Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEBUTUHAN DASAR NUTRISI

Nama: Nida An Khofiyya

Kelas: Tingkat II-B

NIM: 19072

AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI


JAKARTA
2020
A. Konsep Kebutuhan Dasar Nutrisi
a. Pengertian Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk
pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Nutrient adalah
zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh agar
dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas,
mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit,
memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh,
meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan.
(Harnanto&Rahayu, 2016)

Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia


yang sangat vital. Nutrisi merupakan sumber energi untuk segala aktivitas
dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam tubuh
itu sendiri, seperti glikogen yang terdapat yang terdapat dala, otot dan hati
ataupun protein dan lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal
dari luar tubuh seperti yang sehari-hari dimakan oleh manusia. Kebutuhan
energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein,
lemak, air, vitamin, dan mineral. (Sutanto&Fitriana, 2017)

b. Anatomi dan Fisiologi organ pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat
gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Menurut
Wahyuningsih&Kusmiyati (2017), Organ-organ yang berperan dalam
sistem pencernaan yaitu:
1. Mulut
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.
Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan
dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
Makanan dipoton-gpotong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Kelenjar air liur mengandung
enzim amilase (ptialin) yang berfungsi untuk mencerna polisakarida
(amilum) menjadi disakarida. Proses menelan dimulai secara sadar dan
berlanjut secara otomatis.

2. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
di depan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari 3 bagian
sebagai berikut:
a) Bagian superior
Bagian ini disebut dengan nasofaring. Pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
b) Bagian media
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut.
Bagian media disebut dengan orofaring. Bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah.
c) Bagian inferior
Bagian ini merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian inferior disebut dengan laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring.

3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Sering juga disebut dengan esofagus(dari bahasa Yunani).
Panjang kerongkongan ± 20 cm dan lebar ± 2 cm. Organ ini berfungsi
untuk menghubungkan mulut dengan lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Gerak
peristaltik kerongkongan meliputi gerakan melebar, menyempit,
bergelombang, dan meremas-remas agar makanan terdorong ke
lambung. Di kerongkongan, zat makanan tidak mengalami
pencernaan.

4. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai . Lambung dibagi menjadi tiga daerah, yaitu
sebagai berikut
a) Kardiak
yaitu bagian lambung yang paling pertama untuk tempat masuknya
makanan dari kerongkongan (esofagus).
b) Fundus
yaitu bagian lambung tengah yang berfungsi sebagai penampung
makanan serta proese pencernaan secara kimiawi dengan bantuan
enzim.
c) Pilorus
yaitu bagian lambung terakhir yang berfungsi sebagai jalan keluar
makanan menuju usus halus

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot


berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung
ke dalam kerongkongan. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan
3 zat penting, yaitu sebagai berikut:

a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl).
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin.
Pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.
5. Usus Halus (Usus Kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri atas
lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (muskulus
sirkuler), lapisan otot memanjang (muskuluslongitudinal), dan lapisan
serosa (sebelah luar).

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu:


a) Usus dua belas jari (duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong (jejunum). Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus
dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari
usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di
antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
“lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”. Pada orang dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, di mana 1-2 meter
adalah bagian usus kosong..
c) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia) illeum memiliki panjang sekitar
2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu

6. Usus Besar (Colon)


Usus besar merupakan kelanjutan dari usus halus. Usus besar dibagi
menjadi 3 daerah yaitu:
a) Asenden (usus halus), berfungsi untuk menyerap nutrisi,
menghaluskan makanan, menghasilkan zat, penyerapan zat di
dalam tubuh.
b) Transversum (usus datar) berfungsi untuk menerima sisa makanan
yang tidak diserap oleh usus halus, menyerap air, menurunkan
tingkat keasaman dan mencegah infeksi, memperkuat sistem
kekebalan tubuh.
c) Desenden (usus turun), berfungsi untuk menyerap air dan garam,
pada bagian ujung usus buntu terdapat apendik atau disebut
sebagai umbai cacing. Apendik berfungsi sebagai sistem kekebalan
tubuh. Apendik berperan aktif dalam sistem imunoglobin yang
memiliki kelenjar limfoid di dalamnya. Kelenjar limfoid berfungsi
untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing yang
masuk ke dalam tubuh. Kelenjar limfoid mampu membedakan sel-
sel tubuh dengan zat-zat asing yang masuk ke tubuh dan berpotensi
melakukan inaktivasi atau perusakan

