Kelas F
Kekurangan dari film dokumenter ini terletak pada aspek pengetahuan masyarakat
terhadap apa itu “Kamisan” dan apa itu film dokumenter, sehingga hal tersebut lah
masyarakat kurang mengetahui akan apa itu kamisan dan film dokumenter. Dan maka
dari itu para pelaku perfilman dokumenter harap nya bisa mengemaskan sebuah karya
yang penuh kreatif dan inovatif serta dalam dalam pesan tersebut bisa tersampaikan.
Dalam pembuatan Film dokumenter banyak sekali aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam membuat sebuah karya Film Dokumenter, seperti hal nya dari segi
cerita yang harus dipertimbangkan secara matang, cerita harus fokus agar tidak melebar
kemana-mana. Selain itu, cerita nya haruslah berdasarkan fakta dan data. Karena. Oleh
karena itu, kami bermaksud membuat sebuah karya film dokumenter untuk
memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas seperti apa dokumenter itu. Selain
itu juga, dengan tema sosial & biografi yang kami angkat, kami bertujuan untuk
meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap isu sosial & biografi yang diangkat dalam
biografi tersebut.
B. Tujuan Program
Tujuan Akademis : Untuk menunjang program pembelajaran mata kuliah Penulisan
Naskah dan Jurnalistik, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.
Tujuan Pratiktis : Untuk memberikan pengalaman dan pembelajaran dalam pembuatan
film dokumenter dengan cara terjun langsung ke lapangan.
C. Referensi Audio Visual
Dalam pembuatan film dokumenter ini, kami menggunakan film dokumenter berjudul
“Aksi Kamisan di Jakarta” yang kami lihat di Youtube sebagai referensi dalam
menyunting shot-shot aktivitas sekelompok orang yang sedang melakukan Aksi
Kamisan di Tugu Jogja. Karena menurut kami, film dokumenter “Aksi Kamisan di
Jakarta” sangat sinematis, baik dalam pengambilan gambar maupun suara. Konsep dari
film ini pun juga memberi kami beberapa ide dalam membuat karya kami. Untuk
referensi lainnya, seperti dalam konsep penataan saat melakukan wawancara
narasumber, kami menggunakan refrensi dari film dokumenter yang berjudul “Kamis”
dari Youtube juga.
D. Deskripsi Program
1. Kategori Program : Informasi & pengetahuan
2. Media : Screening Film
3. Format Program : Dokumenter
4. Judul Program : Merawat Keadilan
5. Durasi Program : 5-18 menit
6. Target Audience : Dewasa ( 15 – 40 )
a. Jenis Kelamin : Pria & Wanita
b. Status Ekonomi Sosial : Semua
7. Karakteristik Produksi : Single dan Multi Camera
8. Hari dan Jam Tayang + Alasan : -
Alasan : -
E. Lembar Kerja Produksi Dokumenter
KONSEP PROGRAM
Produksi : Buru Produksi Produser : Intan Julistia P
Judul Program : Merawat Keadilan Sutradara : Fathur Jimmy
Durasi : 10 Menit Kamera : Muhammad Haekal
Fathur Jimmy
Editor : Intan Julistia P
Penulis Naskah : Fathur Jimmy
Karya film dokumenter yang kami buat ini mengangkat tema sosial tentang sebuah Aksi
yang berada di kota Jogja, yaitu Aksi Kamisan Jogja. Dalam bentuk mengingatkan
kembali kepada masyarakat tentang kejadian demonstrasi 1998 yang dimana
banyaknya aktivis pro demokrasi yang gugur pada saat itu atas dasar pelanggaran Hak
Asasi Manusia (HAM). Kemudian para pejuang aksi kamisan yang kembali
mengabarkan secara terus menerus kepada masyarakat tentang pelanggaran HAM yang
belum tuntas dan hingga kini masih terjadi.
“Aksi Kamisan” atau yang dikenal juga dengan sebutan “Aksi Payung Hitam” adalah
merupakan upaya untuk bertahan dalam memperjuangkan mengungkapkan kebenaran,
mencari keadilan, dan melawan lupa.
Payung hitam dipilih sebagai maskot, merupakan symbol perlindungan dan keteguhan
iman. Payung merupakan pelindung fisik atas hujan dan terik matahari, dan warna
hitam melangbangkan keteguhan iman dalam mendambakan kekuatan dan
perlindungan ilahi.
Film dokumenter ini menggambarkan bagaimana perjuangan Aksi Kamisan Jogja. Pada
dasar nya inilah kisah regenerasi peserta Aksi Kamisan Jogja, regenerasi yang terus
akan bertumbuh, regenerasi yang hadir tanpa adanya paksaan, melainkan karena
kesadaran. Sampai hari ini mereka tetap eksis dan juga konsisten untuk mengabarkan
pesan kepada masyarakat bahwa masih banyak kasus-kasus HAM yang belum
terselesaikan.
Dalam film ini, fokus kita adalah mengangkat konflik pada bagaimana tanggapan
masyarakat melihat aksi ini, bagaimana melestarikan regenerasi pada aksi ini, dan
tentang aksi diam yang dilakukan. Diam dan berdiri sebagai pilihan, karena “diam”
tidaklah berarti telah kehilangan hak-hak sebagai warganegara, dan “berdiri’
melambangkan bahwa korban/keluarga korban pelanggaran HAM adalah warga negara
yang tetap mampu berdiri untuk menunjukkan bahwa punya hak sebagai warga di bumi
pertiwi Indonesia dan sadar bahwa hak itu tidak gratis bisa di dapat, terlebih-lebih
ketika pemerintah tidak mau peduli.
Diam, juga untuk menunjukkan diri sebagai bukan perusuh, bukan warganegara yang
susah diatur, juga bukan warga Negara yang membuat bising telinga, tetapi tetap
menuntut pemerintah untuk tidak diam.
Kami akan melakukan wawancara untuk mendapatkan data. Narasumber yang kita
wawancarai adalah pendiri aksi kamisan, kordinator kamisan, dan generasi pelajar yang
juga termasuk peserta kamisan.
WORKING SCHEDULE
1 2 3 4
1 Pembagian Jobdesk
2 Penentuan tema
3
PRA PRODUKSI
Juli 2019
1 2 3 4
7 Observasi I
8 Pematangan Tema
9 Observasi II
PRODUKSI
10 Wawancara Muhammad
Fakhrurozy Korlap Aksi
Kamisan
11 Observasi III
12
BREAKDOWN BUDGET
Pra Produksi
KOMULATIF
: Rp. 150.000
EQUIPMENT LIST (CHEK LIST HARIAN)
Film Statement :
• Merawat keadilan Aksi Kamisan Jogja dalam persoalan Hak Asasi Manusia
Isu Driven :
Director Statement :
Film ini mencoba menggambarkan bagaimana perjuangan Aksi Kamisan Jogja. Pada
dasar nya film ini mencoba untuk menyadarkan masyarakat untuk tersadar bahwa ada
Aksi yang bertujuan menjunjung Hak Asasi Manusia.
Rumusan Gagasan :
Pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dari dulu hingga kini adalah suatu hal
yang menjadi landasan aksi kamisan ini digelar yang sudah berlangsung dari pasca orde
baru hingga kini masih bertahan.
Ide Gagasan :
Dalam proses aksi kamisan Jogja yang terus menerus dilakukan pada hari kamis ini selalu
ramai peserta. Akan tetapi ada segelintir masyarakat yang belum mengetahui apa itu Aksi
Kamisan.
