Anda di halaman 1dari 7

Tugas ujian akhir semester

KAJIAN PUISI
Anaisis Novel Dengan Menggunakan Pendekatan Struktural

NAMA : ANDI NUR HIKMA HAKIM PETTA BAU


NIM : A1M119022

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
A. Pengertian pendekatan structural

Struktur merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya


tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli
mengenai pendekatan struktural, yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta
yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri
sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya
(Fokemma, 1977 : 21). Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan.
Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya itu sendiri
(A. Teew. 1984 : 135)

B. Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural

Pendekatan Struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas


terhadap diksi, citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi,
persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan pengarang dalam menulis puisinya.
Di bawah ini akan disajikan sebuah puisi yang dianalisis berdasarkan pendekatan
struktural.
Puisi

TOBAT

Aku tobat, ya Tuhanku


Tobat atas sebala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang

Jantungku adalah biji kentang


Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah

Aku tobat, ya Tuhanku


Tobat atas segala dosaku
Burung-burung kecil di belukar
Batang pimping menggeliat

Mulutmu daisi di hutan


Sederhana dan naif sekali
Mulutmu daisi di hutan
Diinjak kaki petani
Aku tobat, ya Tuhanku
Telah kuinjak mulutmu
Dan juga jantungku
(Rendra, Masmur Mawar)
1. STRUKTUR FISIK PUISI

a. Diksi (pilihan kata)


Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana
sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Fajahono.
1990 : 59)
Dalam puisi “TOBAT” disamping, terdapat beberapa pilihan kata yang digunakan oleh
pengarang yang sangat sederhana seperti yang dapat dilihat dalam puisi tersebut. Kata-kata
yang digunakan oleh penyair mudah dipahami.

Seperti pada bait I pada baris 1 dan 2

“Aku tobat, ya Tuhanku


Tobat atas sebala dosaku”

Dalam menggunakan kata-kata aku tobat, ya Tuhanku, pembaca akan lebih mudah mengetahui
makna sebenarnya dari puisi tersebut, begitu pula pada kata-kata dalam kalimat tobat atas segala
dosaku, kata yang digunakan adalah kata dengan makna sebenarnya.

Bait II

“Jantungku adalah biji kentang


Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah”

Kata-kata yang digunakan dalam kalimat puisi di atas menggunakan kata-kata yang mengandung
unsur perumpamaan, ini bisa dilihat jelas pada kata “jantungku adalah biji kacang”

Bait III dan Bait IV juga menggunakan kata-kata dengan makna sebenarnya.
b. Pengimajian (citraan)
Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris
seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Pada puisi “TOBAT” pengimajian yang
digunakan oleh pengarang terdapat pada:

- Citraan Penglihatan terdapat pada bait :


I : “Kacang-kacang berkembang”
Daun habis segar di ladang
II : “Jantungku adalah biji kentang”
IV : “Telah kuinjak mulutmu”
Dan juga jantungku
- Citraan Pendengaran terdapat pada bait I dan III ;
II : “digigit oleh tanah”
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah
IV : “Mulutmu daisi di hutan”
Sederhana dan naif sekali
Mulutmu daisi di hutan
c. Kata Konkret
kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh.
Pengonkretan kata berhubungan erat dengan pengimajinasian, pengembangan dan pengiasan.
Pada puisi “TOBAT” kata konkret terdapat pada bait:
II : “Jantungku adalah biji kentang”
Di mana penyair di sini menghiaskan bahwa jantungnya disamakan dengan biji kentang.
II : “digigit oleh tanah”
Di mana penyair menghiaskan atau mempersamakan tanah dengan manusia atau hewan
yang bisa menggigit sedangkan tanah merupakan benda mati.

d. Bahasa Figuratif (Majas)


Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung mengungkapkan makna.
Pada puisi “TOBAT” majas yang digunakan :
a. Perbandingan. Puisi “TOBAT” tidak mempunyai bahasa figuratif perbandingan
b. Metafora adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tetapi tidak
menggunakan kata-kata pembanding.
Pada puisi “TOBAT” metafora terdapat pada :
Bait II : “Jantungku adalah biji kentang”
Di mana dalam puisi ini penyair menyatakan bahwa jantungnya adalah biji dipersamakan
dengan biji kentang.
c. Perumpamaan epos, perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang yaitu dibentuk
dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat atau frase
berturut-turut.
“Jantungku adalah kentang”
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah
d. Personifikasi, kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati
dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.
Pada puisi “TOBAT” personifikasi terdapat pada bait II
“digigit oleh tanah”
Di mana penyair mempersamakan tanah dengan manusia yang dapat menggigit padahal
tanah itu merupakan benda mati.
e. Verifikasi (rima, ritme dan metrum)
 Rima, pengulangan bunyi dalam puisi
Pada puisi “TOBAT” rima terdapat pada bait I yaitu pengulangan bunyi ku dan ang.
Aku tobat ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di ladang
 Ritma, pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi “TOBAT” ritma
terdapat pada bait II dan IV yaitu pengulangan kalimat :
II : “digigit oleh tanah”
IV: “Mulutmu daisi di hutan”
 Metrum, pengulangan tekanan kata yang tetap pada puisi “TOBAT” metrum tidak
terdapat pada puisi tersebut.
f. Tata wajah (Tipografi), bentuk yang khas dari puisi
Pada puisi yang berjudul “TOBAT” mempunyai, tipografi wig zag.

2. Analisis Berdasarkan Struktur Batin


a. Tema, merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair.
Pada puisi “TOBAT” penyair menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada
beberapa bait sang penyair mengatakan tobat atau sang penyair ingin tobat dari
segala apa yang telah dia lakukan.
b. Perasaan (Feeling), suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus
dihayati oleh pembaca.
Pada puisi “TOBAT” sang penyair merasa sedih karena dalam puisi tersebut penyair
mengungkapkan semua kesalahan yang dia lakukan dan akan bertobat
c. Nada dan Suasana
- Nada, sikap penyair terhadap pembaca
Puisi “TOBAT” sikap penyair terhadap pembaca yaitu : lembut dan halus karena dia
memohon agar tobat yang dilakukan dapat diterima
- Suasana, keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi yaitu : pembaca merasa sedih
dan terharu, serta merenungkan semua apa yang dia lakukan sama dengan penyair
lakukan.
d. Amanat (pesan)
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya
Pada puisi “TOBAT” amanat yang terkandung yaitu : segala sesuatu yang kita lakukan
baik itu yang bermanfaat atau tidak, pastinya kita akan minta ampun kepada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai