Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL

PENGARUH SENAM AEROBIK DAN POCO-POCO


TERHADAP DISTRIBUSI ENERGI FISIK PADA PASIEN
SKIZOFRENIA: TINJAUAN SISTEMATIK
Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Stase
Keperawatan Jiwa Program Profesi Ners

Disusun oleh:
B6
Mutiara Rahmawati 1910206054
Wanhar 1910206056
Lusia Niken Candra 1910206058
Tia Rista Meilani 1910206157

PENDIDIKAN STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Analisis Jurnal


Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan
dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau
komunitas. American Nurses’ Association mendefenisikan keperawatan kesehatan
jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi bidang keperawatan yang menerapkan teori
perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai
kiatnya (Stuart,2013).
Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini
selaras dengan dengan orang lain. Sedangkan menurut American Nurses
Associations (ANA) keperawatan jiwa merupakan suatu bidang khusus dalam
praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai ilmu dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa.

B. Latar Belakang Jurnal


Perubahan sosial ekonomi yang cepat dan perubahan sosial politik yang tidak
pasti menghasilkan peningkatan gangguan mental dalam kehidupan manusia. Orang
yang menderita berbagai masalah dan tekanan hidup dapat sangat tertekan dan pada
akhirnya menjadi cacat mental. Akibatnya, gejala skizofrenia muncul di mana jiwa
individu rusak dan ketidakharmonisan antara pikiran. Orang dengan skizofrenia akan
menderita gangguan kognitif, emosional, gangguan persepsi dan juga gangguan
perilaku. Pasien skizofrenia kronis umumnya tidak dapat melakukan fungsi dasar
secara mandiri, mis. kebersihan pribadi, penampilan dan sosialisasi. Skizofrenia
adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai bidang individu,
termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan menafsirkan realitas,
merasakan dan menunjukkan emosi dan bertindak dengan perilaku sosial yang tidak
dapat diterima (Isaac, 2005). Banyak penelitian melaporkan bahwa orang yang
didiagnosis menderita skizofrenia memiliki tingkat yang lebih tinggi. menilai
menerima tindakan kekerasan (American Psychiatric Association, 2010).
Sebuah survei yang dilakukan oleh Sulastri (2008) pada 18 klien tindakan
kekerasan menemukan bahwa 80% (14 orang) dari mereka memiliki diagnosis
skizofrenia paranoid (Wahyuningsih, 2009). Bentuk kekerasan terbanyak yang
dilakukan oleh klien dalam satu tahun terakhir ini adalah kekerasan fisik sendiri yang
mengakibatkan cedera ringan (84%), kemudian diikuti oleh ancaman fisik (79%),
penghinaan (77%) dan pelecehan verbal (70%) ). Sejumlah kecil perawat (20%)
menderita kekerasan fisik yang menyebabkan cedera serius (Elita et al., 2012).
Selain itu, klien dengan tindakan kekerasan dapat melakukan tindakan
berbahaya bagi diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungan mereka, mis.
menyerang orang lain, menghancurkan furnitur, membakar rumah, dll. (Stuart, 2007;
Sudeen, 1998). Oleh karena itu, intervensi yang tepat untuk klien dengan tindakan
kekerasan diperlukan karena mereka berisiko melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Salah satu dari berbagai metode intervensi keperawatan untuk mengendalikan
tindakan kekerasan adalah dengan mendistribusikan energi di mana teknik untuk
menyalurkan energi secara konstruktif di mana ia memungkinkan pengembangan
pola energi seperti katarsis, kemarahan meledak dan rasa batin secara konstruktif
tanpa merugikan diri sendiri dan lingkungan. Tujuan: mendistribusikan energi,
destruktif ke arah perasaan konstruktif, mengekspresikan perasaan, meningkatkan
hubungan interpersonal. Untuk mencapainya, perlu dibuat pedoman terapi aktivitas
kelompok seperti terapi aktivitas kelompok distribusi energi (Keliat, 2010). Bentuk-
bentuk terapi distribusi energi sebagian besar telah dikembangkan dengan
menggunakan berbagai metode, salah satunya adalah dengan senam atau latihan
fisik. Dengan senam energi, energi yang ditahan dapat disalurkan dan meningkatkan
aliran darah ke otak sehingga O2 dapat banyak diserap di otak dan membuat relaks
sehingga pasien dapat tidur dengan nyaman dan lebih rileks (Yulistanti, 2003,
Akhmad et al., 2011).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah pasien
dengan gangguan mental tinggi, mencapai hingga 450 juta orang pada tahun 2013.
Hasil Penelitian Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
prevalensi gangguan mental berat 1,7 per mil, meningkat dibandingkan dengan hasil
Riset Kesehatan Dasar 2012, yaitu 1,4 per mil. Beberapa daerah dengan mental
paling berat adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Jawa
Tengah dan Bali, berada di posisi ketiga dengan prevalensi 2,3 per mil. Skizofrenia
adalah masalah utama gangguan mental di dunia, sebagian besar pasien yang
memasuki rumah sakit jiwa menderita skizofrenia (85% dengan skizofrenia) yang
membutuhkan rawat inap dan itu berlangsung lama. Banyak tanda dan gejala yang
muncul pada pasien skizofrenia seperti perilaku tidak teratur, perilaku bergumam dan
katatonik seperti kecemasan, delusi, halusinasi, kekacauan kognitif, telah menjadi
dasar profesi keperawatan dalam menegakkan diagnosis keperawatan. Kasus
skizofrenia dengan Aksi Kekerasan di Klinik Utama Jiwa Nur Ilahi mencapai 60%
dari jumlah semua kasus. Dibandingkan dengan halusinasi 20%, isolasi sosial 15%,
dan depresi 5%. Kunjungan ke kasus skizofrenia dan kasus tindak kekerasan
memerlukan distribusi energi konstruktif yang diajarkan dalam terapi kelompok.
BAB II
JURNAL

“IMPLEMENTASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUANG DRUPADI


RSJ GRHASIA”

(terlampir)
BAB III
RESUME JURNAL

A. Nama Peneliti
Enisah Enisah, Gira Lugina, Diah Ernawati, Dian R.Puspita, Evi Rachmawati, Femy
Noviantari, Minarti, Singgih Arfan,SuparjiSuparji, Yayah Zakiah
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan,
Provinsi Riau.
Waktu penelitian: Penelitian ini dilakukan pada 31 Juli hingga 14 Agustus 2019.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam aerobik dan poco-poco
terhadap distribusi energi fisik pada pasien skizofrenia: tinjauan sistematik.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah tinjauan sistematis pada literatur yang ada untuk mengevaluasi
efek terapi distribusi energi senam aerobik dan senam poco-poco dalam mengurangi
tingkat tindakan kekerasan. Dalam jurnal ini metode yang digunakan adalah
eksperimen quasy dengan desain penelitian pretest-post test dengan kelompok
kontrol.
Pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intevensi, diukur terlebih dahulu skor
kontrol diri agresi. Selanjutnya dilakuan terapi senam aerobik yang dilakukan 2 kali
seminggu. Setelah dilakukan intervensi diukur kembali dengan skala penilaian lima
poin lembar observasi kontrol diri agresi. Kontrol diri agresi adalah salah satu skala
hasil kesehatan psikososial yang tersedia di klasifikasi hasil keperawatan. Skor
kontrol diri agresi digunakan untuk mengukur kemampuan kontrol diri pada
kemungkinan tindakan untuk melakukan serangan, pertarungan, dan vandalisme
secara fisik. Skor kontrol diri agresi diukur dengan 22 poin penilaian, skor total 22-
110.
Pada terapi senam poco-poco, metode yang digunakan adalah menggunakan pra
eksperimen dengan satu kelompok pra post tes desain. Sampling Teknik
menggunakan purposive sampling. Sama halnya dengan terapi senam aerobik, terapi
ini diukur berupa lembar observasi tentang gejala tindak kekerasan.
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini terdiri dari 116 pasien skizofrenia yang di rawat di Rumah Sakit
Jiwa (RSJ) Tampan, Provinsi Riau. Mereka dibagi menjadi kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
F. Hasil Penelitian
Aerobik Olahraga dapat dengan sukses menangani tekanan emosional dari
kecemasan, depresi, kelelahan, dan kebingungan yang merupakan faktor risiko
tindakan kekerasan terhadap pasien dengan gangguan mental. Senam aerobik dengan
meningkatkan pemanfaatan distribusi energi dan absorbansi oksigen secara seimbang
menghasilkan endorphin yang memiliki efek relaks sehingga dapat mengurangi
risiko kekerasan secara efektif.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan tingkat risiko perilaku kekerasan.
Itu menunjukkan bahwa senam poco-poco mengurangi gejala tindak kekerasan.
Manajemen tindakan kekerasan melalui pendekatan kelompok adalah terapi aktivitas
kelompok pada distribusi energi. Kegiatan yang digunakan adalah dalam bentuk
tarian dan gerakan, di mana tujuan melakukan tarian dan gerakan itu adalah untuk
mendistribusikan energi pasien. Aktivitas fisik berupa senam poco-poco memberi
aktivitas positif kepada pasien, sehingga mereka mampu fokus pada masalah yang
dihadapi saat ini, menciptakan lingkungan yang santai, aman dan menyenangkan
sehingga memicu pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyic Acid (GABA),
enkephallin, atau beta endorphin yang dapat menghilangkan neurotransmitter
perasaan tertekan, cemas dan stres sehingga menciptakan ketenangan dan
memperbaiki mood sehingga pasien tidak menunjukkan gejala risiko tindakan
kekerasan (Gani, 2013; Jayanti & Antari, 2019). Ada banyak penelitian tentang efek
terapi olahraga dan aktivitas fisik pada gangguan mental, tetapi kebanyakan dari
mereka dilakukan terhadap pasien dengan masalah depresi (Lawlor & Hopker,
2001). Faulkner dan Sparkes (1999) melakukan pemeriksaan tentang efek senam
sebagai terapi untuk pasien dengan skizofrenia, dan hasil yang diperoleh adalah
dengan rentang waktu 10 minggu, senam dapat membantu mengurangi gangguan
halusinasi pendengaran dan meningkatkan pola tidur yang lebih baik (Daley, 2007).
2002). Sejumlah penelitian lain tentang aktivitas fisik dan terapi olahraga pada
gangguan mental menyarankan bahwa aktivitas fisik dapat meningkatkan
kepercayaan pasien pada orang lain (Campbell & Foxcroft, 2008) dan juga
membantu mengendalikan kemarahan pasien (Hassmén et al., 2000). Kemarahan
adalah perasaan yang terjadi sebagai respons terhadap perasaan cemas yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart, 2007; Sudeen, 1998). Kemarahan adalah salah
satu gejala tindak kekerasan; tindakan kekerasan adalah perilaku individu di mana
pasien mempertaruhkan dirinya untuk menunjukkan secara psikologis, emosional
dan seksual melukai orang lain dan dirinya sendiri (Nanda, 2005).
Penelitian tentang efek terapi distribusi energi senam aerobik dan senam
poco-poco pada penurunan tingkat tindak kekerasan sangat efektif. Dari dua
penelitian, skor kontrol diri agresi meningkat dan di jurnal kedua, hasil pengamatan
selama waktu penelitian adalah bahwa tidak ada tindakan kekerasan terjadi. Metode
senam aerobik dan senam poco-poco dapat diterapkan dengan mudah di lembaga
yang menyediakan layanan kesehatan mental karena tidak perlu teknik yang sulit dan
ada biaya yang efektif. Oleh karena itu tidak perlu pelatihan atau beban pada
anggaran. Mereka juga aman untuk pasien karena gerakan mereka sangat mudah dan
tidak membuat pasien terluka.
Hasil ulasan tentang efek terapi distribusi energi pada senam aerobik dan
senam poco-poco adalah bahwa mereka terbukti sangat efektif dalam mengurangi
tingkat tindak kekerasan pada pasien shizophrenia, di mana senam adalah olahraga
yang dapat meningkatkan aliran darah ke otak. sehingga efek relaksan dapat
mengurangi tingkat kecemasan. Pasien dapat tidur karena aktivitas mendistribusikan
energi yang ditahan dapat disalurkan. Sejumlah penelitian lain tentang aktivitas fisik
dan terapi olahraga pada gangguan mental menyarankan bahwa aktivitas fisik dapat
meningkatkan kepercayaan pasien pada orang lain (Campbell & Foxcroft, 2008) dan
juga membantu mengendalikan kemarahan pasien (Hassménet al., 2000). Kemarahan
adalah perasaan yang terjadi sebagai respons terhadap perasaan cemas yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart, 2007; Sudeen, 1998). Kedua senam aerobik dan
poco-poco mampu meningkatkan kontrol diri agresi serta distribusi energi negatif.
Berkurangnya aktivitas fisik dapat berdampak, salah satunya adalah pada
sirkulasi darah yang tidak maksimal ke seluruh tubuh. Ini disebabkan oleh pembuluh
darah yang bersifat notellastik. Akibatnya, oksigen dan nutrisi yang diambil ke
seluruh tubuh berkurang, yang mengakibatkan penurunan metabolisme energi yang
akan mempengaruhi fungsi organt tubuh (Yuli et al., 2015). Senam aerobik yang
memanfaatkan distribusi energi dan absorbansi oksigen yang seimbang dapat
meningkatkan endorphin yang memiliki efek relaksasi sehingga dapat mengurangi
risiko kekerasan secara efektif (Yulistanti, 2003). Pada klien dengan diagnosa risiko
tindak kekerasan, hasil penelitian ini akan diterapkan oleh responden untuk
membantu meningkatkan kontrol diri agresi secara efektif dan efisien sehingga
mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengendalikan diri pada
tindakan melukai diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Kiranaet al., 2014).
Keteraturan gerakan menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan skor
Kontrol Diri Agresi. Selain itu, memberikan terapi senam yang efektif adalah 2-3
kali seminggu, dan idealnya itu dilakukan tidak kurang dari 4 minggu dengan durasi
20-30 menit terapi senam aerobik (Akhmad et al., 2011). Pemberian terapi senam
poco-poco memberikan aktivitas yang bermanfaat bagi pasien dan itu menyenangkan
sehingga bermanfaat untuk mengubah pola pikir, perasaan, dan perilaku pasien
dalam kemampuan adaptif mereka terhadap stresor. Pasien yang memiliki
kemampuan adaptif yang baik pada kejadian yang tidak menyenangkan akan dapat
menunjukkan perilaku konstruktif. Pasien juga dapat berinteraksi dengan pasien lain
sehingga dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi mereka, kepercayaan diri,
kemampuan ekspresi diri dan perasaan empati (Jayanti & Antari, 2019).
BAB IV
ANALISIS JURNAL

A. Analisis Penelitian
1. Judul
Hasil temuan : pengaruh senam aerobik dan poco-poco terhadap distribusi
energi fisik pada pasien skizofrenia: tinjauan sistematik.
Analisis : judul sudah sesuai dengan buku Sugiyono (2016) yang
menyebutkan bahwa judul penelitian maksimal 20 kata.
2. Abstrak
Hasil temuan : abstrak terdiri dari 202 kata yang terdiri dari latar belakang,
tujuan penulisan, metode penelitian dan hasil penelitian.
Analisis : abstrak menurut American National Standar Institute
merupakan representasi dari isi dokumen yang singkat dan tepat. Abstrak
merupakan ringkasan yang singkat dari isi suatu dokumen yyang terdiri dari inti
penting dalam suatu tulisan yang mencakup pada deskrepsi dan hal yang penting
lainnya. (Ahira, 2009). Abstrak bersifat ringkas, jelas, tepat, berdiri sendiri,
danobjektif. Abstrak harus bersifat informative dan deskriptif, yang berarti setiap
informasi yang terkandung pada abstrak harus berdasarkan fakta. Tidak
diperkenankan untuk mencantumkan informasi yang tidak ada faktanya yang
jelas dalam isi artikel pada suatu abstrak. Abstrak yang baik harus mengandung
empat usur yaitu argumentasi logis perlu dilakukan observasi dan penelitian
untuk memecahkan masalah, pendekatan yang digunakan untuk memecahkan
masalah (metode), hasil yang dicapai dalam penelitian serta kesimpulan yang
diperoleh. Setiap unsur diungkapkan dalam kalimat yang singkat dan jelas,
sehingga keseluruhan abstrak menjadi tidak terlalu panjang (Santoso, 2009).
Dalam penelitian ini penulisan abstrak memiliki kekurangan dan kelebihan
diantaranya :
a. Tujuan penelitian menjadi hal yang pokok yang harus tercantum dalam
uraian abstrak (Saryono, 2010). Dalam penulisan abstrak pada penelitian ini
sudah mencantumkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pengaruh
senam aerobik dan poco-poco terhadap distribusi energi fisik pada pasien
skizofrenia: tinjauan sistematik.
b. Jumlah kata abstrak pada penelian ini berjumlah 202 kata. Abstrak dalam
jurnal ini sudah sesuai dengan teori, dimana jumlah kata seharusnya tidak
lebih dari 200-250 kata (Nursalam, 2013).
c. Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang
diteliti atau istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam
karangan asli dan berupa kata tunggal atau gabungan kata, penulisan kata
kunci terdiri dari maksimal 5 kata dan disusun secara alfabet (Ahira, 2009).
Dalam penelitian ini terdapat kata kunci yaitu aerobik, penyaluran energi,
poco-poco, skizofrenia, senam.
3. Tujuan penelitian
Hasil temuan : untuk mengetahui pengaruh senam aerobik dan poco-poco
terhadap distribusi energi fisik pada pasien skizofrenia: tinjauan sistematik
Analisis : menurut Notoadmodjo (2010) bahwa tujuan penelitian
adalah suatu indikasi kearah mana atau data (informasi) apa yang akan dicari
melalui penelitian itu. Tujuan penelititian dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang konkret, dapat diamati (observabel) dan dapat diukur (measurable).
4. Populasi dan sampel
Hasil temuan : terdiri dari 116 pasien skizofrenia yang di rawat di Rumah
Sakit Jiwa (RSJ) Tampan, Provinsi Riau.
5. Hasil penelitian
Hasil temuan : Hasil ulasan tentang efek terapi distribusi energi pada senam
aerobik dan senam poco-poco adalah bahwa mereka terbukti sangat efektif
dalam mengurangi tingkat tindak kekerasan pada pasien shizophrenia, di mana
senam adalah olahraga yang dapat meningkatkan aliran darah ke otak. Sehingga
efek relaksan dapat mengurangi tingkat kecemasan. Pasien dapat tidur karena
aktivitas mendistribusikan energi yang ditahan dapat disalurkan.
