Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru


melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21”
Surakarta, 22 Oktober 2016

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS POTENSI LOKAL


KERAJINAN GERABAH KASONGAN YOGYAKARTA PADA
MATERI USAHA DAN ENERGI UNTUK SISWA SMA

Daimul Hasanah1, Yuli Prihatni2


1,2
Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa, Yogyakarta, 55167

Email Korespondensi: daim_alhasan@yahoo.co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan modul Fisika berbasis potensi lokal kerajinan gerabah
Kasongan Yogyakarta pada Materi Energi dan Usaha untuk siswa SMA; serta (2) mengetahui kualitas modul
Fisika berbasis potensi lokal kerajinan gerabah Kasongan Yogyakarta pada Materi Energi dan Usaha untuk
siswa SMA menurut beberapa ahli. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
pengembangan R&D (Research and Development). Prosedur pengembangan dalam penelitian ini
mengadaptasi siklus penelitian dan pengembangan menurut Borg & Gall yang dapat dilakukan dengan lebih
sederhana dengan melibatkan 5 langkah utama, antara lain: Melakukan analisis produk yang akan
dikembangkan; Mengembangkan produk awal; Validasi ahli dan revisi; Uji coba lapangan skala kecil dan
revisi produk; serta Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir. Hasil dari penelitian ini antara lain: (1)
telah dikembangkan produk berupa modul Fisika berbasis potensi lokal kerajinan gerabah Kasongan
Yogyakarta pada materi Usaha dan Energi untuk siswa SMA. (2) Kualitas modul pembelajaran Fisika berbasis
potensi lokal berdasarkan penilaian dari 2 ahli materi, 1 ahli media dan 2 guru Fisika memiliki kategori sangat
baik (SB). Persentase keidealan ahli materi adalah 75,00%; persentase keidealan ahli media adalah 80,00%;
dan persentase keidealan guru Fisika adalah 82,92%.

Kata Kunci: modul fisika, potensi lokal, kerajinan gerabah Kasongan, usaha dan energi

Pendahuluan sekolah menengah atas (SMA) di sekitar


wilayah kerajinan gerabah Kasongan
Unsur terpenting dalam pembelajaran Yogyakarta, diidentifikasi bahwa ternyata
yang baik adalah (1) siswa yang belajar, (2) belum terdapat bahan ajar mandiri untuk mata
guru yang mengajar, (3) bahan pelajaran, dan pelajaran fisika, yaitu berupa modul fisika.
(4) hubungan antara guru dan siswa. Aspek Bahan ajar yang selama ini digunakan untuk
yang terpenting dalam belajar fisika adalah proses pembelajaran fisika hanyalah buku teks
siswa yang aktif belajar fisika. Oleh karena dari pusat atau buku teks yang dijual bebas.
itu, semua usaha guru harus diarahkan untuk Satuan pendidikan merupakan bagian
membantu dan mendorong agar siswa mau dari masyarakat. Satuan pendidikan akan
mempelajari fisika sendiri (Paul Suparno, sangat baik, jika memberikan wawasan materi
2007: 2). Salah satu yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan potensi yang terdapat
adalah menyusun modul fisika sebagai bahan di lingkungannya melalui pembelajaran di
ajar mandiri bagi siswa. Menurut Depdiknas kelas. Wawasan materi tentang potensi di
(2008: 4), modul disebut juga media untuk lingkungan sekitar juga dapat
belajar mandiri karena di dalamnya telah mengembangkan potensi yang dimiliki
dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. peserta didik. Materi tentang potensi lokal
Artinya, pembaca (siswa) dapat melakukan juga memberikan nilai penanaman cinta tanah
kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar air yang dimulai dari daerah sendiri dan juga
secara langsung. Tujuannya agar siswa untuk menepis anggapan bahwa sesuatu yang
mampu belajar fisika secara mandiri. Dengan berasal dari luar selalu lebih hebat tanpa
demikian, proses pembelajaran akan memperhatikan kondisi daerah. Hal tersebut
berlangsung secara efektif. Akan tetapi, senada dengan isi Undang-undang Republik
berdasarkan hasil observasi dari beberapa Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 BAB X

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 177


Pasal 36 Ayat 2 yang menyatakan bahwa air yang dimulai dari daerah sendiri. Namun,
kurikulum pada semua jenjang dan jenis kenyataan yang terjadi adalah bahwa guru
pendidikan dikembangkan dengan prinsip belum memanfaatkan dan menonjolkan
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi lokal yang terdapat di daerah
potensi daerah, dan peserta didik; dan pada Kasongan, baik dalam proses pembelajaran
pasal yang sama ayat 3 butir c menyatakan maupun dalam menyiapkan bahan ajarnya.
bahwa kurikulum disusun sesuai dengan Materi usaha dan energi merupakan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara salah satu materi fisika SMA kelas XI
Kesatuan Republik Indonesia dengan semester I. Materi tersebut dapat dipadukan
memperhatikan keragaman potensi daerah dengan potensi lokal kerajinan gerabah
dan lingkungan (Siti Muyasaroh, 2010: 1). Kasongan Yogyakarta karena materi usaha
Karena pentingnya peran potensi lokal bagi dan energi banyak dilakukan pada kegiatan
pengembangan potensi yang dimiliki oleh pembuatan kerajinan gerabah Kasongan
siswa dalam proses pembelajaran, hal tersebut Yogyakarta. Kegiatan tersebut antara lain:
harus diperhatikan oleh guru dalam menyusun penggilingan, pencetakan, penjemuran, dan
rencana pembelajarannya. Salah satu yang pembakaran, hingga pengangkutan.
dapat dilakukan adalah menyiapkan bahan Masalah pokok yang muncul adalah
ajar dengan menonjolkan potensi lokal yang belum adanya modul fisika berbasis potensi
terdapat di sekitar lingkungan siswa belajar. lokal kerajinan gerabah Kasongan Yogyakarta
Salah satu aspek potensi lokal yang pada materi Usaha dan Energi untuk Siswa
cukup dikenal oleh masyarakat Yogyakarta SMA. Adapun tujuan dari penelitian ini antara
adalah kerajinan gerabah Kasongan yang lain: 1) Mengembangkan Modul Fisika
terletak di Desa Kasongan, Bantul, Berbasis Potensi Lokal Kerajinan Gerabah
Yogyakarta. Pembuatan kerajinan gerabah ini Kasongan Yogyakarta pada Materi Usaha dan
telah menjadi kegiatan harian dan sebagai Energi untuk Siswa SMA; 2) Mengetahui
sumber mata pencaharian bagi masyarakat kualitas Modul Fisika Berbasis Potensi Lokal
Desa Kasongan. Tersedianya tanah liat untuk Kerajinan Gerabah Kasongan Yogyakarta
membuat kerajinan gerabah merupakan pada Materi Usaha dan Energi untuk Siswa
keuntungan yang cukup berarti bagi SMA menurut beberapa ahli.
kehidupan masyarakat di daerah tersebut
sehingga mereka dapat mengambil dan
memanfaatkan tanah tersebut untuk diolah Metode Penelitian
menjadi berbagai macam kerajinan gerabah.
Model yang digunakan dalam
Proses pembuatan kerajinan gerabah tersebut
penelitian ini adalah penelitian
melibatkan beberapa kegiatan yang dilakukan,
pengembangan R&D (Research and
antara lain: penggilingan, pencetakan,
Development). Penelitian pengembangan
penjemuran, dan pembakaran hingga menjadi
merupakan metode penelitian yang digunakan
aneka macam gerabah yang siap untuk
untuk menghasilkan produk tertentu dan
dipasarkan. Hasil produksi kerajinan gerabah
menguji keefektifan produk tersebut
tersebut kemudian diangkut dan dijual kepada
(Sugiyono, 2010: 407). Adapun produk yang
pihak konsumen dengan menggunakan sarana
akan dikembangkan dalam penelitian ini
transportasi seperti mobil truk atau mobil bak
adalah modul fisika berbasis potensi lokal
terbuka.
kerajinan gerabah Kasongan Yogyakarta pada
Kekayaan potensi lokal kerajinan
materi usaha dan energi untuk siswa SMA.
gerabah Kasongan Yogyakarta seharusnya
Prosedur pengembangan dalam
dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
penelitian ini mengadaptasi siklus penelitian
memberikan wawasan materi yang berkaitan
dan pengembangan menurut Borg & Gall
dengan potensi lokal di daerah tersebut
yang dapat dilakukan lebih sederhana dengan
melalui proses pembelajaran di kelas. Hal
melibatkan 5 langkah utama (Tim
tersebut dilakukan karena wawasan materi
Puslitjaknov, 2008: 11) sebagai berikut:
tentang potensi lokal dapat mengembangkan
1. Melakukan analisis produk yang akan
potensi yang dimiliki oleh siswa dan dapat
dikembangkan.
memberikan nilai-nilai penanaman cinta tanah
178 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
a. Analisis kebutuhan, yaitu berdasarkan 5. Uji coba lapangan skala besar dan produk
hasil observasi analisis kebutuhan pada akhir.
beberapa SMA Negeri di Kabupaten Uji coba lapangan skala besar atau uji
Bantul, terutama SMA di sekitar luas dilakukan pada siswa SMA sebagai user
wilayah desa wisata kerajinan gerabah (pengguna) modul fisika. Uji coba ini
Kasongan Yogyakarta. dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
b. Pemilihan jenis bahan ajar yang akan respon siswa terhadap modul yang
dikembangkan, yaitu bahan ajar berupa dikembangkan dengan jumlah subjek yang
modul fisika. lebih banyak dari jumlah subjek pada uji coba
c. Analisis materi, yaitu analisis standar terbatas. Jika subjek uji coba tersebut
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar memberikan saran dan masukan terhadap
(KD) yang berpotensi untuk dipadukan modul, selanjutnya dilakukan revisi tahap
dengan tema potensi lokal kerajinan keempat. Modul yang telah diuji coba
gerabah Kasongan di Yogyakarta. lapangan skala besar serta revisi IV (bila
2. Mengembangkan produk awal. diperlukan), selanjutnya dapat menjadi
a. Pengumpulan materi yang mendukung produk akhir dari modul yang dikembangkan.
pembahasan dari berbagai referensi Karena terbatasnya waktu, penelitian
buku dan situs internet. ini dibatasi sampai dengan menguji kualitas
b. Pembuatan modul serta instrumen modul yang dikembangkan oleh para ahli.
penilaian modul. Dalam hal ini adalah ahli materi fisika, ahli
c. Setiap proses pembuatan modul media pembelajaran, dan guru fisika sebagai
dikonsultasikan dengan ahli untuk di- pelaksana dalam implementasi modul ini.
review serta diberikan saran dan Analisis Data
masukan. Adapun analisis data yang dilakukan
3. Validasi ahli dan revisi. dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
Proses validasi meliputi validasi modul beberapa bagian, antara lain:
dan validasi instrumen penilaian kualitas 1. Data Proses Pengembangan Produk
modul yang dilakukan oleh ahli atau validator. Data proses pengembangan modul
Validasi modul dimaksudkan untuk fisika berbasis potensi lokal kerajinan
memberikan judgment tentang kebenaran gerabah Kasongan Yogyakarta pada materi
konten yang terdapat pada modul. Selain itu, usaha dan energi untuk siswa SMA berupa
validator juga diminta untuk memberikan data deskriptif yang diperoleh dari ahli
saran dan masukan terhadap modul yang materi, ahli media, dan guru fisika
dikembangkan sebagai bahan revisi tahap SMA/MA sesuai dengan prosedur
pertama. Modul yang telah direvisi dan pengembangan produk.
