BAB XII.
SPESIFIKASI TEKNIS
Tim Konsultan Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor
pada setiap waktu.
Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi) atau
gambar atau instruksi tertulis dan harus diperbaiaki atau dibongkar. Biaya yang
diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.
Bahan-bahan yang dipakai harus mendapat persetujuan. Bahan yang ditolak tidak boleh
disimpan di dalam lokasi dan tidak boleh dipakai serta dikeluarkan dari lokasi.
Spesifikasi Teknis
XII - 1
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
5. FASILITAS-FASILITAS LAPANGAN
Spesifikasi Teknis
VI - 2
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti /sertifikat
pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material-material tersebut.
Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui pemesanan),
maka kontraktor diwajibkan menyerahkan brosur, katalog, gambar kerja atau shop
drawing dan sample yang dianggap perlu oleh tim Konsultan Pengawas.
7. SHOP DRAWING
Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur berdasarkan
desain yang ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari tim Konsultan Pengawas.
Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data tertulis dan hal-hal yang
diperlukan.
Semua bahan untuk pekerjaan baja difabrikasikan di whork shop, kecuali atas
persetujuan tim Konsultan Pengawas.
Seluruh pekerjaan pengadaan, penekukan dan pengelasan listrik harus dilakukan atau
difabrikasi di work shop.
Semua baut, baik yang dikerjakan di work shop maupun di lapangan harus memberikan
kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang baut tersebut.
Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar “as built drawing” sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara kenyataan, untuk kebutuhan
pemeriksaan dikemudian hari. Gambar-gabar tersebut diserahkan kepada tim Konsultan
Pengawas.
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pembersihan lokasi sekeliling bangunan
Pembongkaran
Pembuatan gudang, bangsal kerja dan direksi keet
Pembuatan papan nama proyek
Pemasangan bowplank
Pengadaan alat-alat kerja yang dibutuhlan
Pembuatan wc sementara dan fasilitas lainnya untuk kebutuhan para pekerja.
Spesifikasi Teknis
VI - 3
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
2. PERSYARATAN BAHAN
Untuk gudang dan bangsal kerja, digunakan rangka kayu, dinding papan dan atap
seng.
Untuk direksi keet digunakan bahan rangka kayu, dinding papan atau triplek dicat,
atap seng BJLS 030, lantai rabat beton.
Untuk menampung air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi kualitas
yang ditentukan dalam SNI 1991.
Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan triplek dicat putih.
Bahan bowplang di pakai tiang kayu meranti atau sengon 5/7 dan papan meranti atau
sengon ukuran 2/20 cm.
Untuk alat-alat kerja berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak dorong dan lain-
lain digunakan bahan kayu setempat.
3. PEDOMAN PELAKSANAAN
Pembersihan lokasi di sekeliling bangunan.
Meliputi pembersihan semua tanaman tumbuh termasuk pembongkaran akar-akar
pohon yang terkena banguanan dan halaman di sekeliling banguanan, termasuk
peralatan tanah/pembuatan teras siring jika diperlukan. Hasil bongkaran tersebut di
atas dibuang ke luar lokasi pekerjaan.
Bangsal kerja dan direksi keet
Untuk gudang dan bangsal kerja dibuat banguanan sementara yang dapat
melindungi pekerja dari panas dan hujan. Bangunan ini harus dibongkar setelah
pekerjaan selesai dikerjakan.
Untuk direksi keet, dibuat dengan konstruksi semi permanen dengan ukuran sesuai
gambar, luas = 21 M2, dilengkapi mobiler sederhanan 1 meja tulis, beberapa buah
kursi duduk, dan 1 lembar triplek tempat menempel gambar.
Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan
Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air terdekat,
kemudian ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan. Kebutuhan air harus
disediakan dalam jumlah yang cukup selama pelaksanaan pekerjaan. Air harus
memenuhi syarat yang tercantum dalam PBNI N-2.
Pembuatan papan nama proyek
Membuat papan nama proyek dari papan dengan ukuran 200 x 100 cm. Didirikan
tegak diatas kayu 5/7 cm sertinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat yang mudah
dilihat umum.
Papan nama memuat:
1. Nama proyek
2. Pemilik proyek
3. Lokasi proyek
4. Jumlah biaya (kontrak)
5. Nama konsultan perencana
6. Nama konsultan pengawas
7. Nama pelaksana (kontraktor)
8. Proyek dimulai tgl, bln, th.
Pemasangan bowplang
Tiang bowplang harus terpasng kuat. Papan diketam halus dan lurus pada sisi
atasnya dan dipasng water pass (timbang air) dengan sudut-sudutnya harus siku.
4. PEMBAYARAN
Pembayaran pekerjaan persiapan ini dilaksanakan sesuai dengan nilai harga dari setiap
uraian dan volume pekerjaan yang tercantum dalam RAB tawaran kontraktor. Harga ini
sudah mencakup harga bahan, upah, menyeleaikan pekerjaan yang termasuk dalam
lingkup pekerjaan sehingga bagian pekerjaan tersebut berfungsi secara sempurna.
Spesifikasi Teknis
VI - 4
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini sudah harus diperhitungkan
jenis tanah yang dijumpai di lapangan seperti tanah pasir, , tanah liat, tanah keras (batuan),
dan lain sebagainya, yaitu:
Galian tanah untuk sub struktur (pondasi, saluran sekeliling bangunan).
Septicctank dan peresapan
Timbunan kembali tanah pondasi
Timbunan tanah dan pasir bawah lantai, pondasi dan saluran sekeliling bangunan.
Perataan tanah sekeliling bangunan
Galian tanah diluar bangunan untuk mendapatkan peil lantai yang disyaratkan
Pekerjaan cut and fill (bila ada)
2. PERSYARATAN BAHAN
Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi. Untuk
timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir pasang kualitas baik.
3. PEDOMAN PELAKSANAAN
Galian tanah pondasi baru boleh dilaksanakan setelah bowplang dengan penandaan dari
sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan di setujui pemilik. Bentuk galian dilaksanakan
sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar. Apabila ditempat galian ditemukan
pipa-pipa (utilitas lain), yang masih berfungsi, maka kontraktor secepatnya
memberitahukan kepada pemilik atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapat
petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerusakan
yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut. Galian –galian untuk septictank, saluran air
hujan, saluran air kotor dan air bersih dilaksanakan dengan ukuran yang ditetapkan
dalam gambar kerja dan gambar detail.
Galian diluar bangunan untuk mendapatkan tinggi lantai yang disyaratkan dalam gambar.
Pengalian tanah ini dimaksudkan untuk mendapatkan kontur tanah yamhg disyaratkan
dalam site plan.
Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar, maka
kontraktor harus mengisi kelebihan galian tersebut dengan pasir urug.
Pengurukan bekas galian pondasi, galian septic tank, galian saluran air hujan, saluran air
bersih dan saluran air kotor diurug lapis demi lapis dengan ketebalan pipa lapis
maksimum 15 cm. Tiap lapisan dipadatkan dengan menumbuk lapisan tersebut, dengan
menggunakan alat tumbuk yang baik. Setelah lapisan pertama padat kembali seperti
diatas. Demikian seterusnya dilakukan sampai semua lubang bekas galian pondasi
tertutup kembali.
Pengurugan dengan tanah timbunan dibawah lantai dilakukan lapis demi lapis hingga
ketebalan 10 cm dibawah lantai, ditumbuk hingga pada. Lapisan-lapisan urugan untuk
ditumbuk ini dibuatkan maksimal 10 cm, dan ditumbuk 5 kali tiap bidang tumbukan pada
tiap-tiap bidang lapis tersebut.
Dibawah lantai di urug dengan pasir pasangan dan dipadatkan. Pengurukan dan
pemadatan ini dilakukan dengan menyiram air hingga jenuh, kemudian ditumbuk dengan
alat yang sesuai untuk pemadatan. Hasil akhir harus mendapat persetujuan pemilik atas
kesempurnaan pengurugan dan pemadatan.
Di bawah pondasi, dan dibawah air, diurug dengan pasir pasangan setebal 10 cm dan
dipadatkan.
Spesifikasi Teknis
VI - 5
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
4. PEKERJAAN PONDASI
A. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi seluruh pekerjaan bangunan, terdiri dari:
Pondasi Tiang Pancang
Pondasi Plat Tapak Beton Bertulang
Pondasi pasangan batu kali/batu belah
4.1.1 UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan
semua pekerjaan tiang beton sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari
perencana/ Konsultan MK/Pengawas dalam uraian syarat-syarat
pelaksanaan.
3. Kualitas tiang
Tiang pancang mengunakan type spun PC Pile dengan Diameter 40
cm setara produk W ijaya Karya Beton.
a. Bahan
Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus
mempunyai mutu beton minimal K-400 (beton Readymix).
Penulangan tiang menggunakan besi strand Ø 9.2 mm sebagai
tulangan utama dengan mutu minimal U-42 dan D 6 - 10 cm
untuk penulangan sengkang dengan mutu baja U-24.
b. Alat Pancang
Spesifikasi Teknis
VI - 6
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
e. Penyambungan Tiang
Tiang beton cetak disambung dengan mengelas plat baja pada
kedua tiang yang akan disambung dengan full buttweld.
Sebelum pengelasan dilakukan potongan tiang yang akan disambung
distel hingga satu garis dengan tiang yang telah terpancang di dalam
tanah. Setelah pengelasan selesai dilaksanakan, sambungan
tersebut diberi lapisan aspal dan pemancangan tiang dilanjutkan.
f. Pemancangan
Spesifikasi Teknis
VI - 7
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
h. Penolakan Tiang
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat
bantu lainnya, serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
beton berikut pembersihannya sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, baik pekerjaan
struktur serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton, trial mix, dan perawatan beton,
sehingga beton dapat diterima sesuai dengan spesifikasi ini.
Spesifikasi Teknis
VI - 8
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan/spesifikasi sebagai berikut:
Tata cara perhitungan struktur beton bangunan gedung (SKSNI T-15-1991-03)
Pedoman Beton Indonesia 1989.
American Concrete Institute (ACI) 1986.
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.
Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3
Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8
Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80)
ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregate.
Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)
Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
American Society for Testing and Material (ASTM)
Peraturan Bangunan Nasional 1978
Peraturan pembangunan daerah setempat
Petunjuk Perencanaan Struktur Banguna untuk Pencegahan Bahaya Kebakarn pada
Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04)
Peraturan dan spesifikasi yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah peraturan
yang berlaku di Indonesia, apabila tidak ada peraturan/spesifikasi di Indonesia untuk
pekerjaan khusus maka kontraktor dapat memakai peraturan/spesifikasi yang berlaku diluar
Indonesia dengan persetujuan dari tim Konsultan Pengawas. Peraturan/spesifikasi yang
diperlukan tersebut diatas harus disediakan kontraktor di lokasi pekerjaan sehingga
memudahkan apabila hendak digunakan.
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh kualitas pekerjaan beton sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, antara lain mutu, dan penggunaan selama
pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus dilakukan oleh tenaga ahli dan tukang yagn
cukup berpengalaman.
Khusus untuk pekerjaan beton yang membutuhkan keahlian dan ketelitian tinggi, seperti
pembuatan beton dengan volume besar dan tebal, maka Kontraktor wajib menyediakan
tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam bidangnya dan harus selalu berada di lokasi
pekerjaan, baik ditempat pembuatan beton maupun di lokasi pengecoran, selama pekerjaan
tersebut berlangsung, sehingga dapat cepat mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat
terjadi.
Kontarktor harus mengusulkan metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
beton volume besar tersebut dan perawatannya untuk mendapatkan persetujuan dari tim
Konsultan Pengawas. Selain tenaga ahli, juga untuk pekerjaan beton volume besar tersebut.
Metode kerja yang disetujui oleh tim manajemen kontruksi tidak membebaskan kontraktor
dari tanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaannya. Jika dipandang perlu, maka tim
Spesifikasi Teknis
VI - 9
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Konsultan Pengawas berhak untuk menunujuk tenaga ahli di luar yang ditunjuk kontarktor
untuk membantu mengevaluasi semua usulan kontraktor, dan semua semua biaya yang
timbul menjadi beban kontraktor.
4. PERSYARATAN BAHAN DAN KUALITAS BETON
a. Semen
Semen yang digunakan adalah portland cement jenis II menurut NI-8 (semen yang tahan
terhadap serangan sulfat dari lingkungan, seperti system drainase dengan sifat kadar
konsentrasi sulfat tinggi di dalam air tanah) atau type I menurut ASTM dan memenuhi
standar portland cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesi serta memenuhi
SII 0013-81, kecuali ditentukan lain. Khusus untuk lokasi yang mempunyai kadar sulfat
lebih dari 300 ppm, seperti struktur STP maka harus digunakan semen dengan
ketahanan sulfat tinggi yaitu semen type V.
Semua semen yang akan dipakai harus dari satu yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam-macam jenis/merek semen untuk suatu konstruksi/struktur
yang sama) dalam keadaan asli maupun baru.
Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka dalam pengangkutan
semen harus terlindung dari hujan. Semen harus diterimakan dalam sak (kantong) asli
pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan di gudang yang
ventilasinya baik dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga dari kemungkinan
yang tidak diinginkan, paling sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen tersebut tidak
boleh ditumpuk sampai tingginya lebih dari 10 sak. Sistem penyimpanana semen harus
diusahakan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi semen tersebut tersimpan terlalu
lama.
Untuk semen yang diragukan mutunya dan menjadi rusak akibat salah penyimpanan,
seperti membatu, akan ditolak penggunaannya. Bahan yang telah ditolak harus segera
dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya kontarktor.
b. Agregat
Untuk membuat beton, dibutuhkan agregat Ada dua ukuran agergat yang digunakan
yaitu agregat kasar/batu pecah (yang mempunyai ukuran butiran/diameter lebih besar
dari 5 mm) dan agregat halus/pasir beton (diameter lebih kecil, sama dengan 5 mm).
1. Agregat Kasar
Umumnya merupakan batu pecah yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 30 mm,
dan untuk lokasi dimana pembesian sangat rapat, seperti pada kolom, maka harus
digunakan agregat kasar dengan ukuran butir maksimum 20 mm, dengan tetap
memperhatikan gradasi butirnya. Penggunaan ukuran butir lebih besar dari 30 mm
tidak diizinkan.
Spesifikasi Teknis
VI - 10
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan, maka harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
2. Agregat halus
Pasir beton (agregat halus) harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus lebih
kecil dari 4% berat.
Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi sayarat-syarat sebagi berikut:
c. Air
Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah air
bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tidak
mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton/tulangan, minyak
atau lemak dan memenuhi syarat-syarat untuk beton. Air yang mengandung garam (air
laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.
Air yang akan digunakan wajib diperiksa pada laboratorium yan disetujui tim Konsultan
Pengawas, untuk mendapatkan kepastian apakah air tersebut dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton. Kadar air di dalam adukan beton terganting dari W/C faktor yang
digunakan.
d. Besi Beton
Semua besi beton (fy=2400 kb/cm2) yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal 2
Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapis minyak/karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas, lika dsb.)
Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar.
Mempunyai penampang yang rata dan seragam, dan memenuhi toleransi yang
disyaratkan.
Merupakan produksi pabrik yang disetujui oleh Krakatau Steel.
Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan dari tim Konsultan Pengawas.
Pemasok besi beton harus dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan bermacam-macam merek besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
Spesifikasi Teknis
VI - 11
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Penggunaan besi beton yang sudah terangkai seperti steel wiremesh atau yang sejenis,
harus mendapatkan persetujuan tertulis dari tim Konsultan Pengawas.
Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan tanggal
pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut. Besi
beton yang tidak memenuhi syarat-sayarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasi ini harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan setelah menerima instruksi
tertulis dari tim Konsultan Pengawas, dalam waktu 2 x 24 jam atas biaya kontraktor.
e. Admixtures
Pemakaian admixtures (super plasticizer, retarder, air entrained dll) saat ini merupakan
sesuatu yang umum untuk pembuatan beton. Walaupun demikian sebelum admixtures
digunakan, kontarktor wajib mengusulkan penggunaan tersebut kepada tim Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Dalam usulan tersebut kontraktor harus
mencantumkan dan melampirkan brosur admixtures yang menjelaskan tentang data,
jenis bahan dasarnya, berikut risiko yang akan timbul dengan menggunakan admixtutres
tersebut. Juga harus di lengkapi dengan metode kerja dan kegunaan admixtures
tersebut.
Jumlah admixtures yang akan digunakan harus mengikuti ketentuan pabrik pembuat,
demikian juga dengan proses pencampurannya dan lamamnya pengadukan dengan
beton, yang umumnya membutuhkan waktu lebih panjang, harus dikonfirmasikan
dengan pihak pabrik.
f. Kualitas Beton
1. Semua kualitas beton dicantumkan di dalam gambar rencana yang dibuat oleh
Perencana. Mutu beton K-175 hanya digunakan untuk kolom-kolom praktis dan
lantai kerja, jika beton langsung dicor diatas tanah.
2. Kontarktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton
ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan pada tempat lain dan
dengan mengadakan trial-mix di laboratorium.
3. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton atau kubus
beton, dengan ukuran yang umum digunakan, dengan W/C factor yang sesuai maka
pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan sesuai dengan ketentuan
tanpa menggunakan pengegetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per
1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama.
Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
4. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat
dengan disahkan oleh tim manajemen kontruksi dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium.
Spesifikasi Teknis
VI - 12
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
5. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, selama pelaksanaan harus ada
pengujian slump, dengan syarat 12 cm ± 2 cm atau sesuai petunjuk tim Konsultan
Pengawas.
Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan
yang dibawahnya. Setelah diatasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penuturunannnya (nilai slump-nya).
Campuran beton harus dirancang oleh kontraktor sesuai dengan mutu beton yang ingin
dicapai, dengan batasan dibawah ini:
a. Umum
1. Kontraktor harus bertanggung jawab sepenuhnya untuk melaksanakan segala
pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya
segera setelah hasil diperoleh.
2. Kontraktor harus melaksanakan pengujian yang khusus atas permintaan tim
Konsultan Pengawas, jika dijumpai kegagalan ataupun pelaksanaan yang tidak
memenuhi spesifikasi ini, dengan biaya ditanggung oleh kontarktor.
3. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan segera, sesuai
dengan pengarahan tim Konsultan Pengawas.
4. Untuk semua bahan semen dan tulangan yang dikirim ke lapangan, Kontraktor harus
mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik, dimana pengujian dilakukan
secara berkala, dengan cara pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
b. Laboratorium Penguji
1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, kontraktor wajib mengusulkan suatu
laboratorium penguji yang akan digunakan untuk melaksanakan pengujian material
yang akan digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung jawab untuk
melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.
Spesifikasi Teknis
VI - 13
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor wajib untuk mempunyai peralatan penguji yang
siap dilapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga ahli yang menguasai
bidangnya antara lain:
Peralatan untuk menguji agregat baik kasar maupun halus.
Peralatan untuk mengukur kadar air (moisture content) dari agergat.
Peralatan untuk mengukur kelecakan beton (slump)
Peralatan untuk membuat dan merawat benda uji sesuai dengan ketentuan dalam
spesifikasi ini, termasuk menyiapkan bak penyimpan agar benda uji dapat
disimpan pada temperatur yang normal dan terhindar dari sengatan matahari.
3. Jika digunakan beton ready, maka peralatan yang disebut (a) dan (b) diatas juga
harus disiapkan di lokasi pembuatan beton ready mix
c. Pengujian Agregat
1. Umum
Contoh dari gregat (pasir, kerikil atau batu pecah) yang disetujui oleh tim
Konsultan Pengawas harus disimpan dilokasi pekerjaan dan harus diberi tanda
yang jelas untuk dibandingkan dengan agregat-agregart yang dikirim ke lokasi
selama pekerjaan berslangsung.
Jika contoh tersebut ternyata tidak memenuhi syarat, maka material tersebut
dapat ditolak oleh tim Konsultan Pengawas atau material yang ada dapat
dibersihkan kembali dan selanjunya diuji ulang. Setiap material yang ditolak oleh
tim Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi penyimpanan
segera setelah instruksi disampaikan.
Semua material dan benda uji harus diambil/dibuat sesuai dengan spesifikasi ini.
Jika karena satu sebab tim Konsultan Pengawas tidak puas dengan hasil
pembuatan beton yang dilakukan oleh kontraktor, maka tim Konsultan
Pengawas berhak untuk melakukan pengujian tambahan dari yang sudah
Spesifikasi Teknis
VI - 14
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
1. Umum
Semua benda uji, perawatan dan pengujian beton harus dilakukan sesuai dengan
spesifikasi ini.
2. Benda Uji
Kontraktor harus membuat benda uji kubus dari adukan beton yang dibuat
dengan jumlah seperti diuraikan pada spesifikasi ini, sesuai dengan tipe struktur
sbb:
Untuk benda uji berbentuk kubus, cetakan harus berbentuk bujur sangkar dalam
segala arah dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3
Pengambilan adukan beton, pencetakan benda uji kubus dan perawatannya harus
dibawah pengawasan tim Konsultan Pengawas
Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi tanggung
jawab kontraktor
Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain
data yang perlu dicatat.
Jika akibat suatu alasan, seperti hasil kerja beton yang kurang memuaskan, maka
tim Konsultan Pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda uji
lebih besar dari yang ditentukan diatas, dengan beban biaya ditanggung oleh
kontraktor, demikian juga sebaliknnya, jumlah benda uji dapat dikurangi, jika
hasil kerja yang diperlihatkan sudah baik.
Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan beton ready mix,
maka benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke lokasi pengecoran,
sesuai dengan yang disyaratkan oleh tim Konsultan Pengawas.
3. Kelecakan (workability)
Spesifikasi Teknis
VI - 15
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
1. Deviasi Standar - S
Deviasi standar produksi beton ditetapkan berdasarkan jumlah 30 buah hasil test
kubus. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh kubus yang kurang dari 30 buah
harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti tercantum dalam tabel berikut:
Nilai rata-rat dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari 4
hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S)
Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai nilai
dibawah 0.85 fc’.
Lokasi dan banyaknya pengujian akan ditentukan secara khusus oleh tim Konsultan
Pengawas dengan melihat kasus per kasus.
Spesifikasi Teknis
VI - 16
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
sebelum pelaksanaan dimulai. Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih detail antara
semua pihak yang berkepentingan.
Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara baik dan jelas, sehingga
mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.
Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali
ditentukan oleh pemberi tugas/tim Konsultan Pengawas. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran tidak berarti membebaskan kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas
ketidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan harus
dipastikan bahwa semua peralatan yang akan tertanam didalam beton sudah terletk pada
tempatnya, dan semua kotoran sudah dibersikan dari lokasi pengecoran. Demikian pula
untuk siar pelaksanaan sudah harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan.
c. Siar Pelaksanaan
Kontraktor wajib mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya. Siar
pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan struktur dapat
dikurangi. Siar pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah yang diperkirakan
sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll, kecuali ditentukan lain oleh tim
Konsultan Pengawas.
Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus diperhatikan sebagai
berikut:
Harus terletak pada daerah dimana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak
pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen struktur.
Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar pelaksanaan
harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan
temparatur yang besar pada beton tersebut, yang dapat berakibat retaknya beton,
disamping adanya tegangan residu yang tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat
dibuat secara horizontal, dan pengecoran dapat dibagi menjadi berlapis-lapis.
Lokai siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh tim Konsultan Pengawas.
Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang
berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti waterstop, perekat beton, dowel dsb.,
maupun pembersih permukaan beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama
dan baru.
Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas beton yang tidak
melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan, harus dikasarkan
sedemkian rupa sehingga agregat besar menjadi terlihat, tetapi tetap melekat dengan
baik.
Spesifikasi Teknis
VI - 17
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba di lokasi proyek
dalam keadaan yang masih layak untuk digunakan sebagai beton segar. Jika lokasi
pembuatan beton cukup jauh dari proyek, maka harus diperguanakan admixtures yang
dapat memperlambat proses pengerasan dari beton. Pada saat beton dingkut ke lokasi
pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak tejadi pemisahan antara bahan-bahan
dasar pembuat beton.
Pada saat pengecoran tinggi jatuh dari beton segar harus lebih kecil dari 1,50 meter. Hal
ini sangat penting agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat, dengan
pasta beton (segregasi), sehingga mengakibatkan kualitas beton menjadi menurun. Untuk
itu harus dipersiapkan alat bantu sehingga syarat ini dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran
beton harus tetap dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu yang cukup,
sehingga pengecoran beton dapat dilakukan dengan baik.
Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan personel yang akan mendukung pengecoran
beton, yang dianalisa berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Sebagai gambaran setiap alat pemadat (vebrator) mampu memadatkan sekitar 5-8 m3
beton segar perjam.
e. Pemadatan Beton.
1. Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat mesin (vibrator)
dengan tipe yang disetujui oleh tim Konsultan Pengawas. Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan mengurangi kualitas beton.
Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability) beton.
2. Pada cuaca panas kelecakan akan terjadi dalam jangka waktu sangat pendek, sehingg
slump yang rendah biasanya merupakan masalah. Penundaan pengikatan awal
dengan menggunakan admixtures (plasticizer dan retarder) akan dapat mengatasi
masalah kelecakan. Vibrator harus disediakan dalam jumlah yang memadai, sesuai
dengan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan. Minimal harus
dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan dipakai, jika ada vibrator yang rusak
pada saat pemadatan sedang berlangsung.
3. Untuk memeriksi frekuensi dari alat pendengaran maka indera pendengaran
merupakan pilihan. Alat penggetar (vibrator\) diluar beton akan menghasilkan suara
yang nyaring berfrekuensi tinggi, sedangkan vibrator didalam beton frekuensinya
rendah, sehingga suaranya juga rendah. Lambat laun suaranya maninggi dan suatu
saat akan berfungsi konstan yang artinya pemadatan sudah cukup. Pengalaman
pekerja sangat menetukan untuk hal ini .
4. Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan balok-
kolom, dinding beton yang tipis, dan pada lokasi pembesian yang rapat dan rumit,
maka kontraktor harus mepersiapkan metode khusus untuk mendaptkan beton, agar
tidak terjadi keropos pada beton ,sehingg secara kualitas tidak akan disetujui.
5. Jika dipandang perlu kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang
dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara permukaan
dan inti beton. Hal ini dapat menyebakan keretakan struktur dan terjadinya tegangan
menetp pada beton, tanpa adanya beban yang bekerja.
f. Perawatan Beton
1. Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka beton
tersebut harus dipadatkan kembali agar retak tersebut dapat dihilangkan. Perawatran
harus segera dilakukan setelah pekerjaan pemadatan tersebut selesai. Perawatan
tersebut harus dilakukan dengan menggunakan air pada permukaan beton.
2. Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus selama minimal 7 hari
segera setelah pengecoran selesai kecuali ditentukan lain.
Spesifikasi Teknis
VI - 18
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
3. Untuk pengecoran skala besar dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka
perlindungan (insulasi) permukaan beton dengan material yang disetujuui, agar dapat
memantulkan radiasi akibat panas. Material tersebut harus dibuat kedap, agar
kelembaban permukaan beton dapat dipertahankan.
4. Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis, harus
didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan.
5. Secara umum, perawatan beton harus dilakukan segera setelah pemadatan selesai.
Perawatan bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi kehilangan zat cair
pada saat pengikatan awal, dan juga mencegah perbedaan temperatur dalam beton
yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan dan penurunan kualitas beton. Untuk
itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian sehingga tidak terjadi penguapan
yang cepat terutama pada permukaan beton yang baru dipadatkan.
6. Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing
compound. Jenis dan type curing compound yang akan digunakan harus disetujui oleh
MK/pengawas. Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat
pada permukaan sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.
3. Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah
pengecoran beton adalah:
a). Usahakan agar semua material dasar yang dapat digunakan tetap dalam kondisi
terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat
pencampuran dimulai.
b). Jumlah semen yang akan digunakan dikurangi, dan diganti dengan admixtures
dengan komposisi yang diizinkan oleh pabrik pembuat, dengan catatan bahwa
mutu beton tetap dipenuhi dan daya tahan beton tetap dapat dipertahankan
sehingga memenuhi syarat.
c). Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah
d). Waktu untuk pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal 2 jam.
e) Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana
temperatur lapangan sudah lebih rendah dibandingkan pada siang hari.
f). Harus disiapkan isolasi panas yyang merata pada seluruh permukaan beton yang
terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur tidak terlalu
berbeda pada seluruh penampang beton.
g) Lakukan perawawtan awal segera setelah pemadatan selesai, dan harus
diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya.
h). Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar matahari dan
angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat dinding pada sekeliling daerah
pengecoran dengan plastik atau material sejenis, demekian juga pada bagian
atasnya.
4. Jika ternyata pada permukaan beton dijumpai keretakan setelah pemadatan selesai,
maka jika mungkin yaitu beton masih dalam kondisi plastis maka harus dilakukan
pemadatan kembali pada beton tersebut.
Spesifikasi Teknis
VI - 19
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
5. Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan diluar tolerani yang diizinkan,
maka kontraktor harus melaporkan hal tersebut secara tertulis yang berisi antara lain
metode kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi campuran yang
digunakan, kepada tim Konsultan Pengawas untuk dievaluasi lebih lanjut. Kontraktor
tidak diizinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut sebelum mendapatkan
persetujuan tertulis dari tim manajemen kontruksi. Sambil menunggu evaluasi tersebut
kontraktor harus segera mengusulkan metode perbaikan yang akan dilakukannya
dengan biaya kontraktor.
6. Jika keretakan yang terjadi masih dapat diterima/diperbaiki, maka usulan kontraktor
akan dipelajari, dan umumnya keretakan tersebut diatasi dengan menggunakan
grouting yang tidak susut (non shrink-grout).
i. Besi Beton/Tulangan
1. Pemasok besi beton harus mendapatkan persetujuan dari MK sebelum material
dipesan.
2. Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara baik
sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup terlindung
sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
3. Pembengkokan besi beton harus dilakukan sesuai dengan gambar pelaksanan dan
berdasarkan standar detail yang ada. Pembengkokan tersebut harus dilakukan dengan
menggunakan alat-alat (bar tender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
cacat patah, retak-retak dan sebagainya. Semua pembengkokan tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar cutter, tidak boleh
dengan sistem panas. Semua sambungan tulangan dengan diameter lebih besar dari
25 mm, harus menggunakan mekanikal joint dengan tipe yang disetujui oleh MK.
Kontraktor wajib mngusulkan tipe mekanikal joint yang akan digunakan. Mekanikal
joint tersebut selanjutnya harus diuji dengan jumlah 0.5 persen dari jumlah yang
dipakai, atau minimal 2 (dua) buah dan semua biaya pengujian termasuk beban
kontraktor.
4. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai, kontraktor wajib membuat
gambar kerja (shop drawing) berupa penjabaran gambar rencana pembesian, rencana
kerja pemotongan cutting schedule dan pembengkokan besi beton (bending schedule)
yang diserahkan kepada tim majemenen konstruksi untuk mendapat persetujuan
tertulis.
5. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai dengan gambar dan harus
sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya. Sebelum besi beton
dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang
dapat mengurangi lekatan besi beton.
