Anda di halaman 1dari 12

NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGHAMBAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA
PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT BERSALIN
JEUMPA PONTIANAK

NANDA ELOK JUWITA


I1031131030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
LEMBAR PENGESAHAI{

NASKAH FUBI,IKASI

ANALISIS PENGIIAMBAT YANG BERHUBUNGAN I}ENGAN


PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINT (trVID) PADA PERSALINAN
SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT BERSALIN JEUMPA
PONTL{NAK

Tanggung Jawab Yuridis Material Pada :

NANDA ELOK JTIWITA


NIM. 11031131030

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Oi"^-t-
Rita Hafizah. S.Si.T.. M.Kes. Ners. Maria F
NIP. 19700303 199102 2 001 NIP. 1983052120nn2 0A2
Penguji I Penguji Il

-(,p
Yuvun Tafwidhah" SKM." M.Kep.
MP. 19821214 200501 2}tt NIP. 1985081220t404 2 001
ANALISIS PENGHAMBAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN
INISIASI MENYUSU DINI (IMD) PADA PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI
RUMAH SAKIT BERSALIN JEUMPA PONTIANAK

Nanda Elok Juwita1, Rita Hafizah2, Maria Fudji Hastuti2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura,
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Latar Belakang : Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan hal penting yang harus dialami antara ibu dan bayi
setelah persalinan yang bermanfaat untuk meningkatkan ikatan kasih sayang diantara keduanya. Namun pada
kenyataannya IMD masih sangat jarang dilaksanakan pada jenis persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit
Bersalin Jeumpa Pontianak dikarenakan sebagian besar ibu menolak untuk melaksanakannya.
Tujuan : Menganalisis hubungan pengetahuan ibu, peranan tenaga kesehatan, dukungan keluarga dan kecemasan
ibu terhadap hambatan dalam pelaksanaan IMD pada persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Bersalin Jeumpa
Pontianak.
Metode : Penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Cross Sectional pada 49 ibu post Sectio Caesarea di
Rumah Sakit Bersalin Jeumpa Pontianak yang diambil secara consecutive sampling. Data diperoleh dengan
metode wawancara berdasarkan kuisioner penelitian.
Hasil : Analisis uji Fisher, didapatkan hasil variabel pengetahuan ibu dengan nilai p=1,000, peranan tenaga
kesehatan p=0,102, dukungan keluarga p=0,050, kecemasan ibu p=0,667.
Kesimpulan : Berdasarkan uji analisis disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap
hambatan dalam pelaksanaan IMD, serta tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu, peranan tenaga kesehatan
dan kecemasan ibu terhadap hambatan dalam pelaksanaan IMD di Rumah Sakit Bersalin Jeumpa Pontianak.
Sehingga dari hal di atas pentingnya peranan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk melaksanakan
IMD dengan melibatkan dukungan keluarga.
Kata Kunci : IMD, Sectio Caesarea, Penghambat, Ibu, Tenaga Kesehatan, Keluarga.

THE ANALYSIS OF BARRIERS TO EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING


(EBF) IMPLEMENTATION IN CAESAREAN SECTION DELIVERY AT JEUMPA
MATERNITY HOSPITAL PONTIANAK

ABSTRACT

Background : Early Initiation of Breastfeeding (EBF) is an essential thing that must be experienced between the
mother and the baby which will increase the bonding between them. But in the reality, the implementation of EBF
at Jeumpa Maternity Hospital Pontianak is still very rarely applied in caesarean section delivery because of the
refusal from the mother.
Aim : To analyze the association of mother’s knowledge, the role of health worker, family support, and mother’s
anxiety as barriers to EBF implementation in caesarean section delivery at Jeumpa Maternity Hospital Pontianak.
Methods: Quantitative research with Cross Sectional design on 49 post caesarean section mothers at Jeumpa
Maternity Hospital Pontianak which taken by consecutive sampling. Data were collecting by interview method
based on research questionnaire.
Results : Analysis of Fisher’s test obtained on each variable, mother’s knowledge p=1,000, the role of health
worker p=0,102, family support p=0.050, and mother’s anxiety p=0.667.
Conclusion : Based on the analysis test, it can be concluded that there was an association between family support
as barrier to EBF implementation, and there were no associations between mother's knowledge, the role of health
worker and mother’s anxiety as barriers to EBF implementation at Jeumpa Maternity Hospital Pontianak. Based
on the things mentioned above, the importance of the role of the nurse as a nursing care giver is to implements
EBF by involving family support.
Keywords : EBF, Caesarean Section, Barriers, Mothers, Health Workers, Family.

