Anda di halaman 1dari 36

KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA

FORMAT PENGKAJIAN

Nama Mahasiwa : Ike Kamilatul Izah


Tempat Praktek : Ruang Anak
Tanggal Praktek : 14 Desember 2020

I. IDENTITAS DATA
Nama : An. A
Usia : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Alamat : Surabaya, Jl Ahmad Yani No 1
Agama : Islam
Nama Ayah/Ibu : Ny. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMP
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia

II. KELUHAN UTAMA


Badan Panas
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Untuk mengingat lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama:
1. Munculnya keluhan
a. Tanggal munculnya keluhan : 12 Desember 2020
b. Waktu munculnya keluhan : Bertahap
c. Presipitasi atau prediposisi factor : lingkungan
2. Karakteristik
a. Karakter : terdapat bitnik-bintik merah di kulit
b. Lokasi dan radiasi : seluruh badan pasien terasa pegal-pegal
c. Intensitas : sering
d. Timing : terus-menerus
e. Gejala-gejala lain yang berhnungan : pusing terus menerus
3. Masalah sejak muncul keluhan
a. Insiden
klien datang ke RS dengan diantar oleh keluarga pada tanggal 13
desember dengan keluhan badan panas, sejak 2 hari yang lalu panas tidak
kunjung sembuh, klien sudah minum parasetamol yang sudah di beli di
apotik namun tidak kunjung sembuh, panasnya naik turun dan kepala
terasa pusing, lemas, terasa pegal-pegal seluruh tubuh, sebelum dibawa ke
RS klien merasa mual sehingga nafsu makannya menurun, sehari hanya
makan 2 kali hanya habis ¼ porsi, klien tampak semakin lemas sehingga
ibunya membawa klien ke RS untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
IV. RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Prenatal : Saat hamil, ibu hanya merasa mual dan muntah pada trimester 1,
melakukan pemeriksaan kehamilan rutin di bidan)
2. Natal : Ibu melahirkan secara normal, pada usia kehamilan 39-40 mgg, ibu
melahirkan di bidan.
3. Pasca persalinan : Bayi lahir sehat, tidak ada kelainan dengan BB 3000 kg,
TB 50,8 cm.
4. Penyakit waktu kecil : Anak tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya,
hanya sakit batuk pilek/demam.
5. Pernah dirawat di RS : Anak tidak pernah di rawat di RS.
6. Obat-obatan yang digunakan : Anak hanya pernah mengkonsumsi obat-obatan
yang dibeli di apotik untuk meredakan batuk pilek/demam.
7. Alergi : Anak tidak meiliki alergi pada makanan ataupun obat-obatan.
8. Kecelakaan : Anak pernah terjatuh saat sedag belajar bersepeda, dan hanya
mengalami luca lecet pada lutut kanan.
9. Imunisasi: dirinci imunisasi apa saja yang poernah didapat, usia pada waktu
kejadian dan reaksi imunisasi
a. Imunisasi HB : 0 hari
b. Imunisasi Polio : 1, 2, 3 bulan
c. Imunisasi BCG : 2 bulan
d. Imunisasi DPT : 6 minggu
e. Imunisasi Campak : 9 bulan

V. RIWAYAT KELUARGA (Disertai genogram)


Keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular.
a. Genogram
Keterangan : = Laki-laki = Klien/Pasien

= Perempuan = Meninggal

= Tinggal serumah

VI. RIWAYAT SOSIAL


Klien sehari-hari tingal dan diasuh oleh orang tua. Klien anak yang
periang dan mudah bergaul dengan lingkungan sosialnya, seprti bermain
bersama teman-teman di sekolah maupun dilingkungan rumah klien.

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis : DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Obat-obatan : Paracetamol tablet 3x250 mg
4. Tindakan keperawatan : - Infus RL 24 tpm,
- Injeksi Antrain 2x250 mg,
- Injeksi Ranitidin 2x25 mg
5. Hasil laboratorium :
Nama Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 12,6 g/dL 13,2 – 17,3
Jumlah Eritrosit 4,72 10^6/uL 4,40 – 5,90
Hematokrit 53,0 % 40,0 – 52,0
Jumlah Leukosit 5.700 /uL 4.400 – 11.300
MCV 80,9 fL 80,0 – 100
MCH 30 pg 28,0 – 34,0
MCHC 34,3 g/L 32,0 – 36,0
RDW-CV 13,7 % 11,5 – 14,5
Neutrofil 71,1 % 50,0 – 70,0
Limfosit 20,9 % 25,0 – 40,0
Monosit 8,0 % 2,0 – 8,0
Jumlah Trombosit 138.000 /uL 150.000 – 440.000
VIII. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1 Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Anak lahir normal, tidak ada kelainan dengan BB 3000 gr, TB 50,8
cm. anak mendapatkan imunisasi lengkap, anak tidak memiliki riwayat
penyakit sebelumnya, hanya sakit batuk pilek/demam. anak tidak pernah
di rawat di RS, anak hanya pernah mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli
di apotik untuk meredakan batuk pilek/demam. anak tidak meiliki alergi
pada makanan ataupun obat-obatan, anak pernah terjatuh saat sedang
belajar bersepeda, dan hanya mengalami luca lecet pada lutut kanan.

2. Nutrisi - pola metabolik


a. Sebelum MRS, anak makan 3x/hari dengan porsi sedang. Setelah
MRS, anak makan 2x/hari dengan porsi ¼.
b. Berat Badan Lahir : 3000 gr
Berat Badan Saat Ini : 26 kg
c. Masalah kulit : Terdapat bintk-bintik merah ditubuh klien.

3. Pola Eliminasi
a. Pola Defekasi : Sebelum MRS, klien BAB 1x/hr.
Setelah MRS, klien belum BAB.
b. Pola Eliminasi Urine : Sebelum MRS, klien BAK ±5 x/hr
Sebelum MRS, klien BAK 5-6 x/hr

4. Aktivitas – Pola latihan


a. Rutin mandi : Sebelum MRS, klien mandi 2 x/hr
Setelah MRS, klien hanya di seka oleh ibunya.
b. Aktivitas sehari – hari :
Sebelum MRS, klien menghabiskan waktunya dengan bermain bersama
teman-teman dan belajar. Setelah MRS, klien bedrest.
c. Kemampuan kemandirian anak :
Sebelum masuk MRS, klien memnuhi kebutuhan dengan mandiri.
Setelah MRS, klien dibantu ibu untuk memnuhi kebutuhannya.

5. Pola istirahat – tidur


Sebelum MRS, klien tidur malam ±8jam, dan tidur siang ±2jam.
Setelah MRS, istirahat klien tidak teratur, karena sering terbangun saat
malam hari.

6. Pola kognitif – persepsi


Klien dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang
diberikan, klien dapat menyebutkan nama, umur, alama dan hobbi dengan
benar, intonasi kien saat berbicara terdengan cukup jelas dan dapat
dimengerti.
7. Persepsi diri – pola konsep diri
Klien merasa tidak kesepian dalam hidupnya, karena klien dekat
dengan keluarga dan memiliki teman-teman yang dekat dengannya.

8. Pola peran – hubungan


a. Stuktur keluarga : Anak tidak memiliki masalah dengan keluarga
b. Masalah / stressor anggota keluarga dengan anak : Tidak ada masalah
c. Interaksi antara anggota keluarga dengan anak : Tidak ada masalah
d. Respon anak terhadap perpisahan : Klien telah mengerti arti kehilangan
e. Anak : anak dapat melakukan aktivitasnya dengan mandiri
f. Anak : anak dapat bermain dengan teman-temannya

9. Sexualitas
Klien dapat mengetahui perbedaan anatara laki-laki dan perempuan.

10. Koping – pola toleransi stress


Klien biasanya merasa stress dan merasa Lelah disaat banyak tugas
sekolah. Disaat seperti itu, orang tua selalu memberikan pejelasan dan
membantu klien untuk menyelesaikan masalah.

11. Pola nilai keyakinan


Klien merasa ingin cepat sembuh dari sakitnya saat ini, dan bisa
kembali bersekolah dan bermain Bersama teman-temannya.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Lemas
2. Tanda – tanda : Klien tampak lemas dan murung di tempat tidur
3. TB/BB : 128 cm / 26 kg
4. Lingkar kepala : 46 cm
5. Mata : Normal, konjungtiva berwarna putih, pupil mengecil saat
diberi rangsangan cahaya. Klien tidak buta warna.
6. Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret.
7. Mulut : Kebersihan mulut baik, lembap, tidak ada luka pada sudut
bibir.
8. Telinga : Simetris, kebersihan telinga baik, tidak ada sekresi.
9. Dada :

a. Inspeksi :
Ictus cordis (+/-) , tidak ada pelebaran, tidak ada bendungan vena
dinding dada
Pengembangan dada kanan dan kiri : simetris, ada retraksi/tidak
b. Palpasi :
Pengembangan dada : simetri/tidak
Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
Sela iga : retraksi/tidak

c.Perkusi :
Batas atas : Sonor (N= ICS II)
Batas bawah : Sonor (N=ICS V)
Batas Kiri : Sonor (N=ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : Sonor (N=ICS IV Mid Sternalis Dextra)

d. Auskultasi : Suara tambahan tidak ada ronki, krepitasi, friksi pleura,


wheezing

10. Jantung :

a. Auskultasi :
BJ I terdengar (tunggal/ganda), (keras/lemah),, (regular,irregular)
BJ II terdengar (tunggal/ganda), (keras/lemah),, (regular,irregular)
Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur(-)
Keluhan lain terkait dengan jantung : Tidak

11. Paru-paru :

a. Auskultasi :
Tentukan suara dasar dan suara tambahan :
Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breathsound,
metamorphosing breath sound.
Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing

12. Perut :
a. Inspeksi :
Bentuk abdomen (cembung/cekung/datar)
Massa/Benjolan (-)
Simetris(+)

b. Palpasi :,
Pembesaran : (-)
Hepar : Nyeri tekan (-)
Perabaan (keras/lunak)
Appendik : Nyeri tekan (-)
Ginjal : Nyeri tekan (-)
c. Perkusi : Normal akan terdengar suara timpani.

d. Auskultasi : Frekuensi peristaltic usus 28x/menit (N=5-35x/menit)


13. Punggung : tidak ada lesi
14. Genetalia :
a. Inspeksi :
Rambut pubis (bersih / tidak bersih ), lesi (- ), benjolan (- )
Lubang uretra : penyumbatan (- ), Hipospadia (- ), Epispadia ( - )
b. Palpasi
Penis : nyeri tekan (- ), benjolan (-)
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Hidrochele (- ), Scrotal Hernia (- ), Spermatochele (- ) Epididimal
Mass / Nodulary ( - ) Epididimitis (- ), Torsi pada saluran sperma (- ),
Tumor testiscular (- )
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia ( - ), femoral hernia (- ), pembengkakan (- )
15. Extremitas : Tidak kelainan bawaan
16. Kulit :
a.Inspeksi
Adakah lesi (-), Jaringan parut (- ), Warna Kulit sawo matang, tidak
ada luka bakar,adanya bitnik bitnik merah
b. Palpasi
Ekstremitas atas : uji torniquet positif (terdapat bintik-bintik
merah pada permukaan kulit), akral teraba hangat, merah,
kering, CRT < 2 detik, tidak ada edema, terpasang infus di
ekstremitas atas sinistra
Ekstremitas bawah : Atas : akral teraba hangat, merah, kering,
CRT < 2 detik, tidak ada edema, tidak ada bekas luka.
Tonus otot
4 4
4 4

X. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
a. Berat Badan Lahir : 3000 gr
Berat Badan Saat Ini : 26 kg
b. Pertumbuhan gigi
1) Usia saat gigi tumbuh : ± 7-8 bulan
2) Jumlah : 1
3) Masalah dengan pertumbuhan gigi : Tidak ada masalah
c. Usia saat mulai menegakkan kepala : ±6 bulan
Duduk : ±4 bulan
Berjalan : ±9 bulan
Kata – kata pertama : klien dapat mengucapkan kata “mama”
d. Perkembangan sekolah : Tidak ada masalah, sekolah klien lancer.
e. Interaksi dengan peers dan orang dewasa : Klien berinteraksi baik dengan
keluarga dan social.
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi : Klien senang bermain sepak bola
dan mengikuti grup sepak bola di lingkungan rumahnya.

XI. ANALISIS DATA

NO DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB
1. Ds : klien Nyamuk mengandung Hipertermia
mengatakan virus Dengue
badannya panas
sejak 4 hari yang Menggigit manusia
lalu
Do : Virus masuk aliran darah
Tanda Mayor :
- Suhu tubuh Viremia
diatas nilai
normal = 39,10 Masuk ke pembuluh
C darah otak melalui aliran
darah sehingga
Tanda Minor : mempengaruhi
- Kulit terasa hipotalamus
hangat
- Kulit merah Suhu tubuh meningkat
- Takipnea,
pernafasan = Hipertermia
25 x/menit
- Uji torniquet
(+), terdapat
bintik-bintik
merah pada
permukaan
kulit

NO DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB
2. Ds : Klien Peningkatan Nyeri Akut
mengatakan terasa permeabilitas dinding
pegel-pegel pembuluh darah
seluruh badan
(nyeri otot) Kebocoran Plasma
P : Infeksi Virus
Dengue Peningkatan Hematokrit
Q : Seperti
tertimpa beban Viskositas dan aliran
berat darah meningkat
R : Seluruh badan
S : Skala nyeri 5 Suplai O2 menurun
T : Terus menerus
Penumpukan asam laktat
Do : di sel otot
Tanda Mayor :
- Klien tampak Nyeri otot dan punggung
meringis
- Klien gelisah Nyeri Akut
- Klien sulit
tidur

Tanda Minor :
- Pola nafas
berubah =
25x/menit
- Proses
berpikir
terganggu
- Menarik diri

NO DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB
3. DS : Klien Peningkatan Gangguan Pola Tidur
mengatakan susah permeabilitas dinding
tidur, dan sering pembuluh darah
terbangun pada
malam hari. Kebocoran Plasma
DO:
- Klien tampak Peningkatan Hematokrit
lemas
- Klien tampak Viskositas dan aliran
gelisah dan darah meningkat
rewel
Suplai O2 menurun

Penumpukan asam laktat


di sel otot

Nyeri otot dan punggung

Gangguan Pola
Tidur
XII. DAFTAR MASALAH / PRIORITAS MASALAH

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL DITEMUKAN


1. Hipertermia berhubungan dengan 14 Desember 2020
infeksi virus ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal, kulit
merah, takipnea, kulit terasa
hangat.

2. Nyeri akut berhubungan dengan 14 Desember 2020


gangguan metabolisme pembuluh
darah perifer ditandai dengan
terjadi peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah, tampak
meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat

3. Gangguan pola tidur berhubungan


dengan nyeri ditandai dengan klien 14 Desember 2020
mengeluh sering terjaga saat tidur.

XIII. RENCANA KEPERAWATAN

N TGL NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O .
DX
1 14/12/202 1 Setelah Manajemen 1. Untuk
0 dilakukan Hipertermia mengetahui
tindakan (I.15506) pemicu
terjadinya
keperawatan Observasi
peningkatan
3x24 jam 1. Identifikasi suhu tubuh
diharapkan penyebab 2. Untuk
termoregulasi hipertermia mengetahui
(mis. kondisi klien
membaik
Dehidrasi, supaya
dengan kriteria terpapar
hasil: perawat bisa
lingkungan menentukan
1. Menggigil panas, intervensi
menurun penggunaan selanjutnya
2. Kulit merah inkubator) 3. Untuk
menurun 2. Monitor suhu mengetahui
3. Kejang tubuh efek dari
3. Monitor hipertermia
menurun
komplikasi dan
4. Akrosianosi akibat mencegah
s menurun hipertermia terjadinya
5. Vasokonstri Terapeutik komplikasi
ksi perifer 4. Sediakan yang lebih
menurun lingkungan parah
6. Pucat yang dingin 4. Lingkungan
5. Longgarkan yang dingin
menurun
atau lepaskan dapat
7. Takikardi membantu
pakaian
menurun 6. Berikan cairan menurunkan
8. Takipnea oral suhu tubuh
menurun 7. Ganti linen 5. Melonggarka
9. Bradikardi setiap hari n pakaian
menurun atau lebih atau
sering jika memakai
10. Dasar kuku
mengalami pakaian yang
sianotik tipis dapat
hiperhidrosi
menurun (keringat mempermud
11. Hipoksia berlebih) ah evaporasi
menurun 8. Lakukan atau panas
pendinginan keluar,
eksternal (mis. sehingga
Selimut suhu tubuh
hipotermia bisa menurun
atau kompres 6. Cairan oral
dingin pada dapat
dahi, leher, membantu
dada, kestabilan
abdomen, suhu tubuh
aksila) dan
9. Hindari mencegah
pemberian terjadinya
antipiretik kekurangan
atau aspirin cairan/dehidr
10. Berikan asi
oksigen jika 7. Mengganti
perlu linen yang
Edukasi bersih akan
11. Anjurkan membuat
tirah klien merasa
baring nyaman dan
Kolaborasi menjaga
Kolaborasi kebersihan
pemberian cairan lingkungan
dan elektrolit klien
intravena, jika perlu 8. Melakukan
tindakan
pendinginan
eksternal
mampu
membantu
menurunkan
suhu tubuh
klien
9. Pemberian
antipiretik
atau aspirin
yang
berlebihan
pada kasus
DHF akan
memicu
terjadinya
perdarahan
10. Oksigen
diberikan
agar aliran
darah lancar
sampai pada
daerah
perifer
tersuplai oleh
oksigen.
11. Tirah baring
untuk
mengurangi
metabolisme
tubuh yang
berlebihan
yang dapat
menyebabka
n tubuh klien
semakin
lemas
12. Sebagai
terapi cairan
untuk
menjaga
kestabilan
cairan dan
elektrolit dan
menurunkan
suhu tubuh
2 14/12/202 2 Setelah Manajemen 1. Untuk
0 dilakukan Nyeri (I.08238) mengetahui
tindakan Observasi sensasi nyeri
yang
keperawatan 1. Identifikasi
dirasakan
3x24 jam lokasi,
oleh klien
diharapkan karakteristik,
diantaranya
durasi,
tingkat nyeri lokasi,
frekuensi,
menurun karakteristik,
kualitas,
dengan durasi,
intensitas
kriteria hasil : frekuensi,
nyeri
kualitas,
1. Keluhan 2. Identifikasi
intensitas
nyeri skala nyeri
nyeri
menurun 3. Identifikasi
2. Utuk
respons nyeri
2. Meringis mengetahui
non verbal
menurun skala nyeri
4. Identifikasi
3. Sikap yang
faktor yang
protektif dirasakan
memperberat
klien dan
menurun dan
digunakan
4. Gelisah memperingan
untuk
menurun nyeri
evaluasi
5. Monitor efek
5. Diaforesis nyeri
samping
menurun 3. Respons
penggunaan
6. Tanda-tanda nyeri non
analgetik
vital verbal
Terapeutik
sebagai tanda
membaik 1. Berikan teknik minor bahwa
nonfarmakolo klien
gis untuk merasakan
mengurangi sensasi nyeri
rasa 4. Untuk
nyeri(misal mencegah
TENS, terjadinya
hipnosisi, nyeri yang
akupresur, lebih hebat
terapi musik, 5. Untuk
biofeedback, mengantisipa
terapi pijat, si terjadinya
aromaterapi, komplikasi
teknik nyeri akibat
imajinasi efek samping
terbimbing, penggunaan
kompres analgetik
hangat/dingin, 6. Terapi
terapi nonfarmakol
bermain) ogis
2. Kontrol dilakukan
lingkungan bertujuan
yang untuk
memperberat memberikan
rasa nyeri efek yang
(mis. Suhu baik bagi
ruangan, tubuh seperti
pencahayaan, merileksasik
kebisingan) an
3. Fasilitasi ketegangan
istirahat dan otot dan
tidur dapat
Edukasi mengurangi
1.Jelaskan rasa nyeri.
penyebab, 7. Mengontrol
periode, dan lingkungan
pemicu nyeri untuk
2.Ajarkan teknik menvegah
nonfarmokologis terjadinya
untuk mengurangi nyeri yang
rasa nyeri berkelanjutan
Kolaborasi 8. Istirahat dan
Kolaborasi tidur
bermanfaat
pemberian
untuk
analgetik, jika merilekskan
perlu seluruh
tubuh
sehingga
nyeri
berkurang
9. Supaya klien
mampu
memahami
konsep nyeri
yang
dirasakan
oleh dirinya
10. Bermanfaat
untuk
mengurangi
penggunaan
obat-obatan
sehingga
perawat
mengajarkan
teknik
nonfarmakol
ogis untuk
mengurangi
rasa nyeri
11. Pemberian
analgetik
merupakan
terapi
farmakologi
yang
digunakan
untuk
mengurangi
rasa nyeri.
3 14/12/202 3 Setelah Dukungan Tidur 1. Untuk
0 dilakukan (I.05174) mengetahui
tindakan Observasi tingkat
keperawatan 1. Identifikasi
istirahat dan
diharapkan pola aktifitas
pola tidur dapat tidur klien
dan tidur
terpenuhi 2. Untuk
2. Identifikasi
dengan kriteria mengetahui
hasil : factor
penyebab
1. Keluhan pengganggu
gangguan
sulit tidur tidur (fisik dan
pola tidur
menurun atau psikologis)
klien
2. Memiliki 3. Identifikasi
3. Untuk
istirahat makanan dan
mengetahui
tidur yang minuman yang
factor
cukup mengganggu
penyebab
tidur (missal,
gangguan
kopi, the
pola tidur
alcohol, makan
klien
mendekati
terhadap
waktu tidur,
makan dan
minum banyak
minuman
air sebelum
yang
tidur)
dikonsumsi
4. Identifikasi
klien
obat tidur yang
4. Unuk
dikonsumsi
mengetahui
Terapeutik
obat apa saja
1. Modifikasi
yang
lingkungan
dikonsumsi
(missal, oleh klien
pencahayaan, 5. Untuk
kebisingan, memberikan
suhu, matras, kenyamanan
dan tempat pada klien
tidur) batasi agar dapat
waktu tidur memperbaiki
siang, jika kebutuhan
perlu tidur klien
2. Fasilitasi 6. Untuk
menghilangka memberikan
n stress kenyamanan
sebelum tidur kepada klien
3. Tetapkan sebelum
jadwal tidur tidur agar
rutin klien merasa
4. Lakukan lebih rileks
prosedur 7. Untuk
untuk mengontrol
meningkatkan kebutuhan
kenyamanan tidur klien
(missal, pijat, agar
pengaturan terpenuhi
posisi, terapi dengan baik
acupressure) 8. Untuk
5. Sesuaikan memberikan
jadwal kenyaman
pemberian pada klien
obat dan atau 9. Untuk
tindakan menunjang
6. Edukasi siklus tidur
1. Jelaskan terjaga
pentingnya 10. Untuk
tidur cukup memberikan
selama tidur pengetahuan
2. Anjurkan pentingnya
menepati kebutuhan
kebiasaan tidur yang
waktu tidur cukup
3. Anjurkan 11. Untuk
menghindari melatih
makanan atau ketepatan
minuman yang waktu tidur
mengganggu klien
tidur 12. Agar klien
4. Anjurkan mengetahui
penggunaan makanan dan
obat tidur minuman apa
yang tidak yang dapat
mengandung mengganggu
supresor kebutuhan
terhadap tidur tidur klien
REM 13. Agar klien
5. Ajarkan mengetahui
faktor-faktor obat mana
yang saja yang
berkontribusi harus
terhadap dikonsumsi
gangguan pola untuk
tidur (missal, membantu
psikologis, klien dalam
gaya hidup, memenuhi
sering kebutuhan
merubah shift tidur yang
bekerja cukup
6. Ajarkan 14. Untuk
relaksasi otot melatih klien
autogenic atau dalam
cara memperbaiki
nonfarmakolo pola hidup
gi lainnya. yang
mempengaru
hi kualitas
tidur klien
15. Untuk
melatih klien
agar lebih
nyaman
dalam
mendapatkan
kualitas tidur
klien.

XIV. IMPLEMENTASI
N TGL NO.D IMPLEMENTASI RESPON TAND
O X PASIEN A
TANG
AN
1 14- 1 1. Mengidentifikasi 1. Respon :
Desembe penyebab Klien
r-2020 hipertermia (mis. hipertermi
Dehidrasi, a karena
terpapar terpapar
lingkungan panas, oleh virus
penggunaan Dengue,
inkubator)
dari
2. Memonitor suhu
gigitan
tubuh
3. Memonitor nyamuk
komplikasi akibat aedes
hipertermia aegepty
4. Menyediakan 2. Respon :
lingkungan yang suhu tubuh
dingin 39,10 C
5. Melonggarkan 3. Respon :
atau lepaskan Klien
pakaian kooperatif,
6. Memberikan tidak ada
cairan oral kejang, dan
Respon : Klien komplikasi
minum air putih 1 lainnya
gelas 4. Respon :
7. Mengganti linen ruangan klien
setiap hari atau
terdapat AC
lebih sering jika
dengan suhu
mengalami
hiperhidrosi 240 C
(keringat 5. Respon :
berlebih) Klien
8. Melakukan kooperatif
pendinginan 6. Respon :
eksternal (mis. Klien minum
Selimut air putih 1
hipotermia atau gelas
kompres dingin 7. Respon :
pada dahi, leher, Klien minum
dada, abdomen, air putih 1
aksila) gelas
9. Menghindari 8. Respon :
pemberian
Klien
antipiretik atau
kooperatif,
aspirin diberikan
10. Menganjurkan kompres
tirah baring basah dengan
Respon : Klien Tepid
tidur di tempat Sponge
tidur 9. Respon :
11. Berkolaborasi klien tidak
pemberian cairan mendapatka
dan elektrolit n resep obat
intravena antipiretik
Respon :
atau aspirin
memberikan cairan 10. Respon :
infus RL 20 tpm Klien tidur di
tempat tidur
11. Respon :
memberika
n cairan
infus RL 20
tpm

2 15 1 1. Memonitor suhu 1. Respon :


Desembe tubuh suhu tubuh
r 2020 2. Memonitor 380 C
komplikasi akibat 2. Respon :
hipertermia Klien
3. Menyediakan kooperatif,
lingkungan yang tidak ada
dingin
kejang, dan
4. Memberikan
komplikasi
cairan oral
5. Melakukan lainnya
3. Respon :
pendinginan ruangan
eksternal (mis. klien
Selimut terdapat AC
hipotermia atau dengan
kompres dingin suhu 240 C
pada dahi, leher, 4. Respon :
dada, abdomen, Klien minum
aksila)
air putih 1
6. Menganjurkan
gelas
tirah baring
7. Kolaborasi 5. Respon :
pemberian cairan Klien
dan elektrolit kooperatif,
intravena, jika diberikan
perlu kompres
basah Tepid
Sponge
6. Respon :
Klien tidur di
tempat tidur
7. Respon :
memberikan
cairan infus
RL 20 tpm

3 16 1 1. Memonitor suhu 1. Respon :


Desembe tubuh suhu tubuh
r 2020 2. Memonitor 37,90 C
komplikasi akibat 2. Respon :
hipertermia Klien
3. Menyediakan kooperatif,
lingkungan yang tidak ada
dingin
kejang, dan
4. Memberikan
komplikasi
cairan oral
5. Melakukan lainnya
pendinginan 3. Respon :
eksternal (mis. ruangan
Selimut klien
hipotermia atau terdapat AC
kompres dingin dengan
pada dahi, leher, suhu 240 C
dada, abdomen, 4. Respon :
aksila) Klien minum
6. Menganjurkan air putih 1
tirah baring
7. Kolaborasi gelas
pemberian cairan 5. Respon :
dan elektrolit Klien
intravena, jika kooperatif,
perlu diberikan
kompres
basah Tepid
Sponge
6. Respon :
Klien tidur di
tempat tidur
7. Respon :
memberikan
cairan infus
RL 20 tpm

N TGL NO.D IMPLEMENTASI RESPON TAND


O X PASIEN A
TANG
AN
1 14- 2 Observasi 1. Respon
Desembe 1. Identifikasi lokasi, :
r-2020 karakteristik, durasi, P: Infeksi
frekuensi, kualitas, Virus
intensitas nyeri Dengue
2. Identifikasi skala nyeri Q : Seperti
3. Identifikasi respons tertimpa
nyeri non verbal beban berat
4. Identifikasi faktor yang R : Seluruh
memperberat dan
badan
memperingan nyeri
S : Skala
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik nyeri 5
Terapeutik T : Terus
1. Berikan teknik menerus
nonfarmakologis 2. Respon:
untuk mengurangi skala nyeri
rasa nyeri(misal yang
TENS, hipnosisi, dirasakan
akupresur, terapi klien 5 (nyeri
musik, biofeedback, sedang)
terapi pijat, 3. Respon :
aromaterapi, teknik klien
imajinasi terbimbing, tampak
kompres meringis,
hangat/dingin,terapi lemas
bermain) 4. Respon :
2. Kontrol lingkungan
klien
yang memperberat
mengatakan
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, nyeri terasa
pencahayaan, ringan
kebisingan) apabila
3. Fasilitasi istirahat dan sudah bisa
tidur tidur, dan
Edukasi semakin
1.Jelaskan penyebab, terasa nyeri
periode, dan pemicu apabila
nyeri badannya
2.Ajarkan teknik panas
nonfarmokologis untuk 5. Respon :
mengurangi rasa nyeri Tidak ada
Kolaborasi komplikasi
Kolaborasi pemberian 6. Respon :
analgetik, jika perlu klien
kooperatif
, perawat
memberik
an
kompres
dingin dan
melatih
terapi
nafas
dalam,
7. Respon :
lingkunga
n aman
dan
nyaman
8. Respon :
Klien
kooperatif
9. Respon :
Klien
kooperat
if
10.Respon:
mengajar
kan teknik
nafas
dalam

11. Respon :
klien
mendapatkan
Injeksi
Antrain
2x250 g
Injeksi
Ranitidin
2x25 mg
15 2 1. Identifikasi lokasi, 1. Respo
Desembe karakteristik, durasi, n:
r 2020 frekuensi, kualitas, P : Infeksi
intensitas nyeri Virus
2. Mengidentifikasi Dengue
respons nyeri non Q : Seperti
verbal tertimpa
3. Memberikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi beban berat
rasa nyeri(misal R : Seluruh
TENS, hipnosisi, badan
akupresur, terapi S : Skala
musik, biofeedback nyeri 4
terapi pijat, T : Hilang
aromaterapi, teknik timbul
imajinasi 2. Respon :
terbimbing, kompres Klien
hangat/dingin,terapi tampak
bermain) meringis.
4. Memfasilitasi 3. Respon :
istirahat dan tidur klien
5. Kolaborasi
kooperatif.
pemberian analgetik,
perawat
jika perlu
memberikan
kompres
dingin dan
melatih
terapi nafas
dalam
4. Respon :
Klien
kooperatif
5. Respon :
klien
mendapatka
n Injeksi
Antrain
2x500 g
Injeksi
Ranitidin
2x50 mg

16 2 1. Identifikasi lokasi, 1. Respon :


Desembe karakteristik, durasi, P : Infeksi
r 2020 frekuensi, kualitas, Virus
intensitas nyeri Dengue
2. Mengidentifikasi Q : Seperti
respons nyeri non tertimpa
verbal beban
3. Memberikan teknik
berat
nonfarmakologis
R : Seluruh
untuk mengurangi
rasa nyeri(misal badan
S : Skala
TENS, hipnosisi, nyeri 3
akupresur, terapi T : Hilang
musik, biofeedback timbul
terapi pijat, 2. Respon :
aromaterapi, teknik Klien
imajinasi tampak
terbimbing, kompres meringis.
hangat/dingin,terapi 3. Respon :
bermain) klien
4. Memfasilitasi kooperatif.
istirahat dan tidur perawat
5. Kolaborasi memberika
pemberian analgetik, n kompres
jika perlu
dingin dan
melatih
terapi nafas
dalam
4. Respon:
Klien
kooperatif
5. Respon :
klien
mendapatka
n Injeksi
Antrain
2x250 g
Injeksi
Ranitidin
2x25 mg

XV. EVALUASI

NO TGL NO.DP EVALUASI TANDA


TANGAN
1 14 1 S : Klien mengatakan badannya
Desember panas dan merasa lemas
2020
O : Keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- Suhu tubuh 39,10 C
- Sudah dilakukan kompres
hangat
- Cairan infus RL sudah
masuk dan tetesan lancar 20
tpm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi no
2,5,6,8,10,12,13
14 2 S : klien mengatakan pegel-pegel
Desember seluruh badan (nyeri otot)
2020
P : Infeksi Virus Dengue
Q : Seperti tertimpa beban
berat
R : Seluruh badan
S : Skala nyeri 5
T : Terus menerus
O: keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- Klien tampak meringis
- Tanda-tanda vital
 TD : 110/75 mmHg
 Nadi : 60 x/menit
 RR : 25 x/menit
 Suhu : 39,1C
 SPO2 : 96%
- Klien sudah melaksanakan
terapi nafas dalam yang
diajarkan oleh perawat
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi no
1,3,6,8,11

2 15 1 S : Klien mengatakan badannya


Desember sedikit panas
2020 O : Keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- Suhu tubuh 380 C
- Sudah dilakukan kompres
hangat
- Cairan infus RL sudah
masuk dan tetesan lancar 20
tpm
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi no
1,3,5,6,7

S : klien mengatakan pegel-pegel


2 seluruh badan (nyeri otot) sudah
mulai berkurang
P : Infeksi Virus Dengue
Q : Seperti tertimpa beban
berat
R : Seluruh badan
S : Skala nyeri 4
T : Hilang timbul
O: keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- Klien tampak meringis
- Tanda-tanda vital
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 60 x/menit
 RR : 24 x/menit
 Suhu : 380 C
 SPO2 : 97%
- Klien sudah melaksanakan
terapi nafas dalam yang
diajarkan oleh perawat
A : Masalah teratasi sebagian

P :Lanjutkan Intervensi no
1,3,6,8,11
3 16 1 S : Klien mengatakan badannya
Desember sudah tidak panas
2020
O : Keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- Suhu tubuh 370 C
- Sudah dilakukan kompres
hangat
- Cairan infus RL sudah
masuk dan tetesan lancar 20
tpm
A : Masalah teratasi
2 P : Pertahankan Intervensi

S : klien mengatakan nyeri sudah


berkurang sedikit
P : Infeksi Virus Dengue
Q : Seperti tertimpa beban
berat
R : Seluruh badan
S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul
O: keadaan umum cukup
- Kesadaran composmentis
- Klien tampak tenang
- Tanda-tanda vital
 TD : 100/70mmHg
 Nadi : 62 x/menit
 RR : 24 x/menit
 Suhu : 37,90 C
 SPO2 : 98%
- Klien sudah melaksanakan
terapi nafas dalam yang
diajarkan oleh perawat
A : Masalah teratasi

P : Pertahankan Intervensi

A. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan berikut ini akan dijelaskan adanya kesesuaian
intervensi utama yang dilakukan pada Sdr. A dengan kasus DHF (Dengue
Hemorrhagic Fever) dengan masalah keperawatan hipertermi dan nyeri
akut berdasarkan jurnal-jurnal penelitian. Pada asuhan keperawatan yang
dilakukan pada Sdr. A intervensi utama yang digunakan untuk masalah
keperawatan hipertermi yaitu kompres basah atau Tepid Water Sponge.
Pada prinsipnya pemberian tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh
melalui proses penguapan dan dapat memperlancar sirkulasi darah,
sehingga darah akan mengalir dari organ dalam kepermukaan tubuh
dengan membawa panas. Kulit memiliki banyak pembuluh darah,
terutama tangan, kaki, dan telinga.Aliran darah melalui kulit dapat
mencapai 30% dari darah yang dipompakan jantung.Kemudian panas
berpindah dari darah melaui dinding pembuluh darah kepermukaan kulit
dan hilang kelingkungan sehingga terjadi penurunan suhu tubuh (Potter &
Perry, 2010).
 Hipertermi, intervensi Tepid Water Sponge
Intervensi Tepid Water Sponge ini terbukti dapat mengatasi
hipertermi karena dapat menurunkan suhu tubuh klien yang mengalami
demam. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Emy
Mulyani dan Nur Eni Lestari pada tahun 2020 dengan judul Efektifitas
Tepid Water Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Paa Anak Dengan
Masalah Keperawatan Hipertermia: Studi Kasus. TWS diberikan 20-30
menit setelah diberikan antipiretik. Evaluasi efek TWS terhadap masalah
keperawatan hipertemia pada anak dilakukan setelah dilakukan tindakan
tepid water sponge pada 20 – 30 menit setelah pemberian antpiretik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian tindakan TWS (tepid water
sponge) dapat mempengaruhi penurunan suhu tubuh, hal ini mampu
mengatasi masalah hipertermia pada penderita DHF.
Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Arie Kusumo
Dewi pada tahun 2016 tentang Pebedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara
Pemberian Kompres Air Hangat dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak
Demam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian
tepid sponge bath lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh anak
dengan demam dibandingkan dengan kompres air hangat.
Terdapat penelitian yang dilakukan oleh Aryanti Wardiyah,
Setiawati, dan Dwi Setiawan pada tahun 2016 tentang Perbandingan
Efektifitas Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan efektifitas pemberian kompres hangat dan tepid
sponge terhadap penurunan suhu tubuh anak yang mengalami demam
diruang Alamanda. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan
penurunan suhu tubuh antara kompres hangat dengan mean 0,5 °C dan
tepid sponge dengan mean 0,8°C (p value ˂ α, 0,003 ˂ 0,05). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian tindakan tepid sponge lebih
efektif daripada pemberian tindakan kompres hangat.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan Tepid Water Sponge merupakan
salah satu intervensi atau implementasi yang efektif untuk mengatasi
hipertermia pada penderita DHF.
 Hipertermi, Intervensi Kompres Hangat
Kompres yang lazim digunakan untuk membantu menurunkan
suhu tubuh anak yang mengalami demam adalah kompres hangat. Sebab
dengan suhu di luar terasa hangat maka tubuh akan menginterpretasikan
bahwa suhu di luar cukup panas. Dengan demikian tubuh akan
menurunkan pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan pengatur
suhu tubuh lagi. Disamping itu lingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.(dr. Sinarty Hartanto,2013).
Asuhan keperawatan penurunan suhu tubuh pada anak dengan DHF adalah
pemberian kompres hangat, dengan rasional vasodilatasi dapat
meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Syamilatul
Khariroh, Dede Satia S, Apit Komar tahun 2013 tentang Efektivitas
Pemberian Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Dalam Membantu
Menurunkan Suhu Tubuh Pasien Anak Dengan Dhf, Rata-rata suhu tubuh
pasien sebelum dilakukan kompres hangat adalah 38,710C, sedangkan
rata-rata suhu tubuh pasien sesudah dilakukan kompres hangat adalah
36,630C. Untuk suhu tubuh pasien sebelum dilakukan kompres dingin
adalah 38,160C, sedangkan rata-rata suhu tubuh pasien sesudah dilakukan
kompres dingin adalah 37,290C. ). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemberian kompres hangat lebih efektif dari pada kompres dingin

Penelitian Ahmad Syarif Aziz Susil tahun 2016 dengan judul


Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Pada Anak Dbd
Di Rspa Boyolali, hasil penelitian Setelah melakukan kompres hangat,
penulis mengukur tanda-tanda vital pasien data subjektif : pasien
mengatakan masih merasa panas pada badannya tapi tidak seperti tadi
siang sebelum di lakukan kompres hangat, data objektif : suhu pasien 37,1
OC, pernafasan 24 kali/menit, nadi 88 kali/menit, wajah pasien tampak
lesu dan lemas, badan pasien masih teraba panas, 3 jam setelah melakukan
kompres hangat penulis melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu
suhu tubuh pasien 37 OC, pernafasan 22 kali/menit, nadi 88 kali/menit. 2
jam setelah mengukur tanda-tanda vital penulis melakukan evaluasi
terhadap pasien, data subjektif : pasien mengatakan badannya sudah tidak
panas lagi, keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien sudah mulai
meningkat, data objektif : suhu tubuh pasien 36,7 OC, pernafasan 22
kali/menit, nadi 86 kali/menit, badan pasien teraba sudah tidak panas,
tindakan kompres hangat yang di lakukan penulis terhadap pasien di
anggap efektif karena suhu tubuh pasien sudah turun dan berada dalam
batas normal yaitu 36,7 OC sehingga masalah peningkatan suhu tubuh
pada pasien dapat teratasi.

Selain Itu Penelitian Nova Ari Pangesti Bayu Seto Rindi Atmojo
Kiki A Yang Berjudul Penerapan Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Hipertermia Pada Anak Yang Mengalami Kejang Demam Sederhana, di
dapatkan hasil bahwa perbandingan implementasi antara partisipan I (An.
A) yang dilakukan kompres hangat dengan partisipan II (An. H) yang
tidak dilakukan kompres hangat adalah bahwa suhu tubuh cepat turun jika
dilakukan pemberian kompres hangat ditambah dengan obat antipiretik
daripada tidak diberikan kompres hangat. Didapatkan hasil pada An.A
suhu tubuh awal 38.2°C setelah dilakukan kompres hangat ditambah
dengan obat antipiretik selama tiga hari menjadi 36.3°C, telah terjadi
penurunan
±1.9°C. sedangkan pada An. H yang tidak dilakukan kompres hangat
tetapi hanya dengan obat antipiretik suhu awal 38.5°C selama tiga hari
menjadi 37.0°C, telah terjadi penurunan ±1.5°C.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan kompres hangat merupakan salah
satu intervensi atau implementasi yang efektif untuk mengatasi
hipertermia pada penderita DHF.

 Nyeri Akut, intervensi nafas dalam


Pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada Sdr. A intervensi
utama yang digunakan untuk masalah keperawatan nyeri akut dengan
melakukan intervensi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Distraksi adalah strategi
pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian klien ke stimulus yang lain
daripada terhadap rasa nyeri dan emosi negative (Zakiyah, 2015).
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Susi Rohmawati dan
Joyo Minardo pada tahun 2019 tentang Pengelolaan Nyeri Akut Pada Sdr.
H dengan Dengue Hemorhagic Fever (DHF) di Ruang Cempaka RSUD
Ungaran, Hasil pengelolaan didapatkan nyeri akut sudah teratasi dengan
data nyeri sudah berkurang dan mampu menggunakan tindakan pengurang
nyeri dengan teknik non farmakologi nafas dalam.
Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Lela Aini dan Reza
Reskita pada tahun 2018 tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Fraktur pada tahun 2018. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon didapatkan (p-
value=0.001) yang artinya ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalan
terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti Khadijah
Palembang.
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Satriyo Agung,
dkk. Pada tahun 2013 tentang Pengaruh Pemberan Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi dengan Anestesi
Umum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, penelitian ini bertujuan untuk
Mengetahui pengaruh pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap
tingkat nyeri pada pasien post operasi dengan anestesi umum di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, mendapatkan hasil penelitian yaitu ada pengaruh
signifikan pada pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat
nyeri pada pasien post operasi dengan anestesi umum di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan terapi nafas dalam merupakan
salah satu intervensi atau implementasi yang efektif untuk mengatasi nyeri
akut pada penderita DHF.
 Nyeri Akut, Intervensi Metode Bercerita
Dari semua pasien yang mengalami nyeri, selain diberikan terapi
medis juga memungkinkan pasien untuk diberikan terapi nonfarmakologis.
Selain tidak mengandung efek samping, terapi nonfarmakologis juga dapat
digunakan pasien untuk mengatasi nyeri secara mandiri atau dengan
bantuan keluarga atau orang lain. Salah satu penatalaksanaan nyeri adalah
dengan teknik distraksi (membaca buku bercerita). Distraksi diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke
otak. Manfaat dari distraksi (bercerita) ini sendiri adalah distraksi
(bercerita) dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri yang
dirasakan klien, distraksi (bercerita) sangat efektif karena tidak
memerlukan biaya mahal, selain itu metode distraksi (bercerita) juga dapat
dilakukan di tempat tidur, sehingga tidak mengganggu proses
penyembuhan klien, metode distraksi (bercerita) juga dapat dilakukan oleh
klien sendiri, tidak harus dengan tenaga kesehatan (Iswara dan Setiadi,
2014).
Menurut Fitriah Ramadani , Ratna Setiyaningsih berjudul
Penatalaksanaan Masalah Keperawatan Nyeri Akut: Distraksi (Membaca
Buku Cerita) Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Sragen bahwa teknik distraksi membaca buku cerita dapat
menurunkan skala nyeri pada anak. Dari hasil penelitian, kelima subjek
menunjukkan bahwa setelah dilakukannya 1x tindakan distraksi bercerita
penurunan rata-rata skala nyeri adalah 1-2. Sedangkan setelah
dilakukannya 3x tindakan dalam 3 hari penurunan rata-rata skala nyeri
adalah 4 bahkan hilang. Berdasarkan hasil evaluasi yang didapatkan dalam
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswara dan
Setiadi (2014). Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan
metode bercerita, 8 anak tidak merasa nyeri dengan persentase 25,0%, 11
anak sedikit nyeri dengan persentase 34,4%, 10 anak sedikit lebih nyeri
dengan persentase 31,2%, 3 anak lebih nyeri lagi dengan persentase 9,4%.
Uji ini menunjukkan adanya pengaruh metode bercerita untuk
menurunkan skala nyeri pada anak prasekolah dengan p= 0,000 (<0,05)
Selain itu menurut Ernawati, Sri Hartini tahun 2016 yang berjudul
Pengaruh Metode Bercerita (Story Telling) Terhadap Perubahan Tingkat
Nyeri Tindakan Skintest Pada Anak Usia Sekolah Di Rsud Ambarawa
penelitian menunjukkan bahwa responden yang tidak mengalami nyeri
berjumlah 5 anak (14.3%), yang mengalami nyeri ringan sebanyak 25
anak (72.4%) sedangkan responden yang mengalami nyeri sedang
sebanyak 5 anak (14.3%). Pada penelitian ini didapatkan jumlah
responden yang mengalami nyeri ringan lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang mengalami nyeri sedang dan tidak mengalami
nyeri menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat nyeri yang dialami anak
sebelum dan sesudah tehnik bercerita dengan p signifikan = 0,0000 pada
α= 0,05. Kesimpulan ada perbedaan yang signifikan pada tingkat nyeri
sebelum dan sesudah bercerita. Bercerita mampu mengurangi tingkat nyeri
anak usia sekolah, dari nyeri ringan sampai nyeri sedang.
Menurut Rika Kartika , Yusi Sofiyah & Iyep Dede Supriyatna
tahun 2019 berjudul Pengaruh Cerita Menggunakan Boneka Tangan
terhadap Skala Nyeri pada Anak Prasekolah saat dilakukan Tindakan
Invasif di RSUD Al Ihsan Provinsi Jawa Barat Terdapat perbedaan nyeri
yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Berdasarkan nilai rata-rata nyeri dari kedua kelompok penelitian
menunjukan adanya penurunan nilai nyeri pada kelompok intervensi. Hasil
uji independent t-test non parametrik Mann-Whitney U tes diperoleh nilai
p-value = 0,002 < 0,005 hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh metode cerita
menggunakan boneka tangan terhadap skala nyeri pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) saat dilakukan tindakan invasif Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi
bercerita terhadap skala nyeri anak selama tindakan pengambilan sampel
darah dengan p value = 0,003 = ; α = 0,005.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga jurnal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian tindakan terapi bercerita merupakan salah
satu intervensi atau implementasi yang efektif untuk mengatasi nyeri akut
pada penderita DHF.

Anda mungkin juga menyukai