dinyatakan valid oleh validator, selanjutnya 2. Hasil penilaian dari ahli materi, ahli media,
dinilai kualitasnya oleh beberapa ahli, antara dan guru fisika SMA/MA yang masih
lain: ahli materi, ahli media, dan guru fisika dalam bentuk kategori, selanjutnya diubah
SMA. Selain memberikan judgment tentang menjadi skor dengan ketentuan yang dapat
kualitas modul, para ahli juga diminta untuk dilihat pada tabel 1.
memberikan saran dan masukan terhadap Tabel 1 Aturan Pemberian Skor
modul yang dikembangkan sebagai bahan Kategori Skor
SK (Sangat Kurang) 1
untuk revisi tahap kedua. K (Kurang) 2
4. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi B/S (Baik/Setuju) 3
produk. SB/SS (Sangat Baik/Sangat Setuju) 4
Uji coba lapangan skala kecil atau uji 3. Menghitung skor rata-rata dari setiap
coba terbatas dilakukan kepada siswa SMA kriteria yang dinilai dengan persamaan
sebagai user (pengguna) modul fisika. Uji sebagaimana dikemukakan oleh Budiyono
coba ini dilakukan dengan tujuan untuk (2013: 38):
mengetahui respon siswa terhadap modul
yang dikembangkan. Revisi tahap ketiga x
x
dilakukan jika terdapat masukan dari subjek n
uji coba.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 179
Keterangan: berupa kerajinan gerabah Kasongan
x = skor rata-rata Yogyakarta sebagai visualisasi materi
n = jumlah penilai pembelajaran.
 x = jumlah skor Pengembangan dilakukan secara
4. Mengubah skor rata-rata yang diperoleh prosedural, yaitu setiap tahapan dalam
menjadi kriteria kualitatif yang sesuai penelitian dilakukan dengan mengikuti
dengan kriteria penilaian pada Tabel 2. langkah-langkah yang telah ditetapkan.
Kriteria kualitatif ditentukan dengan Kualitas modul diperoleh berdasarkan
terlebih dahulu menghitung jarak interval penilaian ahli materi, ahli media, dan guru
antara skor tertinggi (Sangat Baik) dengan SMA/MA dengan mengisi lembar penilaian
skor terendah (Sangat Kurang), dengan kualitas modul fisika serta memberikan
menggunakan persamaan (Eko Putro masukan dalam pengembangan media.
Widoyoko, 2012: 110): Validasi produk dilakukan oleh dua
orang validator, yaitu validator materi dan
skor tertinggi - skor terendah validator media. Validasi ini bertujuan untuk
jarak interval  i   mendapatkan masukan terhadap rancangan
jumlah kelas interval
awal dari modul yang telah dikembangkan.
4 1
 0,75 Setelah dilakukan revisi modul fisika
4
berdasarkan masukan-masukan dari validator,
Dengan demikian, diperoleh kriteria
diperoleh produk akhir seperti terlihat pada
penilaian produk seperti pada Tabel 2.
gambar.
Tabel 2 Kriteria Penilaian Kualitas Produk Pengembangan Produk
Modul fisika yang dikembangkan
Skor rata-rata ( x ) Kriteria
terdiri dari 4 (empat) bagian, antara lain
3,25 < x ≤ 4,00 Sangat Baik (SB) halaman sampul, bagian awal modul, bagian
2,50 < x ≤ 3,25 Baik (B) isi modul, dan bagian akhir modul. Berikut ini
1,75 < x ≤ 2,50 Kurang (K) ulasan pada setiap bagiannya.
1,00 ≤ x ≤ 1,75 Sangat Kurang (SK) a. Halaman Sampul
Pada bagian ini, berisi identitas penulis,
Selanjutnya, data dari penilaian modul identitas modul, dan judul. Bagian sampul
oleh para ahli dapat ditentukan didesain dengan menampilkan gambar-
persentasenya dengan persamaan: gambar potensi lokal kerajinan gerabah
Kasongan Yogyakarta. Adapun halaman
skor hasil penilaian sampul modul fisika dapat dilihat pada
persentase keidealan =  100%
skor maksimal ideal gambar 1.

Jika dari analisis data tersebut diperoleh


hasil Sangat Baik (SB) atau Baik (B), maka
produk berupa modul fisika siap untuk
digunakan sebagai sumber belajar mandiri
bagi siswa SMA/MA. Jika belum memenuhi
kualitas Sangat Baik (SB) atau Baik (B), maka
produk direvisi sehingga memenuhi kualitas
dan layak digunakan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Desain modul fisika yang
dikembangkan menerapkan potensi lokal di
Yogyakarta sebagai sarana belajar dan sebagai
sumber pengetahuan. Materi dalam Gambar 1. Halaman sampul modul
pengembangan modul fisika ini adalah Usaha
dan Energi, dengan mengambil potensi lokal

180 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Gambar 3 merupakan peta konsep untuk
materi Usaha dan Energi.

Gambar 2. Standar Isi Modul


Halaman sampul mendapat masukan
dari ahli materi. Masukan dari ahli materi Gambar 4. Apersepsi
adalah seharusnya terdapat gambar-gambar
yang juga menunjukkan identitas dari fisika Halaman Apersepsi (Gambar 4)
itu sendiri, tidak hanya kerajinan gerabah disusun agar siswa diperkenalkan dengan
Kasongan. Berdasarkan masukan tersebut, pengetahuan awal sebelum lebih jauh
selanjutnya pada halaman sampul membahas tentang konsep Usaha dan Energi
ditambahkan gambar salah satu tokoh fisika. melalui contoh dalam kegiatan sehari-hari
b. Bagian Awal yang berkaitan dengan potensi lokal kerajinan
Pada bagian ini, terdapat halaman Kata gerabah Kasongan di Yogyakarta. Siswa juga
Pengantar, Standar Isi (Gambar 2), Daftar Isi, diajak untuk memahami bahwa beberapa
Peta Konsep (Gambar 3), dan Apersepsi. fenomena yang ada di lingkungan mereka
Standar isi ditampilkan dengan maksud merupakan aplikasi berbagai konsep tentang
untuk memberi kejelasan bahwa modul ini fisika, khususnya pada materi Usaha dan
disusun berdasarkan kompetensi yang sesuai Energi. Bagian apersepsi ini juga memberi
dengan isi kurikulum jenjang SMA/MA. deskripsi bagaimana materi Usaha dan Energi
tergambarkan dalam proses pembuatan
kerajinan gerabah Kasongan di Yogyakarta.
c. Bagian Isi
Bagian ini berisi tentang konsep materi
fisika “Usaha dan Energi” yang dikaitkan
dengan potensi lokal kerajinan gerabah
Kasongan Yogyakarta. Beberapa diantaranya
terlihat pada gambar 5 dan 6. Halaman ini
menyajikan materi fisika Usaha dan Energi
yang disertai dengan gambar contoh kegiatan
yang berkaitan dengan konsep Usaha dan
Energi. Definisi Usaha dan Energi yang
ditampilkan dalam modul ini juga tidak hanya
sekedar definisi umum yang dipakai pada
buku-buku rujukan yang ada di pasaran, tetapi
definisi yang disajikan langsung dikaitkan
Gambar 3. Peta Konsep “Usaha dan Energi” dengan potensi lokal seputar proses
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 181
pembuatan gerabah Kasongan Yogyakarta. tampilan Evaluasi Akhir dapat dilihat pada
Adapun bagian materi terlihat seperti pada Gambar 7. Evaluasi akhir yang disajikan tentu
gambar 5 dan 6. saja dikaitkan dengan potensi lokal kerajinan
gerabah Kasongan di Yogyakarta.

Gambar 5. Bagian Isi “Usaha dan Energi Gambar 7. Evaluasi Akhir “Usaha dan Energi”

Dengan adanya latihan soal ini,


diharapkan guru dapat memanfaatkannya
sebagai alat evaluasi untuk mengukur
kompetensi siswa terhadap materi Usaha dan
Energi yang dikaitkan dengan potensi lokal
kerajinan gerabah Kasongan di Yogyakarta.
Evaluasi yang disusun dalam modul ini tidak
hanya latihan soal materi Usaha dan Energi
pada umumnya, namun mengandung unsur
potensi lokal kerajinan gerabah Kasongan
Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan maksud
agar siswa lebih menyadari bahwa potensi
lokal dan fenomena-fenomena yang terdapat
di sekitar lingkungan tempat mereka tinggal
juga merupakan visualisasi dan aplikasi dari
konsep materi fisika yang sedang mereka
pelajari, khususnya materi tentang Usaha dan
Energi. Selain itu juga dapat menanamkan
Gambar 6. Bagian Isi “Usaha dan Energi
kecintaan dan kebanggaan terhadap negeri
Indonesia dan potensi lokal yang dimilikinya.
d. Bagian Akhir Kualitas Modul Fisika Berbasis Potensi
Bagian akhir dalam modul fisika yang Lokal Kerajinan Gerabah Kasongan
dikembangkan ini terdiri dari Rangkuman, Yogyakarta berdasarkan penilaian dari 2 ahli
Glosarium, Evaluasi Akhir, dan Daftar materi, 1 ahli media, dan 2 guru fisika
Pustaka. Bagian Evaluasi Akhir berisi soal- memiliki kategori sangat baik (SB).
soal latihan berbentuk pilihan ganda dan Persentase keidealan ahli materi sebesar
uraian untuk menguji kompetensi siswa 75,00%; persentase keidealan ahli media
terhadap materi Usaha dan Energi. Gambar sebesar 80,00%; dan persentase keidealan
guru fisika sebesar 82,92%.
182 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Simpulan, Saran, dan Rekomendasi Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pendidikan Nasional.
1. Telah berhasil dikembangkan produk
berupa Modul Fisika Berbasis Potensi Pertanyaan:
Lokal Kerajinan Gerabah Kasongan 1. Sidiq:
Yogyakarta pada Materi Usaha dan Energi Bagaimana cara menuangkan materi
untuk Siswa SMA. Modul ini berisi materi usaha dan energi dr potensi lokal ke
fisika Usaha dan Energi yang dikaitkan modul?
dengan potensi lokal di Yogyakarta, yaitu Jawab:
Gerabah Kasongan. Misal diambil materi yang sederhana :
2. Kualitas Modul Fisika Berbasis Potensi pengangkutan. Disana masih sederhana
Lokal Kerajinan Gerabah Kasongan menggunakan gerobah. Itu bisa
Yogyakarta berdasarkan penilaian dari 2 dimasukkan ke materi Usaha, ada
ahli materi, 1 ahli media, dan 2 guru fisika perpindahan. Ex:Pak mardi mengangkut
memiliki kategori sangat baik (SB). gerabah dari x ke y. Berapa usaha yg
Persentase keidealan ahli materi sebesar digunakan?
75,00%; persentase keidealan ahli media
sebesar 80,00%; dan persentase keidealan 2. Ryzal Perdana:
guru fisika sebesar 82,92%. Mengapa basis potensi lokal tidak untuk
diterapkan di praktikum?step
pembelajaran seperti apa?
Jawab:
Daftar Pustaka Hanya diterapkan di kasongan. Siswa
sudah cukup akrab dengan kehidupan
Budiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian
sehari2 dengan proses industri gerabah.
(Cetakan 3, Edisi 2). Surakarta: UNS
Press. Tanpa mengamati pun siswa sudah
Depdiknas. (2008). Penulisan Modul. Jakarta: familiar dengan proses itu, karena
Direktorat Tenaga Kependidikan dan mungkin ortu, tetangga, dan banyak
Dirjen PMPTK, Departemen Pendidikan pengusaha gerabah. Materi disampaikan
Nasional. secara kontekstual. Bukian eksperimen
Eko Putro Widoyoko. (2012). Teknik Penyusunan dan pengamatan.
Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Referensi yang digunakan untuk belajar
Pustaka Pelajar. fisika sangat minim, sehingga perlu ada
Paul Suparno. (2007). Metodologi Pembelajaran buku pendamping. Langkah pembelajaran
Fisika (Konstruktivistik &
umum seperti modul lain, hanya seperti
Menyenangkan). Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma. kontennya di hubungkan dengan potensi
Siti Muyasaroh. (2010). Pendidikan Berbasis lokal.
Keunggulan Lokal Sebagai Upaya
Mengangkat Potensi Daerah di Tingkat
Nasional dan Interasional. Diambil pada
25 Juni 2011, dari
http://ampahrt12.wordpress.com/2010/10
/07/pendidikanberbasiskeunggulanlokal/
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Tim Puslitjaknov. 2008. Metode Penelitian
Pengembangan. Jakarta: Badan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 183


184 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21

Anda mungkin juga menyukai