1
Nursing Student of Tanjungpura University
2
Nursing Lecture of Tanjungpura University

iii
PENDAHULUAN pelaksanaan IMD (United Nations
Children’s Fund (UNICEF), 2015).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Padahal UNICEF telah menetapkan salah
merupakan metode menyusui pertama kali
satu target yang tertuang dalam World
pada bayi yang diberikan paling optimal
Health Assembly (WHA), yakni pada tahun
dalam rentang waktu 30 menit hingga 1 jam
2025, salah satu intervensi pada bayi yang
setelah persalinan dan maksimal tetap dapat
cakupan pelaksanaannya harus
dilaksanakan dalam 24 jam pertama. Dalam
ditingkatkan adalah IMD.
prosesnya, IMD dilaksanakan dengan
Di Indonesia sendiri, pelaksanaan
adanya Skin-to-Skin Contact (SSC) atau
IMD termasuk ke dalam 1 dari 3 negara
kontak antara kulit ibu dan bayi. Adanya
diantara 37 negara lainnya yang cakupan
SSC antara ibu dan bayi, akan
pelaksanaannya masih berada di bawah
meningkatkan bonding atau ikatan kasih
angka nasional yakni 34,5% (Kementerian
sayang antara keduanya, karena dalam
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
prosesnya terjadi kontak mata, dimana
RI), 2014). Bahkan dari seluruh provinsi
dalam kesempatan tersebut ibu dapat
yang ada di Indonesia sendiri, 18 provinsi
tersenyum dan berbicara pada bayi untuk
masih termasuk ke dalam penyumbang
pertama kali, sehingga ikatan emosional
angka pelaksanaan IMD rendah. Salah satu
antara ibu dan bayi akan tumbuh (Debes et
dari provinsi tersebut adalah Kalimantan
al., 2013).
Barat (Kemenkes RI, 2014). Menurut data
Ditinjau dari pentingnya
yang didapatkan oleh Dinas Kesehatan
pelaksanaan IMD, sangat erat kaitannya
Provinsi Kalimantan Barat, tercatat
dengan manfaat yang dirasakan oleh ibu
pelaksanaan IMD menurun dari bulan
dan bayi. Bagi bayi, terbukti dapat
Januari 2016 yakni 68,57% menjadi
mencegah hipotermia dan mencapai
62,20% di bulan Desember 2016. Bahkan,
kemampuan menghisap puting susu ibu
di Kota Pontianak sendiri, menurut hasil
(suckling) (Hobbs et al., 2016). Dengan
penelitian Rahmanda (2016), didapatkan
kemampuan suckling, proses involusi
bahwa bayi yang tidak dilakukan IMD,
uterus atau pengecilan rahim akan
memiliki resiko 8,91 kali lebih besar
berlangsung lebih cepat, sehingga dapat
meningkatkan kematian neonatal
segera mengatasi pendarahan setelah
dibandingkan dengan bayi yang dilakukan
persalinan.
IMD.
Berbicara mengenai dampak negatif
Dari data-data yang telah
yang akan diperoleh ibu dan bayi jika IMD
dipaparkan tersebut, dapat disimpulkan
tidak dilaksanakan, menurut penelitian
bahwa, masih perlu adanya upaya yang
Watkins et al. (2011), resiko kejadian
dilakukan diseluruh negara dunia untuk
depresi postpartum jauh lebih besar pada
menuju peningkatan pelaksanaan IMD di
kelompok penelitian yang tidak dilakukan
setiap tahunnya. Target tersebut dapat
IMD. Penelitian lain yakni Khan et al.
dicapai dengan adanya perhatian lebih
(2015) menemukan bahwa pada bayi yang
terhadap hal-hal yang dapat menghambat
tidak dilakukan IMD, akan dapat
pelaksanaan IMD setelah persalinan.
menurunkan kemampuan suckling,
Menurut sebuah article review
meningkatkan resiko terjadinya hipotermia,
Sharma and Byrne (2016), salah satu faktor
bahkan dapat berkontribusi terhadap
yang terbukti dapat mempengaruhi
peningkatan resiko kematian pada bayi.
pelaksanaan IMD adalah jenis persalinan
Jika dilakukan peninjauan ulang
Hal ini kemudian berhubungan dengan
secara global terhadap pelaksanaan IMD,
kondisi kesehatan dan fisiologi ibu setelah
maka pelaksanaan IMD masih termasuk
persalinan. Pada saat setelah persalinan, ibu
dalam cakupan rendah. Tercatat dari
melewati beberapa fase. Salah satu fase
seluruh kelahiran yang ada di dunia, hanya
yang dilewati 2 hari pertama setelah
sebanyak 43% kelahiran diiringi dengan
1
persalinan adalah fase taking in, dimana Jeumpa Pontianak selama tahun 2016
pada fase ini ibu masih berfokus terhadap sebanyak 904 kali, dengan jumlah rata-rata
kondisi dirinya sendiri untuk menjalani setiap bulannya sebanyak 75 kali, dan pada
proses pemulihan (Macones, 2015). bulan Januari 2017, persalinan Sectio
Fase taking in pada persalinan Caesarea tercatat 79 kali.
pervaginam tidak sebanyak yang harus Jika dihubungkan dengan
dilalui oleh ibu dengan persalinan Sectio penghambat dalam pelaksanaan IMD,
Caesarea dikarenakan persalinan ini beberapa faktor dapat menjadi
dilakukan tanpa adanya indikasi gawat penyebabnya. Berdasarkan hasil penelitian,
darurat dan keterlibatan anestesi (Macones, sebagian besar ibu-ibu yang tidak
2015). Efek anestesi yang telah terbukti melaksanakan IMD didukung dengan
diantaranya adalah penurunan kesadaran pengetahuan yang salah mengenai IMD dan
yang segera dirasakan saat anestesi tidak terpaparnya informasi yang benar
diberikan, sakit kepala, retensi urin, mengenai pentingnya pelaksanaan IMD
demam, dan adanya keterbatasan (Sharma and Byrne, 2016). Pengetahuan
mobilisasi (Munshi et al, 2015). Dari semua yang salah dan kurang pada ibu
kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap dikarenakan minimnya edukasi hingga
fase taking in pada ibu, dimana ibu tidak pendampingan yang dilaksanakan oleh
akan memperdulikan hal lain selain tenaga kesehatan terkait IMD (Sharma and
berfokus pada pemulihan diri. Byrne, 2016).
Berdasarkan alasan Hal tersebut juga dapat didukung
pelaksanaannya, persalinan Sectio dengan kurangnya dukungan yang
Caesarea terbagi dalam dua jenis yakni, diberikan pihak keluarga terhadap
Emergency Caesarean Section dan Elective pelaksanaan IMD. Menurut penelitian
Caesarean Section. Emergency Caesarean Sinha et al. (2015), ketika keluarga
Section dilaksanakan jika kondisi ibu dan mengetahui pentingnya pelaksanaan IMD,
bayi dalam keadaan gawat darurat. maka keluarga menjadi salah satu
Sedangkan pada Elective Caesarean pendukung yang akan memotivasi,
Section, persalinan dilakukan atas meyakinkan dan mendampingi ibu untuk
permintaan ibu dan pihak keluarga sendiri melaksanakannya.
yang telah disetujui oleh tenaga kesehatan Terlepas dari pengetahuan, peranan
(Impey and Child, 2017). tenaga kesehatan dan dukungan keluarga,
Pada kenyataannya, pelaksanaan yang perlu menjadi perhatian juga adalah
IMD jika dikaitkan dengan kedua jenis kecemasan yang dirasakan ibu. Menurut
Sectio Caesarea tersebut terbilang masih Hepp et al. (2016), tingkat kecemasan ibu
rendah (Kuyper et al., 2014). Terbukti yang menjalani persalinan Sectio Caesarea
berdasarkan studi pendahuluan yang terbukti dengan meningkatnya level
dilakukan dengan wawancara di Rumah kortisol yang diukur pada ibu. Setelah
Sakit Bersalin Jeumpa Pontianak terhadap dianalisis, kecemasan dapat berupa
beberapa orang perawat, didapatkan bahwa kecemasan menghadapi proses persalinan,
pelaksanaan IMD masih jarang dilakukan kecemasan terhadap kondisi diri sendiri dan
pada kedua jenis persalinan Sectio bayi.
Caesarea. Perawat mengatakan Dari pemaparan beberapa
pelaksanaan IMD tidak dapat dilakukan penghambat seperti pengetahuan ibu,
dikarenakan sebagian besar ibu yang secara peranan petugas kesehatan, dukungan
langsung menolak untuk melaksanakannya. keluarga, dan kecemasan ibu, peneliti
Angka persalinan Sectio Caesarea belum menemukan penelitian yang secara
sangatlah tinggi di Rumah Sakit Bersalin khusus meneliti keterkaitan semua
Jeumpa Pontianak. Tercatat persalinan penghambat tersebut terhadap pelaksanaan
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Bersalin

2
IMD pada persalinan Sectio Caesarea di dilakukan uji validitas terlebih dahulu di
RSB Jeumpa Pontianak. RSUD Sultan Syarief Mohamad Alkadrie
Peneliti menilai bahwa masih ada dengan sampel 20 orang.
kesempatan untuk melakukan perbaikan Analisa data menggunakan analisa
dan evaluasi terkait pelaksanaan IMD pada univariat dan analisa bivariat. Analisa
Sectio Caesarea di rumah sakit tersebut, bivariat yang digunakan yakni uji Fisher.
sehingga untuk melakukan perbaikan dan Penelitian ini telah dinyatakan lolos kaji
evaluasi, semua kemungkinan penghambat etik (ethical-clearance) oleh divisi kaji etik
harus diteliti terlebih dahulu, agar Fakultas Kedokteran Universitas
kemudian perbaikan dan evaluasi yang Tanjungpura dengan nomor:
dilakukan rumah sakit nanti akan spesifik 2684/UN22.9/DT/2017.
tertuju untuk menangani penghambat yang
ada. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
HASIL
mengangkat masalah ini menjadi topik
penelitian. Tabel 1. Distribusi Karakteristik
Responden
METODE No Karakteristik Frekuensi Presentase
Penelitian ini merupakan penelitian (%)
1. Pendidikan
kuantitatif dengan pendekatan Cross- a. SD 6 12,2
sectional. Sampel merupakan ibu post b. SMP 5 10,2
Sectio Caesarea di Rumah Sakit Bersalin c. SMA/SMK 24 49,0
Jeumpa Pontianak yang diambil secara d. Perguruan 14 28,6
consecutive sampling dengan jumlah 49 Tinggi
2. Pelaksanaan
orang. Penelitian berlangsung dari tanggal
IMD
13 Mei 2017 hingga 1 Juni 2017. a. Tidak 44 89,8
Kriteria inklusi diantaranya Ibu Melaksanak
yang menjalani jenis persalinan Sectio an IMD
Caesarea baik Emergency Caesarean b. Melaksanak 5 10,2
an IMD
Section maupun Elective Caesarean
3. Pengetahuan
Section, ibu dan bayi dalam keadaan baik Ibu
setelah persalinan (tanpa komplikasi), ibu a. Kurang 20 40,8
dan Bayi yang dilakukan IMD maupun b. Baik 29 59,2
tidak dilakukan IMD, ibu post Sectio 4. Peranan
Caesarea yang telah berada di ruang Tenaga
Kesehatan
perawatan dan telah memasuki hari ke-3 a. Kecil 48 98,0
(lebih dari 2 kali 24 jam setelah persalinan). b. Besar 1 2,0
Sedangkan kriteria eksklusi meliputi ibu 5. Dukungan
dengan komplikasi (pendarahan abnormal, Keluarga
syok hipovolemik, preeklampsi berat dan a. Rendah 24 49,0
b. Tinggi 25 51,0
eklampsi), serta bayi dengan APGAR Score
6. Kecemasan
di bawah 7.
Ibu
Variabel dependen dalam penelitian a. Rendah 24 49,0
ini adalah pelaksanaan IMD, sedangkan b. Tinggi 25 51,0
variabel independen diantaranya
pengetahuan ibu, peranan tenaga kesehatan,
dukungan keluarga serta kecemasan ibu.
Pengumpulan data dilakukan dengan
metode wawancara menggunakan
kuisioner. Sebelum kuisioner digunakan,

