Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AMAMI

“Analisa kadar air dengan metode karl fischer”

DOSEN PENGAMPUH:
Fatimah, S,Si.,M.Si
OLEH
KELOMPOK III
(ANALIS B TINGKAT 2)
WIWI SALMIATI (E.19.04.072)
USWATUN HASANAH (E.19.04.069)
TASYA JIANITA ASNUN (E.19.04.067)
YUSRAN (E.19.04.073)
ULFATUL KHAER (E.19.04.068)
SRI ISKA (E.19.04.063)
SELVY (E.19.04.062)
SRI WAHYUNI (E.19.04.064)
SYAHRUL RAMADHAN (E.19.04.066)
SUPRIADI (E.19.04.065)
WANDI (E.19.04.071)
MUSDALIPA (E.19.04.074)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul“Analisa kadar air
dengan metode karl fischer”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
dalam mata kuliah AMAMI diSTIKes Panrita Husada Bulukumba.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Bulukumba, 10 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... I
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 1
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3


A. KADAR AIR ......................................................................................................... 3
B. KARL FISCHER .................................................................................................. 3
C. ANALISIS KADAR AIR DENGAN METODE KARL I (OSBORNNE DAN
VOOGT 1978) ....................................................................................................... 5
D. STANDARISASI PEREAKSI KARL FISCER ................................................. 6
E. PENETAPAN KADAR AIR METODE KARL FISCHER II (AOAC, 1984) 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 8


A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 8
B. SARAN .................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Air merupakan kandungan yang penting dalam bahan pangan. Semua bahan pangan memiliki
kandungan air dalam jumlah yang berbeda-beda baik itu bahan pangan hewani maupun nabati.
Sedangkan kadar air merupakan persen air yang terkandung dalam bahan pangan. Menurut
Dwijo sepputro (1994) kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting dalam bahan
pangan,karena air dapat mempengaruhi kenampakan tekstur dan cita rasa pada bahan pangan.
Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut.
Kadar air yang tinggi menyebabkan mudahnya bakteri,kapang,dan khamir untuk berkembang
biak,sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan.
Kadar air adalah suatu parameter penting yang mempengaruhi kualitas suatu produk
makanan. Ada beberapa hal yang menyebabkan pengukuran air menjadi penting, di antaranya :
Untuk dicantumkan pada label makanan dan memenuhi standar hukum yang ada,Mempengaruhi
berat kargo makanan, Dapat menjadi tempat berkembang mikroba yang menjadikan makanan
busuk ketika disimpan, Mempengaruhi kuliatas makanan dari segi bentuk, rasa dan tekstur ,
Dijadikan acuan dalam Food Processing, dengan mengetahui water content kita dapat
memprediksi lanjutan,
seperti mixing, drying, aliran dalam pipa proses atau pada pengepakan. Sekalipun sama-sama
memiliki struktur molekul yang sama (H2O), sama (H2O), air dalam produk air dalam produk
makanan dapat hadir dalam beberapa makanan dapat hadir dalam beberapa wujud, misalnya
:Dalam bentuk bebas. Dalam  bentuk bebas. Dalam bentuk ini karakteristik air sama dengan kara
k air sama dengan karakteristik air m kteristik air murni. Trapped water. Air terperangkap karena
adanya kapiler pada makanan. Terikat dengan molekul lain, Terikat dengan molekul lain
secarafisik, sepertisecarafisik, sepertidengankarbohidrat, protein a dengankarbohidrat, protein
atau mineral mineral, Terikat secara kimiawi, misalnya terbetuk dalam Kristal atau membentuk
senyawa hidrat.
Untuk menganalisis kadar air harus memilih metode analisis yang tepat dan benar dengan
memperhatikan terlebih dahulu sifat dan keadaan bahan pangan yang akan dianalisa. Ada
beberapa metode analisis yang digunakan untuk menganalisa kadar air suatu bahan pangan yakni
:metode oven (gravimetri), metode distilasi azeo tropik, metode Karl Fischer, metode desikasi
kimia, dan metode termogravimetri.
Salah satu metode analisa yang digunakan adalah metode Karl Fischer. Oleh karena itu pada
praktikum ini akan dilakukan analisa kadar air bahan pangan dengan metode Karl Fischer.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kadar air
2. Apa yang dimaksud dengan metode Karl Fischer
3. Bagaimana cara analisis kadar air dengan metode Karl Fischer I
4. Cara penentuan standarisasi pereaksi Karl Fischer
5. Bagaimana penetapan kadar air metode Karl Fischer II