Pada usus besar tidak terjadi pencernaan. Semua sisa makanan akan
dibusukkan dengan bantuan bakteri E. coli dan diperoleh vitamin K.
Di bagian akhir usus besar terdapat rektum yang bermuara ke anus
untuk membuang sisa makanan. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.

7. Rektum
Adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan.

8. Anus
Merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
9. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin. Pankreas melepaskan enzim
pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam
darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein,
karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam
bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.

10. Hati
Hati merupakan sebuah organ terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme
dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Hati juga
memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Zat-zat gizi dari
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh
darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan
tinggi, setelah darah diperkaya dengan zatzat gizi, darah dialirkan ke
dalam sirkulasi umum
11. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat
menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan.Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-
10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya,
melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya..Empedu
memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu pencernaan dan penyerapan
lemak, serta berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah
merah dan kelebihan kolesterol.

Menurut Agustini (2019), Tahap Proses Pencernaan yaitu:

1. Ingesti
Merupakan proses masuknya makanan dan cairan dari lingkungan ke
dalam tubuh melalui proses menelan baik melalui koordinasi gerakan
mengunyah. Tahap pertama pada proses ingesti adalah koordinasi otot
lengan dan tangan membawa makanan ke mulut terjadi proses
mengunyah yaitu, proses penyederhanaan ukuran makanan yang
melibatkan gigi, mulut, gusi dan lidah. Proses mengunyah dilakukan
secara sadar dan diatur oleh sistem saraf pusat.
2. Mastikasi
Merupakan proses pemotongan dan penggilingan makanan oleh gigi.
3. Peristaltis
Merupakan gelombang kontraksi otot polos involunteer yang
menggerakkan makanan sehingga tertelan melaui saluran makanan.
4. Digesti
Merupakan rangkaian kegiatan fisik dan kimia pada makanan yang
dibawa ke dalam lambung dan usus halus. Pada proses digesti terjadi
penyederhanaan ukuran makanan sampai dapat diabsorpsi oleh
intestinal. Organ pencernaan yang berperan pada proses digesti, di
antaranya mulut, faring, esophagus, usus halus dan kolon.
5. Absorbsi
Merupakan proses penyerapan nutrien oleh usus melalui saluran darah
dan getah bening menuju ke hepar. Proses absorbsi ini tidak merata di
setiap bagian saluran pencernaan. Pada lambung hanya terjadi proses
absorpsi alcohol, sedangkan pada usus halus terjadi proses absorpsi
paling utama yaitu 90% dari nutrien yang sudah dicerna dan sedikit
absorbsi air.
6. Metabolisme
Merupakan proses akhir penggunaan makananan dalam tubuh meliputi
semua perubahan kimia yang dialami zat makanan sejak diserap oleh
tubuh sebagai sampah. Proses metabolisme terjadi berbeda-beda
berdasarkan jenis nutrien
7. Egesti
Merupakan proses eliminasi zat sisa yang tak dicerna dan bakteri dalam
bentuk feses.
8. Ekskresi
Merupakan proses pembuangan zat zat metabolisme dalam tubuh untuk
menjaga homestatis, caranya melalui defekasi, miksi diaphoresis dan
ekspirasi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pencernaan
Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
memengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam
memahami kebutuhan gizi.
2. Iklim
Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan kalorinya
lebih rendah dibandingkan dengan negara dengan iklim dingin, ini
disebabkan pada lingkungan dingin lebih banyak kebutuhan produksi
panas untuk keseimbangan tubuh. Sedangkan pada iklim panas dibantu
dengan suhu lingkungan
3. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi
dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa
daerah, tempe merupakan sumber protein yang paling murah, tidak
dijadikan bahan makanan yang layak untuk dimakan karena masyarakat
menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut dapat
merendahkan derajat mereka.
4. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya di beberapa
daerah, terdapat larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis
remaja. Padahal, makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang
sangat baik.Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan
dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan
sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
5. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak
memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat
mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
6. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit.Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang
tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluargannya
dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
7. Penyakit
Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabkan kekurangan nutrisi.
8. Usia
Kebutuhan nutrisi anak-anak lebih tinggi bila dibandingkan dengan
ukuran tubuhnya dari pada orang dewasa. Hal ini dapat dimengerti
karena pada usia tersebut sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Kebutuhan nutrisi pada seseorang akan semakin naik
sesuai umur sampai saat kematangan, lalu akan menurun lagi.
- Umur 1-3 tahun : 1.200 kal
- Umur 4-6 tahun : 1.600 kal
- Umur 7-9 tahun : 1.900 kal
- Umur 10-12 tahun : 2.300 kal
- Dewasa : 2.800 kal
9. Jenis kelamin
Jenis Kelamin Pada laki-laki membutuhkan kalori lebih banyak dari
pada perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki mempunyai lebih banyak
otot-otot dan aktivitas sehingga BMR nyapun lebih tinggi.
- Laki-laki remaja 13-15 tahun : 2.800 kal
16-19 tahun : 3.000 kal
- Wanita ramaja 13-16 tahun : 2.400 kal
16-19 tahun : 2.500 kal
10. Jenis pekerjaan
Kebutuhan nutisi dipengaruhi juga oleh tingkat aktivitas, terutama
pengguanaan otot untuk memproduksi energi. Wanita hamil dan
menyusui membutuhkan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan janin dan
produksi ASI. Kebutuhan kalori juru tulis (L) 1.700 kal, perawat (L)
2.000 kal, pembantu rumah tangga 2.400 kal, wanita hamil 2.300 kal,
menyusui 2.600 kal, petani 3.000 kal.

