Anda di halaman 1dari 15

VOLUME 4 No.

1, 22 Desember 2014 Halaman 1-102

OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI


DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT
Caya
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Indramayu
Email: caya.toha@gmail.com

Totok Gunawan, Suratman Woro Suprodjo, dan Lutfi Muta’ali


Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
Watershed-based management in areas at the boundary of water sheds until now has not been realized. Basic
administrative process is still practiced in management, and sectoral ego is still high. Though watershed area is a
system, when an error occurs in the upper management, it will have an impact on down stream are as. Watershed
management is still focused on the economic benefits compared to environmental aspects. This research aims to
develop land evaluation models and economic evaluation to support the optimization of the use of land-based agro
forestry. This study uses the physicall and evaluation with Ver.1.0 SPKL land evaluation model, which aims to
determine the level of suitability of the land for agro forestry crops and the economic valuation of environmental
services approach. The results of this study are in the form of land use optimization appropriate tothe physical
and economic aspects of the approach, for the development of sustainable agriculture(agro forestry). The results
obtained from this research can bring an idea about the amount(dollars) that can be produced by a plant agro
forestry.

Keywords: Conservation,Land Evaluation, Land Suitability, Agroforestry

ABSTRAK
Pengelolaan DAS berbasis batas kawasan DAS hingga saat ini belum dapat terealisasikan. Dasar
administratif masih dipraktekkan dalam pengelolaannnya, serta egosektoral yang masih tinggi.
Padahal DAS merupakan suatu sistem, bila terjadi kesalahan pengelolaan di hulu akan berdampak
pada daerah hilir. Pengelolaan DAS hingga saat ini masih menitikberatkan pada keuntungan ekonomi
dibanding mengedepankan aspek lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan model
evaluasi lahan dan evaluasi ekonomi untuk mendukung optimasi penggunaan lahan berbasis
agroforestri. Penelitian ini menggunakan metode evaluasi lahan secara fisik dengan model evaluasi
lahan SPKL Ver.1.0 yang bertujuan mengetahui tingkat kesesuaian lahan yang bermanfaat untuk
tanaman agroforestridan melakukan valuasi ekonomi dengan pendekatan jasa lingkungan. Hasil dari
penelitian ini berupa Optimasi penggunaaan lahan yang sesuai dengan pendekatan aspek fisik dan
ekonomi untuk pengemabangan pertanian berkelanjutan (agroforestri). Dimana hasil yang didapat
dari penelitian ini dapat memberika gambaran tentang jumlah (rupiah) yang dapat dihasilkan suatu
tanaman agroforestri.

Kata Kunci: DAS, Evaluasi Lahan, Kesesuaian Lahan, Agroforestri

39
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 39-53

PENGANTAR mahal. Hal ini ditambah lagi dengan


Peningkatan jumlah penduduk cende­ intensifikasi pertanian yang sudah mencapai
rung meningkatkan permintaan akan taraf maksimaldanapabila tidak ditemukan
sumberdaya lahan dan pangan, di lain teknologi baru yang dapat meningkatkan
pihak yang terjadi justru sebaliknya yakni produktivitas pertanian. Mencermati hal
pangan dan lahan menjadi sumberdaya tersebut, maka diperlukan pembatasan
yang keberadaannya semakin tak menentu. konversi lahan dan pengendalian erosi
Pengalaman telah menunjukkan bahwa dengan satuan pengelolaan DAS. Program
keadaan tersebut pada akhirnya akan tata ruang dengan pendekatan pengelolaan
menimbulkan kerusakan sumberdaya alam, DAS merupakan upaya penanganan masalah
misalnya kerusakan hutan, penurunan konversi lahan.
kesuburan tanah, bencana banjir dan Permasalahan ketersediaan air (kualitas
kekeringan. Hal ini disebabkan oleh dan kuantitas) dan distribusinya selalu
turunnya kemampuan sumberdaya lahan menjadi permasalahan umum. Ketersediaan
terutama di daerah aliran sungai (DAS) air di musim kemarau menjadi sangat
dalam memproduksi bahan pangan untuk terbatas, sementara pada musim penghujan
memenuhi kebutuhan. Di lain pihak, per­ banjir terjadi di mana-mana. Penurunan
masalahan pembangunan masyarakat Tinggi Muka Air (TMA) di beberapa danau
khu­sus­nya masyarakat pedesaan di suatu dan waduk mengalami penurunan akibat
wilayah selalu berkaitan dalam persoalan konsumsi dan penggunaan lahan yang
bagaimana meningkatkan produksi perta­ terus meningkat. Di Pulau Jawa, jumlah air
nian dan menciptakan kesempatan kerja yang tersedia mencapai 142,3 milyar m3/tahun
luas, serta memperbaiki kualitas kehidupan. dan kebutuhan air mencapai 77,8 milyar m³/
Persoalan utama dalam pengelolaan tahun (Kananto et al., 1998). Angka tersebut
sumberdaya lahan (SDL) adalah penurunan merupakan jumlah total dalam setahun
luas lahan pertanian sebagai akibat konversi sementara pada bulan-bulan kering jelas
ke non-pertanian. Peningkatan konversi penggunaan dan konsumsi lebih tinggi dari
lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian pasokannya. Sementara itu adanya otonomi
akan mengancam lahan hutan karena daerah yang memberi ruang lebih besar
pertanian akan merambah kawasan hutan pada daerah dalam mengelola sumberdaya
untuk dibuka menjadi lahan pertanian. Hal air telah membawa beberapa konsekuensi
tersebut disinyalir dari hasil penelitian Abbas pengelolaan sumberdaya air dalam konteks
(1997), Mulyana (1998), dan Cahyono (2001). DAS, yaitu
The World Bank (1990) memperkirakan 40.000 a. pemanfaatan air oleh suatu daerah
ha/tahun lahan pertanian dikonversi menjadi berarti menghilangkan peluang peman­
lahan non-pertanian di Indonesia. Dalam faatan oleh daerah lain, padahal mung­
satuan DAS, konversi tersebut sebagian kin saja tampungan air yang adadi
besar terjadi di hilir DAS. Ditinjau dari aspek daerah lain lebih tinggi;
kualitas, terjadi penurunan kualitas lahan b. pencemaran pada daerah hulu akan
sebagai akibat erosi yang semakin meningkat. berdampak pada bagian hilir; dan
The World Bank (1990) mencatat bahwa rata- c. daerah hulu sering berfungsi sebagai
rata erosi di lahan pertanian Pulau Jawa pada daerah pelestari, tetapi penerima man­
daerah vulkanik sebesar 6-12 ton/ha/tahun faatnya di daerah hilir.
dan pada daerah kapur sebesar 20-60 ton/
ha/tahun. Sementara itu, laju pembentukan Sungai Cimanuk merupakan sungai
tanah sangat lambat (30-725 tahun/mm utama di DAS Cimanuk yang berhulu di
tanah) dan ekstensifikasi pertanian sangat Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

40
CAYA, TOTOK GUNAWAN, SURATMAN WORO SUPRODJO, DAN LUTFI MUTA”ALI e
OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT

dan bermuara ke Laut Jawa di Kabupaten Selama ini berbagai macam barang
Indramayu dengan panjang sungai dan jasa yang dihasilkan oleh hutan dan
358 km. DAS Cimanuk meliputi empat lahan dirasa dapat digunakan secara gratis,
kabupaten terdiri dari 68 kecamatan yaitu tidak pernah diperhitungkan harga ataupun
Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, nilainya. Valuasi ekonomi diperlukan
Kabupaten Majalengka dan Kabupaten dalam rangka memberikan nilai kuantitatif
Indramayu dengan luas sekitar 3.409,17 terhadap barang dan jasa sumberdaya alam
km2mempunyai permasalahan lingkungan (SDA) dan lingkungan terutama berkaitan
yang sangat kompleks yang melibatkan dengan sumberdaya air yang dihasilkan oleh
berbagai stakeholders (masyarakat, industri DAS, baik atas dasar nilai pasar (market value)
dan pemerintah) dan meliputi berbagai maupun nilai non pasar (non market value).
bentanglahan (dari daerah pegunungan Valuasi ekonomi terhadap jasa lingkungan
sampai pesisir). Namun pada dasarnya perlu untuk dilakukan guna mengetahui
tingkat kerusakan lingkungan ini sama secara ekonomi berapa besar nilai air yang
seperti terjadi pada kawasan-kawasan selama ini dianggap given dan keberadaannya
lainnya di Indonesia, yaitu terjadinya baik kuantitas dan kualitasnya semakin
degradasi sumberdaya alam dan pencemaran menurun sedangkan kebutuhan pangan
lingkungan. (Anonim,2008). semakin hari semakin meningkat. Untuk itu
Sumber pencemaran yang berpotensi perlu adanya upaya teknologi yang dapat
menimbulkan beban pencemaran pada DAS menyeimbangkan keserasian antara potensi
Cimanuk berasal dari aktivitas penduduk, sumberdaya air yang semakin menurun
industri, pertanian dan peternakan. dengan kebutuhan air untuk memproduksi
Penggunaan Lahanpada DAS Cimanuk pangan yang kecenderungannya semakin
meliputi lahan pertanian seluas 111.460,75 meningkat. Salah satunya adalah dengan
Ha (32,69%), perkebunan 11.078,45 Ha upaya diversifikasi pertanian melalui
(3,25%), permukiman 20.040,3 Ha (5,88%). pendekatan evaluasi kesesuaian lahan
Hutan 50.225,75 Ha (14,73%), perikanan/ terutama di wilayah DAS yang merupakan
kolam/tambak 451 Ha (0,13%) serta lain-lain wilayah potensial untuk dilakukan pengem­
berupa tanah kosong, padang rumput dan bangan karena wilayah DAS memiliki
rawa 147.660 Ha (43,31%). Hasil inventarisasi pasokan air yang cukup untuk kegiatan
sumber pencemaran pada DAS Cimanuk budidaya pertanian yang sesuai dengan daya
adalah sebagai berikut yaitu berasal dari dukung (pertanian, kehutanan, peternakan,
domestik 3.228.967 jiwa, industri 312 industri, perikanan, dan industri kecil) dan wilayah
pertanian/sawah 54.706 Ha dan ternak DAS umumnya sejak dahulu zaman
besar 46.950 ekor. Sumber pencemaran kerajaan sampai sekarang banyak dihuni
yang berasal dari penduduk dan industri dan dimanfaatkan lahannya oleh mayoritas
merupakan kontribusi beban pencemaran penduduk.
yang paling besar pada Sungai Cimanuk dan
anak-anak sungainya. Dari 312 industri yang Metode Penelitian
ada, jenis industri kulit merupakan industri Penentuan Lokasi Penelitian
terbanyak, yaitu 263 industri (84,29%), Kajian mengenai optimalisasi peng­
selebihnya industri makanan 38 (12,8%), gunaan lahan dalam pengembangan
industri tapioka dua (0,64%), industri gula agroforestry di daerah aliran sungai
tiga (0,96%), keramik satu (0,32%), garmen dilakukan pada DASCimanuk.Penentuan
dua (0,64%), batik/tekstil satu (0,32%), kimia lokasi tersebut didasarkan pada kondisi
satu (0,32%) dan cool storagesatu (0,32%). DAS Cimanuk yang dikategorikan sebagai
(Anonim, 2008) DAS Prioritas pertama di Jawa Barat.Kondisi

41
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 39-53

DAS Cimanuk yang kritis dan dikategorikan administrasi yang berada dalam DAS, dan
sebagai prioritas pertama merupakan upaya pengaturan penggunaan lahan berdasar
pemerintah dalam penetapan skala prioritas kesesuaian lahan. Penelitian ini menghasilkan
kegiatan rehabilitasi lahan, reboisasi, dan sebuah model optimalisasi penggunaan
penghijauan. Mengacu pada kondisi DAS lahan mendukung dalam proses pengelolaan
Cimanuk tersebut dibutuhkan pengelolaan DAS Cimanuk. Lokasi penelitian dapat
yang berkelanjutan, sinergis antarwilayah dilihat pada Gambar 2.1. dibawah ini:

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian DAS Cimanuk

Alat dan Bahan yang digunakan e. Citra Satelit Landsat 7 ETM +, dengan
Bahan Penelitian resolusi spasial 30 m,untuk ekstraksi
a. Peta Rupabumi Indonesia, Skala 1: informasi penggunaan lahan dan
25.000, digunakan sebagai referensi tutupan vegetasi;
geo­metrik citra Landsat ETM +; f. Peta Curah hujanDAS Cimanuk dengan
b. Peta Wilayah Kerja BPDAS Cimanuk 13 stasiun curah hujan dengan metode
Citanduy; Ishoyet di DAS Cimanuk;.
c. Batas Wilayah Administrasi BAPPEDA g. Peta Jenis tanah DAS Cimanuk ber­
Propinsi Jawa Barat, skala 1: 25.000 sumber dari PUSLIKTANAK skala 1:
Tahun 2010; 50.000;
d. Citra Satelit SRTM, digunakan untuk h. Peta Hidrologi DAS Cimanuk untuk
ekstraksi peta kemiringan lereng skala kerapatan aliran sungai, dibuat berdasar
1: 25.000; Citra Satelit SRTM.

42
CAYA, TOTOK GUNAWAN, SURATMAN WORO SUPRODJO, DAN LUTFI MUTA”ALI e
OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT

i. Peta Geologi DAS Cimanuk skala 1: kata­gori berdasarkan atas sifat-sifat yang
50.000, bersumber dari Kemetrian merupakan potensi dan penghambat dalam
ESDM, badan Geologi. penggunaannya secara lestari (Arsyad
Sitana, 2010).
Alat Penelitian Sistem klasifikasi lahan menurut
a. Seperangkat komputer yang memadai Hockemansmith dan Steele dalam Arsyad
dengan perangkat lunak pengolahan Sitanala (2010), lahan dikelompokan ke dalam
dan analisis data spasial yang tiga katageori utama yaitu kelas, Subkelas,
digunakan. Satuan kemampuan (Capability units) atau
b. Perangkat lunak ArcGIS 10.1 untuk Satuan Pengelolaan (managemen unit). Penge­
proses pengolahan dan penyusunan lompokan di dalam kelas didasarkan atas
(lay out) peta akhir. intensitas faktor penghambat. Jadi kelas
c. Perangkat lunak SPKL Ver 1.0 untuk kemampuan lahan adalah kelaompok unit
proses analisis optimalisasi dan kese­ lahan yang memiliki tingkat pembatas atau
suaian penggunaan lahan serta pengem­ penghamabt (degree of limitation) yang sama
bangan agroforestri. jika digunakan untuk pertanian yang umum.
d. Perangkat lunak Office untuk penger­ Tanah dikelompokan ke dalam delapan
jaan laporan serta pengolahan data. kelas yang ditandai dengan huruf Romawi
e. Peralatan lapangan: dari I sampai VII. Ancaman kerusakan
•• Global Positioning System Receiver atau hambatan meningkat berturut-turut
untuk proses cek lapangan sebagai dari Kelas I sampai kelas VIII. Tanah pada
alat bantu penentuan koordinat. Kelas I sampai IV dengan pengelolaan
•• Kamera digital untuk dokumentasi yang baik mampu menghasilkan dan sesuai
kegiatan dan lokasi sampel. untuk berbagai penggunaan seperti untuk
•• Ring permeabilitas untuk pengambil­ penanaman pertanian umumnya (tanaman
an sampel tanah untuk pengujian semusim dan tahunan), rumput utuk
permeabilitasdi laboratorium. makanan ternak, padang rumput dan hutan,
Tanah pada kelas V, VI dan VII sesuai untuk
Pengertian Lahan dan Penggunaan padang rumput, tanaman pohon-pohon
Lahan atau vegetasi alami. Dalam beberapa hal
Lahan merupakan bagian dari bentang tanah kelas V dan VI dapat menghasilkan
lahan alam (lanscape) yang mencakup pe­ dan menguntungkan untuk beberapa jenis
ngertian lingkungan fisik termasuk iklim, tanaman tertentu seperti buah-buahan,
topografi/relief, tanah, hidrologi, dan ke­ tanaman hias atau bunga-bungaan dan
adaan vegetasi alami (natural vegetasion) bahkan jenis sayuran bernilai tinggi dengan
yang secara potensial berpengaruh peng­ pengelolaan dan tindakan konservasi tanah
gunaan lahan. Lahan dalam pengertian dan air yang baik. Tanah kelas VIII sebaiknya
lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi dibiarkan dalam keadaan alami.
oleh berbagai aktivitas flora, funa dan Pengelompokan di dalam subkelas
manusia,baik di masa lalu maupun saat didasarkan atas jenis faktor penghambat
sekarang, seperti lahan rawa dan pasang atau ancaman yang dikenal yaitu (1)
surut yang telah direklamasi atau tindakan ancaman erosi, (2) ancaman kelebihan air, (3)
konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. pembatas perkembangan akar tanaman, dan
Klasifikasi lahan (land capability classi­ (4) pembatas iklim.
fication) adalah penilaian lahan (komponen- Karakteristik lahan adalah sifat lahan
komponen lahan) secara sistematik dan yang dapat diukur dan diestimasi. Dari
pengelompokannya ke dalam beberapa beberapa pustaka disebutkan bahwa

43
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 39-53

penggunaan karakteristik lahan untuk Sebagai contoh lahan sangat sesuai untuk
keperluan evaluasi lahan bervariasi. Adapun sawah irigasi, lahan cukup sesuai untuk
karakteristik lahan yang digunakan dalam pertanian tanaman tahaunan atau pertanian
menilai lahan adalah temperatur rata-rata tenaman semusim. Kesesuain lahan ter­
tahunan, curah hujan (tahunan atau pada sebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini
masa pertumbuhan tanaman), kelembaban (present) atau setelah diadakan perbaikan
udara, drainase, bahan kasar, kedalaman (emprovment). Secara spesifik, kesesuaian
efektif, alkalinitas, kedalaman sulfida, lereng, lahan adalah kesesuaian sifat-sifat fisik
batuan di permukaan, singkapan batuan, lingkungan, yaitu iklim, tanah, topografi,
bahaya longsor, bahaya erosi serta tinggi dan hidrologi dan/atau drainase untuk usahatani
lama genangan. atau komoditas tertentu yang produktif.
Kualitas lahan dapat berpengaruh positif Kesesuaian lahan adalah kecocokan
atau negatif terhadap penggunaan lahan dari sebidang lahan untuk tipe penggunaan
tergantung pada sifat-sifatnya. Kualitas lahan tertentu, sehingga perlu mempertimbangkan
berpengaruh positif, apabila mempunyai aspek manajemennya, misalnya padi sawah
sifat-sifat yang menguntungkan bagi suatu irigasi, sawah pasang surut, ubi kayu,
penggunaan. Sebaliknya kualitas lahan kedelai, perkebunan kepala sawit, hutan
berpengaruh negatif, apabila mempunyia tanaman industri akiasia atau albasia.
sifat-sifat yang merugikan bagi penggunaan,
sehingga merupakan faktor penghambat Paradigma Baru Pembangunan
atau pembatas. Setiap kualitas lahan dapat Pertanian dan Kehutanan
berpengaruh terhadap satu atau lebih jenis Pembangunan pertanian berkelanjutan
penggunaan lahan. Demikian pula, satu jenis merupakan pengelolaan dan konservasi
penggunaan lahan akan dipengaruhi oleh sumberdaya alam dan orentasinya pada
berbagai kualitas lahan.Contoh ketersediaan perubahan teknologi dan kelembagaan yang
air bagi tanaman dipengaruhi oleh iklim, dilakukan sedimikian rupa sehingga men­
topografi, drainase, tekstur.dan konsistensi jamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan
tanah, zone perakaran bahan kasar (batu, manusia secara berkelanjutan bagi generasai
kerikil) di dalam penampnag tanah. Analisis sekarang dan mendatang. Pembanguan di
ini yang dipakai parameter yang dominan, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
yaitu lereng, jenis tanah, curah hujan, harus mampu mengkonservasi tanah, air,
temperatur, kedalaman, tekstur. tanaman dan sumber genetik tanaman, tidak
Evaluasi lahan adalalah proses penduga­ merusak lingkungan, sevara teknik tepat
an tingka kesesuaian lahan untuk berbagai guna, secara ekonomi layak dan secara sosial
alternatif penggunaan lahan, baik untuk dapat diterima (FAO dalam Untung 1996)
pertanian, kehutanan, pariwisata, konservasi Agroforestri adalah sistem penggunaan
lahan, atau jenis penggunaan lainnya. lahan yang mengkombinasikan tanaman
Evaluasi lahan dalam jumlah besar berkayu dengan tanaman tidak berkayu yang
dapat dilaksanakan secara manual ataupun tumbuh bersamaaan atau bergiliran pada
komputerisasi. Secara komputersisasi, pe­ suatu lahan, untuk memperoleh berbagai
nilaian, dan pengolahan data dalam jumlah produk dan jasa, sehingga terbentuk interaksi
besar dapat dilaksanakan dengan cepat, ekologis dan ekonomis anta komponen
dimana ketepatan penilainnya sangat diten­ tanaman (Huxley 1999 dalam Rianse U, 2010)
tukan oleh kualitas data yang tersedia serta
ketepatan asumsi yang digunakan. Komoditas Lokal dan Unggulan
Kesesuaian lahan adalah kecocokan Komoditas pertanian unggulan
sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. dibedakan pada tingkat nasional , meliputi

44
CAYA, TOTOK GUNAWAN, SURATMAN WORO SUPRODJO, DAN LUTFI MUTA”ALI e
OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT

komoditas tanaman pangan, hortikultura, sawah, kolam/diversifikasi), budidaya


perkebunann dan peternakan, sebagai tambak (bandeng, kakap, udang).
berikut:
1. Komoditas pertanian unggulan tana­ Daerah Aliran Sungai (DAS) Hulu,
man pangan : Tengah, dan Hilir
Nasional : padi, padi gogo, jagung, Daerah Aliran Sungai (DAS) secara
kedelai, dan ubi kayu. umum didefinisikan sebagai suatu hampar­
Propinsi : sagu, ubi jalar, kacang an wilayah/kawasan yang dibatasi oleh
tanah, kacang hijau, dan pembatas topografi (punggung bukit)
gandum yang menerima, mengumpulkan air hujan,
2. Komoditas pertanian unggulan tana­ sedimen dan unsur hara serta meng­
man hortikultura alirkannya melalui anak-anak sungai dan
a. Sayuran keluar pada sungai utama ke laut atau danau.
Nasional : kentang, cabe merah, Linsley (1980) menyebut DAS sebagai “A
bawang merah, tomat, river of drainage basin in the entire area drained
buncias, kubis, wortel by a stream or system of connecting streams
Propinsi : bawang putih, kacang such that all stream flow originating in the area
panjang, kangkung, discharged through asingle outlet”. Sementara
sawi, mentimun, te­rung, itu IFPRI (2002) menyebutkan bahwa “A
dan, kacang merah. watershed is a geographic area that drains to a
b. Buah-buahan common point, which makes it an attractive unit
Nasional : pisang, jeruk, mang­ for technical efforts to conserve soil and maximize
ga, manggis, melon, the utilization of surface and subsurface water for
pepaya, rambutan, cropproduction, and a watershed is also an area
nanas, salak, durian. with administrative and property regimes, and
Propinsi : duku, markisa, jam­bu farmers whose actions may affect each other’s
biji, semangka, alpu­ interests”.
kat, cempedak, terung Dari definisi di atas, dapat dikemukakan
Belanda, belimbing, bahwa DAS merupakan ekosistem, dimana
sawo dan sukun. unsur organisme dan lingkungan biofisik
3. Komoditas pertanian unggualan serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis
tanaman perkebunan dan di dalamnya terdapat keseimbangan
Nasional : karet, teh, kopi arabika, inflow dan outflow dari material dan energi.
ka­kao, sawit, kelapa, Selain itu pengelolaan DAS dapat disebutkan
ceng­keh, lada, mente, dan merupakan suatu bentuk pengembangan
kopi robusta wilayah yang menempatkan DAS sebagai
Propinsi : kina, kayu manis, pala, suatu unit pengelolaan sumberdaya alam
vanili, kemiri, gambir, (SDA) yang secara umum untuk mencapai
pinang, lontar, tebu, tujuan peningkatan produksi pertanian dan
nilam, tembakau, kapas, kehutanan yang optimum dan berkelanjutan
empon-empon. (lestari) dengan upaya menekan kerusakan
4. Komoditas pertanian unggulan peter­ seminimum mungkin agar distribusi aliran
nakan : ruminansia besar (sapi, kerbau), air sungai yang berasal dari DAS dapat
ruminansia kecil (domba, kambing) dan merata sepanjang tahun.
sapi perah. Definisi DAS Berdasarkan Fungsi, dalam
5. Komoditas unggualan pertanian per­ rangka memberikan gambaran keterkaitan
ikanan: perikanan air tawar (keram­ba, secara menyeluruh dalam pengelolaan

45
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 39-53

DAS, terlebih dahulu diperlukan batasan- yang berlapis- lapis. Kemungkinan lapisan-
batasan mengenai DAS berdasarkan fungsi, lapisan tajuk yang terbentuk menurut Smith
yaitu Pertama DAS bagian hulu didasarkan (1962) sebagai berikut:
pada fungsi konservasi yang dikelola untuk 1) Deretan tajuk dominan
mempertahankan kondisi lingkungan DAS Yaitu pohon-pohon dengan tajuk
agar tidak terdegradasi, yang antara lain teratas yang menerima sinar matahari
dapat diindikasikan dari kondisi tutupan penuh baik dari atas maupun samping.
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan 2) Deretan tajuk kodominan
menyimpan air (debit), dan curah hujan. Yaitu pohon-pohon dengan tajuk pada
Kedua DAS bagian tengah didasarkan deretan di bawah dominan, menerima
pada fungsi pemanfaatan air sungai yang sinar matahari penuh dari atas tetapi
dikelola untuk dapat memberikan manfaat hanya sedikit dari samping.
bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang 3) Deretan tajuk pertengahan (intermediate)
antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas Yaitu pohon-pohon yang lebih rendah dari
air, kualitas air, kemampuan menyalurkan tajuk pohon dominan dan kodominan.
air, dan ketinggian muka air tanah, serta Tajuk ini menerima sinar matahari dari
terkait pada prasarana pengairan seperti atas hanya sedikit dan sama sekali tidak
pengelolaan sungai, waduk, dan danau. dapat sinar dari samping.
Ketiga DAS bagian hilir didasarkan 4) Deretan tajuk tertekan
pada fungsi pemanfaatan air sungai yang Yaitu pohon yang paling rendah.
dikelola untuk dapat memberikan manfaat Tajuknya tidak menerima sinar mata­
bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang hari secara langsung tetapi hanya
diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas menerima secara tidak langsung, yaitu
air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian menerima sinar bias.
curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan
pertanian, air bersih, serta pengelolaan air Di samping deretan tajuk pohon seperti
limbah. di atas, pada sistem mix planting masih ada
deretan tanaman semusim sebagai ground
Hubungan Ekosistem Daerah Aliran cover atau penutup tanah. Oleh sebab itu ruang
Sungai dengan Tanaman Pertanian tumbuh di atas tanah secara optimal telah
dan Tanaman Hutan dimanfaatkan. Pada sistem ini selain optimal
Sistem usaha tani berkaitan erat dalam pemanfaatan ruang tumbuh juga ada
dengan ancaman terhadap erosi di dalam keuntungan lain dari aspek konservasi tanah
ekosistem DAS. Sistem usaha tani daopat dan air. Pada tingkat curah hujan tertentu,
diklasifikasikan berdasarkan berbagai krite­ fungsi hidrblogi DAS berhubungan dengan
ria seperi jenis komoditas yang disahakan, kemampuan DAS dalam hal transmisi air,
cara penyediaan air, pergiliran tanaman, penyangga pada puncak kejadian hujan,
intensitas penggunaan tanah dan sebaginya. pelepasan air secara perlahan, memelihara
Berdasarkan komoditas yang diusahakan, kualitas air, mengurangi perpindahan massa
sistem usaha tani berbasais tanaman, usaha tanah (Purwanto dan Ruijter, 2004).
tani berbasis ternak, usaha tani berbasis
ikan dan hewan air lainnya dan usaha tani Hubungan Lahan, Bentuk Lahan, dan
campuran ketiga kelompok terdahulu (maxed Penggunaan Lahan
farming). Lahan
Tanaman musiman dan tahunan dalam Lahan merupakan bagiandari bentang
satu lahan. Hal ini akan menciptakan suatu pengertian lingkungan fisik termasuk iklim,
komunitas lanaman dcngan deretan tajuk topografi, tanah, hidrologi dan keadaan

