Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DENGAN KEJADIAN INSOMNIA

PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA HARAPAN IBU


SEMARANG

Rikha Ayu Sustyani*).,


P.A. Indriati, SKM**), Supriyadi, MN**)
*)
Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,
**)
Dosen Ilmu Statistik dan Metodologi Politeknik Kesehatan Semarang

ABSTRAK

Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia setiap tahun, semakin meningkatnya
pula resiko penyakit yang terjadi pada lanjut usia. Salah satunya adanya gangguan mental
seperti depresi. Depresi merupakan salah satu penyebab terjadinya insomnia pada lanjut usia.
Kejadian depresi dapat menyebabkan seseorang menjadi sedih dan susah tidur. Tujuan dalam
penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara depresi dengan kejadian insomnia di Panti
Wredha Harapan Ibu Semarang. Desain penelitian ini adalah penelitian korelasi dan
menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan 33 responden yang memenuhi kriteria
inklusi, dengan teknik penelitian menggunakan Total Sampling. Metode pengumpulan data
dengan lembar kuisoner dan analisis data dengan uji Spearman rank. Hasil dari analisa data
menunjukkan nilai p value < 0,05 yaitu sebesar 0,000 yang mempunyai nilai signifikan yang
berarti ada hubungan antara depresi dengan insomnia pada lanjut usia. Rekomendasi dari hasil
penelitian ini diharapkan agar lanjut usia melakukan aktivitas fisik dan menjalankan ibadah
untuk mencegah terjadinya depresi supaya terhindar dari resiko insomnia.

Kata kunci: Depresi, Insomnia, Lansia

ABSTRACT

The increasing number of elderly in Indonesia every year, increasing the risk of disease that
occurs in elderly patients. One of them is a mental disorder like depression. Depression is one
of the causes of insomnia in elderly patients. Depression cause a person to become upset and
insomnia. The purpose of this research is to analyze the relationship between depression and
the incidence of insomnia in Panti Wredha Harapan Ibu Semarang. The design of this study is
the correlation study and use cross sectional approach with 33 respondents who will the
inclusion criteria, the research uses Total Sampling technique. Methods of data collection are
questionnaires and data analysis with Spearman rank test. Statistical test results showed the
value of p value <0.05 is equal to 0,000 and r=0,871 which has a significant value, which
means there is a relationship between depression and insomnia in elderly patients.
Recommendations from this research are expected to be advanced age and physical activity to
prevent the occurrence of depression in order to avoid the risk of insomnia.

