Fitri Murfianti
Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
E-mail: fitrimurfianti@isi-ska.ac.id
ABSTRACT
This study focuses on how a documentary film entitled Sexy Killers can be part of the
campaign for change. This film with the issue of environmental damage is interesting to
study about the reading of the text by the audience as an active producer of meaning. In
order to understand how the audience read the text, a Sexy Killers research was conducted
using a Descriptive Qualitative approach. The data collection technique used Purposive
Sampling with In-Depth Interviews, then the data were processed by Content Analysis. The
results of this study indicate that there are different perspectives in reading this film, which
can be categorized into anthropocentrism, biocentrism and eco-centrism. This differences in
reading are influenced by differences in educational backgrounds, professions, and also
interests. Film as a text, is not a unit, but rather a kind of battlefield to compete to accept,
reject, or negotiate certain ideas. Understanding the results of this reading can be useful for
determining the right steps in encouraging the environmental conservation movement
Keywords: Sexy Killers, documenter film, and environmental movement
ABSTRAK
Kajian ini fokus pada bagaimana film documenter berjudul Sexy Killers dapat menjadi bagian
dari kampanye perubahan. Film dengan isu kerusakan lingkungan ini menarik dikaji tentang
pembacaan teks oleh penonton sebagai penghasil makna yang aktif. Untuk memahami
bagaimana penonton membaca teks tersebut, dilakukan penelitian Sexy Killers dengan
pendekatan Deskriptif Kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan Purposive
Sampling dengan metode Wawancara Mendalam, kemudian data diolah dengan Analisis
Konten. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perspektif dalam
membaca film ini, yang dapat dikategorikan ke dalam antroposentrisme, biosentrisme dan
ekosentrisme. Perbedaan pembacaan ini dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang
pendidikan, profesi, dan juga kepentingan. Film sebagai sebuah teks, bukan kesatuan,
melainkan semacam medan pertempuran untuk bersaing menerima, menolak, atau
bernegosiasi tentang ide tertentu. Pemahaman terhadap hasil pembacaan ini dapat berguna
untuk menentukan langkah yang tepat dalam mendorong gerakan pelestarian lingkungan.
Kata kunci: Sexy Killers, film dokumenter, dan gerakan lingkungan
49
oleh beberapa ahli teori budaya populer, 2. TINJAUAN PUSTAKA
termasuk (Adorno & Horkheimer, 2002). Beberapa penelitian tentang film dan
Penonton bukan sekadar objek ideologi gerakan sosial, telah dilakukan
yang ‘disuntikkan’ oleh pembuat film, sebelumnya, di antaranya yaitu penelitian
seperti yang disampaikan oleh David K. yang dilakukan oleh seorang sosiolog,
Berlo dalam Teori Jarum Hipodermik dan John A Stover III, yang menyoroti New Day
Teori Peluru (Bullet Theory) oleh Wilbur Films, sebuah kolektif kooperatif pembuat
Schramm. Peneliti melihat penonton sangat film masalah sosial, karena dipandang
terlibat dalam menafsirkan film tersebut sangat efektif dalam mempromosikan
dan tidak menerima secara pasif apa pun perubahan sosial dan keadilan. Penelitian
yang ditayangkan dalam film itu. Mereka ini mencermati dampak signifikan
sering kritis dan menghabiskan banyak pembuatan film dokumenter terhadap
waktu untuk mendiskusikan film tersebut. agenda dan bingkai gerakan sosial melalui
Jadi, masuk akal jika Hall berpendapat strategi produksi, distribusi, dan jangkauan
bahwa “khalayak adalah penghasil makna mereka (Stover III, 2013).
yang aktif, bukan sekadar konsumen” (Hall, Peneliti lain, yaitu Petra Andits lebih
1980). Turner memperkuat gagasan Hall fokus pada film dokumenter tentang aktivis,
dengan berteori, bahwa dengan mencermati film seperti Panama
Makna teks film bukanlah Deception, sebuah film tentang invasi AS
kesatuan, melainkan semacam
1989 ke Panama dan The Uprising of '34,
medan pertempuran untuk
bersaing menerima, menolak, atau sebuah film tentang pemogokan tekstil
bernegosiasi tentang ide tertentu.
tahun 1934. Petra Andits memaparkan
Meskipun mungkin ada ide tertentu
yang muncul sebagai pemenang, bahwa film aktivis dapat menumbuhkan
selalu ada celah, dan perpecahan
rasa kebersamaan atas permasalahan
karena penonton aktif terlibat
dalam kegiatan menonton film yang sedang dipertaruhkan, yang pada
(Turner, 2006).
gilirannya dapat memobilisasi warga. Film
Itu sebabnya perbedaan dalam membaca aktivis juga dapat mempengaruhi
teks film Sexy Killers ini menjadi menarik komunitas aktivis itu sendiri. Proses
untuk dapat memahami dan meramalkan produksinya dapat merangsang komunikasi
efek persuasif dari film tersebut sebagai yang lebih besar di antara individu dan
sebuah gerakan kesadaran terhadap organisasi dan dapat memperkuat jaringan
lingkungan. Terlebih, film memiliki organisasi (Andits, 2013).
kemampuan untuk menjadi media Tidak hanya memperkuat jaringan
berkomunikasi yang efektif di era sekarang organisasi, film dokumenter juga dapat
ini (Suryanto & Amri, 2018). digunakan sebagai salah satu sarana
50
Vol.12 No.1 Desember 2020 ISSN 2338-428X (Online)
DOI: 10.33153/capture.v12i1.3209 ISSN 2086-308X (Cetak)
51
Tabel 1. Data Informan dan sajian teknis lainnya yang
Profesi Usia Pendidikan mengandung pesan yang ingin
52
Vol.12 No.1 Desember 2020 ISSN 2338-428X (Online)
DOI: 10.33153/capture.v12i1.3209 ISSN 2086-308X (Cetak)
lingkungan hidup (misalnya: kampanye air lingkungan dengan cara yang berbeda
bersih, pencegahan polusi udara, untuk alasan yang berbeda (Brulle, 2008).
pelestarian hutan), reformasi pendidikan Ketika masalah lingkungan menjadi
(meningkatkan sarana sekolah negeri, semakin besar, berbagai kepentingan juga
peningkatan keahlian pada guru, bermain di sana dan mengalihkan upaya
peningkatan nilai siswa, dan sebagainya), dari tujuan semula yaitu masyarakat yang
dan reformasi ekonomi (menarik investor keberlanjutan (Knudson, 2001).
asing, peningkatan keterampilan kerja dan Untuk membangun gerakan
pelatihan, dan sebagainya) (Kotler, 1989). lingkungan, individu dan kelompok harus
Menurut Ruslan, terdapat tiga jenis dibujuk untuk mendukung suatu tujuan,
kampanye yaitu pertama, Product-Oriented masyarakat harus diyakinkan untuk
Campaigns yang berorientasi pada produk, mendukung atau menolak ideologi dan
dan biasanya dilakukan dalam kegiatan perilaku tertentu, dan pemerintah harus
komersial kampanye promosi pemasaran didorong untuk membuat regulasi yang
suatu peluncuran produk yang baru. mendukung tuntutan sosial dan ekonomi.
Kedua, Candidate-Oriented Campaigns Persuasi memungkinkan gerakan sosial
yang berorientasi pada calon (kandidat) muncul, menghadapi pertentangan dan
untuk kepentingan kampanye politik, dan kemungkinan membawa atau menolak
yang ketiga yaitu Ideological or Cause- perubahan (Stewart, Smith, & Denton,
Oriented Campaigns yang berorientasi dan 2007). Melalui film, gerakan pelestarian
bertujuan pada perubahan sosial. Jenis lingkungan bisa diinisiasi.
kampenye yang ketiga ini yang digunakan
oleh film Sexy Killers ini untuk 4.2. Rumah Produksi Watchdoc dan Film
Tahun 2020 kegiatan gerakan produksi audio visual yang berdiri sejak
lingkungan berkaitan dengan peringatan 2009. Sepanjang tujuh tahun ini telah
Hari Bumi yang ke-50. Berbagai kampanye memproduksi 165 episode dokumenter,
lingkungan yang telah dilakukan dan 715 feature televisi, dan sedikitnya 45
mampu mendorong perubahan yang positif. karya video komersial non komersial, serta
berkelanjutan. Gerakan ini terdiri dari akhir dari rangkaian Ekspedisi Indonesia
berbagai komunitas yang memelihara Biru yang merupakan salah satu maha
karya yang kini bisa dinikmati secara
53
leluasa di Youtube. Dandhy Dwi laksono Teknik Memancing Unik dari Maluku. Film
sebagai pendiri rumah produksi ini fokus ini bercerita tentang teknik menangkap ikan
pada sejumlah isu terutama berkaitan di kepulauan Maluku. Teknik pole and line
dengan aktivitas ekonomi masyarakat yang dikenal dengan huhate adalah teknik
(livehold), keragaman hayati (biodiversity), memancing di atas kapal yang
kearifan budaya, isu energi, dan lingkungan mengandalkan umpan ikan teri yang
hidup. ditebar di lautan untuk menangkap ikan
Selama kurun waktu tahun 2015- Cakalang.