3
Tabel 2. Hasil Analisa Bivariat
Variabel Pelaksanaan IMD
No. p Value
Tidak % Ya % Total %
1. Pengetahuan Ibu
c. Kurang 18 90,0 2 10,0 20 100 1,000
d. Baik 26 89,7 3 10,3 29 100
2. Peranan Tenaga
Kesehatan
0,102
c. Kecil 44 92,0 4 8,0 23 100
d. Besar 0 0,0 1 100,0 26 100
3. Dukungan
Keluarga
0,050
c. Rendah 24 100,0 0 0,0 24 100
d. Tinggi 20 80,0 5 20,0 25 100
4. Kecemasan Ibu
c. Rendah 21 87,5 3 12,5 24 100 0,667
d. Tinggi 23 92,0 2 8,0 25 100

Berdasarkan tabel 1 didapatkan PEMBAHASAN


bahwa tingkat pendidikan responden yang Karakteristik Responden
memiliki distribusi paling banyak adalah Dari hasil distribusi frekuensi
tingkat SMA/SMK dengan jumlah 24 orang tingkat pendidikan responden, didapatkan
(49%). Untuk pelaksanaan IMD, frekuensi bahwa tingkat SMA/SMK mendominasi,
paling banyak adalah yang tidak hal ini dikarenakan pengambilan sampel
melaksanakan IMD yakni 44 orang berdasarkan kunjungan bersalin serta tidak
(89,8%). Untuk pengetahuan ibu, frekuensi berdasarkan keinginan peneliti. Pada
terbanyak adalah kategori pengetahuan penelitian didapatkan bahwa, dari 5 orang
baik yakni 29 orang (59,2%). Untuk yang melaksanakan IMD, 4 orang
peranan tenaga kesehatan, kategori kecil diantaranya berpendidikan SMA, 1 orang
mendominasi dengan jumlah 48 orang SD. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang
(98,0%). Selanjutnya untuk dukungan ditemukan oleh Lomazzi et al. (2014),
keluarga, jumlah yang paling banyak yakni sebagian besar ibu yang
adalah kategori dukungan keluarga tinggi melaksanakan IMD berada pada tingkat
yakni 25 orang (51%), serta untuk pendidikan primer dan sekunder.
kecemasan ibu yang berjumlah paling Berdasarkan hasil distribusi
banyak adalah kategori kecemasan tinggi frekuensi pelaksanaan IMD, didapatkan
yakni 25 orang (51%). bahwa dari 49 responden, hanya 5 orang
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak yang melaksanakannya. Dari sebagian
ada hubungan yang signifikan antara besar responden yang tidak melaksanakan
pengetahuan ibu, peranan tenaga kesehatan IMD, peneliti mendapatkan bahwa peranan
dan kecemasan ibu terhadap hambatan tenaga kesehatan yang didapatkan oleh
dalam pelaksanaan IMD pada persalinan mereka terkait pelaksanaan IMD tidaklah
Sectio Caesarea dengan nilai p masing- maksimal. Hal tersebut sangat bertentangan
masing >0,05, serta terdapat hubungan dengan rekomendasi BFHI bahkan
antara dukungan keluarga dan pelaksanaan Kemenkes RI yang telah membuat
IMD pada persalinan Sectio Caesarea keputusan bahwa setiap bayi yang baru
dengan nilai p = 0,05. lahir berhak dilakukan IMD, baik itu pada
persalinan normal maupun persalinan
Sectio Caesarea (BFHI, 2012).

