706 B2 H3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

NOMENKLATUR

Tabel 6.2 Nomenklatur


satuan
Simbol Makna Unit
Dimensi
A Luas permukaan = B.D M L
B Lebar saluran M L
1⁄20 ⁄
C Koefisien chezy m s L1 2 ⁄T-1
CD Koefisien pengaliran
CV Koefisien kecepatan
D Kedalaman aliran M L
Kedalaman sesuai dengan energi
"3 M L
spesifik minimum
DHM Kedalaman rata-rata hidrolik M L
E Energi spesifik M L
F Gaya gesek N MLS-2
Tahanan gesekan per unit daerah
F N⁄m2 ML-1 S-2
yang dibasahi
g Percepatan gravitasi 9,81 m⁄s2 LT-2
H Total di puncak M L
1⁄20 ⁄
N Koefisien manning m s L1 2 ⁄T-1
LC Energi spesifik kritis M L
NF Nomor Froude
P Daerah yang dibasahi M L
3
Q Jumlah total aliran m3 ⁄s L ⁄T
2 -1
Q Kuantitas aliran per satuan lebar m3 ⁄s m L T
V Kecepatan m⁄s LT-1
VC Kecepatan kritis m⁄s LT-1
Z Ketinggian diatas permukaan datum M L
ρ Massa jenis kg⁄m3 ML-3
θB Sudut dasar aliran
θS Sudut permukaan aliran

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Formulir Aliran pada Saluran Terbuka

Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30

Lebar Saluran = 5,3 cm = 0,053 m


Kedalaman Kemiringan Laju aliran air
(m) (1 G⁄HIJ)
0,014 0,000833 6,33 x 10-5
0,014 0,001133 6,33 x 10-5
0,014 0,001200 6,33 x 10-5
0,014 0,001667 6,33 x 10-5
0,013 0,002000 6,33 x 10-5
0,012 0,002667 6,33 x 10-5
0,011 0,003667 6,33 x 10-5

Jakarta, 31 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Tabel Hasil Perhitungan Percobaan Aliran pada Saluran Terbuka

Kedala Kemiringa Laju Luas Kecepatan "L9 !DH . θB DH 203


man n Aliran Permukaan ⁄
(1 K) (m)
!θB
(m) Saluran Air (1 $ )
(1 G⁄HIJ)
0,014 0,000833 6,33 x 10-5 7,42 x10-4 8,53 x10-2 9,16 x10-3 2,76 x10-3 1,26 x10-3
0,014 0,001133 6,33 x 10-5 7,42 x10-4 8,53 x10-2 9,16 x10-3 3,22 x10-3 1,47 x10-3
0,014 0,001200 6,33 x 10-5 7,42 x10-4 8,53 x10-2 9,16 x10-3 3,31 x10-3 1,52 x10-3
0,014 0,001667 6,33 x 10-5 6,89 x10-4 9,19 x10-2 8,72 x10-3 3,91 x10-3 1,73 x10-3
0,013 0,002000 6,33 x 10-5 6,89 x10-4 9,19 x10-2 8,72 x10-3 4,17 x10-3 1,89 x10-3
0,012 0,002667 6,33 x 10-5 6,36 x10-4 9,95 x10-2 5 x10-3 4,69 x10-3 3,25 x10-3
0,011 0,003667 6,33 x 10-5 5,83 x10-4 1,09 x10-2 7,77 x10-3 4,62 x10-3 2,38 x10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Formulir Aliran pada Saluran Terbuka

Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30

Lebar Saluran = 5,3 cm = 0,053 m


Kedalaman Kemiringan Laju aliran air
(m) (1 G⁄HIJ)
0,015 0,000833 9,67 x 10-5
0,014 0,001133 9,67 x 10-5
0,014 0,001200 9,67 x 10-5
0,014 0,001667 9,67 x 10-5
0,014 0,002000 9,67 x 10-5
0,013 0,002667 9,67 x 10-5
0,013 0,003667 9,67 x 10-5

Jakarta, 31 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Tabel Hasil Perhitungan Percobaan Aliran pada Saluran Terbuka

Laju
Kedala Kemiringa Luas
Aliran Kecepatan "L9 DH 203
man n Permukaan !DH . θB
Air (1⁄K) (m) !θB
(m) Saluran (1 $ )
(1 G⁄HIJ)
0,014 0,000833 9,67 x 10-5 7,95 x10-4 1,22 x10-1 9,58 x10-3 2,82 x10-3 1,302 x10-3
0,014 0,001133 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,38 x10-3 1,473 x10-3
0,014 0,001200 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 2,45 x10-3 1,517 x10-3
-5 -4 -1
0,014 0,001667 9,67 x 10 7,42 x10 1,3 x10 9,16 x10-3 2,89 x10-3 1,787 x10-3
0,013 0,002000 9,67 x 10-5 7,42 x10-4 1,3 x10-1 9,16 x10-3 3,16 x10-3 1,957 x10-3
0,012 0,002667 9,67 x 10-5 6,89 x10-4 1,4 x10-1 8,72 x10-3 4,82 x10-3 2,188 x10-3
0,011 0,003667 9,67 x 10-5 6,89 x10-4 1,4 x10-1 8,72 x10-3 5,65 x10-3 2,566 x10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Formulir Aliran di Bendung Segitiga

Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30
Tes 1, Laju Aliran = 9 x 10-5 m3 ⁄det
Titik Kedalaman, Ketinggian Profil Energi
D Punuk, Permukaan, Spesifik,
(m) Z D+Z E
(m) (m) (m)
1 0,0595 0 0,0595 5,95 x10-2
2 0,0595 0 0,0595 5,95 x10-2
3 0,06 0 0,0600 6 x10-2
4 0,046 0,01 0,0560 4,61 x10-2
5 0,0345 0,022 0,0565 3,46 x10-2
6 0,022 0,036 0,058 2,23 x10-2
7 0,01 0,05 0,0600 1,15 x10-2
8 0,006 0,041 0,047 1,01 x10-2
9 0,006 0,0325 0,0385 1,01 x10-2
10 0,005 0,022 0,0270 1,09 x10-2
11 0,004 0,013 0,0170 1,32 x10-2
12 0,003 0 0,003 1,93 x10-2
0,003 0 0,003 1,93 x10-2

Jakarta, 31 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Formulir Aliran di Bendung Segitiga

Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30

Tes 2, Laju Aliran = 1,25 x 10-4 m3 ⁄det

Titik Kedalaman, Ketinggian Profil Energi


D Punuk, Permukaan, Spesifik,
(m) Z D+Z E
(m) (m) (m)
1 0,062 0 0,062 6,21 x10-2
2 0,062 0 0,062 6,21 x10-2
3 0,062 0 0,062 6,21 x10-2
4 0,049 0,01 0,0590 4,91 x10-2
5 0,037 0,022 0,0590 3,72 x10-2
6 0,035 0,036 0,0610 2,55 x10-2
7 0,011 0,05 0,0610 1,33 x10-2
8 0,005 0,041 0,0460 1,63 x10-2
9 0,004 0,0325 0,0365 2,17 x10-2
10 0,003 0,022 0,0250 3,45 x10-2
11 0,003 0,013 0,0160 3,45 x10-2
12 0,0029 0 0,0029 3,66 x10-2
13 0,002 0 0,002 3 x10-2

Jakarta, 31 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Formulir Aliran melalui Venturi Flume

Kelompok : VII
Hari/tgl : Sabtu, 31 Oktober 2020
Pukul : 13.30

Lebar Aliran di Saluran, B1 = 5,3 cm = 0,053 m


Lebar Venturi di tenggorokan, B2 = 1,3 cm = 0,013 m

Laju Luas Energi


Airan Kedalaman, Permuka Kecepatan Spesifik,
an, D1.5
1 E1.5
1
Q D1 (m) V1 (m⁄s) E
Mm3 ⁄detN A1(m2 ) (m)
1 x 10-3 0,03 1,59 x10-3 0,6289 5,02 x10-2 5,2 x10-3 1,12 x10-2
9,67 x10-4 0,03 1,59 x10-3 0,6082 4,88 x10-2 5,2 x10-3 1,08 x10-2
9,33 x10-4 0,03 1,59 x10-3 0,5856 4,76 x10-2 5,2 x10-3 1,04 x10-2
9 x10-4 0,03 1,59 x10-3 0,5660 4,63 x10-2 5,2 x10-3 9,94 x10-2
8,67 x10-4 0,029 1,54 x10-3 0,5453 4,52 x10-2 4,94 x10-3 9,61 x10-2
8,33 x10-4 0,028 1,48 x10-3 0,5239 4,41 x10-2 4,69 x10-3 9,26 x10-2
8 x10-4 0,027 1,43 x10-3 0,5031 4,29 x10-2 4,44 x10-3 8,89 x10-2
7,67 x10-4 0,027 1,43 x10-3 0,5364 4,16 x10-2 4,44 x10-3 8,84 x10-2
7,33 x10-4 0,027 1,43 x10-3 0,4953 4,04 x10-2 4,44 x10-3 8,12 x10-2
7 x10-4 0,026 1,38 x10-3 0,4730 3,92 x10-2 4,19 x10-3 7,8 x10-2
Kemiringan=

Jakarta, 31 Oktober 2020

Diperiksa Penguji

(Stella Nur Octaviany) (Edisman)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik V Terhadap !DHM .θB Pada Debit 6,33 X10-5 M3/Det

Grafik
0,12

0,1

0,08
V (m/s)

0,06

0,04

0,02

0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005
DHM.θB

Grafik kecepatan aliran (V) terhadap !DHM .θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 6,33 x10-2 m/s, pada titik
kedua = 6,33 x10-2 m/s, pada titik ketiga = 6,33 x10-2 m/s, pada titik keempat = 6,33 x10-
2
m/s, pada titik kelima = 6,33 x10-2 m/s, pada titik keenam = 6,33 x10-2 m/s dan pada titik
yang ketujuh atau terakhir = 6,33 x10-1. Pada grafik diatas titik yang medekati garis
adalah titik kedua, titik ketiga dan titik keenam. Dari ketiga titik tersebut titik yang paling
dekat dengan garis atau tepat digaris adalah titik kedua. Sedangkan titik yang terjauh
dari garis merukan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari kedua titik tersebut titik yang terjauh
adalah titik ketujuh atau titik terakhir.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik V Terhadap !DHM .θB Pada Debit 9,67 X10-5 M3/Det

Grafik
0,145

0,14

0,135
V (m/s)

0,13

0,125

0,12
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005 0,006
DHM.θB

Grafik kecepatan aliran (V) terhadap !DHM .θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,26 x10-1 m/s, pada
titik kedua = 1,47 x10-1 m/s, pada titik ketiga = 1,52 x10-1 m/s, pada titik keempat =
1,73 x10-1 m/s, pada titik kelima = 1,89 x10-1 m/s, pada titik keenam = 3,25 x10-1 m/s
dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 2,38 x10-1 m/s. Pada grafik diatas titik yang
medekati garis adalah titik keempat dan titik ketujuh atau titik terakhir. Dari kedua titik
tersebut yang paling mendekati garis adalah titik ketujuh. Sedangkan titik yang terjauh
dari garis merupakan titik pertama, titik kelima dan juga titik keenam. Dari kedua titik
tersebut titik yang terjauh adalah titik keenam.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik V Terhadap D2/3 √θB Pada Debit 6,33 X10-5 M3/Det

Grafik
0,12

0,1

0,08

0,06

0,04

0,02

0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035

Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 9,67 x10-2 m/s,
pada titik kedua = 9,67 x10-2 m/s, pada titik ketiga = 9,67 x10-2 m/s, pada titik
keempat = 9,67 x10-2 m/s, pada titik kelima = 9,67 x10-2 m/s, pada titik keenam =
9,67 x10-2 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 9,67 x10-1 m/s Dari grafik
diatas dapat dilihat bahwa tidak semua titik terkena garis grafik. Titik yang terkena
garis grafik hanya ada 4 titik saja yaitu titik kedua, titik ketiga, titik kelima dan titik
keenam. Dari 4 titik tersebut titik yang tepat terkena garis grafik adalah titik kedua.
Sedangkan titik yang tidak terkena garis ada 3 yitu titik pertama, titik keempat dan
titik ketujuh atau titik terakhir. Dari ketiga titik tersebut titik yang terjauh dari garis
adalah titik keempat.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik V Terhadap D2/3 √θB Pada Debit 9,67 X10-5 M3/Det

Grafik
0,145

0,14

0,135

0,13

0,125

0,12
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003

Grafik kecepatan aliran (V) terhadap D2/3 √θB . Pada grafik diatas dapat
diketahui bahwa nilai kecepatan aliran (V) pada titik pertama = 1,302 x10-1 m/s,
pada titik kedua = 1,473 x10-1 m/s, pada titik ketiga = 1,517 x10-1 m/s, pada titik
keempat = 1,787 x10-1 m/s, pada titik kelima = 1,957 x10-1 m/s, pada titik keenam
= 2,188 x10-1 m/s dan pada titik yang ketujuh atau terakhir = 2,566 x10-1 m/s. Dari
grafik diatas dapat dilihat bahwa semua titik tidak mengenai garis grafik. Titik yang
mendekati garis grafik hanya ada 2 titik saja yaitu titik kempat dan titik ketujuh atau
terakhir. Dari 2 titik tersebut titik yang paling medekati garis adalah titik ketujuh atau
titik terakhir. Sedangkan titik yang terjauh dari garis ada 3 yaitu titik pertama, titik
kelima dan titik keenam. Dari ketiga titik tersebut titik yang terjauh dari garis adalah
titik keenam.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik D terhadap E

Grafik kedalaman aliran (D) terhadap energi spesifik (E). Dari grafik diatas
dapat diketahui bahwa pada debit 5.95x10-5 m3/det pada titik kesepuluh, titik
kesebelas, titik kedua belas dan titik ketiga belas nilai energi spesifiknya memiliki
selisih yang jauh dari energi spesifik pada debit 1,09 x10-4 m3/det. Pada debit 1,32
x10-4 m3/det bahwa kedalaman maksimumnya terletak pada titik pertama dengan
nilai kedalaman 1,93 m dan dengan energi spesifik sebesar 1,93 x10-2 m sedangkan
pada debit 9 x10-5 m3/det kedalaman maksimumnya terletak pada titik pertama
dengan nilai kedalaman 0,0595 m dan dengan energi spesifik sebesar 5,95 x10-2
m. Selain itu dari grafik diatas juga dapat diketahui energi spesifik yang terbesar
pada debit 1,25 x10-4 m3/det dengan besar nilai energi spesifiknya adalah 7,29 x10-
2
m yang terletak pada titik ketiga belas atau titik terakhir. Dan pada debit 9 x10-5
m3/det nilai energi spesifik yang terbesar adalah 6,00 x10-2 m yang terletak pada
titik ketiga.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik D1,5 terhadap Q

