Hukum Tata Negara Partai Politik Dan Sis
Hukum Tata Negara Partai Politik Dan Sis
Untuk mengetahui apa arti partai politik, sebelumnya mari Kita lihat beberapa
pengertian dari beberapa ahli politik mengenai partai politik, sebagai berikut:
Partai politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini partai politik sudah sangat akrab
di lingkungan kita. Sebagai lembaga politik, partai bukan sesuatu yang dengan sendirinya
ada. Kelahirannya mempunyai sejarah cukup panjang, meskipun juga belum cukup tua. Biasa
dikatakan partai politik merupakan organisasi yang baru dalam kehidupan manusia, jauh
lebih muda dibandingkan dengan organisasi negara. Dan ia baru ada di negara modern.1
Menurut Carl Friendrich yang dikutip oleh Ramlan Surbakti dalam bukunya, memberi
batasan partai politik sebagai kelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan
tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi pemimin
materiil dan idiil kepada para anggotanya. Sementara itu soultau menjelaskan partai politik
sebagai yang sedikit banyak terorganisasikan, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik,
dan yang memanaatkan kekuasaannya untuk kebijakan umum yang mereka buat.3
Secara umum dapat dirumuskan bahwa partai politik adalah sekelompok anggota
masyarakat yang terorganisir secara teratur berdasarkan ideologi/program dimana ada
keinginan para pimpinannya untuk merebut kekuasaan negara terutama eksekutif melalui
yang terbaik. Cara konstitusional dan ada seleksi kepemimpinan secara teratur dan berkala.
Jadi secara teori apapun namanya suatu organisasi politik/masyarakat apabila memenuhi
kriteria tersebut dapat dikategorikan sebagai partai politik.4
1
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 397.
2
Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hal. 208.
3
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 148.
4
Abu Daud Busroh, Intisari Hukum Tata Negara Perbandingan : Konstitusi Sembilan Negara, (Bina Aksara,
Jakarta, 1987), hal. 156.
3. TUJUAN & FUNGSI
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara,
serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Partai Politik memiliki tujuan dan fungsi yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah melalui Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2011, yaitu ;
1. Tujuan umum Partai Politikpasal 10 (1) UU nomor 2 tahun 2008 adalah:
a. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945
b. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia; dan
d. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah
melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011, pada pasal 12 dan pasal 13 telah
menggariskan hak dan kewajiban Partai Politik, sebagai berikut ;
1. Partai Politik berhak:
a. Memperoleh perlakuan yang sama, sederajat, dan adil dari negara;
b. Mengatur dan mengurus rumah tangga organisasi secara mandiri;
c. Memperoleh hak cipta atas nama, lambang, dan tanda gambar Partai Politik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
d. Ikut serta dalam pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, serta
kepala daerah dan wakil kepala daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
e. Membentuk fraksi di tingkat Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
f. Mengajukan calon untuk mengisi keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
g. Mengusulkan pergantian antarwaktu anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
h. Mengusulkan pemberhentian anggotanya di Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
i. Mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, calon Gubernur
dan Wakil Gubernur, calon Bupati dan Wakil Bupati, serta calon Walikota dan
Wakil Walikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
j. Membentuk dan memiliki organisasi sayap Partai Politik; dan
k. Memperoleh bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/ Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2. Partai Politik berkewajiban:
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan peraturan perundang - undangan;
b. Memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
c. Berpartisipasi dalam pembangunan nasional;
d. Menjunjung tinggi supremasi hukum, demokrasi, dan hak asasi manusia;
e. Melakukan pendidikan politik dan menyalurkan aspirasi politik anggotanya;
f. Menyukseskan penyelenggaraan pemilihan umum;
g. Melakukan pendaftaran dan memelihara ketertiban data anggota;
h. Membuat pembukuan, memelihara daftar penyumbang dan jumlah sumbangan
yang diterima, serta terbuka kepada masyarakat;
i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah secara berkala
1 (satu) tahun sekali kepada Pemerintah setelah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan;
j. Memiliki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum; dan
k. Menyosialisasikan program Partai Politik kepada masyarakat.
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahanan kekuasaan guna
mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. 5 Namun, partai
politik juga melaksanakan sejumlah fungsi lain. Fungsi lain tersebut adalah:
5
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 148
A. Sosialisasi politik
Sosialisasi politik ialah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota
masyarakat, melalui proses sosialisasi politik inilah masyarakat mengetahuinya arti
pentingnya politik beserta instumen-instumennya. Sosialisasi politik kemudian menghasilkan
budaya politik politik dalam bentuk perilaku politik yang tidak destruktif, mengutamakan
konsensus disbanding menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan konflik, mempunyai
pertimbangan yang rasional dalam menentukan pilihan atau membuat keputusan yang
kemudian perilaku seperti akan menjadi modal untuk pelaksanaan demokrasi (kedewasaan
demokrasi).
B. Rekrutmen politik
Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan
seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik
pada umumnya dan pemerintah pada khususnya. Dari partai politiklah diharapakan ada
proses kaderisasi pemimpin-pemimpin ataupun individu-individu yang mempunyai
kemampuan untuk menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan jabatan yang mereka
pegang. Dalam alam demokrasi walaupun individu disini diberikan kesempatan sama untuk
mencapai derajat tertentu, untuk mendapatkan suatu hal tetapi ada aturan bagaimana cara
individu tersebut mencapai hal tersebut melalui undang-undang atau peraturan yang ada.
Dengan adanya partai politik maka individu-individu tadi akan lebih mudah untuk
mendapatkan keinginya di bidang politik, dalam artian walaupun tanpa partai politikpun bisa
mendapatkannya tetapi tentunya akan lebih sulit.
C. Partisipasi politik
Partai politik dengan fungsi komunikasi dan sosialisasi politiknya akan membawa
kepada pencerahan yang rasional kepada masyarakat untuk kegiatan politik. Dengan fungsi
tersebut kemudian diharapkan akan memunculkan kesadaran masyarakat terkait nasibnya di
masa yang akan datang. Nasib mereka dimasa yang akan datang tersebut akan sangat
bergantung pada kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat
ataupun pemerintah daerah, presiden, gubernur atau walikota dan bupati, apakah itu dewan
perwakilan rakyat pusat atau dewan perwakilan daerah. Dari pihak-pihak tersebutlah
kebijakan yang ditujukan untuk mengalokasikan nilai-nilai (ekonomi, pendidikan, kesehatan
dan yang lain) akan dibuat dan diperuntukan kepada masyarakat luas. Partisipasi politik ialah
kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpinan pemerintah.
D. Pemandu kepentingan
E. Komunikasi politik
F. Pengendalian konflik
Berbicara konflik ini kemudian akan berkaitan dengan kepentingan, konflik ini
muncul karena ada kepentingan-kepentingan yang berbeda saling bertemu. Kepentingan
disini adalah kepentingan dari orang, kelompok, atau golongan-golongan yang ada dalam
masyarakat. Mengingat di dalam masyarakat Indonesia khususnya, dimana dengan berbagai
macam keberagaman yang ada baik itu golongan, agama, etnis ataupun yang bersifat sektoral.
Tentunya akan banyak sekali kepentingan yang akan saling berbenturan, hal ini tentunya
akan membawa dampak yang luar biasa ketika dibiarkan begitu saja. Memang konflik dalam
masyarakat itu tidak bisa dihilangkan tetapi yang harus dilakukan adalah bagaimana
memanajemen konflik tersebut supaya konflik tersebut sifatnya tidak merusak hubunga antar
golongan tadi dengan cara-cara kekerasan.
Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan
konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan
memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan pihak-pihak yang berkonflik dan membawa
permasalahan kedalam musyarawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan
penyelesaian berupa keputusan politik.
G. Kontrol politik
Ketika suatu kebijakan telah dibuat dan dimplementasikanpun perang partai politik
masih diperlukan untuk mengawal kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan awal yaitu untuk
apa kebijakan itu dibuat. Ketika kebijakan itu sudah menjadi keputusan tidak serta merta
dapat menyelesaikan permasalahan seperti yang telah direncanakan. Banyak sekali faktor
yang mempengaruhi berhasil tidaknya kebijakan tersebut dalam menyelesaikan masalah.
Faktor pelaksana kebijakan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh, karena
dibanyak kasus banyak kebijakan itu gagal atau kurang berhasil yang diakibatkan oleh pelaku
atau oknum yang mengejar kepentingan pribadinya.6
5. SISTEM KEPARTAIAN
Sistem kepartaian adalah perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik dalam
sebuah sistem politik. Artinya bahwa tujuan utama dari partai politik itu sendiri adalah
mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun
dengan berdasarkan pada ideologi tertentu, maka merealisasikan program-program tersebut,
partai politik yang ada berinteraksi satu sama lainnya dalam sebuah sistem kepartaian.
1. Sistem partai-tunggal
Pola partai tunggal menunjukkan suasana yang non-kompetitif karena semua partai
harus menerima pimpinan dari partai yang dominan dan tidak dibenarkan untuk bersaing
dengannya. Tujuannya adalah untuk menghindari gejolak-gejolak sosial politik yang
menghambat usaha-usaha pembangunan atau untuk mengintegrasikan aneka golongan yang
ada dalam suatu negara.
2. Sistem dwi-partai
Sistem dwi-partai biasa diartikan bahwa terdapat dua partai diantara beberapa partai,
yang berhasil memenangkan dua tempat teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran dan
demikian memiliki kedudukan yang dominan. Dalam sistem ini partai dibagi menjadi dua
yakni, pertama, partai yang berkuasa (karena menang dalam pemilihan umum) dan yang
kedua, partai oposisi (partai yang kalah dalam pemilu). Dalam sistem ini partai yang kalah
bertindak sebagai loyal opposition bagu pihak yang menang. Dalam persaingan
memenangkan pemilihan umum kedua partai akan berusaha untuk merebut dukungan orang-
orang yang berada di tengah kedua partai tersebut dan sering dinamakan pemilih terapung
(floating voter) atau pemilih tengah (median voter). Sistem dwi-partai ini dapat berjalan
dengan baik apabila memenuhi beberapa syarat, yaitu:
6
Ibid, hal. 149-154.
b. Adanya konsensus yang kuat dalam masyarat mengenai asas dan tujuan sosial dan
politik.
c. Adanya kontinuitas sejarah
3. Sistem multi-partai
Sistem multipartai adalah sistem kepartaian suatu negara yang memiliki banyak partai
dan tidak hanya satu partai saja yang dominan.
Runtuhnya orde baru sungguh sangat mencengangkan banyak pihak. Di tambah lagi
dengan munculnya kembali fenomena multi partai yang selama ini dianggap telah terkubur
setelah runtunya orde lama. Persoalan utama yang menyebabkan kegagalan sistem
multipartai pada periode 50-an adalah ketidak mampuan mereka menyadari arti penting
koalisi. Koalisi yang mereka bentuk pada waktu itu hanya sekedar mencari rekan partai untuk
mempertahankan kekuasaan kabinet. Oleh karena itu mereka banyak yang mengalami
kegagalan berkoalisi. Dan kegagalan itu mengundang ketidaksabaran militer untuk
melakukan intervensi. Campur tangan militer tersebut meruntuhkan semua sendi sistem
multipartai yang dibngun pada era demokrasi liberal.
Indonesia mempunyai sejarah panjang dengan berbagai jenis sistem multi partai.
Sistem ini telah melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang berbeda-beda. Mulai
1989 Indonesia berupaya untuk mendirikan suatu sistem multi partai yang mengambil unsur-
unsur positif dari pengalaman masa lalu dan menghindari unsur negatifnya. Sistem kepartaian
multi partai dianggap cocok untuk masyarakat Indonesia, hal ini mengingat keanekaragaman
budaya politik masyarakat Indonesia. Perbedaan tajam yang ada dalam masyarkat yaitu
meliputi ras, agama, atau suku bangsa mendorong golongan-golongan masyarakat lebih
cenderung menyalurkan ikatan-ikatan terbatasnya (primordial) dalam satu wadah yang sempit
saja. Hal ini dijadikan alasan bahwasanya pola sistem multi partai lebih sesuai dengan
pluralitas budaya politik daripada sistem politik tunggal maupun sistem politik dwi partai.7
Sistem Kepartaian Indonesia menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat dalam
pasal 6A(2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik Frasa gabungan partai politik mengisyaratkan
paling tidak ada dua partai atatu lebih yang bergabung untuk mengusung seorang calon
pasangan presiden dan wakio presiden dan bersaing dengan calon lain yang diusulkan partai-
partai lain. Ini artinya sistem kepartaian di Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai
politik atau lebih.
Sejak era kemerdekaan, sebetulnya Indonesia telah memenuhi amanat pasal tersebut.
Melalui Keputusan Wakil Presiden No X/1949, pemilihan umum pertama tahun 1955 diikuti
oleh 29 partai politik dan juga peserta independen.
Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang terlalu banyaknya
partai politik menyebabkan stabilitas poltik terganggu, maka Presiden Soeharto pada waktu
itu memiliki agenda untuk menyederhanakan jumlah partai politik peserta pemilu. Pemilu
7
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 419-420.
tahun 1971 diikuti oleh 10 partai politik dan pada tahun 1974 peserta pemilu tinggal tiga
partai politik saja. Presiden Soeharto merestrukturisasi partai politik menjadi tiga
partai(Golkar, PPP, PDI) yang merupakan hasil penggabungan beberapa partai. Walaupun
jika dilihat secara jumlah, Indonesia masih menganut sistem multi partai, namun banyak ahli
politik menyatakan pendapat sistem kepartaian saat itu merupakan sistem kepartaian tunggal.
Ini dikarenakan meskipun jumlah partai politik masa orde baru memenuhi syarat sistem
kepartaian multi partai namun dari segi kemampuan kompetisi ketiga partai tersebet tidak
seimbang.
Pada masa Reformasi 1998, terjadilah liberasasi di segala aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan diberikannya ruang bagi
masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan memiliki hak mendirikan partai
politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal reformasi. Pada pemilu 1999 partai
politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu
sangat jauh berbeda dengan era orba.
Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini
disebabkan telah diberlakukannya ambang batas (Electroral Threshold) sesuai UU no 3/1999
tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti pemilu
selanjtnya adalah parpol yang meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah kursi DPR. Partai
politikyang tidak mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu selanjutnya dengan cara
bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol baru.
tuk partai politik baru. Persentase threshold dapat dinaikkan jika dirasa perlu seperti
persentasi Electroral Threshold 2009 menjadi 3% setelah sebelumnya pemilu 2004 hanya 2%.
Begitu juga selanjutnya pemilu 2014 ambang batas bisa juga dinaikan lagi atau diturunkan.8
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Busroh , Abu Daud, Intisari Hukum Tata Negara Perbandingan : Konstitusi Sembilan
Negara, Jakarta : Bina Aksara, 1987.
Cangara, Hafied, Komunikasi Politik: Konsep, Teori, dan Strategi, Jakarta, Rajawali Pers,
2009.
8
Ibid.
Mellaz, August, Keserentakan Pemilu dan Penyederhanaan Kepartaian,
Amal,Ichlasul.“Teori-Teori Mutakhir Partai Politik ”.PT Tiara Wacana,Yogyakarta. 1996
SexioYuni Noor Sidqi, Anomali Sistem Presidensial Indonesia (Evaluasi Praktek Politik
Parlementarian, Jurnal Hukum, Nomor 3, Volume 15, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta 2008, hal. 32 – 59
Joeniarto, Cetakan Kedua 1984, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, P.T. Bina
Aksara, Jakarta