ABSTRACT
The Joker film, apart from being a film that talks about one of the anti-hero characters, is also
categorized as a psychological film. The storyline in the film is full of psychological issues, one of
which is mental health and mental illness. The Joker film became controversial because after
watching the film the audience was affected by the psychological aspect. This film went viral in
cyberspace and the issue of mental illness became a topic of discussion in academic studies in the
field of communication science. Seeing these events, through this article the author wants to
describe the audience's acceptance of the mental issue of Illness contained in the Joker film. This
study uses a descriptive qualitative approach. The researcher uses reception analysis theory and
research methods. The result of this research is the attitude and position of the audience in
accepting the issue of mental illness is divided into dominant and negotiated hegemony. The
classification of these two groups is influenced by experience, insight, proximity, and the relevance
of the audience concerned with the plot, characters, and other components in the film.
Keywords:Case Study, Joker Film, Mental Illnes
patut dianggap ‘berbeda’ dengan orang-orang Posisi penonton yang pertama dalam
‘normal’ lainnya. hal tersebut disebabkan analisis ini adalah dominant hegemonit
karena latar belakang pendidikan yang position, yaitu dalam analisis penerimaan
dimiliki oleh Endo. Ia merupakan salah satu produsen menginginkan pesan yang
mahasiswa jurusan Psikologi di Universitas disampaikan diasumsikan untuk memperkuat
Pelita Harapan (UPH). Endo mengatakan status quo (kadang-kadang disebut dengan
bahwa mental ilness merupakan suatu bacaan yang dominan). Ketika penonton
penyimpangan yang terjadi pada kondisi mengambil bentuk makna konotasi dan
menerjemahkan pesan sampai dengan apa seharusnya bisa lebih peduli kepada orang-
yang telah dikodekan (encoding) maka orang yang mengidap mental illness. Karena
audien menerima atau sepakat dengan media orang-orang yang sedang agak terganggu
yang dikonsumsi (Durham dan Keller, kondisi mentalnya, maka sangat
2002:174-175). membutuhkan support yang besar dar
Informan dalam posisi ini cenderung lingkungannya, bukan malah sebaliknya.
menerima pesan yang ditayangkan tanpa Sehingga apa yang terjadi pada tokoh
adanya kritik. Seperti hal nya Adzom, dalam utama dalam film tersebut ia anggap sebagai
hal ini terlihat bahwa ia sangat setuju dengan dampak dari ketidakpedulian masyarakat
nilai-nilai serta pesan-pesan yang terhadap orang-orang yang sedang
disampaikan dalam film Joker. Hal tersebut mengalami depresi, panic attack, dan
dapat dilihat dimana ia mnejadikan konten sebagainya. Dengan demikian, ia pun sangat
yang disajikan dalam film Joker sebagai amat mewajarkan jika dalam film tersebut
refleksi dari pengalaman yang pernah ia digambarkan bahwa Joker pada akhirnya
jalani. Selain itu, ia pun setuju dengan konten merasa senang dan puas melakukan tindakan
film yang mengangkat tokoh utamanya yang impulsif bahkan termasuk dalam
sebagai sosok orang yang mengidap mental tindakan kriminal guna membalas perlakuan
illness. Sehingga semakin banyak orang lain yang dia terima selama ini.