d. Gangguan kebutuhan nutrisi


Menurut Asmadi (2008) menuliskan secara umum, gangguan kebutuhan
nutrisi terdiri atas:
1. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa
(normal) atau risiko penurunan berat badan akibat ketidakcukupan
asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
2. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat asupan
kebutuhan metabolisme secara berlebih.
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi
kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan
dalam penggunaan kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan
zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari
obesitas, serta asupan kalsium, natrium dan gaya hidup yang
berlebihan.
7. Penyakit Jantung
Koroner Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang
sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau
gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
konsumsi lemak secara berlebihan.
9. Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi,
pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan, letargi, dan
kelebihan energi.
e. Penilaian status nutrisi
Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk
metabolisme dan perbaikan sel, fungsi organ, pertumbuhan, serta
pergerakan tubuh. Laju metabolisme basal (Basal Metabolic Rate/ BMR)
adalah energi yang di butuhkan untuk memepertahankan aktivitas
kelangsungan hidup (bernapas, sirkulasi, denyut jantung, dan suhu) pada
periode waktu tertentu saat istirahat. Faktor-faktor seperti usia, berat
badan, jenis kelamin, demam, kelaparan, menstruasi, penyakit, cidera,
infeksi, tingkat aktivitas, atau fungsi tiroid dapat memengaruhi kebutuhan
energy. Penggunaan energi istirahat (Resting Energy Expenditure/ REE)
atau laju metabolisme istirahat adalah jumlah energi yang dibutuhkan oleh
individu selama 24 jam sehingga tubuh dapat mempertahankan semua
aktivitas kerja internal saat beristirahat. Faktor yang memengaruh
metabolisme adalah penyakit, kehamilan, laktasi, dan tingkat aktivitas. Di
rumah sakit, hitung kebutuhan energi dengan menghitung konsumsi
oksigen, produksi karbon dioksida, dan ekskresi nitrogen rata-rata pada
table metabolisme (Potter & Perry, 2010).

Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan


merupakan faktor penting dalam menentukan status nutrisi
1. Keseimbangan energi
Energi adalah kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan energi
untuk terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya.
Keseimbangan energi = Pemasukan energy – pengeluaran energi Atau
Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja + energi
yang disimpan)
a) Pemasukan energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama
oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi
manusia. Dari makanan yang dimakan kemudian dipecah secara
kimiawi menjadi 11 protein, lemak, dan karbohidrat. Besarnya
energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. Ketika makanan tidak
tersedia maka akan terjadi pemecahan glikogen yang merupakan
cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati dan jaringan otot.
b) Pengeluaran energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk
mensupport jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan
energi tubuh berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin tripshsfat
(ATP). Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal
Metabolism Rate (BMR) dan aktivitas fisik. Kebutuhan (0,1 x
(Energi energi setiap = (BMR + 24) + Konsumsi + untuk hari
ditentukan kkal setiap hari) aktivitas) dengan rumus Jika nilai
pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka akan
terjadi keseimbangan negatif sehingga cadangan makanan
dikeluarkan, hal ini akan berakibat pada penurunan berat badan.
Sebaiknya, jika pemasukan energi lebih banyak dari pengeluaran
energi maka terjadi keseimbangan positif, kelebihan energi akan
disimpan dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan berat badan.
c) Basal Metabolism Rate (BMR)
Basal Metabolism Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada
saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh sepergi pergerakan
jantung, pernapasan, peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar
tubuh. Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh:
1) Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal bertambah
dengan cepat, hal ini berhubungan dengan faktor pertumbuhan.
Setelah usia 20 tahun lebih konstan
2) Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal laki-laki lebih besar dibanding
wanita. Pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/Kg BB/jam
sedangkan pada wanita 0,9 kkal/Kg BB/jam.
3) Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh. Makin luas pengeluaran panas akan lebih banyak
sehingga kebutuhan basal metabolisme lebih besar.
4) Kelainan endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap metabolisme,
peningkatan tiroksin mislanya pada hipertiroid akan
meningkatkan basal metabolisme sedangkan penurunan kadar
tiroksin akan menurunkan metabolisme.
5) Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang lebih dingin akan menigkatkan
metabolisme untuk menyesuaikan diri, tubuh harus lebih
banyak memproduksi panas.
6) Keadaaan sakit
Pada orang sakit suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu
tersebut akan mempercepat reaksi kimia, di mana peningkatan
1 derajat Celcius akan meningkatkan Bmr sebanyak 14%.
7) Keadaan hamil
Konsumsi oksigen pada orang hamil meningkat untuk
memenuhi kebutuhan dan pertumbuhan janin, sehingga
metabolisme juga akan meningkat.
8) Keadaan stres dan ketegangan
Keadaan stres dan keterangan akan merangsang produksi
katekolamin yang mempunyai efek peningkatan metabolisme.
Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body
Mass Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW) (Carpenito,
LJ. 2012):
a) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak
dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji
kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas. Rumus
BMI diperhitungkan: BB (Kg)/ (TBxTB (M) atau BB (pon)
x 704,5 TB (inci)
b) Ideal Body Weight (IBW)
Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi
tubuh yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi
dalam sentimeter dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10%
dari jumlah itu.
f. Pohon masalah

g. Pola makan
Status kesehatan Gaya hidup dan
h. tidak teratur/ menurun
tidak nafsu kebiasan
i.
makan
j.
Kelemahan otot Konsumsi makanan
k. Berkurangnya menelan tidak sehat
pemasukan makanan
l.
Gangguan menelan Kelebihan zat yang
m. makanan tidak dibutuhkan
Kekosongan lambung

Asupan nutrisi tidak Penyerapan tidak


n.
terpenuhi sempurna dalam tubuh
Erosi pada lambung

o. Penurunan berat badan


Produksi HCL
p. Resiko
meningkat
ketidakseimbangan
nutrisi: kelebihan dari
q. kebutuhan tubuh
Asam lambung refluks

r.
Intake tidak adekuat

s.
Ketidakseimbangan
t.
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
B. Pengkajian Keperawatan
Menurut Saskia (2018), Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan
nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik
secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi :
a. Identitas
Melakukan pengkajian yang meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir, tanggal masuk,
nomer register, diagnosa medis, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola
makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang
lebih disukai, yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis
makanan untuk sekarang dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.
c. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien bercerita tentang riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah
sakit
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di
masa lalu maupun sekarang
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga
ada yang memiliki riwayat penyakit menurun maupun menular.
g. Tingkat Aktifitas sehari-hari
1) Pola Istirahat /Tidur
- Waktu tidur: Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum
sakit dan dilakukan di rumah, waktu tidur yang diperlukan oleh
pasien untuk dapat tidur selama di rumah sakit.
- Waktu bangun: Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu
proses NREM ke posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji
pada saat pasien sebelum sakit dan pada saat pasien sudah di rumah
sakit.
- Masalah tidur: Apa saja masalah-masalah tidur yang dialami oleh
pasien pada saat sebelum sakit dan pada saat sudah masuk di rumah
sakit.
- Hal-hal yang mempermudah tidur: Hal-hal yang dapat membuat
pasien mudah untuk dapat tidur secara nyenyak.
- Hal-hal yang mempermudah pasien terbangun: Hal-hal yang
menyangkut masalah tidur yang menyebabkan pasien secara mudah
terbangun
2) Pola Eliminasi
- Buang Air Kecil: Berapa kali dalam sehari, adakah kelainan, berapa
banyak, dibantu atau secara mandiri
- Buang Air Besar: Kerutinan dalam eliminasi alvi setiap harinya,
bagaimanakah bentuk dari BAB pasien (encer, keras, atau lunak)
- Kesulitan BAK / BAB: Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi
pada pasien yang kebutuhan nutrisinya kurang, diet nutrisi yang
tidak adekuat
- Upaya mengatasi BAK / BAB: Usaha pasien untuk mengatasi
masalah yang terjadi pada pola eliminasi
3) Pola Makan dan Minum
- Jumlah dan jenis makanan: Seberapa besar pasien mengkonsumsi
makanan dan apa saja makanan yang di konsumsi
- Waktu pemberian makanan: Rentang waktu yang diperlukan pasien
untuk dapat mengkonsumsi makanan yang di berikan
- Jumlah dan jenis cairan: Berapakah jumlah dan apa sajakah cairan
yang bisa dikonsumsi oleh pasien yang setiap harinya di rumah
maupun dirumah sakit
- Waktu pemberian cairan: Waktu yang di butuhkan pasien untuk
mendapatkan asupan cairan