46
CAYA, TOTOK GUNAWAN, SURATMAN WORO SUPRODJO, DAN LUTFI MUTA”ALI e
OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT

vegetasi alami yang secara potensial ber­ dapat dibedakan atas penggunaan lahan
pengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, semusim,tahunan,danpermanen.Penggunaan
1976). Lahan dalam pengertian yang lebih lahansemusim diarahkan untuk tanaman
luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh semusim. Pola tanaman yang diterapkan
berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia, dapat berupa rotasi atau tumpang sari, dan
baik di masa lalu maupun saat sekarang, panen dapat dilakukan setiap musim dengan
seperti lahanrawa dan pasang surut yang periode kurang dari setahun. Penggunaan
telahdireklamasi atau tindakan konservasi Lahan tahunanmerupakan penggunaan lahan
tanah pada suatu lahan tertentu. Penggunaan jangka panjang yang pengiliran tanamannya
lahan secara optimalperlu dikaitkan dengan dilakukan setelah tanaman pertama secara
karakteristik dan kualitas lainnya. Hal ter­ ekonomi tidak menguntungkan lagi,seperti
sebut disebabkan adannya keterbatasan pada perkebunan. Sedangkan pengunaan
peng­gunaan lahan, bila dihubungkan dengan lahan permanen merupakan penggunaan
pemanfaatan lahan secara lestari dan berke­ lahan yang tidak diusahakan untuk pertanian,
sinambungan. seperti hutan, daerah konservesi, perkotaan,
desa, dan lain-lain.
Bentuk lahan Hubungan antara bentuk lahan dan
Menurut Strahler (1983), bentuk lahan penggunaan lahan dapat dilihat dari
adalah konfigurasi permukaan lahan hubungan ekologi antar kedua unsur tersebut.
yang dihasilkan oleh proses alam. Lebih Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi
lanjut Whitton (1984) menyatakan bahwa suatu bentuk lahan tergantung pada bentuk
bentuklahan merupakan morfologi dan fisik penggunaan lahannya, maka diketahui
karakteristik permukaan lahan sebagai hasil bahwa sawah tidak akan bisa tumbuh di
interaksi antara proses fisik dan gerakan lereng vulkanik, dan lainya.
kerak dengan geologi lapisan permukaan
bumi. Berdasarkan kedua definisi tersebut, Optimalisasi Penggunaan Lahan (OPL)
dapat disimpulkan bahwa bentuklahan Berbasis Konservasi Tanah dan Air
merupakan bentang permukaan lahan yang Survei kemampuan lahan merupakan
mempunyai relief khas karena pengaruh survei sumberdaya lahan yang bertujuan
kuat dari struktur kulit bumi dan akibat dari mengetahui kemampuan lahan suatu
proses alam yang bekerja pada batuan di daerah dan menentukan penggunaan lahan
dalam ruang dan waktu tertentu. beserta pengelolaannya yang tepat sehingga
Struktur geomorfologi memberikan dapat dicapai produktivitas yang optimal
informasi tentang asal-usul (genesa) dari (Sunarto dan Jamulya, 1991). Sedangkan
bentuklahan. Proses geomorfologi dicermin­ yang dimaksud produksi optimum menurut
kan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan, Sitanala Arsyad (2010) adalah produksi
sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan tanaman pada suatu tanah dapat dicapai
titik tertinggi dengan titik terendah dan dengan pemupukan yang tepat dan perbaikan
kemiringan lereng. Relief atau kesan topo­ sifat-sifat tanah. Akan tetapi, pemupukan
grafi memberikan informasi tentang konfi­ tidak akan berhasil dan menguntungkan jika
gurasi permukaan bentuklahan yang ditentu­ usaha-usaha pencegahan erosi, perbaikan
kan oleh keadaan morfometriknya. keadaan udara dan air tanah, usaha-
usaha pemeliharaan bahan organik tanah,
Penggunaan Lahan perbaikan tanah-tanah yang telah rusak
Penggunaan Lahan adalah pemanfaatan (konservasi tanah dan pengelolaan tanah)
sebidang lahan untuktujuan tertentu, Peng­ atau perbaikan draninase dan penyediaan air
gunaan lahan untuk pertanian secara umum telah dilakukan. Sedangkan yang dimaksud

47
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 39-53

pengelolaan tanah meliputi kegiatan ekonomi pada masalah lingkungan adalah


penyusunan rencana penggunaan tanah penilaian ekonomi dari sumberdaya dan jasa-
atau kegiatan evaluasi kemapuan tanah jasa lingkungan atau penghitungan manfaat
diperlukan dalam rangka upaya konservasi dari berbagai pilihan terhadap lingkungan
tanah untuk mengembalikan fungsi tanah- bagi peningkatan kesejahteraan manusia.
tanah yang rusak dan menjaga tanah-tanah Fauzi (2000), mengungkapkan bahwa valuasi
yang baru dibuka agar tercapai produksi ekonomi merupakan pengukuran jumlah
setinggi-tingginya secara lestari. maksimum dari keinginan seseorang untuk
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehu­ membayar (willingness to pay) terhadap
tanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber­
Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan daya dan lingkungan untuk mendapatkan
Sungai telah menetapkan kriteria dan standar barang dan jasa. Valuasi ekonomi bertujuan
indikator Kinerja DAS, melalui beberapa untuk mengukur permintaan konsumen
pendekatan, yaitu : dalam terminologi moneter. Teknik untuk
1. Kriteria Penggunaan Lahan: memperkirakan manfaat atau jasa ling­
a. Indikator tentang penutupan lahan kungan sangat beragam tergantung pada
oleh vegetasi , parameternya Indek data yang tersedia, kemudahan penggunaan
Penutupan Lahan (IPL), standar dan tempat atau lokasi penelitian (Bishop
yang baik apabila nilai IPL>75% . dan Mills, 2002).
b. Indikator tentang Kesesuain peng­ Menurut Soeparmoko (2006), metode
gunaan lahan (KPL), parameternya valuasi ekonomi pada dasarnya dapat
KPL, standarnya yang baik apabila dikelompokkan menjadi tiga macam metode,
nilai KPL> 75%. yaitu: 1) metode yang secara langsung pada
c. Indikator tentang pengelolaan nilai pasar atau produktivitas; 2) metode
lahan, parameternya Pola tanam yang menggunakan nilai pasar barang
(C) dan tindakan konservasi, pengganti atau barang pelengkap; 3) metode
standarnya yang baik apabila nilai yang didasarkan hasil survei. Ramdan
Cx P < 0,1. dan Darusman (2003), juga menguraikan
bahwa metode penilaian sumberdaya alam
2. Tata Air : pada dasamya dibagi dua pendekatan
a. Indikator tentang debit air sungai, yaitu berdasarkan kurva permintaan atau
parameternya tentang Koefisien berdasarkan Willingness to Pay (WTP) dan
Rejim Sungai (KRS), standarnya metode berdasarkan non kurva permintaan
yang baik apabila nilai KRS<50. (non WTP). Metode berdasarkan kurva
b. Indikator tentang Coefisien Varian permintaan terdiri dari metode valuasi
(CV), pamaternya CV, standarnya kontingensi, metode biaya perjalanan dan
yang baik apabila nilai CV<10%. metode harga hedonik. Metode herdasarkan
c. Indikatornya Indek Penggunaan non kurva permintaan terdiri dari metode
Air (IPA), parametrnya IPA, dosis-respons, metode biaya penggantian,
standarnya yang baik nilai IPA metode perilaku mitigasi dan metode
trennya semakin kecil, semakin berdasarkan opportunity cost.Uraian kedua
baik. pendekatan metode penilaian tersebut
adalah sebagai berikut:
Evaluasi Ekonomi dan Jasa Lingkungan 1. Metode valuasi kontingensi (contingent
Valuasi ekonomi adalah upaya untuk valuation method) adalah teknik survei
menentukan nilai ekonomi dari suatu untuk menanyakan tentang nilai atau
sumberdaya. Menurut Dixon (1991), valuasi harga yang diberikan terhadap komoditi

48
CAYA, TOTOK GUNAWAN, SURATMAN WORO SUPRODJO, DAN LUTFI MUTA”ALI e
OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT

yang non market. Metode ini sering biaya untuk mengisolasi rumah dari
digunakan untuk menilai pilihan atau kebisingan pesawat di sekitar bandara
keberadaan suatu fungsi sumberdaya 7. Metode opportunity cost. Metode ini
alam. Wawancara dilakukan dengan sebenamya tidak melakukan penilaian
menanyakan WTA dan WTP terhadap manfaat lingkungan. Metode penilaian
sumberdaya alam agar tetap terpelihara. didekati dari biaya pengadaan.
2. Metode biaya perjalanan (travel cost
method) adalah teknik yang banyak Hasil Penelitian
digunakan untuk menilai manfaat Dari hasil penelitian tentang optimalisasi
ekonomi dari tempat rekreasi seperti penggunaan lahan untuk agroforestri maka
hutan wisata, taman nasional dan didapatkan suatu kajian tentang nilai valuasi
danau. Nilai rekreasi diperoleh dari ekonomi dan nilai lingkungan yang dimiliki
besamya biaya yang dikeluarkan oleh oleh tanaman agroforestri. Dimana untuk
seluruh orang yang berkunjung ke mendapatkan nilai valuasi ekonomi dan
tempat rekreasi tersebut. lingkungan perlu ditentukan terlebih dahulu
3. Metode harga hedonik (hedonic price kesesuaian lahan yang dapat dioptimalkan.
method). Metode ini didasarkan pada Kesesuaian lahan untuk tanaman agroforestri
gagasan bahwa barang pasar menye­ dihasilkan melalui proses analisis meng­
diakan pembeli dengan sejumlah jasa gunakan software SPKL Versi 1.0 yang pada
yang beberapa di antaranya merupakan dasarnya digunakan untuk melakukan sidik
kualitas lingkungan. Misalnya bangun­ cepat terhadap penggunaan lahan untuk
an rumah dengan kualitas udara mengetahui kesesuaian tanamannya.
segar di sekitarnya, maka orang akan Penentuan kesesuaian lahan ada bebera­
membayar lebih dibandingkan dengan pa cara yaitu dengan perkalian parameter,
rumah yang kualitas sama tetapi berada penjumlahan atau dengan menggunakan
pada lingkungan yang jelek. hukum minimum yaitu mem­bandingkan
4. Metode dosis-respons (the dose-responses (matching) antara kualitas dan karakteristik
method).Metode ini didasarkan pada lahan sebagai parameter dengan kriteria
gagasan bahwa bagi kebanyakan kelas kesesuaian lahan yang telah disusun
aktivitas, kualitas lingkungan bisa di­ berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman.
anggap scbagai faktor produksi. Metode Penilaian kesesuaian lahan dibedakan me­
ini mengestimasi hubungan dosis- nurut tingkatannya yaitu kelas S1 (sangat
respons yaitu antara tingkat polusi dan sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marjinal)
dampaknya terhadap bahan-bahan dan N (tidak sesuai)
tertentu, misalnya dampak kualitas Data-data tanaman yang dikaji antara
air terhadap produktivitas pertanian, lain yaitu tanaman mangga, pisang, durian,
perikanan, industri dan sebagainya. salak, karet, kopi, robusta,melinjo,jati,mah
5. Metode biaya penggantian (replacement oni,sengon,eucalyptus dan mangrove. Dari
cost method). Penilaian didasarkan pada tanaman- tanaman yang terpilih tersebut
biaya penggantian atau pemulihan aset maka didapatkan data yang cukup valid
yang mengalami degradasi. Misalnya erosi untuk mengetahui penggunaan lahan apa
tanah didekati dengan biaya pembuatan yang bisa ditanami oleh tanaman tersebut.
prasarana untuk mencegah erosi. Dari hasil kesesuaian lahan untuk
6. Metode berdasarkan perilaku mencegah tanaman agroforestri maka diketahui Model
(mitigation behavior method) Metode Optimalisasi Pengunaan Lahan untuk
penilaian didasarkan pada biaya untuk Agroforestri yang sesuai dengan aspek fisik,
menghindari atau mencegah. Misalnya nilai ekonomi dan lingkungan.

