Oleh
KELOMPOK 6
Nama Anggota :
1. Fitriana 204840108
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan paper ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Undang-Undang Perlindungan Konsumen” tepat
pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Rachmawati Felani
Djuria, S.Farm., Apt., MPH selaku dosen mata kuliah Perundang-undangan Kesehatan. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan paper ini. Penulis menyadari paper ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan paper ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
hal
A. Kesimpulan .................................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan
perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.
Pada hakekatnya, terdapat dua istrumen hukum penting yang menjadi landasan
kebijakan perlindungan konsumen di Indonesia, yakni pertama Undang-Undang
Dasar 1945, sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, mengamanatkan
bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur. Tujuan pembangunan nasional bertujuan diwujudkan melalui sistem
pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan
mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi
oleh masyarakat.
Kedua, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen ( selanjutnya disebut UUPK ). Lahirnya Undang-Undang ini memberikan
harapan bagi masyarakat Indonesia, untuk memperoleh perlindungan atas kerugian
yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa, dimana Undang-Undang
Perlindungan Konsumen menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Dalam
UUPK ini yang dimaksud dengan perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
Masalah perlindungan konsumen bukanlah masalah baru, sampai saat ini
batasan hukum perlindungan konsumen masih beragam. Walaupun begitu, secara
umum para ahli sepakat bahwa hukum perlindungan konsumen ini bertujuan untuk
melindungi kepentingan konsumen dan menyeimbangkan kedudukan konsumen dan
pelaku usaha. Hingga saat ini, kedudukan konsumen tetap berada pada pihak yang
sangat lemah dan membutuhkan suatu perlindungan terhadap kepentingannya.
Hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha yang terus berkembang
membutuhkan sebuah aturan yang memberikan kepastian terhadap tanggung jawab,
hak dan kewajiban dari masing-masing pihak.
Terdapat 4 (empat) alasan pokok mengapa konsumen harus dilindungi antara
lain :
1
1. Melindungi konsumen sama artinya dengan melindungi seluruh bangsa
sebagaimana yang diamanatkan oleh tujuan pembangunan nasional menurut
Pembukaan UUD 1945.
2. Melindungi konsumen perlu untuk menghindarkan konsumen dari dampak negatif
penggunaan teknologi.
3. Melindungi konsumen perlu untuk menciptakan iklim persaingan yang sehat
jasmani dan rohani bagi para pelaku usaha untuk menjaga kesinambungan
pembangunan nasional.
4. Melindungi konsumen perlu untuk menjamin dana pembangunan yang bersumber
dari masyarakat konsumen.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Undang-undang perlindungan Konsumen
2. Untuk mengetahui Aturan Terkait Perlindungan Konsumen
C. Manfaat
Manfaat dari paper ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pengertian dan aturan
terkait perlindungan konsumen.
2. Serta untuk menambah referensi bagi pembaca paper ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Perlindungan terhadap konsumen sangat terkait dengan adanya perlindungan
hukum, perlindungan konsumen mempunyai beberapa aspek hukum yang
menyangkut suatu materi untuk mendapatkan perlindungan ini bukan sekedar
perlindungan fisik melainkan Hak-hak konsumen yang bersifat abtrak.
Pengertian Perlindungan Konsumen menurut Pasal 1 angka (1) Undang-
undang Perlindungan Konsumen Nomer 8 Tahun 1999 yakni:
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen.”
Rumusan pengertian dari perlindungan konsumen di atas menyatakan “segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai bentuk untuk
meniadakan tindakan sewenang-wenang yang bias merugikan pelaku usaha hanya
demi kepentingan konsumen.
Hak-hak yang telah dibentuk ini diharapkan dapat mewujudkan keseimbangan
dalam memberikan perlindungan bagi konsumen dan juga dapat menjamin suatu
barang dan/atau pelayanan jasa, sehingga dapat terciptanya perekonomian yang
sehat tanpa menimbulkan penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku usaha kepada
konsumen.
“Menurut Business English Dictionary, perlindungan konsumen adalah
protecting consumers against unfair or illegal traders.”
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan
suatu perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya
untuk memenuhi suatu kebutuhannya dari hal-hal yang bisa merugikan konsumen
itu sendiri. Undang-undang perlindungan konsumen menyatakan bahwa,
perlindungan konsumen adalah suatu upaya hukum yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan konsumen mempunyai cakupan yang luas, meliputi
perlindungan konsumen terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap
kegiatan untuk bisa mendapatkan barang dan jasa hingga sampai adanya akibat-
akibat dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.
Cakupan perlindungan konsumen itu dapat dibedakan dalam dua aspek, yaitu :
3
1. Perlindungan konsumen terhadap kemungkinan barang yang diserahkan
kepada konsumen tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati.
2. Perlindungan terhadap diberlakukannya syarat-sayarat yang tidak adil
kepada konsumen.
5
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi/penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya
6
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian
akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang diperdagangkan;
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
7
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,
gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam
label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa
tersebut;
g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan
pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku
usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan
harus di pasang/dibuat;
j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
atas barang dimaksud.
3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar.
4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang
memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran.
8
Pasal 12 :
Pasal 13 :
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perlindungan hukum terhadap konsumen yang membeli obat yang tidak sesuai
dengan label merupakan kepentingan masyarakat, oleh karena itu menjadi harapan
bagi semua masyarakat di setiap Negara yang ada di dunia untuk dapat
mewujudkannya. Wujud dari perlindungan konsumen adalah dari berbagai
hubungan yang satu sama lain saling terkait. Hubungan antara konsumen, pelaku
usaha dan pemerintah. Yang dimana hubungan antara pelaku usaha dengan
konsumen merupakan hubungan yang terus menerus dan berkesinambungan.
Perlindungan konsumen yang di lakukan BPOM hanya berdasarkan peringatan-
peringatan atau sanksi administratif kepada pelaku usaha. BPOM melindungi
konsumen dengan cara semua produsen obat harus membuat label informasi yang
disebut penandaan harus selengkap mungkin, jelas dan tidak menyesatkan.
2. Akibat bagi produk obat yang tidak memenuhi standar pelabelan adalah apabila
ditemukan obat yang tidak memenuhi standar pelabelan yang sudah disyaratkan,
maka BPOM pusat akan memberikan sanksi administratif berupa peringatan, dan
pemberentian kegiatan. Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan adanya
produk yang tidak sesuai dengan label yang beredar, maka perlu ditetapkan
standart minimal yang harus dipedomani dalam memproduksi suatu produk yang
layak dan aman untuk dipakai/dikonsumsi.
B. Saran
Dengan selesainya paper ini maka kami akan memberikan saran berupa :
1. Sebaiknya konsumen harus lebih teliti untuk membeli obat yang sudah
beredar, karena pada kenyataannya minimnya pengetahuan konsumen akan
perlindungan konsumen menjadikan konsumen sebagai pihak yang dirugikan
dalam segala aspek.
2. Bagi pembaca semoga paper ini berguna untuk mempelajari dan mendalami
materi mengenai Undang-undang Perlindungan Konsumen.
10
DAFTAR PUSTAKA
11