BAB I
PENDAHULUAN
makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan. Dan pada pasal 17 ayat 2 dijelaskan bahwa apabila daya dukung dan daya
tampung lingkungan telah terlampaui maka kebijakan, rencana dan program yang
memberikan tekanan terhadap lingkungan harus diperbaiki. Dengan demikian, jika
beban limbah yang masuk ke sungai telah melampaui daya tampung sungai, maka
pencegahan penurunan kualitas sungai harus dilakukan dengan strategi pengelolaan
yang baik. Penilaian terhadap kualitas badan air untuk suatu peruntukan didasarkan
kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003
tentang Pedoman penentuan status mutu air.
Pengelolaan sungai dimulai dari identifikasi aktifitas yang berpotensi
mencemari sungai, pengukuran kualitas air sungai, penetapan status mutu air sungai,
penentuan beban cemar sungai sesuai baku mutu, penentuan titik kritis yang memiliki
beban cemar tinggi, pengukuran kapasitas asimilasi sungai dan perumusan strategi
penurunan beban cemar dan konservasi sungai.
Sungai Kupang adalah bagian dari Satuan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
SWP DAS Pemali Comal. Luas wilayah Sungai Kupang seluas 18.022,193 Ha
di Provinsi Jawa Tengah bagian utara yang melintasi 3 Kabupaten dan 1 Kota, yaitu
mulai dari yang terluas adalah Kabupaten Pekalongan sebesar 53,88 % (9.708,13 ha),
Kabupaten Batang 32,04 % (5.774,51 ha), Kota Pekalongan 14,06 % (2.533,221
ha), dan yang terkecil adalah Kabupaten Banjarnegara sebesar 0,04 % (6,332 ha)
(BPDAS Pemali-Jratun, 2013).
Sungai Kupang adalah salah satu sungai yang mengalir di Kota Pekalongan
yang menerima limbah, baik dari industri maupun domestik, Perkembangan industri
dan pemukiman di sepanjang aliran sungai Kupang telah mempengaruhi kualitas air
sungai. Penurunan kualitas air ditandai dengan perubahan warna air dan bau padahal
sebahagian masyarakat di pinggiran sungai masih memanfaatkan air Sungai Kupang
untuk kebutuhan sehari-hari.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sungai
Sungai merupakan tempat berkumpulnya air dari lingkungan sekitarnya yang
mengalir menuju tempat yang lebih rendah. Daerah sekitar sungai yang mensuplai air
ke sungai dikenal dengan daerah tangkapan air atau daerah penyangga sungai.
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kondisi sungai dan kondisi suplai air dari daerah
penyangga. Kondisi suplai air dari daerah penyangga dipengaruhi aktivitas dan
perilaku penghuninya. Pada umumnya daerah hulu mempunyai kualitas air yang lebih
baik daripada daerah hilir. Dari sudut pemanfaatan lahan, daerah hulu relatif
sederhana dan bersifat alami seperti hutan dan perkampungan kecil. Semakin ke arah
hilir keragaman pemanfaatan lahan menjadi meningkat. Sejalan dengan hal tersebut
suplai limbah cair dari daerah hulu yang menuju daerah hilirpun menjadi meningkat.
Pada akhirnya daerah hilir merupakan tempat akumulasi dari proses pembuangan
limbah cair yang di mulai dari hulu (wiwoho, 2005)
Menurut PP No. 82/2001tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air, air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai
kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan tingkat
mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan atau pengendalian.
Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar
kualitasnya tetap pada kondisi alamiahnya. Pelestarian kualitas air dilakukan pada
sumber air yang terdapat di hutan lindung. Sedangkan pengelolaan kualitas air pada
sumber air di luar hutan lindung dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran
air, yaitu upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu air.
Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus
8
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa
penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara
bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan.
Salah satu sumber air yang banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem
yang sangat penting bagi manusia, sungai juga menyediakan air bagi manusia baik
untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri, maupun domestik (Siahaan dkk,
2010). Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat
baik. Namun dalam proses pengalirannya air tersebut akan menerima berbagai
macam bahan pencemar, baik berupa bahan alamiah maupun bahan-bahan hasil
buangan kegiatan manusia (Sofia dkk, 2010).
Jenis-jenis sungai berdasarkan debit airnya (Mulyanto, 2007) diklasifikasikan
menjadi :
1. Sungai permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif
tetap.
