Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN UMUM

PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas mulai beroperasi pada
bulan Februari 2009 dan mulai melakukan penambangan bauksit pada bulan
Maret 2009 dengan 2 kontraktor tambang yakni PT. Kendawangan Lestari dan
PT. Sinar Bumi Sentosa. Pengapalan perdana oleh MV. KT 8 mulai pada tanggal
22 Juli 2009 sampai tanggal 2 Agustus 2009. Pada awal perencanaan tambang di
Site Air Upas tahun 2009, merencanakan penambangan di blok Sedawak dan blok
Pesanggaran untuk BPP 1 dan 2, blok Pantai Ribai dan blok Manggungan untuk
BPP 3 dan 4 dengan total bauksit tercuci 3.660.146,8 ton dengan kadar rata-rata
SiO2 5,40%, Fe2O3 15,38%, TiO2 1,43%, Al2O3 50,94%.

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas yang terletak di Bukit
Nyuring,Dusun Batang Belian,Desa Karya Baru,Kecamatan Marau, Kabupaten
Ketapang,Provensi Kalimantan Barat. Secara geografis lokasi PT. Harita Prima
Abadi Mineral Site Air Upas berada pada 2° 15’ 7” LS sampai 2° 22” 15” LS dan
110° 45’ 30” BT sampai 110° 54’ 10” ( Gambar 2.1 ). Pada saat ini PT. Harita
Prima Abadi Mineral Site Air Upas memiliki 12 Blok Penambangan dengan total
luas area 37.429 Ha. Untuk bisa ke lokasi PT. Harita Prima Abadi Mineral Site
Air Upas, jika perjalanan di mulai dari kota Yogyakarta menuju Pontianak dapat
dilakukan dengan menggunakan pesawat udara selama ± 1 jam 45 menit,
kemudian di lanjutkan dengan menggunakan pesawat udara dari Pontianak ke
Kabupaten ketapang selama ± 30 menit, lalu di lanjutkan lagi dengan perjalanan
darat ketapang menuju pelabuhan Sukaria selama ± 3 jam, lalu dilanjutkan lagi
dengan perjalanan air menuju pelabuhan kelampai selama 45 menit, dan di
lanjutkan perjalanan darat menuju lokasi penambangan site air upas selama 45
menit. Dari mess di site Air Upas menuju lokasi penelitian melalui jalan

6
Pekerjaan Umum (PU) dengan waktu tempuh ±20 menit, sejauh 15 km melalui
jalan tanah. Adapun batas-batas wilayahnya adalah:
- Utara : Marau
- Timur : Kalimantan Tengah
- Selatan : Muara Kendawangan
- Barat : Selat Karimata

(sumber: www.saripedia.wordpress.com)

Gambar 2.1.
Lokasi PT. Harita Prima Abadi Mineral Site Air Upas

2.2 Iklim dan Curah Hujan


Daerah Air Upas mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi dua musim
dalam satu tahun yaitu musim hujan dan musim kemarau, suhu udara rata-rata tiap
tahun 29° C, dengan suhu maksimum 35° C dan suhu minimum 25° C. Musim
hujan terjadi pada bulan November sampai dengan April dan musim kemarau
terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan rata-rata tertinggi terjadi
pada bulan November sebesar 435 mm per bulan dan terendah terjadi pada bulan
Agustus sebesar 105 mm per bulan.

7
(Sumber: Dept. MPE PT. HPAM)
Gambar 2.2
Grafik Data Curah Hujan Periode 2006-2010

2.4 Keadaan Geologi Daerah Penelitian.


2.4.1. Geologi Regional
Daerah telitian secara regional termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar
Kendawangan, Kalimantan Barat. Kajian Geologi Regional daerah telitian
meliputi stratigrafi, geomorfologi, struktur geologi dan tektonik. Geologi daerah
Kalimantan Barat bagian selatan sebagian besar dikontrol oleh proses
magmatisme pada kala Kapur Awal sampai Kapur Akhir yang berupa tubuh
batholit Granit yang menjadi batuan dasar. Proses sedimentasi dari tua ke muda
berumur Jura sampai Kapur Akhir. (D. Sudana, B. Djamal, Sukido, 1994).
2.4.2. Geomorfologi
Satuan morfologi pada site Air Upas di Dusun Batang Belian ini berupa
satuan dataran tinggi yang terdapat pada bagian kecil daerah telitian, dataran
alluvial yang terdapat pada dataran tepi sungai-sungai besar, seperti sungai
kendawangan dan batuan lahan marine yang terdapat pada sebagian besar tepi
pantai bagian barat. Satuan morfologi perbukitan berupa bentukan lahan sttuktural
dan denudiasonal.

8
2.4.3. Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional daerah telitian sebagian besar berumur Pra-tersier.
Urut-urutan dari muda ke tua terdiri dari Endapan Alluvium dan Endapan Rawa
(Holosen), Basal Bunga (Kapur Akhir – Paleosen), Granit Sukadana (Kapur Awal
– Kapur Akhir), Batuan Gunungapi Kerabai (Kapur Akhir), Kompleks Ketapang
(Kapur Akhir) dan Batuan Malihan Pinoh (Trias).
E n dapan B a tu a n S e d im e n d a n B a tu a n T e ro b o s a n
M A S A ZA M A N K A LA U M U R P e rm u k a a n G un ung api
(J u ta )

H O LO S E N Q a Q s
(0 ,0 1 )
KUARTER

A k h ir
P L IS T O S E N

Ten ga h

A w al
K E N O Z O IK U M

1 ,6
P L IO S E N
5 ,3 (4 ,8 )
A k h ir
M IO S E N

1 1 ( 1 1 ,3 )
Ten ga h
1 6 ,2
A w al
T E R S IE R

2 3 (2 3 ,7 )
O L IG O S E N
3 6 ,5

E O S E N 3 9 (4 3 ,6 )

5 3 (5 7 ,8 )
PA LE O S E N
6 5 (6 4 ,4 ) K u bu

A k h ir
KAPUR

K u s
95 K u k
M E S O Z O IU K U M

A w al
Jkke
1 3 5 (1 4 0 )
A k h ir
152
JU R A

Ten ga h
180
A w al
205
A k h ir
230
T R IA S

TzT p
Ten ga h
240
A w al

Gambar 2.3
Stratigrafi regional Kendawangan (oleh D. Sudana, B. Djamal, Sukido, 1994)

2.4.4. Struktur Geologi dan Tektonik Regional


Struktur geologi berupa lipatan, sesar dan kelurusan. Menurut D. Sudana,
B. Djamal dan Sukido (1994) lipatan umumnya berarah timur laut – barat daya
dan kemiringan sayapnya berkisar antara 25°-55°, sayap selatan lebih curam,
berbentuk tidak setangkup. Sesar tidak berkembang baik, berupa sesar-sesar kecil
yang berarah timur laut – barat daya, barat - timur dan barat laut-tenggara, lihat
gambar 2.3. Pada umumnya, kelurusannya berarah timurlaut - baratdaya dan barat

9
- timur, di beberapa tempat berarah utara - selatan hingga barat laut - tenggara.
Kelurusan tersebut di Gunung api Kerabai, Komplek Ketapang, dan Kompleks
Granit-Diorit. Kegiatan tektonik diperkirakan dimulai sejak Trias diikuti oleh
pengendapan batuan sedimen yang menghasilkan Komplek Ketapang yang
berumur Jura sampai Kapur Awal. Pada akhir Kapur Awal terjadi pengangkatan
Komplek Ketapang yang disertai penerobosan batuan bersifat Granit-Diorit.
Selama Kapur Akhir-Paleosen berlangsung kegiatan gunung api dari Gunung api
Kerabai dan Basal Bunga. Selama Tersier daerah ini telah terangkat menjadi
daratan.

2.5 Genesa Bauksit


Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut
antara lain granit, syenit, riolit, andesit, gabro, basalt, hornfels, schist, slate, shale,
limestone. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan, mineral yang
mudah lapuk akan terpisah dari batuan induknya seperti mineral alkali, sedangkan
mineral yang tahan akan pelapukan akan terakumulasikan.
Secara geografis daerah Kalimantan Barat beriklim tropis. Pada daerah
beriklim tropis ini pelapukan batuan terjadi sangat kuat. Sedangkan di Kabupaten
Ketapang dan sekitarnya tersebar luas batuan yang kaya akan unsur Al sehingga
sangat memungkinkan terbentuknya bauksit. Proses ini berlangsung terus dalam
waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan
endapan lateritik. Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan
merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting
adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.
Kondisi - kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit
secara optimum adalah:
1. Adanya batuan kaya alumunium.
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan.
3. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering).
4. Porositas batuan yang rendah, sehingga sirkulasi air relatif buruk

10
5. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum.
6. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan.

2.6 Kualitas Bauksit


Total sisa cadangan bauksit per Desember 2010 di site penambangan Air
Upas PT. Harita Prima Abadi Mineral adalah 42.268.151 ton, dari jumlah tersebut
tersebar di blok Sedawak, blok Pesanggaran, blok Pantai Ribai, blok
Manggungan, blok Silat, blok Perendaman, blok Batu Keling, blok Bukit
Selendang, blok Air Upas, blok SP2, dan blok Jangkit dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Kualitas Bauksit di PT. Harita Prima Abadi Mineral site Air Upas
per Desember 2010

Jumlah Cadangan SiO2 AlO3 Fe2O3


Blok Penambangan (Ton) (%) (%) (%)
Sedawak
1.561.882 6,44 49,86 16,26
Pesanggaran
3.890.006 10,82 52,87 8.93
Pantai Ribai
1.077.592 5,46 50,74 15,93
Manggungan
2.752.490 5,96 49,99 16,22
Silat
2.045.938 8,58 53,11 10,58
Perendaman
1.503.178 8,18 52,05 11,74
Batu Keling
9.524.768 6,47 53.01 11,26
Bukit Selendang
10.483.779 8,07 54,27 8,72
Air Upas
7.280.635 9,30 52,24 10,69
SP2
1.886.316 12,50 53,42 6,68
Jangkit
262.576 17,1 51,32 5,66

Total Cadangan 42.268.151


(Sumber: Dept. MPE PT. HPAM)

2.7 Kegiatan Penambangan


Sistem penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka.
Metode penambangannya adalah open pit dan selective mining (penambangan

11
yang selektif disesuaikan dengan produksi yang diinginkan). Metode ini
diterapkan karena untuk memasok bauksit sesuai dengan permintaan, perlu
dilakukan blending diakibatkan kualitas bauksit yang heterogen. Peralatan yang
digunakan dalam kegiatan penambangan yaitu Bulldozer sebagai alat gusur,
Backhoe sebagai alat gali-muat, Dump Truck sebagai alat angkut, dan Grader
untuk perawatan jalan tambangnya.
Adapun urutan kegiatan penambangan tersebut adalah :
1. Pembersihan Lahan (Land Clearing).
2. Pengupasan dan Pengangkutan Tanah Pucuk.
3. Pembongkaran Tanah Penutup.
4. Penggalian dan Pengangkutan Bauksit.
Adapun kegiatan penambangan tersebut adalah :
2.7.1 Eksplorasi
Kegiatan Eksplorasi merupakan kegiatan awal untuk menyelidiki
keterdapatan bahan galian di suatu daerah. Kegiatan ini penting dilakukan karena
merupakan informasi awal yang berguna pada tahap eksplorasi. Berikut adalah
tahap – tahap dalam kegiatan eksplorasi :
1. Survey Tinjau
Kegiatan survey tinjau merupakan kegiatan awal untuk mengenal lokasi atau
tempat dilakukan survey. Kegiatan survey tinjau terdiri atas dua yaitu :
a. Pengambilan Data (sample permukaan)
Pada tahap ini dilakukan pengambilan data dengan memperhatikan sifat
fisik dari batuan seperti tekstur, warna, tingkat kekerasan, sebaran mineral
dan lain-lain. Pengambilan data dilakukan tidak terbatas, sehingga dapat
diketahui secara akurat mineral yang ada di daerah tersebut.
b. Analisa Data Laboraturium
Sample yang telah diambil pada survey tinjau akan di analisa di
laboraturium. Analisa laboraturium bertujuan untuk mengetahui kadar
mineral yang akan di sampling tersebut.

12
2. Pemetaan Test Pit
Sumur uji merupakan suatu metode untuk mengambil conto bijih bauksit yang
berada di bawah permukaan. Adapun ukuran sumur uji ini adalah 0,8 x 1,2 m,
untuk menentukan titik sumur uji didasarkan atas hasil analisis laboratorium
dari conto indikasi bauksit di permukaan. Titik pertama yang dilakukan adalah
secara acak, kemudian bila hasilnya bagus dipasang titik dengan jarak 200 m
(grid 200), selanjutnya bila masih bagus diteruskan dengan jarak 100 m,
kemudian bila hasil masih bagus diteruskan dengan jarak 50 m. Sebenarnya
bila hasil dengan jarak 50 m ini sudah seragam tidak perlu dilanjutkan ke jarak
25 m, tetapi bila masih diperlukan dan hasilnya bagus maka dari jarak 50 m
kemudian dilanjutkan ke jarak 25 m.
Secara garis besar pembuatan sumur uji ini sangat sederhana, yaitu :
a. Penentuan titik, secara acak, anatara jarak 200m, 100m, 50 m ataupun 25
m.
b. Selanjutnya dilakukan penggalian oleh tenaga penduduk sekitar.
Penggalian ini dihentikan bila telah mencapai lapisan lempung yang biasa
disebut dengan kata “kong”.
c. Setelah lubang sumur uji telah siap, maka langkah berikutnya yaitu
melakukan sampling (pengambilan conto bijih bauksit) dengan tenaga
harian dari penduduk sekitar.
3. Tahap Preparasi
Setelah pengambilan conto selesai maka kemudian dibawa ke bagian preparasi
untuk dilakukan langkah-langkah selanjutnya yaitu :
a. Penimbangan berat conto awal.
b. Pencucian conto dengan air agar matriks (butiran yang lolos pada ukuran
mesh 100) dan pengotornya hilang.
c. Pengeringan. Bisa dilakukan dengan cara mengangin-anginkan atau dengan
menggunakan oven.
d. Crushing (penghancuran). conto yang telah dikeringkan dihancurkan
sampai pada ukuran kerikil.

13
e. Penimbangan berat conto setelah dicuci (dari perbandingan berat setelah
dicuci dan sebelum dicuci didapatkan faktor konkresi)
f. Quartering (pencampuran 4 bagian), setelah itu diambil 3-3,5 kg dari conto
yang tersisa.
g. Dari 3-3,5 kg tersebut kemudian dilakukan quartering lagi agar menjadi
lebih homogen, dan kemudian diambil 0,15-0,2 kg.
h. Kemudian dilakukan penghalusan, setelah itu conto tersebut diayak dengan
ukuran 200 mesh, sample yang lolos kemudian siap untuk dianalisis di
laboratorium.
2.7.2. Ekploitasi
1. Pembabatan dan Pembersihan Lahan (land clearing)
Land clearing sendiri adalah tahapan pekerjaan yang kegiatannya
membersihkan permukaan tanah areal penambangan dari semak belukar,
pepohonan, dan benda lain yang ada di areal yang dikerjakan dalam proses
selanjutnya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan alat berat bulldozer,
lihat gambar 2.4.