Grafik
0,006

0,005

0,004

0,003

0,002

0,001

0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012

Grafik D1,5 terhadap laju aliran (Q). Dari grafik diatas dapat diketahui nilai
D pada titik pertama = 6,21 x10-3 m, pada titik kedua = 6,21 x10-3 m, pada titik
1,5

ketiga = 6,21 x10-3 m, pada titik keempat 4,91 x10-3 m, pada titik kelima = 3,72 x10-
3
m, pada titik keenam = 2,55 x10-3 m, pada titik ketujuh = 1,33 x10-3 m, pada titik
kedelapan = 1,63 x10-3 m, pada titik kesembilan = 2,17 x10-3 m, pada titik kesepuluh
= 3,45 x10-3 m. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa tidak semua titik yang ada
digrafik mengenai garis grafik. Titik yang menganai garis ada 7 titik yaitu titik yang
pertama, titik kedua, titik ketiga, titik kelima, titik keenam, titik kedelapan dan titik
kesembilan. Dari ke 7 titik tersebut titik yang paling tepat mengenai garis adalah
titik pertama dan titik kesembilan. Sedangkan titik yang tidak mengenai garis ada 3
yaitu titik keempat, titik ketujuh dan titik kesepuluh. Dari ke 3 titik tersebut titik yang
terjauh dari garis adalah titik ketujuh sedangkan titik yang paling mendekati garis
adalah titik kesepuluh.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Grafik E1,5 terhadap Q

Grafik
0,012

0,01

0,008

0,006

0,004

0,002

0
0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012

Grafik E1,5 terhadap laju aliran (Q) menunjukkan bahwa besar nilai E1,5
dan laju aliran (Q) berbanding lurus atau dengan kata lain semakin kecil nilai E1,5
maka laju alirannya juga akan semakin kecil behitu juga sebaliknya semakin
besar nilai E1,5 maka nilai laju alirannya akan semakin besar. Dari grafik diatas
dapat diketahui nilai E1,5 pada titik pertama = 1,12 x10-2 m, pada titik kedua =
1,08 x10-2 m, pada titik ketiga = 1,04 x10-2 m, pada titik keempat = 9,94 x10-3 m,
pada titik kelima = 9,61 x10-3 m, pada titik keenam = 9,26 x10-3 m, pada titik
ketujuh = 8,89 x10-3 , pada titik kedelapan = 8,84 x10-3 , pada titik kesembilan =
8,12 x10-3 m, pada titik kesepuluh = 7,8 x10-3 m. Dari grafik diatas dapat dilihat
semua titik pada grafik mengenai garis tetapi tidak semua titik tepat mengenai
garis. Titik yang tidak tepat mengenai garis adalah titik ketujuh.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

E. PERHITUNGAN
Lebar saluran B = 5,3 cm
= 0,053 m
1) Aliran pada saluran terbuka
Q = 3,798 l/mm
= 6,33 x 10-5 m3/det
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,000833
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
6,33×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 8,53 x 10-2 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m
!DHM ×θB = !9,16 × 10UG 1 × 0,000833
= 2,76 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×!0,000833
= 1,26 x 10-3
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001133
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
6,33×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 8,53 x 10-2 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m

!DHM ×θB = &9,16×10-3 m×0,001133


= 3,22 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×!0,001133
= 1,47 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001200


Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
6,33×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 8,53 x 10-2 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m

!DHM ×θB = &9,16×10-3 m×0,001200


= 3,31 x 10-3
-3 2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10 m) ×!0,001200
= 1,51 x 10-3

• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001667


Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
6,33×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 8,53 x 10-2 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) =
2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m

!DHM ×θB = &9,16×10-3 m×0,001667


= 3,91 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×!0,001667
= 1,78 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

• kemiringan dasar saluran (θB) = 0,002000


Kedalaman (D) = 13 mm
= 0,013 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,013 m
= 6,89 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
6,33×10-5 m /det
=
6,89×10-4 m2
= 9,18 x 10-2 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
6,89×10-4 m
= 2 (0,013 m)+0,053 m
= 8,72 x 10-3 m

!DHM ×θB = &8,72×10-3 m×0,002000


= 4,17 x 10-3
-3 2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10 m) ×!0,002000
= 4,09 x 10-4

• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,002667


Kedalaman (D) = 12 mm
= 0,012 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,012 m
= 6,36 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
6,33×10-5 m /det
=
6,36×10-4 m2
= 9,95 x 10-2 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) =
2 D+B
2
6,36×10-4 m
= 2 (0,012 m)+0,053 m
= 8,26 x 10-3 m

!DHM ×θB = &8,26×10-3 m×0,002667


= 4,69 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (8,26×10-3 m) ×!0,002667
= 2,11 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,003667


Kedalaman (D) = 11 mm
= 0,011 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,011 m
= 5,83 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
6,33×10-5 m /det
=
5,83×10-4 m2
= 1,08 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
5,83×10-4 m
= 2 (0,011 m)+0,053 m
= 7,77 x 10-3 m

!DHM ×θB = &7,77×10-3 m×0,003667


= 4,62 x 10-3
-3 2/3
DHM2/3 x √θB = (7,77×10 m) ×!0,003667
= 2,37 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

Q = 5,802 l/mm
= 9,67 x 10-5 m3/det
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,000833
Kedalaman (D) = 15 mm
= 0,015 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,015 m
= 7,95 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,95×10-4 m2
= 1,22 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,95×10-4 m
= 2 (0,015 m)+0,053 m
= 9,58 x 10-3 m
!DHM ×θB = !9,58 × 10UG 1 × 0,000833
= 2,83 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,58×10-3 m) ×!0,000833
= 1,31 x 10-3
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001133
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) =
A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 1,30 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
=
2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m

!DHM ×θB = &9,16×10-3 m×0,001133


= 3,22 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×!0,001133
= 1,47 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001200
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 1,13 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m
-3
!DHM ×θB = &9,16×10 m×0,001200
= 3,31 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×!0,001200
= 1,51 x 10-3

• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,001667


Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
= -4
7,42×10 m2
= 1,13 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m

!DHM ×θB = &9,16×10-3 m×0,001667


= 3,91 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×!0,001667
= 1,78 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,002000
Kedalaman (D) = 14 mm
= 0,014 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,014 m
= 7,42 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
7,42×10-4 m2
= 1,13 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
7,42×10-4 m
= 2 (0,014 m)+0,053 m
= 9,16 x 10-3 m
-3
!DHM ×θB = &9,16×10 m×0,002000
= 4,28 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (9,16×10-3 m) ×!0,002000
= 1,96 x 10-3

• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,002667


Kedalaman (D) = 13 mm
= 0,013 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,013 m
= 6,89 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
= -4
6,89×10 m2
= 1,41 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
Y,Z[×10-4 m
= 2 (0,013 m)+0,053 m
= 8,72 x 10-3 m

!DHM ×θB = &8,72×10-3 m×0,002667


= 4,82 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (8,72×10-3 m) ×!0,002667
= 2,19 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Kemiringan dasar saluran (θB) = 0,003667
Kedalaman (D) = 13 mm
= 0,013 m
Luas permukaan aliran (A) = B x D
= 0,053 m x 0,013 m
= 6,89 x 10-4 m2
Q
Kecepatan (v) = A
3
9,67×10-5 m /det
=
6,89×10-4 m2
= 1,41 x 10-1 m/det
A
Kedalaman Hidrolik (DHM) = 2 D+B
2
Y,Z[×10-4 m
= 2 (0,013 m)+0,053 m
= 8,72 x 10-3 m
-3
!DHM ×θB = &8,72×10 m×0,003667
= 5,66 x 10-3
2/3
DHM2/3 x √θB = (8,72×10-3 m) ×!0,003667
= 2,56 x 10-3

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

2) Aliran pada bendung segitiga


Q = 5,4 l/m
5,4
= 1000×60 m3 /det
= 9 x 10-5
• Titik 1
Kedalaman (D) = 5,95 cm
= 0,0595 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,0595 m + 0 m
= 0,0595 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0595 m
= 5,15 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,0595 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(5,15×10-3 m2 )
= 5,95 x 10-2
• Titik 2
Kedalaman (D) = 5,95 cm
= 0,0595 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,0595 m + 0 m
= 0,0595 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0595 m
= 5,15 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,0595 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(5,15×10-3 m2 )
= 5,95 x 10-2
• Titik 3
Kedalaman (D) = 6 cm
= 0,06 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,06 m + 0 m
= 0,0600 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,06 m
= 3,18 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,06 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(3,18×10-3 m2 )
= 6 x 10-2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 4
Kedalaman (D) = 4,6 cm
= 0,046 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,046 m + 0,01 m
= 0,056 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,046 m
= 2,44 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,046 m+ 2
2×9,81 m/det2 ×(2,44×10-3 m2 )
= 4,61 x 10-2
• Titik 5
Kedalaman (D) = 3,45 cm
= 0,0345 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,0345 m + 0,022 m
= 0,0565 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0345 m
= 1,83 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,0345 m+ m 2
2×9,81 ×(1,83×10-3 m2 )
det2
= 3,46 x 10-2
• Titik 6
Kedalaman (D) = 2,2 cm
= 0,022 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,022 m + 0,036 m
= 0,058 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,022 m
= 1,17 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,022 m+
m 2 2
2×9,81 2 ×(1,17×10-3 m )
det
= 2,23 x 10-2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 7
Kedalaman (D) = 1 cm
= 0,01 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,01 m + 0,05 m
= 0,06 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,01 m
= 5,3 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,01 m+
m 2 2
2×9,81 2 ×(1,17×10-4 m )
det
= 1,15 x 10-2
• Titik 8
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,006 m + 0,041 m
= 0,047 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+
m -4 2 2
2×9,81 2 ×(3,18×10 m )
det
= 1,01 x 10-2
• Titik 9
Kedalaman (D) = 0,6 cm
= 0,006 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,006 m + 0,0325 m
= 0,0385 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,006 m
= 3,18 x 10-3 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,006 m+
m 2 2
2×9,81 2 ×(3,18×10-4 m )
det
= 1,01 x 10-2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 10
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,005 m + 0,022 m
= 0,027 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,005 m+
m 2 2
2×9,81 2 ×(2,65×10-4 m )
det
= 1,09 x 10-2
• Titik 11
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,004 m + 0,013 m
= 0,017 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,004 m+
m -42 2
2×9,81 2 ×(2,12×10 m )
det
= 1,32 x 10-2
• Titik 12
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+
m 2 2
2×9,81 2 ×(1,59×10-4 m )
det
= 1,93 x 10-2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 13
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,003 m + 0 m
= 0,003 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m2
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(9×10-5 m3 /det)
= 0,003 m+
m 2 2
2×9,81 2 ×(1,59×10-4 m )
det
= 1,93 x 10-2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
Q = 7,5 l/m
7,5
= 1000×60 m3 /det
= 1,25 × 10-4

• Titik 1
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran(A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2×(3,286 x 10-3 )
-2
= 6,21 ×10 m
• Titik 2
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2

2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2×(3,286 x 10-3 )

= 6,21 ×10-2 m
• Titik 3
Kedalaman (D) = 6,2 cm
= 0,062 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,062 m + 0 m
= 0,062 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,062 m
= 3,286 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2

2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,062 m+ 2
2×9,81 m/s2×(3,286 x 10-3 )

= 6,21 ×10-2 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 4
Kedalaman (D) = 4,9 cm
= 0,049 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,01 m
D+Z = 0,049 m + 0,01 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,049 m
= 2,597 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,049 m+ 2
2×9,81 m/s2×(2,597 x 10-3 )
-2
= 4,91 ×10 m
• Titik 5
Kedalaman (D) = 3,7 cm
= 0,037 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,037 m + 0,022 m
= 0,0590 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,037 m
= 1,961 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,037 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,961 x 10-3 )
-2
= 3,72×10 m
• Titik 6
Kedalaman (D) = 3,5 cm
= 0,035 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,036 m
D+Z = 0,035 m + 0,036 m
= 0,0710 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,035 m
= 1,855 x 10-3 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,035 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,855 x 10-3 )
-2
= 3,52×10 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 7
Kedalaman (D) = 1,1 cm
= 0,011 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,05 m
D+Z = 0,011 m + 0,05 m
= 0,0610 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,011 m
= 5,83 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,011 m+ 2
2×9,81 m/s2×(5,83 x 10-4 )
= 1,33×10-2 m
• Titik 8
Kedalaman (D) = 0,5 cm
= 0,005 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,041 m
D+Z = 0,005 m + 0,041 m
= 0,0460 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,005 m
= 2,65 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,005 m+ 2
2×9,81 m/s2×(2,65 x 10-4 )
-2
= 1,63×10 m
• Titik 9
Kedalaman (D) = 0,4 cm
= 0,004 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,0325 m
D+Z = 0,004 m + 0,0325 m
= 0,0365 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,004 m
= 2,12 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,004 m+ 2
2×9,81 m/s2×(2,12 x 10-4 )
-2
= 2,17×10 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 10
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,022 m
D+Z = 0,003 m + 0,022 m
= 0,025 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,59 x 10-4 )
= 3,45×10-2 m
• Titik 11
Kedalaman (D) = 0,3 cm
= 0,003 m
Ketinggian punuk (Z) = 0,013 m
D+Z = 0,003 m + 0,013 m
= 0,0160 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,003 m
= 1,59 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,003 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,59 x 10-4 )
-2
= 3,45×10 m
• Titik 12
Kedalaman (D) = 0,29 cm
= 0,0029 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,0029 m + 0 m
= 0,0029 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,0029 m
= 1,537 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,0029 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,537 x 10-4 )
-2
= 3,66×10 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Titik 13
Kedalaman (D) = 0,2 cm
= 0,002 m
Ketinggian punuk (Z) =0m
D+Z = 0,002 m + 0 m
= 0,002 m
Luas permukaan aliran (A) =BxD
= 0,053 m x 0,002 m
= 1,06 x 10-4 m
Q2
E = D+
2.g.A2
2
(1,25 ×10-4 m3 /det )
= 0,002 m+ 2
2×9,81 m/s2×(1,06 x 10-4 )
= 7,29×10-2 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

3) Aliran pada venture flume


B1 = 5,3 cm
= 0,053 m
B2 = 1,3 cm
= 0,013 m

• Q = 6 l/menit
= 1×10-3 m3/s
D1 = 3 cm
= 0.03 m
A1 = B1 × D1
= 0.053 m × 0.03 m
= 1.590 × 10-3 m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(1×10-3 m3 /s)
= 0.03 m + 2
2 × 9.81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 5,0161 × 10-2 m
1.5
D = (0.03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (5,0161 × 10-2)1.5
= 1,1234 × 10-2 m

• Q = 5,8 l/menit
= 9,67 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(9,67 × 10-4 m3 /s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,8852 × 10-2
1.5
D = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (2,8958 × 10-2)1.5
= 1,0798 × 10-2 m

• Q = 5,6 l/menit
= 9,33 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1.590 × 10-3 m2

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
Q2
E = D +
2 gA2
2
(9,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1.590 × 10-3 m2 )
= 4,7550 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,7550 × 10-2)1.5
= 1,0368 × 10-2 m

• Q = 5,4 l/menit
= 9 × 10-4 m3/s
D1 = 3 cm
= 0,03 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,03 m
= 1,590 × 10-3 m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(9 × 10-4 m3 /s)
= 0,03 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,590 × 10-3 m2 )
= 4,6330 × 10-2
D1.5 = (0,03 m)1.5
= 5,1962 × 10-3 m
E1.5 = (4,6330 × 10-2)1.5
= 9,94 × 10-3 m

• Q = 5,2 l/menit
= 8,67 × 10-4 m3/s
D1 = 2,4 cm
= 0,029 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,029 m
= 1,537 × 10-3 m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
( 8,67 × 10-4 m3 /s)
= 0,029 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,537 × 10-3 m2 )
= 4,5218 × 10-2
D1.5 = (0,024 m)1.5
= 4,9385 × 10-3 m
E1.5 = (4,5218 × 10-2)1.5
= 9,6153 × 10-3 m

• Q = 5 l/menit
= 8,33 × 10-4 m3/s
D1 = 2,8 cm
= 0,028 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,028 m
= 1,4840 × 10-3 m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(8,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,028 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4840 × 10-3 m2 )
= 4,4059 × 10-2
D1.5 = (0,028 m)1.5
= 4,6853 × 10-3 m
E1.5 = (4,4059 × 10-2)1.5
= 9,2682 × 10-3 m

• Q = 4,8 l/menit
= 8 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3 m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(8 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,2930 × 10-2
D1.5 = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,2930× 10-2)1.5
= 8,8948 × 10-3 m

• Q = 4,6 l/menit
= 7,6 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(7,6 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,1376 × 10-2
D1.5 = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,1376 × 10-2)1.5
= 8,4165 × 10-3 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005
• Q = 3,4 l/menit
= 7,33 × 10-4 m3/s
D1 = 2,7 cm
= 0,027 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,027 m
= 1,4310 × 10-3m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(7,33 × 10-4 m3 /s)
= 0,027 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,4310 × 10-3 m2 )
= 4,0373 × 10-2
1.5
D = (0,027 m)1.5
= 4,4366 × 10-3 m
E1.5 = (4,0373 × 10-2)1.5
= 8,1122 × 10-3 m

• Q = 4,2 l/menit
= 7 × 10-4 m3/s
D1 = 2,6 cm
= 0,026 m
A1 = B1 × D1
= 0,053 m × 0,026 m
= 1,3780 × 10-3 m2
Q2
E = D +
2 gA2
2
(7 × 10-4 m3 /s)
= 0,026 m + 2
2 × 9,81 m/s2 × (1,3780 × 10-3 m2 )
= 3,9152 × 10-2
1.5
D = (0,026 m)1.5
= 4,1924 × 10-3 m
E1.5 = (3,9152 × 10-2)1.5
= 7,7470 × 10-3 m

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

F. ANALISA
Pada praktikum kali ini dengan judul open channel ( aliran dalam saluran terbuka ).
Dilihat dari mekanika fluida terdapat dua macam jenis aliran yakni aliran terbuka dan
aliran tertutup. Kedua aliran tersebut memiliki kesamaan dan perbedaaan,
perbedaannya yakni pada keberadaan permukaan bebas, dimana aliran saluran
terbuka mempunyai permukaan bebas, sedangkan aliran saluran tertutup tidak
mempunyai permukaan bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran. Hal ini
dikarenakan aliran saluran terbuka mempunyai permukaan yang berhubungan dengan
atmosfer, sedangkan aliran saluran tertutup tidak mempunyai hubungan langsung
dengan tekanan atmosfer. Pada modul ini yang dibahas adalah aliran dalam saluran
terbuka.

Air memiliki beberapa sifat yakni rapat massa, kekentalan, dapat dipengaruhi oleh
tekanan dan tidak dapat dipengaruhi oleh tekanan. Terdapat beberapa jenis aliran
dalam saluran terbuka secara umum yakni aliran tetap dan aliran tidak tetap (steady
and unsteady flow). Saluran terbuka yang alirannya dikatakan tetap ketika kedalaman
aliran tidak berubah dalam jangka waktu tertentu.Saluran terbuka yang alirannya dapat
dikatakan tidak tetap jika kedalamannya berubah tidak sesuai dengan waktu atau
dapat berubah ubah. Lalu di dalam saluran aliran terbuka ini terdapat 3 jenis aliran lagi
yakni aliran kritis, aliran sub-kritis, dan aliran super kritis. Aliran kritis ini tidak dapat
dilihat, tetapi dapat dihitung menggunakan bilangan Froude. Aliran sub-kritis yakni
ketika kecepatan aliran lebih kecil daripada kecepatan kritis atau terdapat hambatan
yang terjadi pada suatu titik pada aliran yang dapat mengalir ke arah hulu. Aliran super
kritis yakni ketika kecepatan alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis atau ketika
gangguan terjadi maka tidak mengalirr ke hulu. Bilangan Froude adalah bilangan yang
tak bersatuan yang digunakan untuk mengukur resistensi dari sebuah objek yang
bergerak melalui air dan digunakan untuk membandingkan benda-benda dengan
ukuran yang berbeda. Tujuan dari penggunaan bilangan froude ini yakni untuk
menentukan jenis aliran karena tiap aliran memiliki interval bilangan froude yang
berbeda dimana aliran kritis memiliki nilaibilangan froudenya adalah 1, aliran sub kritis
kurang dari 1 dan aliran super kritis lebih dari 1.

Dalam aliran terbuka ini terdapat energi spesifik, energi spesifik adalah energi pada
sembarang tampang diukur dari dasar saluran (bukan dari datum). Energi spesifik
dalam suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi air pada setiap
penampang saluran, dan diperhitungkan terhadap dasar saluran. Pada saat aliran air
mengalir melalui venturi flume, maka kecepatan aliran akan meningkat dan energi
spesifiknya pun juga meningkat. Faktor faktor yang mempengaruhi energi spesifik
yakni kecepatan aliran, kedalaman dan debit. Loncatan hidrolik terjadi akibat pengaruh
kecepatan aliran yang mempengaruhi panjang serta tinggi loncatan hidrolik. Ketika
pintu air dibuka dapat terjadi pertemuan antara aliran superkritis dengan aliran subkritis
yang menyebabkan timbulnya loncatan hidrolik (hydraulic jump) yang dapat memicu
terjadinya gerusan pada dasar saluran.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

G. KESIMPULAN
1. Praktikan dapat mengetahui perilaku aliran dalam saluran terbuka yang biasanya
dipengaruhi oleh kekentalan dan gravitasi sehubungan dengan adanya gaya inersia
aliran.
2. Praktikan dapat mengetahui ukuran debit air yang diukur melalui alat ukur bendung
segitiga, venturi flume.
3. Praktikan mampu mengamati pengaruh tiap alat ukur terhadap jenis aliran yang
berbeda.
4. Praktikan mampu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap nilai energi
spesifik pada aliran.
5. Praktikan dapat menentukan jenis aliran berdasarkan bilangan Froude.
6. Praktikan dapat mengetahui berdasarkan jenis aliran dalam saluran terbuka ada tiga
yaitu aliran kritis, aliran sub-kritis, dan aliran super kritis.

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

H. LAMPIRAN
6.1 Gambar Alat dan Bahan

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

(g) (h)

(i) (j)

Keterangan :
(a) Alat Rectangular Flow Channel Apparatus
(b) Pintu air
(c) Clamping Stud
(d) Hydraulic Bench
(e) Waterpass
(f) Bendung Segitiga
(g) Alat pengambil bendung
(h) Venturi Flume
(i) Penggaris
(j) Air

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

6.2 Dokumentasi Kegiatan

Laboratorium Hidrolika
IT-PLN
Nama : Edisman
NIM : 2019 – 21 – 005

KELOMPOK VII
A. Foto Praktikan Praktikum Mekanika Fluida Kelompok 6,7,9

B. Foto dengan Asisten Laboratorium Hidrolika

Laboratorium Hidrolika
IT – PLN

Anda mungkin juga menyukai