2. Sungai Periodik, yaitu sungai yang pada waktu musim penghujan debit airnya
besar, sedangkan pada musim kemarau debitnya kecil.
3. Sungai Episodik, yaitu sungai yang pada musim kemarau kering dan pada
waktu musim penghujan airnya banyak.
4. Sungai Ephemeral, yaitu sungai yang hanya ada airnya saat musim hujan dan
airnya belum tentu banyak.
Baku mutu badan air : untuk kadar air sesuai dengan peruntukannya dalam
upaya pengendalian pencemaran
10
Baku mutu limbah cair : untuk membatasi beban limbah dari sumber
pencemar
Menurut Effendi (2003), karakteristik limbah cair sangat dipengaruhi oleh sifat
substansinya yang terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan sifatnya:
- Sifat konservatif : substansi yang relatif tidak berubah di alam, mis: logam
berat, pestisida yang waktu tinggal di alam sangat lama.
- Sifat non konservatif : substansi yang dapat berubah di alam, mis: bahan-
bahan organik yang mudah terurai, nitrogen dll.
Parameter-parameter kualitas air sungai dapat berubah berdasarkan kondisi
alami maupun adanya aktivitas antropogenik. Aktivitas antropogenik yang
mempengaruhi kualitas air sungai berasal dari perubahan pola pemanfaatan lahan,
kegiatan pertanian, permukiman serta industri. Kegiatan pertanian dan permukiman
pada dasarnya merubah bentang alam melalui pengolahan tanah, sehingga akan
mempengaruhi kualitas air sungai (Asdak, 2010).
adalah sesuai kaidah alam ada keterbatasan self purifikasi di dalam sungai sehingga
apabila masuk sejumlah bahan pencemar dalam jumlah banyak maka kemampuan
tersebut menjadi tidak terlalu berarti mengembalikan sungai dalam kondisi yang lebih
baik. Kemampuan alamiah sungai inilah yang membatasi daya tampung sungai
terhadap pencemar. Proses biologi dapat terjadi secara bakterial dimana bakteri
membantu merubah senyawa beracun menjadi senyawa tidak beracun. Keberadaan
tanaman air, perakaran tanaman yang berada di sekitar badan air, hewan perairan
memberi sumbangan dalam memperbaiki kualitas air sungai (Wiwoho, 2005).
Secara alamiah sistem perairan mampu melakukan proses self purification,
namun apabila kandungan senyawa organik sudah melampaui batas kemampuan self
purification, maka akumulasi bahan organik dan pembentukan senyawa-senyawa
toksik di perairan tidak dapat dikendalikan, sehingga menyebabkan menurunnya
kondisi kualitas air (Garno, 2004).
Menurut Ifabiyi (2008), kemampuan air sungai untuk membersihkan diri
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain; Temperatur, kecepatan aliran,
kandungan bahan-bahan organik dalam air dan juga jenis tumbuhan yang ada di
sungai tersebut.
2.3.4. Limbah
Yang dimaksud dengan limbah atau benda/zat buangan yang kotor adalah
benda/zat yang mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan
manusia atau hewan dan umumnya muncul karena hasil perbuatan manusia termasuk
dari industrialisasi (Daryanto, 1995).
Limbah secara spesifik disamping dapat menimbulkan bau, perubahan warna
dan rasa, juga dapat mereduksi kadar oksigen terlarut dan meningkatkan BOD dalam
air (Benton dan Werner, 1976). Serta menyebabkan suhu yang akan mempengaruhi
aktivitas organisme akuatik dan kelarutan gas oksigen (Kaill dan Frey, 1973). Selain
itu, limbah dapat meningkatkan sejumlah besar zat organik dan anorganik yang
menghasilkan kekeruhan karena terjadinya proses dekomposisi (Mahida, 1984).
14
Menurut Daryanto (1995), biasanya air limbah dapat diperoleh dari berbagai
sumber, antara lain :
1. Air limbah rumah tangga
Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat adalah berasal dari
perumahan dan daerah perdagangan, sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya
adalah daerah perkantoran atau lembaga serta fasilitas rekreasi. Air limbah rumah
tangga dapat dibedakan atas air limbah rumah tangga dari :
a) Daerah pemukiman penduduk
b) Daerah perdagangan/pasar/tempat usaha/hotel dan lain- lain
c) Daerah kelembagaan (kantor-kantor pemerintahan dan swasta)
d) Daerah rekreasi
2. Air limbah industri
Jumlah aliran limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari
jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat
penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada.
3. Air limbah rembesan dan tambahan
Apabila turun hujan di suatu daerah, maka air yang turun secara cepat akan
mengalir masuk ke dalam saluran pengering atau saluran air hujan. Apabila saluran
ini tidak mampu menampungnya, maka limpahan air hujan akan digabung dengan
saluran air limbah, dengan demikian akan merupakan tambahan yang sangat besar.
kecepatan reaksi kimia, (3) Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya, (4)
Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin
akan mati.
Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid merupakan zat-zat padat yang ada dalam suspensi,
dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel tersuspensi koloid (partikel
koloid), partikel tersuspensi biasa (partikel tersuspensi). Total Suspended Solid (TSS)
yaitu jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang berada dalam air limbah setelah
mengalami proses penyaringan dengan membrane ukuran 0,45 µm. adanya padatan-
padatan ini menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak terlarut dan tidak dapat
mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang
berat dan ukurannya yang lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan organik
tertentu, tanah liat, kikisan tanah yang ditimbulkan oleh erosi tanah (Agus, 2011).
Padatan tersuspensi bisa berasal dari aliran air atau masukan kedalam massa air oleh
sedimen didasar dengan pelarutan kembali (Connell, 1995).
Banyaknya padatan tersuspensi dalam perairan dapat menghalangi cahaya
matahari yang mencapai dasar perairan yang menyebabkan turunnya laju fotosintesa.
Menurunnya fotosintesa akan berdampak pada turunnya jumlah oksigen terlarut yang
diproduksi tanaman dalam air (Nasution, 2008).
pH atau Derajat keasaman
pH atau yang disebut dengan derajat keasaman diduga sangat berpengaruh
terhadap daya racun bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan
bentuk zat di dalam air. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar
kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan
bahan buangan akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan
biota akuatik (Warlina, 2004).
17
2-
CaH bOc + Cr2 O7 + H + → CO2 + H2O + Cr 3+
Bahan organik katalisator
Dalam pengukuran, nilai COD selalu lebih besar dari BOD karena senyawa
anorganik juga bisa ikut teroksidasi selama proses. Kenyataannya hampir semua zat
organik (95-100%) dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat
dalam suasana asam. Makin tinggi nilai COD berarti makin banyak O2 dibutuhkan
untuk mengoksidasi senyawa organik pencemar. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya <20 mg/L. Kelebihan pengukuran COD dibandingkan dengan
BOD adalah dapat menguji air limbah yang beracun, yang tidak dapat diuji oleh BOD
karena bakteri akan mati serta membutuhkan waktu pengujian lebih singkat yaitu 3
jam (Yuliastuti, 2011).
Fosfor (P)
Di perairan unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen,
melainkan dalam bentuk senyawa anorganik terlarut (ortofosfat dan polifosfat) dan
senyawa organik yang berupa partiikulat. Fosfor total menggambarkan jumlah total
fosfor, baik berupa partikulat maupun terlarut, anorganik maupun organik (Yuliastuti,
2011). Kandungan phosphat yang tinggi dalam perairan menyebabkan suburnya algae
19
dan organisme lainnya atau yang dikenal dengan eutrofikasi. Kesuburan tanaman air
akan menghalangi kelancaran arus air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut (Ginting, 2007).
Chromium (Cr)
Chromium (Cr) merupakan salah satu logam berat yang beracun. Jika
keberadaannya melebihi ambang batas yang diperbolehkan dapat membahayakan
lingkungan, termasuk manusia. Akumulasi Chromium dapat menyebabkan kerusakan
terhadap organ respirasi, dan dapat juga menyebabkan timbulnya kanker pada
manusia (Suprapti, 2008 dalam Agus 2011).
Menurut Halija (2012), logam Cr dapat masuk ke dalam semua strata
lingkungan, apakah itu pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer).
Kromium yang masuk kedalam strata lingkungan dapat datang dari bermacam-
macam sumber. Tetapi sumber–sumber masukan logam Cr kedalam strata lingkungan
yang umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindustrian,
kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan bakar.