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kadar air
2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan metode Karl Fischer
3. Untuk mengetahui analisis kadar air dengan metode Karl Fischer I
4. Untuk mengetahui cara penentuan standarisasi pereaksi Karl Fischer
5. Untuk mengetahui penetapan kadar air metode Karl Fischer II
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kadar Air
Kadar air adalah kandungan air pada suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan
berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah memiliki
batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat
lebih dari 100 persen (Anonim, 2010).
Berdasarkan kadar air (bobot basah dan bobot kering) dan bahan basah maupun bahan
setelah dikeringkan, dapat ditentukan pengeringan (rasio pengeringan) dari bahan yang
dikeringkan tersebut. Besarnya “rasio pengeringan” dapat dihitung sebagai bobot sebelum
pengeringan per bahan setelah pengeringan. Dapat dihitung dengan rumus: rasio
pengeringan=bobot sebelum pengeringan/bobot bahan pengeringan (Winarno, 1984).
Terdapat beberapa macam metode untuk menentukan kadar air dalam bahan makanan,
tergantung pada sifat bahan yang akan dianalisis. penentuan kadar air bahan pangan. Penetapan
kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari sifat bahannya.
Pada umumnya kadar air dilakukan dengan meminta sejumlah sampel dalam oven pada suhu
105-110 o C selama 3 jam atau hingga didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan
sebelum pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.

B. Karl Fischer
Titrasi Karl Fischer adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk mengukur
kandungan air di dalam berbagai produk. Prinsip pokok itu didasarkan pada Reaksi Bunsen
antara iodium dan sulfurdioksida dalam suatu medium yang mengandung air. Penetuan kadar air
ini sebagai uji kualitas bahan baku yang telah ditentukan.
Karl Fischer adalah alat yang digunakan oleh beberapa industri. Karl Fischer digunakan
sebagai altrenatif uji kadar air. Alat ini sendiri menggunakan metode volumetri berdasarkan
prinsip titrasi. Perlu juga Anda ketahui bahwa titrasi Karl Fischer adalah metode analisis yang
dipakai guna mengukur kandungan air di dalam berbagai produk. Prinsip pokok tersebut
didasarkan pada apa yang disebut dengan Reaksi Bunsen antara dua hal, yakni iodium dan
sulfurdioksida yang terdapat dalam suatu medium yang mengandung air.
Karl Fischer menggunakan metode volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang
digunakan adalah pereaksi Karl Fischer (campuran iodin, sulfur dioksida, dan piridin dalam
larutan metanol). Pereaksi Karl Fischer pada metode ini sangat tidak stabil dan peka terhadap
uap air. Oleh karena itu, sebelum digunakan pereaksi harus selalu distandarisasi. Metode ini
dapat diaplikasikan untuk analisis kadar air bahan pangan yang mempunyai kandungan air yang
sangat rendah (seperti minyak/lemak, gula, madu, dan bahan kering). Metode ini juga dapat
digunakan untuk mengukur kadar air dengan konsentrasi 1 ppm.
 Prinsip Analisa Kadar Air Dengan Metode Karl Fischer
Pada umumnya pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri,
yaitu memanaskan sampel pada suhu tinggi dalam waktu yang lama ( tinggi dalam waktu yang
lama (misalnya dalam oven), dan mengurangi berat setelah dan mengurangi berat setelah
pemanasan dan berat sebelum pemanasan dan berat sebelum pemanasan. Hal ini perlahan
ditinggalkan, karena cenderung tidak praktis (lama pemanasan dapat mencapai lebih dari 12
jam). Dari cara pemanasan ini, kemudian dikembangkan metoda Moisture Analysis. Konsepnya
sama dengan gravimetri, hanya saja gravimeter pemanasan dilakukan dengan pemanasan
dilakukan dengan menggunakan lampu halogeng gunakan lampu halogen, dan sampel yang
dimasukkan cenderung sedikit. Pemanasan yang lebih efektif dan sampel dalam jumlah lebih
efektif dan sampel dalam jumlah yang sedikit, mampu menutupi kelemahan dari metode
gravimetri, yaitu lamanya analisa. Tetapi metode ini, seperti halnya gravimetri, hanya mengukur
kadar senyawa volatile (dapat menguap) yang terkandung dalam sampel. Selisih berat yang
hilang, bias saja bukan berasal dari air tapi bias juga dari senyawa volatile lain, misalnya aditif
solvent, aditif ataupun polimerized monomer. Pada tahun 1938, Karl Fischer menemukan, bahwa
air dapat dititrasi dengan iodine, dengan pelarut methanol, denga nkehadiran sulfur dioksida dan
buffer basapyridin, H2O + I2 + SO2 + 3 (C5H5N) → 2 (C5H5N) x HI + (C5H5N) x SO3
C5H5N x SO3 + CH3OH → C5H5N x HSO4CH3 sehingga reaksinya menjadi 2 H2O + SO2 x
(C5H5N)2 + I2 + 2 C5H5N → (C5H5N)2 x H2SO4 + 2 C5H5N x HI Dengan perbandingan
molekul H2O : I2 : SO2 : basa = 2 : 1 : 1 : 4
Dengan perbandingan mol yang diketahui antara air : iodine = iodine = 1:1, kita dapat
mengetahui berapa kadar a 1:1, kita dapat mengetahui berapa kadar air dalam sampel dengan
mengetahui berapa banyak iodine yang mengetahui berapa banyak iodine yang kita butuhkan.
Kontras dengan gravimetri yang memerlukan waktu belasan jam, titrasi Karl Fischer bias
membutuhkan waktu Karl Fischer bias membutuhkan waktu sekitar lima menit, bahkan kurang
(waktu analisa berdasarkan karakteristik sampel dan parameter titrasi).
Metode karl fischer ini digunakan untuk mengukur kadar air contoh dengan metode
volumetri berdasarkan prinsip titrasi. Titran yang digunakan adalah pereaksi Karl Fischer
(campuran iodin, sulfurdioksida, dan pridin dalam larutan metanol). Pereaksi karl fischer pada
metode ini sangat tidakstabil dan peka terhadap uap air oleh karena itu sebelum digunakan
pereaksi harus selaludistandarisasi.Selama proses titrasi terjadi reaksi reduksi iodin oleh sulfur
dioksida dengan adanya air. Reaksireduksi iodin akan berlangsung sampai air habis yang
ditunjukkan munculnya warna coklatakibat kelebihan iodin. Penentuan titik akhir titrasi sulit
dilakukan karena kadang-kadang perubahan warna yang terjadi tidak terlalu jelas.Pereaksi karl
fischer sangat sensitif terhadap air. Sehingga metode ini dapat diaplikasikan untukanalisis kadar
air bahan pangan yang mempunyai kandungan air sangat rendah (sepertiminyak/lemak, gula,
madu, dan bahan kering). Metode Karl Fischer juga dapat digunakan untukmengukur kadar air
konsentrasi 1 ppm.Prinsip pokok itu didasarkan pada Reaksi antara iodium dan sulfurdioksida
dalam suatu medium yangmengandung air. Karl Fischer menemukan bahwa reaksi ini bisa
dimodifikasi untuk digunakandalam penentuan kadar air di suatu sistem yang berisi suatu
kelebihan sulfurdioksida.ia menggunakan bahan utama alkohol "methanolsebagai bahan pelarut
dan suatu dasar "pyridine” sebagai bufferAlkohol bereaksi dengan sulfurdioksida dan
mengendap kemudian membentukgaramalkylsulfite yang kemudian dioksidasi oleh iodium
menjadi garam alkylsulfate. Reaksioksidasi ini membutuhkan air. Perbandingan Air dan iodium
yang digunakan adalah 1:1 didalam reaksi. semua air digunakan kelebihan iodium dideteksi
dengan alat voltametricallyoleh titratorelektroda indikator. !syarat itu menandakan titik akhir
titrasi. jumlah air yang adaitu dihitung berdasarkan pada konsentrasi iodium di dalam titrasi
KarlFischer dengan jumlah pereaksi yang dipakai dalam titrasi. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
ROH + SO2 + R’N à [R’NH]SO3R + H2O + I2 + 2R’N à 2[R’NH]I + [R’NH]SO4R
[alcohol] [base] [alkylsulfite salt] [water] [iodine] [hydroiodic acid salt] [alkylsulfate
salt].
Alkohol bereaksi dengan sulfurdioksida (SO2) dan mengendap kemudian membentuk
garamalkylsulfite, yang kemudian dioksidasi oleh iodium menjadi garam alkylsulfate.
ReaksiOksidasi ini membutuhkan air.
Alat Karl Fisher terdiri dari:
 Timbangan Analitik (minimal resolusi 0,1 mg)
 Syringe panjang dengan jarum kecil
 Reagen Karl Fisher untuk penentuan kandungan air

C. Analisis Kadar Air dengan Metode Karl Fischer I (Osbornne dan Voogt
1978)
a. Prinsip
Air dalam sampel kering dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang terdiri dari sulfur
dioksida, piridin, iodium, dan metanol anhidrat. Pereaksi distandarisasi dengan air kristal
dan sodium asetat hidrat. Titik akhir titrasi ditentukan secara elektrometrik yang
menggunakan teknik penghentian titik akhir (dead stop).
b. Pereaksi dan peralatan
Pereaksi yang digunakan antara lain:
1) Metanol anhidrat yang mengandung 1% piridin. Pengeringan metanol dilakukan
dengan cara distilasi bersama sejumlah kecil magnesium dan beberapa kristal iodin.
2) Natrium asetat 3H2O.
3) Pereaksi Karl Fischer yang dibuat dengan cara: sebanyak 133 g iod dilarutkan dalam
425 ml piridin kering. Ke dalam larutan ditambah 425 ml metanol atau etilen glikol
monometil eter dengan hati-hati. Setelah itu dinginkan pada ice bath sampai suhu
kurang dari 4oC dan buble dalam 102 – 105 g SO2. Dibiarkan selama 12 jam.
Pereaksi ini stabil, tetapi perlu distandarisasi setiap kali analisis dilakukan. Pereaksi
ini distabilkan sehingga mengandung air lebih kurang 5 mg H2O/ml pereaksi.
Biasanya pereaksi Karl Fischer sudah tersedia secara komersial (dapat dibeli ditoko-
toko bahan kimia).
4) Pelarut Karl Fischer (campuran metanol anhidrat dan CHCl3 dalam jumlah yang
sama).
D. Standarisasi Pereaksi Karl Fischer
Kandungan air CH3COONa.3H2O ditentukan dengan teliti dengan mengeringkan dalam
oven yang bersuhu 120oC selama 4 jam. Sebanyak 0,4 g CH3COONa.3H2O dimasukkan ke
dalam labu berdasar bulat yang telah dikeringkan sebelumnya. Ke dalam labu ditambahkan 40
ml metanol dengan cepat dan labu ditutup. Dilakukan pengadukan sampai larut sempurna.
Sebanyak 10 ml larutan dititrasi denga pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir dan
volume titran yang terpakai dicatat. Sebanyak 10 ml metanol (sebagai blangko) dititrasi dengan
pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir dan volume titran yang terpakai dicatat (metanol
direfluks dulu selama 15 menit). Standarisasi dilakukan setiap kali pereaksi Karl-Fisher akan
digunakan.
a. Prosedur kerja
Sejumlah sampel yang kira-kira mengandung 100 mg air ditimbang ke dalam labu 50 ml
dengan bagian dasar bulat yang telah dikeringkan sebelumnya. Sebanyak 40 ml dimasukkan
dengan cepat ke dalam labu. Labu direfluks selama dengan cepat selama 15 menit. Sebelumnya
alat refluks dipakai untuk mereflus metanol saja selama 15 menit dan dibiarkan selama 15 menit
agar kondisinya sesuai untuk dipakai selanjutnya. Setelah refluks selesai, pemanas diangkat
tetapi labu dibiarkan tetap terpasang pada kondensor selama 15 menit. Labu dipindahkan dan
ditutup dengan penutup yang sesuai. Sebanyak 10 ml larutan dimasukkan ke dalam bejana titrasi
serta dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer sampai tercapai titik akhir. Volume titran yang
digunakan dicatat. Blangko titrasi ditentukan dengan mengambil 10 ml alikuot dari 40 ml
metanol yang telah direfluks.
b. Perhitungan
Kadar air pada sampel dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:
KA = kadar air (%).
W1 = berat sampel (g).
V1 = volume pereaksi Karl Fischer yang terpakai untuk titrasi sampel (ml).
V2 = volume pereaksi Karl Fischer yang terpakai untuk titrasi blangko (ml).
F = faktor standarisasi pereaksi Karl Fischer (ml (mg) air per ml pereaksi).