masyarakat yang bisa lebih aware terhadap Adzom sangat mendukung dan sangat
isu mental illness dan juga lebih peduli setuju terhadap apa yan disampaikan dalam
dengan orang-orang yang mengidap penyakit film Joker karena ia merasa relate atau sangat
tersebut. berhubungan dengan pengalaman pribadi
Beberapa kali Adzom juga mengatakan yang pernah ia rasakan. Oleh karena itu,
bahwa sangat sesuai apa yang disampaikan Adzom mengaku bahwa ketika menonton
dalam film Joker. Ketika seseorang film tersebut, ia sangat bisa merasakan apa
diabaikan, tidak diapresiasi, diremehkan, yang dialami oleh Joker. Meskipun dalam
bahkan sampai menjadi korban bullying beberapa hal kondisinya berbeda, tetapi feel
maka hal-hal tersebut akan memicu yang dirasakan dan dialami sesuai dengan
timbulnya kecenderungan mental illness pengalaman yang ia miliki. Kemudian ia juga
dalam diri seseorang. Ia mengatakan bahwa mengatakan bahwa ia sampai pada tahap
seharusnya lingkungan dan masyarakat menaruh rasa simpati pada tokoh utama
dalam film tersebut. Karena apa yang tidak saling peduli terhadap satu sama
disajikan dianggap sangat bisa lainnya. Yang pada akhirnya, disadari
menggambarkan kondisi realita yang terjadi ataupun tidak, hal-hal negatif tersebut dapat
seperti apa di kehidupan sehari-hari. memicu terjadinya penyimpangan mental
Hal yang sama disampaikan juga oleh pada diri seseorang. Terutama bagi individu
Endo, informan yang satu ini juga termasuk yang sebelumnya memang sudah memilki
kedalam posisi khalayak dominan. Dimana kecenderungan mental illness yang kuat.
Endo sangat setuju dengan pesan yang Endo menjelaskan bahwa, mental illness
disampaikan dalam film Joker tersebut. dapat dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu biologis,
alasannya hampir sama dengan yang pengalaman, dan kognitif. Ketiga hal tersebut
disampaikan oleh .. sebelumnya, yaitu karena dapat dengan baik digambarkan dalam film
sangat sesuai dengan pengalaman yang ia Joker, sehingga membuat Endo setuju dengan
miliki. Endo sendiri merupakan salah satu apa-apa yang disanpaikan dalam film
orang yang divonis mengidap bipolar, tersebut, karena selain berkenaan dengan
sehingga dapat dikatakan bahwa Endo pengalaman yang ia milki, tetapi juga
termasuk orang yang memiliki mental illness. berkenaan dengan keilmuan yang dimilkinya
Ketika mengetahui bahwa Endo memiliki juga.
mental illness, ia mengatakan bahwa ada Endo juga setuju bahwa mental illness
perasaan lega, tapi juga takut. Takut karena dapat disebabkan atau dipicu oleh lingkungan
tidak bisa dipunkiri bahwa di kalangan yang seringkali bukan hanya memandang
masyarakat, mental illness masih dianggap aneh, tetapi juga menganggap remeh orang
sebagai sesuatu hal yang aneh. Sama seperti yang memiliki mental illness. Karena sekecil
hal nya yang ditunjukkan dalam film Joker, apapun respon yang diberikan dari orang lain
ketika tokoh utama dipandang aneh oleh kepada orang yang memiliki mental illness
masyarakat. Sehingga Endo sangat setuju akan memberikan dampak yang cukup
dengan apa yang disampaikan dalam film berpengaruh bagi perkembangan
Joker tersebut. penyimpangan yang dimilikinya. dalam film
Selain itu, Endo juga mengatakan bahwa tersebut, dipelihatkan bahwa Joker membalas
dalam film ini sangat menonjolkan tentang satu persatu orang yang pernah
sisi kemanusiaan yang cenderung negatif. menyepelekan dirinya. Begitupun
Masyarakat pada saat ini digambarkan sudah sebaliknya, ia akan berbuat baik kepada
orang-orang yang memang berbuat atau kriminal. Menurut Gery, pesan tersebut
memberikan respon yang positif kepada seolah menggambarkan bahwa menjadi legal
dirinya. atau wajar jika orang yang memiliki mental
Dapat ditarik kesimpulan bagi informan illness melakukan tindak kejahatan atau
yang berada pada posisi dominant hegemonit kriminalitas. Selain itu pada bagian tersebut
position merupakan informan yang juga seolah disampaikan bahwa jika mereka
menampilkan sikap sportif mendukung melakukan demikian, yang salah bukanlah
tayangan film Joker dan memiliki anggapan individu tersebut, melainkan orang-orang
bahwa film tersebut sudah memenuhi yang memicu dirinya untuk melakukan hal
ekspetasinya mengenai mental illness. tersebut.
Seperti yang ditampilkan dan disampaikan Namun dalam poin lain, Gery juga setuju
oleh Endo dan Adzom. dengan pesan yang disampaikan dalam film
Posisi khalayak berikutnya adalah posisi tersebut yaitu bahwa mental illness masih
negosiasi atau negotiated position, yang dianggap aneh oleh masyarakat luas. Selain
merupakan penerimaan ketika anggota itu, perlakuan negatif yang diterima dari
audiens menciptakan interpretasi pribadi lingkungan dan masyarakat dapat memicu
yang bermakna secara personal terhadap teks mental illness pada seseorang. Kemudian ia
media, maka audiens berada dalam posisi juga setuju dengan pesan yang disampaikan
negotiated. Artinya, audiens dapat menerima bahwa seharusnya dalam kehidupan sosial,
atau tidak menerima terhadap makna dalam masing-masing individu harus dapat saling
pesan dengan alasan tertentu. menghargai, peduli, serta memberikan
Posisi Gery dalam menanggapi pesan apresiasi kepada orang lain. Karena disadari
cenderung membandingkan antara beberapa atau tidak, hal-hal tersebut dapat berpengaruh
bagian dari alur cerita yang ada pada film terhadap kesehatan mental masing-maisng
Joker tersebut. Seperti hal nya pada bagian individu. Semakin positif lingkungannya,
impact yang terjadi ketika kecenderungan besar kemungkinan kualitas kesehatan
mental illness yang ada pada tokoh utama mental individunya pun akan semakin baik.
semakin menguat. Dampak yang terjadi Dalam posisi penonton yang kedua ini,
adalah tokoh utama memilih untuk jika disimpulkan informan mendukung
melakukan tindakan-tindakan yang bagaimana isi konten tayangan film Joker
mengarah kepada kejahatan atau tindak yang menonjolkan isu mental illness dan
menunjukkan bahwa lingkungan menjadi Seperti yang dikatakan oleh Durham dan
faktor yang bisa mempengaruhi kesehatan Keller yang telah pneliti bahas sebelumnya,
mental seseorang. Namun, dalam hal lain ada dalam penerimaan khalayak terdapat tiga
beberapa pengecualian yang diutarakan oleh posisi penonton yaitu dominan, negosiasi,
informan. Dimana ada beberapa scene yang dan oposisi. Ketiga posisi ini
menunjukkan bahwa bentuk pelampiasan menggambarkan bagaimana penonton atau
dari mental illness yang dimiliki oleh tokoh khalayak memahami, memaknai, dan
utama yang lebih mengarah kepada hal-hal menafsirkan apa yang disajikan dari film,
yang negatif dan merugikan orang banyak. dalam hal ini adalah film Joker. Dalam
Kemudian, kategori posisi penonton yang penelitian ini, peneliti melihat bahwa posisi
ketiga adalah opositional posisition. Kategori penonton dipengaruhi oleh beberapa faktor,
ini terjadi ketika seorang anggota audien baik faktor internal maupun eksternal. Faktor
mengembangkan interpretasi terhadap makna internal yang peneliti temukan dalam
teks media yang bertentangan secara penelitian ini yaitu pengalaman dan latar
langsung dengan kategori dominan. Dalam belakang kehidupan yang dimiliki oleh
hal ini makna yang disampaikan oleh media masing-masing informan. Sedangkan faktor
ditolak (tidak diterima) oleh penonton eksternalnya adalah kondisi lingkungan
(Durham dan Keller, 2002:174-175). Namun sekitar informan.
dlaam penelitian ini, dari ketiga informan Dalam faktor internal, peneliti melihat
penelitian yang telah ditentukan, peneliti bahwa masing-masing informan memiliki
tidak menemukan informan yang masuk ke pengalaman dan latar belakang kehidupan
dalam kategoti khalayak oposisi. Sehingga yang berbeda. Seperti yang telah disebutkan
peneliti tidak akan menjabarkan hasil sebelumnya, bahwa dalam penelitian ini
penelitian mengenai jenis informan yang peneliti menemukan dua jenis penonton,
termasuk dalam kategori oposisi dalam yaitu dominan dan negosiasi. Informan yang
menerima pesan tentang mental illness dalam termasuk dalam posisi dominan adalah Endo
film Joker tersebut. dan Adzom. Dari hasil wawancara yang
dilakukan, peneliti melihat bahwa Endo dan
3. Faktor-Faktor yang Memungkinkan
Perbedaan Penerimaan Terkait dengan Adzom memiliki pengalaman dan latar
Mental Illness dalam Film Joker belakang kehidupan yang hampir sama.