4
Selanjutnya, untuk pengetahuan tidak melaksanakan IMD, cenderung lebih
ibu, dari total 49 responden, 29 banyak berada pada kategori pengetahuan
berpengetahuan baik. Jika ditinjau, dari 29 baik. Salah satu hal yang mempengaruhi
tersebut, sebagian besar dari mereka variabel ini adalah responden sendiri.
berpendidikan SMA dan perguruan tinggi. Responden yang ditemukan sebagian besar
Mengenai peranan tenaga berpendidikan SMA dan perguruan tinggi
kesehatan, responden yang mendapatkan sehingga dapat mempengaruhi kemampuan
peranan dengan kategori kecil menjawab kuisioner. Selanjutnya, dalam
mendominasi yakni sebanyak 48 orang. penelitian ini peneliti menemukan bahwa
Jika dilakukan peninjauan, hanya satu masih ada responden yang terlihat ragu
orang responden yang mendapatkan dalam memberikan jawaban.
edukasi secara penuh mengenai IMD. Hasil penelitian ini didukung oleh
Dalam hal ini, peranan tenaga kesehatan Sanusi et al. (2016), yang menunjukkan
adalah hal yang dibutuhkan mereka untuk bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
mengatasi keterbatasan pengetahuan, antara pengetahuan seorang ibu dan praktek
dengan pemberian edukasi mengenai IMD pelaksanaan IMD. Penelitian lain yakni
secara benar (Sharma and Byrne, 2016). Mallik et al. (2013), ditemukan bahwa,
Mengenai dukungan keluarga, dari dibandingkan dengan menggali informasi
responden yang melaksanakan IMD, mengenai IMD, minat ibu-ibu cenderung
seluruhnya mendapatkan dukungan lebih mengarah terhadap informasi
keluarga dengan kategori tinggi. Penelitian mengenai makanan prelakteal.
ini juga didukung oleh penelitian Negin et Namun selain penelitian-penelitian
al. (2016) dengan fakta bahwa 2 orang yang tersebut, terdapat juga penelitian
sangat mempengaruhi keputusan untuk Khoniasari (2015) yang mendapatkan
melaksanakan proses menyusui termasuk bahwa pengetahuan ibu sangat
IMD adalah seorang ibu dan suami. mempengaruhi praktek IMD setelah
Terbukti selama melakukan penelitian, persalinan.
peneliti mendapatkan bahwa seluruh
responden yang mendapatkan dukungan Hubungan Peranan Tenaga Kesehatan
dengan kategori tinggi terlihat selalu Terhadap Hambatan dalam
didampingi oleh suami dan ibu mereka. Pelaksanaan IMD pada Persalinan
Dari hasil distribusi frekuensi Sectio Caesarea
tingkat kecemasan pada ibu dengan post Hasil analisa bivariat menunjukkan
Sectio Caesarea di RSB Jeumpa Pontianak, bahwa tidak ada hubungan antara peranan
didapatkan bahwa 25 orang berada dalam tenaga kesehatan terhadap hambatan dalam
tingkat kecemasan tinggi. Kecemasan pada pelaksanaan IMD pada persalinan Sectio
periode persalinan sangat berkaitan dengan Caesarea. Hasil menunjukkan bahwa
persalinan Sectio Caesarea dibandingkan hampir seluruh responden yang tidak
dengan persalinan normal (Kuo et al., melaksanakan maupun yang melaksanakan
2014). IMD sama-sama mendapatkan peranan
tenaga kesehatan yang kecil berupa
Hubungan Pengetahuan Ibu Terhadap penawaran untuk melaksanakan IMD,
Hambatan dalam Pelaksanaan IMD sedangkan sebagian besar menolak untuk
pada Persalinan Sectio Caesarea melaksanakannya. Hal ini dapat disebabkan
Hasil analisa bivariat menunjukkan oleh faktor budaya dan sikap yang tidak
bahwa tidak ada hubungan antara terkaji oleh peneliti selama melakukan
pengetahuan ibu terhadap hambatan dalam penelitian.
pelaksanaan IMD pada persalinan Sectio Kebudayaan dimana seseorang
Caesarea. Setelah dianalisis, responden hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
yang melaksanakan IMD maupun yang besar dalam pembentukan sikap seseorang.

5
Sebuah penelitian yang meneliti tentang pelatihan yang diberikan agar berhasil
pelaksanaan IMD di wilayah pegunungan melaksanakan promosi kesehatan.
menemukan bahwa kebudayaan
masyarakat dipengaruhi oleh organisasi Hubungan Dukungan Keluarga
sosial khususnya sistem kemasyarakatan. Terhadap Hambatan dalam
Dalam sistem kemasyarakatan wilayah Pelaksanaan IMD pada Persalinan
pegunungan, seorang tenaga kesehatan Sectio Caesarea
ditempatkan sejajar dengan tokoh Dari hasil penelitian ini
masyarakat walaupun usianya lebih muda, membuktikan bahwa terdapat hubungan
hal ini menyebabkan ibu hamil secara antara dukungan keluarga terhadap
budaya terikat untuk mematuhi apapun hambatan dalam pelaksanaan IMD pada
nasihat yang diberikan oleh tenaga persalinan Sectio Caesarea. Tingkat
kesehatan, sehingga mempengaruhi hubungan yang didapatkan sangat kecil,
terhadap sikap mereka yang mendukung yakni 0,050. Hal ini berhubungan dengan
pelaksanaan IMD (Kristijanto dan Raharjo, jumlah responden yang hanya berjumlah 49
2015). orang. Sehingga jumlah responden
Merujuk terhadap Peraturan merupakan salah satu keterbatasan di dalam
Pemerintah nomor 33 tahun 2012 pasal 9 penelitian.
diatur mengenai kewajiban tenaga Dalam penelitian ini peneliti
kesehatan dan penyelenggara fasilitas mendapatkan bahwa seluruh responden
pelayanan kesehtan untuk menjalankan yang diwawancara terlihat masih
proses IMD di setiap jenis persalinan. Hal didampingi oleh suami dan ibu mereka.
ini juga diatur oleh Peraturan Daerah Kota Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa,
Pontianak nomor 3 tahun 2014, pasal 7 ayat pihak keluarga responden selalu hadir dan
1 huruf a. mendampingi mereka.
Saat dilakukan studi pendahuluan, Responden yang mendapatkan
peneliti mendapatkan informasi dari 3 dukungan kategori tinggi sebagian besar
perawat yang sering bertugas untuk memberikan jawaban pada pernyataan
melaksanakan operasi Sectio Caesarea. dukungan keluarga yang bersifat informasi,
Mereka mengatakan bahwa pelaksanaan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
IMD juga bergantung terhadap keputusan oleh Emmott and Mace (2015), dalam
dokter spesialis anak. Menurut mereka, penelitian tersebut terbukti bahwa
sebagian besar dari dokter spesialis anak dukungan keluarga yang berkaitan dengan
membuat keputusan agar IMD tidak pemberian informasi mengenai praktek
dilaksanakan segera di ruang operasi menyusui termasuk IMD sangat
karena untuk menghindari terganggunya memberikan pengaruh terhadap keinginan
proses penjahitan. Sedangkan di ruang ibu untuk melaksanakannya.
pemulihan ataupun perawatan, pelaksanaan Dukungan keluarga termasuk
IMD dipengaruhi oleh peranan tenaga dukungan yang diberikan oleh ibu selain
kesehatan lainnya seperti perawat dan seorang suami. Terbukti bahwa, jika
bidan. seorang ibu memberikan ASI eksklusif,
Menurut Sinha et al. (2015), maka secara langsung seorang ibu akan
didapatkan bahwa salah satu strategi yang mendukung segala upaya yang dapat
terbukti dapat meningkatkan pelaksanaan mengarahkan terhadap keberhasilan
IMD adalah dengan adanya konseling melaksanakannya dimulai dari tahap IMD
ataupun edukasi dari tenaga kesehatan setelah persalinan (Grassley et al., 2012).
dimulai saat kunjungan ANC (Antenatal Penelitian lain yang dilakukan oleh
Care). Untuk mendukung semua Pilkauskas (2014), menemukan bahwa
kemampuan tenaga kesehatan, dibutuhkan diperlukan dukungan khusus yang
diberikan kepada ibu yang diiringi dengan

