Anda di halaman 1dari 26

Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat

(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

BAB XII.
SPESIFIKASI TEKNIS

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah PEMBANGUNAN GEDUNG DEWAN PERWAKILAN


RAKYAT DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHAP I.

6.1 SPESIFIKASI UMUM

1. PERATURAN-PERATURAN DAN SYARAT-STARAT YANG DIGUNAKAN DALAM


PELAKSANAAN

Untuk pelaksanaan pekerjaan berlaku peraturan-peraturan:

 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5


 Peraturan Pengecatan NI-12
 Peraturan Perencanaan Baja Indonsia 1983
 Peraturan pembebanan Indonesia 1981
 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T-15-1991-
03)
 Pedoman Beton Indonesia 1989
 American Concrete Institute (ACI) 1986
 Peraturan-Peraturan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983
 Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3
 Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8
 Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
 Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80)
 ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Aggregates.
 Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)
 Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
 American Society for Testing Materials (ASTM)
 Peraturan Bangunan Nasional 1978
 Peraturan pembangunan daerah setempat.
 Petunjuk perencanaan struktur bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada
bangunan rumah dan gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04)
 Peraturan peraturan lain yang berlaku yang dipersyaratkan berdasarkan normalisasi
di Indonesia yang belum tercantum di atas dan berdasarkan persetujuan tim
Konsultan Pengawas

Kontraktor harus melaksanakan segala pekerjaan menurut uraian dan syarat-syarat


pelaksanaan, gambar-gambar dan instruksi-instruksi tertulis tim Konsultan Pengawas.

Tim Konsultan Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor
pada setiap waktu.

Bagaimanapun juga kelalaian tim Konsultan Pengawas dalam pengontrolan terhadap


kekeliruan atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor, tidak berarti kontraktor
bebas dari tanggung jawab.

Pekerjaan yang tidak memenuhi uraian dan syarat-syarat pelaksanaan (spesifikasi) atau
gambar atau instruksi tertulis dan harus diperbaiaki atau dibongkar. Biaya yang
diperlukan untuk ini menjadi tanggung jawab kontraktor.

Bahan-bahan yang dipakai harus mendapat persetujuan. Bahan yang ditolak tidak boleh
disimpan di dalam lokasi dan tidak boleh dipakai serta dikeluarkan dari lokasi.

Spesifikasi Teknis
XII - 1
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

2. ALAT DAN PERLENGKAPAN PEKERJAAN DAN TENAGA LAPANGAN

Kontraktor dan bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan pelaksanaan di


dalam proyek ini, harus menyediakan alat-alat dan pekerjaannya sesuai dengan
bidangnya masing-masing, seperti:

 Alat ukur (teodolite, waterpass, dll)


 Alat pemotong, penduga , penarik.
 Alat-alat bantu
 Dan alat-alat pengetesan lainnya yang diperlukan.

Disamping itu juga harus menyediakan buku-buku laporan (harian/mingguan), buku-buku


petunjuk alat-alat yang akan dipotong, rencana kerja dan penempatan tenaga-tenaga
lapangan yang bertanggung jawab penuh untuk memutuskan segala sesuatunya di
lapangan dan bertindak atas nama kontraktor.

3. PENYIMPANAN BARANG-BARANG DAN MATERIAL

Kontraktor diwajibkan untuk menempatkan barang-barang dan material-material


kebutuhan pelaksanaan baik di luar (terbuka) ataupun di dalam gudang-gudang, sesuai
dengan sifat-sifat barang-barang dan material tersebut atas persetujuan, sehingga akan
menjamin keamanannya dan terhindar dari kerusakan-keruasakan yang diakibatkan oleh
cara penyimpanan yang salah. Barang-baarang dan material yang tudak akan digunakan
untuk kebutuhan langsung pada pekerjaan yang bersangkutan, tidak diperkenankan
untuk menyimpan di dalam site.

4. KEBERSIHAN DAN KELELUASAAN HALAMAN

Kontraktor diwajibkan menjaga kebersihan halaman dan lokasi kerja dengan


menempatkan barang-barang dan material sedemikian rupa sehingga:

 Tidak mengganggu pekerjaan


 Lokasi terjaga kebersihannya dari sampah-sampah, kotoran-kotoran bangunan
(puing-puing), air yang menggenang.
 Tidak terjadi penyumbatan saluran-saluran air
 Sebelum dan sesudah seluruh pekerjaan selesai, harus diadakan pembersihan
lapangan.
 Kontraktor harus membuat perencanaan penempatan alat, bahan, kantor kontraktor,
perencana dan kantor Konsultan Pengawas sedemikian rupa sehingga keleluasaan
kerja terjamin. Perencanaan penempatan seperti tersebut diatas harus disetujui oleh
tim Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.

5. FASILITAS-FASILITAS LAPANGAN

Kontraktor diwajibkan menyediakan sendiri:


 Listrik dan penerangan, untuk kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dan keamanan.
 Air minum atau air bersih yang dapat diminum, untuk kebutuhan pelaksanaan
pekerjaan dan semua petugas-petugas yang ada di proyek.
 Alat-alat pemadam kebakaran
 Alat-alat PPPK
 Kamar mandi dan WC untuk pekerjaan lapangan.

Spesifikasi Teknis
VI - 2
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

6. BARANG CONTOH (SAMPEL)

Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan barang-barang contoh (sample) dari material


yang akan dipakai/dipasang, untuk mendapatkan persetujuan tim Konsultan Pengawas.

Barang-barang contoh (sample) tertentu harus dilampiri dengan tanda bukti /sertifikat
pengujian dan spesifikasi teknis dari barang-barang/material-material tersebut.

Untuk barang-barang dan material yang akan didatangkan ke site (melalui pemesanan),
maka kontraktor diwajibkan menyerahkan brosur, katalog, gambar kerja atau shop
drawing dan sample yang dianggap perlu oleh tim Konsultan Pengawas.

7. SHOP DRAWING

Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur berdasarkan
desain yang ada dan harus dimintakan persetujuan tertulis dari tim Konsultan Pengawas.
Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data tertulis dan hal-hal yang
diperlukan.

Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing fabrikasi


dan ketepatan penyetelan/pemasangan semua bagian konstruksi baja.

Semua bahan untuk pekerjaan baja difabrikasikan di whork shop, kecuali atas
persetujuan tim Konsultan Pengawas.

Seluruh pekerjaan pengadaan, penekukan dan pengelasan listrik harus dilakukan atau
difabrikasi di work shop.

Semua baut, baik yang dikerjakan di work shop maupun di lapangan harus memberikan
kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang baut tersebut.

Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan dilapangan pada waktu pemasangan


yang diakibatkan oleh kurang teliti atau kelalaian kontraktor, harus dilakukan atas biaya
kontraktor.

Keragu-raguan terhadap kebenaran dan kejelasan gambar dan spesifikasi harus


ditanyakan kepada tim Konsultan Pengawas .

Kontraktor diwajibkan untuk membuat gambar-gambar “as built drawing” sesuai dengan
pekerjaan yang telah dilakukan dilapangan secara kenyataan, untuk kebutuhan
pemeriksaan dikemudian hari. Gambar-gabar tersebut diserahkan kepada tim Konsultan
Pengawas.

6.2 PEKERJAAN PERSIAPAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
 Pembersihan lokasi sekeliling bangunan
 Pembongkaran
 Pembuatan gudang, bangsal kerja dan direksi keet
 Pembuatan papan nama proyek
 Pemasangan bowplank
 Pengadaan alat-alat kerja yang dibutuhlan
 Pembuatan wc sementara dan fasilitas lainnya untuk kebutuhan para pekerja.

Spesifikasi Teknis
VI - 3
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

2. PERSYARATAN BAHAN
 Untuk gudang dan bangsal kerja, digunakan rangka kayu, dinding papan dan atap
seng.
 Untuk direksi keet digunakan bahan rangka kayu, dinding papan atau triplek dicat,
atap seng BJLS 030, lantai rabat beton.
 Untuk menampung air kerja disiapkan drum penampung, air harus memenuhi kualitas
yang ditentukan dalam SNI 1991.
 Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu dan triplek dicat putih.
 Bahan bowplang di pakai tiang kayu meranti atau sengon 5/7 dan papan meranti atau
sengon ukuran 2/20 cm.
 Untuk alat-alat kerja berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak dorong dan lain-
lain digunakan bahan kayu setempat.

3. PEDOMAN PELAKSANAAN
 Pembersihan lokasi di sekeliling bangunan.
 Meliputi pembersihan semua tanaman tumbuh termasuk pembongkaran akar-akar
pohon yang terkena banguanan dan halaman di sekeliling banguanan, termasuk
peralatan tanah/pembuatan teras siring jika diperlukan. Hasil bongkaran tersebut di
atas dibuang ke luar lokasi pekerjaan.
 Bangsal kerja dan direksi keet
 Untuk gudang dan bangsal kerja dibuat banguanan sementara yang dapat
melindungi pekerja dari panas dan hujan. Bangunan ini harus dibongkar setelah
pekerjaan selesai dikerjakan.
 Untuk direksi keet, dibuat dengan konstruksi semi permanen dengan ukuran sesuai
gambar, luas = 21 M2, dilengkapi mobiler sederhanan 1 meja tulis, beberapa buah
kursi duduk, dan 1 lembar triplek tempat menempel gambar.
 Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan
 Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air terdekat,
kemudian ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan. Kebutuhan air harus
disediakan dalam jumlah yang cukup selama pelaksanaan pekerjaan. Air harus
memenuhi syarat yang tercantum dalam PBNI N-2.
 Pembuatan papan nama proyek
Membuat papan nama proyek dari papan dengan ukuran 200 x 100 cm. Didirikan
tegak diatas kayu 5/7 cm sertinggi 240 cm. Diletakkan pada tempat yang mudah
dilihat umum.
Papan nama memuat:
1. Nama proyek
2. Pemilik proyek
3. Lokasi proyek
4. Jumlah biaya (kontrak)
5. Nama konsultan perencana
6. Nama konsultan pengawas
7. Nama pelaksana (kontraktor)
8. Proyek dimulai tgl, bln, th.
 Pemasangan bowplang
Tiang bowplang harus terpasng kuat. Papan diketam halus dan lurus pada sisi
atasnya dan dipasng water pass (timbang air) dengan sudut-sudutnya harus siku.

4. PEMBAYARAN
Pembayaran pekerjaan persiapan ini dilaksanakan sesuai dengan nilai harga dari setiap
uraian dan volume pekerjaan yang tercantum dalam RAB tawaran kontraktor. Harga ini
sudah mencakup harga bahan, upah, menyeleaikan pekerjaan yang termasuk dalam
lingkup pekerjaan sehingga bagian pekerjaan tersebut berfungsi secara sempurna.

Spesifikasi Teknis
VI - 4
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

6.3 PEKERJAAN TANAH URUGAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada pekerjaan ini sudah harus diperhitungkan
jenis tanah yang dijumpai di lapangan seperti tanah pasir, , tanah liat, tanah keras (batuan),
dan lain sebagainya, yaitu:
 Galian tanah untuk sub struktur (pondasi, saluran sekeliling bangunan).
 Septicctank dan peresapan
 Timbunan kembali tanah pondasi
 Timbunan tanah dan pasir bawah lantai, pondasi dan saluran sekeliling bangunan.
 Perataan tanah sekeliling bangunan
 Galian tanah diluar bangunan untuk mendapatkan peil lantai yang disyaratkan
 Pekerjaan cut and fill (bila ada)

2. PERSYARATAN BAHAN
Untuk timbunan bekas galian pondasi, digunakan tanah bekas galian pondasi. Untuk
timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir pasang kualitas baik.

3. PEDOMAN PELAKSANAAN
 Galian tanah pondasi baru boleh dilaksanakan setelah bowplang dengan penandaan dari
sumbu ke sumbu selesai diperiksa dan di setujui pemilik. Bentuk galian dilaksanakan
sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar. Apabila ditempat galian ditemukan
pipa-pipa (utilitas lain), yang masih berfungsi, maka kontraktor secepatnya
memberitahukan kepada pemilik atau kepada instansi yang berwenang untuk mendapat
petunjuk seperlunya. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerusakan
yang diakibatkan pekerjaan galian tersebut. Galian –galian untuk septictank, saluran air
hujan, saluran air kotor dan air bersih dilaksanakan dengan ukuran yang ditetapkan
dalam gambar kerja dan gambar detail.
 Galian diluar bangunan untuk mendapatkan tinggi lantai yang disyaratkan dalam gambar.
Pengalian tanah ini dimaksudkan untuk mendapatkan kontur tanah yamhg disyaratkan
dalam site plan.
 Bila ternyata penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan dalam gambar, maka
kontraktor harus mengisi kelebihan galian tersebut dengan pasir urug.
 Pengurukan bekas galian pondasi, galian septic tank, galian saluran air hujan, saluran air
bersih dan saluran air kotor diurug lapis demi lapis dengan ketebalan pipa lapis
maksimum 15 cm. Tiap lapisan dipadatkan dengan menumbuk lapisan tersebut, dengan
menggunakan alat tumbuk yang baik. Setelah lapisan pertama padat kembali seperti
diatas. Demikian seterusnya dilakukan sampai semua lubang bekas galian pondasi
tertutup kembali.
 Pengurugan dengan tanah timbunan dibawah lantai dilakukan lapis demi lapis hingga
ketebalan 10 cm dibawah lantai, ditumbuk hingga pada. Lapisan-lapisan urugan untuk
ditumbuk ini dibuatkan maksimal 10 cm, dan ditumbuk 5 kali tiap bidang tumbukan pada
tiap-tiap bidang lapis tersebut.
 Dibawah lantai di urug dengan pasir pasangan dan dipadatkan. Pengurukan dan
pemadatan ini dilakukan dengan menyiram air hingga jenuh, kemudian ditumbuk dengan
alat yang sesuai untuk pemadatan. Hasil akhir harus mendapat persetujuan pemilik atas
kesempurnaan pengurugan dan pemadatan.
 Di bawah pondasi, dan dibawah air, diurug dengan pasir pasangan setebal 10 cm dan
dipadatkan.

Spesifikasi Teknis
VI - 5
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

4. PEKERJAAN PONDASI

A. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi seluruh pekerjaan bangunan, terdiri dari:
 Pondasi Tiang Pancang
 Pondasi Plat Tapak Beton Bertulang
 Pondasi pasangan batu kali/batu belah

4.1 PEKERJAAN TIANG PANCANG

4.1.1 UMUM

Pelaksanaan pemasangan tiang pancang menggunakan sistem HAMMER,


semua bahan dan pekerjaan harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat
dalam syarat-syarat dalam bagian ini . Penggunaan tiang pancang siap
pakai harus dikonsultasikan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan tertulis.

4.1.2 PONDASI TIANG PANCANG PRECAST

Pondasi pada bangunan ini menggunakan pondasi tiang pancang


Precast dengan poer beton. Ukuran tiang pancang, dengan penempatan
ditunjukkan dalam kerja.

1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua tenaga, alat-alat dan bahan untuk menyelesaikan
semua pekerjaan tiang beton sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari
perencana/ Konsultan MK/Pengawas dalam uraian syarat-syarat
pelaksanaan.

2. Keahlian dan pertukangan


Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan
pemancangan beton sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
disyaratkan, temasuk kekuatan, toleransi dan penyelesaiannya. Semua
pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya. Semua pekerjaan
yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sebanding dengan
standar yang umum berlaku.
Apabila Konsultan MK/Pengawas Konstruksi memandang perlu, kontraktor
dapat meminta nasihat-nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk
Konsultan Konsultan Pengawas atas beban kontraktor.

3. Kualitas tiang
Tiang pancang mengunakan type spun PC Pile dengan Diameter 40
cm setara produk W ijaya Karya Beton.

4. Spesifikasi teknis pemancangan

a. Bahan
 Beton yang dipakai untuk pembuatan tiang beton cetak harus
mempunyai mutu beton minimal K-400 (beton Readymix).
 Penulangan tiang menggunakan besi strand Ø 9.2 mm sebagai
tulangan utama dengan mutu minimal U-42 dan D 6 - 10 cm
untuk penulangan sengkang dengan mutu baja U-24.

b. Alat Pancang

Spesifikasi Teknis
VI - 6
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

 Berat Palu (hammer) pancang minimal 3,5 ton (K-35).


 Gerak palu, baik arah maupun tinggi jatuh harus dapat
diatur, sehingga kelurusan tiang maupun energi dapat diatur
selama pemancangan tiang.
 Selama pemancangan harus digunakan driving helmet dan
driving plate agar pukulan palu terbagi merata pada kepala tiang.
 Untuk mencegah rusaknya kepala tiang akibat pukulan-
pukulan palu (impact), harus digunakan bantalan (cushion)
minimal tebal 5 cm. Bantalan tersebut harus diperiksa dan
diganti secara periodik seperlunya atau atas saran dan
persetujuan Konsultan Konsultan Pengawas.

c. Daya Pikul Tiang Pancang

 Pemancangan tiang dihentikan setelah kriteria set sesuai


daya pikul yang diinginkan tercapai.
 Set atau kelendering pemancangan tiang beton cetak
dihitung menggunakan Hiley Formula, yang disesuaikan dengan
kebutuhan.

d. Toleransi Posisional dan Kemiringan Tiang


 Toleransi untuk ketepatan titik tiang tidak lebih dari 8,00 cm
dari letak titik pada awal pemancangan, dan jarak antara
dua buah tiang pancang tidak bertambah/berkurang lebih
dari 15,00 cm dari yang seharusnya.
 Toleransi kemiringan untuk tiang yang seharusnya vertikal
adalah tidak lebih miring dari 1 : 75.
 Kontraktor harus menjamin bahwa tiang beton cetak yang
baru dibuat tidak mengganggu atau merusak tiang-tiang yang
dibuat sebelumnya.
 Jika ada gangguan dalam pelaksanaan tiang beton
cetak yang diluar kemampuan kontraktor untuk mengatasinya,
maka kontraktor dapat menambah satu atau lebih tiang beton
cetak, dan sebelum pelaksanaan harus minta persetujuan dari
perencana/ Konsultan Pengawas.
 Pemasangan poer dan tie beam dapat dilaksanakan setelah
semua tiang Mini Franki terpasang baik dan setelah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.

e. Penyambungan Tiang
Tiang beton cetak disambung dengan mengelas plat baja pada
kedua tiang yang akan disambung dengan full buttweld.
Sebelum pengelasan dilakukan potongan tiang yang akan disambung
distel hingga satu garis dengan tiang yang telah terpancang di dalam
tanah. Setelah pengelasan selesai dilaksanakan, sambungan
tersebut diberi lapisan aspal dan pemancangan tiang dilanjutkan.

f. Pemancangan

 Setiap saat pada saat pemancangan, tiang pancang harus


disanggah dengan baik sehingga tidak berubah dari posisi
yang telah ditentukan serta tidak terjadi kemungkinan tekuk.
Penyanggahan ini harus diatur sedemikian rupa sehingga
tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan.
 Alat pancang yang akan dipergunakan harus mempunyai
kapasitas dan efisiensi, sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan
tertulis dari Konsultan Pengawas sebelum digunakan.
Manometer pengukur tekanan harus ada sertifikat kalibrasi
yang masih berlaku dari pihak yang berwenang.
 Panjang tiang pancang yang akan ditekankan harus

Spesifikasi Teknis
VI - 7
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, sesuai dengan


keadaan tanah setempat.
 Setiap tiang pancang harus dipancang terus menerus
sampai penetrasi atau kedalaman yang disyaratkan
tercapai. Kecuali Konsultan Pengawas menyetujui bahwa
penghentian pemancangan terjadi karena hal-hal yang diluar
kekuasaan pemborong.
 Pemborong harus membuat catatan pemancangan (tiap
pemasukan 500 mm kecuali sisa 2000 mm terakhir harus dibaca
tiap 250 mm ) atau sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi karakteristik pemancangan yang berbeda dengan
karakteristik yang diharapkan berdasarkan hasil penyelidikan
tanah maupun penekanan- penekanan sebelumnya, pemborong
harus segera memberitahukan Konsultan Pengawas untuk
meminta petunjuknya.
 Urut-urutan pemancangan harus diatur sedemikian rupa
sehingga pengaruh yang jelek dari "heave" dan desakan tanah
kesamping dapat dibatasi sekecil mungkin. Urut-urutan
penekanan ini harus dikonsultasikan dan disetujui secara tertulis
oleh Konsultan Pengawas.
 Bila terjadi “heav e”, Pemborong harus melakukan
penekanan ulang pada semua Toleransi posisi horizontal pondasi
tiang pada Level Poer tidak boleh melebihi 75 mm dalam segala
arah.
 Toleransi posisi vertikal pondasi tiang tidak boleh melebihi
kemiringan 1:75

g. Pemotongan Kepala Tiang Tekan

 Bila pemancangan telah mencapai kapasitas tiang atau


kedalaman yang disyaratkan, maka kepala tiang tekan harus
dikupas sampai dengan level yang ditentukan dalam gambar
pelaksanaan.
 Panjang tulangan yang terkupas harus sesuai dengan panjang
yang disyaratkan dalam gambar pelaksanaan.
 Pemborong harus melakukan segala usaha agar pemotongan
tiang tekan ini tidak menyebabkan kerusakan pada tiang tekan
tersebut.
 Setiap tiang tekan yang retak atau cacat harus dibongkar
dan diper-baiki dengan beton dengan mutu yang sama dengan
mutu beton yang disyaratkan untuk tiang tekan.

h. Penolakan Tiang

 Tiang yang tidak dilaksanakan dengan benar serta tidak


memenuhi spesifikasi ini akan ditolak. Pemborong wajib
membuat tiang pengganti tanpa biaya tambahan.
 Segera setalah pekerjaan selesai, Pemborong harus
membuat “As built drawing” dari letak dan kedalaman tiang
pancang mini pile.

6.4 PEKERJAAN BETON BERTULANG (UMUM)

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat
bantu lainnya, serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan
beton berikut pembersihannya sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, baik pekerjaan
struktur serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton, trial mix, dan perawatan beton,
sehingga beton dapat diterima sesuai dengan spesifikasi ini.

Spesifikasi Teknis
VI - 8
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

2. PERATURAN DAN SPESIFIKASI

Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan/spesifikasi sebagai berikut:
 Tata cara perhitungan struktur beton bangunan gedung (SKSNI T-15-1991-03)
 Pedoman Beton Indonesia 1989.
 American Concrete Institute (ACI) 1986.
 Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983.
 Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3
 Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8
 Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81)
 Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80)
 ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregate.
 Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)
 Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
 American Society for Testing and Material (ASTM)
 Peraturan Bangunan Nasional 1978
 Peraturan pembangunan daerah setempat
 Petunjuk Perencanaan Struktur Banguna untuk Pencegahan Bahaya Kebakarn pada
Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04)

Peraturan dan spesifikasi yang dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah peraturan
yang berlaku di Indonesia, apabila tidak ada peraturan/spesifikasi di Indonesia untuk
pekerjaan khusus maka kontraktor dapat memakai peraturan/spesifikasi yang berlaku diluar
Indonesia dengan persetujuan dari tim Konsultan Pengawas. Peraturan/spesifikasi yang
diperlukan tersebut diatas harus disediakan kontraktor di lokasi pekerjaan sehingga
memudahkan apabila hendak digunakan.

3. KEAHLIAN DAN PERTUKANGAN

Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh kualitas pekerjaan beton sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, antara lain mutu, dan penggunaan selama
pelaksanaan. Semua pekerjaan beton harus dilakukan oleh tenaga ahli dan tukang yagn
cukup berpengalaman.

Khusus untuk pekerjaan beton yang membutuhkan keahlian dan ketelitian tinggi, seperti
pembuatan beton dengan volume besar dan tebal, maka Kontraktor wajib menyediakan
tenaga ahli yang sudah berpengalaman dalam bidangnya dan harus selalu berada di lokasi
pekerjaan, baik ditempat pembuatan beton maupun di lokasi pengecoran, selama pekerjaan
tersebut berlangsung, sehingga dapat cepat mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat
terjadi.

Kontarktor harus mengusulkan metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan
beton volume besar tersebut dan perawatannya untuk mendapatkan persetujuan dari tim
Konsultan Pengawas. Selain tenaga ahli, juga untuk pekerjaan beton volume besar tersebut.

Kontraktor wajib menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah mengetahui


hal-hal yang harus dikerjakan pada saat pengecoran berlangsung. Semua tenaga ahli dan
tukang tersebut harus tetap mengawasi pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton
selesai dilakukan.

Metode kerja yang disetujui oleh tim manajemen kontruksi tidak membebaskan kontraktor
dari tanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaannya. Jika dipandang perlu, maka tim

Spesifikasi Teknis
VI - 9
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

Konsultan Pengawas berhak untuk menunujuk tenaga ahli di luar yang ditunjuk kontarktor
untuk membantu mengevaluasi semua usulan kontraktor, dan semua semua biaya yang
timbul menjadi beban kontraktor.
4. PERSYARATAN BAHAN DAN KUALITAS BETON

a. Semen

Semen yang digunakan adalah portland cement jenis II menurut NI-8 (semen yang tahan
terhadap serangan sulfat dari lingkungan, seperti system drainase dengan sifat kadar
konsentrasi sulfat tinggi di dalam air tanah) atau type I menurut ASTM dan memenuhi
standar portland cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesi serta memenuhi
SII 0013-81, kecuali ditentukan lain. Khusus untuk lokasi yang mempunyai kadar sulfat
lebih dari 300 ppm, seperti struktur STP maka harus digunakan semen dengan
ketahanan sulfat tinggi yaitu semen type V.

Semua semen yang akan dipakai harus dari satu yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam-macam jenis/merek semen untuk suatu konstruksi/struktur
yang sama) dalam keadaan asli maupun baru.

Jika semen yang dikirim adalah dalam kantong semen, maka dalam pengangkutan
semen harus terlindung dari hujan. Semen harus diterimakan dalam sak (kantong) asli
pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan di gudang yang
ventilasinya baik dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga dari kemungkinan
yang tidak diinginkan, paling sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen tersebut tidak
boleh ditumpuk sampai tingginya lebih dari 10 sak. Sistem penyimpanana semen harus
diusahakan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi semen tersebut tersimpan terlalu
lama.

Untuk semen yang diragukan mutunya dan menjadi rusak akibat salah penyimpanan,
seperti membatu, akan ditolak penggunaannya. Bahan yang telah ditolak harus segera
dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya kontarktor.

b. Agregat

Untuk membuat beton, dibutuhkan agregat Ada dua ukuran agergat yang digunakan
yaitu agregat kasar/batu pecah (yang mempunyai ukuran butiran/diameter lebih besar
dari 5 mm) dan agregat halus/pasir beton (diameter lebih kecil, sama dengan 5 mm).

Semua agregat tersebut harus memenuhi syarat-syarat:


 Peraturan-peraturan relevan yang tercantum dalam pasal 2
 Bebas dari tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau kotoran-
kotoran lainnya).

1. Agregat Kasar
Umumnya merupakan batu pecah yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 30 mm,
dan untuk lokasi dimana pembesian sangat rapat, seperti pada kolom, maka harus
digunakan agregat kasar dengan ukuran butir maksimum 20 mm, dengan tetap
memperhatikan gradasi butirnya. Penggunaan ukuran butir lebih besar dari 30 mm
tidak diizinkan.

Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dengan yang


disyaratkan oleh PBI 1971.

Spesifikasi Teknis
VI - 10
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan, maka harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut:

Sisa diatas % berat


Ayakan 31,50 mm 0
Ayakan 4,00 mm 90-98
Selisih antar 2 ayakan, berikutnya 10-60

2. Agregat halus
Pasir beton (agregat halus) harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas
dari bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus lebih
kecil dari 4% berat.

Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak harus memenuhi sayarat-syarat sebagi berikut:

Sisa diatas % berat


Ayakan 4.00 mm ≥2
Ayakan 1,00 mm ≥ 10
Ayakan 0,25 mm 80-95

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam


spesifikasi ini. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut
diperoleh, maka kontraktor wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada tim
manajemen kontruksi.
Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan harus
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah.

c. Air
Air yang akan dipergunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan di lapangan adalah air
bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tidak
mengandung organisme yang dapat memberikan efek merusak beton/tulangan, minyak
atau lemak dan memenuhi syarat-syarat untuk beton. Air yang mengandung garam (air
laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.
Air yang akan digunakan wajib diperiksa pada laboratorium yan disetujui tim Konsultan
Pengawas, untuk mendapatkan kepastian apakah air tersebut dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton. Kadar air di dalam adukan beton terganting dari W/C faktor yang
digunakan.

d. Besi Beton
Semua besi beton (fy=2400 kb/cm2) yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:
 Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal 2
 Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapis minyak/karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas, lika dsb.)
 Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar.
 Mempunyai penampang yang rata dan seragam, dan memenuhi toleransi yang
disyaratkan.
 Merupakan produksi pabrik yang disetujui oleh Krakatau Steel.

Pemakaian besi beton dari jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan dari tim Konsultan Pengawas.

Pemasok besi beton harus dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan bermacam-macam merek besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.

Spesifikasi Teknis
VI - 11
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

Sebelum mengadakan pemesanan kontraktor harus mengadakan pengujian mutu besi


beton yang akan dipakai, dengan jumlah minimal 2 buah untuk masing-masing diameter
besi beton. Setelah hasil percobaan diperoleh dan disetujui oleh tim manajemen
kontruksi, baru pemesanan dapat dilakukan. Selanjutnya pada saat pelaksanaan, contoh
besi beton harus diambil dengan disaksikan oleh tim Konsultan Pengawas, berjumlah
minimum 2 (dua) batang untuk tiap-tiap diameter besi beton, dengan panjang sekitar
100 cm. Pemeriksaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh tim managemen konstruksi. Contoh besi beton yang diambil untuk
pengujian tanpa kesaksian tim manjemen konstruksi tidak diperkenankan sama sekali
dan hasil test yang bersangkutan tidak sah.

Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.

Penggunaan besi beton yang sudah terangkai seperti steel wiremesh atau yang sejenis,
harus mendapatkan persetujuan tertulis dari tim Konsultan Pengawas.

Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan tanggal
pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut. Besi
beton yang tidak memenuhi syarat-sayarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasi ini harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan setelah menerima instruksi
tertulis dari tim Konsultan Pengawas, dalam waktu 2 x 24 jam atas biaya kontraktor.

e. Admixtures

Pemakaian admixtures (super plasticizer, retarder, air entrained dll) saat ini merupakan
sesuatu yang umum untuk pembuatan beton. Walaupun demikian sebelum admixtures
digunakan, kontarktor wajib mengusulkan penggunaan tersebut kepada tim Konsultan
Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. Dalam usulan tersebut kontraktor harus
mencantumkan dan melampirkan brosur admixtures yang menjelaskan tentang data,
jenis bahan dasarnya, berikut risiko yang akan timbul dengan menggunakan admixtutres
tersebut. Juga harus di lengkapi dengan metode kerja dan kegunaan admixtures
tersebut.

Jumlah admixtures yang akan digunakan harus mengikuti ketentuan pabrik pembuat,
demikian juga dengan proses pencampurannya dan lamamnya pengadukan dengan
beton, yang umumnya membutuhkan waktu lebih panjang, harus dikonfirmasikan
dengan pihak pabrik.

f. Kualitas Beton
1. Semua kualitas beton dicantumkan di dalam gambar rencana yang dibuat oleh
Perencana. Mutu beton K-175 hanya digunakan untuk kolom-kolom praktis dan
lantai kerja, jika beton langsung dicor diatas tanah.
2. Kontarktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton
ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan pada tempat lain dan
dengan mengadakan trial-mix di laboratorium.
3. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton atau kubus
beton, dengan ukuran yang umum digunakan, dengan W/C factor yang sesuai maka
pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji dilakukan sesuai dengan ketentuan
tanpa menggunakan pengegetar.
Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per
1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama.
Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
4. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang dibuat
dengan disahkan oleh tim manajemen kontruksi dan laporan tersebut harus
dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton karakteristiknya. Laporan tertulis
tersebut harus disertai sertifikat dari laboratorium.

Spesifikasi Teknis
VI - 12
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

5. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, selama pelaksanaan harus ada
pengujian slump, dengan syarat 12 cm ± 2 cm atau sesuai petunjuk tim Konsultan
Pengawas.

Cara pengujian slump sebagai berikut:


Beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting). Cetakan
slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan
diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25
kali dengan besi diameter 16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (deperti
peluru).

Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap
lapisan ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan
yang dibawahnya. Setelah diatasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-
lahan dan diukur penuturunannnya (nilai slump-nya).

g. Disain Adukan Beton

Campuran beton harus dirancang oleh kontraktor sesuai dengan mutu beton yang ingin
dicapai, dengan batasan dibawah ini:

Mutu Beton (kg/cm2) <K25 K225 K300 K350 K400 K450


0
Kuat tekan minimum, 175 175 210 245 280 315
7 hari (kg/cm2)
Jumlah semen minimum, kg/m3 300 300 325 350 375 400
Jumlah semen maksimum, kg/m3 550 550 550 550 550 550
W/C faktor, maksimum 0,55 0,55 0,55 0,5 0,5 0,45

Kontarktor harus menyerahkan mix-design yang diusulkan kepada tim manajemen


kontruksi untuk mendapatkan persetujuan.

5. SYARAT PENGUJIAN MATERIAL DAN BETON

a. Umum
1. Kontraktor harus bertanggung jawab sepenuhnya untuk melaksanakan segala
pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang
disyaratkan dalam spesifikasi ini. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya
segera setelah hasil diperoleh.
2. Kontraktor harus melaksanakan pengujian yang khusus atas permintaan tim
Konsultan Pengawas, jika dijumpai kegagalan ataupun pelaksanaan yang tidak
memenuhi spesifikasi ini, dengan biaya ditanggung oleh kontarktor.
3. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan segera, sesuai
dengan pengarahan tim Konsultan Pengawas.
4. Untuk semua bahan semen dan tulangan yang dikirim ke lapangan, Kontraktor harus
mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik, dimana pengujian dilakukan
secara berkala, dengan cara pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.

b. Laboratorium Penguji
1. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, kontraktor wajib mengusulkan suatu
laboratorium penguji yang akan digunakan untuk melaksanakan pengujian material
yang akan digunakan pada proyek ini. Laboratorium ini bertanggung jawab untuk
melakukan semua pengujian sesuai dengan spesifikasi ini.

Spesifikasi Teknis
VI - 13
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

2. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor wajib untuk mempunyai peralatan penguji yang
siap dilapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga ahli yang menguasai
bidangnya antara lain:
 Peralatan untuk menguji agregat baik kasar maupun halus.
 Peralatan untuk mengukur kadar air (moisture content) dari agergat.
 Peralatan untuk mengukur kelecakan beton (slump)
 Peralatan untuk membuat dan merawat benda uji sesuai dengan ketentuan dalam
spesifikasi ini, termasuk menyiapkan bak penyimpan agar benda uji dapat
disimpan pada temperatur yang normal dan terhindar dari sengatan matahari.

3. Jika digunakan beton ready, maka peralatan yang disebut (a) dan (b) diatas juga
harus disiapkan di lokasi pembuatan beton ready mix

c. Pengujian Agregat
1. Umum
 Contoh dari gregat (pasir, kerikil atau batu pecah) yang disetujui oleh tim
Konsultan Pengawas harus disimpan dilokasi pekerjaan dan harus diberi tanda
yang jelas untuk dibandingkan dengan agregat-agregart yang dikirim ke lokasi
selama pekerjaan berslangsung.
 Jika contoh tersebut ternyata tidak memenuhi syarat, maka material tersebut
dapat ditolak oleh tim Konsultan Pengawas atau material yang ada dapat
dibersihkan kembali dan selanjunya diuji ulang. Setiap material yang ditolak oleh
tim Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi penyimpanan
segera setelah instruksi disampaikan.
 Semua material dan benda uji harus diambil/dibuat sesuai dengan spesifikasi ini.

2. Pengujian Pendahuluan Agregat.


 Segera setelah sumber agrergat disetujui oleh tim Konsultan Pengawas,
kontraktor harus segera meminta kepada laboratorium penguji yang disepakati
untuk melakukan pengujian pendahuluan sebagai berikut:
(a) Sieve analysis
(b) Pengujian kadar clay, silt dan kotoran lain
(c) Pengujian unsur organis
(d) Pengujian kadar chloride dan sulfat

 Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada tim Konsultan Pengawas


untuk mendapatkan persetujuan .
 Pengujian (a) dan (b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis agregat harus
dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial mix.

3. Contoh Benda Uji


 Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan digunakan
untuk memproduksi beton seperti yang disyaratkan. Frekuensi minimum untuk
pengujian agregat yang dipakai untuk pekerjaan beton adalah sebagai berikut:

Tipe pengujian Jumlah contoh


Sieve analysis minimum satu per bulan
Moisture content minimum satu per bulan
Clay, silt dan kotoran minimum satu setiap minggu
Kadar organis minimum satu per bulan
Kadar chlorida dan sulfat minimum satu setiap 500 m3 beton

 Jika karena satu sebab tim Konsultan Pengawas tidak puas dengan hasil
pembuatan beton yang dilakukan oleh kontraktor, maka tim Konsultan
Pengawas berhak untuk melakukan pengujian tambahan dari yang sudah

Spesifikasi Teknis
VI - 14
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

ditetapkan diatas dengan beban biaya kontraktor. Jumlah pengujian dapat


dikurangi jika hasil yang diperoleh ternyata memuaskan.

d. Pengujian Pekerjaan Beton

1. Umum
Semua benda uji, perawatan dan pengujian beton harus dilakukan sesuai dengan
spesifikasi ini.

2. Benda Uji
 Kontraktor harus membuat benda uji kubus dari adukan beton yang dibuat
dengan jumlah seperti diuraikan pada spesifikasi ini, sesuai dengan tipe struktur
sbb:

Tipe struktur minimum satu contoh dari


Struktur pelat, balok, kolom dll. Setiap 10 m3/ setiap 1 (satu) truk
mixer

 Untuk benda uji berbentuk kubus, cetakan harus berbentuk bujur sangkar dalam
segala arah dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3
 Pengambilan adukan beton, pencetakan benda uji kubus dan perawatannya harus
dibawah pengawasan tim Konsultan Pengawas
 Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi tanggung
jawab kontraktor
 Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan tanggal
pengecoran, lokasi pengecoran, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain
data yang perlu dicatat.
 Jika akibat suatu alasan, seperti hasil kerja beton yang kurang memuaskan, maka
tim Konsultan Pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda uji
lebih besar dari yang ditentukan diatas, dengan beban biaya ditanggung oleh
kontraktor, demikian juga sebaliknnya, jumlah benda uji dapat dikurangi, jika
hasil kerja yang diperlihatkan sudah baik.
 Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan beton ready mix,
maka benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke lokasi pengecoran,
sesuai dengan yang disyaratkan oleh tim Konsultan Pengawas.

3. Kelecakan (workability)

 Kontraktor harus memperkirakan dalam usulannya campuran beton yang akan


digunakan agar beton segar dapat dengan lancar dicor ke lokasi pengecoran,
dengan tetap memperhatikan kualitas beton yang harus dihasilkannya.
 Untuk memastikan bahwa kelecakan beton sudah memenuhi syarat, maka harus
dilakukan dengan menguji slump beton. Slump beton yang disyaratkan
tercantum dalam spesifikasi ini, kecuali ditentukan lain oleh MK. Jika dalam
pengujian slump diperkirakan terjadi segregasi dari beton, maka tim Konsultan
Pengawas berhak untuk menolak beton tersebut.

4. Temperatur dan Beton Segar


Dalam waktu dua menit setelah contoh diambil, sebuah termometer yang
mempunyai skala-5 s/d 100 derajad C, harus dimasukkan kedalam contoh tersebut
sedalam 100 mm. Jika temperatur sudah stabil selama 1 mniet, maka temperatur
tersebut harus dicatat dengan ketelitian 1 oC.

5. Pengujian untuk Memperkirakan Kuat Tekan Beton


Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu beton adalah
sebagai berikut:

Spesifikasi Teknis
VI - 15
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

Jenis jumlah minimum benda uji waktu perawatan (hari)


Struktur
3h 7h 28h
Beton 4 - 2 2
bertulang

e. Evaluasi Kualitas Beton Berdaasrkan Test Kubus.

1. Deviasi Standar - S
Deviasi standar produksi beton ditetapkan berdasarkan jumlah 30 buah hasil test
kubus. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh kubus yang kurang dari 30 buah
harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti tercantum dalam tabel berikut:

Jumlah Benda Uji (N) Faktor Pengali - S


≤15 1.16
20 1.08
25 1.03
≥30 1.00

2. Target Kuat Tekan Rata-rata – f’ cr


Pada saat percobaan awal untuk mendapatkan mutu beton yang disyaratakan, maka
kuat tekan rata-rata harus ditentukan dengan cara di bawah ini:
f’cr untuk perencanaan proporsi campuran baton harus diambil dari nilai terbesar
dari :

f’cr = fc’ +1.64 s kg/cm2


f’cr = fc’ +2.64 s – 40 kg/cm2.

Untuk keadaan sesungguhnya pada saat pelaksanaan di lapangan, maka tingkat


kekuatan suatu mutu beton dikatakan tercapai dengan memuaskan jika kedua
persyaratan berikut dipenuhi:

 Nilai rata-rat dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri dari 4
hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S)
 Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai nilai
dibawah 0.85 fc’.

f. Pengujin Tidak Merusak (Non Destructive Test)


Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak dapat dipenuhi,
maka jika diminta oleh/tim Konsultan Pengawas, kontraktor harus melaksanakan
pengujian yang tidak merusak yang dapat terdiri dari hammer test, cored drilled test,
pengujian beban dan lain-lain. Semua biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab
kontraktor.

Lokasi dan banyaknya pengujian akan ditentukan secara khusus oleh tim Konsultan
Pengawas dengan melihat kasus per kasus.

6. SYARAT- SYARAT PELAKSANAAN

a. Persetujuan dari Tim Konsultan Pengawas


Sebelum semua tahap pelaksanaan berikut dilaksanakan kontraktor harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari tim Konsultan Pengawas. Laporan harus diberikan kepada tim
Konsultan Pengawas beberapa hari (sesuai kesepakatan dalam rapat koordinasi) sebelum
pelaksanaan berikut dilaksanakan. Syarat pelaksanaan berikut harus disepakati bersama

Spesifikasi Teknis
VI - 16
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

sebelum pelaksanaan dimulai. Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih detail antara
semua pihak yang berkepentingan.

Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara baik dan jelas, sehingga
mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.

b. Persiapan dan Pemeriksaan


Kontraktor tidak diijinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa ijin tertulis dari tim
Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada tim Konsultan Pengawas
tentang persiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan tersebut harus
disampaikan beberapa hari sebelum waktu pengecoran, sesuai dengan kesepakatan
dilapangan, untuk memungkinkan tim manjemen konstruksi melakukan pemeriksaan
sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang memadai
seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar tim Konsultan Pengawas dapat
memeriksa pekerjan secara aman dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut, kontraktor tidak
akan diizinkan unrtuk melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi akibat
pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki dan selanjutnya kontraktor harus
mengajukan izin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran.

Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali
ditentukan oleh pemberi tugas/tim Konsultan Pengawas. Persetujuan untuk melaksanakan
pengecoran tidak berarti membebaskan kontraktor dari tanggung jawab sepenuhnya atas
ketidaksempurnaan ataupun kesalahan yang timbul. Sebelum pengecoran dilakukan harus
dipastikan bahwa semua peralatan yang akan tertanam didalam beton sudah terletk pada
tempatnya, dan semua kotoran sudah dibersikan dari lokasi pengecoran. Demikian pula
untuk siar pelaksanaan sudah harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan.

c. Siar Pelaksanaan
Kontraktor wajib mengusulkan lokasi siar pelaksanaan dalam gambar kerjanya. Siar
pelaksanaan harus diusahakan seminimum mungkin, agar perlemahan struktur dapat
dikurangi. Siar pelaksanaan tidak diizinkan untuk melalui daerah yang diperkirakan
sebagai daerah basah, seperti toilet, reservoir dll, kecuali ditentukan lain oleh tim
Konsultan Pengawas.

Jika tidak ditentukan lain, maka lokasi siar pelaksanaan harus diperhatikan sebagai
berikut:
 Harus terletak pada daerah dimana gaya geser adalah minimal, umumnya terletak
pada sepertiga bentang tengah dari panjang efektif elemen struktur.
 Pada pengecoran beton yang tebal dan volume yang besar, lokasi siar pelaksanaan
harus dipertimbangkan sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan perbedaan
temparatur yang besar pada beton tersebut, yang dapat berakibat retaknya beton,
disamping adanya tegangan residu yang tidak diinginkan. Siar pelaksanaan dapat
dibuat secara horizontal, dan pengecoran dapat dibagi menjadi berlapis-lapis.
 Lokai siar pelaksanaan tersebut harus disetujui oleh tim Konsultan Pengawas.
Kontraktor sudah harus mempertimbangkan di dalam penawarannya, segala hal yang
berhubungan dengan siar pelaksanaan seperti waterstop, perekat beton, dowel dsb.,
maupun pembersih permukaan beton agar dapat dijamin lekatan antara beton lama
dan baru.
 Siar pelaksanaan harus bersih dari semua kotoran dan bekas beton yang tidak
melekat dengan baik, dan sebelum pengecoran dilanjutkan, harus dikasarkan
sedemkian rupa sehingga agregat besar menjadi terlihat, tetapi tetap melekat dengan
baik.

d. Pengangkutan dan Pengecoran Beton

Spesifikasi Teknis
VI - 17
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

Beton harus diangkut dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat tiba di lokasi proyek
dalam keadaan yang masih layak untuk digunakan sebagai beton segar. Jika lokasi
pembuatan beton cukup jauh dari proyek, maka harus diperguanakan admixtures yang
dapat memperlambat proses pengerasan dari beton. Pada saat beton dingkut ke lokasi
pengecoran juga harus diperhatikan, agar tidak tejadi pemisahan antara bahan-bahan
dasar pembuat beton.

Pada saat pengecoran tinggi jatuh dari beton segar harus lebih kecil dari 1,50 meter. Hal
ini sangat penting agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat, dengan
pasta beton (segregasi), sehingga mengakibatkan kualitas beton menjadi menurun. Untuk
itu harus dipersiapkan alat bantu sehingga syarat ini dapat dipenuhi. Sebelum pengecoran
beton harus tetap dijaga agar tetap dalam kondisi plastis dalam waktu yang cukup,
sehingga pengecoran beton dapat dilakukan dengan baik.

Kontraktor harus mengajukan jumlah alat dan personel yang akan mendukung pengecoran
beton, yang dianalisa berdasarkan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan.
Sebagai gambaran setiap alat pemadat (vebrator) mampu memadatkan sekitar 5-8 m3
beton segar perjam.

Untuk menjaga kelangsungan pengecoran beton, kontraktor harus mempersiapkan alat


pelindung yang mungkin berguna seperti hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

e. Pemadatan Beton.
1. Beton yang baru dicor harus segera dipadatkan dengan alat pemadat mesin (vibrator)
dengan tipe yang disetujui oleh tim Konsultan Pengawas. Pemadatan tersebut
bertujuan untuk mengurangi udara pada beton yang akan mengurangi kualitas beton.
Pemadatan tersebut berkaitan dengan kelecakan (workability) beton.
2. Pada cuaca panas kelecakan akan terjadi dalam jangka waktu sangat pendek, sehingg
slump yang rendah biasanya merupakan masalah. Penundaan pengikatan awal
dengan menggunakan admixtures (plasticizer dan retarder) akan dapat mengatasi
masalah kelecakan. Vibrator harus disediakan dalam jumlah yang memadai, sesuai
dengan besarnya volume pengecoran yang akan dilakukan. Minimal harus
dipersiapkan satu vibrator cadangan yang akan dipakai, jika ada vibrator yang rusak
pada saat pemadatan sedang berlangsung.
3. Untuk memeriksi frekuensi dari alat pendengaran maka indera pendengaran
merupakan pilihan. Alat penggetar (vibrator\) diluar beton akan menghasilkan suara
yang nyaring berfrekuensi tinggi, sedangkan vibrator didalam beton frekuensinya
rendah, sehingga suaranya juga rendah. Lambat laun suaranya maninggi dan suatu
saat akan berfungsi konstan yang artinya pemadatan sudah cukup. Pengalaman
pekerja sangat menetukan untuk hal ini .
4. Pada lokasi yang diperkirakan sulit untuk dipadatkan seperti pada pertemuan balok-
kolom, dinding beton yang tipis, dan pada lokasi pembesian yang rapat dan rumit,
maka kontraktor harus mepersiapkan metode khusus untuk mendaptkan beton, agar
tidak terjadi keropos pada beton ,sehingg secara kualitas tidak akan disetujui.
5. Jika dipandang perlu kontraktor dapat mengusulkan cara pemadatan lain yang
dipandang dapat menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara permukaan
dan inti beton. Hal ini dapat menyebakan keretakan struktur dan terjadinya tegangan
menetp pada beton, tanpa adanya beban yang bekerja.

f. Perawatan Beton
1. Jika permukaan beton mengalami keretakan dalam kondisi masih plastis, maka beton
tersebut harus dipadatkan kembali agar retak tersebut dapat dihilangkan. Perawatran
harus segera dilakukan setelah pekerjaan pemadatan tersebut selesai. Perawatan
tersebut harus dilakukan dengan menggunakan air pada permukaan beton.
2. Permukaan beton harus dirawat secara baik dan terus menerus selama minimal 7 hari
segera setelah pengecoran selesai kecuali ditentukan lain.

Spesifikasi Teknis
VI - 18
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

3. Untuk pengecoran skala besar dengan ketebalan lebih dari 600 mm, maka
perlindungan (insulasi) permukaan beton dengan material yang disetujuui, agar dapat
memantulkan radiasi akibat panas. Material tersebut harus dibuat kedap, agar
kelembaban permukaan beton dapat dipertahankan.
4. Setiap acuan yang terbuat dari metal, beton ataupun material lain yang sejenis, harus
didinginkan dengan air sebelum pengecoran dilakukan.
5. Secara umum, perawatan beton harus dilakukan segera setelah pemadatan selesai.
Perawatan bertujuan antara lain untuk menjaga agar tidak terjadi kehilangan zat cair
pada saat pengikatan awal, dan juga mencegah perbedaan temperatur dalam beton
yang dapat menyebabkan terjadinya keretakan dan penurunan kualitas beton. Untuk
itu harus dilakukan perawatan beton sedemikian sehingga tidak terjadi penguapan
yang cepat terutama pada permukaan beton yang baru dipadatkan.
6. Cara lain yang banyak digunakan saat ini adalah dengan menggunakan curing
compound. Jenis dan type curing compound yang akan digunakan harus disetujui oleh
MK/pengawas. Harus diperhatikan agar tidak terjadi penurunan temperatur yang cepat
pada permukaan sehingga dapat menyebabkan keretakan pada permukaan beton.

g. Cara untuk Menghindari Keretakan pada Beton


1. Untuk semua pekerjaan beton, kontraktor harus menyediakan peralatan yang
dibutuhkan untuk mengukur dan memonitor segala kejadian yang mungkin terjadi
selama pekerjaan beton berlangsung. Disamping peralatan juga dibutuhkan material
pembantu yang mungkin dapat dicampur ke dalam beton maupun yang akan
digunakan pada saat perawatan beton untuk mencegah terjadinya penguapan yang
terlalu cepat. Peralatan dan material tersebut harus diinformsikan kepada tim
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya. Lebar retak yang diizinkan
maksimal sebesar 0,004 kali tebal selimut beton.

2. Umumnya permukaan beton tidak harus didinginkan secara mendadak, yang


terpenting adalah tidak terjadi perbedaan temperatur yang besar antara permukaan
dan inti beton, dan beton harus dihindarkan dari sinar matahari langsung ataupun
tiupan angin.

3. Beberapa hal yang harus diperhatikan baik sebelum, selama maupun sesudah
pengecoran beton adalah:
a). Usahakan agar semua material dasar yang dapat digunakan tetap dalam kondisi
terlindung dari sinar matahari, sehingga temperatur tidak tinggi pada saat
pencampuran dimulai.
b). Jumlah semen yang akan digunakan dikurangi, dan diganti dengan admixtures
dengan komposisi yang diizinkan oleh pabrik pembuat, dengan catatan bahwa
mutu beton tetap dipenuhi dan daya tahan beton tetap dapat dipertahankan
sehingga memenuhi syarat.
c). Semen yang digunakan mempunyai hidrasi rendah
d). Waktu untuk pengadukan beton dan pengecoran harus dibatasi maksimal 2 jam.
e) Jika mungkin, diusulkan pengecoran dilakukan pada malam hari dimana
temperatur lapangan sudah lebih rendah dibandingkan pada siang hari.
f). Harus disiapkan isolasi panas yyang merata pada seluruh permukaan beton yang
terbuka untuk mencegah tiupan angin dan menjaga agar temperatur tidak terlalu
berbeda pada seluruh penampang beton.
g) Lakukan perawawtan awal segera setelah pemadatan selesai, dan harus
diteruskan sampai sistem isolasi terpasang seluruhnya.
h). Sediakan pelindung sehingga permukaan beton terlindung dari sinar matahari dan
angin. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat dinding pada sekeliling daerah
pengecoran dengan plastik atau material sejenis, demekian juga pada bagian
atasnya.

4. Jika ternyata pada permukaan beton dijumpai keretakan setelah pemadatan selesai,
maka jika mungkin yaitu beton masih dalam kondisi plastis maka harus dilakukan
pemadatan kembali pada beton tersebut.

Spesifikasi Teknis
VI - 19
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

5. Jika setelah pemadatan selesai masih terjadi keretakan diluar tolerani yang diizinkan,
maka kontraktor harus melaporkan hal tersebut secara tertulis yang berisi antara lain
metode kerja dan peralatan yang digunakan berikut komposisi campuran yang
digunakan, kepada tim Konsultan Pengawas untuk dievaluasi lebih lanjut. Kontraktor
tidak diizinkan untuk memperbaiki keretakan tersebut sebelum mendapatkan
persetujuan tertulis dari tim manajemen kontruksi. Sambil menunggu evaluasi tersebut
kontraktor harus segera mengusulkan metode perbaikan yang akan dilakukannya
dengan biaya kontraktor.
6. Jika keretakan yang terjadi masih dapat diterima/diperbaiki, maka usulan kontraktor
akan dipelajari, dan umumnya keretakan tersebut diatasi dengan menggunakan
grouting yang tidak susut (non shrink-grout).

h. Adukan Beton yang Dibuat di Tempat (Site Mixing)


Adukan beton harus memenuhi syarat-syarat:
 Semen diukur menurut berat.
 Agregat kasar diukur menurut berat.
 Pasir diukur menurut berat
 Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete baching
plant)
 Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk
 Lama pengadukan tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam
mesin pengaduk.
 Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dahulu,
sebelum adukan beton yang baru dimulai.

i. Besi Beton/Tulangan
1. Pemasok besi beton harus mendapatkan persetujuan dari MK sebelum material
dipesan.
2. Besi beton harus disimpan pada tempat yang bersih dan ditumpu secara baik
sehingga tidak merusak kualitasnya. Tempat penyimpanan harus cukup terlindung
sehingga kemungkinan karat dapat dihindarkan.
3. Pembengkokan besi beton harus dilakukan sesuai dengan gambar pelaksanan dan
berdasarkan standar detail yang ada. Pembengkokan tersebut harus dilakukan dengan
menggunakan alat-alat (bar tender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
cacat patah, retak-retak dan sebagainya. Semua pembengkokan tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin dan pemotongan harus dengan bar cutter, tidak boleh
dengan sistem panas. Semua sambungan tulangan dengan diameter lebih besar dari
25 mm, harus menggunakan mekanikal joint dengan tipe yang disetujui oleh MK.
Kontraktor wajib mngusulkan tipe mekanikal joint yang akan digunakan. Mekanikal
joint tersebut selanjutnya harus diuji dengan jumlah 0.5 persen dari jumlah yang
dipakai, atau minimal 2 (dua) buah dan semua biaya pengujian termasuk beban
kontraktor.
4. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai, kontraktor wajib membuat
gambar kerja (shop drawing) berupa penjabaran gambar rencana pembesian, rencana
kerja pemotongan cutting schedule dan pembengkokan besi beton (bending schedule)
yang diserahkan kepada tim majemenen konstruksi untuk mendapat persetujuan
tertulis.
5. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai dengan gambar dan harus
sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya. Sebelum besi beton
dipasang, permukaan besi beton harus bebas dari karat, minyak dan lain-lain yang
dapat mengurangi lekatan besi beton.
6. Pasangan selimut beton (concrete cover) harus sesuai dengan gambar standard
(standard drawing). Sebagai catatan, pemasangan tulangan-tulangan utama
tarik/tekan penampang beton harus dipasang sejauh mungkin dari garis tengah
penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan-ketentuan
tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari tim manjemen konstruksi.

Spesifikasi Teknis
VI - 20
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

7. Pemasnagan rangkaian tulangan yaitu kait-kait, panjang penjangkaran, penyaluran,


letak sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar (standard
drawing). Apabila ada keraguan tentang rangkaian tulangan maka kontraktor harus
memberitahukan kepada tim majemen kontruksi untuk klarifikasi. Untuk hal itu
sebelumnya kontraktor harus membuat gambar pembengkokan tulangan (bending
schedule), ditujukan kepada tim Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
8. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan yang
kokoh untuk menghindari pemindahan tempat, dengan menggunakan kawat yang
berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip yang sesuai pada setiap tiga
pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan beton atau penunjang besi, spacers
atau besi penggantung seperti yang ditunjuk pada gambar atau dicantumkan pada
spesifikasi ini. Penunjang-penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan
dengan acuan.
9. Ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampang beton, sehingga tidak
menonjol ke permukaan beton.
10. Sengkang-sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai
dengan gambar.
11. Beton tahu ataupun spacer harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada
tulangan, dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang
akan di cor.
12. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul-betul bersih dari semua kotoran-
kotoran.
13. Penggantian besi
(a) Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
(b) Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman kontraktor atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada
maka:
 Kontraktor dapat menambah extra besi dengan tidak mengurangi pembesian
yang tertera dalam gambar. Usulan penambahan tersebut harus segera
dikonfrimasikan pada tim manajemen kontruksi.
 Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjan
tambah, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada
persetujun tertulis dari tim managemen konstruksi.
(c ) Jika Kontraktor tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang sesuai dengan
yang diterapkan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran diameter besi
dengan diameter yang terdekat namun dengan catatan:
 Harus ada persetujuan tertulis dari tim manajmen konstruksi
 Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh
kurang dari tertera dalam gambar (dalam hal ini adalah jumlah luas). Khusus
untuk balok portal, jumlah luas penampang besi pada tumpuan juga tidak
boleh terlalu lebih besar dari pembesian aslinya.
 Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesin di
tempat tersebut atau di daerah overlap yang dapat menyulitkan pengecoran
atau sulit di capai oleh penggetar.
 Tidak ada pekerjaan tambah dan tambahan waktu pelaksanaan

(d) Toleransi besi

Diameter besi, mm Toleransi diameter, mm Toleransi berat %


Ø≤10 ±0,4 ±7
10 <Ø≤16 ± 0,4 ±5
16≤ Ø<28 ± 0,5 ±4
Ø≥28 ± 0,6 ±2

j. Pemasangan Alat-Alat di Dalam Beton/Sparing

Spesifikasi Teknis
VI - 21
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

1. Kontraktor harus membuat gambar kerja yang menunjukkan secara tepat lokasi
sparing yang akan terdapat pada elemen struktur. Kebutuhan akan sparing yang
terjadi akibat perubahan disain harus diinformasikan segera kepada tim manejemen
konstruksi untuk mendapatkan pemecahannya. Tidak dibenarkan untuk membobok,
membuat lubang atau memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa
sepengetahuan dan ijin tertulsi dari MK.
2. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat-alat di dalam beton, pemasangan
sparing dan sebagainya, harus sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk-
petunjuk.
3. Perkuatan pada lubang-lubang beton untuk keperluan pekerjaan M/E harus ditentukan
sesuai dengan standard drawing.

k. Beton Kedap Air


1. Beton kedap air adalah beton yan dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan beton
yang tidak tembus oleh air, sehingga secara umum tidak dibenarkan adanya
kebocoran sama sekali pada struktur tersebut. Jika tidak disebutkan secara khusus di
dalam gambar, maka jumlah semen minimum yang digunakan harus 400 kg/m3 beton
dengan W/C maksimum 0,45 atau jika menggunakan admixtures, maka komposisi
yang digunakan harus sesuai ketentuan pabrik admixtures. Lokasi yang harus dibuat
kedap air adalah pada bagian plat atap.
2. Untuk dapat menghasilkan beton kedap air yang baik, maka pada siar pelaksanaan
harus diberi RX waterstop. RX waterstop adalah waterstop yang terbuat dari material
bentonite dengan campuran kimia tertentu yang akan membengkak jika terkena air.
3. Kontraktor bertangung jawab atas pembutan beton kedap air tersebut. Apabila
dikemudian hari (selama masa garansi) ternyata terjadi bocor atau rembesan, maka
kontraktor harus mengadakan perbaikan-perbaikan dengan biaya dari kontraktor.
Prosedur perbaikan tersebut harus diusulkan oleh kontraktor dan disetujui oleh tim
manajemen kontruksi, sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian-bagian lain
yang sudah selesai.
4. Pengujian kebocoran.
Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan pengujian kebocoran atas beberapa
pekerjaan yang berhubungan dengan air (seperti reservoir, STP dll) dibawah
pengawasan tim Konsultan Pengawas. Semua biaya untuk kebutuhan tersebut
ditanggung oleh kontraktor. Dalam jangka waktu selama pelaksanaan dan masa
pemeliharaan, pekerjaan–pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab kontraktor.

l. Kolom Praktis dan Ring Balok untuk Dinding


Semua kolom–kolom praktis dan ring balok untuk dinding bata/conblock/celcon dan
material sejenis harus mengikuti petunjuk seperti tercantum dalam pedoman perencanaan
struktur beton bertulang biasa dan struktur tembok bertulang untuk gedung 1983 untuk
struktur tipe D.

PEKERJAAN BETON NON STRUKTUR

A. UMUM
Lingkup Pekerjaan

 Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya


untuk melaksanakan pekerjaan seperti dinyatakan dalam gambar, dengan hasil
yang baik dan sempurna.
 Pekerjaan ini meliputi beton sloof, beton kolom praktis, beton ring balok untuk
bangunan yang dimaksud termasuk pekerjaan besi beton dan pekerjaan
bekisting/acuan, dan semua pekerjaan beton yang bukan struktur, seperti yang
ditunjukkan pada gambar.

B. KRITERIA DESAIN DAN PERENCANA

Spesifikasi Teknis
VI - 22
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

Quality Control/Pengujian
 Pengujian dimaksud adalah untuk mengetahui apakah pekerjaan beton dalam hal
sistem pemasangan bekisting, tulangan, dan perlengkapan lainnya yang
disyaratkan dalam dokumen kontrak sudah tepat dan baik sehingga tidak ada
bagian yang tidak kuat, celah, ataupun retak pada seluruh bagian dan sistem dari
pekerjaan ini. Pengujian ini dilaksanakan sebelum pekerjaan dimulai dan
pekerjaan pengujian ini bukan dimaksud untuk meniadakan jaminan atau garansi
yahg wajib dikeluarkan oleh kontraktor.

 Contoh Bahan:
a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus memberikan contoh-
contoh material misalnya: besi, koral, pasir, PC untuk mendapatkan
persetujuan dari Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan.

b) Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan,


akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk memeriksa/menerima material
yang dikirim oleh kontraktor ke site.

 Pengujian Mutu Pekerjaan


a) Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan untuk
memberikan pada
Pemberi Tugas/Pengawas Lapangan certificate test bahan besi dari
produsen/pabrik.
b) Bila tidak ada certificate test, maka kontraktor harus melakukan pengujian
atas
besi/kubus beton di laboratorium yang akan ditunjuk kemudian.
c) Mutu beton tersebut harus dibuktikan oleh Kontraktor dengan mengambil
benda uji
berupa kubus/silinder yang ukurannya sesuai dengan syarat-syarat/ketentuan
dalam PBI-1971. Pembuatannya harus disaksikan oleh pemberi
tugas/pengawas lapangan. Jumlah dan frekuensi pembuatan kubus beton
serta ketentuan-ketentuan lainnya sesuai dengan PBI-1971.
d) Kontraktor diwajibkan membuat trial mix terlebih dahulu, sebelum memulai
pekerjaan beton.
e) Hasil pengujian dari laboratorium diserahkan kepada pemberi
tugas/pengawas lapangan secepatnya.
f) Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan tersebut, menjadi
tanggung jawab kontraktor.

 Referensi
Pengendalian pekerjaan ini harus sesuai dengan:
a) Peraturan-peraturan/standard setempat yang biasa dipakai
g) Peraturan-peratutran Beton Bertulang Indonesia 1971, NI-2
h) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI-5
i) Peraturan Semen Portland Indonesia 1972, NI-B
j) Peraturan pembanguna daerah setempat
k) Ketentuan-ketentuan umum untuk pelaksanaan Pemborong Pekerjaan
Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan tambahan Lembaran Negara No.
1457.
l) Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan pemberi tugas/pengawas lapangan.
m) Standar normalisasi Jerman (DIN), American Society for Testing and Material
(ASTM)
n) American Concrete Institute (ACI)

 Kontraktor dan Kualafikasi Pelaksana /Kontarktor

Spesifikasi Teknis
VI - 23
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

1) Pelaksna/kontarktor bertanggung jawab atas kesempurnaan pekerjaannya


sampai dengan saat-saat penyerahan (selesai). Pekerjaan harus dilakukan
tenaga-tenaga ahli pada bidangnya. Pelaksana/kontarktor harus qualified,
minimum STM ± 3 (tiga) tahun pengalaman kerja.
2) Kontraktor harus mengikuti semua peraturan, baik yang terdapat pada uraian
dan syarat-syarat maupun yang tercantum dalam gambar-gambar atau
peraturan yang berlaku baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
3) Kontraktor mengikuti kontrak –kontrak yang akan disusun kemudian dengan
pemilik, baik mengenai hal-hal pembayaran maupun hal teknis dan non teknis
lainnya.
4) Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli di lapangan yang setiap saat
diperlukan untuk mendiskusikan dan dapat memutuskan administratif.

C. BAHAN

1. Semen Portland
Semen Portland harus memakai mutu yang terbaik dari jenis dan merk atas
persetujuan pemberi tugas/pengawas lapangan dan harus memenuhi NI-8. Semen
yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas
dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan ditumpukkan
sesuai dengan syarat penumpukan semen.

2. Pasir Beton
Pasir beton harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan
orgnis, lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta
kekerasan yang dicantumkan dalam PBI 1971.

3. Koral Beton/Split
Koral beton/split digunakan koral yang tidak mengandung lumpur, bermutu baik,
tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI
1971. Penyimpanan atau penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan satu
dari yang lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan
adukan beton yang tepat.

4. Air
Air yang digunakan harus air tawar yang jernih dan tidak mengandung lumpur,
minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak
beton dan harus memenuhi NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu pemberi
tugas/pengawas lapanagan dapat meminta kepada kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
kontraktor.

5. Besi Beton
Digunakah mutu U24>12 atau sesuai kriteria yang diberikan perencana struktur.
Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-
serpih. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2 (PBI 1971).
Bila dipandang perlu kontraktor diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya kontraktor.

6. Mutu Beton
Mutu beton yang dipakai dalam pekerjaan beton bertulang adalah K 225 atau sesuai
kriteria yang diberikan perencana struktur dan harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan dalam PBI-1971.

Spesifikasi Teknis
VI - 24
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

D. PELAKSANA

1. Pembesian
 Pembuatan tulangan untuk batang lurus atau yang dibengkokkan, sambungan
kaitan dan pembuatan sengakang (ring), persyaratannya harus sesuai PBI-
1971.
 Pemasangan dan penggunaan tulang beton harus disesuaikan dengan gambar
konstruksi.
 Tulangna beton harus diikat untuk menjamin agar besi tersebut tidak berubah
tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan acuan atau lantai
kerja dengan memasang selimut beton sesuai dengan ketentuan dalam PBI-
1971.
 Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Pemberi
Tugas/Pengawas Lapangan.

2. Cara Pengadukan
 Cara pengadukan harus menggunakan beton molen atau langsung dari ready
mix.
 Takaran untuk semen portland, pasir dan koral harus disetujui terlebih dahulu
oleh pemberi tugas/pengawas lapangan.
 Selama pengadukan kekentalan adukan beton harus diawasi dengan jalan
memeriksa slump pada setiap campuran baru. Pengujian slump minimum 10
cm dan maksimum 12.5 cm.

3. Pengecoran Beton
 Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan
membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan
ukuran-ukuran dan ketinggian, pemeriksaan penulangan dan penempatan
penahan jarak.
 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan pemeberi
tugas/pengawas lapangan.
 Pengecoran harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan menggunakan
alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat dan harus dihindarkan
terjadinya cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang, koral/split yang
dapat memperlemah konstruksi.
 Apabila pengecoran beton akan dihentikan dan akan diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh pemberi
tugas/pengawas lapangan.

4. Pekerjaan Acuan/bekisting
 Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang telah
ditetapkan/yang diperlukan dalam gambar.
 Acuan harus dipasang sedemikin rupa dengan perkuatan-perkuatan, sehingga
kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan kedudukannya selama
pengecoran dilakukan.
 Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran-
kotoran (tahi gergaji), potongan kayu, tanah/lumpur dan sebagainya, sebelum
pengecoran dilakukan dan harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan
beton.
 Kontraktor harus memberikan contoh-contoh material (besi, koral/split, pasir
dan semen portland kepada pemberi tugas/pengawas lapangan, untuk
mendapatkan persetujuan sebelum pekerjaan dilakukan.

Spesifikasi Teknis
VI - 25
Spesialisasi Rancang Bangun : Dokumen Rencana Kerja Dan Syarat – Syarat
(Spesifikasi Teknis) Pekerjaan Arsitektur dan Struktur

 Bahan-bahan yang digunakan harus tersimpan dalam tempat penyimpanan


yang aman, sehingga mutu bahan dan mutu pekerjaan tetap terjamin sesuai
persyaratan.
 Kawat pengikat besi beton/rangka adalah dari baja lunak dan tidak disepuh
seng, diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat
besi beton/rangka harus memenuhi syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI
tahun 1971).
 Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan
cepat. Perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
 Beton harus dibasahi paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran.

5. Pekerjaan Pembongkaran Acuan/Bekisting


Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin tertulis dari pemberi
tugas/pengawas lapangan. Setelah bekisting dibuka, tidak diizinkan mengadakan
perubahan pada permukaan beton tanpa persetujuan dari pemberi tugas/pengawas
lapangan.

6. Syaratan-Syarat Pengiriman dan Penyimpanan/Bekisting


 Bahan harus didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan utuh dan tidak
bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak/kemasan aslinya
yang masih tersegel dan berlabel pabriknya.
 Bahan harus disimpan ditempat yang terlindung dan tertutup, kering, tidak lembab
dan bersih, sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pabrik. Tempat
penyimpanan harus cukup, bahan ditempatkan dan dilindungi sesuai dengan
jenisnya.
 Kontraktor bertanggung jawab terhadap kerusakan selama pengiriman dan
penyimpanan. Bila ada kerusakan, kontraktor wajib mengganti atas beban
kontraktor.

7. Syarat-Syarat Pengamanan Pekerjaan


 Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3x24 jam
setelah pengecoran.
 Beton dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari pekerjaan-pekerjaan
lain.
 Bila terjadi kerusakan, kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung-jawab
kontraktor.
 Bagian beton setelah dicor selama dalam pengerasan harus selalu dibasahi dengan
air terus menerus selama 1 (satu) minggu atau lebih (sesuai dengan ketentuan
dalam PBI-1971).

Spesifikasi Teknis
VI - 26

Anda mungkin juga menyukai