Keterangan;
Lij = Kosentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam
baku mutu peruntukan air (J)
Ci = Kosentrasi parameter kualitas air dilapangan
Pij = Indeks pencemaran bagi peruntukan (J)
Ci/Lij)M = Nilai, Ci/Lij maksimum
(Ci/Lij)R = nilai, Ci/Lij rata-rata
Metode ini menghubungkan tingkat pencemaran suatu perairan yang dipakai
untuk peruntukan tertentu dengan nilai parameter – parameter tertentu, seperti
ditunjukkan pada Tabel. Berikut ini.
Tabel 2.1. Hubungan nilai IP dengan status mutu air
Nilai IP Mutu Perairan
ΣCi Qi Σ Mi
CR = =
ΣQi ΣQi ................................................... (2.2)
Keterangan;
CR : konsentrasi rata-rata konstituen untuk aliran gabungan
Ci : konsentrasi konstituen pada aliran ke-i
Qi : laju alir aliran ke-i
Mi : massa konstituen pada aliran ke-i
Metoda neraca massa ini dapat juga digunakan untuk menentukan pengaruh
erosi terhadap kualitas air yang terjadi selama fasa konstruksi atau operasional suatu
proyek, dan dapat juga digunakan untuk suatu segmen aliran, suatu sel padadanau,
dan samudera. Tetapi metoda neraca massa ini hanya tepat digunakan untuk
komponen-komponen yang konservatif yaitu komponen yang tidak mengalami
perubahan (tidak terdegradasi, tidak hilang karena pengendapan, tidak hilang karena
penguapan, atau akibat aktivitas lainnya) selama proses pencampuran berlangsung
seperti misalnya garam-garam. Penggunaan neraca massa untuk komponen lain,
seperti DO, BOD5, dan NH3 – N, hanyalah merupakan pendekatan saja.
23
Keterangan;
L : konsentrasi senyawa organik (mg/L)
t : waktu (hari)
K’ : konstanta reaksi orde satu (hari-1)
Jika konsentrasi awal senyawa organik sebagai BOD adalah Lo yang dinyatakan
sebagai BOD ultimate dan Lt adalah BOD pada saat t, maka persamaan
(2.3)dinyatakan sebagai
dL/dt = - K’.L………...……………………………………………….(2.4)
Hasil integrasi persamaan (2-2) selama masa deoksigenasi adalah :
Lt = Lo.e (K’.t) .....................................................................................(2.5)
Laju deoksigenasi akibat senyawa organik dapat dinyatakan dengan persamaan
berikut :
rD = - K’L.............................................................................................(2.6)
24
Keterangan;
K’ : konstanta laju reaksi orde pertama, hari -1
L : BOD ultimat pada titik yang diminta, mg/L
8. Shade
9. Point Source (jika perlu)
10. Diffuse Source (jika perlu)
11. Hydraulics Data
12. Temperature Data
13. WQ Data
Fasilitas lain yang disediakan untuk menjalankan model ini adalah tombol
Run yang ada di bagian atas pada 13 sheet tersebut. Tombol yang digunakan adalah
[Run VBA] yang di klik setelah semua data pada 13 sheet tersebut diisi. Karena
pengoperasian tombol [Run VBA] menggunakan Visual Basic, maka fasilitas macro
dari MS – Excell harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum tombol ini dapat
digunakan (Wulandari,2013).
- Metode Indeks
Pencemaran
Evaluasi dan - Beban Cemaran
Analisa Data - Metode Qual2Kw
- Daya Tampung Beban
Pencemaran
Upaya pengelolaan
Sungai Kupang Pekalongan
BAB III
MATERI DAN METODE
Temperatur
SNI 06-6989.23-2005, yang digunakan dalam pengukuran suhu air dengan
termometer air raksa.
pH
SNI 06-6989.11-2004, Dalam pengukuran derajat keasaman (pH) dengan
menggunakan pH meter.
Total suspended solid (TSS)
SNI 06-6989.3-2004, Metode yang digunakan untuk menentukan residu
tersuspensi dengan menggunakan gravimetri. Sampel air yang telah homogen
disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada
saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103oC sampai dengan
105oC. kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS).
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut dihitung menggunakan DO meter yaitu dengan cara menekan
tombol on pada alat DO meter, lalu mencelupkan ujung DO meter pada perairan yang
sebelumnya dilakukan kalibrasi terlebih dahulu, setelah angka muncul pada alat lalu
dicatat hasilnya.
Chemical Oxygen Demand (COD)
SNI 6989.2:2009 Metode ini digunakan untuk pengujian kebutuhan oksigen
kimiawi (COD) dalam air dan air limbah dengan reduksi Cr2O7 2- secara
spektrofotometri pada kisaran nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L
pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 600 nm dan nilai COD lebih kecil
atau sama dengan 90 mg/L pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 420 nm.
Biochemiycal Oxygen Demand (BOD5)
Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan Water sampler pada air
permukaan, Setelah itu, sampel air untuk parameter BOD5 yang ada di dalam Water
Sampler langsung dipindahkan ke dalam botol sampel berkapasitas 1 liter yang telah
diberi label nama tiap tiap stasiun pengamatan sehingga memudahkan proses
34
analisis. Botol sampel kemudian dimasukkan ke dalam cool box yang berisi dry ice.
Hal ini dimaksudkan untuk menghambat laju reaksi yang terjadi dalam sampel air
akibat aktivitas mikroorganisme maupun reaksi-reaksi kimia yang umumnya terjadi
pada perairan alami, sehingga kandungan parameter yang akan diukur tidak berubah.
SNI 6989.72:2009, untuk menentukan jumlah oksIgen terlarut yang di
butuhkan oleh mikroba aerobic untuk mengoksidasi bahan organik karbon dalam
contoh uji air limbah, efluen atau air yang tercemar yang tidak mengandung atau
yang telah di hilangkan zat-zat toksik dan zat-zat penggangu lainya. Pengujian
dilakukan pada suhu 200 C ± 1 0C selama 5 hari ± 6 jam.
Fosfor (P)
SNI 06-6989.31-2005, Untuk pengukuran kadar Posfat pada sampel air dengan
menggunakan spektrofotometri. Dalam suasana asam, amonium molibdat dan kalium
antimonil tartrat bereaksi dengan ortofosfat membentuk senyawa asam fosfomolibdat
kemudian direduksi oleh asam askorbat menjadi kompleks biru molibden.
Krom (Cr)
SNI 6989.65:2009, Untuk penentuan logam krom total, Cr-T dalam air dan air
limbah dengan menggunakan alat spektrofotometri serapan atom (SSA) nyala pada
kisaran kadar Cr 0,2 mg/L sampai dengan 5,0 mg/L dan panjang gelombang 357,9
nm.
Keterangan;
Lij = Kosentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu
peruntukan air (J)
Ci = Kosentrasi parameter kualitas air dilapangan
Pij = Indeks pencemaran bagi peruntukan (J)
(Ci/Lij)M = Nilai, Ci/Lij maksimum
(Ci/Lij)R = nilai, Ci/Lij rata-rata
Metode ini menghubungkan tingkat pencemaran suatu perairan yang dipakai untuk
peruntukan tertentu dengan nilai parameter – parameter tertentu, seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.2 Berikut ini.
37
2. Menjalankan Program
Setelah melakukan tahap pegisian data, maka program Qual2Kw dijalankan
(running). Program Qual2Kw membuat file output dan input secara otomatis. Untuk
melihat Output Tabuler dapat dilihat pada Worksheet WQ output, dan jika melihat
Output Grafik dapat dilihat pada Worksheet spatial chart (Ardhani, 2014).
38
3. Kalibrasi Model
Kalibrasi model dilakukan dengan kriteria statistik yaitu uji X2 (Kologorov-
Smirnov) dimana kriteria kinerja model adalah rata-rata kuadrat simpangan dari
residu (beda antara pengukuran lapangan dengan hasil model) yang dapat dijabarkan
dengan persamaan :
Keterangan;
X2 = Uji statistik rata-rata kuadrat dari simpangan
N = Jumlah sample
r = Sample ke n
Hasil dari perhitungan X2 ini kemudian dibandingkan dengan X2 dari tabel pada α =
95, bila :
X2 hitung > X2 tabel, maka model ditolak
X2 hitung < X2 tabel, maka model diterima
4. Simulasi Model
Setelah model dinyatakan diterima atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
dilakukan simulasi untuk melihat kadar parameter pencemar disepanjang sungai.
Kadar parameter bahan pencemar diamati pada setiap penggal dan digunakan sebagai
dasar untuk menghitung beban pencemaran sungai. Selanjutnya dilakukan simulasi
jika kondisi kadar parameter pencemar disepanjang sungai memenuhi baku mutu
untuk mengukur daya tampung beban pencemaran sungai (Ardhani, 2014).