Keduanya memiliki riwayat atau telah
divonis memiliki mental illness, dimana adalah, ia masih memiliki self control yang
Endo divonis bipolar dan Adzom sering baik, sehingga ia masih bisa menahan dirinya
mengalami depresi, stress, serta panic attack. untuk tidak melakukan tindakan impulsif
Hal tersebut membuat mereka berada pada yang cenderung merugikan diri sendiri dan
posisi penonton dominan. Mereka orang lain. Namun ia menyetujui tindakan
menyetujui apa-apa saja yang disuguhkan impulsive yang muncul akibat dari
dalam Film Joker yang terkait dengan isu kecenderungan mental illness yang dimiliki
mental illness. Salah satunya adalah sikap oleh seseorang dan ia mewajarkan hal
Adzom yang mewajarkan tindakan kejahatan tersebut.
yang dilakukan oleh Joker sebagai dampai
Selain itu, lingkungan sekitar mereka pun
dari mental illness yang ia miliki. Adzom
juga mempengaruhi. Seperti Hal nya Endo, ia
mewajarkan hal tersebut karena dirinya
merupakan mahasiswa jurusan Psikologi
sendiri pun demikian. Ketika ia sedang
dimana mental illness merupakan salah satu
mengalami stress, depresi, dan atau panic
hal yang ia pelajari. Dengan demikian, ia
attack ia akan mulai melakukan tindakan-
berada di lingkungan pertemanan yang tidak
tindakan yang bersifat impulsif, misalnya
asing dengan isu mental illness dan tidak lagi
seperti membahayakan diri sendiri. Contoh
menganggap hal tersebut sebagai hal yang
tindakan impulsif yang dilakukan adalah
aneh selayaknya masyarakat pada umumnya.
dengan melukai dirinya sendiri ketika dirinya
Karena keilmuan yang mereka pelajari, maka
mulai merasa panik, stress, maupun depresi.
sikap atau vibes yang ada pada lingkungan
Begitupun dengan Endo, ia juga
sekitar Endo saat ini cenderung menyikapi
menyetujui bahwa ketika seseorang memiliki
isu mental illness serta dampak yang terjadi
kecenderungan mental illness, maka
sebagai suatu hal yang wajar.
dampaknya adalah ia akan melakukan
tindakan-tindakan yang impulsif. Endo Berbeda dengan Adzom, faktor
sebagai orang yang divonis bipolar, ketika lingkungan yang ia miliki cenderung
kecenderungan mental illness yang ia miliki membuat ia menyetujui gambaran kehidupan
kambuh, maka ia juga akan merasa atau social yang terdapat dalam film Joker.
memiliki keinginan untuk melakukan Dimana kehidupan yang dialami oleh tokoh
tindakan impulsif seperti melukai diri sendiri. utama dipenuhi dengan bullying,
Tetapi yang membedakannya dengan Adzom ketidakpedulian dan sebagainya. Adzom
menyetujui hal tersebut karena ia sendiri pun dalam film tersebut, Gery tidak menyetujui.
mengakui bahwa ia menjadi salah satu Ia tidak menyetujui bahwa mental illness
korban dari ha-hal tersebut. Sehingga yang dimiliki atau dialami oleh seseorang
perlakuan yang ia terima dari lingkungan bisa menjadikan tindakan impulsif yang ia
sekitarnya memicu dirinya mengalami stress, lakukan sebagai sebuah tindakan yang wajar.
depresi, dan panic attack. Sehingga Ia tetap merasa bahwa hal tersebut salah.