Key words: Depression, Insomnia, Elderly

1
PENDAHULUAN yang berperan penting dalam pengaturan
hormon dan metabolisme, apabila 1
Proses menua di dalam perjalanan hidup kromosom X rusak atau tidak sempurna
manusia merupakan suatu hal yang wajar maka akan diganti kromosom X yang
akan dialami semua orang yang dikaruniai satunya. Sedangkan pada laki-laki hanya
umur panjang (Nugroho, 2008, hlm.7). mempunyai 1 kromosom X, jika terjadi
Lambat cepatnya proses tersebut kerusakan pada kromosom X tersebut
bergantung pada masing-masing individu maka otomatis laki-laki tersebut akan
yang bersangkutan. Lanjut usia merupakan menderita suatu penyakit (Radiatna, 2011,
tahap lanjut dari proses kehidupan yang ¶2).
ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan Dengan meningkatnya jumlah lanjut usia
lingkungan. Proses ini pada umumnya yang ada diikuti meningkatnya resiko
dimulai sejak usia 45 tahun dan akan penyakit yang disebabkan karena adanya
menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 faktor degeneratif, penyakit atau gangguan
tahun (Pujiastuti dan Utomo, 2003, dalam umum yang sering terjadi pada lanjut usia.
Widastra, 2009, hlm.84). Menurut The National Old People’s
Welfare Council di Inggris, ada dua belas
Jumlah pertumbuhan penduduk lanjut usia macam gangguan yang sering terjadi pada
pada tahun 2000, berkisar 15,8 juta (7,6%) lanjut usia meliputi depresi mental,
dari jumlah penduduk di Indonesia, dan gangguan umum pendengaran, bronkhitis
pada tahun 2005, jumlah lanjut usia kronis, gangguan pada tungkai, gangguan
meningkat menjadi 18,2 juta (8,2%). Pada pada koksa atau sendi panggul, anemia,
tahun 2010, meningkat menjadi 19,3 juta demensia, gangguan penglihatan, ansietas
(7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada atau kecemasan, dekompensasi kordis,
tahun 2015, diperkirakan meningkat sekitar diabetes mellitus, dan gangguan defekasi
kurang lebih 24,4 juta (10%). Sedangkan (Nugroho, 2008, hlm.54).
pada tahun 2020, diperkirakan lanjut usia
meningkat sekitar kurang lebih 29 juta Menurut Depkes RI (2000) dalam
(11,4%) dari jumlah penduduk di Indonesia Tarbiyati, Soewadi, dan Sumarni (2004)
(Nugroho, 2008, hlm.4). dalam penelitiannya mengatakan
prevalensi gangguan mental pada populasi
Usia harapan hidup lanjut usia berdasarkan lanjut usia bervariasi luas, secara umum
jenis kelamin menunjukkan bahwa diperkirakan 25% populasi lanjut usia
perempuan memiliki usia harapan hidup menunjukkan gejala gangguan mental yang
lebih lama daripada laki-laki. Kondisi ini bermakna. Gangguan mental yang sering
disebabkan karena gaya hidup yang tidak dijumpai pada populasi lanjut usia yaitu
sehat, laki-laki biasanya merokok, minum depresi, ansietas, demensia dan delirium.
minuman keras pada usia muda. Mereka
cenderung melakukannya, sementara Insomnia adalah ketidakmampuan untuk
perempuan yang melakukannya cenderung mencukupi kebutuhan tidur baik secara
sedikit. Perilaku demikian akan kualitas maupun kuantitas (Asmadi, 2009,
mempengaruhi sistem immun mereka, hlm.139). Dalam penelitian Andrian
sehingga resiko terkena berbagai macam (1999, dalam Widastra, 2009, hlm.85)
penyakit semakin tinggi. Selain itu juga dilaporkan bahwa di Amerika Serikat
perempuan mempunyai 2 kromosom X sekitar 15% dari total populasi mengalami
2
gangguan insomnia yang cukup serius dan Sedangkan faktor psikologik pencetus
sekitar 31% lanjut usia di dunia mengalami depresi pada lanjut usia yaitu tipe
sulit tidur. Insomnia umumnya hampir 1,5 kepribadian dan hubungan interpersonal
kali lipat lebih banyak di derita orang tua (Evy, 2008, ¶7).
daripada anak muda. Menurut Nugroho
(2008, hlm.53) di Indonesia pada Depresi memiliki tiga kriteria yaitu depresi
kelompok lanjut usia 60 tahun, hanya ringan ditandai dengan kehilangan minat,
ditemukan 7% kasus yang mengeluh kesenangan dan mudah menjadi lelah.
tentang gangguan tidur (hanya dapat tidur Depresi sedang ditandai dengan mengalami
tidak lebih dari lima jam sehari). Hal yang kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial
sama juga ditemukan pada kelompok usia dan pekerjaan, sedangkan depresi berat
70 tahun yang menunjukkan bahwa 22% ditandai dengan gelisah, tegang, kehilangan
kasus mengeluh gangguan tidurya itu harga diri, dan keinginan untuk bunuh diri.
apabila pada saat tidur terbangun lebih Depresi juga menyebabkan lanjut usia
awal. mengalami gangguan tidur, insomnia
termasuk salah satu gangguan tidur yang
Penelitian Widastra (2009) yang dilakukan sering dijumpai pada lanjut usia
di salah satu panti di Bali juga dilaporkan (Muslichah, 2010, ¶5).
dari 35 jumlah populasi yang ada, ternyata
15 orang (42,86%) dari semua jumlah Insomnia yang terjadi pada lanjut usia
populasi termasuk dalam kategori dapat disebabkan karena kecemasan dan
insomnia. Besarnya presentase jumlah depresi. Menurut Soejono dan Setiadji
lanjut usia yang menderita insomnia (2000, dalam Agustin dan Ulliya, 2008,
tersebut karena pengaruh dari faktor usia hlm.38) menjelaskan pada tahun 2020
yaitu semakin tua usia seseorang semakin depresi akan menduduki peringkat teratas
rentan terkena insomnia. Menurut Maryam, penyakit yang dialami lanjut usia di Negara
et al. (2008, hlm.70) insomnia disebabkan berkembang termasuk Indonesia.
karena kurangnya kegiatan fisik dan mental Gangguan depresi pada lanjut usia kurang
sepanjang hari, sering tidur dalam jangka dipahami sehingga banyak kasus depresi
waktu yang pendek, gangguan depresi dan pada lanjut usia yang tidak dikenali
cemas, tempat tidur dan suasana kamar (underdiagnosed) dan tidak diobati
kurang nyaman, sering berkemih pada (undertreated). Menurut Sumirta (2008,
waktu malam karena banyak minum pada hlm.81) menjelaskan dari hasil
malam hari, dan infeksi saluran kemih. penelitiannya di salah satu panti di
Denpasar tahun 2008, didapatkan 72 %
Salah satu faktor emosional yang lanjut usia menderita depresi yang
menyebabkan insomnia adalah karena bervariasi dari tingkat ringan sampai
adanya depresi pada lanjut usia. Depresi berat.Tetapi tingkat depresi lanjut usia
adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan, lebih dominan dalam tingkat depresi
dan pesimis yang berhubungan dengan sedang sebanyak 15 (34%) orang.
suatu penderitaan (Nugroho, 2008,
hlm.129). Sejumlah faktor pencetus depresi Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pada lanjut usia, antara lain faktor biologik, hubungan antara depresi dengan kejadian
psikologik, stres kronis dan penggunaan insomnia pada lanjut usia di Panti Wredha
obat. Faktor biologik misalnya faktor Harapan Ibu Semarang.
genetik, perubahan struktural otak, faktor
risiko vaskular dan kelemahan fisik. METODE PENELITIAN
3
Jenis penelitian yang digunakan adalah 1. Karakteristik Usia Responden
rancangan penelitian non-eksperimen yaitu
rancangan penelitian korelasional Tabel 5.1
(hubungan atau asosiasi) yang menjelaskan Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang
tentang hubungan antara variabel. Tahun 2012
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Cross Sectional, mengambil tempat di Kategori Frekuensi Presentase (%)
Panti Wredha Harapan Ibu Semarang pada 56 – 60 tahun 2 6.1
bulan Januari 2012. Populasi penelitian ini 65 – 70 tahun 3 9.1
>70 tahun 28 84.8
adalah lanjut usia yang tinggal di Panti, Total 33 100.0
sampel berjumlah 33 responden yang
sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui
bahwa responden yang berusia >70 tahun
Teknik yang digunakan dalam penelitian sebanyak28 (84.8%), dan responden yang
ini menggunakan Sampling Jenuh yaitu berusia 56 – 60 tahun sebanyak 2 (6.1%).
sensus, artinya seluruh populasi diteliti.
Hal ini dilakukan umumnya karena jumlah 2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden
populasi sedikit, yaitu 36 lansia
(Machfoedz, 2009, hlm.54). Distribusi frekuensi responden berdasarkan
kelompok jenis kelamin diketahui bahwa
Dalam pengumpulan data menggunakan semua responden berjenis kelamin
kuesioner, data yang dikumpulkan perempuan, karena lanjut usia yang tinggal
menggunakan dua macam instrumen yaitu di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang
Skala Depresi Geriatrik yang sudah baku. semua berjenis kelamin perempuan.
Tujuannya untuk mengukur tingkat depresi
pada lansia, dan terdiri dari 30 item 3. Karakteristik Tingkat Depresi
pertanyaan. Instrumen yang kedua Responden
menggunakan kuesioner insomnia menurut
Maryam, et al (2008, hlm.70) dan Tabel 2
Rafknowledge (2004, hlm.58) untuk Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
mengukur tingkat insomnia pada lansia. Depresi di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang
Terdiri dari 22 item pertanyaan dimana Tahun 2012
semua pertanyaan dinyatakan valid.
Depresi Frekuensi Presentase (%)
Normal 10 30.3
Untuk uji normalitas data menggunakan Ringan-Sedang 17 51.5
Shapiro Wilk, jumlah sampel yang Berat 6 18.2
digunakan kurang dari 50 responden. Total 33 100.0
Sedangkan untuk uji hipotesis penelitian
“Hubungan antara Depresi dengan Responden sebagian besar mengalami
Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia” depresi ringan-sedang sebanyak 17
digunakan uji Spearman Rank. (51,5%). Terjadinya depresi ringan-sedang
pada lanjut usia di Panti Wredha Harapan
Ibu Semarang disebabkan karena lanjut
usia tidak memiliki keluarga maupun
HASIL PENELITIAN DAN tempat tinggal. Salah satu yang paling
PEMBAHASAN mempengaruhi adalah sebagian besar lanjut

