Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI RASIO PANJANG USUS DENGAN PANJANG

TUBUH IKAN

Oleh :
Nama : Dyah Nita Novira
NIM : B1A017030
Rombongan :I
Kelompok :1
Asisten : Nisa Baiti

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

Organ dan sistem organ yang dimiliki oleh setiap hewan pasti berbeda. Salah
satunya perbedaan pada organ dan sistem organ pencernaan pada ikan. Ikan memiliki
habitat yang sangat beraneka ragam mulai dari laut, air sungai, hingga air payu. Jenis
makanan ikan sangatlah bervariasi mulai dari pemakan hewani (karnivora), pemakan
nabati (herbivora), dan pemakan keduanya (omnivora). Perbedaan sistem pencernaan
pada pola makan dari waktu ke waktu diduga dipengaruhi oleh ketersediaan,
kelimpahan dan penyebaran sumberdaya makanan yang ada di perairan tersebut,
sehingga proses pemilihan pakan untuk ikan menjadi penting agar mendapatkan hasil
yang sesuai pada proses pembudidayaan (Zuliani et al., 2016).
Pencernaan atau digesti adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Proses pencernaan tersebut sangat penting bagi tubuh
hewan dan manusia karena dapat menghasilkan energy yang berguna bagi sel,
jaringan dan organ. Proses pencernaan tersebut membutuhkan enzim untuk
perubahan kimia dari bahan makanan yang dicerna. Enzim-enzim tersebut dihasilkan
oleh berbagai organ seperti usus, kelenjar ludah dan lambung. Alat pencernaan pada
ikan sering berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Perbedaan tersebut
diakibatkan karena adanya pola adaptasi yang berbeda terhadap makanannya. Alat
pencernaan ikan yang sering mengalami adaptasi adalah mulut, bibir, gigi dan
saluran pencernaan (Priyadi et al, 2010).
Persaingan dalam memperoleh makanan antar spesies maupun antar individu
dari ikan akan mempengaruhi ketersediaan makanan yang diperlukan oleh ikan.
Ketersediaan makan ini akan mempengaruhi proses pertumbuhan ikan. Setiap ikan
memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Untuk menentukan jenis makanan ikan
tertentu dapat dilakukan dengan cara mengamati panjang usus dan hubungannya
dengan panjang total tubuh (Jarmanto et al., 2014).
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengevaluasi rasio panjang usus
dengan panjang tubuh untuk dapat memprediksi katagori makanan ikan.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele (Clarias
gariepinus), belut (Monopterus albus), ikan bawal (Colossoma macropomum), ikan
nila (Oreochromis niloticus), dan ikan nilem (Osteochilus vittatus).
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat bedah, millimeter
blok, tisu, baki preparat, dan sarung tangan (gloves).

B. Cara Kerja

1. Pengamatan Rasio Panjang Usus


a. Panjang total ikan diukur menggunkan millimeterblok
b. Pembedahan pada ikan dilakukan dari bagian arah ventral.
c. Saluran pencernaan dikeluarkan dan diurai.
d. Panjang usus diukur dengan menggunakan milimeterblok dari panggkal
depan lambung sampai ujung anus.
e. Rasio panjang usus dengan panjang total tubuh ikan dihitung dan hasilnya
difoto.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Hasil Evaluasi Panjang Usus dan Panjang Tubuh Ikan Rombongan I

Panjang
Panjang
Kelompok Ikan Tubuh Rasio Kategori
Usus
Ikan
Lele 1 9,5 14,5 9,5 : 14,5 Karnivora
Lele 2 15,25 16,25 15,25 : 16,25 Karnivora
1
Nila 1 18,25 7,5 18,25 : 7,5 Herbivora
Nila 2 20 8,5 20 : 8,5 Herbivora
Bawal 1 15 11 3 : 2,5 Karnivora
Bawal 2 13 9 6,5 : 4,5 Omnivora
2
Nilem 1 12,45 2,15 12,45 : 2,15 Herbivora
Nilem 2 176,5 22,5 176,5 : 22,5 Herbivora
Nilem 1 115 15 115 : 15 Herbivora
Nilem 2 98,4 15,5 98,4 : 15,5 Herbivora
3
Belut 1 19 33,2 19 : 33,2 Karnivora
Belut 2 13,5 32,2 13,5 : 32,2 Karnivora
Lele 1 9,5 14,5 9,5 : 14,5 Karnivora
Lele 2 15,25 16,25 15,25 : 16,25 Karnivora
4
Nilem 1 12,45 2,15 12,45 : 2,15 Herbivora
Nilem 2 176,5 22,5 20 : 8,5 Herbivora
Belut 1 18 37 18 : 37 Karnivora
Belut 2 18,5 38 18,5 : 38 Karnivora
5
Nila 1 75 12 75 : 12 Herbivora
Nila 2 96 17 96 : 17 Herbivora

Perhitungan :

panjang keseluruhan dari lambung sampai anus


Rasio =
panjang tubuh ikan

Ikan Lele 1
Rasio = 9,5 : 14,5 = 0, 65
Ikan Lele 2
Rasio = 15,25 : 16,25 = 0, 93
Ikan Nila 1
Rasio = 18,25 : 7,5 = 2, 43
Ikan Nila 2
Rasio = 20 : 8,5 = 2, 35
Gambar 3.1 Panjang Total Tubuh Gambar 3.2 Panjang Total Tubuh
dan Panjang Usus Ikan Lele ke-1 dan Panjang Usus Ikan Lele ke-2

Gambar 3.3 Panjang Total Tubuh Gambar 3.4 Panjang Total Tubuh
dan Panjang Usus Ikan Nilem ke-1 dan Panjang Usus Ikan Nilake-2
B. Pembahasan

Sistem digesti berawal dari pengambilan makanan dan berakhir dengan


pembuangan sisa makanan. Sistem pencernaan pada ikan teridiri atas mulut,
rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum, intestinum,
rectum, dan anus. Makanan pertama kali masuk kedalam mulut (cavum oris)
kemudian masuk kedalam esophagus melalui pharynx disekitar insang. Melalui
kerongkongan, makanan masuk ke dalam lambung dan usus kemudian sisa
makanan yang sudah dicerna akan dibuang melalui anus. Selain sistem
pencernaan, ikan juga memiliki kelenjar pencernaan yang terdiri atas hati, empedu
dan pankreas (Priyadi et al., 2010). Terdapat beberapa kelenjar pencernaan pada
ikan salah satunya terdiri atas hepatopankreas yang berguna untuk menghasilkan
enzim-enzim pencernaan yang membantu proses digesti. Hasil proses digesti
dapat berupa asam amino, asam lemak, dan monosakarida yang akan diabsorpsi
oleh sel epitel intestine kemudian disebarluaskan keseluruh tubuh oleh sistem
sirkulasi (Kay, 1998).
Proses pencernaan dan absorpsi berlangsung didalam saluran pencernaan.
Proses ini berfungsi menyediakan suplai kebutuhan tubuh akan air, mineral,
vitamin dan zat gizi. Proses digesti dibagi menjadi dua yaitu digesti secara
mekanik dan kimiawi. Digesti secara mekanik atau menguyah dimulai dari rongga
yaitu dengan berperannya gigi dalm proses pemotongan dan penggerusan
makanan, lalu dilanjutkan ke lambung dan usus yaitu dengan adanya gerakan-
gerakan kontraksi otot. Digesti secara kimiawi diperankan oleh enzim yang
membantu mencerna makanan menjadi molekul-molekul terkecil sehingga bisa
diserap oleh usus untuk diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh untuk
menghasilkan suatu energi (Fujaya, 2002).
Berdasarkan kebiasaan pakan yang dikonsumsi, maka ikan terbagi menjadi
tiga golongan. Golongan ikan herbivora, merupakan ikan-ikan yang sebagian
besar makanannya terdiri dari tumbuhan atau nabati. Golongan ikan karnivora,
merupakan ikan-ikan yang sebagian besar makanannya berupa pakan hewani.
Golongan ikan omnivora, merupakan ikan-ikan yang sebagian besar makanannya
berupa pakan hewani dan nabati (Affandi et al., 1992). Ikan karnivora tingkat
rendah mengkonsumsi zooplankton, bentik invertebrata, bentik crustacea, bentik
moluska, polip karang, sedangkan ikan karnivora tingkat tinggi mengkonsumsi
ikan, crustacea, moluska, cacing, dan sebagainya (Ahmad, 2017). Namun, ikan
tidak dapat mempertahankan sistem pencernaan yang unik yang secara bersamaan
diadaptasi untuk setiap jenis tipe makanan, karena jenis makanan yang berbeda
diserap melalui jalur biokimia yang berbeda pula atau memiliki waktu pemrosesan
yang berbeda (Zandona et al., 2015).
Menurut Molyle & Cech (2004), kebiasaan makanan ikan dapat juga
diprediksi dari perbandingan panjang saluran pencernaannya dengan panjang total
tubuhnya. Ikan herbivora saluran pencernaannya beberapa kali panjang tubuhnya
dapat mencapai lima kali panjang tubuhnya, sedangkan panjang usus ikan
karnivora lebih pendek dari panjang total badannya dan panjang usus ikan
omnivora hanya sedikit lebih panjang dari total badannya. Perbandingan panjang
usus relatif untuk hewan herbivora adalah >3 atau 2:2.5, hewan karnivora adalah
<1 atau 1: <1, dan hewan omnivora adalah 1-3 atau 1: 1 (Syahputra et al., 2014).
Hubungan panjang usus ikan sangat berkaitan erat dengan jenis
makanannya. Usus yang sangat panjang pada ikan herbivora merupakan
kompensasi terhadap kondisi makanan yang memiliki kadar serat yang tinggi dan
keadaan pilinya relative rendah (Susilo et al., 2015). Makanan ikan herbivore
mengandung banyak serat sehingga memerlukan pencernaan yang lebih lama dan
kompleks. Oleh karenanya proses pencernaan pada ikan herbivore lebi lama dan
membutuhkan saluran pencernaan yang panjang. Semakin bertambah panjang
total tubuh ikan maka semakin rendah nilai rasio berat lambung/berat tubuhnya.
Meningkatnya kapasitas lambung akan merespon ikan untuk menambah panjang
total tubuhnya sehingga berat ikan juga bertambah. Peningkatan panjang usus
akan berbanding lurus dengan meningkatnya panjang tubuh ikan karena usus akan
mengalami pertambahan panjang apabila makanan yang masuk lebih banyak
sehingga usus akan beradaptasi untuk menambah luas area pencernaannya.
Panjang total tubuh ikan memiliki arah regresi positif terhadap panjang usus
dan rasio panjang usus/panjang total tubuh (Jarmanto et al., 2014).
Lambung dan usus juga dapat berfungsi sebagai kelenjar pencernaan.
Kelenjar pencernaan ikan menghasilkan enzim pencernaan yang berguna dalam
membantu proses penghancuran makanan. Kelenjar pencernaan pada ikan
karnivora banyak menghasilkan enzim-enzim pemecah protein contohnya
protease. Kelenjar pencernaan ikan herbivora banyak menghasilkan enzim-enzim
pemecah polisakarida baik amilum maupun lignin contohya enzim amilase. Ikan
herbivora pada kelenjar lambungnya juga memiliki enzim pelunak serat
tumbuhan. Ikan omnivora memiliki kelenjar pencernaan yang komplek dan
lengkap dengan menghasilkan enzim pencerna protein, karbohidrat dan lemak
yaitu protease, amilase, dan lipase (Affandi et al., 1992).
Menurut Huet (1971), terdapat beberapa perbedaan dan perbandingan
mengenai struktur anatomi pada ikan karnivora, omnivora, dan herbivora, yaitu
pada ikan karnivora memiliki tulang tapis insang yang sedikit, pendek, dan kaku.
Rongga mulutnya bergigi kuat dan tajam. Lambung ikan memiliki bentuk yang
bervariasi. Kebanyakan ikan karnivora memiliki lambung berbentuk lonjong
(Lagler et al., 1977). Ususnya pendek dan kadang-kadang lebih pendek dari
panjang tubuhnya. Menurut McGrosky et al. (2016), menjelaskan bahwa anatomi
sistem pencernaan pada karnivora lebih sederhana jika dibandingkan dengan
katagori ikan berdasarkan pakan yang lainnya. Diet alami karnivora tingkat
kecernaannya sangat tinggi. Ikan herbivora memiliki tulang tapis insang yang
banyak, panjang, dan rapat. Rongga mulutnya sering tidak bergigi. Lambung ikan
tidak ada atau berlambung palsu. Ususnya ukurannya sangat panjang, beberapa
kali dari panjang tubuhnya. Menurut Affandi et al. (2004), pada ikan herbivora
tidak dimiliki lambung yang sesungguhnya sehingga fungsinya untuk menampung
makanan digantikan oleh usus bagian depan. Usus bagian depan ini termodifikasi
menjadi kantung yang membesar (menggelembung) dan selanjutnya disebut
‘lambung palsu’. Kelompok ikan herbivora merupakan komponen pengendali
utama pertumbuhan makroalga pada ekosistem terumbu karang. Ikan omnivora
memiliki tulang tapis insang tidak terlalu banyak, tidak terlalu panjang, dan tidak
terlalu rapat. Rongga mulutnya bergigi kecil. Lambung ikan berbentuk kantung.
Ususnya ukurannya sedang 2-3 kali panjang tubuhnya.
Berdasarkan hasil praktikum kelompok 1 rombongan I, diperoleh hasil
bahwa ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki rasio panjang usus dengan panjang
tubuhnya 0,65 cm pada ulangan pertama dan pada ulangan ke dua didapatkan 0,93
cm, sedangkan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) didapatkan hasil pada
ulangan pertama 2,43 cm dan pada ulangan ke dua didapatkan hasil 2,35 cm. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Zuliani et al. (2016), yang menyatakan bahwa
panjang indek panjang relative usus ikan karnivora memiliki panjang usus 0.2-2.5
cm, ikan omnivora 0.6-8.0 cm, dan ikan hebivora 0.8-15.0 cm, sehingga ikan lele
dapat dikategorikan sebagai ikan karnivora dan ikan nila dapat dikategorikan
sebagai ikan omnivora namun cenderung herbivora. Ikan karnivora memiliki
panjang usus yang lebih pendek dari tubuhnya dikarenakan bahan dasar pakannya
hewani sehingga dalam proses pencernannya lebih cepat dibanding dengan ikan
pemakan yang bahan dasarnya berupa nabati (herbivora) (Fatah & Asyari, 2011).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa
rasio panjang tubuh ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki rasio panjang usus
dengan panjang tubuhnya 0,65 cm pada ulangan pertama dan pada ulangan ke dua
didapatkan 0,93 cm, sedangkan pada ikan nila (Oreochromis niloticus) didapatkan
hasil pada ulangan pertama 2,43 cm dan pada ulangan ke dua didapatkan hasil 2,35
cm, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa panjang usus dan panjang tubuh
dapat digunakan untuk memprediksi katagori pakan ikan, dan memiliki beberapa
kisaran. Rasio dengan kisaran >3 dimasukkan dalam katagori hewan herbivora,
untuk kisaran <1 dimasukkan dalam katagori karnivora dan untuk kisaran 1-3
dimasukkan dalam katagori hewan omnivora.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., Sjafei, D. S., Rahardjo, M. F., & Sulistiono., 1992. Iktiologi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Affandi, R., Sjafei, D. S., Rahardjo, M. F., & Sulistiono., 2004. Fisiologi Ikan,
Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Ahmad, A., 2017. Respon Ikan Karang Pada Area Apartemen Ikan Di Perairan
Tobololo Dan Gamalama Kota Ternate. Coastal and Ocean Journal, 1(1),
pp. 1-6.

Fatah, K., & Asyari., 2011. Beberapa Aspek Biologi Ikan Sembilang (Plotosus
canius) Di Perairan Estuaria Banyuasin, Sumatera selatan. Jurnal
Perikanan, 2(4), pp. 225-230.
Fujaya, Y., 2002. Fisiologi Ikan. Makasar: Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional.
Huet, M., 1971. Text Book of Fish Culture. London: Fishing Book Ltd.
Jarmanto., Yusfiati., Roza, E., 2014. Morfometrik Saluran Pencernaan Ikan Parang-
Parang (Chirocentrus dorabforsskal) dari Perairan Laut Bengkalis Provinsi
Riau. JOM FMIPA, 1(2), pp. 464-471.
Kay, I., 1998. Introduction to Animal Physiology. New York: Bioscientific Publisher.
Lagler, K. F. Bardach, J. E., Miller, R. R., & Passino, D. M., 1977. Ichthyology.
New York: John Wiley & Sons Inc.
McGrosky, A., Ana, N., Karin, I., Peter, L., & Marcus, C., 2016. Gross Intestinal
Morphometry and Allometry in Carnivora. European Journal of Wildlife
Research, 57(4), pp. 395–405.
Moyle, P. B., & Cech, J. J., 2004. Fishes An Introduction to Ichthyology. Upper
Saddle River: Prentice Hall.
Priyadi, A., Eni, K., & Toma, M., 2010. Perlakuan Berbagai Jenis Pakan Alami
untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Sintasan Larva Ikan Upside Down
Catfish (Synodontis nigriventris). Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur, 12(1), pp. 749-754.
Susilo, U., Yuwono, E., Rachmawati, F. N., Priyanto, S., & Hana., 2015.
Karakteristik Enzim Digesti, Protease dan Amilase, Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy Lac.) pada Fase Pertumbuhan. Biosfera, 32(2), pp.
134-142.
Syahputra, H., D. Bakti, M.R. Kurnia., 2014. Studi komposisi makanan ikan sepat
rawa (Trichogaster trichopterus Pallas) di Rawa Tergenang Desa Marundal
Kecamatan Patumbak. Aquacoastmarine, 5(4), pp. 60-71.
Zandonà, E., Auer, S.K., Kilham, S.S., & Reznick, D.N., 2015. Contrasting
Population and Diet Influences on Gut Length of an Omnivorous Tropical
Fish, the Trinidadian Guppy (Poecilia reticulata). PLOS ONE, 10(13), pp.
1-18.

Zuliani, Z., Zainal, A. M., & Nurfadillah, N., 2016. Kebiasaan Makanan dan
Hubungan Panjang Berat Ikan Julung-Julung (Dermogenys Sp.) di Sungai
Alur Hitam Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(1), pp. 12-24.

Anda mungkin juga menyukai