49
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 39-53

Berdasarkan Model optimalisasi peng­ 4. Tipe III Agroforestri DAS Cilutung:


gunaan lahan untuk agroforestri yang sesuai Pisang, Mangga, Durian, Salak, Kopi,
dengan aspek fisik memakai perangkat lunak melinjo, Jati, Mahoni eucalyptus nilainya
SPKL Versi. 10 dan berkontribusi terhadap Rp Rp 3.807.272,00/hektar/tahun
nilai ekonomi dan lingkungan yang tinggi
dengan pendekatan nilai penyerapan karbon, Analisis Variansi Indikator
yaitu sebagai berikut: Berdasarkan Kabupaten dan Sub
1. Tipe Agroforestri I DAS Hulu: Jati, DAS.
mahoni, sengon, eucalyptus, durian sala, Dengan menggunakan analisis ANOVA,
kopi melinjo, nilainya Rp 15.569.970,00/ diuji ada tidaknya perbedaan indikator-
hektar/tahun. indikator kesesuaian lahan, nilai ekonomi,
2. Tipe Agroforestri DAS Cipeles: Mahoni, dan nilai lingkungan (untuk tanaman
sengon, eucalyptus, durian salak, kopi hutan dan buah), yaitu (1) perbedaan antar
melinjo, nilianya Rp 15.569.970,00 per/ kecamatan, (2) perbedaan antarkabupaten,
hektar/tahun. dan (3) antarsub DAS. Berdasarkan hasil
3. Tipe Agroforestri DAS Cilutung: Durian, analisis ANOVA, menunjukkan adanya
karet, mahoni, sengon, euca­lyptus nilai­nya perbedaan yang nyata (signifikan) indikator-
Rp Rp 15.569.970,00 per/hektar/tahun. indikator kesesuaian lahan dan nilai ekonomi
(selengkapnya lihat tabel 4.1 berikut).
Tabel. 4.1
Hasil Analisis ANOVA Indikator Kesesuaian Lahan, Nilai Ekonomi dan Nilai Lingkungan untuk Antar-
Kabupaten dan Sub- DAS
No Indikator Antar Kabupaten Antar Sub DAS
F (sig) (sig) F (sig) (sig)
1 Kesesuaian Lahan (Ha) 4.393 0.006 4.393 0.006
2 Nilai Ekonomi Tanaman Hutan(Rp) 3.260 .026 2.536 .042
3 Nilai Lingkungan Tanaman Hutan(Rp) 2.949 .038 2.353 .048
4 Nilai Ekonomi Tanaman Buah (Rp) 2.745 .048 3.911 .012
5 Nilai Lingkungan Tanaman Buah 2.787 .046 3.976 .011
Sumber : Hasil Analisis Varians (ANOVA) Lampiran. Sig <0.05 (berbeda signifikan)

Berdasarkan Table 4.1, dapat di jelaskan buah antar kabupaten dan antar sub DAS
bahwa ada perbedaan yang signifikan untuk (sig. 0.046 dan 0.011 <0.05).
indikator kesesuaian lahan baik perbandingan Dalam penelitian ini juga menghitung
antar kabupaten maupun antar Sub DAS (sig. seberapa besar Tipologi Optimalisasi Peng­
0.006<0.05). Ada perbedaan yang signifikan gunaan Lahan DAS Cimanuk Provinsi Jawa
untuk indikator nilai ekonomi tanaman Barat
hutan antar kabupaten dan antar sub DAS Analisis lanjutan dari model optimali­
(sig. 0.026 dan 0.042 <0.05). Ada perbedaan sasi adalah menyusun tabel silang dua
yang signifikan untuk indikator nilai ling­ komponenya itu nilai ekonomi dan nilai
kungan tanaman hutan antar kabupaten lingkungan yang hasilnya berupa penge­
dan antar sub DAS (sig. 0.038 dan 0.048 lompokan (tipologi) relasi. Dalam hal ini
<0.05). Ada perbedaan yang signifikan untuk masing-masing DAS Cimanuk dikelom­
indikator nilai ekonomi tanaman buah antar pokkan ke dalam 86 kecamatan, hasil tabel
kabupaten dan antar sub DAS (sig. 0.048 dan silang (cross tab) antara dua komponen
0.012 <0.05). Ada perbedaan yang signifikan tersebut sebagaimana ditampilkan dalam
untuk indikator nilai lingkungan tanaman tabel 4.2

50
CAYA, TOTOK GUNAWAN, SURATMAN WORO SUPRODJO, DAN LUTFI MUTA”ALI e
OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT

Tabel 4.2. Samarang, Sindang, dan Wanaraja dengan


Tipologi Optimalisasi Penggunaan Lahan di DAS luas total 57.564.27 Ha dan empat satuan
Cimanuk Provinsi Jawa Barat179
lahan. Tipologi (TS) meliputi sembilan
NILAI EKONOMI Kecamatan: Bangodua, Cantigi, Cikajang,
NILAI LINGKUNGAN

R S T Cilawu, Cisitu, Garut Kota, Maja, Pamulihan,


R 30.701.04(8) 45.849.24(11) 36.186.38(9) Selawi, Sukahaji, dan Sukaewening dengan
55 4 1
luas total 36.186.38 Ha dan tiga satuan
S 48.387.21(11) 23.745.29(8) 19.225.89(5)
6 2 3
lahan. Tipologi (TT) meliputi 10 Kecamatan:
Arahan, Argapura, Bayongbong, Cingambul,
T 57.564.27(14) 36.186.38(9) 36.472.16(10)
2 3 4 Cisarua, Jatitujuh, Kadungora, Lelea,
Sumedang Selatan, dan Tomo dengan luas
Sumber: Tabulasi Optimalisasi yang sudah diolah (2014). Keterangan :
R : rendah, S: Sedang dan T: Tinggi (Optimal) total 36.472.16 Ha dan empat satuan lahan.
Dari hasilanalisis kesesuian lahan, maka
Tipologi (RR) meliputi delapan Kecamat­ didapat data untuk kesesuaian tanaman
an: Banjarwangi, Jatibarang, Jatinunggal, agroforestri seluas 27.290,25 Ha sedangkan
Malangbong, Paseh, Rajagaluh, Sumberjaya, untuk lahan yang tidak sesuai untuk tanaman
dan Talaga dengan luas total 30.701.04 Ha agroforestri seluas 87.777,08 Ha. Sedangkan
dan 42 satuan lahan. Tipologi (RS) meliputi untuk wilayah Kabupaten Sumedang, luas
11 Kecamatan: Balongan, Bantarajeg, wilayah yang sesuai untuk ditanami sebagai
Buahdua, Cimanggung, Jatigede, Leles, Suci­ tanaman agroforestri seluas 36.157,66 Ha
nagara, Sukagumiwang, Tanjungkerta dan sedangkan untuk luas lahan yang tidak sesuai
Widasari dengan luas total 45.849.24 Ha dan ditanami seluas 69.175,73 Ha. Untuk Luasan
satu satuan lahan. Tipologi (RT) meliputi Kabupaten Indaramayu dan Kabupaten
sembilan Kecamatan: Cigasong, Ganeas, Majalengka secara berurutan untuk luasan
Indramayu, Kadipaten, Karangpawitan, lahan yang sesuai untuk tanaman agroforestri
Losarang, Pakejang, Sliyeg, dan Sukaresmi adalah 29.805,50 Ha dan 38.325,89 Ha.
dengan luas total 36.186.38 Ha dan tujuh Sedangkan untuk lahan yang tidak sesuai
satuan lahan. ditanami oleh tanaman agroforestri secara
Tipologi (SR) meliputi 11 Kecamatan: berurutan adalah 69.853,87 Ha dan 1.210,69
Banjaran, Cigedug, Cimalaka, Dawuan, Ha.
Karangtengah, Leuwigoong, Leuwing­ Hasil kesesuaian lahan yang didapat
munding, Rancakalong, Tanjungsari, makan dapat dihitung untuk nilai ekonomi
Taragong Kaler, dan Wado, dengan luas dan lingkungan dalam rupiah. Setelah
total 48.387.21 Ha dan enam satuan lahan. dilakukan analisis dan perhitungan makan
Tipologi (SS) meliputi delapan Kecamatan : dapat diketahui bahwa nilai ekonomi dan
Cibiuk, Kersamanah, Majalengka, Palasah, lingkungan dari tanaman agroforestri
Pangatikan, Panyingkiran, Sumedang Utara, hasil dari kesesuaian lahan untuk jarak
dan Ujungjaya dengan luas total 23.745.29 tanaman hutan dan tanaman buah seluas 4
Ha dan empat satuan lahan. Tipologi (ST) x 4 meter dapat didapat hasil total hitungan
meliputi lima Kecamatan: Banyuresmi, sebagai berikut. Dari hasil kesesuian lahan
Darmaraja, Lemahsugih, Situraja, dan untuk tanaman agroforesti maka didapat
Taragong Kidul dengan luas total 19.225.89 untuk nilai absolut tanaman hutan dengan
Ha dan tiga satuan lahan. luasan DAS Cimanuk yaitu 359.580,85 Ha
Tipologi (TR) meliputi 14 Kecamatan: dengan jarak tanaman 4 x 4 meter memiliki
Balubur Limbangan, Cibatu, Cibugel, nilai ekonomi yaitu Rp704.940.393,50dan
Cikijing, Cisurupan,Conggeang, Jatiwangi, untuk nilai lingkungan memiliki nilai
Kertasemaya, Ligung, Lohbener, Pasirwangi, Rp776.517.691,50 dari kedua nilai ekonomi