4
usia yang tinggal di panti sudah tidak Jangkapendek 8 24.2
memiliki keluarga. Sementara 19 57.6
Kronis 7 21.2
Total 33 100.0
Faktor itulah yang menyebabkan lanjut
usia memiliki pandangan yang negatif
Berdasarkan hasil penelitian tentang
terhadap dirinya, sehingga didapatkan
gambaran karakteristik responden di
gejala depresi pada lanjut usia yang tinggal
dapatkan bahwa lanjut usia mengalami
di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang.
insomnia sementara sebanyak 18 (54,4%).
Hal ini ditandai adanya pemikiran tidak ada
Insomnia bisa terjadi pada lanjut usia
yang memperhatikan, merasa kesepian,
karena insomnia termasuk salah satu yang
merasa hidupnya tidak beruntung, dan
sering terjadi pada lanjut usia seiring
merasa sedih ditinggal keluarganya.
dengan usia yang semakin tua
Apabila itu terjadi terus-menerus akan
menyebabkan lanjut usia mengalami
menyebabkan lanjut usia tidak dapat
perubahan dalam pola tidurnya.
mengendalikan dirinya, dan kejadian
depresi ringan-sedang merupakan tahapan
Lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha
awal yang terjadi sebelum memasuki
Harapan Ibu Semarang mengalami
tahapan yang lebih kronis lagi.
insomnia sementara karena mereka
mengatakan mengalami kesulitan tidur,
Tahap memasuki usia tua akan dialami
meskipun tingkat kesulitan tidur berbeda
oleh semua orang (tak bisa dihindarkan),
pada masing-masing individu. Mereka juga
tetapi kondisi fisik dan psikologis usia
mengeluhkan sulit untuk memulai tidur,
lanjut sangat berbeda dari satu usia lanjut
tidur tidak tenang, dan sering terbangun
dengan usia lanjut lainnya. Kekuatan tubuh
lebih awal. Sebagian besar lanjut usia
yang mulai berkurang daya penyesuaian
mengatakan bahwa setiap hari sulit untuk
diri, reaksi terhadap lingkungan, daya
tertidur kembali setelah terbangun ditengah
inisiatif dan daya kreatif ini pada usia
malam.
lanjut dapat menimbulkan masalah
psikologis. Apa yang terjadi dan akan
dialami oleh usia lanjut tidak dapat
Penelitian ini di dukung oleh Mass, et
dilepaskan dari pembentukan pengalaman
al,.(2011, hlm.527) yang mengatakan
masa lalu, dia akan memperlihatkan warna
bahwa gangguan tidur merupakan keluhan
kepribadian tertentu yang akan menentukan
utama yang sering dialami lanjut usia,
seberapa berhasil dan tidak berhasil dalam
dengan perkiraan lebih dari setengah
memasuki dan menjalani usia lanjut
jumlah lanjut usia yang berusia di atas 65
(Anonim, 2005, hlm.5).
tahun yang tinggal dirumah dan sekitar dua
pertiga jumlah lanjut usia yang berada
4. Karakteristik Tingkat Insomnia
dalam fasilitas perawatan jangka panjang,
Responden
mengalami kesulitan tidur.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Insomnia sementara adalah tidur tidak
Insomnia di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang tenang yang tidak sering terjadi dan
Tahun 2012 disebabkan oleh perubahan-perubahan
lingkungan seperti jet lag, dan pengalaman
yang menimbulkan ansietas (Stanley dan
Insomnia Frekuensi Presentase (%) Beare, 2006, hlm.451).

5
Manifestasi klinik insomnia yang terjadi insomnia sementara dan kronik (Billiard,
pada lanjut usia adalah kesulitan tidur atau Partinen, Roth, & Shapiro,1994). Dan
tidak tercapainya tidur nyenyak, merasa literature ilmiah selama tiga dekade
lelah saat bangun tidur, mudah marah dan terakhir menjelaskan hubungan yang kuat
mata memerah (Rafknowledge, 2004, antara tidur dan gangguan psikiatrik.
hlm.58). Pemeriksaan EEG (Elektroensephalogram)
sama uniknya dengan sidik jari, meski
5. Hubungan Antara Depresi dengan dapat berubah seiring dengan penuaan dan
Kejadian Insomnia sensitive terhadap obat. Kurang lebih 90%
pasien depresi yang dirawat inap
Grafik 1
Uji Korelasi Hubungan Depresi dengan Kejadian
memperlihatkan beragam bentuk EEG
Insomnia di Panti Wredha Harapan Ibu Semarang yang menentukan gangguan tidur
Tahun 2012 (Reynolds et al., 1988) (Mass et.,al, 2011,
hlm.706).


20 

15 

 




KESIMPULAN
DEPRESI

 
 

10
 Berdasarkan hasil penelitian ini dapat


disimpulkan bahwa sebagian besar lanjut
  
5



usia mengalami depresi dalam kategori
5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 ringan-sedang sebanyak 17 (51,5%) dan 6
INSOMINA
(18,2%) dalam kategori berat. Sedangkan
untuk insomnia sebagian besar lanjut usia
P –value: 0,000 r: 0,871 mengalami insomnia dalam kategori
sementara sebanyak 19 (57,6%) dan7
Hasil analisis pada grafik 1 menggunakan (21,2%) dalam kategori kronis. Hubungan
uji spearman’s rank karena didapatkan antara depresi dengan kejadian insomnia
data tidak berdistribusi normal, dimana menunjukkan hubungan yang signifikan
untuk variabel depresi nilai signifikasi dengan nilai (p=0,000 dan r=0,871) dengan
0,000 dan pada variabel insomnia nilai arah yang positif dan kekuatan korelasi
signifikasi 0,000 keduanya kurang dari sangat kuat.
0,05. Didapatkan hasil korelasi dengan
nilai r=0,871 dan nilai p 0,000 berarti ada
hubungan antara depresi dengan kejadian SARAN
insomnia dengan arah korelasi positif dan
kekuatan korelasi sangat kuat. Setelah peneliti menyimpulkan hasil
penelitian ini, maka peneliti memberikan
Salah satu penyebab terjadinya insomnia beberapa saran sebagai berikut:
sementara pada lanjut usia di Panti Wredha 1. Panti Wredha Harapan Ibu
Harapan Ibu Semarang adalah karena Berdasarkan data yang diperoleh
adanya depresi, kejadian depresi didapatkan sebagian besar lanjut usia
menyebabkan seseorang menjadi sedih, mengalami depresi ringan-sedang dan
dan sulit tidur khususnya pada lanjut usia. insomnia sementara. Oleh karena itu
Berdasarkan fakta, stress adalah penyebab disarankan kepada pengasuh panti
paling sering pada insomnia akut dan untuk melakukan pendekatan dan
depresi adalah penyebab paling sering pada memberikan penanganan pada lanjut
6
usia yang mengalami depresi dan lansia.pdf/ diperoleh tanggal 17
insomnia dengan cara melakukan Februari 2012
aktivitas fisik selama kurang lebih satu
jam setiap hari, mengadakan kegiatan Agustin, Dianingtyas.,& Alliya, Sarah.
keagamaan seminggu sekali, dan (2008). Perbedaan tingkat depresi
memperhatikan pola makan. Sehingga pada lansia sebelum dan sesudah
lanjut usia yang tinggal di panti merasa dilakukan senam bugar lansia di panti
aman dan nyaman. Wredha Wening Wardoyo
2. Peneliti Ungaran.http://ejournal.undip.ac.id/in
selanjutnya dex.php/medianers/article/view/738/
Pada kesempatan ini peneliti hanya diperoleh tanggal 17 Februari 2012
melaksanakan dua komponen dari
kebutuhan dasar manusia terkait Asmadi. (2009). Teknik prosedural
dengan lanjut usia yang tinggal dipanti keperawatan: konsep dan aplikasi
yaitu kebutuhan psikologis (Depresi) kebutuhan dasar klien. Jakarta: Balai
dan kebutuhan fisologis (Insomnia). Penerbit Salemba Medika
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
melaksanakan penelitian dari Evy. (2008). Waspadai depresi pada
komponen kebutuhan dasar manusia lansia. http://kesehatan.kompas.
yang lain seperti kebutuhan cinta dan Com/read/2008/06/26/1912429/Waspa
rasa memiliki, rasa berharga dan harga dai.Depresi.pada.Lansia/ diperoleh
diri, dan aktualisasi lanjut usia. tanggal 6 Mei 2011
3. Institusi
pendidikan Maryam, R. Siti., Ekasari, Mia Fatma.,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Rasidawati., Jubaedi, Ahmad.,
memberikan tambahan referensi bagi Batubara, Irwan. (2008). Mengenal
institusi pendidikan keperawatan dalam usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:
mengembangkan ilmu keperawatan Salemba medika
gerontik khususnya dalam
hubungannya dengan depresi dan
kejadian insomnia pada lanjut usia. Muslichah, Miftakhul. (2010). Episode
4. Lanjut Usia depresi berat dengan insomnia.
Diharapkan lanjut usia yang tinggal di http://www.fkumyecase.net/ wiki/
Panti Wredha Harapan Ibu Semarang index.php?page=Episode+Depresi+Be
melakukan aktivitas fisik, kegiatan rat+dengan+Insomnia/ diperoleh
keagamaan, dan menjaga pola makan tanggal 10 Juni 2011
secara teratur. Sehingga lanjut usia
terhindar dari depresi dan resiko
insomnia. Nugroho,Wahjudi.(2008). Keperawatan
gerontik & geriatrik. Edisi 3. Jakarta:
Balai Penerbit EGC

DAFTAR PUSTAKA Mass, Meridian L., Buckwalter, Kathleen.,


Hardy, Mary D., Tripp-Reimer, Toni.,
Anonim. (2005). Permasalahan pada Titler, Marita G., Asecht, Janet P.
lansia.http://dinkes-sulsel.go.id/ (2011). Asuhan keperawatan geriatrik.
new/images/pdf/pedomam%20keswa_ Jakarta: EGC
7
Pujiastuti, Sri Surini. (2003). Fisioterapi
pada lansia. Jakarta: EGC

Radiatna, Merry. (2011). Alasan mengapa


wanita hidup lebih lama dari pria.
http://id.shvoong.com/ medicine-and-
health/epidemiology-public health/
2209250 -alasan- mengapa- wanita-
hidup- lebih /#ixzz1qlbp JH42
diperoleh tanggal 01 April 2012

Rafknowledge. (2004). Insomnia dan


gangguan tidur lainnya. Jakarta: Elex
Media Komputindo

Stanley, Mickey., & Beare, Patricia


Gauntlett. (2006). Buku ajar
keperawatan gerontik. Edisi 2.
Jakarta: EGC

Sumirta, I Nengah. (2008). Hubungan


antara aktivitas fisik dengandepresi
pada lansia di pelayanan lanjut usia
“Wana Seraya” Denpasar.
http://.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/620
8160166_1693-4903/ diperoleh
tanggal 17 Februari 2012

Widastra, I Made. (2005). Terapi relaksasi


progresif sangat efektif mengatasi
keluhan insomnia pada lanjut usia.
http://pisjd. pdii.lipi. go.id admin
jurnal 21098489. pdf/ diperoleh
tanggal 3 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai