Anda di halaman 1dari 20

BAB II Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi.

TINJAUAN PUSTAKA Bahkan pada kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen
tertentu diperlukan untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel-sel
2.1 Neoplasma kanker. Hanya mutasi pada jenis gen
Sel mempunyai dua tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak.
Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang
biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi sel adalah proses
fisiologis yang terjadi hampir pada semua jaringan tubuh manusia pada
berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. Homeostasis antara
proliferasi sel dan kematian sel yang terprogram (apoptosis) secara
normal dipertahankan untuk menyediakan integritas jaringan dan organ.
Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma
sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis sel.
Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan
pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau
neoplasma.
Neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.Pada sel
neoplasma terjadi perubahan sifat, sehingga sebagian besar energi
digunakan untuk berkembang biak. Pertumbuhan tak terkontrol yang
seringnya terjadi dengan cepat itu dapat mengarah ke pertumbuhan jinak
(benign) maupun ganas (malignant atau kanker). Tumor jinak
biasanya tidak menginvasi dan tidak menyebar ke jaringan lain
sekitarnya. Tumor jinak biasanya juga tidak mengancam jiwa kecuali
bila ia terletak pada area struktur vital. Sedangkan tumor ganas dapat
menginvasi jaringan lain dan beranak sebar ke tempat jauh ( metastasis)
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sel-sel malignant ini mempunyai
sifat resisten terhadap apoptosis, tidak sensitif terhadap faktor anti
pertumbuhan dan contact inhibition-nya disupresi.

1
2

tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA Diantara 2 kelompok tumor jinak dan tumor ganas terdapat
repair yang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap segolongan kecil tumor yang mempunyai sifat invasive local tetapi
proliferasinya. Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang kemampuan metastasisnya kecil.Tumor demikian disebut tumor agresif
mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi local tumor ganas berderajat rendah. Sebagai contoh ialah karsinoma sel
klonal yang akan menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel basal kulit.
desendens mutan. Sel-sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk 2) Klasifikasi atas dasar asal sel / jaringan ( histogenesis )
menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor jinak. Ketika mutasi Tumor diklasifikasikan dan diberi nama atas dasar asal sel tumor yaitu :
berakumulasi, maka sel dari tumor jinak itu akan menjadi tumor ganas. (a) Neoplasma berasal sel totipotent
Sel totipoten ialah sel yang dapat berdeferensiasi kedalam tiap jenis
2.1.1 Klasifikasi Neoplasma sel tubuh.Sebagai contoh ialah zigot yang berkembang menjadi janin.
Klasifikasi neoplasma yang digunakan biasanya berdasarkan : Paling sering sel totipoten dijumpai pada gonad yaitu sel germinal.
1) Klasifikasi Atas Dasar Sifat Biologik Tumor Tumor sel germinal dapat berbentuk sebagai sel tidak berdifensiasi,
Atas dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas tumor yang contohnya : Seminoma atau diseger minoma.Yang berdiferensiasi
bersifat jinak ( tumor jinak ) dan tumor yang bersifat ganas (tumor minimal contohnya : karsinoma embrional, yang berdiferensiasi kejenis
ganas) dan tumor yang terletak antara jinak dan ganas disebut “ jaringan termasuk trofobias misalnya chorio carcinoma. Dan yolk sac
Intermediate” . carcinoma. Yang berdiferensiasi somatic adalah teratoma.
(a) Tumor Jinak ( Benigna ) (b) Tumor sel embrional pluripoten
Tumor jinak tumbuhnya lambat dan biasanya mempunyai kapsul. Sel embrional pluripoten dapat berdiferensiasi kedalam berbagai
Tidak tumbuh infiltratif, tidak merusak jaringan sekitarnya dan tidak jenis sel-sel dan sebagai tumor akan membentuk berbagai jenis struktur
menimbulkan anak sebar pada tempat yang jauh. Tumor jinak pada alat tubuh. Tumor sel embrional pluripoten biasanya disebut embiroma
umumnya disembuhkan dengan sempurna kecuali yang mensekresi atau biastoma, misalnya retinobiastoma, hepatoblastoma, embryonal
hormone atau yang terletak pada tempat yang sangat penting, misalnya rhbdomyosarcoma.
disumsum tulang belakang yang dapat menimbulkan paraplesia atau (c) Tumor sel yang berdiferensiasi
pada saraf otak yang menekan jaringan otak. Jenis sel dewasa yang berdiferensiasi, terdapat dalam bentuk sel alat-
(b) Tumor ganas ( maligna ) lat tubuh pada kehidupan pot natal. Kebanyakan tumor pada manusia
Tumor ganas pada umumnya tumbuh cepat, infiltratif. Dan merusak terbentuk dari sel berdiferensiasi. Tata nama tumor ini merupakan
jaringan sekitarnya. Disamping itu dapat menyebar keseluruh tubuh gabungan berbagai faktor yaitu perbedaan antara jinak dan ganas, asal
melalui aliran limpe atau aliran darah dan sering menimbulkan sel epnel dan mesenkim lokasi dan gambaran deskriptif lain.
kematian. (d) Tumor epitel
(c) Intermediate
3

