Anda di halaman 1dari 11

Pendidikan Inklusi

Mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang pendidikan inklusi

Dosen pengampu : Yudi Budianti. M. Pd.

Kelompok 5

M Fayruz Zayni Akmal

Nadilah Nurchoiriyah

Siti Aminah

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

Universitas islam 45” Bekasi

Tahun 2020/2021
A. Pengertian Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menyatukan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak
normal pada umumnya untuk belajar. Secara umum pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
pribadinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia dan keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No 20 tahun
2003, Pasal 1 ayat 1). Oleh sebab itu inti dari pendidikan inklusi adalah
hak asasi manusia atas pendidikan. Suatu konsekuensi logis dari hak ini
adalah semua anak mempunyai hak untuk menerima pendidikan yang
tidak mendiskriminasikan dengan kecacatan, etnis, agama, bahasa, jenis
kelamin, kemampuan dan lain-lain. Tujuan praktis yang ingin dicapai
dalam pendidikan ini meliputi tujuan langsung oleh anak, oleh guru, oleh
orang tua dan oleh masyarakat.
Berdasarkan batasan tersebut pendidikan inklusif dimaksudkan
sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak
berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah
reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Semangat
penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah memberikan kesempatan atau
akses yang seluas-luasnya kepada semua anak untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta
didik tanpa diskriminasi. 
Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah
melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana parasarana
pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu peserta didik. Untuk itu proses identifikasi dan
asesmen yang akurat perlu dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan/atau
profesional di bidangnya untuk dapat menyusun program pendidikan yang
sesuai dan obyektif.

Ada 5 pengertian Pendidikan inklusi menurut para ahli


1. Menurut Hildegun Olsen (Tarmansyah, 2007;82), pengertian
pendidikan inklusi adalah sekolah harus mengakomodasi semua
anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional,
linguistik atau kondisi lainnya. Ini harus mencakup anak-anak
penyandang cacat, berbakat. Anak-anak jalanan dan pekerja anak
berasal dari populasi terpencil atau berpindah-pindah. Anak yang
berasal dari populasi etnis minoritas, linguistik, atau budaya dan
anak-anak dari area atau kelompok yang kurang beruntung atau
termajinalisasi.
2. Menurut (Lay Kekeh Marthan, 2007:145) Pengertian pendidikan
inklusi adalah sebuah pelayanan pendidik an bagi peserta didik
yang mempunyai kebutuhan pendidikan khusus di sekolah regular (
SD, SMP, SMU, dan SMK) yang tergolong luar biasa baik dalam
arti kelainan, lamban belajar maupun berkesulitan belajar lainnya.
3. Menurut Staub dan Peck (Tarmansyah, 2007;83), pengertian
pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan,
sedang dan berat secara penuh di kelas. Hal ini menunjukan kelas
regular merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak-anak
berkelainan, apapun jenis kelainanya.
4. Pendidikan inklusi menurut (Sapon-Shevin dalam O’Neil, 1994)
adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas
biasa bersama teman-teman seusianya.
5. Sekolah inklusi menurut (Stainback,1980) adalah sekolah yang
menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini
menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid
maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para
guru agar anak-anak berhasil.

Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk


mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat
menciptakan sekolah yang responsif terhadap keberagaman karakteristik
dan kebutuhan anak. Di samping itu, pendidikan inklusif didasarkan pada
hak asasi, model sosial, dan sistem yang disesuaikan pada anak dan bukan
anak yang menyesuaikan pada sistem. Selanjutnya, pendidikan inklusif
dapat dipandang sebagai pergerakan yang menjunjung tinggi nilai-nilai,
keyakinan, dan prinsip-prinsip utama yang berkaitan dengan anak,
pendidikan, keberagaman, dan diskriminasi, proses partisipasi dan sumber-
sumber yang tersedia (Stubbs, 2002:9).

Beberapa dokumen internasional yang penting dan mendasari


pendidikan inklusif yang telah disepakati oleh banyak negara termasuk
Indonesia antara lain, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948,
Konvensi PBB tentang Hak Anak tahun 1989, Deklarasi Dunia tentang
Pendidikan untuk Semua tahun 1990, Peraturan Standar tentang
Persamaan Kesempatan bagi para Penyandang Cacat tahun 1993,
Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi tentang Pendidikan Kebutuhan
Khusus tahun 1994, Kerangka Aksi Forum Pendidikan Dunia tahun 2000
dan yang lainnya.
Secara konseptual, dengan diterapkannya pendidikan inklusif
memungkinkan ABK bersekolah di sekolah manapun sesuai dengan
keinginannya. Akan tetapi kenyataannya belum banyak sekolah di
Indonesia yang siap menerima ABK dengan berbagai alasan baik alasan
teknis maupun nonteknis. Tidak ada peralatan khusus, guru tidak memiliki
pengetahuan dan keterampilan mengajar ABK, hadirnya ABK dapat
mengganggu proses belajar-mengajar dan sebagainya sering menjadi
alasan untuk tidak menerima ABK.
Pendidikan inklusi berdasarkan obyek :
a. inklusi tuna netra
b. inklusi tuna rungu
c. inklusi tuna daksa

Inklusi tunanetra adalah pendidikan inklusi bagi anak yang mengalami


gangguan penglihatan atau rusak penglihatannya ( buta total ) . pendidikan
inklusi tunanetra ini peserta didik diberi alat bantu software JOS yang di
install pada PC atau laptop, sehingga semua tulisan dapat diubah menjadi
bunyi oleh software tersebut

Inklusi tunarungu adalah pendidikan inklusi untuk anak yang kehilangan


seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga mengalami
gangguan berkomunikasi secara verbal. Untuk alat bantu yang digunakan
adalah menggunakan bahasa mimik atau bahasa isyarat.

Inklusi tunadiaksa adalah pendidikan inklusi untuk anak yang mengalami


cacat fisik berupa tidak memiliki anggota tubuh ( tangan dan kaki )
ataupun jika punya kaki maupun tangannya tidak dapat berfungsi secara
baik

B. Manfaat pendidikan inklusi


Pelaksanaan pendidikan inklusi akan mampu mendorong terjadinya
perubahan sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan
melalui pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada
akhirnya akan mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang
tidak diskriminatif dan bahkan menjadi akomodatif terhadap semua orang.

Beberapa manfaat yang diperoleh dari pelaksaan pendidikan inklusi adalah


 Bagi Siswa
a. Sejak dini siswa memiliki pemahamanyang baik terhadap
perbedaan dan keberagaman.
b. Munculnya sikap empati pada siswa secara alamiah
c. Munculnya budaya saling menghargai dan menghormati
antar siswa
d. Menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua
anak, khusunya pada anak berkebutuhan khusus dan
penyandang cacat
e. Timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa
sehingga memungkinkan adanya saling bantu antar satu
dengan yang lainnya
 Bagi Guru
a. Lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode
pembelajaran
b. Bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang
keberagaman siswa termasuk keunikan, karakteristik, dan
sekaligus kebutuhannya
c. Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan
antar guru  dan guru ahli bidang lain.
d. Menumbuhkembangkan sikap empati guru terhadao siswa
termasuk siswa penyandang cacat / siswa berkebutuhan
khusus
 Bagi Sekolah
a. Memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program
wajib belajar.
b. Memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan
bagi semua kelompok masyarakat.
c. Menggunakan biaya yang relatif lebih efisien.
d. Mengakomodasi kebutuhan masyarakat
e. Meningkatkan kualitas layanan Pendidikan

Pendidikan inklusif hanya merupakan salah satu model penyelenggaraan


pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Model yang lain diantaranya
adalah sekolah segregasi dan pendidikan terpadu. Perbedaan ketiga model
tersebut dapat diringkas sebagai berikut.

Sekolah segregasi
Sekolah segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan
khusus dari sistem persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah
segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa
sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak
tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak
tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak
tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri atas
jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan
khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari
sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan
kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan
evaluasinya. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek
perkembangan emosi dan sosial anak kurang luas karena lingkungan
pergaulan yang terbatas.

Sekolah Terpadu
Sekolah terpadu adalah sekolah yang memberikan kesempatan kepada
peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah
reguler tanpa adanya perlakuan khusus yang disesuaikan dengan
kebutuhan individual anak. Sekolah tetap menggunakan kurikulum, sarana
prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, serta sistem pembelajaran
reguler untuk semua peserta didik. Jika ada peserta didik tertentu
mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan, maka konsekuensinya
peserta didik itu sendiri yang harus menyesuaikan dengan sistem yang
dituntut di sekolah reguler. Dengan kata lain pendidikan terpadu menuntut
anak yang harus menyesuaikan dengan sistem yang dipersyaratkan sekolah
reguler. Kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini antara
lain, anak berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan individual anak. Sedangkan keuntungannya adalah anak
berkebutuhan khusus dapat bergaul di lingkungan sosial yang luas dan
wajar.

Sekolah Inklusi
Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya,
semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan
berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana
prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai
pada sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusif
mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta didik yang menyesuaikan
dengan sistem persekolahan. Keuntungan dari pendidikan inklusif anak
berkebutuhan khusus maupun anak biasa dapat saling berinteraksi secara
wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan
kebutuhan pendidikannya dapat terpenuhi sesuai potensinya masing-
masing. Konsekuensi penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah pihak
sekolah dituntut melakukaan berbagai perubahan, mulai cara pandang,
sikap, sampai pada proses pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan
individual tanpa diskriminasi.
C. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan Inklusi
 Kelebihan model pendidikan inklusi adalah :
1. Anak akan memperoleh keadilan layanan pendidikan, tidak
dibedakan dari  anak normal sehingga secara tidak langsung
dapat membangkitkan motivasi  dan gairah belajar di
sekolah.
2. Anak dapat berpartisipasi dalam kehidupan di sekolah
tanpa memandang kekurangan  yang disandang
3. Anak merasakan  perlakuan dan persamaan hak, harkat dan
martabat dalam memperoleh layanan pendidikan tanpa
membedakan antara yang cacat dan yang normal, dan
4. Anak dapat bergaul dan berinteraksi secara sehat dengan
teman-temannya yang normal,  sehingga  meningkatkan
rasa percaya diri dan motivasi berprestasi dalam belajar.
 Kekurangannya adalah
1. untuk dapat disebut sebagai sekolah inklusi dibutuhkan
sarana dan prasarana yang dapat mengakses kebutuhan
individual anak yang tidak gampang dipenuhi oleh sekolah
yang telah menyatakan diri sebagai sekolah inklusi.
2. Untuk dapat disebut sebagai sekolah inklusi yang
sebenarnya juga dibutuhkan tenaga pendidik dan tenaga
non pendidik (seperti dokter, psikolog, konselor, dan
sebagainya) yang tidak serta-merta dapat dipenuhi oleh
sekolah yang memproklamirkan diri sebagai sekolah
inklusi.
3. Meskipun disebut sebagai sekolah Inklusi yang secara
teoritis bisa menerima semua anak  tanpa memandang
normal atau tidak normal, namun dalam praktik di lapangan
sekolah inklusi biasanya hanya menerima anak cacat yang
berkategori  ringan,  bukan yang berkategori sedang atau
berat.
D. Karakteristik Pendidikan Inklusif
1. Guru pada sekolah yang menyelenggarakan Pendidikan inklusif
dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses
Pendidikan
2. Dalam Pendidikan inklusif hal yang harus ditimbulkan ialah berupa
kehangatan dan keramahan
3. Guru selalu berada didekat siswa dan selalu memberikan aura positif
dengan salah satu caranya yaitu memberikan tatapan dengan senyuman
4. Manajemen kelas sangat bervariasi dan menyesuaikan kebutuhan dari
setiap individu
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. “ pengertian pendidikan Inklusi”. [online].


[https://www.kajianpendidikan.com/2015/12/pengertian-pendidikan-inklusi.html].
diakses 03 November 2020.
Anoname. “ Pendidikan Inklusi”. [online]
[https://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/page/pendidikan-
inklusif]. Diakses 03 November 2020

Anda mungkin juga menyukai