6
keterlibatan suami. Dukungan berupa menganggu jahitan operasi jika harus
pemberian edukasi secara bersamaan (tanpa melaksanakan IMD. Mereka juga
memisahkan peranan suami) dalam mengatakan bahwa mereka merasa sangat
mendukung pelaksanaan IMD. lelah, sehingga mereka lebih memilih
Dukungan keluarga dalam hal ini beristirahat dibandingkan dengan
juga berkaitan dengan program-program memperdulikan hal lainnya. Fakta tersebut
yang telah dibentuk. Family Center sesuai dengan penelitian Brown and Jordan
Maternity Care (FCMC) merupakan salah (2013).
satu fokus utama yang ditetapkan oleh The Peneliti menemukan bahwa hampir
International Childbirth Education seluruh responden memiliki persepsi bahwa
Association (ICEA) sebagai fondasi dalam yang terpenting adalah mereka dapat
melakukan pelayanan terhadap persiapan menyusui bayi dibandingkan harus
persalinan termasuk IMD. Dalam hal melaksanakan IMD. Mereka menganggap
tersebut, keluarga dianggap sebagai sumber manfaat menyusui bayi sama saja dengan
kekuatan yang dapat terlibat langsung manfaat IMD, yang penting bayi
dalam meningkatkan keberhasilan proses mendapatkan ASI. Fakta ini didukung oleh
persalinan yang diiringi dengan penelitian Mohamad (2015) yang
pelaksanaan IMD (ICEA, 2015). mendapatkan bahwa pelaksanaan IMD
Di Indonesia, Kemenkes RI (2016) sangat berkaitan dengan persepsi ibu.
juga telah menetapkan pelayanan Dalam penelitian ini, peneliti tidak
pemeriksaan kehamilan/ANC, dimana dapat mengontrol apakah kecemasan yang
salah satu program yakni memberikan dirasakan oleh responden sudah
konseling dan edukasi mengenai IMD berlangsung sejak lama dari sebelum proses
kepada ibu hamil. Dalam hal ini Kemenkes persalinan atau muncul saat mulai
RI menegaskan bahwa, keberhasilan proses memasuki tahap persalinan. Namun jika
menyusui termasuk IMD sangat bergantung dikaitkan dengan proses persalinan,
pada dukungan keluarga yang harus menurut penelitian Kuo et al. (2014),
dilibatkan dalam setiap prosesnya. Hal ini dibandingkan dengan persalinan normal,
diatur dengan tujuan mendukung PP nomor persalinan cenderung lebih menimbulkan
33 tahun 2012 yang mewajibkan ibu, pihak perasaan cemas pada ibu menjalaninya.
keluarga, pemerintah, pemerintah daerah, Meskipun demikian, hasil
dan masyarakat untuk mendukung penelitian ini sebanding dengan yang
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. dilakukan oleh Dewi dan Damayanti
Dengan demikian IMD merupakan langkah (2016), didapatkan bahwa tidak ada
awal untuk mewujudkan keberhasilan dari hubungan yang signifikan antara
tujuan tersebut. kecemasan dan pelaksanaan IMD.

Hubungan Kecemasan Ibu Terhadap KESIMPULAN


Hambatan dalam Pelaksanaan IMD a. Tidak ada hubungan antara
pada Persalinan Sectio Caesarea pengetahuan ibu, peranan tenaga
Tidak terdapat hubungan antara kesehatan, kecemasan ibu terhadap
kecemasan ibu terhadap hambatan dalam hambatan dalam pelaksanaan IMD pada
pelaksanaan IMD pada persalinan Sectio persalinan Sectio Caesarea di RSB
Caesarea. Peneliti menganalisis adanya Jeumpa Pontianak.
kemungkinan penyebab lain yang dapat b. Terdapat hubungan antara dukungan
mempengaruhi pelaksanaan IMD pada keluarga terhadap hambatan dalam
penelitian ini. pelaksanaan IMD pada persalinan
Selama melakukan penelitian, Sectio Caesarea di RSB Jeumpa
peneliti menemukan sebagian besar Pontianak.
responden menyatakan bahwa mereka takut

7
SARAN UK Millennium Cohort Study,
a. Rumah Sakit PLOS One
Diperlukan kebijakan khusus (journals.plos.org/plosone/article?i
yang dibuat oleh rumah sakit terkait d=10.1371/journal.pone.0133547)
pelaksanaan IMD. Grassley, J. S., Spencer, B. S., & Law, B.
b. Perawat (2012). A grandmothers tea:
Sebagai pemberi asuhan Evaluation of a breastfeeding
keperawatan, perawat diuntut untuk support intervention. The Journal of
memperhatikan kebutuhan pelaksanaan Perinatal Education, 21(2), 80–89.
IMD pada setiap persalinan. Hepp, P., Hagenbeck, C., Burghardt, B.,
c. Keluarga Jaeger, B., Wolf, O.T., Fehm, T., et
Untuk pihak keluarga al. (2016). Measuring the course of
khususnya suami dan ibu, diharapkan anxiety in women giving birth by
dapat memberikan dukungan sejak caesarean section: a prospective
tahap kunjungan ANC hingga study. BMC Pregnancy and
pendampingan pelaksanaan IMD. Childbirth, 16(113), 1-7.
d. Penelitian Selanjutnya Hobbs, A.J., Mannion, C.A., McDonald,
Diperlukan jumlah responden S.W., Brockway, M., Tough, S.C.
yang lebih banyak, serta penambahan (2016). The impact of caesarean
data mengenai budaya dan sikap section on breastfeeding initiation,
terhadap pelaksanaan IMD. duration and difficulties in the first
four month postpartum. BMC
DAFTAR PUSTAKA Pregnancy and Childbirth, 16(90),
Baby Friendly Health Initiative. (2012). 10 1-9. DOI 10.1186/s12884-016-
steps to successful breastfeeding. 0876-1.
Available at: Impey, L., Child, T. (2017). Obstetrics &
http://www.babyfriendly.org.au/ab Gynaecology. 5th Edition. UK:
out-bfhi/ten-steps-to-succesful- Wiley Blackwell.
breastfeeding/ (Accessed 29 International Childbirth Education
Desember 2016). Association (ICEA). (2015). Family
Brown A, Jordan S. (2013). Impact of birth Centered Maternity Care. ICEA
complications on breastfeeding Position Paper.
duration: an internet survey. J Adv Kemenkes RI. (2014). Infodatin: pusat data
Nurs, 69(4), 828–39. dan informasi kementerian
Debes, A.K., Kohli, A., Walker, N., kesehatan RI. Jakarta: Kementerian
Edmond, K., Mullany, L.C. (2013). Kesehatan Republik Indonesia.
Time to initiation of breastfeeding Kemenkes RI. (2016). Buku Kesehatan Ibu
and neonatal mortality and dan Anak. Jakarta: Kementerian
morbidity: a systematic review. Kesehatan dan JICA (Japan
BMC Public Health, 13(Suppl International Cooperation Agency).
3):S19, 1-14. Khan, J., Vesel, L., Bahl, R., et al. (2015).
Dewi, R., Damayanti, D. (2016). Inisiasi Timing of breastfeeding initiation
menyusu dini pada ibu pasca and exclusivity of breastfeeding
induksi persalinan dan faktor yang during the first month of life: effects
mempengaruhinya. Jurnal on neonatal mortality and
Kesehatan, 8(1), 1-9. morbidity-a systematic review
Emmott, E.H., Mace, R, (2015), Practical meta-analysis. Maternal and Child
support from fathers and Health Journal, 19(3), 468-479.
grandmothers is associated with Khoniasari, A. (2015). Pengaruh paritas,
lower levels of breastfeeding in the pengetahuan ibu, dukungan

