Anda di halaman 1dari 44

MEKANISME TIMBANG TERIMA/ HAND OVER DENGAN SBAR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah management keperawatan

Dosen pengampu Ns. Alfi Taliabo S.kep,M.kep

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1 (VII C keperawatan)

1. Rahmatia A. Ali 1701028


2. Wahyuni Padu 1701032
3. Rosita dolo 1701091
4. Sri devi supu 1701095
5. Suryadi Asis 1601120

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan pada Allah SWT karena dengan ridhon-Nya kami
dapat menyusun serta dapat meyelesaikan makalah mekanisme timbang terima/ hand
over dengan SBAR. Salawat serta salam tak lupa pula kami ucapkan kepada nabi
besar Muhammad SAW beserta pengikut beliau dari dahulu, sekarang, dan hingga
hari akhir nanti.

Ucapan terima kasih tak lupa juga kami ucapkan pada dosen mata kuliah
Manajemen Keperawatan yang telah memberikan kami bimbingan serta pengajaran
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah mekanisme timbang
terima/ hand over dengan SBAR.

Kami menyadari, meskipun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam


menyelesaikan makalah ini tapi kami mengetahui makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Karena itu kami mohon kritik serta saran yang kiranya dapat
membangun bagi kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini menjadi
lebih baik.

Kami berharap selain untuk memenuhi nilai kami harap dalam Makalah ini juga
dapat bermanfaat bagi teman-teman  dan seluruh pembacanya.

Manado, Desember
2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Tujuan..........................................................................................................3
C. Manfaat........................................................................................................3

BAB II (TINJAUAN PUSTAKA)

I. Konsep Timbang Terima........................................................................4


A. Definisi....................................................................................................4
B. Tujuan Timbang Terima..........................................................................4
C. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima............................................5
D. Prosedur Dalam Timbang Terima...........................................................5
E. Metode Dalam Timbang Terima.............................................................7
F. Faktor – Faktor Dalam Timbang Terima................................................10
G. Efek Timbang Terima Dalam Shift Jaga.................................................10
H. Dokumentasi dalam Timbang Terima.....................................................12
I. Skema Timbang Terima..........................................................................13
J. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima...................................................14
K. Gambaran Alur Mekanisme Hand Over Dengan SBAR.........................17
L. Evaluasi Dalam Timbang Terima...........................................................18

II. Konsep Komunikasi SBAR.......................................................................20


A. Definisi.....................................................................................................20
B. Tujuan Komunikasi SBAR.......................................................................21

iii
C. kentungan komunikasi SBAR..................................................................21
D. Manfaat Komunikasi SBAR.....................................................................21
E. Penggunaan Komunikasi SBAR..............................................................21
F. Model Komunikasi SBAR........................................................................22
G. Standar – Standar Komunikasi Efektif SBAR Di Rumah Sakit...............24
H. Metode Komunikasi Sebelum Operan Pasien..........................................24
I. Model Penerapan Komunikasi SBAR......................................................24
J. Laporan Pasien Antara Perawat Dengan Dokter......................................26

BAB III (PEMBAHASAN)

A. Kasus.........................................................................................................26
B. Analisa Kasus............................................................................................31
C. Kesimpulan Pendapat Analisa Kelompok.................................................32

BAB IV (PENUTUP)

A. Kesimpulan .................................................................................................34
B. Saran.............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara aktif, inovatif, dan kreatif serta rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah di tetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan
koordinasi dan supervise terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan.
Manjemen kepaerawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Keperawatan professional dalam pelayanannya di perlukan adanya
pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran
dan manajemen keperawatan perlu adanya strtegi yang salah satunya adalah
dengan harapan adanya faktor pengelolahan yang optimal serta mampu
meningkatkan efektifitas dan efiisien pelayanan keperawatan.
Model praktik keperawatan profesioanal (MPKP) adalah suatu system
( struktur proses dan nilai nilao profesuianal) yang memungkinkan perawat
professional mengatur peberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang
dapat mendukung asuhan keperawatan. Pada skpek struktur di tetapkan jumlah
tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuia dengan derajat
ketergantungan klien, jenis tenaga di suatu ruangan rawat yaitu kepala ruangan,
clinical care managemen ( CCM ) perawat primer ( PP ) serta standar rencana
keperawatan. MPKP sangat bermanfaat bagi perawat dokter pasien dan profesi
lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan MPKP, perawat dapat
memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus di tunjang dengan sumber daya
manusia sarana dan prasarana yang memadai.

1
Timbang terima ( hand over ) merupakan cara untuk menyanpaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan kondisi pasien. Timbang terima di
lakukan seoptimal mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan lengkap
tentang Tindakan mandiri perawat, Tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dilakukan dan perkembangan pasien saat itu, informasi yang di
sampikan harus akurat, sehingga kesiambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. ( nursalam, 2014 )

Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan subtansi timbang terima
yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnose medis, doagnosa
keperawatan, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana Tindakan yang
akan dilakukan. Timabang terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian
keliling ke semua pasien. Timbang terima perlu terus di tingkatkan baik tekhnik
maupun alurnya karena timbang terima bagian penting dalam menginformasikan
permasalahan klien sehari-hari.

Komunikasi dalam praktik keperawatan profesioanal merupakan unsur utama


bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil
yang optimal, kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi yaitu hand
over. WHO merekomendasikan tehnik komunkasi efektif antar perawat dirumah
sakit yaitu enggunakan tehnik SBAR.
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan mnggunakan alat yang logis
untuk mengatur informasi sehingga dapat di tranfer kepada orang lain secara
kaurat dengan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat terstruktur SBAR
( situation, backround, assessment, recommendation) untuk mencapai
keterampilan berfikir kritis dan menghemat waktu ( NHS, 2012 ).
SBAR adalah metode terstuktur untuk mnegkomunikasikan infoemasi penting
yang membutuhkan perhatian dan Tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang
efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat di gunakan
secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shuft dan antara staf di

2
daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim Kesehatan
untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
kesempatan untuk diskusi antara anggota tim Kesehatan atau tim Kesehatan
laiinya.
B. Tujuan
Menjelaskan tentang bagimana mekanisme timbang terima/ hand over dengan
SBAR didalam ruang rawat inap.
C. Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami bgaimana cara yang baik dan benar
dalam mekanisme timbang terima/ hand over dengan SBAR di dalam ruang
rawat inap.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP TIMBANG TERIMA
A. Definisi
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi
(termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan
yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi
dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs juga meliputi mekanisme transfer
informasi yang dilakukan, tanggungjawab utama dan kewenangan perawat
dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
Selain laporan antar shift,dapat disampaikan juga informasi-informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.

B. Tujuan Timbang Terima


1. Menyampaikan masalah kondisi dan keadaan klien ( data focus )
2. Meyampaikan hal-hal yang sudah atau yang belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
3. Meyampaikan hal-hal penting yang perlu segera di tindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
4. Menngatur rencana kerja dinas untuk berikutnya.

4
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja. Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1 Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
2 Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.

C. Langkah-Langkah Dalam Timbang Terima


1 Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
2 Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
3 Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi:
 Kondisi atau keadaan pasien secara umum
 Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4 Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru.
5 Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien. (Nursalam, 2002)

D. Prosedur Dalam Timbang Terima


1 Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.

5
2 Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan.
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan
timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan
yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian
diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
 Identitas klien dan diagnosa medis.
 Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
 Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan.
 Intervensi kolaborasi dan dependen.
 Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang kurang jelas Penyampaian pada saat timbang terima secara
singkat dan jelas

6
f. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
g. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada
buku laporan ruangan oleh perawat. (Nursalam, 2002)
Timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
1 Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggung jawab.Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
2 Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang
dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya
operan itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang
memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang
shift sebelumnya kepada perawat shift yang datang.
3 Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas
dari perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan
data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.

E. Metode Dalam Timbang Terima


1 Timbang terima dengan metode tradisional
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di
sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a. Dilakukan hanya di meja perawat.
b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.

7
c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya
tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien
jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain.
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa
one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.

8
c. Menggunakan komunikasi tertulis – written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record
saja atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan
bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun pedoman
implementasi untuk timbang terima, selengkapnya sebagai berikut:
1 Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
2 informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi
terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus
diantipasi.
3 Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh perawat
penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang
atau mengklarifikasi.
4 Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
5 Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan
kegagalan informasi atau terlupa.
3. Timbang terima dengan metode menggunakan SBAR
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang
memerlukan perhatian atau tindakan segera (Nursalam, 2014).

S: Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)

a. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan,


serta dokter yang merawat.
b. Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawtan yang belum atau
sudah teratasi/keluhan utama.

9
B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien

a. Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari


setiap diagnosis keperawatan.
b. Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasive, dan obat-obatan termasuk cairan infuse yang digunakan.
c. Jelaskan engetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosisi medis.

A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)

a. Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti


tanda vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score,status
restrain,risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan
eliminasi dan lain-lain.
b. Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

R: Recommendation ( rekomendasi )

Merekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu


dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan
edukasi pasien dan keluarga.

F. Faktor-faktor dalam Timbang Terima


1.Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
2.Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
3.Kemampuan menginterpretasi medical record.
4.Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
5.Pemahaman tentang prosedur klinik.

G. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga

10
Timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek yang sangat
mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.
Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.

2. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman,
dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (1991)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara
pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
4. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
5. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

11
6. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)
dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak
semua
penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi
pada shift malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung
banyak terjadi selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

H. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang,
dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.

12
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
 Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
 Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan
lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
 Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai
informasi mengenai pasien telah dicatat.(Suarli & Yayan B, 20

I. Skema Timbang Terima

13
14
J. Mekanisme Kegiatan Timbang Terima

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA


Pra 1. Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse Karu
timbang sudah siap berkumpul di station Perawat pelaksana
terima nurse station
2. Karu mengecek kesiapan
timbang terima tiap PP
3. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan atau work sheep
PP yang akan
mengoperkan
menyiapkan buku
timbang terima dan
nursing kit
4. Kepala ruangan membuka
acara timbang terima di
lanjutkan dengan doa.
Pelaksana 1. PP dinas pagi melakukan 20 menit Nurse Karu
an timbang terima kepda PP station Perawat pelaksana
timbang dinas sore. Hal-hal yang
terima perlu di sampaikan PP
pada saat timbang terima:
a. Identitas klien dan
dioagnosa medis
termasuk hari rawat
keberapa atau post
op hari keberapa

15
b. Masalah
keperawatan
c. Data yang
mendukung
d. Tindakan
keperawatan yag
sudah/belum
dilaksanakan
e. Rencana umum
yang perlu
dilakukan
:pemeriksaan
penunjang konsul,
prosedur Tindakan
tertentu.
Pos 1. Klarifikasi hasil validasi 5 menit Nuse Karu
timbang data oleh PP sore station Perawat pelaksana
terima 2. Penyampaian alat-alat
Kesehatan
3. Laporan timbang terima
di tanda tangani oleh
ketua pp dan mengetahui
karu ( kalau pagi saja )
4. Reward karu terhadap
perawat yang akan
selesai bertugas
5. Penutup oleh karu.

16
K. Gambaran alur mekanisme hand over dengan SBAR

Situation

Data demografi diagnose medis Diagnose keperawatan

Background

Riwayat keperawatan

Assessment : KU, TTV,


GCS, skala nyaeri, resiko
jatuh, ROS 17
Recommendation :
tingkatkan yang sudah di
lanjutkan, stop, modifikasi
strtegi yang baru

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1 Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.


2 Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
3 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.
5 Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6 Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup
sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi
klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.
7 Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.(Nursalam, 2008)

18
L. Evaluasi dalam Timbang Terima
1. Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift timbang
terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan
timbang terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
2. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh
seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat
primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan
mengganti shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian
ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup
jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang
belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang
terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
3. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat
dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.

19
II. KONSEP KOMUNIKASI SBAR

A. Definisi

Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang logis


untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara
terstruktur SBAR untuk mencapai keterampilan berfikir kritis serta menghemat
waktu. (Rina, 2015).
Komunikasi Situation Background Assessment Recommendation (SBAR) dalam
dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar pasien safety dari Kaiser Permanente
California untuk membantu komunikasi antara dokter dan perawat. Meskipun
komunikasi SBAR di desain untuk komunikasi dalam situasi berisiko tinggi antara
perawat dan dokter, tehnik SBAR juga dapat digunakan untuk berbagai bentuk
operan tugas, misalnya operan antara perawat. Kaiser tempat asalnya, tehnik SBAR
tidak hanya digunakan untuk operan tugas antara klinis, tetapi juga untuk berbagai
laporan oleh pimpinan unit kerja, mengirim pesan.( Rina, 2015).

20
SBAR merupakan kerangka komunikasi yang mempermudah mengatasi
hambatan dalam komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari
komunikasi antara pemberi informasi dengan penerima informasi. SBAR mudah
diingat yang praktis untuk komunikasi atau percakapan. SBAR tersusun sebagai
berikut:

S = Situation B = Background A = Assessment R = Recommendation

Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recommendation


adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis nakan sebagai
acuan dalam pelaporan kondisi klien saat transfer klien. Teknik SBAR (Situation,
Background, Recomendation) menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi antara
anggota tim kesehatan tentang kondisi klien. SBAR merupakan mekanisme
komunikasi yang mudah diingat, merupakan cara yang mudah untuk berkomunikasi
dengan anggota tim, mengembangkan kerja anggota tim dan meningkatkan
keselamatan klien (Triwibowo, 2017).

B. Tujuan Komunikasi SBAR


Tujuan Komunikasi SBAR yaitu :
1. Menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi yang efektif antara
anggota tim perawatan kesehatan dengan dokter.
2. 2Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi pasien atau
untuk mengantisifasi apabila terjadi perubahan
3. Membantu staf menjadi advokat pasien.
C. kentungan komunikasi SBAR
Keuntungan dari komunikasi SBAR yaitu :
1. Meningkatkan keamanan keselamatan pasien ( patient safety)
2. Memberikan  standar  untuk  penyebaran atau  berbagi informasi.
3. Memberikan pelayanan dalam permintaan perubahan pasien untuk
iunfoemasi dalam keadaan kritis dengan benar dan akurat.

21
4. Meningkatkan efrktivitas kerja tim.
D. Manfaat komunikasi SBAR
Manfaat komunikasi SBAR yaitu :
1. Meningkat patient safety
2. Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang
memberikan informasi terkait kondisi klien secara lengkap
E. Penggunaan komunikasi SBAR
SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal, tertulis
lewat menyusun surat, dari berbagai keadaan perawatan pasien antara lain:
1. Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
2. Komunikasi pada kasus atau kondisi.
3. Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
4. Keadaan khusus antara dokter dengan perawat
5. Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter.
6. Mendiskusikan dengan konsultasn professional lain missal terapi
respiasi, fisioterapi
7. Komunikasi pada saat perubahan shift jaga
8. Meningkatkan perhatian shift
F. Model Komunikasi SBAR
Pelaksanaan Komunikasi tool SBAR disaat berkomunikasi secara langsung
berhadapan dengan tim kesehatan yang lain. Langkahlangkah tersebut dijelaskan
dibawah ini menurut Capital Health (2011) Quality Improvement Tool dan
menurut Rina (2015) konsep SBAR yaitu sebagai berikut
1. S (Situation Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada
pasien:
a. Mengidentifikasi diri, unit, pasien dan nomor kamar
b. Menentukan nama pasien dan kondisi atau situasi saat ini
c. Jelaskan apa yang terjadi pada pasien untuk mengawali
d. percakapan dan bahwa telah mengalami perubahan kondisi.

22
e. Nyatakan masalah singkat: Apa, kapan tingkat keparahan.
2. B ( background ) sediakan informasi latar belakang yang sesuia
dengan situasi meliputi :
a. Daftar pasien
b. Nomor medical record
c. Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d. Daftar obat terkini, lergi dan hasil labolatorium \
e. Hasil terbaru ttv pasien
f. Hasil labolatorium dengan tanggal dan waktu pengambilan hasil tes
sebagai pembanding
g. Informasi klinik lainnya
Jadi, background merupakan informasi penting tentang apa yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini. Menyertakan tanggal,
tanggal penerimaan pasien diagnosanya dan sejarah medias.
3. A ( Assessment /Pengkajian)
Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini.
Ringkasan kondisi atau situasi pasien. Jelaskan apa yang menjadi
permasalahannya: “Saya tidak yakin apa masalah dari pasien, namun
kondisi pasien gejalah dan suatu tindakan.
4. R ( Recommendation) Recommendation merupakan apa saja hal yang
perlu ini.
a. Jelaskan apa yang diinginkan dokter setelah melihat hasil tindakan
(misalnya: tes laboratorium, perawatan).
b. Perawat meromendasikan dokter untuk melakukan kunjungan
kepada pasien dan keluarga pasien.
c. Apakah ada tes lain yang diperlukan seperti: EKG
d. Perawat menyampaikan kepada dokter setiap terdapat
e. pengobatan atau ada dalam

23
f. perintah diinformasikan doter perawat.
G. Standar Standar Komunikasi Efektif SBAR di Rumah sakit
1. Situation (kondisi terkini yang terjadi pada Klien)
a. Perawat menyebutkan nama dan umur klien
b. Perawat menyebutkan tanggal klien masuk ruangan dan hari
perawatannya
c. Perawat menyebutkan nama dokter yang menangani klien Perawat
menyebutkan diagnose medis klien/masalah kesehatan yang dialami
klien (penyakit).
d. Perawat menyebutkan masalah keperawatan klien yang sudah dan
belum teratasi
2. Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi klien
terkini)
a. Perawat menjelaskan intervensi/tindakan dari setiap masalah
keperawatan klien
b. Perawat menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan
c. Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, dan alat bantu
lain seperti kateter dll), serta pemberian obat dan cairan infuse.
d. Perawat menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan klien terhadap
diagnose medis/penyakit yang dialami klien
3. Assessment (hasil pengkajian dari kondisi klien terkini) Perawat
menjelaskan hasil pengkajian klien terkini Perawat menjelaskan
kondisi klinik lain yang mendukung seperti hasil lab, rontgen dll
4. Recommendation/Rekomendasi teratasi dan belum teratasi serta
tindakan yang harus dihentikan, dilanjutkan atau dimodifikasi.
H. Metode komunikasi sebelum operan pasien
a. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
b. Kumpulkan data data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi
pasien yang akan dilaporkan

24
c. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan
d. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya
e. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian
I. Model penerapan komunikasi SBAR antara lain:
a. Operan
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati
laporan yang berkaitan dengan kondisi klien. Tujuan dilakukan operan adalah
untuk menyampaikan kondisi klien, menyampaikan asuhan keperawatan yang
belum menyampaikan yang ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk
mencapaitujuan harus diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR. Operan
perawat secara modern dengan teknik SBAR menurut JCI (2010) adalah :
1. dengan mempersiapkan format pendokumentasian teknik SBAR
pada masing-masing pasien setiap shift , buku catatan operan, dan
rekam medik pasien.
2. menyampaikan keadaan pasien dan evaluasi tindakan yang sudah
dilakukan dan kemajuan keadaan pasien tindakan dilakukan nurse
station sesuai dengan metode SBAR.
3. setelah operan nurse station dilanjutkan dengan melaporkankepada
pasien tentang kemajuan keadaan pasien dan keluhan yang masih
dirasakan, dan pemberian pendidikan kesehatan pada pasien dan
keluarga.
b. Pelaporan Kondisi Klien
Pelapran klien dilakukan oleh perawat ruangan tenaga medis lain termasuk
dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan setipap kondisi klien kepada
dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan
kondisi klien. Pelaporan kondisi klien yang efektif dapat meningkatkan
keselamatan klien. Komunikasi yang tidak efektif antara perawat dan dokter

25
dapat meningkatkan komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka
keselamatan klien meningkat.
c. Transfer klien
Transfer klien adalah perpindahan klien dari satu ruangan ke ruangan lain
dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut. Transfer klien dibagi menjadi transfer klien internal dan external.
Transfer klien internal adalah transfer antar ruangan didalam rumah antara
rumah sakit. Transfer klien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah
memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur Kemampuan
pengetahuan kesehatan yang harus dimiliki adalah memahami proses pra
transfer, peralatan transfer dan komunikasi saat transfer klien.

J. Laporan pasien antara perawat dengan dokter


Laporan serah terima ( hand over ) antara perawat dengan dokter sama halnya
dengan laporan timbnag terima yang dilakukan antara sesama perawat tetapi ada
beberapa hal yang harus di perhatikan Ketika perawat melakukan overan pada
dokter yaitu :
1. Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Perawat mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan
harian

Berikut tahap-tahap peloran pasien antara perawat dengan dokter menurut


SBAR yaitu :
Situasi :

26
Ceritakan:
1. Identitas pasien (nama, kamar, umur, hari rawatan)
2. Diagnosa medis
3. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau
sebelumnya yang belum dilaporkan (Temuan klinis terbaru)
Background :
Ceritakan : Informasi penting latar belakang klinis pasien
1. Riwayat sebelumnya (Boleh data sebelumnya)
2. Riwayat Medis
3. Therapy yang sudah diberikan
4. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang dilakukan
sebelumnya (Lab, radiologi, EKG, dll)
Assessment:
1. Sampaikan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah
yang timbul
2. Apa analisa dan pertimbangan perawat
 Saya rasa kondisi pasien saat ini bisa memperburuk kondisi
pasien
 Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi kondisi pasien
memburuk
 Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi pasiein kelihatannya
tidak stabil
3. Ceritakan tentang kesimpulan masalah pasien
Rekomendasi :
1. Tanyakan apa saran untuk mengatasi masalah pasien
 Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien ini
Dokter?
 Sepertinya tindakan ini harus ditunda terlebih dahulu.

27
2. Tanyakan Adakah pemeriksaan lainnya yang diperlukan
 Apakah ada pemeriksaan lainnya yang harus kita lakukan?
 Apakah ada pemeriksaan laboratorium lagi yang harus kita
lakukan
 Adakah pemeriksaan radiologi lainnya yang harus kita
lakukan
3. Tanyakan apakah ada perubahan therapy
4. Berikan pendapat perawat untuk menangani masalah
 Apakah pasien perlu di EKG.
 Apakah pasien perlu diperiksa X –Ray
 Apakah hari ini perlu diperiksa darah rutin lagi?
5. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan akan dilakukan.
6. Tanyakan kapan kedatangan dokter.
7. Tanyakan apakah perlu dikonsultasikan ke dokter laninnya
 Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap
biasa (pasien di ruang intensive)
 Apakah pasien sudah bisa alih rawat ke bagian penyakit
dalam (pasien bedah rawat bersama dengan penyakit dalam
 Apakah dokter akan memidahkan pasien ke ruang intensive
(pasien di ruang rawat inap).
CATATAN
Jawaban SBAR yang dilakukan pada saat visite maka Dokter akan menulis
hasil visite nya dalam bentuk SOAP di CPPT
Contoh penggunaan sbar pada saat visite dokter (tidak dituliskan tapi
dikomunikasikan)
Tn. B usia 35 tahun dirawat di ruang Mamplam 1 dengan DBDhari rawatan ke
3. Selama rawatan malam pasien tidak mengeluh demam namun terdapat

28
perdarahan di gusi. Trombosit hasil pemeriksaan Selasa sore (16 Juni 2015)
25.000 g/dl, dan pemeriksaan Rabu Pagi 20.000 g/dl

Terapi menurut advise dokter :

 IVFD NaCl 0,9% selang seling dengan fimahes 30 tts/menit


 Transamin 1 ampul/8 jam

Tehnik hand over paerawat dengan dokter menggunkan SBAR

Situation : Dokter ini Tn. B usia 35 tahun dengan DBD hari rawatan ke 3.
Selama rawatan dari kemaren sore sampai dengan pagi ini pasien tidak
demam lagi namun terjadi perdarahan di gusi. Nilai trombosit pagi ini 20.000
g/dl. Tanda tanda vital masih stabil (TD : 120/90 mmHg, HR 75 x/menit, RR
20 x/mnt, T = 36,7℃).

Background : Nilai trombosit kemaren sore 25.000 g/dl dan pasien sudah
mendapatkan terapi transamin 1 ampul/8 jam. Terapi lain yang didapatkan
adalah terapi cairan NaCl 0,9 % dan Fimahes 30 tetes /menit.

Assasment : Trend trombosit menurun. Perdarahan yang terjadi hanya di gusi


saja, belum ditemukan ptechiae atau perdarahan lainnya

Recommendation : Bagaimana dokter untuk tata laksana selanjutnya?Apa


perlu diberikan transfusi trombosit.Kemudian dokter akan melakukan validasi
data dengan pasien, dan memberikan instruksi terapi yang dituliskan di lembar
CPPT.

29
BAB III

PEMBAHASAN
A. Kasus

Di ruang rawat inap ruangana kamboja terdapat 4 pasien yang sedang di rawat
perawat PP melakukan kegiatan timbang terima atau hand over dari dinas malam ke
dinas pagi setelah semua perawat mulai dari karu katim dan perawat pelaksana
teerkumpul mereka melakukan kegiatan timbang terima didalam ruangan nurse
station.

30
Pagi pukul 7.45 wib, tiba lah perawat Sift Pagi beserta Karu,
Perawat Pagi        : Assalamualaikum,,
Perawat malam     : Walaikumsalam
Yuli          : ehh,, sudah datang...
Ria            : iya, , , alhamdulillah tepat waktu...
Surya        : yasudah, letakkan dulu tasnya di ruang...
Ria            : baiklah,,

Detik-detik Proses Operan pun tiba pada jam 08.00 Wib, setelah lengkap Karu,
Katim dan perawat shift pagi datang...
Karu         : (melihat jam) sudah jam 08.00 nih, sudah waktunya operan sift
malam dengan shift pagi...
Surya        : baik pak,, mari kita mulai saja operan pagi ini
Karu         : yasudah, langsung saja...
Assalamualaikum,,, (membuka acara operan)
Sebelum memulai operan ini alangkah baiknya kita berdoa
menurut agama dan kepercayaan masing-masing.. do’a dimulai...
selesai...
Baik, untuk Pj malam, bg Surya bisa disampaikan laporan pagi
ini,.silahkan...
Surya        : baik, terimakasih..
Untuk operan pagi ini ada 4 pasien.. nah dari ke empat ini ada 2
pasien baru.. di kamar 3 & 4...
Pasien Pertama (PJ surya)
S : -          Tn. F (49 Tahun)
-          Kamar 1
-          Dx: Asma
-          Keadaan komposmetis
-          Klien masih sesak napas

31
-          Pernapasan cuping hidung
-          Pernapasan cepat
-          Terdapat sekret yang kental

B : -          Telah diberikan terapi O2 2 liter


-          Telah diberikan terapi nebulizar

A : -          Pemeriksaan TTV
o   TD : 130/90 mmHg
o   P : 80 x/m
o   R : 30 x/m
o   T : 37 oC
-          Diet M2
-          Terapi IVFD RL 20 tts/m

R : -          Lakukan pemeriksaan TTV setiap 5 jam


-          Lakukan pemberian terapi nebulizer 12 x/j
-          Pantau pemberian Terapi O2

Ratih        : ada yang perlu di cek bg? cek sputum?


Surya        : tidak ada ratih,,
Muksal     : masih sering sesak bapak ini?
Surya        : bapak ini masih sesak,, jadi terapi O2 nya tolong nanti di pantau.
Muksal     : oh iyaa bg..

Pasien Kedu (PJ surya)


S : -          Tn. B (40 Tahun)
-          Kamar 2
-          Dx: GE
-          Pasien mengatakan badannya masih lemas

32
-          Turgor kulit jelek

B : -          Kekurangan cairan
-          Telah diberikan terapi IVFD RL 20tts/m

A : -          Pemeriksaan TTV
o   TD : 130/80 mmHg
o   P : 80 x/m
o   R : 22 x/m
o   T : 36 oC
-          Diet M2

R : -          Lanjutkan pemberian terapi IVFD RL 20tts/m


-          Diet M2

Ria            : bapak ini ada muntah bang?


Surya        : ada tadi malam.. pantau intake & output nya yaa..

Pasien Ketiga (Perawat yuli)


S : -          Tn. I (48 Tahun)
-          Kamar 3
-          Dx: Post Ob Debridemen et DM + selulitas pada
lengan atas sebelah kiri.

B : -          Hb 10
-          KGD 145

A : -          Pemeriksaan TTV
o   TD : 120/90 mmHg
o   P : 70 x/m
o   R : 22 x/m

33
o   T : 37 oC
-          Diet M2
-          Urine pekat

R : -          Cek Hb
-          Kontrol intake & output
-          Kontrol TTV setiap 3 jam
-          Cek KGD setiap 2 jam

Ria            : iya bg,,Hb terakhir berapa td kak yul ?


Yuli          : terakhir HB nya 10, cek Hb nya lagi nanti jangan lupa.
Ria            : baik kak,,,

Pasien Keempat (perawat yuli)


S : -          Tn. S (35 Tahun)
-          Kamar 4
-          Dx: Hepatitis
-          Pasien lemas, kurang nafsu makan
-          Kelihatan kuning

B : -          Bilirubin 2,1 mg/dl (N= 0,1 – 1,2 mg/dl)


-          Tidak memiliki riwayat alergi

A : -          Pemeriksaan TTV
o   TD : 110/90 mmHg
o   P : 60 x/m
o   R : 24 x/m
o   T : 36,7 oC
-          Diet M2
-          Terapi IVFD RL 20 tts/m

34
R : -          Cek Bilirubin
-          Cek Hb

Muksal     : ini HB nya berapa kak?


Yuli          : hasilnya belum keluar, nanti di ambil ya..
Baik,, itu saja.. ada yang kurang jelas ???
     Muksal     : ya sudah, sudah...
Fajar         : langsung aja kepasiennya.. bawa statusnya
Surya        : (kamar 1-4) siang bapak,, kami mau operan, ini teman saya
  Ratih, Muksal dan ria yang nanti akan merawat bapak sampai jam
  14.00 siang.. dan ada juga Karu di pagi ini pak, ini pak Fajar.
Surya        : baik,, sudah selesai,
Fajar         : mari kita kembali keruangan...
Dan penandatangani hasil operan dinas malam.. selanjutnya.....
Fajar         : operannya sudah selesai, pasti sudah lengkap semua. Nah bagi
yang dinas pagi selamat bertugas. Dan yang shift malam kalau
mau pulang silahkan, dan yang lain menyesuaikan. Dan sebelum
mengakhiri hasil operan ini,, kita berdo’a dulu menurut agama
dan kepercayaan masing-masing, supaya selamat sampai tujuan,
berdo’a dimulai.. berdo’a selesai..
untuk acara selanjutnya, silahkan untuk menyesuaikannya
masing-masing.. terimakasih
assalamualaikum..
Perawat    : Walaikumsalam..
Surya & Yuli : kalau begitu kami pulang dulu ya.. assalamualaikum...
Perawat    : walaikumsalam..
Ratih        : iya, hati-hati dijalan.

B. Analisa Kasus

35
Pada contoh kasus di atas di dalam ruang rawat inap tersebut semua perawat
sudah menerapkan prosedur mulai dari kehadiran dan ketepatan waktu yang
sudah dilakukan dan di awali dengan doa yang dipimpin oleh karu sendiri. Seperti
yang kita baca dialog yang di atas setiap pasien memiliki perawat penanggung
jawab yang akan merawat hingga pasien tersebut bisa pulang. Pada kasus diatas
sudah menerapkan timbang terima dengan menggunakan metode SBAR
Pada timbang terima atau hand over menggunakan metode atau teknis SBAR
meliputi :
S : situasi
Menceritakan
1. Identitas pasien
2. Diagnose medis pasien
3. Masalah keperawatan
4. Data subjektik dan dan data objektifpada pasien hari ini atau
sebelumnya yang belum di laporkan
B : background
Menceritakan
1. menceritakan tentang Riwayat sebelumnya
2. Riwayat medis
3. Menceritakan therapy yang sudah diberikan
4. Menceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostic yang sudah dilakukan
A : assessment
1. Menceritakan hasil anailsa masalah atau kesimpulan
R : rekomendasi
1. Rencana Intervensi mandiri/kolaborasi yang perlu di kerjakan
2. Hal-hal khusus yang menjadi perhatian.
Dengan menggunakan metode SBAR ini timbang terima menjadi lebih mudah dan
efektif dan mudah diterima sehingga jarang terjadi mis komunikasi antara perawat
dalam melakukan timbang terima atau hand over.

36
Sebelum melaporkan timbang terima atau hand over perawat harus :
1. Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
2. Perawat mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan
3. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan
4. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
5. Perawat menyiapkan rencana perawatan harian

C. Kesimpulan Pendapat Analisa Kelompok


Dari kasus yang dijabarkan dan kita lakukan analisa maka dapat
ditarik ke kesimpulan bahwa dengan adanya timbang terima ini, kegiatan
perawat dialam ruangan rawat inap sangat membantu perawat dan staf
sehingga membuat pekerjaan atau perawat, dokter lebih terarah.
Kemudian kegiatan hand over dengan dengan tehnik SBAR sangat mudah dan
terpirinci yang sudah di terapkan pada setiap pelaporan hand over.
Dengan adanya tehnik SBAR pada kegiatan hand over ini maka, dapat
mengurangi kesalahan Tindakan yang di akibatkan oleh komunikasi yang kurang
efektiv dan pemberian informasi yang kurang lengkap dan tidak terarah.
Pada kegiatan hand over ini juga dapat di terapkan antara sesama perawat
maupun perawat dengan dokter. Kegiatan hand over ini bukan hanya bermanfaat
pada staf perawat dan dokter juga pada pasien, dimana dapat menunjang proses
penyembuhan pasien karena perawat melakukan hand over dengan menggunakan
komunikasi teraupetik pasien dapat yakin dan mempercayai kita untuk merawat
karena sebelumnya kita sudah menyampaikan informasi terkait perkembngan, apa
yang dirasakan dan Tindakan berikutnya.

37
Dengan tehnik SBAR sudah sangat jelas data-data yang di berikan dan
disampaikan sehingga prosesnya tidak bertele-tele dan tidak memakan waktu
yang lama sehingga pekerjaan perawat didalam ruangan lebih banyak waktu
merawat pasien dibandingkan dengan pembuatan laporan.
Jika kita tidak dapat berkomunikasi dengan jelas atau penyampaian informasi
yang kurang efektif maka sangant berbahaya dan dapat mengancam jiwa pasien
sehingga sebagai perawat harus selalu teliti dan berhati-hati dalam
mengumpulkan dan meyampaikan informasi agar dapat membawa manfaat bagi
diri kita sendiri maupun orang lain

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang
terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift.
Selain laporan antar shift,dapat disampaikan juga informasi-informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima adalah satu cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (Nursalam, 2002).
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai keadaan
klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.

38
B. SARAN

1. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat kiranya lebih mematuhi


SOP yang ditetapkan, menerapkan kerjasama dengan tim kesehatan dalam
pemberian
2. pelayanan kesehatan, menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien
dan keluarga serta tenaga kesehatan lainnya, peka dalam menyelesaikan
masalah terhadap kejadian tidak diharapkan, mendokumentasikan dengan
benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan
keluarga. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan
tanda tangan PP pagi dan PP sore sebagai dokumentasi keperawatan.

39
DAFTAR PUSTAKA
 Friesen, A. M., et al. (2008). Handsoff: Implications for nurses. Ed: Hughes
R.G. diakses pada 21 desember 2020.
 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/?report=printable
 Kassean HK, Jaggo ZB. Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover — A case study from Mauritius. BMC
 Nursing.  2005  (1)  diakses 21 desember 2020.
www.biomedcentral.com/1472-6955/4/1
 Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
 Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
 Saksono, A. (1991). Perlindungan Tenaga Kerja Wanita, Modul Kursus
Tertulis Bagi Dokter Hiperkes, Pusat Pelayanan Ergonomi, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Depnaker RI, Jakarta
 Suarli S dan Bahtiar Yayan. (2009). Manajemen Keperawatan. Jakarta:
erlangga

Anda mungkin juga menyukai