2017 terdapat sekitar 7 film dokumenter Film Sexy Killers bercerita tentang
dan masih ada 5 film dokumenter yang kerusakan lingkungan akibat bisnis
sedang disunting. Ketujuh film tersebut batubara, di antaranya adalah proyek
yaitu pertama, Eksplorasi Baduy yang batubara di Kalimantan Timur. Samarinda
menceritakan tentang kehidupan Suku merupakan salah satu wilayah yang
Baduy yang tinggal di pedalaman Jawa dipotret tampak sebagian besar wilayah
Barat. Film yang kedua yaitu Kasepuhan kota adalah tambang, sehingga luas lahan
Ciptagelar, salah satu desa yang masih permukiman jauh lebih kecil dibanding area
mempertahankan tradisinya di bawah kaki pertambangan. Pulau Jawa juga tidak
Gunung Halimun. Selanjutnya yang ketiga lepas dari bidikan film ini.
yaitu Lewa di Lembata, yang menceritakan Batubara berkaitan kebutuhan
tentang perburuan ikan paus pada musim Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Lewa setiap bulan Mei yang dilakukan oleh sebagai pabrik pengolahan batubara untuk
penduduk Desa Lamalera, Pulau Lembata, menjadi listrik. PLTU di Indonesia
salah satu pulau yang ada di Nusa mayoritas ada di pulau Jawa dan Bali.
Tenggara Timur. The Mahuzes, Tanah Proses distribusi pasokan batubara ke
Ulayat yang Terancam merupakan film PLTU juga mengakibatkan dampak luar
yang keempat yang bercerita tentang Suku biasa di lautan, seperti kerusakan terumbu
Malind yang tinggal di pelosok Merauke. karang yang terjadi di Taman Nasional
Film yang kelima yaitu Kala Benoa. Film ini Karimunjawa. Kerusakan di Karimunjawa
mengkritik proses reklamasi di Teluk setelah diinvestigasi, ternyata yang
Benoa, Bali. Samin versus Semen, merusak adalah kapal-kapal tongkang
merupakan film yang keenam. Film ini pengangkut batubara yang bersandar.
bercerita tentang perlawanan masyarakat Bahkan, sebagian batubara yang diangkut
Samin yang bermukim di Rembang juga ada yang tumpah, karena bentuk
terhadap pembangunan pabrik semen di tongkang yang terbuka.
daerahnya. Film yang ketujuh yaitu Huhate,
54
Vol.12 No.1 Desember 2020 ISSN 2338-428X (Online)
DOI: 10.33153/capture.v12i1.3209 ISSN 2086-308X (Cetak)
55
masing individu. Dari sudut pandang mana mengakibatkan munculnya kubu-kubu yang
seseorang melihat suatu permasalahan pro dan kontra terhadap film ini. Sebagian
akan menentukan bagaimana sikapnya. orang mengatakan film ini bagus karena
Dalam teori Psikologi Lingkungan menyadarkan mereka untuk berperilaku
terdapat konsep tentang pro- yang lebih ramah lingkungan, tetapi
environmental behaviour (perilaku pro sebagian yang lain berpendapat lain dan
lingkungan) atau environmental awareness berseberangan.
(kesadaran lingkungan). Ada keterkaitan Etika lingkungan hidup menawarkan
antara kesadaran individu terhadap cara pandang atau paradigma baru
lingkungan (environmental awarness) sekaligus perilaku baru terhadap
dengan informasi yang mereka dapatkan lingkungan hidup atau alam, yang bisa
(Araiemei, 2019). Semakin sering dianggap sebagai solusi terhadap krisis
seseorang diberikan informasi terkait ekologi. Berbagai teori etika lingkungan
kondisi lingkungan saat ini, maka semakin dapat menjelaskan pola perilaku manusia
meningkat kesadaran dan perilaku dalam kaitan dengan lingkungan. Teori-
seseorang untuk peduli terhadap teori etika lingkungan ini merupakan
lingkungan mereka. Jadi, tidak perkembangan pemikiran di bidang etika
mengherankan apabila ada beberapa lingkungan, yaitu Shallow Environmental
masyarakat yang setelah menonton film Ethic, Intermediate Environmental Ethic,
Sexy Killers ini muncul keinginan untuk dan Deep Environmental Ethic. Ketiga teori
berperilaku pro-lingkungan, seperti ini dikenal sebagai Antroposentrisme,
misalnya ingin mengurangi penggunaan Biosentrisme, dan Ekosentrisme (Keraf,
listrik sehari-hari, menggurangi 2010). Seperti hasil wawancara mendalam
penggunaan ponsel dan alat elektronik terhadap informan terpilih dalam penelitian
yang lain, atau ingin mengurangi ini dapat dilihat perbedaan cara pandang
penggunaan plastik. Perilaku ini muncul tentang manusia, alam, dan hubungan
karena adanya kesadaran pada diri individu manusia dengan alam. Perspektif ini yang
akibat efek dari paparan informasi yang mempengaruhi individu dalam membaca
didapatkannya. film ini.
Namun, perlu digarisbawahi bahwa
4.3.1. Antroposentrisme (Shallow
perilaku juga dipengaruhi oleh value
Environtmental Ethics)
seseorang. Value atau nilai- nilai yang
Paham ini berpusat pada ‘manusia’,
dianut seseorang akan menentukan
bahwa yang terpenting adalah bagaimana
bagaimana sikap dan tindakannya
manusia terpenuhi kebutuhannya. Tidak
terhadap suatu permasalahan yang
peduli apakah upaya dalam memenuhi
56
Vol.12 No.1 Desember 2020 ISSN 2338-428X (Online)
DOI: 10.33153/capture.v12i1.3209 ISSN 2086-308X (Cetak)
kebutuhan itu mengganggu lingkungan teori Hierarki Maslow, basic needs utama
hidup atau tidak. manusia adalah rasa kenyang dan rasa
Informan I (pertama) menyatakan aman.
bahwa: Ketika manusia merasa kenyang dan
“Sumber daya alam memang aman, maka sudah tercapai kebutuhan
dibutuhkan oleh masyarakat. Listrik
dasar untuk menjalani kehidupan. Tapi,
misalnya, menjadi kebutuhan
fundamental di peradaban ini. perilaku hedon dan egosentris membuat
Ketika listrik mati, berapa kerugian
individu memperluas definisi kenyang
yang ditimbulkan karenanya.
Kenyamanan hidup juga menjadi mereka, “kenyang saat memiliki kendaraan
berkurang karena tidak bisa
pribadi, kenyang apabila memiliki rumah
menggunakan pendingin ruangan
atau kipas angin, tidak bisa minum mewah, dan kenyang pada saat bisa
air dingin dari kulkas, tidak bisa
mengenakan pakaian yang indah”. Tidak
menonton acara televisi / film
favorit, dan lain sebagainya” mengejutkan ketika kondisi bumi Indonesia
(Wawancara Informan I, 15 Juni
ini tak berhenti dikeruk dan dieksploitasi,
2019).
beberapa orang berdalih, karena memang
Informan I juga menambahkan bahwa
dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak bisa
pertambangan batubara itu memang harus
menyalahkan pemikiran seperti ini karena
ada untuk menjaga pasokan listrik.
perspektif akan mempengaruhi sikap
“Karena listrik menjadi sangat vital
bagi kehidupan dan listrik seseorang terhadap suatu permasalahan
memerlukan batubara sebagai yang juga dipengaruhi oleh latar belakang,
bahan baku, maka pertambangan
batu bara memang harus ada pendidikan, kepentingan, dan lain-lain.
untuk memenuhi kebutuhan Film Sexy Killers mungkin hanya
tersebut. Belum lagi nilai plus yang
diperoleh dari adanya sedikit menguak dari banyaknya kerusakan
pertambangan yaitu terbukanya lingkungan yang terjadi di Indonesia.
lapangan pekerjaan. Masyarakat
bisa mendapatkan gaji setiap Sepertinya menjadi permasalahan yang
bulannya yang mungkin hasilnya dilematis jika dilihat dari sudut pandang
lebih besar dari sekedar bertani,
berkebun sayur atau buah-buahan. egosentris. Muncul pertanyaan bisakah
Selama belum ada alternatif energi Indonesia meninggalkan batubara? Melihat
terbarukan pembangunan bangsa
ini masih akan terus bergantung mirisnya dampak batubara terhadap
pada eksploitasi sumber daya lingkungan, kemudian mendorong
alam ini (Wawancara Informan I,
15 Juni 2019). munculnya pemikiran-pemikiran dari
masyarakat, adakah alternatif lain atau
Tanggapan Informan I menunjukkan
kemungkinan energi terbarukan yang bisa
penambahan batubara berkaitan langsung
digunakan untuk bangsa ini selain
dengan kebutuhan dasar (basic needs)
batubara. Seperti diketahui, pasokan energi
manusia yaitu listrik. Jika merujuk pada
57
melalui kelistrikan saat ini masih ditopang yang mempunyai rasa saling
sebagian besar oleh batubara. Terlebih ketergantungan pada penghuni alam
lagi, saat ini Indonesia sangat semesta lainnya.
membutuhkan pasokan energi yang stabil Informan II (kedua) menyatakan
dalam merealisasikan peta jalan Revolusi bahwa:
Industri 4.0 di mana peran digital lebih “Setiap kehidupan di muka bumi ini
mempunyai nilai moral yang sama,
ditonjolkan. Pasokan ketenagalistrikan
sehingga harus dilindungi dan
menjadi hal krusial yang mendukung diselamatkan. Tidak bisa berbuat
banyak, paling tidak mulai dari diri
berjalannya era industri. Ketersediaan dan
sendiri, dengan mengurangi
keandalan listrik perlu terus terjaga, di penggunaan listrik, dan mencoba
mencari sumber energi pengganti,
antaranya melalui pembangunan
seperti solar panel, bio gas, dan
infrastruktur yang adil dan merata demi sebagainya. Tidak menafikan
bahwa kita butuh energi listrik
peningkatan rasio elektrifikasi nasional.
sehingga pertambangan batubara
Sebagai sumber energi yang menjadi tidak terelakkan, namun
kita tetap harus bijak dengan
melimpah dengan ongkos termurah,
menempatkan keseimbangan alam
batubara masih memiliki peran strategis sebagai prioritas” (Wawancara
Informan II, 20 Juni 2019).
sebagai sumber pemenuhan energi di
masa mendatang. Pemanfaatan batubara Penonton dengan perspektif Biosentrisme
di dalam negeri, khususnya dalam seperti Informan II di atas membaca teks
pembangunan PLTU, merupakan tulang film ini sebagai sebuah fenomena yang
punggung dalam pembangunan dan sangat memprihatinkan. Cara pandang ini
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan menyadarkan bahwa setiap orang memiliki
demikian, saat ini belum ada pilihan untuk kontribusi kesalahan, maka hal ini akan
energi terbarukan yang bisa dijangkau turut mendorong lahirnya pemikiran-
selain batubara. pemikiran kritis di masyarakat. Ini menjadi
tujuan utama sebagai upaya
4.3.2. Biosentrisme (Intermedite
pengedukasian atau penyadaran tentang
Environmental Ethics)
kepedulian lingkungan, yakni untuk
Biosentrisme berasal dari gabungan
membangun kedaulatan masyarakat atas
kata Yunani “bios” (hidup) dan kata latin
lingkungannya, bukan sekedar
“centrum” (pusat). Secara harfiah,
memunculkan reaksi-reaksi kekecewaan.
‘Biosentrisme’ diartikan sebagai suatu
Visualisasi kondisi lingkungan yang
keyakinan bahwa kehidupan manusia erat
rusak, masyarakat yang menjadi korban,
hubungannya dengan kehidupan seluruh
dan ketidakadilan yang terjadi sangat
kosmos. Manusia dipandang sebagai salah
mempengaruhi kognitif, afektif, dan sikap
satu organisme hidup dari alam semesta
penonton. Meskipun tidak bisa berbuat
58
Vol.12 No.1 Desember 2020 ISSN 2338-428X (Online)
DOI: 10.33153/capture.v12i1.3209 ISSN 2086-308X (Cetak)
banyak, paling tidak mulai dari diri sendiri Perspektif ini akan membantu masyarakat
dengan lebih peduli terhadap lingkungan untuk lebih menghargai alam sekitarnya
hidup dan meminimalisasi perilaku-perilaku dan mereka memiliki tanggung jawab
yang merusak. Mulai dari hal-hal kecil saja, moral untuk menjaganya.
misalnya dengan mengurangi penggunaan
4.3.3. Ekosentrisme (Deep Environt-
listrik yang berlebihan, membuang sampah
mental Ethics)
pada tempatnya, dan lain-lain.
Ekosentrisme merupakan kelanjutan
Tidak menutup mata dan pikiran
dari teori etika lingkungan Biosentrisme.
akan perubahan dan perbaikan merupakan
Sebagai kelanjutan, ekosentrisme sering
langkah yang bijaksana, menolak
disamakan begitu saja dengan
anggapan bahwa tambang, batubara, dan
Biosentrisme, karena adanya banyak
energi tak terbarukan yang lain sebagai
kesamaan di antara kedua teori ini. Kedua
satu-satunya jalan keluar, dan tetap
teori ini mendobrak cara pandang
mencari alternatif solusi yang lain. Saat ini
Antroposentrisme.
Indonesia 50% lebih masih bersandar pada
Jika Biosentrisme hanya
batubara, tetapi tidak menutup
memusatkan etika lingkungan pada
kemungkinan beberapa tahun ke depan
kehidupan seluruhnya, maka Ekosentrisme
teknologi-teknologi yang lebih ramah
justru memusatkan etika pada seluruh
lingkungan bisa digunakan.
komunitas ekologis, baik yang hidup
Perspektif Biosentrisme ini
maupun yang tidak. Secara ekologis,
menempatkan alam sebagai hal yang
makhluk hidup dan benda-benda abiotis
mempunyai nilai dalam dirinya sendiri,
lainnya saling terkait satu sama lain.
lepas dari kepentingan manusia. Dengan
Seorang aktivis lingkungan hidup
demikian, Biosentrisme menolak teori
yang menjadi Informan III dalam
Antroposentrisme yang menyatakan bahwa
penelitian ini menyatakan bahwa :
hanya manusialah yang mempunyai nilai
“Kesadaran akan lingkungan
dalam dirinya sendiri. Pandangan memang harus ditumbuhkan pada
Biosentrisme mendasarkan moralitas pada seluruh masyarakat indonesia,
bahwa apa yang selama ini kita
keluhuran kehidupan, baik pada manusia lakukan, boros listrik misalnya, itu
ataupun pada mahluk hidupnya. ternyata berdampak banyak.
Bagaimana listrik itu bisa sampai
Prinsip moral yang berlaku adalah ke rumah kita sudah melalui
“mempertahankan serta memelihara proses yang panjang yang sedikit
banyak telah merusak lingkungan
kehidupan adalah baik secara moral, termasuk biota laut, dan
sedangkan merusak dan menghancurkan membahayakan masyarakat
disekitar pertambangan”. “....
kehidupan adalah jahat secara moral”. masyarakat harus sadar betapa
peliknya sistem pembangunan
59
yang dinikmati saat ini, tahun 1973, di mana prinsip moral yang
harapannya muncul sikap proaktif
dikembangkan adalah menyangkut seluruh
dari masyarakat untuk menyadari
setiap potensi yang dimiliki komunitas ekologis. Istilah Deep Ecology
daerahnya dan menyadari setiap
(DE) menuntut suatu etika baru yang tidak
ancaman yang mungkin ada.
Dengan begitu, masyarakat dapat berpusat pada manusia, tetapi berpusat
menciptakan kedaulatannya untuk
pada makhluk hidup seluruhnya dalam
mengembangkan alternatif-
alternatif ramah lingkungan dalam kaitan dengan upaya mengatasi persoalan
membangun daerahnya. Penting
lingkungan hidup.
untuk menyadarkan masyarakat
bahwa kedaulatan rakyat dibangun Deep Ecology (DE) tidak mengubah
berdasarkan kerangka
sama sekali hubungan antara manusia
kemandirian dalam penguasaan
dan pengelolaan sumber-sumber dengan manusia. Pertama, kepentingan
kehidupan rakyat. Seperti pada
manusia bukan lagi ukuran bagi segala
pengembangan ekowisata yang
banyak berhasil membangun sesuatu, manusia bukan lagi pusat dari
kemandirian daerah dengan
dunia moral. DE justru memusatkan
praktek-praktek pembangunan
yang ramah lingkungan” perhatian kepada semua spesies termasuk
(Wawancara Informan III, 20 Juni
spesies bukan manusia, (biosphere
2019).
seluruhnya). Demikian pula, DE tidak
Informan ini juga menyatakan tentang
hanya memusatkan perhatian pada
pentingnya penggalakan gerakan sosial
kepentingan jangka pendek, tetapi jangka
oleh komunitas-komunitas peduli
panjang. Maka, prinsip moral yang
lingkungan, sebagai berikut :
dikembangkan DE menyangkut
“Segala sesuatu harus dipikirkan
kepentingan seluruh komunitas ekologis.
dampak jangka panjangnya, tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan Kedua, bahwa etika lingkungan hidup yang
manusia saat ini saja, tetapi
dikembangkan DE dirancang sebagai
dampaknya untuk anak cucu kita,
juga harus dipikirkan. Oleh karena sebuah etika praktis, sebagai sebuah
itu, untuk mencegah kerusakan
gerakan. Prinsip-prinsip moral etika
alam lebih besar, juga untuk
menjaga kelestarian alam, lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi
berbagai macam gerakan sosial
nyata dan konkret. DE menyangkut suatu
perlu digalakkan, agar semua ikut
berpartisipasi di dalamnya” gerakan yang jauh lebih dalam dan
(Wawancara Informan III, 20 Juni
komprehensif dari sekedar sesuatu yang
2019).
instrumental dan ekspresionis
Statemen di atas merepresentasikan etika
sebagaimana ditemukan pada
lingkungan yang populer dikenal sebagai
Antroposentrisme dan Biosentrisme. DE
Deep Ecology (DE). Sebagai istilah, Deep
menuntut suatu pemahaman yang baru
Ecology pertama kali diperkenalkan oleh
tentang relasi etis yang ada dalam semesta
Arne Naess, seorang filsuf Norwegia, pada
60
Vol.12 No.1 Desember 2020 ISSN 2338-428X (Online)
DOI: 10.33153/capture.v12i1.3209 ISSN 2086-308X (Cetak)
ini disertai adanya prinsip-prinsip baru beda, yang dapat dikategorikan ke dalam
sejalan dengan relasi etis baru tersebut, Antroposentrisme, Biosentrisme dan
yang kemudian diterjemahkan dalam Ekosentrisme. Perbedaan pembacaan ini
gerakan atau aksi nyata di lapangan. Dari dipengaruhi oleh perbedaan latar belakang
itu, kemudian muncul berbagai macam pendidikan, profesi, dan juga kepentingan.
gerakan, kampanye melalui berbagai Sensitivitas publik terhadap isu
media termasuk film. lingkungan ini diarahkan untuk menjadi
Perspektif ini mendorong masyarakat gerakan sosial yang dapat bertransformasi
untuk bisa berbuat lebih banyak lagi untuk ke gerakan politik untuk menggerakkan
menjaga bumi ini, dengan membuat politik lingkungan dalam pengambilan
berbagai macam gerakan perubahan kebijakan. Setidaknya mulai dari diri sendiri
sosial. Bagaimana menumbuhkan dengan lebih peduli terhadap lingkungan
kesadaran lingkungan manusia supaya hidup dan meminimalisasi perilaku-perilaku
pengolahan sumber alam bagi yang merusak.
pembangunan dapat dilakukan sejalan Dengan memanfaatkan genre
dengan pengembangan lingkungan, spesifik, film dokumenter dapat mendidik
melakukan pembangunan tanpa merusak dan menginspirasi masyarakat untuk
lingkungan. menjadi peserta aktif dalam gerakan
Melalui film ini, masyarakat dapat lingkungan yang lebih produktif.
mendesak pemerintah dalam menjalankan
6. DAFTAR ACUAN
dan memprioritaskan platform politik
Adorno, T. W., & Horkheimer, M. (2002).
lingkungan untuk mewujudkan keadilan Dialectic of Enlightenment.
ekologis. Gerakan lingkungan tak bisa lagi California: Stanford University
Press.
hanya pada tindakan penyelamatan alam,
Alfia Abdullah, S. N. (2020). Analisis
namun harus menuju pada akar penyebab Semiotika Julia Kristeva dalam
dari berbagai krisis multidimensi ini. Oleh Film “Sexy Killers” (Pendekatan
Semanalisis hingga
karena itu, platform lingkungan harus Intertekstualitas). Al-Wardah,
berhasil masuk menjadi arus utama dalam 13(2), 255–279. doi:
http://dx.doi.org/10.46339/al-
berpolitik dan berdemokrasi di Indonesia. wardah.v13i2.216
Andits, P. (2013). Movies and Movements.
5. SIMPULAN
Retrieved from
Film Sexy Killers ini merupakan https://onlinelibrary.wiley.com/doi/a
salah satu upaya meningkatkan sensitivitas bs/10.1002/9780470674871.wbesp
m137
publik terhadap isu lingkungan. Namun
Araiemei. (2019). Opini Menganalisis
begitu, hasil pembacaan penonton Respon Film Sexy Killers [Blog].
terhadap teks dalam film tersebut berbeda- Retrieved from Rimaginary
website:
61
https://rimaraiemei.wordpress.com/ http://repository.unpas.ac.id/46197/
Brulle, R. J. (2008). The U.S. Murfianti, F. (2012). Read the Madura
Environmental Movement. In 20 Ethnic Identity on “Semesta
Lessons in Environmental Mendukung". Presented at the
Sociology. Roxbury Press. International Conference on Media
Communication and Culture,
Eka Putri, N. W. (2019). Semiotika Pierce
Yogyakarta.
pada Film Dokumenter ‘Sexy
Killers’’.’ Maha Widya Duta, 3(2), Pertiwi, H. F. (2020). Analisis Corporate
89–100. Citizenship Dan Hak Asasi
Manusia Terhadap Isu Eksploitasi
Fahriansyah, E., Sasongko, H., & Krishna,
Lingkungan Pada Film “Sexy
A. (2018). Gadang House in
Killers.” Masalah-Masalah Hukum,
Documentary Film of the Adat
49(1), 71–79. doi:
Nagari Sijunjung District.
10.14710/mmh.49.1.2020.71-79
CAPTURE : Jurnal Seni Media
Rekam, 10(1), 78–90. doi: Potash, S. (2011). Movie to Movement:
10.33153/capture.v10i1.2244 Creating Social Change with the
Documentary Film ’Food Stamped’
Hall, S. (1980). Encoding/decoding. In
(The University of New Mexico).
Culture, Media, Language: Working
The University of New Mexico,
Papers in Cultural Studies, 1972-
New Mexico. Retrieved from
79. London: University of
https://digitalrepository.unm.edu/cgi
Birmingham.
/viewcontent.cgi?article=1061&cont
Keraf, A. S. (2010). Etika Lingkungan ext=educ_hess_etds
Hidup. Jakarta: Kompas.
Ruslan, R. (2008). Manajemen Public
Knudson, T. (2001). Environment Inc. Relations & Media Komunikasi.
Retrieved from The Sacramento Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Bee website:
Stewart, C. J., Smith, C. A., & Denton, R.
https://www.sacbee.com/
A. (2007). Persuasion and Social
Kotler, P. (1989). Manajemen Pemasaran: Movements (5th ed.). Waveland
Analisis, Perencanaan dan Press.
Pengendalian. Jakarta: Salemba
Stover III, J. A. (2013). Framing Social
Empat.
Movements through Documentary
Laksono, D. (2013). WatchDoC Tak Films. Contexts (SAGE Journals),
Sekedar Art, Tetapi sebagai Social 12(4), 56–58. doi:
Movement [Suluh Pergerakan]. https://doi.org/10.1177/153650421
Retrieved from 3511218
https://suluhpergerakan.org/dandhy
Suryanto, H., & Amri, M. (2018). Film as
-laksono-watchdoc-tak-sekedar-art-
Cultural Diplomation Assets.
tetapi-sebagai-social-movement/
CAPTURE : Jurnal Seni Media
McQuail, D. (2008). Mass Communication Rekam, 9(2), 47–55. doi:
Theory. Jakarta: Erlangga. 10.33153/capture.v9i2.2089
Murdiyanto, M. S. (2019). Makna Oligarki Turner, G. (2006). Film as Social Practice
dalam Film Sexy Killers Karya (4th ed.). London: Routledge.
Dandhy Dwi Laksono (Studi
Kualitatif Menggunakan Analisis
Semiotika Roland Barthes
Mengenai Oligarki) (Universitas
Pasundan). Universitas Pasundan.
Retrieved from
62