Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

MULTIMEDIA (PERFILMAN)

Disusun Oleh:
KELOMPOK
Ainun Jariah 18630623
Alfitri All Banjary 17630622
Farhan Putra Nurandi 18630398
Furqan Idifasi 18630117
Muhammad Haris Fadillah 18630571
Muhammad Renaldi 18630966
Yoga Guntur Waskito 18630628

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah g berjudul [judul makalah]
tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Teknologi Media. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Perfilman.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Banjarmasin, 10 November 2020

Kelompok

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1 Sejarah Perfilman............................................................................................4
2.2 Perkembangan Perfilman................................................................................6
2.3 Pengertian Perfilman....................................................................................15
2.4 Jenis-Jenis Film............................................................................................16
2.5 Langkah Membuat Film...............................................................................18
2.6 Tahap Produksi.............................................................................................21
2.7 Tahap Pasca Produksi...................................................................................24
BAB III KESIMPULAN......................................................................................26
3.1 Kesimpulan...................................................................................................26
3.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film, sejak kemunculan pertamanya memang telah menjadi fenomena
yang menarik. Betapa tidak, seiring perkembangan teknologi dan penerapannya
film dapat dimasukkan dalam disiplin seni (baik sebagai hiburan saja hingga
ekspresi pembuatnya), kajian komunikasi (sebagai media/kanal penyampaian
pesan yang dipandang efektif), sejarah (dikaitkan dengan kemampuannya
menangkap jejak sejarah perkembangan peradaban sebuah bangsa maupun
dunia) dan masih banyak lagi kajian yang dapat diambil dari film. Mengkaji
dunia perfilman dari kacamata disiplin komunikasi adalah usaha untuk melihat
film dalam potensinya untuk dijadikan media komunikasi yang efektif karena
kemampuannya memadukan setidaknya dua teknologi media sekaligus yaitu
pandang dan dengar (audio & visual). Oleh karena itu, munculnya film sebagai
salah satu cabang kesenian nampaknya makin meyakinkan banyak peneliti,
bahwa ada banyak hal yang mereka bisa lakukan dengan mempelajari film
(Said, 1991 : 44).
Indonesia juga kaya akan film yang dapat digunakan untuk melihat
sejarah dan perkembangan bangsa. Baik film yang bertema drama/roman,
komedi, hingga ‘film perang’ yang sarat muatan heroik dan nasionalisme. Film-
film yang lebih dikenal sebagai Film revolusi atau film perang di Indonesia pada
awalnya diproduksi tidak memiliki tujuan secara spesifik untuk
propaganda/kampanye (yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap maupun
opini), melainkan lebih cenderung pada ekspresi semangat nasionalisme dan
lebih bersifat hiburan (pribadi) dan ekspresi seni pembuat film (Straubhaar, et
all, 2009: 539). Film-film revolusi (perjuangan) yang bisa kita sebut di Era itu
antara lain; Untuk Sang Merah Putih (M. Said, 1950), Darah Dan Doa (Usmar
Ismail, 1950), Enam Jam Di Jogja (Usmar Ismail, 1950). Studio PERSARI
pimpinan Haji Jamaluddin Malik di tahun 1951 : Bakti Bahagia (M. Said),
Bunga Bangsa (Nawi Ismail), dan Sepanjang Malioboro (H. Asby). Ketiga film
ini berkisah tentang kesulitan para bekas pejuang menyesuaikan diri selepas

1
2

revolusi (Said, 1991 : 50), dan masih banyak lagi yang serupa.
Film sebagai media dapat dimaknai sebagai kanal pembebasan, mesin
yang bisa dipakai untuk mengungkapkan berbagai rasa dari para pembuatnya.
Disadari atau tidak, film adalah bahasa komunikasi yang paling cepat ditangkap
oleh manusia, sehingga melalui film, kita dapat mengerti apa visi dan misi yang
diemban cerita film tersebut, atau lazim disebut amanat film. Proses
produksinya saja juga merupakan hasil karya yang sempurna, dimana terdapat
komunikasi yang mengalir (suara dan gambar), sehingga tak jarang film
digunakan sebagai alat komunikasi massa yang bertujuan untuk hal yang kita
inginkan.
Strategi komunikasi lewat film adalah sebuah pilihan. Dapat kita ambil
contoh, saat Jepang masuk ke Indonesia, mereka menutup semua studio film,
yang kesemuanya itu milik Cina. Kecuali satu milik Belanda, Multi Film.
Dengan alasan agar jangan dimanfaatkan untuk memproduksi film yang anti
Jepang. Selain itu Jepang pasti tidak percaya kepada para produser film Cina
peranakan, yang budayanya tidak menentu, bisa memahami perjuangan “Dai
Toa”.
Pada April 1957 gerakan orang film menuntut impor film ditekan.
Sasarannya adalah film India dan kemudian Melayu. Karena film mereka
menjadi saingan film Indonesia di bioskop-bioskop kelas II. Tuntutan tersebut
dipenuhi delapan bulan kemudian, sementara dalam kurun waktu itu
membludaknya film India yang masuk jumlahnya konon bisa mengisi seluruh
bioskop kelas II selama tiga tahun. Jadi regulasi saat itu seperti tak ada artinya
(Kristanto, 2004 : 399). Dapat dicontohkan lagi dalam peraturan yang sifatnya
basa-basi atau tidak jelas yaitu pada SK Menpen No. 7/SK/M/1967 yang antara
lain berbunyi : mewajibkan semua importir film untuk membeli saham produksi
& rehabilitasi Perfilman Nasional seharga Rp. 250.000 (dua ratus lima puluh
ribu rupiah) bagi setiap film yang diimport dan/atau yang tiba di pelabuhan
Indonesia, terhitung tanggal 1 Januari 1968. Pemanfaatan saham-saham untuk
produksi film nasional ditentukan oleh suatu Dewan Produksi Film Nasional
yang anggotanya diangkat oleh Menteri Penerangan.
3

Sejak 1958 bisa dikatakan politik perfilman tidak jelas. Dilihat dari sisi
proteksi untuk produksi dalam negeri belum memadai, sementara film impor
tetap merajalela. Sepanjang sejarahnya, film Indonesia memang belum berhasil
menjadi bagian dari media ekspresi golongan intelektual. Film sebagai media
ekspresi dapat dilihat sebagai kegagalan kaum intelektual Indonesia merebut
media yang memungkinkan mereka melakukan kontak langsung dengan massa.
Masih hangat di dalam ingatan kita sebuah film yang diproduksi pada
era Orde Baru, yang dapat dikategorikan sebagai film propaganda politik
pemerintah Orde Baru, dimana film tersebut ditayangkan secara rutin setiap
tahun. Judul film itu singkat saja merepresentasikan isi filmnya;
“Pemberontakan G 30 S / PKI”. Film tersebut ditulis dan sekaligus disutradarai
oleh Arifin C. Noor. Naskah skenario dirampungkan dalam 265 halaman, dan
hanya 5 lembar halaman saja yang menayangkan seorang tokoh sebagai
Suharto. Dalam aturan penulisan skenario, satu lembar naskah jika
divisualisasikan kurang lebih 1 menit, sehingga secara logika jika hanya 5
lembar halaman munculnya tokoh Suharto, maka hanya 5 menit sebelum akhir
film tokoh tersebut baru dimunculkan. Namun kenyataannya lain, 30 menit
sebelumnya sang tokoh yang diperankan (yang saat itu memegang tampuk
pimpinan Orde Baru) sudah muncul dan dikesankan sebagai pahlawan yang
menyelesaikan pemberontakan PKI.
1.2 Perumusan Masalah
Dari pemaparan pada latar belakang permasalahan di atas, maka secara
umum persoalan yang ingin dikaji pada penelitian ini menitikberatkan perhatian
pada situasi dan kepentingan apa yang melatar-belakangi Pemerintah dalam
pembuatan kebijakan perfilman di Indonesia, serta implementasi kebijakan
tersebut di masa Orde Barudiperbadingkan dengan Reformasi.
1.3 Tujuan
Untuk mencari jawaban pertanyaan penelitian di atas, tujuan dari
penelitian ini yaitu mengetahui peranPemerintah dalam pembuatan kebijakan
perfilman di masaOrde Barudiperbandingkan dengan Reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perfilman
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media
komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi
dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan
hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui
proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,
yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,
elektronik, dan/atau lainnya. Dalam bahasa inggris, film is a story that is told
using moving pictures, shown at a cinema or on television. Artinya, film adalah
cerita yang disampaikan melalui gambar yang bergerak biasanya dipertontonkan
di bioskop atau televisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk Android,
film berarti :
1. Selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang
akan dibuat potret) atau untuk gambar positif (yang akan dimainkan di
bioskop),
2. Lakon (cerita) gambar hidup.
Sejarah perkembangan film dimulai sejak ditemukanya gambar bergerak
yang didemonstrasikan oleh Eadweard Muybridge dari Stanford University
dengan membuat 16 gambar atau frame kuda yang sedang berlari. Kejadian ini
terjadi pada tahun 1878. Dari ke-16 gambar kuda yang sedang berlari ini
dirangkai dan digerakkan secara berurutan menghasilkan gambar bergerak
pertama yang berhasil dibuat di dunia. Dari sinilah ide membuat sebuah film
muncul.
Sepuluh tahun setelah penemuan gambar bergerak (1888), barulah muncul
film (bukan sekedar gambar bergerak) pertama di dunia, paling tidak mendekati
konsep film-film yang sudah ada saat ini. Film ini dikenal dengan nama
Roundhay Garden Scene yang di’sutradarai’ oleh Louis Le Prince yang berasal
dari Prancis. Film berdurasi sekitar 2 detik ini menggambarkan sejumlah anggota
keluarga Le Prince sedang berjalan-jalan menikmati hari di taman. Film pertama

4
5

kali dipertontonkan untuk khalayak umum dengan membayar berlangsung di


Grand Cafe Boulevard de Capucines, Paris, Perancis pada 28 Desember 1895.
Peristiwa ini sekaligus menandai lahirnya film dan bioskop di dunia. Karena lahir
secara bersamaan inilah, maka saat awal-awal ini berbicara film artinya juga harus
membicarakan bioskop. Meskipun usaha untuk membuat “citra bergerak” atau
film ini sendiri sudah dimulai jauh sebelum tahun 1895, bahkan sejak tahun 130
masehi, namun dunia internasional mengakui bahwa peristiwa di Grand Cafe
inilah yang menandai lahirnya film pertama di dunia. Pelopornya adalah dua
bersaudara Lumiere Louis (1864-1948) dan Auguste (1862-1954). Lumiere
Bersaudara mempertunjukan cinematograph untuk pertama kalinya kepada
masyarakat Paris hanya dengan membayar 1 franc. Jadi hingga saat ini hal itulah
yang dianggap menjadi hari dimana sebuah sinema itu ada.
Keunggulan cinematograph (Lumiere) dibandingkan dengan alat perekam lain:
1. Gambar yang dihasilkan lebih tajam.
2. Intermittent movement (gerak sendat).
3. Fleksibel (kamera ringan & kecil)
Thomas A. Edison juga menyelenggarakan bioskop di New York pada 23
April 1896. Dan meskipun Max dan Emil Skladanowsky muncul lebih dulu di
Berlin pada 1 November 1895, namun pertunjukan Lumiere Bersaudara inilah
yang diakui kalangan internasional. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara
pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (Mei 1896), Jepang (1896-1897),
Korea (1903) dan di Italia (1905).
Dunia perfilman anak juga dimulai oleh Walter Elias Disney atau yang
lebih akrab disapa Walt Disney. Dia memulai mencoba membuat hiburan untuk
anak-anak pertama kali saat mencoba menghibur adik perempuannya, Ruth, yang
sedang sakit. Ia membuat gambar di sudut buku kecil yang pergerakannya
berubah secara perlahan. Lalu ketika ia membuka sudut buku itu secara cepat,
gambar-gambaar yang ia buat seolah-olah bergerak. Melihat adiknya terhibur, ia
mulai berpikir untuk membuat hiburan dalam bentuk gambar untuk anak-anak.
Berawal dari film “Alice in the Wonderland”, serial Mickey Mouse dan kawan-
kawan, hingga animasi Disney lainnya yang kita kenal sekarang, nama Walt
6