- Masalah makan dan minum: Masalah-masalah yang dialami pasien
saat akan ataupun setelah mengkonsumsi makanan maupun
minuman
4) Kebersihan Diri / Personal Hygiene
- Pemeliharaan badan: Kebiasaan pasien dalam pemeliharaan badan
setiap harinya mulai dari mandi, keramas, membersihkan kuku dan
lain-lain
- Pemeliharaan gigi dan mulut: Rutinitas membersihkan gigi, berapa
kali pasien menggosok gigi dalam sehari
- Pola kegiatan lain: Kegiatan yang biasa dilakukan oleh pasien
dalam pemeliharaan badan
5) Data Psikososial
- Pola komunikasi: Pola komunikasi pasien dengan keluarga atau
orang lain, orang yang paling dekat dengan pasien
- Dampak di rawat di Rumah Sakit: Dampak yang ditimbulkan dari
perawatan di Rumah Sakit
6) Data Spiritual
- Ketaatan dalam beribadah
- Keyakinan terhadap sehat dan sakit
- Keyakinan terhadap penyembuhan
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran: composmentis, somnolen, koma, delirum
2. Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa criteria mulai dari tekanan darah, nadi, respirasi, dan
suhu
3. Pemeriksaan Kepala
Pada kepala yang dapat kita lihat adalah bentuk kepala, kesimetrisan,
penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan rambut.
4. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah
5. Pemeriksaan Mata
Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan
kesimetrisan
6. Pemeriksaan Hidung
Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan cuping hidung,
keadaan membrane mukosa dari hidung
7. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi: Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut
atau kronis
8. Pemeriksaan Leher
- Inspeksi: adakah kelainan pada kulit leher
- Palpasi: palapasi trachea, posisi trachea (miring, lurus, atau
bengkok), adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah
pembendungan vena jugularis
9. Pemeriksaan Integumen
Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi, kelainan pada kulit,
tekstur, warna kulit
10. Pemeriksaan Thorax
- Inspeksi dada, bagaimana bentuk dada, bunyi normal k.
Pemeriksaan Jantung Inspeksi
- Palpasi: mendeteksi letak jantung, apakah ada pembesaran jantung
- Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan abdomen
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II
11. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi: bagaimana bentuk abdomen (simetris, adakah luka,
apakah ada pembesaran abdomen)
- Auskultasi: mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit
- Perkusi: apakah ada kelainan pada suara abdomen, hati (pekak),
lambung (timpani)
- Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri lepas saat dilakukan
palpasi.
12. Pemeriksaan Genetalia
- Inspeksi: keadaan rambut pubis, kebersihan vagina atau penis,
warna dari kulit disekitar genetalia
- Palpasi: adakah benjolan, adakah nyeri saat di palpasi
13. Pemeriksaan Anus
Lubang anus, peripelium, dan kelainan pada anus
14. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen, kekuatan otot, kelainan pada
anus
15. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran atau meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik,
fungsi sensorik

