Anda di halaman 1dari 10

SISTEM INFORMASI

PENDIDIKAN PANCASILA
DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
( PENDIDIKAN PANCASILA )

Dosen Pengampu :
Ryan Prayogi, M .Pd

DISUSUN OLEH :

Mutiara Nurafrilia Br Siregar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA

UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

03 Oktober , 2022
BAB I
PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat danrahmat-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat
diselesaikan denganbaik dan lancar.Adapun maksud penulisan makalah ini adalah sebagai salah satutugas mata kuliah
pendidikan pancasila .Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah inimasih banyak kekurangan, baik
mengenai materi, mutu, penggunaan bahasa maupun cara penyajiannya. Maka saya mohon saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata saya berharap semoga penulisan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya Gerakan G30S/PKI.

Argumentasi itu didasarkan atas perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk merebut
kemerdekaannya. Berbagai perjuangan bersenjata telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menolak
dominasi dan kekuasaan asing di wilayah Nusantara. Sepanjang lebih dari tiga abad terjadi konflik berdarah
antara penguasa lokal Nusantara dengan pihak asing. Konflik terjadi karena penguasa lokal Nusantara
menolak dominasi dan kekuasaan asing di wilayah Nusantara. Pada sisi lainnya, pihak asing mencoba
memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan kekayaan alam dan tenaga kerja bangsa Indonesia. Konflik
semacam itu terjadi semenjak kedatangan Barat di Nusantara, mulai dari ujung barat sampai ujung timur
Indonesia. Semuanya itu menunjukkan perjuangan dan upaya bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari
belenggu penjajahan dan upaya untuk menempatkan dirinya sejajar dengan bangsa lain.
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN................................................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................................................4
PENBAHASAN...................................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN TENTANG GERAKAN G30s / PKI................................................................................................4
1. Dari Jurnal Pertama..................................................................................................................................................4
2. Dari Jurnal Kedua.....................................................................................................................................................5
3. Dari Jurnal Ketiga.....................................................................................................................................................5
BAB III...............................................................................................................................................................................7
PENUTUP.......................................................................................................................................................................... 7
KESIMPULAN............................................................................................................................................................7
SARAN........................................................................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................................8
BAB II
PENBAHASAN

PEMBAHASAN TENTANG GERAKAN G30s / PKI


1. Dari Jurnal Pertama
Gerakan 30 September 1965 (disebut juga Gestapu atau Gestok) adalah sebuah peristiwa yang terjadi
selewat malam pada tanggal 30 September sampai awal bulan selanjutnya (1 Oktober) ketika tujuh perwira
tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta. PKI dipercaya
sebagai dalang di balik penculikan dan pembunuhan tersebut demi merebut kekuasaan pemerintahan yang
ada dan mengganti ideologi Pancasila dengan Komunisme pada tahun 1965 (Masrina, 2018).

Film sebagai media massa bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru dengan fungsi yang
jarang, kemudian berubah menjadi alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua,
menawarkan konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian
bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan.
Pencirian film sebagai ‘bisnis pertunjukan’ bagi pasar yang meluas memiliki tiga elemen penting lainnya
dalam sejarah film. Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangatlah signifikan, terutama jika
diterapkan untuk tujuan nasional dan kebangsaan, berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil,
dampak emosional, dan popularitas. Dua elemen lain dalam sejarah film adalah munculnya beberapa sekolah
seni film (Huaco, 1963) dan munculnya gerakan film dokumenter. Film semacam ini berbeda dari yang
umum karena memiliki daya tarik bagi minoritas atau memiliki elemen realisme yang kuat (atau keduanya).
Keduanya memiliki hubungan, sebagian tidak disengaja dengan film sebagai propaganda karena keduanya
cenderung muncul pada saat adanya krisis sosial (Dennis McQuail, 2011).

Pada 7 Agustus 1945 atas persetujuan Komando Tertinggi Jepang Jendral Terauchi di Saigon
dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepangnya Dokuritsu Tyumbi
Iinkai. Soekarno diangkat sebagai ketua, sedangkan M. Hatta bertindak sebagai wakil ketua. PPKI ini mulai
bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945. Tugasnya adalah menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
kemerdekaan, terutama mengenai UUD yang rancangannya telah ada, dan akan diserahkan kepada PPKI
untuk diterima dan disahkan (Juniarto, 1996: 25; The Liang Gie, 1993: 26). Para anggota PPKI diizinkan
untuk melakukan kegiatannya menurut pendapat dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri, tetapi mereka
diwajibkan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. (1) Syarat pertama untuk mencapai kemerdekaan ialah
menyelesaikan perang yang sekarang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia; karena itu bangsa Indonesia
harus mengerahkan tenaga sebesar-besarnya, dan bersama-sama dengan pemerintah Jepang meneruskan
perjuangan untuk memperoleh kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya. (2) Negara Indonesia itu
merupakan anggota lingkungan kesemakmuran bersama di Asia Timur Raya, maka cita-cita bangsa
Indonesia itu harus disesuaikan dengan cita-cita pemerintah Jepang yang bersemangat Hakko-Iciu
(Poesponegoro &

Di Madiun terjadi demonstrasi besarbesaran pada Rabu, 30 September 2015, demo dilakukan oleh
beberapa organisasi yang tergabung dalam perkumpulan Gerakan Bela Negara diantara organisasi yang hadir
adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
KAHMI, Pelajar Islam Indonesia (PII), BEM di berbagai fakultas berbagai perguruan tinggi, Pemuda
Muhammadiyah, dan sejumlah LSM. Selain orasi yang menyebutkan, tidak ada tempat bagi komunis di
NKRI”, selain itu di tulis dalam Baliho “Ganyang PKI, Tegakkan Pancasila...”, PKI No.....Pancasila Yes,
NKRI Harga Mati. Dalam pernyataan sikap, diantaranya GBN meminta DPR, MPR dan pemerintah
mempertahankan TAP MPRS No XXV tahun 1966 tentang larangan Ajaran Marxisme/Leninisme dalam
segala bentuk. Laksanakan Undangundang Nomor 27 Tahun 1999 tentang keamanan negara dengan
melarang penyebaran ajaran komunisme.

2. Dari Jurnal Kedua

sebanyak 16 responden menyatakan bahwa komunisme identik dengan Partai Komunis Indonesia
(PKI). Pada masa kejayaannya, PKI dengan jumlah anggota sebanyak 3 juta orang ditambah 17 juta
pengikut yang menjadi anggota organisasi pendukungnya, menjadikan PKI sebagai partai terbesar di
masa tersebut (Muhadam & Teguh, 2015). Selain itu, PKI juga populer karena Peristiwa Gerakan 30
September 1965 beserta pelarangan partai dan paham komunis pasca peristiwa tersebut.

Sebanyak 15 responden setuju bahwa komunisme identik dengan prinsip masyarakat tanpa kelas
sosial (Maunah, 2015) dan perasaan sama rata sama rasa. Sebanyak 10 responden menjawab
pengetahuannya tentang komunisme identik dengan Karl Marx, seorang filsuf dialektika dan historikal
materialisme, sekaligus penggagas sosialisme, yang kemudian berkembang menjadi Marxisme-
Leninisme yang akrab kita sebut sekarang ini sebagai komunisme (Nazsir, 2001).

Sedangkan pada urutan bawah, sebanyak 3 responden menyatakan bahwa komunisme


identik dengan hal biadab. Hal ini masuk akal apabila menilik kembali bahwa sejarah komunisme di
Indonesia penuh dengan pertumpahan darah, ditambah dengan gambaran pada film bahwa peristiwa
Gerakan 30 September penuh dengan kekerasan dan ketidakmanusiawian. Pada urutan terakhir,
atau sebanyak 2 responden menyatakan pengetahuan mereka tentang komunisme ialah keterkaitannya
dengan ateisme, sebagaimana dikatakan bahwasanya agama menjadi tanda keterasingan manusia dari
dirinya sendiri. Agama adalah keluhan mahluk yang tertekan, perasaan dunia tanpa hati,
sebagaimana ia adalah suatu roh zaman yang tanpa roh, ia adalah candu rakyat (Permata, 2015). Hal ini
menjadikan penafsiran khalayak tentang komunisme adalah ideologi yang sarat akan ateisme.

3. Dari Jurnal Ketiga

Dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia berarti bangsa Indonesia telah menyatakan


kemerdekaannya secara formal, baik kepada dunia internasional maupun kepada Bangsa Indonesia sendiri,
bahwa mulai saat itu Bangsa Indonesia telah merdeka. Merdeka berarti bahwa mulai saat Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Sementara itu, tokoh-tokoh lainnya baik golongan tua maupun kelompok
pemuda menunggu di serambi muka. Soekarno yang menuliskan konsep Proklamasi pada secarik kertas,
sedangkan M. Hatta dan Ahmad Subardjo menyumbangkan pikiran secara lisan (Notosusanto, 1976: 11).
Akhirnya menjelang subuh Soekarno bertiga menemui mereka yang sudah menunggu di serambi muka.
Pada saat itu, Soekarno mengajak mereka semua bersama-sama menandatangani naskah proklamasi selaku
wakil- wakil bangsa Indonesia. Saran itu diperkuat oleh M. Hatta, tetapi oleh Sukarni diusulkan
bahwa yang menandatangani naskah Proklamasi cukup dua orang saja, yakni Soekarno-Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Usul itu juga disetujui oleh mereka yang hadir, sehingga Soekarno meminta kepada
Sayuti Melik untuk mengetik naskah Proklamasi berdasar naskah tulisan tangan Soekarno, disertai dengan
perubahan-perubahan yang telah disetujui (Poesponegoro & Notosusanto, 1992:85).

kepada Soekarno dan Hatta di kediamannya masing-masing. Sekali lagi Soekarno dan Hatta dengan tegas
menolak permintaan itu, walaupun hal itu sempat menimbulkan ketegangan ketika Wikana (wakil
kelompok pemuda yang bertugas menyampaikan hasil rapat kepada Soekarno) menyatakan akan terjadi
pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan Poesponegoro & Notosusanto, 1992:80).
Mendengar ancaman itu Soekarno bukannya takut justru balik menggertak dengan mempersilahkan para
pemuda untuk membunuhnya saat itu juga. Soekarno juga mengatakan bahwa dia tidak mau
memproklamasikan kemerdekaan pada saat itu karena terikat dengan kedudukannya sebagai Ketua
PPKI, sehingga menurutnya soal proklamasi kemerdekaan harus ditanyakan kepada wakil-wakil PPKI
(Adams, 1966:316-317).
Gagalnya permintaan kelompok pemuda agar Soekarno dan Hatta memproklamasikan
kemerdekaan yang terlepas dari Jepang, segera mendorong mereka untuk mengadakan rapat lagi. Kali ini
rapat diadakan pukul 00.30 waktu Jawa zaman Jepang (atau kira-kira pukul 24.00) menjelang 16 Agustus
1945. Selain dihadiri oleh pemuda-pemuda yang sebelumnya terlibat dalam rapat di Lembaga Bakteriologi,
rapat itu juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi dari Barisan Pelopor dan Shodanco
Singgih dari Daidan Peta JakartaSyu. Dalam rapat itu diputuskan bahwa Soekarno dan Hatta harus
disingkirkan ke luar kota dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang Poesponegoro &
Notosusanto, 1992: 81).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan tonggak penting bangsa Indonesia. Melalui
proklamasi itu bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaan kepada semua bangsa di dunia. Hal yang tidak
kalah pentingnya adalah dengan proklamasi itu, membuktikan bahwa kemerdekaan Indonesia diperoleh
melalui usaha dan perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Kemerdekaan Indonesia didapat bukan hadiah
Jepang. Kemerdekaan Indonesia terlepas dari campur tangan Jepang. Hal itu juga menunjukkan bahwa
bangsa Indonesia bukan merupakan pihak yang kalah dalam Perang Dunia II. Dalam kenyataannya,
17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia masih terlibat konflik dengan Jepang, seperti dalam peristiwa
Pertempuran Lima Hari di Semarang. Dengan Proklamasi 17 Agustus 1945 menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia memiliki harga diri yang tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding dengan banyak negara lain. Hal itu
disebabkan kemerdekaan Bangsa Indonesia diperoleh dengan cara perjuangan berdarah yang
menghabiskan banyak dana dan jiwa pejuang Indonesia. Dengan demikian tidak banyak negara di dunia
yang kemerdekaannya diperoleh seperti yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Tercatat hanya Amerika
Serikat, Aljazair, dan Vietnam yang kemerdekaannya diperoleh dengan cara perjuangan berdarah.

SARAN
Saran-saran yang dapat di ajukan dari peneliti adalah :

1. Kita harus hargai perjuangan para terdahulu kita untuk menjaga kesatuan
dan persatuan bangsa. Dan saatnya kita membayarnya dengan membangun
bangsa ini ke arah yang lebih baik.

2. Kita harus menjaga Bhinneka Tunggal Ika. Karena bangsa ini milik semua
suku, agama dan ras. Untuk itu mari kita bangun bangsa ini demi
kemakmuran rakyat

3. Untuk pemuda yang merasakan kejadian menjadi kewajiban untuk


kembali mempertahankan kenangan masa lampau untuk mereka yang mati
dan tidak akan dapat bangkit kembali, serta kenangan ini untuk generasi
penerus bangsa.

4. Diharapkan agar para sejarawan lebih banyak lagi menulis tentang sejarah
gerakan mahasiswa di Medan khususnya pada tahun 1966.
DAFTAR PUSTAKA
Dennis McQuail. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail Edisi Buku Denis McQuail (6th ed.).
jakarta: salemba humanika.

Eros Djarot, D. (2006). Siapa sebenarnya Soeharto (Cetakan Pe, Vol. 9). jakarta: PT
AgroMedia Pustaka.

Handika, M. R., Maradona, A. F., & Dharma, G. S. (2018). Strategi Pemasaran Bisnis Kuliner
Menggunakan Influencer Melalui Media Sosial Instagram. Manajemen Dan Bisnis
Undiknas, 15(2), 192–203.

Irawanto, B. (2004). Nunung Prajarto Interaksi Politik dan Media : Dari Komunikasi

Politik Effendi Gazali Masduki. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 8(1), 1–16.

Lastary, L. D., & Rahayu, A. (2018). Hubungan dukungan sosial dan self efficacy dengan
prokrastinasi akademik mahasiswa perantau yang berkuliah di Jakarta. Ikraith-
Humaniora, 2(2), 17–23.

Mamma, D. H. A., & Abd. Muis, A. (2015). Khianat Dalam Al-Qur’an (M. P. Dr. Hj.

Darmawati, S.Ag., Ed.). Retrieved from


https://www .academi a.edu/34814472/KHIANA T_DAL AM_ AL -QUR AN

Masrina, D. (2018). W acana Tentang Pki Dalam Dua Film Dokumenter. Uniersitas

Airlangga, 2(9), 1–7.

Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial dan Perjuangan Kelas dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan. Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 19–38.
https://doi.org/10.21274/taalum.2015.3.1.19-38
Nazsir, N. (2001). Komunisme Sebuah Utopia dalam Era Globalisasi: Tinjauan Historis
terhadap Pemikiran Karl Marx. Mediator, 2(2).

Permata, H. (2015). Dalam Perspektif Filsafat Sejarah Marxisme. Filsafat, 25(30

September 1965).

Ratna, N. K. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Roosa, J. (2019). Dalih Pembunuhan Masal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto.

In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 53).


10

Anda mungkin juga menyukai