FORMAT PENGKAJIAN
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. A
Usia : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Alamat : Surabaya, Jl Ahmad Yani No 1
Agama : Islam
Nama Ayah/Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
= Perempuan = Meninggal
= Tinggal serumah
3. Pola Eliminasi
a. Pola Defekasi : Sebelum MRS, klien BAB 1x/hr.
Setelah MRS, klien belum BAB.
b. Pola Eliminasi Urine : Sebelum MRS, klien BAK ±5 x/hr
Sebelum MRS, klien BAK 5-6 x/hr
9. Sexualitas
Klien dapat mengetahui perbedaan anatara laki-laki dan perempuan.
a. Inspeksi :
Ictus cordis (+/-) , tidak ada pelebaran, tidak ada bendungan vena
dinding dada
Pengembangan dada kanan dan kiri : simetris, ada retraksi/tidak
b. Palpasi :
Pengembangan dada : simetri/tidak
Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
Sela iga : retraksi/tidak
c.Perkusi :
Batas atas : Sonor (N= ICS II)
Batas bawah : Sonor (N=ICS V)
Batas Kiri : Sonor (N=ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : Sonor (N=ICS IV Mid Sternalis Dextra)
10. Jantung :
a. Auskultasi :
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (keras/lemah),, (regular,irregular)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), (keras/lemah),, (regular,irregular)
Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur(-)
Keluhan lain terkait dengan jantung : Tidak
11. Paru-paru :
a. Auskultasi :
Tentukan suara dasar dan suara tambahan :
Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breathsound,
metamorphosing breath sound.
Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing
12. Perut :
a. Inspeksi :
Bentuk abdomen (cembung/cekung/datar)
Massa/Benjolan (-)
Simetris(+)
b. Palpasi :,
Pembesaran : (-)
Hepar : Nyeri tekan (-)
Perabaan (keras/lunak)
Appendik : Nyeri tekan (-)
Ginjal : Nyeri tekan (-)
c. Perkusi : Normal akan terdengar suara timpani.
X. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
a. Berat Badan Lahir : 3000 gr
Berat Badan Saat Ini : 26 kg
b. Pertumbuhan gigi
1) Usia saat gigi tumbuh : ± 7-8 bulan
2) Jumlah : 1
3) Masalah dengan pertumbuhan gigi : Tidak ada masalah
c. Usia saat mulai menegakkan kepala : ±6 bulan
Duduk : ±4 bulan
Berjalan : ±9 bulan
Kata – kata pertama : klien dapat mengucapkan kata “mama”
d. Perkembangan sekolah : Tidak ada masalah, sekolah klien lancer.
e. Interaksi dengan peers dan orang dewasa : Klien berinteraksi baik dengan
keluarga dan social.
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi : Klien senang bermain sepak bola
dan mengikuti grup sepak bola di lingkungan rumahnya.
Tanda Minor :
- Pola nafas
berubah =
25x/menit
- Proses
berpikir
terganggu
- Menarik diri
Gangguan Pola
Tidur
XII. DAFTAR MASALAH / PRIORITAS MASALAH
XIV. IMPLEMENTASI
N TGL NO.D IMPLEMENTASI RESPON TAND
O X PASIEN A
TANG
AN
1 14- 1 1. Mengidentifikasi 1. Respon :
Desembe penyebab Klien
r-2020 hipertermia (mis. hipertermi
Dehidrasi, a karena
terpapar terpapar
lingkungan panas, oleh virus
penggunaan Dengue,
inkubator)
dari
2. Memonitor suhu
gigitan
tubuh
3. Memonitor nyamuk
komplikasi akibat aedes
hipertermia aegepty
4. Menyediakan 2. Respon :
lingkungan yang suhu tubuh
dingin 39,10 C
5. Melonggarkan 3. Respon :
atau lepaskan Klien
pakaian kooperatif,
6. Memberikan tidak ada
cairan oral kejang, dan
Respon : Klien komplikasi
minum air putih 1 lainnya
gelas 4. Respon :
7. Mengganti linen ruangan klien
setiap hari atau
terdapat AC
lebih sering jika
dengan suhu
mengalami
hiperhidrosi 240 C
(keringat 5. Respon :
berlebih) Klien
8. Melakukan kooperatif
pendinginan 6. Respon :
eksternal (mis. Klien minum
Selimut air putih 1
hipotermia atau gelas
kompres dingin 7. Respon :
pada dahi, leher, Klien minum
dada, abdomen, air putih 1
aksila) gelas
9. Menghindari 8. Respon :
pemberian
Klien
antipiretik atau
kooperatif,
aspirin diberikan
10. Menganjurkan kompres
tirah baring basah dengan
Respon : Klien Tepid
tidur di tempat Sponge
tidur 9. Respon :
11. Berkolaborasi klien tidak
pemberian cairan mendapatka
dan elektrolit n resep obat
intravena antipiretik
Respon :
atau aspirin
memberikan cairan 10. Respon :
infus RL 20 tpm Klien tidur di
tempat tidur
11. Respon :
memberika
n cairan
infus RL 20
tpm
11. Respon :
klien
mendapatkan
Injeksi
Antrain
2x250 g
Injeksi
Ranitidin
2x25 mg
15 2 1. Identifikasi lokasi, 1. Respo
Desembe karakteristik, durasi, n:
r 2020 frekuensi, kualitas, P : Infeksi
intensitas nyeri Virus
2. Mengidentifikasi Dengue
respons nyeri non Q : Seperti
verbal tertimpa
3. Memberikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi beban berat
rasa nyeri(misal R : Seluruh
TENS, hipnosisi, badan
akupresur, terapi S : Skala
musik, biofeedback nyeri 4
terapi pijat, T : Hilang
aromaterapi, teknik timbul
imajinasi 2. Respon :
terbimbing, kompres Klien
hangat/dingin,terapi tampak
bermain) meringis.
4. Memfasilitasi 3. Respon :
istirahat dan tidur klien
5. Kolaborasi
kooperatif.
pemberian analgetik,
perawat
jika perlu
memberikan
kompres
dingin dan
melatih
terapi nafas
dalam
4. Respon :
Klien
kooperatif
5. Respon :
klien
mendapatka
n Injeksi
Antrain
2x500 g
Injeksi
Ranitidin
2x50 mg
XV. EVALUASI
P : Lanjutkan Intervensi no
1,3,6,8,11
P :Lanjutkan Intervensi no
1,3,6,8,11
3 16 1 S : Klien mengatakan badannya
Desember sudah tidak panas
2020
O : Keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- Suhu tubuh 370 C
- Sudah dilakukan kompres
hangat
- Cairan infus RL sudah
masuk dan tetesan lancar 20
tpm
A : Masalah teratasi
2 P : Pertahankan Intervensi
P : Pertahankan Intervensi
A. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan berikut ini akan dijelaskan adanya kesesuaian
intervensi utama yang dilakukan pada Sdr. A dengan kasus DHF (Dengue
Hemorrhagic Fever) dengan masalah keperawatan hipertermi dan nyeri
akut berdasarkan jurnal-jurnal penelitian. Pada asuhan keperawatan yang
dilakukan pada Sdr. A intervensi utama yang digunakan untuk masalah
keperawatan hipertermi yaitu kompres basah atau Tepid Water Sponge.
Pada prinsipnya pemberian tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh
melalui proses penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi darah,
sehingga darah akan mengalir dari organ dalam kepermukaan tubuh
dengan membawa panas. Kulit memiliki banyak pembuluh darah,
terutama tangan, kaki, dan telinga.Aliran darah melalui kulit dapat
mencapai 30% dari darah yang dipompakan jantung.Kemudian panas
berpindah dari darah melaui dinding pembuluh darah kepermukaan kulit
dan hilang kelingkungan sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Potter &
Perry, 2010).
Hipertermi, intervensi Tepid Water Sponge
Intervensi Tepid Water Sponge ini terbukti dapat mengatasi
hipertermi karena dapat menurunkan suhu tubuh klien yang mengalami
demam. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emy
Mulyani dan Nur Eni Lestari pada tahun 2020 dengan judul Efektifitas
Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Paa Anak Dengan
Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus. TWS diberikan 20-30
menit setelah diberikan antipiretik. Evaluasi efek TWS terhadap masalah
keperawatan hipertemia pada anak dilakukan setelah dilakukan tindakan
tepid water sponge pada 20 – 30 menit setelah pemberian antpiretik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan TWS (tepid water
sponge) dapat mempengaruhi penurunan suhu tubuh, hal ini mampu
mengatasi masalah hipertermia pada penderita DHF.
Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Arie Kusumo
Dewi pada tahun 2016 tentang Pebedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara
Pemberian Kompres Air Hangat dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak
Demam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian
tepid sponge bath lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak
dengan demam dibandingkan dengan kompres air hangat.
Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Aryanti Wardiyah,
Setiawati, dan Dwi Setiawan pada tahun 2016 tentang Perbandingan
Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat dan tepid
sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam
diruang Alamanda. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan
penurunan suhu tubuh antara kompres hangat dengan mean 0,5 °C dan
tepid sponge dengan mean 0,8°C (p value ˂ α, 0,003 ˂ 0,05). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan tepid sponge lebih
efektif daripada pemberian tindakan kompres hangat.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan Tepid Water Sponge merupakan
salah satu intervensi atau implementasi yang efektif untuk mengatasi
hipertermia pada penderita DHF.
Hipertermi, Intervensi Kompres Hangat
Kompres yang lazim digunakan untuk membantu menurunkan
suhu tubuh anak yang mengalami demam adalah kompres hangat. Sebab
dengan suhu di luar terasa hangat maka tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu di luar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur
suhu tubuh lagi. Disamping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.(dr. Sinarty Hartanto,2013).
Asuhan keperawatan penurunan suhu tubuh pada anak dengan DHF adalah
pemberian kompres hangat, dengan rasional vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Syamilatul
Khariroh, Dede Satia S, Apit Komar tahun 2013 tentang Efektivitas
Pemberian Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Dalam Membantu
Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan Dhf, Rata-rata suhu tubuh
pasien sebelum dilakukan kompres hangat adalah 38,710C, sedangkan
rata-rata suhu tubuh pasien sesudah dilakukan kompres hangat adalah
36,630C. Untuk suhu tubuh pasien sebelum dilakukan kompres dingin
adalah 38,160C, sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien sesudah dilakukan
kompres dingin adalah 37,290C. ). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemberian kompres hangat lebih efektif dari pada kompres dingin
Selain Itu Penelitian Nova Ari Pangesti Bayu Seto Rindi Atmojo
Kiki A Yang Berjudul Penerapan Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Hipertermia Pada Anak Yang Mengalami Kejang Demam Sederhana, di
dapatkan hasil bahwa perbandingan implementasi antara partisipan I (An.
A) yang dilakukan kompres hangat dengan partisipan II (An. H) yang
tidak dilakukan kompres hangat adalah bahwa suhu tubuh cepat turun jika
dilakukan pemberian kompres hangat ditambah dengan obat antipiretik
daripada tidak diberikan kompres hangat. Didapatkan hasil pada An.A
suhu tubuh awal 38.2°C setelah dilakukan kompres hangat ditambah
dengan obat antipiretik selama tiga hari menjadi 36.3°C, telah terjadi
penurunan
±1.9°C. sedangkan pada An. H yang tidak dilakukan kompres hangat
tetapi hanya dengan obat antipiretik suhu awal 38.5°C selama tiga hari
menjadi 37.0°C, telah terjadi penurunan ±1.5°C.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan kompres hangat merupakan salah
satu intervensi atau implementasi yang efektif untuk mengatasi
hipertermia pada penderita DHF.