lingkungan sekitar yang dimiliki oleh Adzom Penelti melihat bahwa pendapat Gery ini
secara tidak langsung telah memberikan muncul karena pengalaman dan latar
gambaran kehidupan social yang sama belakang kehidupan yang berbeda dengan
dengan apa yang disajikan dalam film Joker. Adzom dan Endo. Dalam hal ini, Gery tidak
Sehingga tak heran jika ia menyetujui hal memiliki riwayat mental illness, sehingga ia
tersebut. tidak memiliki pengalaman yang terkat
dengan apa yang dirasakan oleh tokoh Joker
Posisi penonton yang lain adalah posisi
ketika melakukan tindakan-tindakan impulsif
negosiasi. Dalam hal ini, informan yang
sebagai akibat dari mental illness yang ia
berada pada posisi negosiasi adalah Gery.
miliki. Sehingga Gery tidak mengetahui
Dalam film Joker, ada beberapa nilai yang ia
secara jelas bagaimana dampak dari mental
setujui, namun ada beberapa hal juga yang ia
illness itu sendiri. Oleh karena itu ia berpikir
tida setuju. Seperti yang telah peneliti
bahwa ketika seseorang divonis memiliki
jabarkan sebelumnya, sama seperti Adzom,
mental illness, gangguan yang dimilikinya
Gery menyetujui nilai kehidupan social
tidak akan memberikan dampak yang sampai
pembentuk mental illness yang digambarkan
merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
dalam film Joker karena lingkungan yang ia
miliki. Gery bukanlah korban seperti Adzom, Selain itu, perbedaan posisi penonton pada
hanya saja ia sering melihat contoh nyata dari Endo dan Adzom dengan Gery dipengaruhi
tindakan-tindakan negative dalam oleh faktor pengetahuan mereka terkat isu
masyarakat yang digambarkan dalam film mental illness itu sendiri. Endo sebagai
Joker, misalnya seperti bullying serta mahasiswa Psikologi sudah tidak asing
kurangnya kepedulian terhadap sesama. dengan pembahasan seputar mental illness. Ia
juga telah mempelajari hal tersebut secara
Namun, dalam hal tindakan-tindakan
spesifik dibandingkan dengan masyarakat
impulsive yang dolakukan oleh tokoh Joker
umum. Sehingga ia mengetahui secara
lengkap mengenai hal tersebut mulai dari ekspetasi dari para informan itu sendiri.
pemicu, gejala, dampak, pengobatan, dan Melalui film tersebut, jika ditarik
sebagainya. Begitupun dengan Adzom, kesimpulan, maka ketiga informan
meskipun ia bukan mahasiswa psikologi, menjelaskan hal yang secara garis besar
tetapi karena ia memiliki mental illness, sama. Setelah menonton film Joker,
maka ia secara tidka langsung dituntut dan para informan memiliki pandangan
merasa butuh untuk mengetahui secara bahwa mental illness dapat terjadi pada
lengkap mengenai pembahasan tersebut. setiap orang atau setiap orang memiliki
Sementara Gery, karena ia tidak memiliki kecenderungan mental illness.
latar belakang pendidikan di bidang Kecenderungan mental illnes dapat
psikologi, serta ia pun tidak memiliki riwayat semakin berkembang salah satu
mental illness, maka informasi yang ia faktornya adalah karena pengaruh dari
ketahui pun tidak lengkap. Hanya informasi- lingkugan sosial yang ia miliki. Seperti
informasi yang sering ia dengan dari orang yang ditunjukkan dalam film tersebut,
lain maupun media sosial. Dimana informasi tokoh utama memiliki lingkungan
yang didapatkan tidak selengkap yang sosial yang dinilai sangat negatif,
diperoleh Endo dan Adzom. Karena Gery sehingga kecenderungan mental illness
sendiri pun merasa tidak memiliki urgensi yang ia miliki pun meningkat. Jika
untuk mengetahui hal tersebut secara kecenderungan mental illness
lengkap. seseorang meningkat, maka sebaiknya
lingkungan sosialnya jangan
KESIMPULAN
menganggap remeh dan justru
Berdasarkan hasil analisis dan menjauh. Karena jika didiamkan, maka
pembahasan yang dilakukan pada penelitian dampaknya akan sangat luas bahkan
dengan judul Penerimaan Khalayak tentang bisa mempengaruhi lingkungan
Mental Illness dalam Film Joker, maka sekitarnya.
penulis dapat menyimpulkan beberapa hal 2. Dalam penelitian ini, peneliti melihat 2
yaitu sebagai berikut: posisi penontin, yaitu dominan dan
negosiasi. Informan yang termasuk
1. Sikap informan dalam penerimaan
dalam posisi dominan adalah Endo dan
tentang isu mental illness dalam film
Adzom Karena mereka sangat
Joker peneliti anggap sesuai dengan
menyetujui segala pesan yang Endo dan Adzom sebagai orang yang
disampaikan dalam film tersebut yang memiliki mental illness, mereka
berkaitan dengan mental illness. menyetjui apa-apa saja yang disajikan
Ditambah lagi, mereka berdua memiiki dalam film Joker karena dianggap
penngalaman pribadi yang sesuai atau sangat sesuai dengan pengalaman
relate dengan apa yang pernah mereka mereka selama mengidap gangguan
alami sebelumnya. Sedangkan posisi kajiwaan. Namun bagi Gery yang tidak
khalayak yan selanjutnya adalah posisi memiliki riwayat dan pengalaman
negosiasi. Informan yang berada pada mental illness, membuatnya tidak serta
posisi ini adalah Gery. Dalam hal ini merta menyetujui semua yang
Gery setuju dengan beberapa hal yang disampaikan dalam gilm tersebut.
terdapat dalam film tersebut seperti Terutama perihal tindakan impulsif
permasalahan lingkungan sosial yang yang dilakukan Joker sebagai dampak
dapat memicu mental illness, serta dari mental illness yang ia miliki.
penyimpangan kejiwaan yang masih Namun dari segi penggambaran
dianggap sebelah mata serta dianggap kehidupan sosial yang memicu mental
aneh dihadapan masyarakat. Namun illness pad seseorang, Gery dapat
ada hal yang tidak disetujui Gery, yaitu menyetujuinya, begitupun dengan
cara tokoh utama melampiaskan Endo dan Adzom. Karena para
kekesalannya dan dampak dari mental informan merasa bahwa memang
illness yang ia miliki yang kondisi lingkungan sosial yang berada
mengakibatkan terjadinya tindakan disekitar mereka memang demikian.
tindakan kriminal yang dapat Dimana peristiwa bullying terjadi
merugikan orang banyak. dimana-mana, serta masyarakat
3. Dalam penelitian ini, peneliti melihat semakin banyak yang tidak peduli
bahwa posisi khalayak yang berbeda dengan orang lain.
diantara masig-masing informan
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor DAFTAR PUSTAKA
internal diantaranya pengalaman dan
latar belakang kehidupan informan.
Anderson, J.R. (1996). ACT: A Simple Green, M. C. (2004). Transportation into
Theory og Complex Cognition. narrative worlds: The role of prior
Amarican Psychologist. knowledge and perceived realism.
Discourse Processes, 38(2), 247-266.
Creswell, J. W. (2014). Research Design :
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Jalaluddin rakhmat, Psikologi Komunikasi.
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 63
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Littlejohn, Stephen W & Foss, Karen A.
Pengantar, (Bandung: Remaja 2009. Encyclopedia of Communication
Rosdakarya:2001) hal. 180 Theory. London: SAGE Publications,
Inc
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar, hal. 180 Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi
Kualitatif. Yogyakarta: PT. Lkis
Durham, Meenakshi Gigi dan Douglas M.
Keller. 2006. Media and Cultural Padilla-Diaz, Mariwilda. 2015.
Studies Keywork. United Kingdom: Phenomenology in Educational
Black Well Publishing Qualitative Research: Philosophy as
Science or Philosophical Science?
Gagne, Ellen, D. 1985. The Cognitive
International Journal of Educational
Psychology of School Learning. Boston:
Excellence, Vol 1 No. 2. Hlm. 101—110.
Little, Brown & Company.
Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi,
Green, M. C. & Brock T. C. (2000). The role
(Jakarta: Universitas Terbuka: 1994)
of transportation in the persuasiveness
Hal.52
of public narratives. Journal of
Personality and Psychology, 79 (5),701- Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
721. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Green, M. C., Brock, T. C., & Kaufman, G. F.
(2004).Understanding media
enjoyment: The role of transportation
into persuasive worlds. Communication
Theory, 14(4), 311-327.