Tumor jinak epitel disebut adenoma jika terbentuk dari epitel Hamartoma ialah lesi yang menterupai tumor. Pertumbuhannya ada
kelenjar misalnya adenoma tiroid, adenoma kolon. Jika berasal dari koordinasi dengan jaringan individu yang bersangkutan. Tidak tumbuh
epitel permukaan dan mempunyai arsitektur popiler disebut papiloma. otonom seperti neoplasma.Hamartoma selalu jinak dan biasanya terdiri
Papiloma dapat timbul dari eitel skuamosa (papiloma skuamosa), epitel atas 2 atau lebih tipe sel matur yang pada keadaan normal terdapat pada
permukaan duktus kelenjar ( papiloma interaduktual pada payudara ) alat tubuh dimana terdapat lesi hamartoma.
atau sel transisional ( papiloma sel transisional ). Tumor ganas epitel (h) Kista
disebut karsinoma. Kata ini berasal dari kota yunani yang berarti Kista ialah ruangan berisi cairan dibatasi oleh epitel. Kista belum
kepiting. Jika berasal dari sel skuamosa disebut karsinoma sel tentu tumor / neoplasma tetapi sering menimbulkan efek local seperti
skuamosa. Bila berasal dari sel transisional disebut karsinoma sel yang ditimbulkan oleh tumor / neoplasma.
transisional. Tumor ganas epitel yang berasal dari epitel belenjar disebut
adenokarsinoma.
(e) Tumor jaringan mesenkin 2.1.2 Karakteristik Tumor
Tumor jinak mesenkin sering ditemukan meskipun biasanya kecil 1) Kecepatan Pertumbuhan
dan tidak begitu penting. Dan diberi nama asal jaringan (nama latin) Tumor jinak biasanya tumbuh lambat sedangkan tumor ganas cepat .
dengan akhiran “oma”. Misalnya tumor jinak jaringan ikat (latin fiber) tetapi derajat kecepatan tumbuh tumor jinak tidak tetap,kadang – kadang
disebut “Fibroma”. Tumor jinak jaringan lemak (latin adipose) disebut tumor jinak tumbuh lebih cepat daripada tumor ganas.karena tergantung
lipoma. Tumor ganas jaringan mesenkin yang ditemukan kurang dari 1 pada hormone yang mempengaruhi dan adanya penyediaan darah yang
persendiberi nama asal jaringan (dalam bahasa latin atau yunani ) memadai. Pada dasarnya derajat pertumbuhan tumor berkaitan dengan
dengan akhiran “sarcoma” sebagai contoh tumor ganas jaringan ikat tingkat diferensiasi sehingga kebanyakan tumor ganas tumbuh lebih
tersebut Fibrosarkoma dan berasal dari jaringan lemak diberi nama cepat daripada tumor jinak. Derajat pertumbuhan tumor ganas
Liposarkoma. tergantung pada 3 hal,yaitu :
(f) Tumor campur (mixed Tumor) o Derajat pembelahan sel tumor
Neoplasma yang terdiri dari lebih dari 1 jenis sel disebut tumor o Derajat kehancuran sel tumor
campur (mixed tumor). Sebagai contoh tumor campur kelenjar liur o Sifat elemen non-neoplastik pada tumor
(adenoma pleomorfik kelenjar liur) yang terdiri atas epitel kelenjar, Pada pemeriksaan mikroskopis jumlah mitosis dan gambaran
jaringan tulang rawan dan matriks berdegenerasi musin. Contoh lain aktivitas metabolisme inti yaitu inti yang besar,kromatin kasar dan anak
ialah fibroadenoma mammae terdiri atas epitel yang membatasi lumen, inti besar berkaitan dengan kecepatan tumbuh tumor. Tumor ganas yang
atau celah dan jaringan ikat reneging matriks. tumbuh cepat sering memperlihatkan pusat-pusat daerah nekrosis /
(g) Hamartoma dan koristoma iskemik. Ini disebabkan oleh kegagalan penyajian daerah dari host
kepada sel – sel tumor ekspansif yang memerlukan oksigen.
4

2) Clinical And Gross Features –Transitional cell carcinomas–from transitional epithelia


(1) Clinically
Tumor jinak umumnya tumbuh lambat dan bergantung pada lokasi, (2) Mesenchymal neoplasms
dapat terjadi asimtomatik (lipoma subkutan) atau dapat menimbulkan •Benign mesenchymal neoplasms are named after the cells of
gejala serius (meningioma pada system syaraf). Tumor ganas tumbuh origin followed by the suffix –oma
cepat, pada permukaan,dapat mengalami ulserasi yang menyerang •Malignant mesenchymal neoplasms are named after the cell of
secara lokal ke jaringan lebih dalam, dapat menyebar ke tempat yang origin followed by suffix –sarcoma2. sarcoma
lebih jauh (metastasis), dan kondisi umum menyebabkan penurunan
berat badan, anoreksia, dan anemia. (2) Tumor angiogenesis and stroma
(2) The Gross apprearance Jaringan ikat bersama jaringan vascular akan mendukung
Ciri khas yang dimiliki tumor adalah terdapat perbedaan warna, pertumbuhan sel tumor dengan menyediakan makanan. Perbedaan
tekstur, dan konsistensi dengan jaringan sekitarnya. Biasanya akan tumor angiogenesis dan stroma adalah :
menyebabkan papillary, fungating, infiltrasi, haemoragi, ulseratif, dan - Tumor Angiogenesis, adanya pembuluh darah baru yang
cystic sebagai tampilan makroskopik. Tumor jinak umumnya berbentuk terbentuk dari pembuluh darah sebelumnya. Kapiler baru akan
bulat, terdapat batas seperti kapsul dengan jaringan sekitar, bisa menambah tingkat kepadatan microvascular yang akan
bergerak, cenderung keras kecuali ada perubahan sekunder seperti digunakan untuk proses pertumbuhan tumor.
perdarahan atau infark supervene. Tumor Ganas umumnya berbentuk - Tumor Stroma
tidak teratur, meluas ke jaringan sekitar, hemoragi, infark, dan ulserasi. Pertumbuhan jaringan fibrosa di tumor dirangsang oleh basic
3) Microscopic Pattern fibroblast growth factor (bFGF)
(1) Pola Mikroskopik (3) Inflammatory Reaction
(1) Epithelial neoplasma Kadang-kadang reaksi peradangan terjadi di sekitar tumor, hal Ini
•Benign epithelial neoplasmsare called: karena terdapat reaksi sekunder. Reaksi inflamasi yang terjadi bisa akut
–Adenomas–arising from epithelium within a gland atau kronis, namun beberapa tumor akan menunjukkan reaksi
–Papillomas–arising from the surface of squamous, glandular, or peradangan kronis terutama pada limfosit, sel plasma, dan makrofag.
transitional epithelium, and growing upward in a papillary Hal ini karena disebabkan sebagai respon imunologi yang dimediasi
structure oleh sel .
•Malignant epithelial neoplasms are called carcinomas, which (4) Local Invasion
include: (1) Tumor Jinak
–Adenocarcinomas–from glandular epithelia - Tumbuh lokal dan tidak mempunyai kemampuan untuk
–Squamouscarcinomas–from squamousepithelia menginfiltrasi, menginvasi jaringan sekitarnya.
5

