Kelas : 3B
NPM : 036119033
Judul Presentasi : (1) Program Indonesia Sehat: KIS & BPJS, dan (2) Sindroma Anak Autis
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) merupakan Badan hukum yang dibentuk
untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan (UU No 24 Tahun 2011). Mulai
beroperasi pada 1 Januari 2014. Tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan & perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar Kesehatan
KIS (Kartu Indonesia Sehat) merupakan Kartu yang memiliki fungsi untuk memberikan
jaminan kesehatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis.
Dikelola oleh BPJS. Mengganti kartu BPJS menjadi KIS, mulai 1 Maret 2015.
Iuran BPJS
Kelas III sebesar Rp 25.500 per orang per bulan (total sebenarnya Rp 42.000
pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp 16.500).
1. Sosialisasi JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) oleh BPJS Kesehatan masih belum
memadai.
2. Masih banyak keluhan dari masyarakat menyangkut pelayanan dan BPJS kesehatan.
3. Masih lemahnya penegakan hukum bagi badan usaha yang belum mendaftarkan
pekerjanya ke BPJS Kesehatan.
4. Masih lemahnya koordinasi antara, BPJS Kesehatan, pemerintah daerah, dan lembaga
terkait lainnya.
5. Masih terjadi tumpang tindih antara data peserta PBI (Peserta Bantuan Iuran).
6. Jumlah peserta PBI lebih besar dibandingkan dengan peserta yang merupakan pekerja
penerima upah.
7. BPJS Kesehatan kurang memberikan sosialisasi Program JKN kepada masyarakat dan
mitra kerjanya.
9. Sikap petugas BPJS Kesehatan dan KIS masih pasif dan penggunaan teknologi
informasi yang belum maksimal.
1. Masyarakat tidak dikenai biaya apapun alias gratis karena khusus keluarga miskin.
4. Pemegang KIS bisa mendapatkan layanan kesehatan di puskesmas, klinik, dan rumah
sakit rekanan JKN tanpa harus membuat surat rujukan dari faskes pertama seperti
pengguna BPJS.
10. Berhak atas manfaat Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)
Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme merupakan
gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan
seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi, serta berperilaku.
Faktor Pemicu
Jenis kelamin
Anak laki – laki memiliki risiko hingga 4 kali lebih tinggi mengalami autisme dibandingkan
dengan anak perempuan.
Faktor keturunan
Orang tua yang mengidap autisme berisiko memiliki anak dengan kelainan yang sama.
Penularan selama dalam kandungan
Contohnya, efek samping terhadap minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama obat
epilepsi untuk ibu hamil) selama dalam kandungan.
Pengaruh gangguan lainnya
Seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak
(cerebral palsy) serta sindrom Rett.
Kelahiran premature
Khususnya bayi yang lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.
Penyebab Autisme
Penyebab autisme sampai saat ini masih belum diketahui. Namun, para ahli
mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD. Kadang-
kadang gen-gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Namun, dalam kasus lain, orang
mungkin mewarisi gen tersebut dari orangtua. Dalam kasus anak kembar, autisme bisa terjadi
akibat gen kembar. Misalnya, bila satu anak kembar mengidap autisme, maka kembar yang lain
memiliki risiko autisme sekitar 36-95 persen. Mereka yang mengidap autisme juga bisa
mengalami perubahan di area-area utama otak mereka yang memengaruhi cara bicara dan
perilaku pengidap. Faktor lingkungan mungkin juga berperan dalam pengembangan ASD,
meskipun dokter bisa mengkonfirmasi kebenarannya
Gejala Autisme
• Kategori Pertama: Katergori ini merujuk pada penyandang autisme dengan gangguan dalam
melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi. Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan
terhadap lingkungan sosial dan gangguan penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal.
• Kategori Kedua: Penyandang austime dengan gangguan yang meliputi pola pikir, minat, dan
perilaku berulang yang kaku. Contoh gerakan berulang, misalnya mengetuk-ngetuk atau
meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu. Umumnya,
penyandang autisme cenderung memiliki masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan
lainnya, seperti gangguan hiperaktif atau disebut juga Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi. Tidak ada tes khusus yang bisa mendiagnosis
autisme. Sebagai gantinya, dokter biasanya akan mendiagnosis berdasarkan laporan perilaku
dan pengamatan.
Pengobatan Autisme
Pengidap austisme tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, orang tua harus
mewaspadai gejalanya sedini mungkin. Meski demikian, ada banyak jenis penanganan yang
bisa dilakukan untuk membantu penyandang autisme agar dapat menyesuaikan diri dalam
kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara maksimal.
Tindakan penanganan yang dilakukan pada tiap pengidap bisa berbeda-beda. Namun,
penanganan yang diberikan pada pengidap autisme umumny berupa terapi. Berikut beberapa
pilihan metode terapi untuk pengidap autisme:
• Terapi Perilaku dan Komunikasi Terapi ini dilakukan dengan memberikan sejumlah
pengajaran pada pengidap, termasuk kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun
nonverbal.
• Terapi Keluarga Terapi ini ditujukan untuk orang tua dan keluarga pengidap autisme.
Tujuannya adalah agar keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap
dan juga mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku normal.
• Pemberian Obat-obatan 6 Pemberian obat-obatan tidak bisa menyembuhkan autisme,
melainkan dapat mengendalikan gejalanya. Contohnya obat untuk mengatasi kejang, obat
untuk mengatasi masalah perilaku, obat untuk mengatasi depresi, dan obat untuk mengatasi
gangguan tidur.
Pencegahan Autisme
Langkah awal yang harus diambil oleh orangtua apabila Si Kecil menunjukkan gejala ini
adalah dengan menghubungi dokter. Penanganan yang dilakukan sedini mungkin pada
penyandang autisme dapat meningkatkan keefektifan perkembangan kondisi tersebut.
Tanda Awal Autisme pada Bayi Penyakit autisme sangat rentan terhadap anak – anak. Namun,
sering diabaikan juga oleh orang tua. Adapun tanda awal autism pada bayi yang sering
diabaikan, diantaranya: