OLEH :
KELOMPOK 2:
-Leonardo depari -Nehemia panjaitan
-Lina silaen -Nelly parapat
-loina saragih -Paima martoge
-lolo berutu -Paul gibert
-lorena sihombing -Reni sinurat
-maria sitorus -Rina beria
-melvika sagala -Rinawati saragih
-mutia Nabila -Ririn seprina
-natalia sitorus
DAMPAK KORUPSI
Permasalahan korupsi bukanlah hal baru dalam persoalan suatu negara, termasuk juga Indonesia.
Beberapa lembaga yang melakukan survei dan pengawasan terhadap permasalahan korupsi negara-
negara di dunia, menilai Indonesia sebagai negara yang sangat rawan akan praktik korupsi. Korupsi
adalah gejala akan adanya suatu kesalahan dalam manajemen negara. Melihat realita ini, KPK terus
berusaha untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Tidakan tidak hanya dilakukan
dengan penegakan hukum, tetapi juga dengan pendidikan untuk menumbuhkan budaya anti korupsi.
Media film dipilih untuk menyampaikan pesan anti korupsi karena sebagai budaya massa atau pop
culture, film dianggap efektif untuk menjangkau dan mempengaruhi khalayak. Melalui media film ini
diharapkan untuk dapat membuka pemikiran masyarakat, tentang sebab akibat praktik korupsi yang
nyatanya begitu dekat dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Metode penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan teori semiotik Ferdinand de Saussure, yang digunakan untuk
menafsirkan tanda-tanda yang terdapat dalam film Selamat Siang, Risa!. Hasil penelitian menunjukan
jika film ini berhasil merekonstruksikan permasalahan korupsi dengan baik. Penggambaran tentang
dampak buruk daripada korupsi, serta pesan-pesan moral bagi masyarakat digambarkan dengan jelas.
Dimana setiap manusia memiliki sifat baik dan buruk, yang membuatnya mengalami pertentangan
tentang apa yang benar dan salah. Sehingga setiap orang berpotensi melakukan praktik korupsi, karena
dalam diri individu pada dasarnya memiliki dorongan untuk melakukan tindakan yang salah.
Keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Penanaman nilai-nilai
kebaikan dan pengembangan integritas moral dalam pembentukan karakter seseorang, nantinya akan
digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan bermasyarakat. Sutradara sebagai komunikator ingin
menyampaikan bahwa, nilai-nilai kebaikan dan integritas moral dapat mencegah seseorang untuk
melakukan tindakan yang salah, termasuk juga praktik korupsi
Agama
Agama merupakan salah satu hal yang sangat berhubungan erat dengan kasus korupsi, karena agama
merupakan dasar dari segala kepercayaan dan keyakinan tiap individu. Dalam semua ajaran agama,
tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk berlaku atau melakukan tindakan korupsi. Namun pada
kenyataannya, praktek korupsi sudah menjadi kegiatan yang tidak asing, dan secara sadar atau tidak,
terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sehari-hari.
Sebuah negara agama tidak menjanjikan kebersihan negara itu sendiri dari praktek korupsi. Indonesia
sebagai negara yang memiliki penduduk mayoritas Muslim, maupun negara-negara di Amerika Latin
yang mayoraitas penduduknya bukan non-Muslim memiliki "citra" yang serupa di mata dunia terkait
dengan praktek korupsi yang terjadi di masing-masing negara.
Dalam islam, pengkhianatan terhadap harta negara dikenal dengan ghulul. Kata ghululan dalam lafadz
Muslim atau ghullun dalam lafadz Abu Dawud. Keduanya dengan huruf ghain berharakat dhammah ini
mengandung beberapa pengertian diantaranya bermakna belenggu besi, atau berasal dari kata kerja
ghalla bermakna khianat. Ibnul Katsir menerangkan kata al ghulul, pada asalnya bermakna dalam urusan
harta rampasan perang, atau mencuri sesuatu dari harta rampasan perang sebelum dibagikan.
Kemudian, kata ini digunakan untuk setiap perbuatan khianat dalam suatu urusan secara sembunyi.
Abu Bakar berkata, "Aku diberitahu bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa ( aparat )
yang mengambil harta negara selain untuk hal yang telah dijelaskan. Sungguh ia telah berbuat ghulul
atau ia telah mencuri".
Dalam pandangan agama Kristen, mengtakan berapapun besarnya kekuasaan atau wewenang atau
seberapa terbatasnya kekuasaan, korupsi adalah salah satu penyalahgunaan kekuasaan. Dalam firman
Tuhan juga dikatakan : "Jika iya, hendaklah kamu katakan iya. Jika tidak, hendaklah kamu katakan tidak.
Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat" (Matius 5 : 37).
Di dalam film “Selamat siang, Risa” pak Wiro merupakan orangtua yang bijak dalam mengambil
keputusan, pak Wiro juga mengajarkan hal yang ga sebaiknya apalagi diwaktu yang mendesak seperti
itu.
Hukum
Permalahan korupsi bukanlah hal baru dalam persoalan suatu negara, termasuk juga Indonesia.
Beberapa lembaga yang melakukan survei dan pengawasan terhadap permasalahan korupsi negara-
negara di dunia, menilai Indonesia sebagai negara yang sangat rawan akan praktik korupsi. Korupsi
adalah gejala akan adanya suatu kesalahan dalam manajemen negara. Melihat realita ini, KPK terus
berusaha untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi. Tidakan tidak hanya dilakukan
dengan penegakan hukum, tetapi juga dengan pendidikan untuk menumbuhkan budaya anti korupsi.
Media film dipilih untuk menyampaikan pesan anti korupsi karena sebagai budaya massa atau pop
culture, film dianggap efektif untuk menjangkau dan mempengaruhi khalayak. Melalui media film ini
diharapkan untuk dapat membuka pemikiran masyarakat, tentang sebab akibat praktik korupsi yang
nyatanya begitu dekat dengan kehidupan masyarakat itu sendiri. Metode penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan pendekatan teori semiotik Ferdinand de Saussure, yang digunakan untuk
menafsirkan tanda-tanda yang terdapat dalam film Selamat Siang, Risa!.
Hasil penelitian menunjukan jika film ini berhasil merekonstruksikan permasalahan korupsi dengan baik.
Penggambaran tentang dampak buruk daripada korupsi, serta pesan-pesan moral bagi masyarakat
digambarkan dengan jelas. Dimana setiap manusia memiliki sifat baik dan buruk, yang membuatnya
mengalami pertentangan tentang apa yang benar dan salah. Sehingga setiap orang berpotensi
melakukan praktik korupsi, karena dalam diri individu pada dasarnya memiliki dorongan untuk
melakukan tindakan yang salah. Keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter seorang anak.
Penanaman nilai-nilai kebaikan dan pengembangan integritas moral dalam pembentukan karakter
seseorang, nantinya akan digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan bermasyarakat. Sutradara
sebagai komunikator ingin menyampaikan bahwa, nilai-nilai kebaikan dan integritas moral dapat
mencegah seseorang untuk melakukan tindakan yang salah, termasuk juga praktik korupsi.