- Berbatas jelas dengan jaringan sekitar, mempunyai kapsul (simpai) 2.1.3 Klasifikasi Tumor
atau pun pseudocapsul (simpai semu). Ada 2 sistem klasifikasi tumor yaitu grading dan staging.
- Tidak metastasis (tidak beranak sebar) a) Grading
(2) Tumor Ganas Klasifikasi tumor berdasarkan gambaran jaringan pada mikroskop,
- Tumbuh progresif, invasi dan infiltrasi kejaringan sekitarnya. yaitu dari hasil biopsy (gambaran histopatologik). Di sini dinilai tingkat
- Batas tidak jelas dan tidak berkapsul anaplastik atau differensiasi sel-sel kanker, semakin kacau gambaran sel
- Seringkali masuk ke dalam jaringan, menembus limfatik, pembuluh (semakin anaplastik) semakin tinggi derajatnya dan berarti semakin
darah, tulang namun lebih umum menyerang kapiler dan vena ganas kanker tersebut.
berdinding tipis daripada arteri berdinding tebal. b) Staging
(5) Metastasis Didapatkan dari pemeriksaan klinis-penunjang, dan umumnya
Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan derajatnya dinilai berdasarkan ukuran besar tumor induk, sudah
tumor untuk lepas dari induknya dan menempel serta mampu hidup dan menyebar ke kelenjar limfe atau belum serta sudah bermetastasis atau
berkembang lebih lanjut pada jaringan tubuh lain yang letaknya jauh belum. Yang lebih bermakna dalam terapi adalah klasifikasi berdasarkan
dari jaringan tumor induk. Metastasis hanya terjadi pada tumor ganas. staging ini. Semakin tinggi staging, misalnya kanker yang sudah
Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe maupun proses bermetastasis, maka pengobatan akan menemukan jalan buntu dan
terlepas/terjatuh langsung menempel pada tempat tertentu. harapan hidup berkurang.
1. Lymphatic Spread, terjadi pada carcinoma 2.1.4 Patogenesis Neoplasia
a. Lymphatic Permeation 1) Faktor predisposisi
dinding limfatik terdapat sel kanker dan berlanjut untuk melakukan (1) Faktor genetik dan keluarga
pertumbuhan di saluran limfatik. Faktor keturunan mempunyai peran dalam perkembangan
b. Lymphatic Emboli kanker. Pada umumnya resiko perkembangan kanker pada
Sel-sel ganas terlepas dan membentuk emboli tumor sehingga akan terus keluarga dari seorang pasien kanker adalah 3 kali lebih tinggi
terbawa sepanjang saluran getah bening dan bersarang di sinus dibandingkan dari subjek kontrol. Perkiraan umumnya
subkapsular atau kelenjar getah bening akan membesar akibat dari menyatakan bahwa kanker genetik berjumlah tidak lebih dari 5%
aktivitas metastasis. dari semua kanker. Contoh : retinoblastoma
2. Haematogenous Spread, terutama pada sarcoma (2) Faktor ras dan geografis
Lebih sering memasuki vena daripada arteri, karena arteri memiliki Perbedaan dalam insidensi rasial dari beberapa jenis kanker
dinding yang lebih tebal dan tahan Invasi pada vena – sel tumor dapat diatributkan sebagian pada peran dari komposisi
mengikuti aliran vena -metastasis sering terjadi pada paru dan hepar. genetik,namun sebagian besar disebabkan oleh pengaruh dari
6

perbedaan lingkungan dan geografis yg mempengaruhi populasi, 1. Proto-onkogen, yaitu gen yang mempromosikan pertumbuhan
seperti iklim,tanah,air,kebiasaan,budaya,dll. 2. Anti-onkogen, yaitu gen yang menghambat pertumbuhan
(3) Faktor Lingkungan dan Kebudayaan (supresor)
Lingkungan yg bersifat karsinogenik contohnya adalah rokok, 3. Gen yang mengatur apoptosis
alkohol, kanker serviks, paparan bahan dan lingkungan 4. Gen yang memperbaiki DNA
industrial, beberapa diet tertentu.
(4) Umur 1. Pada sel kanker, terjadi perubahan dan aktivasi onkogen yang
Pada umumnya kanker terjadi pada individu yg lebih tua dari 50 mempromosikan pertumbuhan
tahun meskipun ada beberapa variasi dalam insidensi umur pada 2. Inaktivasi anti-onkogen
kanker yg berbeda. Beberapa jenis kanker terjadi pada bayi dan 3. Abnormal apoptosis
balita contohnya leukimia akut, neuroblastoma, retinoblastoma, 4. Kegagalan gen yang berfungsi untuk memperbaiki DNA
ewing’s sarcoma.
(5) Jenis Kelamin Sifat-sifat dari sel kanker adalah:
Kanker lebih umum pada laki-laki dari perempuan kecuali, 1. Pertumbuhan yang otomatis dan proliferasi yang berlebihan
kanker payudara, kantung kemih, tiroid, hipofaring. Meskipun Mutasi pada struktur gen menyebabkan berkurangnya sinyal yang
ada beberapa variasi ras dan geografis. Laki-laki umum terkena mempromosikan pertumbuhan dari proto-onkogen sehingga terjadi
kanker paru-paru.Perbedaan dapat disebabkan karena adanya proliferasi selular yang berlebihan. Mutasi menyeebabkan terjadinya
hormon seksual yg spesifik ppada tiap jenis kelamin. perubahan pada growth factor, GF receptor, regulasi nuklir pada
2) Karsinogenesis molekul, protein yang mengatur siklus sel. Perubahan pada siklus sel
Atau onkogenesis adalah mekanisme dari induksi tumor. Agen yang mempengaruhi fase G1 sampai sintesis pada mitosis.
menyebabkan tumor disebut karsinogen. Terdapat 4 etiologi dan 2. Perubahan pada gen supresor onkogen
patogenesis dari kanker yaitu: Mutasi pada gen supresor anti-onkogen normal menyebabkan
1. Patogenesis molekular hilangnya kontrol pada pertumbuhan. Secara umum, anti-onkogen
2. Karsinogenesis kimia berperan pada fase G1 sampai sintesis yang memicu sel yang membelah
3. Karsinogenesis fisik dan radiasi untuk masuk pada fase G0 sehingga sel kehilangan kemampuan untuk
4. Karsinogen biologis membelah. Mutasi pada gen RB yang terletak pada kromosom ke-13
3) Patogenesis Molekular menyebabkan inaktivasi dari protein sehingga sel dapat melalui fase G1
Tumor bersifat monoklonal. Sel kanker pada manusia berasal dari satu sampai sintesis.
sel klon yang mengalami transformasi genetik dan mutasi. Pada sel 3. Abnormal apoptosis
normal, terdapat 4 gen regulatori:
7

Mekanisme lainnya dari perkembangan tumor adalah tidak terjadinya Diagnosis yang presisi menggunakan teknik imaging berteknologi
apoptosis. Apoptosis pada sel normal diatur oleh sel reseptor CD95 yang tinggi seperti ultrasound, MRI dan CT scan dan terkadang PET/CT bisa
menyebabkan kerusakan pada DNA. Terdapat faktor yang bersifat pro- membantu dalam pendekatan teknik pembedahan. Tumor dapat
apoptotik (BADBAXBID dan TP53) dan apoptosis inhibitor (BCL2 dan dikategorikan menjadi tumor yang resectable, potentially resectable dan
BCLX). unresectable, bergantung pada keadaan pasien seperti kebugaran,
4. Menghindari penuaan sel komorbiditas, keinginan pasien, stage TNM dan gambaran
Setelah terjadinya proses mitosis yang berulang, maka akan terjadi radiograf/imaging.
pemendekan telomers. Telomerase adalah enzim RNA yang membantu Minimal invasive surgery seperti laparoscopy pada pembedahan
perbaikan DNA dan menjaga panjang telomer agar tetap normal. Tetapi, colorectal merupakan teknik yang aman dan memiliki resiko kematian
setelah mitosis yang berulang sekitat 60 sampai 70 kali, telomers akan dan morbiditas yang rendah, serta durasi menginap di rumah sakit yang
hilang sehingga sel tidak dapat melakukan mitosis. Pada sel kanker lebih pendek. Extensive surgical resection menjadi pilihan yang lebih
yang bersifat ganas, enzim telomerase dapat diregulasi sehingga panjang baik pada beberapa kasus, seperti pada lymphadenectomy pada pasien
dari telomer akan terjaga. Hal itu menghasilkan sel kanker yang dapat dengan resectable adenocarcinoma primer.
mencegah penuaan dan mitosis yang dapat terus berulang. Pada dasarnya pembedahan dibedakan menjadi dua berdasarkan
5. Angiogenesis tujuan perawatan, yaitu:
Kanker dapat bertahan apabila sel kanker mendapatkan nutrisi yang a) Curative surgery
cukup. Neovaskularisasi pada kanker menyuplai sel kanker dengan Pembedahan memiliki kesempatan terbesar dalam menyembuhkan
oksigen dan nutrisi, dan juga sel endotelial sehingga kanker dapat tumor. Dalam konteks ini prosedur pembedahan dilakukan untuk
berkembang dan mengalami metastase. mengangkat seluruh tumor, dengan cara menghilangkan sebagian atau
seluruh organ asal, dan terkadang mengeluarkan nodus lympha yang
2.1.5 Pilihan Perawatan Tumor mungkin mengandung micrometastasis.
1) Pembedahan b) Palliative surgery
Pembedahan merupakan salah satu pengobatan tumor yang paling Tujuan prosedur ini pada umumnya adalah untuk mengurangi rasa
sering dilakukan untuk mengobati tumor dengan konsistensi padat. sakit dan gejala yang dimiliki pasien. Pembedahan ini biasanya
Apabila terdapat tumor yang mobile saat dilakukan palpasi, maka dilakukan ketika tumor tidak merespon perawatan apapun. Palliative
pembedahan dapat dilakukan. Dengan perkembangan ilmu bedah surgery yang sukses membuat hidup pasien menjadi lebih nyaman dan
onkologi modern, prosedur bedah menjaidi lebih inovatif dan kompleks. bisa memperpanjang harapan hidup pasien.
Pengangkatan tumor solid melalui pembedahan masih menjadi pilihan
terbaik dengan harapan hidup jangka panjang dibandingkan dengan
jenis perawatan lainnya.
8

Palliative surgery dilakukan melalui beberapa prosedur seperti memblok Obat ini merupakan antibiotik antitumor dengan mekanisme
saraf untuk menghilangkan rasa sakit, pemasangan saluran untuk 1. inhibisi sintesis DNA dan RNA pada sel kanker
meringankan obstruksi, dan lain-lain. 2. inhibisi topoisomerase II enzyme, yang dapat memblok transkripsi
2) Radioterapi dan replikasi DNA
Radioterapi merupakan jenis perawatan yang sangat diperlukan 3. membentuk iron-mediated free oxygen radical yang menghancurkan
dalam perawatan tumor, dengan potensi kuratif pada berbagai macam DNA dan domain lipid dari membran sel.
keganasan. Akhir-akhir ini sekitar 50% penderita kanker menerima a) Vinca alkaloid
radioterapi dengan tujuan kuratif ataupun paliatif. Penerapan radioterapi Merupakan agen antimitosis dan antimicrotubule yang berinteraksi
semakin meningkat karena memiliki hasil yang hampir sama dengan dengan tubulin dan disrupsi fungsi microtubule yang menyebabkan
perawatan bedah pada beberapa jenis tumor, kemudahan akses penghentian metafase.
perawatan, dan lain-lain. b) Taxanes
Radioterapi sering dikombinasikan dengan perawatan bedah dan Merupakan diterpens yang dihasilkan oleh tanaman genus taxus.
obat-obatan cytostatic. Curative radioterapi bertujuan untuk Mekanisme kerjanya adalah dengan disrupsi fungsi microtubule yang
mengkontrol tumor dengan menghilangkan tumor secara mikroskopis berperan dalam pembelahan sel.
maupun makroskopis. c) Alkylating agents
- Efek radiasi pada tumor dan jaringan normal Mekanisme obat ini adalah mengalkilasi residu N7 dari guanine yang
Radioterapi efektif dalam menginaktivasi cancer stem cell (CSC). melakukan crosslink dengan nukleobase dalam DNA. Proses ini
CSC merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk berkembang dan menyebakan untaian DNA tidak dapat terlepas dan berpisah sehingga
membentuk tumor rekuren setelah iradiasi dosis tinggi. Radioterapi menyebakan apoptosis sel.
menggunakan radiasi pengion yang diarahkan ke tumor dan
mengakibatkan kerusakan pada sel tumor tersebut. Akan tetapi 2.2 Ameloblastoma
pemberian radiasi juga dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan 2.2.1 Definisi
normal, maka harus diarahkan seakurat mungkin ke jaringan tumor. Ameloblastoma merupakan neoplasma yang paling umum muncul
3) Kemoterapi dari epitelium odontogenik. Ameloblastoma termasuk tumor
Kemoterapi merupakan salah satu perawatan tumor dengan tujuan odontogenik yang sering dijumpai. Menurut WHO 1992, ameloblastoma
untuk menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, atau paliatif, diklasifikasikan sebagai tumor jinak, tetapi bersifat invasif secara lokal,
bergantung pada tipe tumor, stage, dan kebugaran pasien. sehingga memiliki kecenderungan untuk mengalami rekurensi. Akan
Beberapa jenis obat-obatan dan mekanisme kerja dalam pengobatan tetapi, tidak mengalami metastasis karena masih tergolong tumor jinak.
tumor: Menurut Robinson, ameloblastoma merupakan tipe tumor sebagai
a) Anthracycline
9

berikut; biasanya unisentrik, non fungsional, pertumbuhan intermiten, Tidak ada kecenderungan gender maupun ras. Solid ameloblastoma
jinak secara anatomi,dan persisten secara klinis. lebih cenderung mengenai mandibular yaitu sebanyak 85% dan biasanya
mengenai ramus/ regio molar. Sedangkan sebanyak 15% mengenai
maksila dan biasanya mengenai regio posterior yang dapat meluas ke
sinus dan lantai nasal.

Ameloblastoma berasal dari residu komponen epitel pada saat


perkembangan gigi. Sumber dari epitel odontogenik yang tersisa dalam
jaringan lunak dan tulang alveolar diantaranya sisa dental lamina (rest of
Serres), reduced enamel epithelium, rests of Malassez, sel basal (1) Gejala klinis
permukaan epitelium oral.

1. Pembengkakan/ ekspansi rahang


2. Bengak pada pipi, gingiva, dan palatum keras
3. Mukosa normal
2.2.2 Klasifikasi Ameloblastoma 4. Asimptomatik
1) Multicystic/ Solid Intraosseous Ameloblastoma 5. Pertumbuhan lambat
Sebanyak 75-86 % 6. Lymph node tidak membesar
temuan ameloblastoma Gambar 0-1. Sumber epitel dari ameloblastoma 7. Biasanya unilateral
merupakan jenis ini. Ameloblastoma multikistik jarang terjadi pada usia 8. Jarang menyebabkan perubahan neurosensori
kurang dari 20 tahun, dan rata- rata usia penderita adalah 40 tahun. 9. Infiltrasi di antara trabekula tulang (invasif secara lokal)
10

10. Fasial asimetri secara gradual 3) Peripheral Ameloblastoma


11. Pergerakan dan perpindahan gigi Ameloblastoma perifer jarang terjadi dan men yumbang sekitar 1-
12. Memiliki kecenderungan untuk memperluas tulang kortikal, 4% dari semua ameloblastoma. Tumor ini mungkin timbul dari sisa-sisa
karena perkembangannya yang lambat memberi waktu periosteum lamina gigi di bawah mukosa mulut atau dari sel-sel epitel basal epitel
untuk memproduksi cangkang tipis di luar lesi yang meluas. permukaan.
Lapisan tipis tulang ini dapat pecah/crack dengan mudah ketika a) Gambaran Klinis
dipalpasi (eggshell cracking). Ameloblastoma perifer biasanya berupa lesi gingiva atau alveolar
2) Ameloblastoma Unicystic mukosa alveolar yang tidak nyeri, tanpa ulserasi. gambaran klinis tidak
Ameloblastoma unicystic selama beberapa dekade telah diberikan spesifik dan sebagian besar lesi secara klinis dianggap mewakili fibroma
pertimbangan terpisah pada fitur klinis, radiografi, dan patologinya. atau granuloma piogenik. kebanyakan contoh lebih kecil dari 1,5 cm
meskipun tanggapannya terhadap pengobatan dalam laporan dari tahun tetapi lesi yang lebih besar telah dilaporkan. tumor telah ditemukan pada
1970 dan 1980-an menunjukkan bahwa lesi ini mungkin berperilaku pasien di rentang usia yang luas, tetapi sebagian besar terlihat pada
dengan cara yang kurang agresif, laporan terbaru telah orang paruh baya, dengan rata-rata usia yang dilaporkan 52 tahun.
mempermasalahkan konsep ini. Persentase ameloblastoma unicystic Ameloblastoma perifer paling sering ditemukan pada mukosa
10% hingga 46% dari semua ameloblastoma intraosseous dalam gingiva dan alveolar posterior, dan mereka agak lebih umum di
berbagai penelitian. Apakah ameloblastoma unicystic berasal de novo mandibula daripada daerah maksila. dalam beberapa kasus, tulang
sebagai neoplasma atau apakah itu hasil dari transformasi neoplastik alveolar superfisial menjadi sedikit terkikis, tetapi keterlibatan tulang
epitel kista nonneoplastik telah lama diperdebatkan. kedua mekanisme yang signifikan tidak terjadi. beberapa contoh lesi mikroskopis identik
mungkin terjadi, tetapi bukti yang terlibat dalam pasien individu hampir telah dilaporkan pada mukosa bukal pada beberapa jarak dari jaringan
tidak mungkin diperoleh lunak alveolar atau gingiva.
2.2.3 Patogenesis Ameloblastoma
a) Gambaran Klinis Sebagian besar peneliti menganggap bahwa asal muasal
Ameloblastoma Unicystic paling sering terlihat pada pasien yang ameloblastoma bervariasi, tetapi pemicu terjadinya proses proliferasi
lebih muda, dengan sekitar 50% dari semua tumor yang didiagnosis neoplastik jaringan epitelialnya belum diketahui. Neoplasma ini berasal
selama dekade kedua kehidupan. usia rata-rata yang terkena dari epithelium mandibula atau maxilla yang terlibat saat pembentukan
ameloblastoma unicystic adalah 23 tahun. Lebih dari 90% gigi. Mereka menyatakan kemungkinan epitelium ini berasal dari :
amiloblastoma unicystic ditemukan di mandibula, biasanya di daerah 1) Sisa sel organ enamel
posterior. Lesi sering asimtomatik, meskipun lesi besar dapat 2) Sisa sel odontogenik (sel epitel Malassez atau sel Serres) sisa dental
menyebabkan pembengkakan rahang yang tidak nyeri. lamina, sisa selubung Hertwig.
3) Epitel dari kista terutama kista dentigerous
11

4) Epitel heterotropik dari bagian tubuh lain terutama kelenjar of the cyst. The overlying epithelial cells consist of loose stellate
hipofisis reticulum like cells3
5) Sel basal dari permukaan epitel yang membentuk tulang.1
Mekanisme invasi dan tumbuhnya ameloblastoma pada tingkat
molekular dipengaruhi oleh:
a) Protein-protein yang mempengaruhi degradasi matrik ekstraselular
diantaranya; MMPs, Extracellular matrix
metalloproteinase/EMMPRIN, Heparanase
b) Protein-protein yang terlibat dalam adhesi dan migrasi sel
diantaranya Syndecan, Integrins, Cadherins, dll
c) Protein yang mempengaruhi remodeling tulang; Interleukin-1alfa,
Interleukin-6, Tumor necrosis factor alpha, Osteopontin gambar 2 Histopatology of The Luminal Type
d) Protein yang mempengaruhi angiogenesis yaitu Fibroblast growth
Part of the epithelial lining changes into ameloblastic epithelium can
factor-1/FGF-1, FGF-2
be seen when basal layer of columnar or cuboidal cell become
e) Protein yang mempengaruhi proliferasi; p53, p27, Ki-67,Cyclin E,
hyperchromatic nuclei and reverse polarity and has basilar cytoplasmic
dll.2
vacoulation.
Adanya TNF-α yang berlebih, protein antiapoptosis (Bcl-2, Bcl-X,
2. The intraluminal type
bax), protein interface (fibroblast growth factor (FGF), matrix
Consists of one or more nodules of ameloblastoma proliferate and
metalloproteinases (MMPs)) meningkatkan pertumbuhan
projecting from the cystic lining into the lumen of the cyst. Often shows
ameloblastoma. Bagaimanapun juga, ameloblastoma memiliki tingkat
an arrangement similar to plexiform ameloblastoma and its called
proliferasi rendah. Mutasi dari gen p52 tidak terlihat memainkan peran
plexiform unicystic ameloblastoma.
dalam perkembangan ameloblastoma.
2.2.4 Histopathology of Ameloblastoma
1) Unicystic Ameloblastoma
Three histopathology variants namely, luminal, intraluminal and
mural types of unicystic ameloblastoma have been recognized.

1. The luminal types


Consists of a fibrous connective tissue wall line, totally or partially
lined by ameloblastomatous epithelium. Confined to the luminal surface gambar 3 Histopatology of The Intraluminal Type
12

2) Histopatology Common Ameloblastoma


Common ameloblastoma biasa juga disebut simple ameloblastoma
atau follicular ameloblastoma. Ameloblastoma ini memiliki 6 gambaran
3. The mural type histopatologis, yaitu:
The fibrous wall is infiltrated by ameloblastic masses typical follicular
or plexiform ameloblastoma. Low recurrence rate. 1. Pola folikuler

gambar 6 Histopatologi Pola Folikuler

Pola ini merupakan pola yang paling sering ditemui dan paling
gambar 4 Histopatology of The Mural Type mudah dikenal. Pola berbentuk pulau-pulau epitelium yang dikelilingi
4. Peripheral (extraosseous) ameloblastoma oleh stroma jaringan ikat fibrosa. Epitel bagian luar membentuk
Have islands of ameloblastic epithelium that occupy the lamina peripheral palisading dimana tersusun oleh sel-sel kolumnar atau
propria underneath the surface epithelium. The proliferating epithelium palisade yang menyerupai ameloblas. Inti sel berada pada kutub yang
may show any of the features described for the intraosseous berlawanan dari dasar membrane sehingga disebut juga reversed
ameloblastoma; plexiform or follicular pattern are the most common.4 polarization yang merupakan ciri khas dari pola folikuler. Pada central
mass tersusun oleh sel-sel berbentuk triangular mirip reticulum stealat
pada bell stage odontogenesis. Pada beberapa pulau, sel yang mirip
reticulum stealat ini akan mengalami degenerasi sehingga membentuk
central microcysts.
2. Pola pleksiform

gambar 5 Histopatology of Peripheral (extraosseous) ameloblastoma


13

gambar 7 Histopatologi Pola pleksiform gambar 9 Histopatologi Variasi Sel Granuler

Pada pola ini, epitel berproliferasi membentuk pola fishnet atau mesh Sel sentra lebih jarang telihat membesar dan adat dengan granul
yang menyerupai jala. Epitel berbentuk untaian panjang dengan sel-sel eosinofilik yang menyerupai lisosom secara ultrastruktural.
kolumnar di bagian perifer. Sel basal tidak menyerupai ameloblas 5. Variasi sel basal
karena nucleus tidak mengalami reversed polarization.
3. Pola acanthomatous

gambar 10 Histopatologi Variasi Sel Basal

Sel basal kuboid yang padat berproliferasi pada helai sempit tanpa
gambar 8 Histopatologi Pola Acanthomatous adanya sel-sel yang menyerupai reticulum stealat (no central mass).
Pola acanthomatous, gambaran histopatologi mirip dengan pola 6. Ameloblastoma desmoplastik
folikuler namun ditandai dengan sel sentral yang bertransformasi
menjadi sel skuamous yang memproduksi keratin karena adanya
metaplasia skuamous.
4. Variasi sel granuler
14

frekuentid memiliki komponen internal cysta, sepra sering kali


dimodelkan menjadi bentuk ukrian menjadi hoenycom ( beberapa
kompartemen kecil dan variasi berbeda) atau bubbel soap
( kompaartemen lebih besar pada ukuran variable). Umumnya lokulasi
lebih besar pada posterior mandibulaa dan anterior mandibula.
Association : terdapat jelas kecenderungan untuk
ameloblastomameluas resorpsi akar. Gigi berpindah tempat . karen
beberapa titik awal adalah oklusal sampai gigi. beberapa gigi berbentuk
secara apikal. Radiografi oklusal dapat mendemonstrasukan ekspanis
gambar 11 Histopatologi Ameloblastik Demoplastik seperti kista dan penipisal lempeng kortikan pada tulang berdekatan,
Epitel berbentuk pulau-pulau dan helaian kecil berjumlah sedikit meninggalkan sebuah tulang tipis ( cangkang telur). Perforasi aktual
memiliki sel kuboid yang berwarna gelap dikelilingi oleh jaringan pada tulang kedalam jaringn lunk sekitra atau jarak anatomis adalah
fibrosa padat yang luas menyerupai bekas luka atau scarlike. Jaringan feature terlambat ameloblastima. Tipe unicystc pada ameloblastima
fibrosa ini terlihat menekan pulau-pulau epitel. dapat menyebabkan ekspanis ekstim pada ramus mandibular dan sering
2.2.5 Gambaran Radiografi Ameloblastoma batas anterior ramus tidak lagi terlihat pada foto panoramik.
1) Radiografi AmeloblastomaUnicyst
Lokasi / site : sebagain besar ameloblasrima ebrkembang dalam
regio-molar ramus pada mandibula,tapi mereka dapat berpindah ke
daerag simfisial. Sebagian di rahang atas molar ketiga dan meluas ke
sinus maksila dan lantai nasal. pada salah satu rahng tumor ini dapat
bermula dalam psisis oklusal ke gigi bertumbuh.
Border : Ameloblastoma biasanya berbatas jelas dan tegas ( well
define) dan secara frekuentif digambarkan dengan batas kortikal. Batas
sering kali curved atau bengkok atau pada lesi kecil batas dan bentuk
dapat tidak dapat dibedakan. Batas pada lesi maksila biasanya lebih ill
defined.
Gambar 0-12. Radiografi Panoramik
Conten : Stuktur internal bervariasi dari radiolusen total sampai
ameloblastoma
campuran dengan keasaan septa tulang membentuk internal
compartemen. Septa ini biasanya koarse dan bengkok dan bermula dari
tulang normal yang terjebak dalam tumor. Karena tumor ini secara Gambar 15. Histopatologi Ameloblastoma Unicyst
15

Lokasi episentrum kista dentigerous ditemukan tepat di atas mahkota


Tampilan radiografi dari ameloblastpoma bervariasi sesuai dengan gigi yang terlibat, yang biasanya adalah molar ketiga rahang bawah atau
tahap perkembangannya. Apakah ameloblastoma telah menembus baras kaninus rahang atas, gigi yang paling sering terkena. Hal yang perlu
kortidak dan meluas ke jaringan lunak. Ameloblastoma (80%) diketahui adalah bahwa kista ini menempel pada cementoenamel
berkembang di sekitar regio gigi molar dan ramus mandibula, tetapi junction. Beberapa kista dentigerous bersifat eksentrik, berkembang dari
tumor ini juga dapat meluas ke area symphyseal. Kebanyakan lesi yang aspek lateral folikel sehingga menempati area di samping mahkota
terjadi di rahang atas berada di area gigi molar ketiga dan diikuti oleh bukan di atas mahkota. Kista yang berhubungan dengan molar ketiga
sinus maksilaris dan dasar hidung. Lesi ameloblastoma biasanya rahang atas sering tumbuh ke arah antrum rahang atas dan bisa
digambarkan dengan lesi radiolusen dengan batas irreguler, well define, berkembang menjadi cukup besar sebelum dihilangkan. Kista yang
dengan kerusakan pada jaringan sekitar. Pada tahap awal melekat pada mahkota molar mandibula dapat meluas ke arah yang
perkembangannya ameloblastoma dapat muncul sebagai lesi radiolusen cukup jauh ke dalam ramus. Kista dentigerous biasanya memiliki
unilokular tanpa struktur internal. Untuk kasus-kasus lanjut cenderung korteks well defined dengan batastegas dan jelas. Jika terdapat infeksi,
lebih besar dan juga berkembang ke arah kompartemen internal yang korteks mungkin hilang. Aspek internal benar-benar radiolusen kecuali
dipisahkan oleh septa. mahkota gigi yang terlibat.
2.2.6 Diagnosis Banding Ameloblastoma Kista dentigerous memiliki kecenderungan untuk menggantikan dan
Ameloblastoma awal biasanya berkembang pada mandibula pasien menyerap gigi yang berdekatan. Misalnya, molar ketiga rahang bawah
yang lebih muda. Lesi ini dapat menunjukkan kista dentigerous jika dapat dipindahkan ke daerah kondilus atau koronoid atau ke korteks
terjadi sebagai radiolusen di sekitar mahkota gigi yang tidak erupsi. inferior dari mandibula. Lantai antrum rahang atas dapat berpindah
Demikian pula, tumor monolocular yang telah melibatkan akar gigi ketika kista menginvasi antrum, dan kista dapat menggeser kanal saraf
yang berfungsi mungkin menyerupai kista radikuler Ameloblastoma alveolar inferior ke arah inferior. Kista yang tumbuh lambat ini sering
dapat berbagi karakteristik radiografi umum dengan lesi lain juga, memperluas batas kortikal luar rahang yang terlibat.
seperti kista residual, kista tulang traumatik, kista periodontal lateral, 2. Gambaran Histopatologi
granuloma sel raksasa, dan myxomas odontogenik. Semua lesi ini, Fibrosa jaringan pendukung pada kista ini biasanya menunjukan
kecuali kista residual dan kista periodontal lateral, cenderung terjadi adanya epitel Squamos yang strafikasi. Pada kista dentigerous yang
pada orang berusia pertengahan duapuluhan atau lebih muda; tidak terinflamasi memiliki epitel lining yang tidak berkeratin dan
ameloblastoma, bagaimanapun, biasanya berkembang pada pasien yang memiliki sel layers sebanyak empat hingga enam ketebalannya.
lebih tua. Kemudian, mungkin ditemukan sel mukosa, sel siliasi, dan terkadang sel
1) Kista Dentigerous sebaceous pada epitelium lining. Epitelium ini – perlekatan jaringan
1. Gambaran Radiografi konektiv biasanya berbentuk datar, walaupun pada kasus dengan second
inflamasi, nampak adanya bercak – bercak.
16

aspek internal rahang, menyebabkan ekspansi minimal. Ini terjadi di


seluruh mandibula kecuali untuk proses ramus dan koronoid atas, di
mana ekspansi besar dapat terjadi. KOT dapat menggantikan dan
meresorpsi gigi tetapi pada tingkat yang sedikit lebih rendah daripada
kista dentigerous.
2. Gambaran Histopatologis
KOT memiliki gambaran mikroskopis yang tidak sama, ada
yang dengan lapisan parakeratosis, epitel squamosal berlapis,
dengan lapisan 6-8 sel yang tebal, permukaan yang terang yang
diselubungi oleh lapisan parakeratin yang bergelombang, lapisan
basal yang seperti pagar dan kuboid dengan tonjolan,dengan inti yang
hiperkromatik dan berkurangnya papilla epidermis. Hubungan epitel
gepeng dengan jaringan ikat meghasilkan batas dari epitel.
Pengelupasan dari parakeratin biasanya mengisi lumen kista dan
terlihat pada saat operasi seperti krim. Pulau-pulau epitel yang
2) Keratocyst Odontogenic Tumor lainnya dan kista dapat terlihat mengelilingi jaringan ikat dan
1. Gambaran Radiografi dapat menjadi indicator dari adanya NBCCS.
Lokasi yang paling umum dari KOT adalah bagian posterior dari
mandibula (90% terjadi pada kaninus) dan ramus (lebih dari 50%).
Episentrum terletak lebih superior daripada kanal saraf alveolar
inferior. Jenis kista ini kadang-kadang memiliki posisi perikoronal yang
sama dan tidak dapat dibedakan dari kista dentigerous. Pinggiran dan
bentuk. Seperti halnya kista lainnya, KOT biasanya menunjukkan bukti
adanya batas kortikal kecuali jika mereka menjadi terinfeksi sekunder.
Kista mungkin memiliki bentuk bulat atau oval halus identik dengan
kista lainnya, atau mungkin memiliki scallop border. Struktur internal
yang paling umum adalah radiolusen. Kehadiran keratin internal tidak
meningkatkan radiopacity. Dalam beberapa kasus, septa internal dapat
timbul dan memberikan gambaran lesi menjadi multilokular. arakteristik
penting KOT adalah kecenderungannya untuk tumbuh di sepanjang
17

septa are better defined and divide the internal aspect into
3) Giant Cell Granuloma compartments, creating a multilocular appearance. 5
Periphery: As the lesion grows relatively slowly, it usually produces
CGCG usually occurs predominantly in children and young adults,
a well- defined radiographic margin in the mandible. In most cases
with more than 60% of all cases occurring in the first 3 decades of life
periphery shows no evidence of cortication. Lesions in maxilla may
and has a distinct sex predilection, with a female to male ratio of 2:1.
have ill- defined, almost malignant appearing borders. 5
The lesion has frequently been reported to be confined to the tooth-
Effects on surrounding structures: Often displace and resorb teeth.
bearing areas of the jaws.5 Lesions occur more frequently in the
Resorption of tooth roots is not a constant feature, but when it occurs, it
mandible than in the maxilla, (3 times more often in mandible) is more
may be profound and irregular in outline. 5 The lamina dura of teeth
common in the anterior region of the jaws (generally anterior to 1st
within the lesion usually is missing. The inferior alveolar canal may be
molar), and mandibular lesions frequently extend across the midline. 5
displaced in an inferior direction. This lesion has strong propensity to
Rarely, the lesions involve the posterior jaws, including the ramus
expand the cortical boundaries of the mandible and maxilla. 5 The
and condyle. CGCG typically produces an asymptomatic pain- less
expansion is usually uneven or undulating in nature, which may give the
expansion or swelling of the affected jaw. 5 Cortical plates are thinned,
appearance of a double boundary when the expansion is viewed by use
with sometimes perforation but gross soft tissue involvement is rare as
of occlusal film. The bone forming the border of the expanded mandible
often remains limited to its effects on periosteum.
often has a granular texture compared with cortical bone. In some
Earliest sign : Expansion of bone with premature loosening and
instances the outer cortical plate of bone is destroyed instead of
shedding of deciduous teeth. Jaw swelling associated with facial
expanded; this occurs more often in maxilla, where the cortical bone
asymmetry. Usually painless, but local discomfort may be present. 5
destruction may give the lesion a malignant appearance. 5
SIGNS: Palpation may elicit tenderness. Usually Growth is slow,
although it may grow rapidly, creating the suspicion of a malignancy.
The overlying mucosa may have a purple color.
Teeth : Teeth in the area may become mobile but maintain their
vitality, until they are exfoliated. Solitary unilocular or multilocular
radiolucency. Internal Structure: Some CGCG lesions show no evidence
of internal structure especially small lesions.5 Other cases have subtle
granular pattern of calcification that may require a bright light source
behind the film to enable visualization. Occasionally this granular bone
is organized into ill- defined, wispy septa. 5 This characteristic is even
stronger if a small indentation of expanded cortical margin is seen at the
gambar 13 Radiography of Giant Cell Granuloma
point where this right angle septum originates. In some instances the
18

A giant cell granuloma in the anterior mandible with no evidence of Complete surgical excision can treat odontogenic myxoma. The surgery
internal structure. extent depends on tumor size. Tumor can persist for years or decades
afterwards without symptoms.6

4) Odontogenic Myxoma
The odontogenic myxoma is a benign mesenchymal odontogenic
tumor that occurs most often in young individuals between 10 and 29
5) Ossifying fibroma (OF)
years of age.6. Odontogenic myxoma is a rare intraosseous neoplasm,
which is benign but locally aggressive. It rarely appears in any bone
other than the jaws. It is considered to be derived from the mesenchymal
portion of the tooth germ. Clinically, it is a slow-growing, expansile,
painless, non-metastasizing, central tumor of jaws, chiefly the
mandible.7

gambar 15
Radiograph of
Ossifying
Fibroma

Ossifying fibroma are known as cemento-ossifying fibroma. It


derived from the periodontal ligament. It is characterized by the
gambar 14 Radiograph of Odontogenic Myxoma
replacement of normal bone by fibrous tissue and newly formed bone or
cementum-like material.5 There are two different types of OF which is
The odontogenic myxoma may appear unilocular and multilocular juvenile trabecular ossifying fibroma (JTOF) and juvenile
and often exhibits a multilocular, honeycombed radiolucency psammomatoid ossifying fibroma (JPOF). 5
radiographically. The radiographic margins may be poorly define or OF is primarily found in the posterior mandible, JPOF occurs in
scalloped. The tumor may become quite large and cause tooth the bony walls of the paranasal sinuses, and JTOF commonly presents in
displacement. 6 the maxilla. 5 All OF is painless, slow growing, expansile osseous
The majority of the myxomas are almost always asymptomatic, lesions. The radiographic appearance include a well-defined expansile
although some patients present with progressive pain in lesions invading mass with internal calcification. Root displacement and root resorption
into surrounding structures with eventual neurological disturbances. 5 may occur.85
19

2.2.7 Perawatan Amelobastoma direkomendasikan lagi dikarenakan sifat ameloblastoma yang


Terdapat 3 jenis perawatan untuk ameloblastoma, yakni perawatan radioresisten.
konservatif, irradiasi dan radikal. Menurut Nakamura dkk (2002), 2.2.8 Prognosis of Ameloblastoma
Tingkat rekurensi dari ameloblastoma tergantung pada tipe dari Palliative therapy may be achieved with enucleation and curettage
operasinya dan berkisar antara 15-25% setelah operasi radikal sampai procedures and is indicated only for individuals who prefer and request
75-90% setelah tindakan operasi konservatif. Rekurensi disebabkan palliation over curative resection or for whom anaesthetic and surgical
karena saat pengambilan ameloblastoma tidak bersih sehingga masih risks are too great to undergo a curative resection. Recurrence with
ada jaringan patologis yang tertinggal dan berkembang kembali. enucleation and curettage procedures is expected (70 to 85%) but will
Perawatan konservatif terdiri dari enukleasi dan kuretase. Indikasi take about 5 years to become clinically apparent. Therefore, it may
perawatan konservatif adalah pada penderita usia muda dan achieve effective short term palliation. 9
ameloblastoma unikistik .Sedangkan perawatan radikal yaitu dengan Enucleation and curettage is not advised because recurrences develop
cara reseksi segmental (blok lokal / en blok), reseksi marginal atau after 5 years and frequently result in large, extensively destructive
subtotal, sampai dengan modifikasinya yaitu hemimaksilektomi atau tumors. In addition, the process of enucleation and curettage has a
hemimandibulektomi, yaitu dimana pengambian tumor dilakukan potential for tumor seeding. The particulation of an ameloblastoma by
dengan menyertakan jaringan lunak dan tulang yang normal the curettage itself and the rotary action of bur often used to remove
secukupnya. Bila ameloblastoma relatif kecil, tumor dapat diambil bone is known to implant tumor cells within soft tissues resulting in
melalui intraoral, sedangkan ameloblastoma yang besar mungkin unresectable and debilitating tumor recurrences. 9
memerlukan reseksi rahang. Ameloblastomas treated by resection seldom recur (98% cure rate).
Kuretase dan enukleasi yang sering dilakukan pada masa lalu Enucleation and curettage procedures are associated with a high
sekarang tidak digunakan karena tingkat rekurensi yang tinggi. Kuretase incidence of recurrence (70 to 85%). The concern of a malignant
biasanya berhasil untuk perawatan ameloblastoma unikistik. Untuk ameloblastoma is always present if a recurrence develops. However,
ameloblastoma unikistik perawatan dengan enukleasi dan kuretase repeated surgeries have no real means of inducing malignant changes.
cukup bila elemen ameloblastik sebatas lumen kista dengan atau tanpa Those that recur as large, unresectable tumors after enucleation and
ekstensi tumor intraluminal, setelah enukleasi atau kuretase biasanya curettage procedures clinically do not metastasize and remain
diaplikasikan Carnoy’s solution, yaitu bahan fiksatif sebagai terapi histologically benign. They are often life threatening by their location
tambahan untuk mengeliminasi sisa- sisa epitel kista dan mencegah rather than their biology. Those that recur and metastasize represent the
rekurensi lesi. Selain itu terdapat terapi lain berupa irradiasi atau rare ameloblastoma that was malignant from the outset or was
radioterapi. Terapi ini dapat mengecilkan ukuran dari ameloblastoma. developing a malignant biology on its own
Irradiasi hanya diindikasikan untuk ameloblastoma yang tidak dapat
dioperasi seperti pada bagian posterior mandibula. Irradiasi sudah tidak
20

Anda mungkin juga menyukai