Faktor standarisasi Karl Fischer (F) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:
M = persen kadar air sodium asetat (%).
W = berat sodium asetat trihidrat (g).
Vs = volume titran untuk standarisasi (ml).
Vb = volume titran untuk blangko (ml).
E. Penetapan Kadar Air Metode Karl Fischer II (AOAC, 1984)
a. Prinsip
Air dalam sampel produk-produk cokelat dititrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang
terdiri dari sulfur dioksida, piridin, iodium dan metanol anhidrat. Pereaksi distandarisasi dengan
air kristal dan sodium asetat hidrat. Titik akhir titrasi ditentukan secara elektrometrik yang
menggunakan teknik penghentian titik akhir (dead stop).
b. Peralatan dan pereaksi yang digunakan
Peralatan yang digunakan antara lain peralatan titrasi Karl Fischer (manual atau otomatis
dengan menggunakan stirer) dan syringe (1 ml dengan jarum dan tutup, lebih disukai tipe 0 – 40
unit insulin) dan 10 ml tanpa jarum.
c. Pereaksi yang digunakan
Pereaksi Karl Fischer yang dibuat dengan cara: sebanyak 133 g iod dilarutkan dalam 425
ml piridin kering. Ke dalam larutan ditambah 425 ml metanol atau etilen glikol monometil eter
dengan hati-hati. Setelah itu dinginkan pada ice bath sampai suhu kurang dari 4oC dan buble
dalam 102 – 105 g SO2. Dibiarkan selama 12 jam. Pereaksi ini stabil tetapi perlu distandarisasi
setiap kali penetapan. Pereaksi ini distabilkan sehingga mengandung air lebih kurang 5 mg
H2O/ml pereaksi. Sebanyak 50 ml formamida teknis. Biasanya pereaksi ini sudah tersedia secara
komersial dapat dibeli di toko-toko bahan kimia. Pelarut Karl Fischer (campuran metanol
anhidrat dan CHCl3 dalam jumlah yang sama).
d. Standarisasi
Sebanyak 125 mg H2O ditimbang dengan menggunakan syringe 1ml. Kemudian
dimasukkan ke dalam 30 – 50 ml pelarut pratitrasi (untuk menjaga penguapan, jarum syringe
ditutup dengan penutupnya kecuali waktu mengeluarkan H2O). Campuran dititrasi dengan
menggunakan pereaksi Karl Fischer sampai mendekati titik akhir kemudian ditambahkan 0,1 ml
lagi sampai titik akhir bertahan selama 1 menit (biasanya > 50 μamp). Dihitung berat H2O/ml
pereaksi (ulangan tidak boleh lebih atau kurang dari 0,1 mg H2O/ml pereaksi dari ulangan 1).
e. Prosedur kerja
Sampel dimasukkan ke dalam kantong whirl pack dan ditempatkan di dalam gelas piala
400 ml dan dimasukkan oven suhu 40 ± 2oC selama dua jam sampai cair. Sampel dihomogenkan
dengan cara diaduk menggunakan gelas pengaduk. Sejumlah sampel (kira-kira mengandung 100
mg H2O) diambil dengan menggunakan syringe 10 ml. Sampel ditambahkan ke dalam 30 – 50
ml pereaksi pratitrasi dan ditimbang kembali (untuk mengetahui berat sampel yang diambil).
Dilakukan titrasi seperti waktu standarisasi.
f. Perhitungan
Kadar air pada produk cokelat dapat dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:
KA = kadar air (%).
W1 = berat sampel (g).
V1 = volume pereaksi Karl Fischer yang terpakai untuk titrasi sampel (ml).
F = faktor standarisasi pereaksi Karl Fischer (ml air per ml pereaksi).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis kadar air dengan metode Karl Fischer dilakukan dengan prinsip titrasi air
pada sampel menggunakan titran pereaksi Karl Fischer, yaitu campuran iodin, sulfur
dioksida dan piridin dalam larutan metanol. Selama proses titrasi akan terjadi reaksi
reduksi iodin oleh sulfur dioksida dengan adanya air. Reaksi reduksi iodin akan
berlangsung sampai air habis yang ditunjukkan dengan munculnya warna cokelat akibat
kelebihan iodin.

B. Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui apa
saja yang berkaitan dengan ANALISA KADAR AIR DENGAN METODE KARL
FISCER. Bila didalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan atau kekurangan
maka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penulisan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, S. Yasni dan S. Budiyanto.(1989).


Petunjuk Praktikum Analisis Pangan. Bogor: IPB Press.
Fardiaz, D., N.L. Puspitasari, dan C.H. Wijaya. (1991). Analisis Pangan (Monograf).
Bogor: Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Nielsen, S.S. (2003). Food Analysis. 3rd ed. New York: Kluwer Academic/Plenum
Publishers.
Pomeranz, Y. Dan Meloan, C.E. (1994). Food Analysis Theory and Practice.3rd ed.
Maryland: Aspen Publishers.

Anda mungkin juga menyukai