8
keluarga, dan peran tenaga inisiasi menyusu dini di Rumah
kesehatan terhadap pelaksanaan Sakit Prof. Dr. Aloei Saboe Kota
inisiasi menyusu dini di RSUD Gorontalo. JIKMU.
Salatiga. Tesis Program Munshi, S.P., Munshi, K.S., Mehta, A.R.,
Pascasarjana Universitas Sebelas Solanki, S.B. (2015). Maternal
Maret Surakarta. complication during caesarean
Kristijanto, A.I., Raharjo, B.B. (2015). section: study of 50 cases. Indian
Momentum emas pembentukan Journal of Applied Research, 5(12),
SDM berkualitas: kajian sosial 61-62.
budaya inisiasi menyusu dini dan Negin, J., Coffman, J., Vizintin, P., Raynes-
ASI eksklusif di masyarakat Kendal Greenow, C. (2016). The influence
Jawa Tengah. Doktor Studi of grandmothers on breastfeeding
Pembangunan Program rates: a systematic review. BMC
Pascasarjana UKSW. Pregnancy and Childbirth
Kuo, S-Y., Chen, S-R., Tzeng, Y-L. (2014). (www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2
Depression and anxiety trajectories 7121708).
among women who undergo an Pilkauskas, N.V. (2014). Breastfeeding
elective caesarean section. PLOS initiation and duration in coresident
ONE, 9(1), 1-8. grandparent, mother and infant
Kuyper, E., Vitta, B., Dewey, K. (2014). household. Matern Child Health
Implications of caesarean delivery Journal, 18, 1955-1963.
for breastfeeding outcomes and Rahmanda, B. (2016). Faktor-faktor risiko
strategies to support breastfeeding. yang mempengaruhi kematian
Alive & Thrive, 8, 1-10. neonatal di Kota Pontianak. Skripsi
Lomazzi, M., Borisch, B., Laaser, U. The Program Studi Keperawatan
millennium development goals: UNTAN Pontianak.
experiences, achievements and Sharma, I.K., Byrne, A. (2016). Early
what’s next. Glob Health Action. initiation of breastfeeding: a
2014;7:1–9. systematic literature review of
Macones, G.A. (2015). Management of factors and barriers in South Asia.
labor and delivery. 2nd Edition. International Breastfeeding
Unite States: Wiley-Blackwell. Journal, 11(17), 1-12.
Mallik, S., Dasgupta, U., Naskar, S., Sinha, B., Ranadip, C., Sankar, M.J.,
Sengupta, D., Choudhury, K,, Martines, J., Taneja, S., Mazumder,
Bhattacharya, K. (2013). S., et al. (2015). Interventions to
Knowledge of breast feeding and improve breastfeeding outcomes: a
timely initiation of it amongst systematic review and meta-
postnatal mothers: An experience analysis. Acta Paediatrica, 104,
from a baby friendly teaching 114-135.
hospital of a metropolitan city. Watkins, S., Meltzer-Brody, S., Zolnoun,
IOSR J. of Dental and Med. Sci, 4 D., Stuebe, A. (2011). Early
(1), 25-30. breastfeeding experiences and
Mohamad, S. (2015). Faktor-faktor yang postpartum depression. Obstet
berhubungan dengan pelaksanaan Gynecol, 118(2), 214-221.

Anda mungkin juga menyukai