Disney dikenang dalam dunia hiburan anak-anak sampai rekannya membuat


Disney Land di Orlando, Amerika Serikat dan Hongkong. Sedangkan di Indonesia
sendiri, film pertamakali diperkenalkan pada 5 Desember 1900 di Batavia
(Jakarta). Pada masa itu film disebut “Gambar Idoep”. Pertunjukkan film pertama
digelar di Tanah Abang. Film adalah sebuah film dokumenter yang
menggambarkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan
pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal.
Sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk
merangsang minat penonton. Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada
tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke
dalam bahasa Melayu. Film cerita impor ini cukup laku di Indonesia. Jumlah
penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata
mengagumkan. Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film
cerita yang masih bisu. Agak terlambat memang. Karena pada tahun tersebut, di
belahan dunia yang lain, film-film bersuara sudah mulai diproduksi. Perubahan
dalam industri perfilman, jelas nampak pada teknologi yang digunakan. Jika pada
awalnya, film berupa gambar hitam putih, bisu dan sangat cepat, kemudian
berkembang hingga sesuai dengan sistem pengelihatan mata kita, berwarna dan
dengan segala macam efek-efek yang membuat film lebih dramatis dan terlihat
lebih nyata. Film tidak hanya dapat dinikmati di televisi, bioskop, namun juga
dengan kehadiran VCD dan DVD, film dapat dinikmati pula di rumah dengan
kualitas gambar yang baik, tata suara yang ditata rapi, yang diistilahkan dengan
home theater.
2.2 Perkembangan Perfilman
Perkembangan teknologi dan komputer menyebabkan industri perfilman
juga mengikuti perkembangan yang ada. Mulai dari film bisu, film hitam putih,
hingga film yang kita kenal seperti sekarang ini seperti film 2 dimensi (2D) dan 3
dimensi (3D). Dilihat dari cara pembuatannya, film produksi luar negeri seperti
20th Century Fox, Columbia Pictures, Dream Works SKG, Paramount Pictures,
Pixar Animation Studios, Sony Pictures Entertainment, Universal Studios, Walt
Disney Picture, lebih disukai baik di dalam negeri maupun luar negeri
7

dikarenakan beberapa faktor, yaitu ceritanya yang tidak membosankan, setting


yang menarik perhatian penonton, dan yang tak kalah pentingnya adalah efek
yang diberikan di setiap adegan film yang menambah film tersebut terlihat seperti
kenyataan.
2.2.1 Film 2 dimensi (2D)
Film 2D biasanya digunakan pada film kartun. Film ini memberikan
kelebihan dalam penayangan yaitu memiliki suara yang jernih, gambar lebih
halus, serta gambar yang telah di sensor hampir tidak terlihat. Kelemahannya
yaitu kualitas hasil proyeksinya lebih kecil daripada film biasanya, dimana layar
akan lebih kecil dikarenakan jika menggunakan layar lebih besar kualitasnya akan
semakin berkurang. Softwae animasi 2D biasanya digunakan untuk membuat
animasi tradisional dimana memiliki kemampuan dalam mengatur gerak,
menggambar, sebagian bisa mengimpor suara dan mengatur waktu. Software yang
digunakan yaitu Macromedia Flash, GIF Animation dan Corel Rave, Swish Max,
After Effects, Moho, CreaToon, dan ToonBoo. Contoh film 2D adalah Shincan,
Looney Toons, Pink Panther, Tom and Jerry, dan Scooby Doo.
2.2.2 Film 3 dimensi (3D)
Kualitas film 3D memberikan tayangan 3 dimensi atau terlihat lebih nyata
dengan menggunakan bantuan alat kacamata khusus. Jika tidak, gambar akan
terlihat blur atau buram. Kacamata yang sering digunakan pada format film 3D
adalah Red/Cyan dimana red (merah) di kiri dan cyan (biru) di kanan.
Kelemahannya adalah film format 3D tidak disertai dengan terjemahan
dikarenakan akan mengurangi kualitas film. Penggunaan kacamata dalam film 3D
hanya pada bioskop, sedangkan pada televisi tidak memerlukan kacamata.
Pada penayanagan film 3D, menggunakan dua proyektor
yaitu interlocking atau dengan menggunakan satu proyektor tapi memiliki dua
lensa. Beberapa merk proyektor yang sering digunakan pada sinema digital adalah
Barco, Sony, Kinoton, dan Christie. Berikut beberapa sistem penayangan sinema
digital pada film 3D:
1. Real D adalah sistem 3D yang digunakan karena efek 3D yang dihasilkan
akan terus stabil tidak akan mengurangi kualitas film jika ditonton pada
8

posisi kepala menunduk atau mendongak. Dikarenakan teknologi yang


dipakai menggunakan circular polarization yang terdapat pada lensa
kacamata dan perangkat yang berfungsi sebagai pengatur pencahayaan
yang terpasang di optic proyektor. Didepan lensa proyektor, Real D
memasang filter polarisasi. Silver screen merupakan layar khusus pada
sistem Real D.
2. Dolby 3D dengan menggunakan teknologi colorwheelyang terdapat
beberapa filter berwarna dengan fungsi mentransmisikan gambar dengan
macam-macam level gelombang cahaya berguna dalam menayangkan efek
gambar 3D. Pada Dolby 3D dipasang cakram spektrum warna didepan
lampu proyektor untuk memodifikasi proyektor digital.
3. IMAX 3D merupakan suatu perusahaan di bidang teknologi bioskop
dimana awalnya hanya ikut dalam penayangan serta pengambilan gambar
yang beresolusi lebih tinggi 35 mmpada format filmya yaitu 70 mm
proyektor untuk penayangan dan 65 mm film negatif pada kamera IMAX.
Perkembangan teknologi membuat kualitas gambar menjadi lebih baik dari
2K dalam 2 proyektor menjadi 4K dalam satu proyektor.
Teknologi Computer-Generated Imagery atau yang sering disebut dengan
CGI kan? Ya, teknologi visual effect ini, sering digunakan pada film-film
Hollywood, seperti The Avengers, Star Wars, Blade Runner 2049, dan masih
banyak lagi. Studio animasi, seperti Disney Pixar, Warner Bros, dan Dreamworks
juga membuat berbagai film animasinya menggunakan CGI. Sehingga film kartun
yang dihasilkan bukan hanya 2D, tapi juga 3D.
Penerapan CGI sebagai berikut :
1. Teknologi CGI
Aplikasi pembuatan film ini dikenal dengan nama CGI atau
Computer Generated Imagery dan juga beberapa software yang populer
dari aplikasi ini seperti Maya, Blender, Art of Illusion dll. CGI merupakan
penerapan bidang komputer grafis khususnya dalam bidang 3D untuk efek
khusus, iklan, program televisi maupun media cetak. Salah satu efek dari
aplikasi CGI adalah digital grading, dimana warna asli objek pada saat
9

