Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN &

EKOSISTEM

DISUSUN OLEH:

ANANDHITO DARRELL S

X MIPA 1

SMA NEGERI 17 BANDUNG


TAHUN AJARAN 2016/2017
Ekosistem

1. Komponen Ekosistem
Semua ekosistem, baik darat (terestrial) maupun ekosistem peairan (akuatik) tersusun atas
komponen-komponen. Yaitu komponen abiotik dan biotik.

A.Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen fisik dan kimiawi yang terdapar dalam ekosistem sebagai
medium (substract) untuk berlangsungnya suatu kehidupan. Macam-macam komponen abiotik dalam
ekosistem meliputi udara, air, tanah, garam mineral, sinar matahari, suhu, kelembaban, dan derajat
keasaman (pH).

1. Udara
Komponen abiotik dalam Ekosistem yang pertama dan utama adalah udara. Udara
merupakan sekumpulan gas pembentuk lapisan atmosfer yang menyelimuti permukaan bumi.
Udara bersih dan kering di atmosfer mengandung gas dengan komposisi yang permanen, yaitu

 78,09% nitrogen(N2) ; 
 21,94% oksigen (O2); 
 0,032% karbon dioksida (CO2), 
 gas lain (Ne, He, Kr, Xe, H2, CH4, N2O). 

Selain itu, udara juga mengandung gas yang jumlahnya bisa tidak tetap (berubah-ubah), yaitu
uap air (H2O), ozon (O3), Sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2). Udara memiliki
fungsi penting untuk menunjang kehidupan penghuni ekosistem. Contohnya, gas O2 untuk
respirasi makhluk hidup dan gas CO2 untuk proses fotosintesis tumbuhan.

2. Air
Komponen abiotik dalam Ekosistem yang kedua adalah air. Air mengandung berbagai
jenis unsur atau senyawa kimia yang jumlahnya bervariasi, contohnya
natrium, amonium, kalsium, nitrit, nitrat, dan fosfat. Jumlah unsur yang terkandung di dalam air
bergantung pada kualitas udara dan tanah yang dilalui oleh air tersebut. Air dapat berubah wujud
menjadi uap, cairan, atau es;,bergantung suhu lingkungan di sekitarnya. Volume air di bumi
mencapai 1,4 milyar km³, sebagian besar berupa air laut dengan perincian 97% berupa air laut,
2% berupa gunung es di kedua kutub bumi, 0,75% berupa air tawar (mata air, airsungai, danau,
air tanah), dan selebihnya berupa uap air.

3. Tanah 
Komponen abiotik dalam Ekosistem yang ketiga adalah tanah. Tanah terbentuk karena
proses destruktif yaitu pelapukan batuan serta pembusukan senyawa organik dan sintesis
(pembuatan mineral). Komponen utama dari tanah ialah bahan mineral, bahan organik, air, dan
udara. Tumbuhan mengambil air dan garam-garam mineral dari dalam tanah. Sementara manusia
menggunakan tanah untuk keperluan lahan pemukiman, pertanian,
peternakan, perindustrian, perkantoran, pertambangan, dan kegiantan transportasi.

4. Garam Mineral
Komponen abiotik dalam Ekosistem yang keempat adalah garam mineral. Tumbuhan
menyerap garam mineral dari dalam tanah untuk pertumbuhannya. Hewan dan manusia
memerlukan garam mineral untuk menjaga keseimbangan asam dan basa, mengatur kerja alat-
alat tubuh, dan diguanakan pada proses metabolisme.

5. Sinar Matahari
Komponen abiotik  dalam Ekosistem yang kelima adalah sinar matahari. Sinar matahari
merupakan sumber energi bagi seluruh kehidupan di muka bumi. Di dalam ekosistem, energi
dialirkan dari suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya dalam bentuk transformasi energi.
Sebagaian kecil sinar matahari mencapai permukaan bumi untuk kelangsungan makhluk disana.

6. Suhu 
Komponen abiotik  dalam Ekosistem yang keenam adalah suhu. Suhu merupakan derajat
energi panas yang berasal dari radiasi sinar, terutama yang bersumber dari matahari. Suhu
udara berbeda-beda di ekosistem satu dengan yang lainnya, bergantung pada letak garis lintang
(latitude) dan ketinggian tempat (altitude). Makin dekat dengan kutub, suhu udara semakin
dingin dan kering. Suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan dan mempengaruhi
keanekaragamn hayati di suatu ekosistem. Pada umumnya, makhluk hidup dapat
mempertahankan hidupnya pada suhu lingkungan 0 derajat celcius sampai 40 derajat celcius.
Beberapa jenis makhluk hidup melakukan hibernasi (tidak aktif) pada suhu yang sangat rendah,
namun akan aktif dan berkembang biak apabila suhu lingkungan sudah kembali normal

7. Kelembapan 
Komponen abiotik dalam Ekosistem yang ketujuh adalah udara. Kelembaban di suatu
ekosistem dipengaruhi oleh intensitas dari sinar matahari, angin, dan curah hujan. Kelembaban
sangat memengaruhi pertumbuhan suatu tumbuhan. Daerah dengan tingkat kelembaban berbeda
akan menghasilkan ekosistem dengan komposisi tumbuhan yang berbeda pula.

8. Derajat Keasaman (pH)


Komponen abiotik dalam Ekosistem yang kedelapan adalah derajat keasaman. keadaan
pH tanah berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan di atasnya. Tumbuhan akan tumbuh dengan
baik pada pH optimum, yaitu berkiar 5,8 - 7,2. Nilai pH tanah dipengaruhi oleh curah hujan,
penggunaan pupuk, aktivitas akar tanaman dan penguraian mineral tanah.
9. Topografi
Komponen abiotik dalam Ekosistem yang kesembilan adalah topografi. Topografi adalah
keadaan naik turun ataupun tinggi rendahnya permukaan bumi. Topografi memegaruhi keadaan
iklim menyangkut suhu dan kelembaban udara. Topografi menentukan keanekaragaman hayati
di suatu wilayah dan penyebab suatu organisme.

B.Komponen Biotik
Komponen biotik dalam ekosistem meliputi seluruh makhluk hidup di bumi. Antara lain
bakteri, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, hewan invertebrata,
dan hewan vertebrata termasuk manusia. Berdasarkan segi tingkatan trofik atau nutrisi, maka
komponen biotik dalam ekosistem dibedakan menjadi dua macam, yaitu komponen autotrof dan
komponen heterotrof.

Macam-macam komponen biotik dalam ekosistem adalah seperti berikut ini.

1. Komponen Autotrof
Komponen biotik dalam ekosistem yang pertama adalah Organisme autotrof. Organisme
autotrof adalah organisme uniseluler maupun multiseluler yang memiliki klorofil sehingga dapat
melakukan proses fotosintesis, misalnya fitoplankton, ganggang, tumbuhan lumut, tumbuhan
paku, dan tumbuhan berbiji. Dari hasil fotosintesis dihasilkan karbohidrat dan oksigen (O2).
Organisme autotrof merupakan produsen utama dalam ekosistem.

2. Komponen Heterotrof
Organisme heterotrof adalah organisme yang dalam hidupnya selalu memanfaatkan
bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai bahan makanannya.

Organisme heterotrof terdiri atas:


-herbivor sebagai konsumen primer (I)
-karnivor memakan herbivor sebagai konsumen sekunde (II)
-karnivor yang memakan karnivor sebagai konsumen tersier (III)
-dekomposer dan detritivor

Dekomposer adalah mikroorganisme yang menguraikan zat organik sisa tumbuhan atau hewan
(detrius), seperti selulosa atau kitin, menjadi zat yang lebih sederhana, contoh dekomposer yaitu
bakteri dan fungi. Nutrien anorganik hasil penguraian dilepaskan ke ekosistem (proses
mineralisasi) yang kemudia digunakan kembali oleh produsen.
Organisme heterotrof juga dikelompokkan menjadi parasit dan detritivor.  
Parasit hidup di luar atau di dalam tubuh inang yang masih hidup, misalnya kutu yang hidup di
kepala manusia.Detritivor hidup dengan cara memakan serpihan tumbuhan atau hewan yang
sudah mati, misalnya rayap, cacing tanah dan hewan kaki seribu (keluwing).

2. Inetraksi Antar Komponen Ekosistem


Didalam suatu ekosistem terjadi interaksi antar satu komponen biotik dengan komponen
biotik lainnya dan antara komponen biotik dengan kommponen abiotik. Bentuk iteraksi
antarkomponen biotik dapat terjadi antar spesies yang sama maupun spesies yang berbeda.
Interaksi antara komponen abiotik dengan biotik mengakibatkan terjadinya aliran energy dan
daur biogeokimia.

Interaksi Antar Spesies

Terdapat beberapa tipe interaksi antarspesies, yaitu netralisme, kompetisi (persaingan),


komensalisme, amensalisme, parasitisme, predasi (pemangsaan), protokooperasi, dan
mutualisme.

1. Netralisme 
Netralismea merupakan interaksi antara dua atau lebih spesies yang masing-masing tidak
terpengaruh oleh adanya asosiasi. Dalam hal ini tidak ada yang diuntungkan ataupun dirugikan.
Netralisme terjadi antara spesies yang memiliki kebutuhan yang berbeda, misalnya kambing dan
kucing. Kambing mencari rumput sebagai makanannya, sedangkan kucing berburu tikus sebagai
makanannya.
2. Kompetisi (persaingan)
Kompetisi adalah interaksi antara dua atau lebih spesies yang saling menghalangi satu
sama lain. Hal ini terjadi karena masing-masing spesies memiliki kebutuhan yang sama. Spesies
bersaing memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk kehidupannya, misalnya ruang (tempat),
makanan, air, sinar matahari, udara, dan pasangan kawin. Persaingan dapat mengakibatkan
organisme atau spesies yang kalah bersaing akan mati atau tersingkir berpindah ke tempat lain.
Persaingan dapat terjadi pada organisme yang memiliki niche yang sama. Niche (relung) suatu
organisme adalah posisi suatu organisme dalam ekosistem dan peranan fungsionalnya
(bagaimana organisme cocok dengan ekosistem). Niche ditentukan oleh habitat dan berbagai
fungsi yang dikerjakannya. Semakin besar kesamaan niche dari organisme yang hidup
bersamaan dalam suatu habitat, maka akan semakin intensif persaingannya.
Kompetisi (persaingan) dibedakan dua macam, yaitu kompetisi intraspesifik dan kompetisi
interspesifik.

 Kompetisi intraspesifik, yaitu persaingan yang terjadi antara organisme atau individu
yang memiliki spesies yang sama. Contohnya sesama kuda jantan berkelahi untuk
memperebutkan kuda betina untuk pasangan kawinnya.
 Kompetisi interspesifik, yaitu persaingan yang terjadi antara organisme atau individu
yang berbeda spesies. Contohnya tanaman padi dan rumput yang sama-sama tumbuh di
ladang.

3. Komensalisme
Komensalisme adalah interaksi antara dua atau lebih spesies dimana salah satu pihak
memperoleh keuntungan, sedangkan pihak lain tidak terpengaruh oleh adanya asosiasi atau tidak
dirugikan. Contohnya adalah tumbuhan anggrek dan paku yang hidup menumpang dengan cara
menempel pada pohon.

4. Amensalisme
Amensalisme merupakan interaksi antara dua spesies atau lebih yang berakibat salah satu
pihak dirugikan, sedangkan pihak yang lainnya tidak rugi dan tidak untung, tidak terpengaruh
oleh adanya asosiasi atau tidak berakibat apa-apa. Pada banyak kasus, interaksi ini disebabkan
oleh fenomena alelopati.
Alelopati adalah fenomena ketika suatu organisme menghasilkan zat kimia yang
mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan reproduksi organisme lain di sekitarnya.
Zat kimia yang dihasilkan disebut alelokimia. Alelokimia berupa metabolit sekunder yang tidak
diperlukan dalam metabolisme organisme alelopati. Contohnya adalah Nerium oleander
menghasilkan menghasilkan racun oleandrin yang mematikan bagi manusia, gangang
Hydrodictyon dan Scenedesmus menghasilkan antibiotik yang dapat mematikan bakteri tertentu.

5. Parasitisme
Parasitisme yaitu interaksi antara dua spesies atau lebih yang berakibat salah satu pihak
akan dirugikan, sedangkan pihak yang lain (parasit) mengalami keuntungan. Parasit memperoleh
makanan dari tubuh inang. Bila tubuh inang mati, maka parasit akan mencari inang baru atau
ikut mati. Berdasarkan letaknya, parasit dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) parasit
internal (endoparasit) dan (2) parasit eksternal (ektoparasit). Contoh endoparasit yaitu
Trichomonas vaginalis yang hidup di saluran kelamin wanita. Contoh ektoparasit yaitu
tumbuhan tali putru (cuscuta sp.) yang hidup menumpang pada tanaman lain.

6. Predasi (Pemangsaan)
Predasi yaitu interaksi makan memakan antar dua atau lebih organisme. Pada umunya,
tubuh predator berukuran lebih besar daripada mangsanya (prey). Populasi pemangsa ditentukan
oleh ketersediaan mangsa, sebaliknya populasi mangsa ditemukan oleh besar kecilnya populasi
predator. Contohnya ular yang menjadi predator tikus atau elang yang menjadi predator ular.

7. Protokooperasi
Protokooperasi yaitu interaksi antara dua spesies atau lebih dimana masing-masing pihak
memperoleh keuntungan, tetapi asosisasi yang terjadi tidak merupakan keharusan. Contohnya
kerbau dengan jalak. Burung jalak mendapatkan keuntungan berupa kutu kerbau sebagai
makanannya, namun jalak bisa mendapatkan makanan dari lain. Sementara kerbau mendapatkan
keuntungan karena terbebas dari kutu yang dimakan oleh jalak.

8. Mutualisme 
Mutualisme yaitu interaksi antara dua spesies atau lebih dimana masing-masing pihak
memperoleh keuntungan dan saling membutuhkan sehingga asosiasi tesebut merupakan
keharusan. Contohnya adalah lichen yang merupakan mutualisme antara jamur dengan
Cyanobacteria.

3. Aliran Energi

A. Rantai Makanan

 Rantai makanan adalah jalur pemindahan (transfer) energi dari satu tingkat ke
tingkat berikutnya melalui peristiwa makan dan dimakan. Herbivor mendapatkan energi
dari memakan tanaman. Saat Herbivor dimangsa karnivor, energi tersebut akan
berpindah, dan seterusnya. Semakin pendek rantai makan, semakin besar energi yang
disimpan oleh organisme di ujung rantai makanan.

Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup
dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai
konsumen, dan produsen.

Konsumen yaitu makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Konsumen
tergantung pada makhluk hidup lain. Contohnya manusia dan hewan.
Produsen adalah makhluk hidup yang dapat membuat makanannya sendiri. Contohnya
tumbuhan hijau.

Konsumen yang mendapat makanan langsung dari produsen disebut konsumen tingkat
satu (Konsumen I). Sementara itu, konsumen yang menmperoleh makanan dari
konsumen I dinamakan konsumen tingkat dua (Konsumen II) dan seterusnya.

Contoh Rantai makanan adalah seperti gambar berikut :



PRODUSEN: PADI
KONSUMEN I: TIKUS
KONSUMEN II: ULAR
KONSUMEN III: ELANG

B. Jaring-Jaring Makanan
Jaring-jaring makanan merupakan gabungan dari rantai-rantai makanan yang saling
berhubungan dan kompleks. Di dalam suatu ekositem, sebuah rantai makanan saling berkaitan
satu sama lain dengan rantai makanan lainnya. Semakin kompleks jaring-jaring makanan yang
terbentuk, akan semakin tinggi tingkat kestabilan ekosistem, suatu rantai makanan tidak boleh
terputus akibat salah satu atau beberapa organisme musnah.

Pada tingkat trofik yang pertama adalah organisme yang dapat menghasilkan zat
makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof. Organisme yang menduduki
tingkat tropik yang ke-2 disebut juga dengan konsumen primer (konsumen I). Konsumen I
biasanya diduduki oleh hewan herbivora (pemakan tumbuhan) misalnya belalang, ulat, dan tikus.
Organisme yang menduduki tingkat tropik ke-3 disebut konsumen sekunder (Konsumen II),
diduduki oleh  hewan carnivora (pemakan daging) misalnya harimau, buaya, dan katak.
Organisme yang menduduki tingkat tropik paling tinggi disebut konsumen puncak.
4. Piramida Ekologi
Piramida ekologi merupakan susunan tingkat trofik (tingkatan nutrisi atau tingkat energi)
secara berurutan, dimana susunannya menurut rantai makanan atau jaring-jaring makanan dalam
ekosistem. Piramida ekologi ini berfungsi menunjukkan perbandingan di antara tingkatan trofik
yang satu dengan tingkatan trofik lainnya pada suatu ekosistem.
Macam-macam piramida ekologi dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu (1) piramida jumlah,
(2) piramida biomassa, dan (3) piramida energi.

A. Piramida Jumlah
Piramida jumlah merupakan piramida yang menunjukkan jumlah organisme pada tiap
tingkatan trofik. Piramida jumlah disusun berdasarkan atas jumlah organismenya, bukan pada
ukuran tubuh organismenya, Pada ekosistem akuatik, dalam area 1meter persegi bisa saja
terdapat ribuan bahkan jutaan plankton sebagai produsen, tetapi pada ekosistem darat, area 1
meter persegi mungkin hanya cukup untuk ditempati oleh sebuah pohon. Jika digambarkan
dalam bentuk diagram, piramida jumlah berbentuk segitiga tegak.

B. Piramida Biomassa
Piramida biomassa merupakan piramida yang mengambarkan berat atau massa kering
total suatu organisme hidup dari masing-masing tingkat trofiknya pada suatu ekosistem dalam
kurun waktu tertentu. Piramida biomassa didasarkan pada pengukuran berat dan massa
individu/m2 pada setiap tingkatan trofik yang dinyatakan dalam gram/m2. Cara mengukur
biomassa, yaitu dengan mengukur rata-rata berat organisme di setiap tingkat trofik, selanjutnya
jumlah organisme di setiap tingkat trofik diperkirakan. Biasanya sampel yang diambil hanya
sedikit untuk menghindari kerusakan habitat, kemudian total seluruh biomassa dihitung. Melalui
cara pengukuran seperti ini bisa didapatkan informasi yang lebih akurat tentang kondisi
ekosistem.
Pada umumnya, massa rata-rata produsen lebih besar daripada massa rata-rata konsumen, dan
bentuk piramidanya menyempit secara tajam dibanding produsen (di bagian dasar trofik) hingga
ke karnivor (di tingkat teratas trofik). Namun pada ekosistem akuatik, bentuk piramida biomassa
justru terbalik karena biomassa konsumen lebih besar daripada biomassa produsen. Sebagai
contoh, bila pada suatu saat dilakukan penimbangan terhadap berat kering plankton dan berat
kering ikan yang hidup pada suatu kolam, maka besar kemungkinan berat kering ikan lebih besar
dibandingkan berat kering plankton.

C. Piramida Energi
Piramida energi merupakan piramida yang menggambarkan terjadinya penurunan energi
pada tiap tahap tingkatan trofik. Jumlah total energi pada setiap tingkatan trofik ke arah puncak
piramida semakin kecil. Secara umum konsumen hanya mampu memanfaatkan sekitar 10%
energi yang diperoleh dari organisme yang berada pada tingkat trofik dibawahnya, sebab
sebagian besar energi terbuang sebagai panas. Bentuk piramida energi ini selalu segitiga tegak.

Dari ketiga tipe piramida ekologi ini, piramida energi dianggap merupakan model piramida
terbaik, adapun alasannya adalah sebagai berikut.
 Tidak dipengaruhi oleh ukuran organime maupun kecepatan metabolisme organisme.
 Menunjukkan efisiensi ekologi atau produktivitas ekosistem
 Memberikan gambaran yang berkaitan dengan sifat fungsional suatu ekosistem.

5. Produktivitas
Produktivitas adalah hasil aktivitas metabolisme organisme berupa pertumbuha,
pertambahan, dan penimbunan biomassa dalam periode waktu tertentu. Produktivitas dapat
dibedakan menjadi produktivitas primer dan sekunder.

1. Produktivitas primer adalah kecepatan perubahan energi radiasi matahari melalui


aktivitas fotosintesis dank emo sintesis oleh produsen manjadi energi kimia dalam bentuk
bahan organik. Prodoktivitas primer dibagi menjadi dua macam yaitu produktivitas
primer bersim dan produktivitas primer bersih. Produktivitas primer kotor adalah
jumlah total materi organic atau karbon organik yang dihasilkan dalam proses
fotosintesis. Produktivitas primer bersih adalah produktivitas primer kotor dikurangi
respirasi.
2. Produktivitas sekunder adalah kecepatan penyimpanan energi oleh organisme tingkat
komsumen (heterotof) mengambil bahan organik dari organisme autotrof dan
mengasimilasikannya kedalam jaringan tubuhnya. Peningkatan biomassa pada heterotof
merupakan laju asimilasi.

6. Daur Biogeokimia
Biogeokimia adalah suatu perubahan atau pertukaran unsur-unsur penting yang berlangsung secara terus
menerus antara komponen abiotik dan komponen biotik. Fungsi daur biogeokimia adalah untuk menjaga
keberlangsungan kehidupan di bumi, karena materi hasil daur biogeokimia ini bisa digunakan oleh semua
komponen penyusun ekosistem untuk memperoleh kondisi homeostatis.
Ada 6 daur biogeokimia di alam semesta ini. Keenam daur tersebut antara lain daur air, daur fosfor, daur
sulfur, daur nitrogen, daur karbon, dan daur oksigen.

1. Daur Air

Daur air adalah sirkulasi tiada henti dari air yang di bumi, dimana air mampu berpindah dari daratan ke
udara, lalu kembali ke daratan lagi melalui 3 fase perubahan yaitu cair dalam berbentuk air, padat dalam
berbentuk es, dan gas dalam berbentuk uap air.

Daur biogeokimia air dimulai dari adanya penguapan yang terjadi di permukaan bumi. Panas matahari
membuat air berubah menjadi uap air. Karena massa jenis uap air yang lebih rendah dibanding massa
jenis udara, uap air kemudian naik ke atas atmosfer, terkondensasi, dan akhirnya membentuk awan. Awan
yang terbentuk kemudian berubah menjadi hujan karena pengaruh udara panas dan perubahan suhu. Air
hujan jatuh ke permukaan bumi, mengalir ke tempat terendah, dan kembali ke lautan. Air yang sampai di
laut kemudian menguap kembali dan begitu seterusnya. Nah, untuk lebih jelas mengenai bagaimana daur
air berlangsung, kamu dapat lihat gambar di atas atau menuju link ini.

2. Daur Fosfor

Daur fosfor adalah daur biogeokimia yang berlangsung dengan memakan waktu paling lama. Daur posfor
dimulai dari terjadinya erosi atau pelapukan batuan. Ion fosfor atau ion fosfat (PO43-) digunakan oleh
tanaman untuk pertumbuhannya. Tanaman dimakan oleh hewan dan manusia dan fosfor di dalamnya
sebagai sumber energi metabolisme pada sel. Semua organisme yang mati kemudian juga akan melapuk
sehingga fosfor akan terlepas ke tanah, terbawa oleh aliran air hujan dan tertumpuk menjadi sedimentasi
posfor di dasar lautan. Sedimen ini akan naik kembali ke ke atas permukaan jika terjadi geseran gerak
dasar bumi yang membentuk daratan baru.

3. Daur Sulfur

Di alam, sulfur hanya tersedia dalam bentuk sulfur anorganik. Sulfur akan direduksi menjadi sulfur
dioksida (SO2) atau hidrogen sulfida (H2S) oleh bakteri desulfibrio dan desulfomaculum.

Daur sulfur dimulai dari adanya proses pembakaran bahan bakar fosil atau karena adanya aktivitas
gunung berapi. Terjadinya proses pembakaran sulfur ini kemudian membuat gas sulfur naik ke atmosfer
bersatu dengan uap air dan membentuk awan. Sulfur akan ikut turun bersama air hujan dan kondisi inilah
yang dikenal dengan istilah hujan asam.

Air hujan asam akan masuk ke dalam tanah, dan sulfur akan diubah menjadi Sulfat, zat yang sangat
peting untuk metabolisme tumbuhan. Sulfat di alam hanya tersedia dalam bentuk anorganik (SO42-).
Sulfat ini mampu berpindah dari bumi atau alam ke tubuh tumbuhan melalui penyerapan akar.

4. Daur Nitrogen

Senyawa organik seperti protein dan asam nukleat serta senyawa anorganik seperti nitrat, nitrit, dan
amonia adalah senyawa-senyawa yang dibentuk oleh unsur nitrogen. Unsur nitrogen dapat tersedia di
alam karena adanya daur nitrogen yang berlangsung secara terus menerus melalui pola berikut ini:

1. Nitrogen yang terdapat di atmosfer jatuh ke permukaan tanah ikut bersama air hujan atau karena
proses fiksasi N oleh beberapa bakteri akar dan ganggang seperti bakteri Rhizobium, bakteri
Azotobacter, Clostridium, dan ganggang hijau.
2. Nitrogen di tanah kemudian digunakan oleh produsen dan tanaman sebagai bahan baku
pembentukan protein. Tanaman tersebut dikonsumsi oleh hewan dan manusia dan oleh manusia
nitrogen di dalamnya diubah ke dalam bentuk NH3 (gas amoniak) dan NH4+ melalui proses
amonifikasi.
3. Bakteri Nitrosomonas bisa mengubah ammonium dan amoniak menjadi Nitrat melalui proses
denitrifikasi dan menjadikannya kembali berubah sebagai nitrogen dalam bentuk gas untuk
memulai kembali daur biogeokimia nya.

5. dan 6. Daur Karbon dan Oksigen

Daur karbon dan oksigen adalah daur biogeokimia yang terkait erat dengan terjadinya proses respirasi dan
fotosintesis yang berlangsung antar mahluk hidup. Tanaman dan para produsen menggunakan
karbondioksida sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, sedangkan
manusia, hewan, dan para konsumen menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida melalui
proses respirasi atau pernapasan.

7. Dinamika Komunitas
Suksesi

Pengertian Suksesi dalam ekosistem adalah proses perubahan dalam komunitas (ekosistem) yang
berlangsung secara perlahan dan teratur dalam waktu yang lama, menuju ke satu arah, dan menyebabkan
pergantian suat komunitas (ekosistem) oleh komunitas (ekosistem) yang lain. Studi suksesi yang cukup
lengkap yang dilakukan di Indonesia, yaitu di  Pulau Karakatau. Letusan vulkanik di Pulau Krakatau,
pada tanggal 26-27 Agustus 1883, telah memusnahkan flora dan fauna yang terdapat di pulau tersebut dan
mengurangi ukuran pulau hampir sepertiga dari ukuran semula.

Dalam waktu tiga tahun setelahgunung Krakatau meletus, tercatat beberapa spesies tumbuh kembali.
Spesies tumbuhan pada umumnya merupakan spesies invasi dari Pulau Jawa dan Sumatra. Beberapa
spesies hewan seperti Arthropoda, Gastropoda, Reptilia, Aves, kelelawar, dan tikus juga mulai hidup di
Pulau Krakatau. Hasil pengamatan di Pulau Krakatau menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan-
perubahan yang mengarah pada perkembangan komunitas. Suksesi juga dapat terjadi di perairan, disebut
hydrarch. Berdasarkan kondisi komunitas awal pada daerah yang mengalami suksesi, maka tipe suksesi
dapat dibedakan dua macam, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

1. Suksesi Primer
Suksesi primer adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah yang mula-mula tidak bervegetasi
atau lahan yang pernah bervegetai, tetapi mengalami gangguan berat hingga komunitas asal hilang secara
total atau tidak ada lagi kehidupan. Gangguan berat tersebut antara lain letusan gunung berapi, gempa
bumi, tanah longsor, endapan lumpur di muara sungai, endapan pasir di pantai, dan meluapnya lumpur
panas. Substrat atau habitat baru yang terbentuk akibat gangguan berat tersebut kemudian berangsur-
angsur, mengalami perkembangan ke arah terbentuknya komunits baru yang lebih kompleks, hingga
mencapai komunitas klimaks yang memiliki keseimbangan lingkungan yang dinamis.

2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder adalah suksesi yang terjadi pada lahan atau wilayah yang pada awalnya telah
bervegatasi sempurna, kemudian mengalami kerusakan, tetapi tidak sampai menghilangkan komuntas
asal secara total. Pada suksesi primer, vegetasi dan bakal kehidupanlainnya berasal dari luar habitat asli.
Sementara pada suksesi sekunder, vegetasi dan bakal kehidupan lainnya dari habitatnya sendiri dan
sebagian lainnya berasal dari luar.
Pencemaran dan Pelestarian Lingkungan Hidup

1. Pengertian Lingkungan Hidip dan Pencemaran


Lingkungan hidup merpakan kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan, daya, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan kehidupan
dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan memiliki fungsi
untuk menyediakan sumber daya alam yang dibutuhkan manusia untuk menunjang
kehidupannya. Namun berbagai aktivitas manusia yang menghasilkan limbah sebagian besar
tidak dikelola dengan baik dan dibuang ke lingkungan secara sembarangan.
Limbah merupakan sisa suatu usaha dan atau kegiatan. Terkadang limbah tersebut dapat
mengancam kesehatan dan membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk


hidup, energi, zat, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan yang
dilakukan manusia sehingga kualitas lingkungan menjadi turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Bahan penyebab
pencemaran disebut dengan polutan. Suatu lingkungan dikatakan tercemar jika kadar polutan di
lingkungan tersebut telah melebihi ambang batas sehingga menyebabkan turunnya kualitas atau
daya dukung lingkungan dan terganggunya aktivitas kehidupan makhluk hidup.

A. Pendemaran Udara
Zat-zat penyebab pencemaran udara
Berikut ini adalah zat-zat yang menjadi penyebab pencemaran udara di permukaan bumi.

1. Karbon Monoksida (CO)


Karbon monoksida adalah zat yang sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Pada
suhu udara normal, karbon monoksida berbentuk gas, sedangkan pada suhu di bawah -192 oC, karbon
monoksida berbentuk cair. Gas CO umumnya berasal dari gas buangan dari pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan yang mengandung karbon atau bahan bakar fosil (minyak). Gas CO kadang kala
muncul dari dalam tanah lewat kawah gunung dan sumur. Pada konsentrasi yang tinggi, gas CO bisa
menyebabkan kematian bagi manusia.

2. Nitrogen Oksida (NOx)


Nitrogen oksida (NOx ) ada dua jenis, yaitu (1) nitrogen monoksida (NO) dan (2) nitrogen
dioksida (NO2 ). Sumber pencemaran NOx berasal dari kendaraan bermotor, pembuangan
sampah, generator pembangkit listrik, dan lain-lain. Gas NO sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, dan
teroksidasi oleh oksigen menjadi NO2 yang bersifat toksik. NO2 berbau menyengat dan berwarna cokelat
kemerahan. Dalam keadaan normal NO memang tidak berbahaya bagi manusia, tetapi dalam konsentrasi
tinggi NO dapat menyebabkan iritasi mata dan gangguan sistem saraf pada manusia. Gas NO 2 dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam yang membahayakan kehidupan tumbuhan dan hewan. Juga dapat
menyebabkan korosi logam serta merapuhkan struktur candi dan bangunan.

3. Chlorofluorocarbon (CFC)
Chlorofluorocarbon (CFC) terbentuk atas tiga jenis unsur, yaitu klor (CL), fluor (F), dan karbon
(C). Gas CFC sifatnya tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan tidak mudah bereaksi. Gas CFC
bermanfaat sebagai gas pendorong dalam kaleng semprot (aerosol), pendingin dalam lemari
es, pengembang busa polimer, AC (air conditioning), pelarut pembersih microchip dan lain-lain. CFC
dikenal secara umum oleh masyarakat sebagai "freon". Gas CFC yang masuk ke atmosfer dapat merusak
lapisan ozon (O3). Menipisnya lapisan ozon menyebabkan semakin tingginya intensitas paparan sinar
ultraviolet (UV) ke permukaan bumi, sehingga dapat memicu terjadinya kanker kulit dan kerusakan mata
pada manusia, serta mengakibatkan kematian spesies tumbuhan tertentu.

4. Ozon (O3)
Ozon terdapat di lapisan strafosfer dan lapisan troposfer di atmosfer. Ozon di lapisan strafosfer
(10-60 km dari bumi) berfungsi untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang menuju ke bumi,
sedangkan ozon di lapisan troposfer (0-10 km dari bumi) dapat berbahaya bagi manusia bila berada pada
konsentrasi tinggi. Pencemaran gas ozon menimbulkan efek pusing dan gangguan paru-paru. Gas ozon
mudah berekasi dengan zat-zat lain dengan cara melepaskan satu atom oksigennya sehingga terbentuk O 2. 
5. Gas Rumah Kaca (H2O, CO2,  CH4, O3, NO)
Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelimuti permukaan bumi. Atmosfer terdiri atas gas-
gas yang berfungsi sebagai perisai atau filter pelindung bumi dari benda langit dan sinar ultraviolet yang
menuju bumi. Lapisan atmosfer terdiri dari atas troposfer, strafosfer, mesofer, dan termosfer. Troposfer
adalah lapisan paling rendah dari atmosfer dengan ketebalan sekitar 10 km di atas permukaan bumi. Pada
lapisan troposfer terdapat gas-gas rumah kaca, antara lain uap air (H 2O), karbon dioksida (CO2), ozon
(O3), metana (CH4), dan nitrogen oksida (NO).

Gas rumah kaca dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect). Pada efek
rumah kaca, sinar matahari yang menembus lapisan gas rumah kaca akan dipantulkan kembali ke bumi
sehingga menimbulkan panas yang terperangkap seperti pada "rumah kaca". Tanpa efek rumah kaca, suhu
bumi akan menjadi sangat dingin. Namun semakin meningkatnya kadar gas rumah kaca seperti CO 2 di
udara pengunaan bahan bakar fosil dan akibat pembakaran hutan yang berlebihan menyebabkan
meningkatnya efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global (global warming). Meningkatnya
suhu bumi akibat pemanasan global berdampak juga pada mencairnya es di kutub sehingga meningkatkan
ketinggian permukaan air laut. Secara umum, pemanasan global juga berdampak terhadap perubahan
iklim bumi.

B. Pencemaran Air
Pencemaran air berarti masuknya makhluk hidup atau zat lain ke dalam air yang kemudian
menyebabkan kualitas air menurun ke tingkat tertentu sehingga tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Pencemaran dapat terjadi pada air yang berada di darat maupun di laut. Untuk
menentukan air sudah tercemar atau belum dapat diketahui dengan melakukan pengujian terhadap tiga
parameter sebagai berikut.

1. Parameter fisik
Parameter fisik terdiri atas kandungan partikel padat, zat padat terlarut, warna, bau, kekeruhan, suhu, dan
pH air. Air normal yang dapat dikonsumsi memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
pH air yang normal adalah sekitar 6,5-7,5.

2. Parameter kimia
Parameter kimia meliputi biochemical oxygen demand(BOD ), chemical oxygen demand (COD), dan
dissolved oxygen (DO). biochemical oxygen demand adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik di dalam air. chemical oxygen
demand merupakan ukuran kandungan oksigen yang diperlukan agar bahan buangan di dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia (biasanya digunakan pada indikator limbah cair industri). dissolved
oxygen merupakan ukuran kandungan oksigen terlarut dalam air. Kandungan zat atau senyawa kimiawi,
misalnya amonia bebas, nitrogen organik, fosfat organik, fosfor anorganik, nitrit, nitrat, sulfat, klorida,
belerang, logam dan gas, juga dapat dijadikan indikator pencemaran air.

3. Parameter biologi
Parameter biologi digunakan untuk mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme air yang dapat menjadi
penyebab suatu penyakit, contohnya Escherichia colo, Salmonella typhosa, Vibrio cholerae, dan
Enramoeba histolytica.

Penyebab Pencemaran Air

Penyebab pencemaran air dapat berasal dari sumber langsung maupun sumber tidak langsung. Sumber
pencemaran langsung berupa buangan (efluen) yang langsung dibuang ke badan air,
misalnya laut, sungai, saluran air, selokan, dan danau. Sumber pencemaran tidak langsung merupakan
kontaminan yang masuk melalui air tanah akibat terjadinya pencemaran air permukaan oleh limbah
industri maupun limbah domestik.

Pencemaran air disebabkan oleh limbah dari berbagai kegiatan manusia antara lain sebagai berikut.
-Limbah domestik, yaitu limbah yang berasal dari perumahan. pusat perdagangan, perkantoran, hotel,
rumah sakit, dan tempat umum lainnya. Limbah domestik, misalnya deterjen, sampah organik, tinja
hewan, dan tinja manusia. Air sungai yang tercemar limbah tidak layak untuk dikonsumsi manusia karena
dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti tifus, kolera, disentri, diare, cacingan, dan gatal pada kulit.

 Limbah industri, merupakan limbah yang berasal dari industri (pabrik). Limbah industri berupa
bahan-bahan sisa produksi yang mengandung logam berat berbahaya dan beracun seperti merkuri
(Hg), tembaga (Cu), krom (Cr), timbal (Pb), seng (Zn) dan nikel (Ni). Logam berat ini biasanya
terakumulasi dalam organisme air, seperti ikan. Manusia yang mengonsumsi ikan yang telah
tercemar logam berat akan mengalami gangguan kesehatan. 
 Limbah pertanian, Yaitu limbah dari kegiatan pertanian berupa pupuk kimia dan pestisida.
Kelebihan pupuk pada lahan pertanian akan tercuci oleh hujan dan masuk ke saluran irigasi,
sungai, dan danau, sehingga menyebabkan terjadinya proses peningkatan unsur hara di badan
perairan yang disebut eutrofikasi. Peningkatan unsur hara menyebabkan terjadinya blooming,
yakni pertumbuhan ganggang atau enceng gondok secara cepat sehingga dapat menutup
permukaan air. Permukaan air yang tertutup ganggang atau enceng gondok ini tentu akan
menghambat masuknya cahaya matahari ke dalam perairan dan pada gilirannya akan menurunkan
oksigen terlarut di air. Akibatnya banyak organisme air yang mati karena kekurangan oksigen.
 -Limbah pertambangan, yaitu limbah yang berasal dari area pertambangan. Contohnya
tambang emas yang menggunakan merkuri (Hg) untuk memisahkan emas dari bijihnya. Contoh
lain adalah tumpahan minyak dari pertambangan minyak lepas pantai dan kebocoran kapal tanker
ang akan memusnahkan organisme di laut, misalnya ikan, ganggang, mamalia laut, dan burung
pemakan ikan di laut.

C. Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Pencemaran
tanah secara langsung terjadi bila zat pencemar langsung mencemari tanah, misalnya
dari penggunaan insektisida, fungisida, herbisida, DDT (diklorodifeniltrikloroetana), dan
pupuk kimiawi secara berlebihan.

Sementara pencemaran tanah tidak langsung terjadi melalui perantara air dan udara,
misalnya limbah domestik dan industri dibuang ke sistem perairan lalu polutan tersebut
terserap ke dalam tanah, atau zat sisa pembakaran dari pabrik dan kendaraan bermotor
yang dibuang ke udara lalu terbawa oleh air hujan dan masuk ke dalam tanah.
Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh libah yang tidak mudah terurai, misalnya
plastik, kaca, sterofoam, dan kaleng.

Pencemaran tanah memiliki dampak negatif, antara lain mematikan organisme di dalam
tanah dan mengganggu porositas dan kesuburan tanah.

D. Pencemaran Suara
Pencemaran suara adalah suara yang tidak diinginkan, mengganggu, dan merusak pendengaran
manusia. Pencemaran suara dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.

1. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang terjadi dalam waktu singkat dan biasanya
mengejutkan. Contohnya adalah suara ledakan mercon, suara tembakan senjata, dan suara
petir.
2. Kebisingan impulsif kontinu, yaitu kebisingan impulsif yang terjadi secara terus-
menerus.
3. Kebisingan semikontinu, yaitu kebisingan kontinu yang cuma berlangsung sekejap,
kemudian hilang dan muncul lagi. Contohnya adalah suara lalu-lalang kendaraan
bermotor di jalanan dan suara pesawat terbang yang sedang melinta.
4. Kebisingan kontinu, yaitu kebisingan yang datang secara terus-menerus dalam waktu
yang cukup lama. Contohnya suara mesin pabrik. Kebisingan kontinu, terutama yang
berintensitas tinggi, sering menjadi penyebab rusaknya pendengaran.

Untuk menentukan tingkat kebisingan digunakan alat SLM (sound level meter). Ukuran
kebisingan dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Rata-rata seseorang mampu mendengar suara
dengan frekuensi
20 -20.000 Hz. Kebisingan adalah suara dengan frekuensi diatas 80 dB. Di Indonesia, nilai
ambang batas (NAB) untuk kebisingan yang diperkenankan adalah 85 dB untuk waktu kerja 8
jam per hari.
Kebisingan dapat meneyabkan gangguan kesehatan. Tingkat gangguan tergantung pada tingkat
kenyaringan suara (tingkat kebisingan) dan lamanya telinga mendengar kebisingan. Kebisingan
juga meneyabkan gangguan psikologis, seperti kesulitan berkonsentrasi dan gangguan fisiologis,
seperti sakit kepala.

2. Penanganan Limbah
Penanganan Limbah Cair
Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam penanganan limbah cair dan penanggulangan
pencemaran air, yaitu (1) pendekatan non-teknis dan (2) pendekatan teknis. Pendekatan non-teknis
dilakukan dengan penerbitan peraturan-peraturan sebagai landasan hukum oleh pemerintah bagi
pengelola badan air dan penghasil limbah, sosialisasi peraturan, serta penyuluhan tentang peraturan
tersebut pada masyarakat. Sementara itu, pendekatan teknis dapat dilakukan dengan penyediaan atau
pengadaan sarana dan prasarana penanganan limbah, monitoring, serta evaluasi hasil pelaksanaannya.

1. Sistem Penanganan Limbah Cair Domestik


Limbah cair domestik ada yang berbahaya, tapi ada juga yang tidak. Limbah cair yang tidak berbahaya,
misalnya air bekas cucian beras atau sayuran, air tersebut malah dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
lain, misalnya untuk menyirami tanaman. Pada bagian ini, yang akan kita bahas adalah tentang limbah
cair berbahaya, yaitu tinja manusia. Penanganan limbah tinja manusia dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain sebagai berikut.

a. Cubluk, berupa lubang berdinding yang tidak kedap air di bagian atasnya dan dilengkapi dengan
tutup. Limbah dari WC atau jamban langsung dialirkan ke dalam cubluk. Bila cubluk sudah penuh, limbah
harus dialirkan ke cubluk lain. Cubluk sebaiknya dibuat dengan jarak tidak kurang dari 15 m dari galian
sumur agar limbah yang berasal dari cubluk tidak mencemari sumur tersebut.

b. Tangki septik konvensional, berupa bak yang kedap air, dilengkapi dengan pipa ventilasi dan lubang
kontrol. Limbah cair disimpan sealama paling sedikitnya satu hari di dalam tangki septik, baru kemudian
dialirkan ke sumur resapan. Partikel yang berada didalam limbah akan mengendap dan membentuk
lumpur tinja. Di atas tangki septik biasanya diberi lubang penyedot tinja.

c. Tangki septik biofilter (up-flow filter). Tangki septik biofilter terdiri atas beberapa bagian yaitu : bak
pengendap, ruangan yang berisi media filter (batu pecah, batu apung, ijuk, dan kerikil), dan ruang
resapan (kerikil, pasir, dan ijuk). Bak pengendap ini berfungsi untuk mengendapkan partikel padatan
menjadi lumpur tinja. Air luapan dari bak pengendap dialirkan ke ruang yang berisi media filter. Pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan tipis mikroorganisme (bakteri anaerob) yang berguna
untuk menguraikan bahan organik dalam limbah cair tersebut. Kemudian, air luapan dari ruangan media
filter selanjutnya dialirkan ke ruang resapan.

d. Instalasi pengolahan limbah cair domestik (IPLCD)


Instalasi pengolahan limbah cair domestik atau IPLCD biasanya dibangun untuk
perkantoran, hotel, restoran, dan rumah sakit. Pengolahan limbah cair ini meliputi tiga proses, yaitu
proses fisik, proses kimiawi, dan proses biologis. pengolahannya meliputi beberapa tahapan dengan
urutan sebagai berikut.

1. Pengolahan pendahuluan (penyaringan), yaitu menyaring benda-benda kasar yang terbawa


dalam limbah cair, dan mencampur limbah dalam bak ekualisasi, harus diperhatikan untuk
mengatur agar aliran limbah yang menuju ke bak aerasi tidak berfluktuasi (selalu tetap).
2. Pengolahan pertama (pengendapan), yaitu dengan cara mengendapkan pasir dan partikel
padatan lainnya.
3. Pengolahan kedua (proses biologis), yaitu dengan cara mengurangi bahan organik secara
biokimiawi, pengendapan partikel padatan kedua, dan membunuh kuman penyakit (disinfeksi).
Perlu diperhatikan untuk pengolahan limbah rumah sakit memerlukan disifeksi dengan dosis
khusus.
4. Pengolahan lumpur, yaitu dengan cara mengumpulkan lumpur dan mengurangi kadar air
(pemekatan lumpur), menstabilkan, dan mengeringkannya.

2. Sistem Penangan Limbah Cair Industri


Sistem penanganan limbah industri dapat dilakukan dengan cara penanganan sistem setempat dan
sistem terpusat.

1. Penanganan sistem setempat. Industri membuat instalasi pengolahan limbahnya sendiri.


Biasanya penanganan setempat dapat menyedot biaya yang besar. Limbah yang dihasilkannya
diupayakan sesedikit mungkin dan dapat dimanfaatkan kembali.
2. Penanganan sistem terpusat. Sistem ini biasanya dikembangkan di daerah kawasan industri
yang menghasilkan beragam jenis limbah yang berbeda. Apabila limbah dari berbagai industri
dicampur dan disatukan, maka hal itu akan menyulitkan proses pengolahan. Oleh sebab itu,
masing-masing industri harus melakukan upaya pengolahan terlebih dahulu hingga efluen
limbah memenuhi syarat-syarat tertentu sebelum dimasukkan ke jaringan air kotor dan IPAL
(instalasi pengolahan air limbah).

Penanganan Limbah Padat

Limbah padat sering kita kenal sebagai sampah. Ada dua jenis limbah padat yaitu : (1) sampah organik
(dapat terurai secara alami) dan (2)  sampah anorganik (tidak dapat terurai secara alami). Bagaimana
penanganan limbah padat ini harus dilakukan ?

Berdasarkan sumbernya, limbah padat dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu (1) limbah padat
domestik dan (2) limbah padat non-domestik. Limbah padat domestik merupakan limbah padat yang
berasal dari kegiatan perkantoran, rumah tangga, perdagangan, rumah sakit dan lain-lain.
Contoh limbah padat non-domestik ini adalah sisa-sisa bahan , kertas, kardus, komputer yang telah
rusak, peralatan bekas (jarum suntik, botol infus), sampah dari kegiatan operasi pembedahan, dan sisa-
sisa obat. Sedangkan limbah padat non-domestik adalah limbah padat yang berasal dari industri
konstruksi gedung, kegiatan pertanian dan perkebunan, dan industri umum. Contoh limbah padat non-
domestik adalah jerami, potongan besi, paku bekas, bahan kimia beracun, dan sisa-sisa pengemasan
produk (plastik, kertas dll).

1. Minimalisasi Limbah Padat


Kegiatan minimalisasi limbah padat harus berpedoman pada konsep pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan dalam rangka penghematan penggunaan sumber daya alam, serta pembangunan yang 
memiliki nilai tambah terhadap sumber daya alam.
Menghemat penggunaan sumber daya alam dapat dilakukan melalui cara-cara berikut.

 Reuse, (memanfaatkan kembali barang bekas tanpa harus memprosesnya terlebih dahulu),
misalnya mengguanakan botol bekas air mineral untuk tempat pembibitan tanaman.
 Replacement (mengganti seseuatu yang lebih hemat atau lebih aman), misalnya menggunakan
daun pisang sebagai pembungkus makanan untuk mengganti plastik.
 Refusal (menolak bahan-bahan yang membahayakan keseimbangan lingkungan dan
keselamatan hidup organisme).
 Repair (memperbaiki yang kurang sesuai).
 Reconstruct (menyusun ulang struktur yang tidak sesuai).
 Redurability (memperpanjang umur suatu benda).
 Reduce (mengurangi limbah), misalnya dengan membawa tas belanjaan dari rumah saat ibu-ibu
berbelanja di pasar sehingga mengurangi penggunaan kantong plastik.
 Recycle (mendaur ulang limbah), misalnya mendaur ulang kertas bekas.
 Recorvery (memperoleh kembali komponen-komponen yang bermanfaat baik melalui proses
kimia, fisika, atau biologi), misalnya menggunakan batok kelapa dan sekam padi sebagai sumber
bahan bakar.

2. Cara penanganan Limbah Padat (Sampah)


Penimbunan tanah (landfill)
Tumpukan sampah dari rumah tangga dapat dipergunakan untuk menimbun tanah yang agak rendah
dengan cara diratakan, dipadatkan, kemudian ditimbun dengan tanah untuk mempercepat penguraian
dan agar tidak menimbulkan bau

Penanganan Limbah Gas

1. Mengontrol Emisi Gas Buang

Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat
dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari
udara hasil pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet
scrubber). Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan
berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga
digunakan untuk menghilangkan materi partikulat. Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil
pembakaran kendaraan bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas
karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dapat dikurangi
dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter) untuk menyempurnakan
pembakaran. Selain cara-cara yang disebutkan di atas, emisi gas buang juga dapat dikurangi
dengan cara mengurangi kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber
bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan polutan.

2. Menghilangkan Materi Partikulat dari Udara Pembuangan

a. Filter udara

Filter udara adalah alat untuk menghilangkan materi partikulat padat, seperti debu, serbuk sari,
dan spora, dari udara. Alat ini terbuat dari bahan yang dapat menangkap materi partikulat
sehingga udara yang melewatinya akan tersaring dan keluar sebagai udara bersih (bebas dari
materi partikulat). Filter udara dapat digunakan pada ventilasi ruangan atau bangunan, mesin
atau cerobong pabrik, mesin kendaraan bermotor, atau pada area lain yang membutuhkan udara
bersih. Jenis dan bahan yang digunakan sebagai filter udara bermacam-macam, tergantung pada
kandungan udara yang disaring, rnisalnya apakah berdebu banyak, berssifat asam atau alkalis,
dan sebagainya.

b. Pengendap siklon

Pengendap siklon atau Cyclone Separator adalah alat pengendap materi partikulat yang ikut
dalam gas atau udara buangan. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara/gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Ukuran materi partikulat yang bisa
diendapkan oleh alat ini adalah antara 5 -40u. Makin besar ukuran partikel, makin cepat partikel
tersebut diendapkan.

c. Filter basah

Filter basah (wet scrubber) membersihkan udara yang kotor dengan cara menyalurkan udara ke
dalam filter kemudian menyemprotkan air ke dalamnya. Saat udara kontak dengan air, materi
partikulat padat dan senyawa lain yang larut air akan ikut terbawa air turun ke bagian bawah
sedangkan udara bersih dikeluarkan dari filter. Air yang digunakan untuk menyemprot udara
kotor juga dapat diganti dengan senyawa cair lain yang dapat bereaksi/melarutkan polutan udara.
Contoh senyawa atau materi partikulat yang dapat dibersihkan dari udara dengan menggunakan
filter basah adalah debu, sulfur oksida, amonia, hidrogen klorida, dan senyawa asam atau basa
lain.

d. Pengendap sistem gravitasi

Alat pengendap sistem gravitasi hanya dapat digunakan untuk membersihkan udara yang
mengandung materi partikulat dengan ukuran partikel relatif besar, yaitu sekitar 50p atau lebih.
Cara kerja alat ini sangat sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam
alat yang dapat memperlambat kecepatan gerak udara. Saat terjadi perubahan kecepatan secara
tiba-tiba (speed drop), materi partikulat akan jatuh terkumpul di bagian bawah alat akibat gaya
beratnya sendiri (gravitasi).

e. Pengendap elektrostatik

Alat pengendap elektrostatik (Electrostatic precipitator) digunakan untuk membersihkan udara


yang kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya umumnya adalah
aerosol atau uap air. Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan elektroda yang dialiri arus
searah (DC). Udara kotor disalurkan ke dalam alat dan elektroda akan menyebabkan materi
partikulat yang terkandung dalam udara mengalami ionisasi. Ion-ion kotoran tersebut akan
ditarik ke bawah sedangkan udara bersih akan terhembus keluar.
Penanganan Limbah B3

1. Metode Pengolahan secara Kimia, Fisik, dan Biologi

Proses pengolahan limbah 133 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses
pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang umum dilakukan adalah
stabilisasi/solidifikasi. Stabilisasi/solidifikasi adalah proses pengubahan bentuk fisik dan/atau
sifat kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau senyawa pereaksi tertentu untuk
memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum
dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen,
kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk
memperkecil volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan
pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Proses
pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini dikenal dengan
istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk mendegradasi/mengurai limbah B3, sedangkan fitoremediasi adalah
penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.
Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya
yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga
masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama
dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan
dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di ekosistem

2. Metode Pembuangan Limbah B3

a. Sumur dalam/sumur injeksi (deep well injection)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan
memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-
lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap
di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada
kemungkinan terjadi kebocoran atau korosi pipa, atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa
sehingga limbah merembes ke lapisan tanah.

b. Kolam penyimpanan (surface impoundments)

Limbah 133 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk limbah B3.
Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air
limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode
ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada
kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersarna air
limbah sehingga mencemari udara.

c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfills)


Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tinggi. Pada metode
pembuangan secure landfill, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-tong, kemudian
dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill
ini harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan
harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan
limbah B3 yang efektif. Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memiliki biaya
operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka
panjang karena limbah akan semakin menumpuk.

Anda mungkin juga menyukai