6. Pasangan selimut beton (concrete cover) harus sesuai dengan gambar standard
(standard drawing). Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama
tarik/tekan penampang beton harus dipasang sejauh mungkin dari garis tengah
penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan-ketentuan
tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari tim manjemen konstruksi.
Spesifikasi Teknis
VI - 20
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Spesifikasi Teknis
VI - 21
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
1. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara tepat lokasi
sparing yang akan terdapat pada elemen struktur. Kebutuhan akan sparing yang
terjadi akibat perubahan disain harus diinformasikan segera kepada tim manejemen
konstruksi untuk mendapatkan pemecahannya. Tidak dibenarkan untuk membobok,
membuat lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa
sepengetahuan dan ijin tertulsi dari MK.
2. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton, pemasangan
sparing dan sebagainya, harus sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk-
petunjuk.
3. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M/E harus ditentukan
sesuai dengan standard drawing.
A. UMUM
Lingkup Pekerjaan
Spesifikasi Teknis
VI - 22
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Quality Control/Pengujian
Pengujian dimaksud adalah untuk mengetahui apakah pekerjaan beton dalam hal
sistem pemasangan bekisting, tulangan, dan perlengkapan lainnya yang
disyaratkan dalam dokumen kontrak sudah tepat dan baik sehingga tidak ada
bagian yang tidak kuat, celah, ataupun retak pada seluruh bagian dan sistem dari
pekerjaan ini. Pengujian ini dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai dan
pekerjaan pengujian ini bukan dimaksud untuk meniadakan jaminan atau garansi
yahg wajib dikeluarkan oleh kontraktor.
Contoh Bahan:
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh-
contoh material misalnya: besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan
persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.
Referensi
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan:
a) Peraturan-peraturan/standard setempat yang biasa dipakai
g) Peraturan-peratutran Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2
h) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5
i) Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-B
j) Peraturan pembanguna daerah setempat
k) Ketentuan-ketentuan umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan tambahan Lembaran Negara No.
1457.
l) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan pemberi tugas/pengawas lapangan.
m) Standar normalisasi Jerman (DIN), American Society for Testing and Material
(ASTM)
n) American Concrete Institute (ACI)
Spesifikasi Teknis
VI - 23
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
C. BAHAN
1. Semen Portland
Semen Portland harus memakai mutu yang terbaik dari jenis dan merk atas
persetujuan pemberi tugas/pengawas lapangan dan harus memenuhi NI-8. Semen
yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpukkan
sesuai dengan syarat penumpukan semen.
2. Pasir Beton
Pasir beton harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
orgnis, lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.
3. Koral Beton/Split
Koral beton/split digunakan koral yang tidak mengandung lumpur, bermutu baik,
tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI
1971. Penyimpanan atau penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan satu
dari yang lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan
adukan beton yang tepat.
4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang jernih dan tidak mengandung lumpur,
minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak
beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu pemberi
tugas/pengawas lapanagan dapat meminta kepada kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
kontraktor.
5. Besi Beton
Digunakah mutu U24>12 atau sesuai kriteria yang diberikan perencana struktur.
Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-
serpih. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2 (PBI 1971).
Bila dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.
6. Mutu Beton
Mutu beton yang dipakai dalam pekerjaan beton bertulang adalah K 225 atau sesuai
kriteria yang diberikan perencana struktur dan harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam PBI-1971.
Spesifikasi Teknis
VI - 24
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
D. PELAKSANA
1. Pembesian
Pembuatan tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan
kaitan dan pembuatan sengakang (ring), persyaratannya harus sesuai PBI-
1971.
Pemasangan dan penggunaan tulang beton harus disesuaikan dengan gambar
konstruksi.
Tulangna beton harus diikat untuk menjamin agar besi tersebut tidak berubah
tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan acuan atau lantai
kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PBI-
1971.
Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan.
2. Cara Pengadukan
Cara pengadukan harus menggunakan beton molen atau langsung dari ready
mix.
Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh pemberi tugas/pengawas lapangan.
Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum 10
cm dan maksimum 12.5 cm.
3. Pengecoran Beton
Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan pemeberi
tugas/pengawas lapangan.
Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang, koral/split yang
dapat memperlemah konstruksi.
Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan akan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh pemberi
tugas/pengawas lapangan.
4. Pekerjaan Acuan/bekisting
Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
Acuan harus dipasang sedemikin rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan
beton.
Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split, pasir
dan semen portland kepada pemberi tugas/pengawas lapangan, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.
Spesifikasi Teknis
VI - 25
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur
Spesifikasi Teknis
VI - 26