Gambar 2.4
Land Clearing

14
Biasanya yang perlu di land clearing adalah :
- Di areal penambangan sampai batas tepi
- Di sepanjang jalan yang direncanakan sebagai jalan produksi dan jalan
inspeksi.
- Di areal yang akan diperuntukan untuk tempat pembuangan material
tanah/batuan (disposal area)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan land clearing :
- Seluruh semak belukar dibersihkan terlebih dahulu dan disingkirkan
keluar areal atau ditempatkan di tempat yang ditentukan.
- Untuk menumbangkan pohon dipergunakan alat berat yang sesuai dengan
besarnya pohon-pohon yang ditumbangkan, bila perlu alat bantu mesin
potong bisa dipergunakan. Pohon yang telah di singkirkan di bawa ke
pabrik sumber daya manusia yang nantinya akan diolah menjadi bahan
baku bangunan.
- Sebelum melakukan penumbangan agar diperhatikan kondisi pohon
apakah cabang-cabangnya mudah patah, hal ini sangat diperlukan untuk
keselamatan kerja.
- Dalam proses menyingkirkan batang-batang keluar areal penambangan
sebaiknya dipotong terlebih agar mudah dalam pemuatan dan tidak
mengenai bagian alat muat atau alat angkut yang bisa menyebabkan
rusak.
- Beberapa diantaranya bisa didorong langsung keluar areal bila
memungkinkan.
- Apabia proses pekerjaan land clearing sudah diselesaikan maka areal
kerja bersih dan mendapat sinar matahari langsung sehingga menjadi
lebih cepat kering dan meningkatkan daya dukung.
2. Pengupasan dan Pengangkutan Tanah Pucuk
Apabila proses pekerjaan land clearing sudah diselesaikan maka areal kerja
bersih dan mendapat sinar matahari langsung sehingga menjadi lebih cepat
kering dan meningkatkan daya dukung. Kondisi tanah yang lunak sangat
memudahkan kegiatan pengupasan tanah pucuk dengan bulldozer. Selanjutnya

15
tanah pucuk diangkut ke tempat penimbunan sementara sehingga dapat
dimanfaatkan lagi pada kegiatan reklamasi.
3. Pembongkaran Tanah Penutup
Ketebalan tanah penutup yang hanya berkisar 1 m dari ore dapat dilakukan
dengan bulldozer. Pada tahap ini diperlukan pengawasan lebih karena
ketidaktahuan operator bulldozer akan batas ore. Pembongkaran tanah
penutup harus dilakukan sampai batas ore agar memudahkan dalam proses
penggalian bauksit dan mengurangi kemungkinan tercampurnya ore dengan
pengotor.
4. Penggalian dan Pengangkutan Bauksit.
Kegiatan penggalian di front penambangan dilakukan dengan menggunakan
alat berat jenis excavator, lihat gambar 2.5. Alat angkut yang digunakan untuk
mengangkut material dari front penambangan ke washing plant adalah dump
truck dengan kapasitas rata-rata 20 ton. Setelah dilakukan penggalian dan
pengangkutan, kemudian dibawa ke washing plant untuk dilakukan proses
selanjutnya.

Gambar 2.5
Penggalian dan Pemuatan di Area Penambangan
a. Unit Pencucian (Washing Plant).

16
Material yang dibawa oleh dump truck selanjutnya dimasukan ke hopper
dengan cara dumping. Setelah material masuk ke dalam hopper
selanjutnya disemprot dengan air agar terpisah antara material dengan
tanah dan boulder, lihat gambar 2.6. material yang terbawa bersama air
masuk tromol screen yang bekerja dengan cara berputar. Material yang
berupa kerikil akan langsung masuk ke conveyor sedangkan material yang
halus akan terbawa masuk ke dalam kincir yang berfungsi untuk
menyaring material sebelum kemudian dimasukan kembali ke dalam
conveyor.

Gambar 2.6
Washing Plant
b. Pengangkutan Bauksit dari Washing Plant ke Stockpile Bauksit
Bauksit yang telah dihasilkan, selanjutnya di bawa ke pelabuhan guna
dilakukan blending sebelum dimasukan ke dalam tongkang. Pada tahap ini
bauksit yang dibawa oleh dump truck dari washing plant ditempatkan
pada tempat penampungan (stockpile) yang berbeda disesuaikan dengan

17
kadar dari bauksit yang berbeda. Hal ini dilakukan guna memudahkan
pada tahap blending.
c. Blending, Pengangkutan, dan Pengapalan
Tahap blending dilakukan dengan mencampurkan bauksit sesuai dengan
kadar dan tonase yang diinginkan oleh pembeli dengan cara memasukan
bauksit kedalam hopper yang langsung dihubungkan dengan belt
conveyor. Selain itu dapat pula dilakukan dengan jetty manual dimana
bauksit dimasukan ke dalam tongkang dengan dijalankan oleh double belt
conveyor, lihat gambar 2.7.

Gambar 2.7
Kegiatan Pengapalan

18

Anda mungkin juga menyukai