Analisis : hasil penelitian ini akan diterapkan oleh responden untuk
membantu meningkatkan kontrol diri agresi secara efektif dan efisien sehingga
mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengendalikan diri pada
tindakan melukai diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Kiranaet al., 2014).
6. Referensi
Hasil temuan : terdapat 18 referensi yang digunakan sebagai rujukan
penulisan dalam jurnal. Referensi yang digunakan merupakan referensi dengan
tahun terlama adalah tahun 1998 dan referensi terbaru adalah tahun 2019.
Analisis : Referensi yang baik bersumber dari text book maupun jurnal
yang tidak lebih dari 10 tahun terakhir. Hal ini dilakukan untuk memperkuat data
dan dilakukannya penelitian sesuai dengan update informasi terbaru. Dalam
jurnal ini referensi yang digunakan sudah belum mendukung karena sumber
yang digunakan masih ada yang lebih dari 10 tahun terakhir. Dalam jurnal sudah
dicantumkan dan diuraikan tinjauan literatur yang terkait dengan masalah, dan
diuraikan hasil-hasil penelitian yang mendukung untuk memperkuat pentingnya
masalah tersebut diteliti.
B. Kekurangan Jurnal
Efek-efek yang mungkin tidak terjadi diperhitungkan hasil penelitian ini.
C. Evidence Based Nursing
Hasil implementasi yang didapatkan dalam jurnal ini dengan melakukan terapi
senam aerobik dan poco-poco memberikan aktivitas yang bermanfaat bagi pasien
dan itu menyenangkan sehingga bermanfaat untuk mengubah perasaan, perasaan, dan
perilaku pasien dalam kemampuan adaptif mereka terhadap stresor. Pasien yang
memiliki kemampuan adaptif yang baik pada kejadian yang tidak menyenangkan
akan dapat menunjukkan perilaku konstruktif. Pasien juga dapat berinteraksi dengan
pasien lain sehingga dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi mereka,
kepercayaan diri, kemampuan ekspresi diri dan perasaan empati (Jayanti & Antari,
2019).
Berdasarkan observasi di wisma Drupadi didapatkan hasil, sebanyak 2 dari 3 pasien
memiliki kontrol agresi yang belum efektif. Oleh karena itu perlu dilakukan
implementasi terapi senam aerobic dan poco-poco untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Kegiatan fisik yang menyenangkan dan teratur dilakukan dapat memberikan
input oksigen maksimum untuk otak dan tubuh sehingga memicu perasaan ralaxant
dan tenang sehingga energi dapat didistribusikan dengan baik, dan kontrol diri pada
pencegahan tindakan kekerasan pada diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan
dapat dicegah. Senam dampak rendah aerobik dan senam poco-poco terbukti efektif
dalam distribusi energi dan meningkatkan skor pengendalian diri agresi. Hasil
penelitian membuktikan peningkatan hasil sebelum dan sesudah penelitian, di mana
responden dari setiap penelitian menunjukkan sikap tenang dan tidak ada serangan.
Kedua aktivitas fisik tersebut dapat diterapkan karena tidak ada kesulitan dalam
melakukannya. Gerakan mereka juga lebih sederhana daripada yoga, di mana kita
harus berkonsentrasi, dan zumba, yang terlalu keras dan cepat. Dengan demikian,
mereka dapat diterapkan di lembaga-lembaga yang menempatkan konsen merawat
pasien dengan gangguan mental untuk variasi intervensi keperawatan, sehingga
tingkat perkembangan pasien dapat lebih signifikan.
B. Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan Wisma Drupadi dapat menerapkan jurnal ini
dikarenakan dalam merawat pasien gangguan mental dibutuhkan intevensi
keperawatan yang lebih bervariasi sehingga perkembangan pasien dapat lebih
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

Isaacs.Panduan Belajar: Keperawatan Kesehatan jiwa & Psikiatrik,Edisi 3


(terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.
APA. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV-TR),
(4thEd.).American Psychiatric Association, Washington D.C., 2010.
Wahyuningsih, “Pengaruh assertive training (AT) terhadap perilaku kekerasan
pada klien skizofreniadi RSUD Banyumas,”Thesis, Faculty of Nursing
Science, University of Indonesia, 2009.
V.Elita, A. Setiawan, S. Wahyuni, and R. Woferst., “Persepsi perawat tentang
perilaku kekerasan yang dilakukan pasien di ruang rawat inap jiwa,”
Jurnal Ners Indonesia,vol. 1, no. 2, pp. 31-40.
G. W. Stuart. Buku Saku Keperawatan Jiwa ,Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 2007.
S. Sudeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa,. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 1998.
B.A. Keliat. Model praktik keperawatanprofesional jiwa. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2010.
Y. Yulistanti, “Tingkat depresi sebelum dan setelahmelakukan terapi senam
aerobic low impact pada pasien gangguan jiwa di RS Ghrasia
PropinsiDIY,”Thesis, Faculty of Medicine, University of Gadjah Mada,
2003.
H. I. Akhmad, Handoyo, and T. Setiono, “Pengaruh terapi senam aerobic low
impact terhadap skor agression self-control pada pasien dengan risiko
perilaku kekerasan di ruang sakura RSUD Banyumas,” Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, vol. 7, no. 3, pp. 159-169, 2011.
Gani. Senam Kesehatan:Aplikasi Senam untukKesehatan. Mulia Merdeka,
Yogyakarta, 2013.
D. M. A. D. Jayanti, and N. N. Antari, “Terapi aktivitas kelompok penyaluran
energi: senam poco-poco menurunkan gejala perilaku kekerasan pada
pasien skizofrenia,” Sport and Fitness Journal, col. 7, no. 1, pp. 85-92,
2019.
D.Lawlor,andS. Hopker,“The effectiveness of exercise as an intervention in the
management of depression: systematic review and meta-regression
analysis of randomised controlled trials,” British Medical Journal, vol. 322,
no. 7289, pp. 763-771, 2001.
A. J. Daley, “Exercisetherapy and mental health in clinical populations: is exercise
therapy a worthwhile intervention?,”Advances in Psychiatric Treatment, vol. 8,
no. 4, pp. 262-270, 2002.
P. Campbell, and D. Foxcroft. Exercise therapy for schizophrenia (Protocol), the
Cochrane Collaboration. Published by JohnWiley & Sons, Ltd.:Liverpool,
2008.
P. Hassmén, N. Koivula, and A. Uutela, “Physical exercise and psychological
wellbeing: a population study in Finland.PreventiveMedicine, vol. 30, no. 1,
pp. 17–25, 2000.
NANDA International. NursingDiagnoses:Definitionand Classification 2003-2005.
North American Nursing Diagnosis Association: Philadelphia, 2005.[17]R.
D. S. Yuli, Jumaini, Y. Hasneli, “Efektifitas senam aerobic low impact
terhadap penurunan skor halusinasi,” Jurnal Online Mahasiswa Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau (JOM PSIK UNRI), vol. 2, no. 2,
pp. 1353-1361, 2015.
N.Kirana, F. A. Nauli, and R. Novayelinda, “Efektifitas senam aerobic low impact
terhadap aggresion self control pada pasiendengan resiko perilaku
kekerasan,” Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau (JOM PSIK UNRI), vol.1, no. 2, pp. 1-9, 2014.

Anda mungkin juga menyukai