51
| VOL 4, NO. 1, DESEMBER 2014; 39-53

dan nilai lingkungan, maka didapat Bachri S (2014) Pengembangan Sistem Eva­
nilai absolut untuk tanaman hutan yaitu luasi Kesesuaian Lahan Pertanian
Rp14.814.580.846,00. unyuk Mendukung Pemetaan Zona
Agro Ekologi Badan Litbang Pertani­
SIMPULAN an,. Thesis Program Pasca Sarjana
Berdasarkan kajian penelitian yang Universitas Bina Nusantara , Jakarta.
dilakukan, maka dapat disimpulkan Barbier EB (1998) Environmental Project
bahwa kesesuaian lahan yang terjadi di Evaluation in Developing Countries.
DAS Cimanuk tentang pemanfaatan lahan http://www.feem.it/libr.html,
kususnya tanaman agroforestri sangatlah dikunjungi tanggal 3 April 2008.
baik dilakukan. Hal ini dikarenakan
Dixon JA (1997) Economic Vahics of Coral
optimalisaasi penggunaan lahan untuk
Reefs : What are the Issues? Dalam
tanaman agroforestri menghasilkan nilai
Marea E. Hatzioioz, Anthony J.
ekonomi dan lingkungan yang didapat dari
Hooten dan Martin Fodor (Eds). Coral
tanaman yang dikaji sangat memberikan
Reefs, Challenges and Opportunities for
hasil yang maksimal. Dari hasil optimalisasi
Sustainable Management. Proceeding
tanaman agroforesti masyarakat yang ada
of the an Associated Event of the
di wilayah DAS Cimanuk dapat memulai
Fifth Annual World Bank Conference
untuk menanam tanaman agroforestri sesuai
of Environmentally and Socially
hasil penelitian yang dilakuakan. Dengan
Sustainable Development. World Bank,
menanam tanaman agroforesti sesuai
Washington.
dengan kajian penelitian maka diharapkan
tingkat perokonomian yang didapat oleh Djaenudin (1994) Kesesuian Lahan untuk
masyarakat dapat meningkat dan menuju Tanaman Pertanian dan Tanaman
kesejahteraan yang meningkat. Kehutanan, Laporan Teknis No. 7
Dalam penelitian yang dilakukan, Versi 1.0. Bogor: Centre for Soil
peneliti menyadari bahwa penelitian yang Agroclimate Research.
dilakukan belum tentu sempurna. Dan ada Kassam (1991)Agroecological land resources
pepatah yang mengatakan “Tidak ada gading assessment or agricultural development
yang tak retak”, Karena masih banyak hal plannning A case study of Kenya.
yang perlu diperbaiki dari hasil penelitian Resource database and land
ini. Maka pada kesempatan ini peneliti productivity. Rome:FAO.
mohon maaf ke hadapan pembaca, serta
Hardjowigeno S dan Wiaditama (2007)
menerima saran dan kritik yang diberikan
Evaluasi Kesesuian Lahan dan Peren­
demi sempurnannya penelitian ini.
canaan Tataguna Lahan. Yogyakarta:
BPFE.
DAFTAR PUSTAKA
Amien (1996) Expert System For Crop Suitbility Pattanayak SK (2004) Valuing Watershed
and Agriculture System in the Tropics, Services: Concepts and Empirics
IARDJ. from Southeast Asia.Jumal of Agri­
culture, Ecosystem & Environment 104
Asdak, C (1995) Hidrologi dan Pengelolaan
(2004): 171-184
Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Purwanto E dan Josien R (2004) Dampak
Hidrologis Hutan, Agroforestry, dan
Asdak, C (2012) Kajian Lingkungan Strategis.
Pertanian Lahan Kering Sebagai Dasar
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Pemberian Imbalan Kepada Penghasil
Press.
Jasa Lingkungan di Indonesia.

52
CAYA, TOTOK GUNAWAN, SURATMAN WORO SUPRODJO, DAN LUTFI MUTA”ALI e
OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN UNTUKAGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI
CIMANUK PROPINSI JAWA BARAT

Proceeding Lokakarya, Padang/ Senawi (2007) Pemodelan Spasial Ekologis


Singkarak. Untuk Optimalisasi Penggunaan Lahan
Ratnaingsih M (2008) Pengelolaan Daerah DAS Solo Hulu.Yogyakarta: Ilmu
Aliran Sungai Cimanuk Terpadu lingkungan UGM.
Dengan Pendekatan Pembayaran jasa SitanalaA (2010) Konsernasi Tanah & Air.
Lingkungan. Jakarta: Ilmu ling­kungan Bogor: IPB Press.
UI. Soeparmoko M dan Maria Ratnaningsih
Rayes ML (2006) Metode Inventarisasi Sumberdaya Soepannoko (2000) Ekonomika Ling­
Lahan. Malang: Andi Offset. kungan. Yogyakarta: BPFE.
Rianse U (2006)Analisa Produktivitas, dan Soeparmoko M (2006) Panduan &Analisis
ekonomi Usaha Tani Kakao dalam Valuasi Ekonomi Sumherdaya Alam
Kawasan Hutan di Sulawesi Tenggarara. dan Lingkungan (Konsep, Metode
Yogyakarta:UGM Perhitungan dan Aplikasi).Yogya­
Rianse U (2010) Agroforestri Solusi dan karta: BPFE.
Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Widiayanto dan Dibyosaputro S (1991)
Hutan. Bandung:Alfabeta, Petunjuk Praktikum Geomorfologi.
Yogyakarta: Fakultas Geografi. Uni­
ver­sitas Gadjah Mada.

53

Anda mungkin juga menyukai