shooting bisa dirubah sehingga sesuai dengan skenario. Contohnya adalah


dalam film The Lord of the Rings, pada wajah Sean Bean yang ketika
meninggal dibuat lebih pucat. Efek ini adalah murni efek komputerisasi
dari aplikasi CGI, digital grading, dan bukan efek makeup. Penggunaan
software ini memang sedikit banyak mempermudah pengambilan gambar
karena bisa dilakukan langsung bersamaan pada saat editing. Jika
menggunakan makeup akan ada waktu yang terbuang untuk menghapus
makeup dan menggantinya lagi.
Teknologi yang semakin canggih tentu membutuhkan biaya yang
juga tidak sedikit dan teknologi CGI ini tergolong teknologi yang cukup
mahal. Satu frame CGI biasanya dibuat berukuran 1,4–6 megapiksel dan
untuk membuat satu tokoh dengan adegannya saja biasanya dibutuhkan
waktu untuk rendering setiap frame 2-3 jam, bahkan bisa jauh lebih lama
jika membutuhkan sebuah adegan yang kompleks.
Cara sederhana untuk membuat efek pada suatu film, kita dapat
menggunakan 3DMax, lightwave, Cinema4D, Maya, atau software yang
gratis seperti Blender. Software tersebut sebenarnya merupakan software
3D modelling yang juga bisa untuk animasi. Selain software diatas ada
beberapa software yang memang khusus untuk keperluan animasi & visual
effect movie yaitu Vue, Bryce, Poser, dan DAZ Studio. Setelah animasi
dan visual effect selesai selanjutnya dilakukan kombinasi atau
penggabungan antara visual effect yang biasa disebut compositing.
Software yang digunakan memiliki kemampuan dan fasilitas yang canggih
dengan kualitas yang baik. Kelebihan dalam membuat objek 3D yaitu
dalam pemberian efek , pengaturan dan penyesuaian gerak, impor suara
dan video, serta yang lainnya. Beberapa software yang digunakan yaitu
dengan Apple Shake, Adobe After Effects, Autodesk Combustion, D2
Software Nuke, Eyeon Digital Fusion, Jahshaka, MAX Studio, Alias
Wave Front AMA, Light Wave, Poser (figure animation), Bryce
(landscape animation), dan Maya. Namun untuk hasil yang lebih real atau
nyata bisa menggunakan platform yang mengkombinasikan solusi
10

software & hardware. Platform tersebut bisa dengan Autodesk Inferno,


Autodesk Flame, dan Autodesk Flint.
2. Motion Capture
Teknologi Motion Capture atau MoCap telah digunakan di game
sejak zaman SEGA lho. Penggunaannya di lm sendiri, baru terjadi pada lm
The Lord Of The Rings: The Two Towers, untuk menciptakan karakter
Gollum yang dimainkan oleh Andy Serkis. Teknologi Motion Capture
sendiri akhirnya berhasil mendapat dorongan kuat, setelah kesuksesan
Avatar James Cameron pada tahun 2009, yang menghabiskan waktu 12
tahun untuk pra-produksi demi menyempurnakan kamera virtual untuk
teknologi MoCap ini.
3. Digital De-Aging
Di film Pirates of The Caribbean ada adegan di mana Jack Sparrow
versi muda muncul. Peran tersebut dimainkan oleh Johnny Depp.
Selanjutnya, ada film Captain America Civil War. Di sini pun, kalian
bakal menemukan adegan di mana Tony Stark versi remaja diperankan
Robert Downey Jr. Menuakan atau memudakan aktor sebenarnya bukan
hal baru. Karena sedari dulu, Hollywood udah melakukannya dengan
kombinasi make-up dan wig.
4. Digital Location
Kalau membangkitkan aktor dari kematian aja bisa, membangun
lokasi digital pastinya sudah kayak tepuk tangan saja sih. Ambil contoh
Avatar lagi deh. Di film ini, setiap adegan yang ber-setting di planet para
alien biru yang disebut Pandora, keseluruhannya diciptakan secara digital.
Pun begitu dengan angkasa luar di film Gravity. Nggak sampai di sini,
teknologi Digital Set rupanya juga bisa dipakai untuk memodifikasi lokasi
yang sudah ada lho. Sebut aja gedung Avengers di serialAvengers atau
gedung Oscorp di serial Amazing Spiderman.
Software pendukung yang biasa digunakan dalam pembuatan film
3D adalah sebagai berikut :
a. Adobe Premiere Pro 2.0
11

Adobe Premiere Pro 2.0 merupakan seri terbaru dari Adobe Premiere.
Adobe Premiere Pro 2.0 adalah salah satu program yang sangat
popular dalam dunia editing film. Program ini dibuat oleh perusahaan
software yang terkenal, yaitu Adobe. Adobe Premiere Pro 2.0 dibuat
untuk melakukan editing film dan juga untuk membuat animasi video
digital.
b. Adobe Photoshop 9.0
Adobe Photoshop 9.0 adalah Software Editing Image yang sangat
popular. Software ini dibuat dengan fitur lengkap sehingga
menghasilkan karya image yang lebih bagus dan handal.
c. 3D Studio Max 7.0
3D Studio Max adalah software grafik yang memadukan antara
Graphic Vector dengan Raster Image. Pemaduan ini bertujuan untuk
menghasilkan hasil rancangan Virtual Reality atau mendekati keadaan
yang sebenarnya.
d. Adobe After Effects 7.0
Adobe After Effects 7.0 adalah software yang digunakan untuk
membuat berbagai efek pada sebuah animasi.
Contoh film dengan menggunakan sistem animasi 3D adalah Bugs Life,
AntZ, Dinosaurs, Final Fantasy, Toy Story Series, Monster Inc., Finding Nemo,
The Incredible, Shark Tale, dan masih banyak lagi.
Pembuatan film 3D pada dasarnya bisa dibagi menjadi tiga jenis, live
action, animasi, dan konversi 2D ke 3D. Pembuatan film live
action membutuhkan dua tahapan: syuting dengan kamera 3D dan pasca produksi
(editing, colorgrading, mastering, dan sebagainya). Pembuatan animasi 3D
dianggap lebih sederhana dengan menggunakan kamera virtual di komputer dan
kesalahan efek 3D lebih bisa dihindari daripada pembuatan film 3D live action.
Konversi 2D ke 3D merupakan proses alternatif. Pengambilan gambar
dilakukan secara 2D namun dalam pasca produksi dilakukan keputusan bahwa
film juga diedarkan secara 3D. Proses konversi 2D ke 3D merupakan proses yang
sangat intensif karena dilakukan duplikasi semua frame film agar didapat gambar
12

ganda untuk mata kanan dan kiri sehingga biaya paska produksi membengkak.
Biasanya konversi dilakukan terhadap film-film lama yang dirilis ulang ke format
3D seperti Nightmare Before Christmas dan Titanic(90an).
Biasanya proses pengambilan gambar (optik atau digital)
memerlukan dual camera rig. Ada dua macam rig 3D yang umum yaitu side by
side dan mirror rig. Side by side rig adalah penempatan dua kamera identik secara
berdampingan. Sistem ini lebih sederhana dibandingkan sistem mirror rig namun
mempunyai kelemahan. Rig ini hanya ideal untuk kamera kecil. Pada kamera
besar jarak kedua kamera menjadi terlalu dekat hingga bisa muncul masalah:
interocular/interaxial (perspektif paralel jarak kedua lensa dari kedua kamera)
tidak bisa cukup kecil untuk shot close up. Akibatnya kedalaman gambar
terdistorsi memanjang.
Mirror rig berhasil mengatasi masalah itu namun mempunyai kelemahan
lain: polarisasi gambar; pantulan atau refleksi pada sebuah objek di satu mata
tidak ditemukan di mata lain. Problem ini bisa dikoreksi dengan menggunakan
filter polarizer di lensa yang terdapat pantulan. Akibatnya cahaya yang masuk ke
kamera berubah.
Selain menggunakan dual camera rig, ada pilihan ketiga, yaitu dengan
menggunakan satu kamera dengan sistem dua lensa. Panasonic merupakan
perusahaan pertama yang membuat kamera video digital berkualitas resolusi HD
dengan dua lensa untuk membuat film 3D. Kamera ini menjadi alternatif bagi
orang yang mau membuat film 3D dengan bujet lebih murah karena hanya
menggunakan satu kamera. Kabarnya kamera ini digunakan pertama kali untuk
membuat film Sex and Zen 3D: Extreme Ecstacy (Hongkong, 2011), yang
merupakan film semi porno 3D pertama di dunia yang dibuat dengan teknologi
digital.
Selain memilih sistem kamera yang cocok, ada dua metode yang harus
diperhatikan gambar 3D yaitu parallel dan convergence. Parallel adalah cara
mengambil dua gambar dari kamera yang perspektifnya paralel lurus ke depan.
Cara ini adalah cara yang sangat aman namun memerlukan usaha dan waktu
banyak dalam penanganan paska produksi. Convergence, adalah cara
13

menyilangkan perspektif kedua kamera sehingga kamera kanan mengambil


gambar ke kiri sedang kamera kiri mengambil gambar ke kanan. Hasil dari
pengambilan gambar ini lebih gampang diolah di tahap pasca produksi namun
apabila terjadi over-convergence (penyilangan berlebihan), hasil syuting sulit
untuk diproses menjadi gambar 3D yang baik.
Pengerjaan pasca produksi untuk film 3D membutuhkan perangkat yang
mendukung materi 3D. Alat-alat yang dimaksud adalah display monitor atau
proyektor, sistem color grading, dan online editing/special effect.
Monitor atau proyektor yang digunakan harus memiliki kemampuan untuk
melihat gambar film 3D. Ada dua jenis sistem yang bisa digunakan, aktif dan
pasif. Sistem aktif adalah dengan menggunakan kacamata 3D dari LCD (Liquid
Crystal Display) yang secara berganti-gantian berkedip-kedip antara mata kanan
dan kiri. Kaca mata ini merupakan perangkat elektronik yang terkoneksi dengan
infra merah ke display monitor. Selain mahal, kaca mata ini membutuhkan tenaga
baterai dan biasanya hanya dijual sebagai satu set dengan alat display merek yang
sama dan umumnya tidak kompatibel dengan monitor atau proyektor 3D merek
lain. Sementara sistem pasif menggunakan kaca mata polarized 3D biasa yang
tidak mahal haganya dan bisa dipakai dengan display monitor atau sistem
proyektor 3D profesional merek apa saja.
Berbagai merek alat color-grading maupun online editing di masa
sekarang memiliki fitur untuk pengerjaan film 3D yaitu kemampuan untuk
mengerjakan dua track gambar untuk mata kanan dan mata kiri dengan mengatur
axis x, y, dan z (sistem koordinat Cartesian). Pada pengerjaan film 2D, pengaturan
dimensi gambar direpresentasikan dengan menggunakan fitur axis x dan y yang
merepresentasikan panjang dan tinggi gambar film. Sedang untuk pengerjaan film
3D ditambahkan axis y yang mengatur depth (kedalaman persepektif) untuk
mendapatkan efek tiga dimensi. Quantel Pablo merupakan salah satu contoh
merek gabungan sistem color-grading dan online editing yang pertama keluar.
Beberapa merek alat terkenal lain juga sekarang memiliki model terbaru dengan
fitur untuk 3D seperti Scratch, Davinci Resolve, Autodesk, Nuke, dan sebagainya.
14

Penayangan film 3D di bioskop digital memerlukan dua


proyektor interlocking atau satu proyektor dengan dua lensa. Merek-merek
proyektor terkenal yang biasa digunakan untuk sinema digital adalah Christie,
Barco, Sony, dan Kinoton. Selain itu diperlukan alat untuk mengatur agar
proyektor optik bisa memutar film 3D. Ada beberapa merek terkenal yang
membuat peralatan ini seperti RealD, Dolby 3D, dan IMAX 3D. Real D
merupakan sistem 3D bioskop yang paling banyak digunakan pada saat ini karena
efek tiga dimensi yang dihasilkan tetap stabil walaupun penonton melihat dalam
posisi kepala mendongak atau menunduk. Ini disebabkan karena
teknologi circular polarization yang ada di lensa kaca mata dan sebuah perangkat
untuk mengatur pencahayaan yang dipasang di proyektor optik. Selain itu dari
faktor ekonomis, harga kaca mata circular polarization lebih murah daripada kaca
mata berteknologi lain seperti LCD.
Dolby 3D memakai teknologi colorwheel yang memiliki sejumlah filter
berwarna yang berfungsi mentransmisikan gambar dengan berbagai level
gelombang cahaya untuk menampilkan efek gambar 3D. Metode ini
disebut wavelength multiplex visualization. Kaca mata untuk sistem Dolby 3D
lebih mahal dari buatan RealD dan rapuh. Namun kelebihan Dolby 3D dibanding
kompetitor seperti RealD adalah bisa berfungsi di proyektor konvensional.
IMAX 3D adalah perusahaan di bidang teknologi bioskop yang awalnya
berkecimpung dalam pengambilan gambar dan penayangan film dengan format
film resolusi lebih tinggi dari 35mm, yaitu 65mm film negatif dengan kamera
IMAX dan 70mm proyektor IMAX untuk penayangan. Karena resolusi yang
dihasilkan sistem ini besar maka ukuran layar bioskop IMAX berukuran sangat
besar dibandingkan di bioskop konvensional. IMAX sudah terlibat dalam
penanganan 3D sejak zaman analog dengan membuat proyektor untuk copy film
70mm dengan dua lensa yang berjarak 64mm (jarak rata-rata antara kedua mata
manusia). Ketika IMAX mulai menggunakan teknologi digital di tahun 2008,
mereka mendapatkan bahwa resolusi yang dihasilkan oleh dua proyektor 2K tidak
bisa menyamai kualitas print 70mm analog. Mereka menemukan bahwa kualitas
gambar dari dua proyektor 2K tetap lebih rendah dari satu proyektor 4K.
15

Semenjak 2012, IMAX bekerja sama dengan Barco menghasilkan dua buah
proyektor 4K dan menurut laporan hasilnya cukup bagus.
2.2.3 Film 4 Dimensi
Sebagian industri perfilman sedang merilis film 4 dimensi (4D) yaitu
dimana si penonton benar-benar merasakan seakan dia sedang berada pada latar
film tersebut ditambah dengan pergerakan kursi dan efek yang ditumbulkan dari
ruangan tersebut yang menyebabkan penonton benar-bernar bergerak ke segala
arah. Film 4 dimensi di Indonesia pernah di putar di Dunia Fantasi, Jakarta
beberapa tahun yang lalu. Film tersebut menceritakan tentang seekor berunag
kutub kecil yang terpisah dengan induknya akibat melelehnya es di kutub karena
suhu di kutub semakin memanas. Efek ruangan yang ditimbulkan adalah
semprotan air seakan-akan penonton merasakan cipratan air saat bongkahan es
jatuh di hadapan mereka. Kemudian kursi digerakkan mengikuti arah bongkahan
es yang bergerak seakan-akan penonton berada di bongkahan es yang mengarungi
lautan luas.
2.3 Pengertian Perfilman
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu
tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134). Pesan film pada komunikasi massa dapat
berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya
sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan
dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang –
lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan,
percakapan dan sebagainya.
Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap
massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar
dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak
dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat
menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan
dapat mempengaruhi audiens.
16

Dewasa ini terdapat berbagai ragam film, meskipun cara pendekatannya


berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik
perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain itu,
film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik
yang seluas-luasnya.
Pada dasarnya film dapat dikelompokan ke dalam dua pembagian dasar,
yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain menggolongkan menjadi
film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan
cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film
cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukan di bioskop dengan harga karcis
tertentu atau diputar di televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film non
cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam
kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan.
Dalam perkembangannya, film cerita dan non cerita saling mempengaruhi
dan melahirkan berbagai jenis film yang memiliki ciri, gaya dan corak masing-
masing. Seperti halnya dengan film Pendekar Awan dan Angin yang saat ini
dibahas penulis, film ini termasuk film cerita karena ceritanya dikarang yang
dipertunjukan ditelevisi dengan dukungan iklan.
Film cerita agar tetap diminati penonton harus tanggap terhadap
perkembangan zaman, artinya ceritanya harus lebih baik, penggarapannya yang
profesional dengan teknik penyuntingan yang semakin canggih sehingga penonton
tidak merasa dibohongi dengan trik-trik tertentu bahkan seolah-olah justru
penonton yang menjadi aktor/aktris di film tersebut.
Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran dan proses teknis, yaitu
berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang digarap, sedangkan proses teknis
berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita
menjadi film yang siap ditonton.
2.4 Jenis-jenis Film
2.4.1 Film Horor
17

Film jenis ini biasanya bercerita tentang hal-hal mistis , supranatural,


berhubungan dengan kematian, atau hal-hal di luar nalar yang lain. Film horor ini
memang dibuat menyeramkan agar pentonton ketakutan dan merasa ngeri.
2.4.2 Film Drama
Film dengan kategori ini termasuk lebih ringan dibanding dengan film
horor. Umumnya bercerita tentang suatu konflik kehidupan. Macam- macam film
drama bisa kita kategorikan sesuai dengan tema atau ide ceritanya.
2.4.3 Film Romantis
Film yang berkisah tentang konflik percintaan antar manusia. Contohnya
adalah Romeo and Juliet (1968).
2.4.4 Film Drama Keluarga (Family)
Film ini umumnya memiliki kisah yang cukup ringan, ide cerita dan
konfliknya mudah diselesaikan. Film jenis ini juga cocok untuk ditonton anak
kecil.
2.4.5 Film Kolosal
Kolosal sendiri berarti luar biasa besar. Film jenis ini umumnya diproduksi
dengan dana yang sangat banyak dan melibatkan banyak sekali pemain, mulai dari
pemeran utama sampai figuran. Biasanya, film kolosal hampir selalu bertema
sejarah atau zaman kuno yang menampilkan adegan peperangan besar-besaran.
Contohnya adalah Gladiator (2000) dan The Last Samurai (2003).
2.4.6 Film Thriller
Tak sedikit yang mengkategorikan film thriller sebagai film horor, hal ini
mungkin dikarenakan film thriller sama-sama membuat jantung berdebar seperti
saat menonton film horor. Bedanya, film thriller tidak berkisah tentang sesuatu
yang mistik atau supranatural yang menjadi ciri khas film horor. Film thriller
sendiri dapat diartikan sebagai film yang mendebarkan. Macam-macam film
thriller yang banyak beredar biasanya berkisah tentang petualangan hidup
seseorang atau pengalaman buruk tertentu yang kadang berkaitan dengan
pembunuhan.
2.4.7 Film Fantasi
18

Tema atau konflik dari film jenis ini tak terlalu berbeda dengan jenis film
yang lain. Yang paling membedakan film fantasi dengan film lain adalah setting
atau latar belakang serta karakter tokoh unik, yang tidak ada di dunia nyata.
Setting waktu film fantasi biasanya masa lampau atau masa depan, tapi ada juga
yang bersetting masa sekarang. Contohnya adalah Harry Potter yang populer.
2.4.8 Film Komedi
Sama seperti film fantasi, inti film komedi bisa sama dengan jenis film lain.
Yang berbeda adalah adanya unsur komedi atau kelucuan yang bisa membuat
penonton tertawa.
2.4.9 Film Misteri
Film misteri adalah film yang mengandung unsur teka-teki. Film jenis ini
cukup banyak peminatnya karena alur film yang tidak mudah untuk ditebak. Para
penonton pun dipastikan betah mengikuti cerita karena jawaban teka-teki akan
disuguhkan di akhir film.
2.4.10 Film Action/Laga
Seperti namanya, film ini mengandung aksi-aksi yang menegangkan.
Biasanya ada banyak adegan perkelahian, saling kejar-kejaran, atau aksi
menggunakan senjata api.
2.4.11 Sci Fi ( Science Fiction )
Sebenarnya Sci-Fi mencakup tema- tema yang luas dan mempunyai
subgenre-subgenre yang mengakibatkan sulit untuk didefinisikan secara jelas. Sci-
Fi sendiri adalah salah satu genre dari cerita fiksi (fiction) yang mempunyai ciri
khusus yaitu elemen imajinasinya berkaitan erat dan mempunyai kemungkinan
untuk dijelaskan menggunakan science atau kemajuan teknologi yag berdasarkan
pada hukum alam yang dituangkan pada postulat-postulat science.
2.5 Langkah Membuat Film.
Langkah yang harus ditempuh untuk membuat sebuah film harus melewati
beberapa langkah untuk tahapan proses pembuatan film agar bisa selesai. Berikut
adalah tahapan yang harus ditempuh :
2.5.1 Tahap Pra Produksi
a. Menganalisa Ide Cerita
19

Sebelum membuat cerita film, kita harus menentukan tujuan


pembuatan film. Jika tujuan telah ditentukan maka semua detail cerita
dan pembuatan film akan terlihat dan lebih mudah. Jika perlu diadakan
observasi dan pengumpulan data.
Bisa dengan membaca buku, artikel atau bertanya langsung
kepada sumbernya. Ide film dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber antara lain:
Pengalaman pribadi penulis yang menghebohkan. Percakapan
atau aktivitas sehari-hari yang menarik untuk di film kan. Cerita rakyat
atau dongeng. Biografi seorang terkenal atau berjasa. Adaptasi dari
cerita di komik, cerpen, atau novel. Dari kajian musik, dll
b. Menyiapkan Naskah Skenario
Jika penulis naskah sulit mengarang suatu cerita, maka dapat
mengambil cerita dari cerpen, novel atau pun film yang sudah ada
dengan diberi adaptasi yang lain. Setelah naskah disusun maka perlu
diadakan Break down naskah. Break down naskah dilakukan untuk
mempelajari rincian cerita yang akan dibuat film.
c. Merekrut Pekerja Film
Menyeleksi kru dari tiap departemen. Menentukan kru dari hasil
show reel (report produksi). Menetapkan komposisi kru berdasarkan
anggaran. Menyusun tim produksi.
1. Tim Non Artistik yang meliputi :
- Executive Producer
- Line Producer
- Production Manager dan Unit Manager
2. Tim Artistik yang meliputi
Sutradara, Asisten Sutradara dan Pencatat Skrip Penata
Kamera, Asisten Kamera dan Still Photo Penata Artistik, Penata
Rias dan Busana
Penata Lampu Penata Suara da Penata Musik Penata Editing
Menyusun Jadwal dan Budgeting.
20

Jadwal disusun secara rinci dan detail, kapan, siapa saja,


biaya dan peralatan apa saja yang diperlukan, dimana serta batas
waktunya. Termasuk jadwal pengambilan gambar juga, scene dan
shot keberapa yang harus diambil kapan dan dimana serta artisnya
siapa. Lokasi sangat menentukan jadwal pengambilan gambar. Hal-
hal yang perlu diperhatikan saat menyusun alokasi biaya:
Penggandaan naskah skenario film untuk kru dan pemain.
Penyediaan kaset video. Penyediaan CD blank sejumlah yang
diinginkan.
Penyediaan property, kostum, make-up. Honor untuk pemain,
konsumsi.
Akomodasi dan transportasi. Menyewa alat jika tidak tersedia.
d. Hunting Lokasi
Memilih dan mencari lokasi/setting pengambilan gambar
sesuai naskah. Untuk pengambilan gambar di tempat umum biasanya
memerlukan surat ijin tertentu. Akan sangat mengganggu jalannya
shooting jika tiba-tiba diusir dipertengahan pengambilan gambar
karena tidak memiliki ijin.
Dalam hunting lokasi perlu diperhatikan berbagai resiko
seperti akomodasi, transportasi, keamanan saat shooting, tersedianya
sumber listrik, dll. Setting yang telah ditentukan skenario harus
betul-betul layak dan tidak menyulitkan pada saat produksi. Jika
biaya produksi kecil, maka tidak perlu tempat yang jauh dan
memakan banyak biaya.
e. Menyiapkan kostum dan Property
Memilih dan mencari pakaian yang akan dikenakan tokoh cerita
beserta propertinya. Kostum dapat diperoleh dengan mendatangkan
desainer khusus ataupun cukup membeli atau menyewa namun
disesuaikan dengan cerita skenario. Kelengkapan produksi menjadi
tanggung jawab tim property dan artistik.
f. Menyiapkan Peralatan
21

Untuk mendapatkan hasil film/video yang baik maka diperlukan


peralatan yang lengkap dan berkualitas. Peralatan yang diperlukan
antara lain :
- Clipboard.
- Proyektor.
- Lampu.
- Kabel Roll.
- TV Monitor.
- Kamera video S-VHS atau Handycam.
- Pita/Tape.
- Mikrophone clip-on wireless.
- Tripod Kamera.
- Tripod Lampu.

g. Casting Pemain
Memilih dan mencari pemain yang memerankan tokoh dalam cerita
film. Dapat dipilih langsung atau pun dicasting terlebih dahulu.
Casting dapat diumumkan secara luas atau cukup diberitahu lewat
rekan-rekan saja. Pemilihan pemain selain diperhatikan dari segi
kemampuannya juga dari segi budget/pembiayaan yang dimiliki.
2.6 Tahap Produksi
Tahap Produksi adalah proses yang paling menentukan keberhasilan
penciptaan sebuah karya film. proses yang dalam kata lain bisa disebut dengan
shooting (pengambilan gambar) ini dipimpin oleh seorang sutradara, orang yang
paling bertanggung jawab dalam proses ini. orang yang ikut dalam proses ini
antara lain kameraman atau DOP (Director Of Photography) yang mengatur
cahaya, warna, dan merekam gambar. Artistik yang mengatur set, make up,
wardrobe dan lain sebagainya. dan Soundman yang merekam suara.
Tahapan ini dimana hampir seluruh team work mulai bekerja. Seorang
sutradara, produser atau line produser sangat dituntut kehandalannya untuk
22

mengatasi kru dalam tiap tahap ini. Beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan adalah :
2.6.1 Manajemen Lapangan
Manajemen lapangan mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Manajemen lokasi ( perijinan, keamanan, keselamatan )
2. Talent koordinasi ( koordinasi kostum, make up dll )
3. Manajemen waktu ( koordinasi konsumsi, kecepatan kerja, penyediaan alat
)
4. Crew koordinasi ( koordinasi para kru )
Attitude dalam bekerja merupakan hal yang sangat penting. Kesabaran,
pengertian dan kerjasama merupakan attitude yang diperlukan untuk mencapai
sukses. Berdoa sebelum bekerja dan briefing sebelum memulai merupakan hal
yang baik untuk menyatukan semangat, visi dan attitude yang diinginkan. Jangan
pernah kehilangan control emosi pada saat syuting. Apalagi semua bekerja dengan
keterbatasan waktu.
2.6.2 Shooting
Tahap ini adalah tahap dimana kepiawaian sutradara, DOP, dan kru sangat
menentukan. Kualitas gambar adalah selalu ingin kita capai. Oleh karena itu
penguasaan kamera dan ligthing sangatlah penting. Untuk mencapai hasil
maksimal dengan alat yang kita gunakan, ada beberapa hal yang harus kita
ketahui.
1. Shooting Outdoor
Shooting outdoor biasa menekan budget, namun harus berhati-hati
melakukannya karena sangat bergantung dari keadaan cuaca saat syuting
dilakukan. Beberapa yang harus dipersiapkan saat syuting outdoor adalah :
- cahaya matahari ( hard, soft )
- reflector ( silver, gold )
- hujan buatan
- camera setting ( irish, speed, white balance, focus)
- crowd control ( working with ekstras )
2. Shooting Indoor
23

Shooting indoor lebih cepat terkontrol daripada shooting outdoor, namun


dibutuhkan peralatan yang cukup lengkap. Antara lain :
- penggunaan lighting sederhana
- penggunaan filter
- make up
- pemilihan back ground
- monitor
3. Visual Efek
Beberapa trik mudah untuk dilakukan untuk membuat video kelihatan
lebih menarik antara lain dengan :
- reserve motion
- fast motion ( normal lipsync )
- slow motion (normal lipsync )
- crhoma key ( blue screen )

2.6.3 Tata Setting


Set construction merupakan bangunan latar belakang untuk keperluan
pengambilan gambar. Setting tidak selalu berbentuk bangunan dekorasi tetapi
lebih menekankan bagaimana membuat suasana ruang mendukung dan
mempertegas latar peristiwa sehingga mengantarkan alur cerita secara menarik.
2.6.4 Tata Suara
Untuk menghasilkan suara yang baik maka diperlukan jenis mikrofon yang
tepat dan berkualitas. Jenis mirofon yang digunakan adalah yang mudah dibawa,
peka terhadap sumber suara, dan mampu meredam noise (gangguan suara) di
dalam dan di luar ruangan.
2.6.5 Tata Cahaya
Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya
kualitas teknik film tersebut. Seperti fotografi, film juga dapat di ibaratkan
melukis dengan menggunakan cahaya. Jika tidak ada cahaya sedikitpun maka
kamera tidak akan dapat merekam objek.
24

Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan


perbandingan Hi light (bagian ruang yang paling terang) dan shade (bagian yang
tergelap) agar tidak terlalu tinggi atau biasa disebut hight contrast. Sebagai contoh
jika pengambilan gambar dengan latar belakang lebih terang dibandingkan dengan
artist yang sedang melakukan acting, kita dapat gunakan reflektor untuk
menambah cahaya.
Reflektor dapat dibuat sendiri dengan menggunakan styrofoam atau
aluminium foil yang ditempelkan di karton tebal atau triplek, dan ukurannya
disesuaikan dengan kebutuhan.
Perlu diperhatikan karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera
yang digunakan. Lebih baik sesuai ketentuan buku petunjuk kamera minimal
lighting yang disarankan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka gambar
akan terihat seperti pecah dan tampak titik-titik yang menandakan cahaya under.
Perlu diperhatikan juga tentang standart warna pencahayaan film yang
dibuat yang disebut white balance. Disebut white balance karena memang untuk
mencari standar warna putih di dalam atau di luar ruangan, karena warna putih
mengandung semua unsur warna cahaya.
2.6.6 Tata Kostum
Pakaian yang dikenakan pemain disesuaikan dengan isi cerita. Pengambilan
gambar dapat dilakukan tidak sesuai nomor urut adegan, dapat meloncat dari
scene satu ke yang lain. Hal ini dilakukan agar lebih mudah, yaitu dengan
mengambil seluruh shot yang terjadi pada lokasi yang sama. Oleh karenanya
sangat erlu mengidentifikasi kostum pemain. Jangan sampai adegan yang terjadi
berurutan mengalami pergantian kostum. Untuk mengantisipasinya maka sebelum
pengambilan gambar dimulai para pemain difoto dengan kamera digital terlebih
dahulu atau dicatat kostum apa yang dipakai. Tatanan rambut, riasan, kostum dan
asesoris yang dikenakan dapat dilihat pada hasil foto dan berguna untuk shot
selanjutnya.
2.6.7 Tata Rias
Tata rias pada produksi film berpatokan pada skenario. Tidak hanya pada
wajah tetapi juga pada seluruh anggota badan. Tidak membuat untuk lebih cantik
25

atau tampan tetapi lebih ditekankan pada karakter tokoh. Jadi unsur manipulasi
sangat berperan pada teknik tata rias, disesuaikan pula bagaimana efeknya pada
saat pengambilan gambar dengan kamera. Membuat tampak tua, tampak sakit,
tampak jahat/baik, dll.
2.7 Tahap Pasca Produksi
2.7.1 Proses Editing
Proses editing merupakan usaha merapikan dan membuat sebuah tayangan
film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam kegiatan ini seorang editor
akan merekonstruksi potongan-potongan gambar yang diambil oleh juru kamera.
Tugas editor antara lain sebagai berikut:
1. Menganalisis skenario bersama sutradara dan juru kamera mengenai
kontruksi dramatinya.
2. Melakukan pemilihan shot yang terpakai (OK) dan yang tidak (NG) sesuai
shooting report.
3. Menyiapkan bahan gambar dan menyusun daftar gambar yang
memerlukan efek suara.
4. Berkonsultasi dengan sutradara atas hasil editingnya.
5. Bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan semua materi gambar
dan suara yang diserahkan kepadanya untuk keperluan editing.
2.7.2 Review Hasil Editing
Setelah film selesai diproduksi maka kegiatan selanjutnya adalah
pemutaran film tersebut secara intern. Alat untuk pemutaran film dapat
bermacam-macam, dapat menggunakan VCD/DVD player dengan monitor TV,
ataupun dengan PC (CD-ROM) yang diproyeksikan dengan menggunakan LCD
(Light Computer Display). Pemutaran intern ini berguna untuk review hasil
editing.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Film adalah media komunikasi yang bersifat audi visual untuk
menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang di suatu tempat tertentu.
Pesan film pada komunikasi masa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi
film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan,
baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.pesan dalam film adalah
menggunakan mekanisme lambing-lambang yang ada pada pikiran manusia
berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan, dan sebagainya.
Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap masa
yang menjadi sasarannya. Karena sifatnya yang audio visual (gambar dan suara
yang hidup). Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam
waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus
ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat
mempengaruhi audiens.
3.2 Saran
Setelah saya menyimak dan mempelajari film-film Indonesia, sekarang
sudah jarang sekali yang mengenai pendidikan moral. Maka dari itu diharapkan
dengan saya membuat makalah ini, aka nada penerus bangsa yang mebuat film
layar lebar yang terdapat pendidikan moral.

26
27

DAFTAR PUSTAKA
http://susanpinter.blogspot.com/2011/06/sejarah-film.html
https://husnun.wordpress.com/2011/04/27/film-sebagai-bagian-dari-media-massa
http://jurnalapapun.blogspot.com/2014/03/film-sebagai-media-komunikasi-
massa.html

Anda mungkin juga menyukai