Potensi Konflik:
Potensi Visual :
Dalam karya film dokumenter ini, kami ingin memperkenalkan kepada masyarakat tentang
Aksi Kamisan Jogja. Bagi kami, Aksi Kamisan ini sangat melekat bagi kita (pembuat film)
sebagai mahasiswa, karena pada dasarnya, mahasiswa haruslah peka terhadap lingkungan
sekitar dengan berbagai macam isu didalam nya. Di film ini isu yang akan disinggung adalah
isu Hak Asasi Manusia (HAM).
Bisa dibilang aksi ini kurang mendapat banyak perhatian dari masyarakat, dan juga banyak
masyarakat yang belum tau aksi ini. Karena itu, banyak sebagian orang yang ingin mengetahui
apa alasan dibalik adanya aksi ini dan apa sebenarnya yang diperjuangkan dalam aksi ini. Aksi
ini bisa dibilang cukup unik, aksi ini dilakukan tiap hari kamis di tengah-tengah Tugu Jogja.
Tak hanya itu, mereka melakukan aksi ini dengan cara diam, memakai atribut serba hitam, dan
juga membentangkan banner-banner berisi protes terhadap isu-isu sosial, khusus nya isu HAM.
Fokus dari film ini adalah tentang “Merawat Keadilan Aksi Kamisan Jogja”. Alur dalam cerita
ini menggunakan alur maju, alur yang selalu berhubungan antara satu scene dengan scene
lainnya. Penyampaian pesan dari dokumenter ini kebanyakan disampaikan melalui hasil
wawancara narasumber. Pun juga kami akan menampilkan sekilas aktivitas dari subyek untuk
membangun cerita yang menarik. Saat mewawancarai narasumber, kami menggunakan teknik
pendekatan naratif..
Dari segi pengambilan gambar, kami banyak menggunakan tipe shot Medium Close Up dalam
proses wawancara narasumber, dengan beberapa tambahan berupa set up atau detail ekspresi
atau gerak tubuh narasumber agar tidak monoton. Selain itu, kami akan mengambil gambar
berupa kesemerawutan Jogja menggunakan tipe Long Shot dan Medium Shot. Kami juga
berusaha menata pengambilan gambar kami dengan gaya sinematik dengan variasi pant, angle,
dan tipe shot dengan mengutamakan detail gambar agar lebih indah.
Dalam segi editing disusun dengan teknik cut to cut, tanpa transisi yang terlalu banyak untuk
memberikan kesan natural. Kami juga akan menggunakan beberapa effect seperti dissolve,
slow motion dan fast motion di beberapa bagian film. Untuk musik atau suara yang akan
digunakan dalam film ini adalah sound effect, backsound, dan akan sedikit ditambahkan
dengan lagu dari Efek Rumah Kaca.
TREATMENT
Latar Belakang
Pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia dari dulu hingga kini adalah suatu hal yang
menjadi landasan Aksi Kamisan Jogja ini digelar yang sudah berlangsung dari pasca orde baru
hingga kini masih bertahan. Dalam proses perjalanan Aksi Kamisan Jogja ini terdapat
tantangan dalam merawat regenerasi. Regenerasi inilah yang akan terus melestarikan aksi
kamisan dalam mengingat kembali dan mengabarkan kepada masyarakat bahwa pelanggaran
HAM masih belum terselesaikan dan juga masih terus terjadi saat ini.
Pada dokumenter ini kami menggunakan pendekatan isu driven yang kemudian berbentuk
dokumenter expository. Kami juga menggunakan konsep narasi dan naratif, dimana informasi
disampaikan kepada audiens tidak menggunakan seorang narator, melainkan diceritakan oleh
subyek atau narasumber yang benar-benar mendalami Aksi Kamisan Jogja. Kami juga
menyelipkan unsur narasi dengan teknik Voice Over (VO) atau menggunakan seorang dubber.
Tujuan pembuatan dokumenter ini adalah untuk menggali dan mendokumentasikan informasi
mengenai Aksi Kamisan Jogja. Fokus dari film ini adalah tentang “Merawat Keadilan Aksi
Kamisan Jogja”. Alur dalam cerita ini menggunakan alur maju, alur yang selalu berhubungan
antara satu scene dengan scene lainnya. Penyampaian pesan dari dokumenter ini kebanyakan
disampaikan melalui hasil wawancara narasumber. Pun juga kami akan menampilkan sekilas
aktivitas dari subyek untuk membangun cerita yang menarik. Saat mewawancarai narasumber,
kami menggunakan teknik pendekatan naratif.
TOR ( Term Of Referense )
Masalah :
Yang menjadi tema dalam film dokumenter ini adalah tema sosial, kami akan menyorot sebuah
aksi yang berada di kota Jogja. yaitu Aksi Kamisan Jogja. Tema besar kita adalah tentang
“Merawat Keadilan Aksi Kamisan Jogja”. Dalam film ini, fokus kita adalah mengangkat
konflik pada bagaimana tanggapan masyarakat melihat aksi ini, masyarakat yang tidak
mengetahui tentang adanya Aksi Kamisan, dan tentang aksi diam yang dilakukan. Tujuan dari
dokumenter film ini ialah bahwa kami sebagai pembuat film, ingin memperkenalkan Aksi
Kamisan Jogja ini kepada masyarakat sekaligus juga ingin menyadarkan masyarakat mengenai
bahwa masih banyaknya kasus-kasus HAM yang belum terselesaikan dan yang terakhir ingin
menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk bisa lebih mengapresiasi aksi ini.
Fokus :
Penjelasan dari wawancara melalui narasumber, yaitu Kordinator Aksi Kamisan, Massa Aksi
Kamisan.
Angle :
Konsep kerja yang saya lakukan di tugas dokumenter ini yang berjudul ”Merawat Perlawanan”
adalah isu mengenai aksi yang ada di kota jogja, yaitu Aksi Diam Kamisan Jogja.
Kami memakai CANON EOS 6D lebih dari 19 titik fokus sehingga mempermudah
kami untuk mendapatkan gambar yang jelas dan tajam. Dan juga kami menggunakan lensa KIT
18-55mm dan FIX 50-35 umtuk mendapatkan gambar yang ukuran 18mm ini sangat pas
apabila kami mengambil gambar landscape atau bidang yang lebar. Ketajaman pada lensa kit
juga cukup baik.. Selain itu untuk menambah variasi gambar kami menggunakan teknik kamera
still, handheld high engle dan low angle. Dan dari sudut yang mudah dilihat oleh mata para
penonton dan detail gambar yang jarang dilihat oleh orang banyak. Sebelum kami mengambil
konsep ini kami juga saling bertukar pikiran dengan sutradara untuk mendapatkan visual yang
kita inginkan.
SHOT LIST
ND Filter : Normal
Focus Length : 6 – 72 mm
5600 K Outdoor
Viewfinder : BW
KONSEP EDITING
Dari segi editing film ini disusun dengan teknik cut to cut, tanpa menggunakan transisi
yang belebihan untuk memberikan kesan natural. Saya juga hanya akan menggunakan
beberapa effect seperti fade in, fade out, slow motion dan speed fast motion di beberapa scene
film documenter ini. Untuk backsound atau sound effect yang akan digunakan dalam film ini
adalah backsound natural dan sedikit instrument musik slow untuk lebih mendramatisir film
ini.
Software yang digunakan adalah Adobe Premiere Pro CC 2019. Dalam pengerjaan
mengedit semua kegiatan tersebut, saya tidak terlalu banyak melakukan efek tambahan.
Karena sebagian pengambilan gambar dengan pergerakan yang still sedikit tracking,
tidak terkesan terburu – buru sehingga membuat para penonton tidak jenuh dan bosan untuk
menyaksikan film dokumenter yang kami buat.
SPESIFIKASI EDITING
HARDWARE
SOFTWARE
1. OS : Windows 10
2. Video : Adobe Premiero Pro CC 2019