Anda di halaman 1dari 20

BAB I PERSYARATAN TEKNIS

Standard-Standard yang Berlaku

Semua pekerjaan dalam RKS ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memnuhi
persyaratan-persyaratan yang teknis yang tertera dalam persyaratan normalisasi Indonesia
(NI) dan peraturan-peraturan nasional maupun peraturan-peraturan setempat lainnya yang
berlaku dan atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan yaitu:
 PUBI – 1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
 NI – 8 : Peraturan Semen Porland Indonesia
 PPI – 1983 : Peraturan Pembebanan Indonesia
 ASTM : American Society for testing & Materials
 PBI – 1971 : Peraturan Beton Bertulang Indonesia
 SII : Standar Industri Indonesia
 PPBBI : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia
 Peraturan Nasional Pembangunan Indonesia
 Peraturan Direktorat Kayu Indonesia (PKKI NI-5/1961)
 Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Depnaker tentang pengunaan Tenaga Kerja,
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
 Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia di singkat DTPI 1890
 Pedoman Tata cara Penyelenggaraan Pembagunan Gedung Negara Oleh Depertemen
Pekerjaan Umum
 Pereturan Pemda Setempat.

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standard-standrad yang tersebut


diatas, maupun Standard Nasional lainnya maka diberlakukan Standard Internasional yang
berlaku.
Sebelum pekerjaan Pembangunan dan pemasangan bahan/material di mulai pemborang
wajib dan haru menyerahkan

pp
4
1. Time Schedule
2. Spesifikasi bahan/material dari pabrik pembuatan utuk bahan material tertentu sesaui
dengan perintah dari direksi.
3. Ganbar Pelaksanaan (shop Drawing)
4. Contoh bahan, warna termasuk mock-up untuk pekerjaan tertentu sesuai dengan
permintaan direksi
5. Refensi, lisensi, sertifikat khusus dari pihak yang berwenang untuk pekerjaan tertentu
sesaui permintaan Direksi
6. Izin pelaksanaan dari direksi diperlukan untuk diteliti dan disetujui oleh direksi jika tidak
memenuhi syarat.

Data Umum
Seluruh titik ukuran sehubungan dengan pekerjaan ini di dasarkan pada ukuran setempat
yaitu titik-titik ukuran di lapangan.

Penyerahaan Pekerjaan
Pekerjaan harus diserahkan oleh pemborong sampai selesai sama sekali hingga memuaskan
sisa pembokaran dan lain-lainnya yang sudah tidak terpakai dikeluarkan dari areal pekerjaan

Pasal 1 : PEKERJAAN PERSIAPAN


1.1. Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan
1. Pemborong harus memulai pekerjaan dari garis-garis yang telah disetujui oleh
konsultan pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-
pengukuran yang dibuatnya. Pemborong harus menyediakan semua bahan,
peralatan dan tenaga kerja yang dibutuhkan sehubungan dengan pekerjaan
yang dibutuhkan
2. Pemborong diwajibkan melakukan penggambaran kembal lokasi pembangunan
dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil ketinggian tanah,
lantai, letak batas-batas dengan alat yang sudah di tetapkan kebenarannya.
3. Dalam hal terdapat perbedaan rencana gambar dan hasil pengukuran yang
dilaksanakan Pemborong dengan kenyataan yang ada di lapangan, maka
sebelum melanjutkan pekerjaan yang mungkin di pengaruhi perbedaan

pp
4
tersebut Pemborong harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk
mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.
4. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau benang secara asas segitiga
phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh
direksi.
5. Segala pekerjaan pengukuran persiapan termasuk tanggung jawab pemborong
termasuk biayanya sesuai kontrak.

1.2. Alat dan Perlengkapan Pekerjaan dan Tenaga lapangan


a. Pemborong dan bagian-bagian lainnya yang mengerjakan pekerjaan
pelaksanaan dalam proyek ini, harus menyediakan peralatan sesuai dengan
bidang masing-masing seperti :
- Alat Ukur (theodolite, waterpas, Meter, dll)
- Alat pemotong, penduga, dan alat bantu
- Alat Keselamatan Kerja
Disamping itu harus menyiapkan buku-buku laporan (laporan Harian), buku
petunjuk alat-alat yang digunakan, rencana kerja dan menempatkan tenaga-tenaga
kerja yang bertanggung jawab penuh untk memtuskan segala sesuatu di lapangan
dan bertindak atas nama pemborong.

1.3. Kantor Kontraktor, Gudang, dan Los kerja


1. Untuk menjamin keamanan bahan dan pelengkapan lain yang dianggap perlu,

pemborong harus menyediakan gudang penyimpanan yang tertutup kuat dan

aman dari resiko hilang atau rusak. Dan pemborong juga diwajibkan

menyediakan Gudang penyimpanan material, barak-barak untuk pekerja,

Kantor proyek di lengkapi dengan perabotnya dan lokasinya di tunjukan oleh

direksi.

pp
4
2. Bentuk dan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan di lengkapi dengan ruang

toilet dan tidak mengabaikan keamanan, kebersihan dan bahaya kebakaran

sehingga tidak menganggu kelancaran pekerjaan.

3. Pemborong diwajibkan merawat peralatan sebagai milik proyek serta

menangung biaya perawatan peralatan selama berlangsungnya pekerjaan.

4. Selesai proyek, seluruh bangunan sementara manjadi milik pemborong, dan

wajib membongkar serta memindahkan bangunan tersebut setelah mendapat

persetujuan dari direksi.

1.4. Daerah dan Jalan Masuk


Pemborong akan diberikan daerah kerja untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Lokasi

tersebut dapat diperoleh dengan cara sewa/pinjam berdasarkan ketentuan yang

berlaku. Harus membatasi operasinya di lapangan yang betul-betul diperlukan

untuk pekerjaan tersebut.

Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan bangunan dan

jalur pengangkutan material dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan Direksi.

1.5. Fasilitas Lapangan


Pemborong harus menyediakan air dan listrik yang diperlukan selama pelaksanaan
pekerjaan berlangsung

1.6. Direksi Keet (Ruang Kerja Konsultan)


Kantor Direksi Lapangan merupakan bangunan sementara harus disediakan oleh
pemborong saat dimulai pekerjaan yaitu setelah serah terima lapangan
Direksi keet dibuat sesaui dengan lokasi yang ada
1. Luas direksi keet harus sesuai dengan persyaratan yang ada pada RAB di
lengkapi toilet
2. Peralatan yang harus disediakan besifat sewa pada dreksi keet

pp
4
a. 1 buah meja rapat sesaui dengan kondisi yang ada dengan kursi
b. 4 buah meja tulis
c. 1 lembar soft board ukuran disesuaikan
d. 1 unit white board ukuran di sesuaikan
e. 1 unit computer dan printer
f. 10 buah helem lapangan
g. Peralatan P3K
h. Peralatan pemadam kebakaran, dry chemical isi 3,5 kg
Digunakan samapai dengan selesainya pekerjaan, semua biaya perawatan dan
operasional menjadi tanggung jawab pemborong sampai dengan serah terima
pekerjaan.

Pasal 2 : PEKERJAAN STRUKTUR

1.1. Lingkup Pekerjaan


1. Pekerjaan Pondasi Sumuran
2. Pekerjaan Kolam
3. Pekerjaan Balok Standard
4. Pekerjaan Balok Pre Stessed

1.2. Pengkuran
1. Ukuran sudah di tentukan dalam gambar rencana
2. Jika terdapat perbedaan ukuran antara gambar utama dengan gambar perincian,
maka yang mengikat adalah ukuran-ukuran yang ada pada gambar utama, namun
demikian harus di laporkan kepada direksi.
3. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru selama pekerjaan
berlangsung adalah menjadi tangung jawab sepenuhnya oleh pemborong.
4. Ketidak cocokan yang mungkin ada pada gambar dan kenyataan di lapangan
harus segera dilaporkan kepada direksi.

pp
4
1.3. Persyratan Bahan Semen
1. Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah

Portland semen Type I yang memenuhi ketentuan dan syarat-syarat dalam SII

0013-81.

2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru,

kantong-kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan-sobekan.

3. Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan terlindung dari

pengaruh hujan dan lembab udara dan tanah semen ditumpuk didalamnya di

atas lantai tanggung kayu minimal 30 cm di atas tanah. Tinggi penumpukan

maksimum 15 kantong semen, yang kantongnya pecah tidak boleh dipakai dan

harus disingkirkan keluar proyek.

4. Semen yang diapaki selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen yang mulai

mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus

mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu

Pemborong diharuskan menumpuk semen berkelompok menurut urutannya tiba

di lapangan.

5. Semen yang umumnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak

diperkenankan dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya struktural.

6. Bilaman Direksi memandang perlu, Pemborong harus melakukan pemeriksaan

laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi

syarat, atas biaya Pemborong.

1.4. Agregat
1. Semua Pemakaian koral (kerikil) batu pecah (Agregat Kasar) dan pasir beton
harus memenuhi syarat
2. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar di periksa dan harus memenuhi styarat:

pp
4
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari 24 %
- Tidak terjadi pembubukan sampai fraks 19 – 30 lebih dari 22 %
3. Koral (kerikil) dan batu pecah (agregat kasar) mempunyai ukuran lebih besar
dari 38 mm, untuk penggunaannya harus mendapat persetujuan dari direksi.
4. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghaslkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
5. Direksi dapat meminta kepada pemborong untuk mengadakan tes kwalitasdari
agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang di tunjuk oleh direksi,
setiap saat dalam laboratorium yang diakaui atas biaya pemborong.
6. Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disuplay, maka
pemborong diwajibkan untuk memberitahukan kepada direksi.
7. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras ppermukaannya dan
dicegah supaya tidak terjadi pencampuran satu sama lain dan terkotori.

1.5. Air
1. Air yang dipakai untuk adukan beton dan adukan spesi harus bersih, bebas zat-

zat organic atau unorganik yang terkandung dalam air, yang dapat

mempengaruhi kekuatan keawetan dari beton. Mutu air tersebut sedapat

mungkin bermutu air minum.

2. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas membasahi dan lain-lain

harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum diapakai.

3. Pemborong harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di

lapangan untuk menjamin kelancaran kerja.

4. Untuk memenuhi kebutuhan airkerja, apabila dipandang perlu Pemborong

diperbolehkan membuat sumur air bersih dalam daerah kerja pelabuhan

sepanjang memenuhi persyaratan atas beban biaya pihak pemborong.

1.6. Besi Beton

pp
4
a. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlaianan dan ketentuan-ketentuan diatas,
harus mendapat persetujuan dari direksi.
b. Besi beton harus disuplay dari satu sumber (manufacture) dan tidak dibenaran
untuk mencampur adukan mermacam-macam sumber besi beton tersebut untuk
pekerjaan konstruksi.
c. Pemborong wajib mangadakan pengujian mutu besi beton yang akan di pakai
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari direksi, serta menyertakan data teknis dari
pabrik pembuat baja tulangan. Bantang percobaan diambil dibawah
kesaksianpercobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilaman
dipandang perlu oleh direksi semua biaya percobaan tersebut sepenuhnya dibiyai
oleh pemborong
d. Pemasangan besi beton dilakukan sesaui dengan gambar atau mendapat
persetuajuan dari direksi. Untuk hal ini pe,borong harus membuat gambar
pengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada direksi untuk
mendapat persetujuan.
e. Hubungan anatara besi beton satu dengan yang lainnya harus menggunakan
kawat beton, diikat dengan kuat, tidak bergeser selama engecoran berlangsung.
f. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti steel wiremesh atau yang
semacam itu, harus mendapat persetujuan dari direksi.
g. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kwalitas tidak sesuai
dengan spesifikasi, harus segera dikeluarkan dari site setelah menerima instruksi
tertulis dari direksi dalam waktu 2 x 24 jam.

1.7. Admixture
Untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan
pengerasan maupun maksud-maksud lain dapat dipakai bahan admixture. Jenis dan
jumlah bahan admixture yang dipakai disetujui terlebih dahulu oleh direksi lapangan.

pp
4
1.8. Adukan Beton
Pekerjaan beton dalam pelaksanaannya harus memenuhi persyaratan-persyaratan

yang termuat dalam PBI 1971 NI 2, baik mengenai material koral, pasir semen dan

baja maupun pelaksanaanya.

1. Mutu Beton

Untuk beton bertulang kekuatan yang diisyaratkan dalam pekerjaan ini adalah

berdasarkan kekuatan karakteristik (K).

Kekuatan karakteristik beton 300 kg/cm2 dengan pemakaian PC minimum 400

kg untuk tiap 1m3 beton, factor air semen maksimu 0,45 dan slump beton yang

diperkenankan di lapangan = 7 cm, untuk ini Pemborong harus membuat mixed

design dengan persetujuan Direksi.

2. Percobaan Campuran

Sebelum pelaksanaan pembetonan, Pemborong terlebih dahulu harus

mengadakan percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat mutu

karakteristik beton seperti yang diisyaratkan dan untuk mengetahui komposisi

campuran beton (Pasir, semen dan batu pecah).

3. Slump yang diperkenankan adalah 7 cm

Dalam menentukan atau mendapatkan mutu beton sesuai dengan karakteristik

yang sudah ditentukan, harus dilakuka dengan mengguakan ukuran

penggunaan air (ember tertentu) yang mana ukuran tersebut nantinya akan

digunakan selama pelaksanaan konstruksi (seperti gambar).

 Semen = s

 Kerikil = k

 Pasir = p

pp
4
 Air = a

percobaan harus terus dilakukan dengan komposisi lain, sampai mendapatkan

mutu beton sesuai dengan yang diisyaratkan.

Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan komposisi agregat

tersebut di atas dan telah disetujui oleh Direksi harus digunakan dalam

pemakaian selanjutnya.

1.9. Factor Air Semen


1. agar dihasilkan suatu konstruksi beban yang sesaui dengan yang direncanakan,
maka factor iar semen ditentukan sebagai berikut:
- Faktor air semen untuk balok, sloof dan poer maksimum 0,60
- Faktor air semen untuk kolom,balok, pelat lantai tangga dinding, beton dan
lisplank/parapet maksimum 0,60
- Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah
lainnya maksimum 0,55.
2. untuk lrbih mempermudah dalam pengerjaan beton dan dapat dihasilkan suatu
mutu sesaui dengan yang direncanakan, maka untuk konsrtuksi beton dengan
factor air semen maksimum 0,55 harus memakai plasticizer sebagai bahan
additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat
persetujuan dari direksi.

1.10. Cetakan Beton/Bakesting


1. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II bila menurut
kebutuhan PPKI 1970 atau kayu lapis (playwood) ataupun kayu local yang
memenuhi persyaratan.
2. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm dan toleransi perbedaan tebal

minimal adalah ± 2 mm. Bila untuk papan bekisting dipakai playwood tebal

minimal 16 mm. Papan bekisting harus kering udara agar tidak menyusut pada

waktu dipakai.

pp
4
3. Apabila kayu yang digunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak dapat

diperoleh di pasaran, maka Pemborong boleh mengajukan usul perubahan

kepada Direksi dengan jenis dan ukuran kayu yang berbeda namun mutunya

minimal sama atau lebih tinggi dari yang diisyaratkan. Direksi akan menilai dan

memberikan persetujuan secara tertulis.

4. Untuk kostruksi gelagar/rusuk-rusuk penguat dipakai kayu sejenis atau yang

lebih baik dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan

digunakan dolken, diameter minimal harus 12 cm, lurus, tidak banyak cacat dan

diameter terkecil pada salah satu ujungnya harus lebih besar dari 10 cm.

5. Setelah umur beton delewati, maka harus dilakukan pembongkaran cetakan

beton (bekisting) serta memotong stek tulangan yang muncul ke permukaan

beton dan menutupnya dengan adukan beton.

1.11. Pengecoran Beton


1. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus
dihindarkan adanya penghentian pengecoran (cold-joint) kecuali bila sudah
diperhitungkan pada tempat yang aman dan sebelumnya sudah mendapat
persetujuan Direksi.
Pemborong harus sudah mempersiapkan segala sesuatunya (peralatan) untuk
pengamanan, pelindung dan lain-lain yang dapat menjamin kontinuitas
pengecoran.
2. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata pemborong harus

memakai mesin pengaduk. Mesin pengaduk harus mempunyai kapasitas yang

cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk

harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari minyak sebelum dipakai.

pp
4
Setiap campuran beton harus diaduk sehingga merata/homogeny dan waktu

pengadukan minimum adalah 2 menit untuk setiap kali pencampuran.

3. Bilamana perlu Pemborong diperkenankan untuk menggunakan concrete

pump, gerobak-gerobak dorong untuk mengangkut adukan ke tempat yang

akan dicor. Pengangkut beton tidak dibenarkan dengan ember-ember.

4. Sebelum pengecoran dimuali, semua peralatan material serta tenaga yang

diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai

dengan rencana yang sebelumnya disetujui Direksi.

5. Segera setelah beton dituangkan ke dalam bekisting, adukan harus dipadatkan

dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran

dengan concrete vibrator dapat dibantu dengan penyodokan apabila dengan

concrete vibrator tidak mungkin dilakukan dengan harus mendapatkan

persetujuan dari Direksi terlebih dahulu.

6. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti di tempat-tempat yang

diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya

mendapatkan persetujuan dari Direksi. Penghentian maksimum 2 jam.

7. Untuk menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus

dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna

sambungannya dan sebelumnya adukan beton dituangkan, permukaan yang

akan disambung harus disiram dengan air semen campuran 1 PC : 0,45 air.

8. Selama waktu pengerasan beton harus dilindungi dengan air bersih atau

ditutup dengan karung-karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus

menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.

pp
4
9. Apabila cuaca diragukan, sedangkan pengawas atau Direksi menghendaki agar

pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus

menyediakan alat pelindung atau terpal yang cukup untuk melindungi tempat

yang sudah/akan dicor. Pengecoran tidak diizinkan selama hujan lebat atau

ketika suhu udara naik di atas 320C.

10. Untuk setiap 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan mengambil contoh

(sample) untuk pemeriksaan kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump test,

dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PBI 1991.

Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7 cm dan factor

air semen maksimum 0,45. Pengambilan-pengambilan contoh di atas sesuai

petunjuk Direksi. Kubus-kubus dijaga agar dapat mengeras dengan baik.

11. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai

yang disyaratkan Pemborong harus mengambil core-sample dari bagian-bagian

konstruksi yang diragukan. Jumlah core-sample untuk tiap pemeriksaan adalah

tiga buah, dan selanjutnya akan diperiksa di laboratorium dengan persetujuan

Direksi. Hasilnya akan dievaluasi Direksi dan bila nilai yang diperoleh

membahayakan konstruksi, harus dilakukan perbaikan konstruksi tersebut atas

biaya Pemborong.

12. Seluruh pekerjaan beton bertulang ditambahkan bahan campuran beton serat

polypropylene murni yang dapat mengontrol retak yang disebabkan oleh muai

dan susut karena panas, meningkatkan daya tahan terhadap kejut, mengurangi

permeabilitas dan menambah daya tahan beton.

pp
4
1.12. Curing dan Perlindungan Atas Beton

- Beton harus dilundungi selama berlangsungnya proses pergeseran terhadap :

matahari, pengeringan oleh angina, hujan atau aliran air dan pengerasan secara

mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.

- Untuk perawatan beton, pemborong harus melindungi semua beton terhadap

kerusakan akibat panas yang berlebihan, kurangnya pembasahan, tegangayang

berlebihan atau hal lain yang menyebabkan kerusakan, sampai penyerahan

pekerjaan oleh kontraktor pada Pemberi Tugas .

- Untuk bahan curing dapat dipakai sealbond produksi conspec atau setara

sebbanyak 1 liter tiap 6 m2. Pemakaian bahan curing harus disetujuai oleh

direksi

- Beton yang keadaannya seperti tertera dibawah ini harus diperbaiki atau

dibongkar dan diganti dengan beton yang disetujui oleh direksi, semua biaya

yang timbul ditanggung oleh pemborong .

1.13. Pembongkaran Cetakan Beton

a. Pembongkaran dilakukan sesaui PBI 1971 9NI2 – 1971, dimana bagian konstruksi
yang dibongkar catakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksananya.
b. Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui oleh direksi
sebelum pembongkaran.
c. Apabila setelah dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang kropos atau
cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka
pemborong harus segera memberitahukan atau melaporkan kepada direksi.
Semua resiko terjadi akibat pekerjaan tersebut maka biaya pengisian dan
perbaikan atau pun penutupan bagian tersebut menjadi tangung jawab
pemborong.

pp
4
d. Mesikupn hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, direksi mempunyai
wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sperti berikut :
1. Konstruksi beton sangat kropos
2. Konstruksi beton yang sesaui dengan bentuk yang direncanakan atau posisi
posisinya tidak seperti yang ditunjuk gambar.
3. Konstruksi beton yang berisikan katyu atau benda lainnya.
4. Konstruksi beton retak, pecah.

2.14. Penyelesaian Permukan Beton


a. Permukaan bagian atas beton harus rapi, licin, merata dank eras. Selama beton
masih plastis, maka tidak dizinkan ada benjolan yang berlebihan (gelembung)
pada permukaan. Semua permukaan harus dicor secara monolitas dengan beton
dasarnya.
b. Dilarang menaburkan semen kering dan pasir diatas permukaan beton untuk
menghisap air yang berlebihan. Bagian permukaan beton pelat, dinding, balok,
yang exposed harus dirapikan dengan menggunakan sendok aduk dari baja
c. Perbaikan cacat permukaan segera setelah cetakan dilepaskan, semua
permukaan exposed(terbuka)harus diperiksa secara teliti.
d. Lobang bentuk kerucut batang pengikat harus dihaluskan sedemikan rupa
sehingga permukaan dari lubang menjadi bersih dan kasar.
e. Semua perbaikan harus dilaksanakan dan bentuk sedemikan rupa, sehingga
pekerjaan yang diselesaikan sesaui dengan ketentuan pasal ini tidak
menggangu pengikatan, menyebabkan penurunan atau retak mendatar.

Pasal 3 : PEKERJAAN PLSETERAN BETON


Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyedian tenaga kerja, bahan-
bahan yang diperlukan termasuk alat-alat
Lingkup pekerjaan plesteran beton ini meliputi seluruh plesteran kolom, balok
plat kanopi serta pada seluruh detail yang ditunjukan dalam gambar.

3.1. Persayaratn Bahan


 Semen harus menemukan NI-18

pp
4
 Pasir harus memenuhi NI-3 Pasal 14, PUBI 1982
 Air harus memenuhi NI-3 Pasal 10

Campuran (agregat) : untuk plester harus dipilih yang benar-benar bersih dan
bebas dari segala macam kotoran. Pasir untuk finishing harus bersih dan
berlebih dahulu diayak.

3.2. Sayarat-Syarat Pelaksanaan


a. Seluruh plesteran beton dengan adukan campuran harus sesuai dengan
gambar rencana/RAB dan persetujuan dari direksi
b. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata
ayakan seperti yang disyaratkan.
c. Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas tetapi dibutuhkan
untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus
bermutu baik dari jenis dan disetujui oleh direksi.
d. Bahan semen yang dikirim ke lokasi harus dalam keadaan tertutup atau
dalam kantong yang masih disegel dan berlabel pabriknya, bertuliskan
type dan tingkatannya, dalam keadaan utuh dan tidak tercacat.
e. Bahan harus diletakan ditempat yang kering, berventilisai baik, terlindung
bersih. Tempat penyimpan barang harus cukup untuk proyekini, dan
dilindungi sesaui dengan jenisnya.
f. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukan kepada direksi untuk
mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik
yang bersangktan. Material yang tidak disetujui harus diganti yang
disyaratkan tampa biaya tambahan.
g. Bidang permukaan beton sebelum diplester, permukaannya harus
dibersihkan dari sisa-sisa bakesting. Permukaan beton terlebih dahulu
harus diketrek.
h. Pekerjaan plesteran dapat dilakukan setelah ada persetujuan dari direksi
i. Tebal plesteran sesaui dengan yang ditujukan gambar, ketebalan plesteran
yang melebihi 1,5 cm harus diberi kawat ayam untuk membantu dan
memperkuat daya lekat plesteran.

pp
4
j. Plesteran halus (acian) dipakai campuran PC dan air sampai mendapatkan
campuran yang homogeny, acian dapat dikerjakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering)
k. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan tidak terlalu
cepat dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindungi dari terik matahari langsung dengan penutup yang bias
mencegah penyerapan air secara cepat.
l. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulang/mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya
sendiri selama kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemberi
tugas/pemakai

Pasal 4: Pekerjaan Atap

4.1. Rangka Atap


Yang dimaksud dengan rangka atap adalah konstruksi penutup atap, yang
terdiri dari :
a. Kuda-Kuda
Konstruksi kuda-kuda terbiat dari katu kelas I (kayu besi) atau kayu sejenis
yang ukurannya 10 X 10 hubungan sambungan dipakai baut-baut besi
diameter 12 mm
b. Gording
- Gording dibuat dari kayu kelas II
- Pemasangan gording harus lurus/waterpass dengan jarak antara
gording dengan gording 0.80 m
- Sambungan gording tidak diperkenakan di tengah antara kuda-kuda
sambungan dijepit oleh 2 kayu ukuran 5/10 panjang 120 cm dibaut dan
di sekrup
c. Balok dan Papan Nok
Balok nok adalah di atas pertemuan kemiringan kuda-kuda diatas balok nok
yang terbuat dari kayu besi, dipasang papan nok, papan nok harus dipasang
lurus dan rata, papan nok terbuat dari kayu kelas I

pp
4
d. Ikatan Angin
Ikatan angina berfungsi untuk membuat kaku kuda-kuda, terutama terhadap
beban angina yang terjadi. Ikatan angina dipasang penyilang antara kuda-
kuda yang satu dengan yang lainnya, terutama kuda-kuda bagian luar/ tepi
bangunan . ikatan angina terbuat dari kayu besi, pertemuan silang antara
ikatan angina dipasang klos kayu besi dibuat dan dimur penempatan ikatan
angina dapat dilihat sesaui dengan gambar potongan memanjang.
e. Papan Lisplank/Papan Tepi
Papan lisplank terbuat dari kayu kelas I disesauikan dengan gambar kerja.
papan lisplank dipasang pada akhir/ujung kuda-kuda/gording paling
bawah. Lisplank harus dipasang lurus tidak berkelok. Sambungan lisplank
digunakan sambungan ekor burung.

4.2. Penutup Atap


Penutup atap dan hubungan bangunan digunakan zenk BJLS 0.25

Pasal 5: PEKERJAAN PENGECETAN

5.1. Cat Metrolite


Cat Metrolite digunakan untuk mengecat dinding tembok dan plafon tripleks,
pengecatan dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali untuk dinding tembok yang
baru sebelum dicat harus dilakukan acian dinding atau plamir hingga benar-
benar licin dan rata permukaan dinding baru di lakukan pengecatan.

5.2. Cat Kayu dengan Cat Gloteks


Untuk semua bahan kayu seperti kusen pintu dan jendela, daun jendela,
ventilasi dan papan lisplank harus menggunakan cat Gloteks dan di cat
sekurang-kurangnya 2 kali. Kayu sebelum di cat harus di dumpul kemudian di
plas.

pp
4
Pasal 6: PEKERJAAN AKHIR/PENYELESAIAN PEKERJAAN

6.1 sebelum penyerahan pertama pekerjaan, kontraktor harus meneliti semua


bagian pekerjaan dan dapat menyelesaikan bagian pekerjaan yang dinilai belum
sempurna sesaui spesifikasi.
6.2. pada waktu penyerahan pekerjaan, maka ruangan maupun halaman harus
benar-benar telah dibersihkan dari segala macam kotoran/sampah
Pemborong tetap bertanggung jawab selama masa pemeliharaan pekerjaan
dalam memperbaiki segala kekurangan yang terjadi. Setelah penyerahan kedua
pekerjaan, maka semua barang dan peralatan milik pemborong sudah harus
disingkirkan dari lokasi pekerjaan.

Pasal 7: PEKERJAAN PENUTUP

7.1. Sebagai penutup perlu diingatkan bahwa uraian Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat (RKS) ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan gambar
kerja serta izin penjelasan pekerjaan.
7.2. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam RKS ini, dan pada petunjuk
pelaksanaan pekerjaan ternyata diperlukan, maka akan dicantumkan pada
berita Acara Penunjukan atau Berita acara Rapat Evaluasi.
7.3. Walaupun dalam Uraian RENCANA KERJA dan SYARAT_SYARAT (RKS) ini tidak
dinyatakn bahwa harus sediakan /kerjakan oleh pemborong, namun
penyedian /pekerjaan tersebut merupakan bagian pelengkap keseluruhan
pekerjaan di maksud.

pp
4
DAFTAR ISI

A. PERSYARATAN-PERSYARATAN TEKNIS ...................................................................... 1


BAB I. Syarat-Syarat Teknis............................................................................................ 1
Standart-Satandrat yang Berlaku .................................................................. 1
Data Umum ............................................................................................................. 2
Penyerahan Pekerjaan ...................................................................................... 2
Pasl 1 : Pekerjaan Persiapan ...................................................................... 2
Pasl 2 : Pekerjaan Struktur ........................................................................... 5
Pasl 3 : Pekerjaan Plesteran Beton ........................................................... 16
Pasl 4 : Pekerjaan Atap .................................................................................. 17
Pasl 5 : Pekerjaan Pengecatan .................................................................... 19
Pasl 6 : Pekerjaan Akhir/Penyelesaian Pekerjaan .............................. 19
Pasl 7 : Pekerjaan Penutup ........................................................................... 20

pp
4

Anda mungkin juga menyukai