16. Pemeriksaan Status Mental


Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa,
dan motivasi
17. Pemeriksaan Tubuh Secara Umum
Kebersihan, normal, postur
18. Pemeriksaan laboratorium
langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah
pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa, elektrolit, dan lain-
lain.

D. Diagnosa keperawatan
Menurut buku SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang muncul pada
masalah kebutuhan nutrisi adalah:
a. Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor
ekonomi (finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (stess, keengganan
untuk makan).
b. Resiko berat badan lebih berhubungan dengan: kurang aktivitas harian,
kelebihan konsumsi gula, gangguan kebiasaan makan, gangguan persepsi
makan, sering mengemil, sering makan makanan berlemak, faktor
keturunan.
c. Obesitas berhubungan dengan kurang aktivitas harian, kelebihan konsumsi
gula, gangguan kebiasaan makan, gangguan persepsi makan, kelebihan
konsumsi alkohol, penggunaan energi kurang dari asupan, sering
mengemil, sering memakan makanan berlemak/berminyak, faktor
keturunan

E. Perencanaan
Diagnosa 1: Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme,
faktor ekonomi (finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (stess,
keengganan untuk makan).
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi
terpenuhi dengan
b. Kriteria hasil:
Fokus ABCD:
1) A (Antropometri) :
Berat badan pasien menunjukkan Berat Badan Ideal (BBI) dengan
menghitung BBI pasien BBI = (Tinggi Badan – 100) – ((Tiggi
Badan – 100) x 10%), Lingkar lengan atas (MAC): Nilai normal
(Wanita : 28,5 cm, Pria: 28,3 cm), Lipatan kulit pada otot bisep
(TSF) Nilai normal (Wanita: 16,5-18 cm, Pria: 12,5-16,5 cm).
2) B (Bioclinical) :
Albumin (N : 4-5,5 mg/100ml), Transferin (N : 17-25 mg/100 ml),
Hb (N : 12 mg %), BUN (N : 10-20 mg/100ml), Eksresi kreatinin
untuk 24 jam (N : pria : 0,6-1,3 mg/100ml; dan wanita : 0,5-1,0
mg/100ml
3) Clinical :
BB menunjukkan BB Ideal, Rambut : kuat, bersih, tidak mudah
rontok, Kulit : lembab, turgor kulit elastis, Mata : penglihatan
baik, Lidah : bersih, berwana kemerahan, Bibir : berwarna
kemerahan, lembab.

4) Diet :
Menyiapkan pola diet dengan memasukan kalori adekuat untuk
meningkatkan/mempertahankan berat badan yang tepat.

Menurut Doengoes, Moorhouse, & Geisller (2014), intervensi


keperawatan masalah defisit nutrisi adalah sebagai berikut:
1) Auskultasi bising usus
Rasional: penurunan bising usus dapat menggambarkan penurunan
motilitas lambung dan konstipasi yang berhubungan dengan asupan
cairan terbatas, pilihan makanan yang buruk, penurunan aktiitas dan
hipoksemia.
2) Berikan perawatan mulut/oral hygiene sebelum makan
Rasional: rasa dan bau tidak enak merupakan penghalang utama
terhadap penurunan nafsu makan dan menimbulkan mual muntah
3) Anjurkan periode istirahat 1 jam sebelum dan setelah makan. Berikan
makanan dengan porsi sedikit secara sering
Rasional: membantu mengurangi keletihan selama waktu makan dan
memberikan kesempatan untuk meningkatkan asupan kalori total
4) Timbang berat badan
Rasional: dapat menentukan kebutuhan kalori, menetapkan tujuan
berat badan
5) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan makanan bergizi
seimbang yang mudah dicerna (enteral maupun parenteral)
Rasional: memberikan zat gizi yang maksimal dengan upaya
pengeluaran energi yang minimal
6) Tinjau pemeriksaan laboratorium (albumin, asam amino, zat besi,
gula darah, enzim hati dan elektrolit)
Rasional: menentukan defisit dan memantau keefektifan terapi
nutrisi.
Diagnosa 2: Resiko berat badan lebih berhubungan dengan: kurang
aktivitas harian, kelebihan konsumsi gula, gangguan kebiasaan makan,
gangguan persepsi makan, sering mengemil, sering makan makanan
berlemak, faktor keturunan.
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan berat
badan lebih tidak terjadi dengan
b. Kriteria hasil:
1. Klien menunjukan perubahan pola makan dan keterlibatan dalam
program latihan dan diet
2. Klien menunjukan penurunan berat badan

3. Klien menunjukan beberapa penerimaan diri dari pandangan


idealisme

4. Klien mengakui individu yang mempunyai tanggungjawab sendiri

5. Klien menunjukan peningkatan perubahan positif dalam perilaku


soaial dan interpersonal

Menurut buku SIKI (2016), intervensi keperawatan masalah Resiko


berat badan lebih adalah sebagai berikut:

1) Diskusikan emosi/kejadian sehubungan dengan makan dan buat


rencana makan dengan klien.
Rasional: Membantu mengidentifikasi kapan klien makan untuk
memuaskan kebutuhan emosi daripada lapar fisiologi.
2) Tekankan pentingnya menghindari diet berlemak dan diskusikan
tambahan tujuan nyata untuk penurunan berat badan.
Rasional: Menghilangkan kebutuhan komponen yang dapat
menimbulkan ketidakseimbangan metabolik; penurunan
karbohidrat berlebih.
3) Diskusikan dengan klien pandangan menjadi gemuk dan apa
artinya bagi klien
Rasional: Pandangan mental klien terhadap dirinya sendiri dapat
mempengaruhi status psikologis klien terhadap ideal diri.
4) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan dan persepsi
masalah terkait berat badan lebih yang dialami klien.
Rasional: Membantu mengidentifikasi dan memperjelas alasan
untuk kesulitan dalam hubungannya dengan citra dan gambaran
diri klien terkait berat badan lebih yang dialaminya.
5) Tingkatkan koping individu klien
Rasional: Membantu klien untuk beradaptasi dengan persepsi
stressor, perubahan atau ancaman yang menghambar pemenuhan
tuntutan dan peran hidup.

Diagnosa 3: Obesitas berhubungan dengan kurang aktivitas harian,


kelebihan konsumsi gula, gangguan kebiasaan makan, gangguan persepsi
makan, kelebihan konsumsi alkohol, penggunaan energi kurang dari
asupan, sering mengemil, sering memakan makanan berlemak/berminyak,
faktor keturunan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan berat badan
lebih tidak terjadi dengan
Kriteria hasil:
1. Berat badan membaik Berat badan pasien menunjukkan Berat Badan
Ideal (BBI) dengan menghitung BBI pasien BBI = (Tinggi Badan –
100) – ((Tiggi Badan – 100) x 10%), 3)),
2. Lingkar lengan atas (MAC): Nilai normal (Wanita : 28,5 cm, Pria:
28,3 cm),
3. Lipatan kulit pada otot bisep (TSF) Nilai normal (Wanita: 16,5-18
cm, Pria: 12,5-16,5 cm).
4. Indeks masa tubuh baik. IMT = Berat badan (dalam kg) : Tinggi badan
(dalam m)²
Perempuan Normal: 17 – 23 kg/m²
Laki-laki Normal: 18 – 25 kg/m²

Menurut buku NIC, intervensi keperawatan yang tepat untuk diagnosa


obesitas adalah:
1) Managemen Nutrisi :
a. Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhi kebutuhan tersebut
b. Lakukan kolaborasi dengan ahli diet untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
2) Bantuan menurunkan berat badan :
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi motivasi untuk makan dan
isyarat internal dan eksternal yang dikaitkan dengan makan
b. Tentukan bersama pasien tentang jumlah penurunan berat badan yang
diinginkan
c. Bantu pasien menyesuaikan diet dengan gaya hidup dan tingkat
aktivitas
d. Anjurkan untuk mengganti kebiasaan yang tidak diinginkan dengan
aktivitas yang disukai
e. Anjurkan pasien untuk hadir dalam kelompok pendukung penurunan
berat badan
F. Evaluasi
Menurut Mandu (2019), evaluasi terhadap kebutuhan nutrisi secara umum
dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam:
1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adaya keampuan dalam
makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan
2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan
3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, R. (2019). Pengantar Biologi Sistem Pencernaan. Jakarta: EGC

Asmadi. (2008). Teknik prosedural konsep & aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Salemba Medika.

Alimul, A. (2015). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan


Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Harnanto, A,M. & Rahayu,. (2016). Kebutuhan dasar manusia II. Jakarta: Kemenkes
RI

Mandu. (2019). Asuhan keperawatan Tn.D.P dengan HIV AIDS di ruang komodo
RSUD Pro Johannes Kupang. Diploma Thesis. Poltekkes kemenkes kupang.
Diakses dari http://repository.poltekeskupang.ac.id/1463/

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: ECG.

Susanto, A. V., & Fitriana, Y. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia.


Yogjakarta:Pustaka Baru Press.
Saskia,D. (2018). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Ruang Irna Non Bedah Pria Rsup.
Dr. M. Djamil Padang. Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang. Diakses dari https://pustaka.poltekkespdg.ac.id

Wahyuningsih&Kusmiyati (2017). Anatatomi fisiologi: Jakarta: Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai