Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

1. HEMOLISIS
SELAIN SLIDE 3 SEMUANYA HANYA MEMBACA YANG ADA DI SLIDE
 SLIDE 3 baca dulu tabelnya baru baca ini!
Dari data yang tertera pada table diatas dapat diketahui bahwa beberapa
tabung telah terjadi hemolisis. Dengan bukti adanya larutan yang bewarna
merah, hal tersebut terjadi karena hemoglobin yang ada pada eritrosit
tersebut keluar ke media disekelilingnya diakibatkan pecahnya plasma
darah, hal tersebut akibat pecahnya membrane eritrosit, sehingga
hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan
membrane eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan
hipotonis, hipertonis ke dalam darah, penurunan tekanan permukaan
membrane eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan,
rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.

Apabila medium di sekitar eritrosi menjadi hipotonis (karena penambahan


larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan
masuk ke dalam eritrosit melalui membrane yang bersifat semiperimiabel
dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membrane tidak kuat
lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel
akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang
hipertonis, maka cairan akan keluar menuju ke medium luar eritrosit
(plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
dikembalikan dengan cara menambah cairan isotonis ke dalam medium
luar eritrosit (plasma). Hal ini menyebabkan aliran pelarut air dan cairan ke
plasma darah, akibatnya sel darah merah akan mengembang dan dapat
pecah. Adanya hemoglobin dalam darah menimbulkan timbulnya warna
merah dalam darah dan hemoglobin tersebut merupakan suatu senyawa
organic yang kompleks yang terdiri dari empat pigmen porfirin merah.

Fragilitas sel darah merah mencerminkan kemampuan sel darah merah


untuk memasukan sejumlah larutan sebelum sel darah merah tersebut lisis
akibat membrane selnya tertekan oleh larutan di dalam sel yang memiliki
tekanan osmotic lebih tinggi dibandingkan dengan di luar sel. Larutan yang
memiliki tekanan osmotic lebih rendah dibandingkan dengan tekanan
osmotic di dalam sel darah merah disebut larutan hipotonis.

Jika sel darah merah berada dalam larutan hipertonis, yaitu larutan yang
memiliki tekanan osmotic lebih tinggi jika dibandingkan dengan tekanan
osmotic di dalam sel, maka sel darah merah akan mengalami krenasi karena
cairan di dalam sel darah merah keluar di sekitarnya

Sedangkan jika sel darah merah berada pada larutan hipertonis, yaitu
larutan yang memiliki tekanan osmotic lebih rendah jika dibandingkan
dengan tekanan osmotic di dalam sel, maka sel darah merah akan
bertambah volumenya hingga pecah (hemolisis). Adanya hemolisis ini akan
menyebabkan larutan menjadi keruh karena isi darah merah keluar.

2. PENGARUH ZAT KIMIA


Pada percobaan, zat kimia yang ditambahkan merupakan pelarut lipid yang
artinya akan melarutkan dan melisiskan lipid pada membrane. NaCl yang
berfungsi sebagai pelarut lalu diteteskan darah. Disekitar eritrosit terdapat
membrane yang diselimuti oleh fosfolipid bilayer yang akan terkikis oleh
pelarut lipid sehingga mendukung lisis eritrosit. Tetapi hanya kloroform ,
eter , toluen dan alkohol yang mampu melisiskan karena sifatnya yang non-
polar sedangkan air dan aseton merupakan zat bersifat polar.

3. TES GUAIAC
Tes darah samar feses mendeteksi darah dalam tinja yang tidak terlihat
pada pemeriksaan secara konvensional dan tidak terlihat oleh mata
telanjang dibawah mikroskop. Feses biasanya mengandung kurang dari 50
mg hemoglobin per gram tinja, dimana pada orang dewasa normal
umumnya menunjukkan kurang dari 2 sampai 3 mg /gr. Peningkatan jumlah
ini dikaitkan dengan berbagai penyakit gastrointestinal jinak / ganas,
terutama neoplasma kolon. Tes ini yang paling sering digunakan pada
pasien skrining untuk lesi tersebut.
4.TES BENZIDIN
Untuk apa test benzidin dapat diterapkan ?
Pada tumor ganas, seperti tumor lambung ganas, sering didapatkan
perdarahan dalam tinja (occult blood), sehingga diperlukan pemeriksaan
benzidin test. Selain itu, biasanya digunakan untuk mengetahui intensitas
darah pada forensic

5. OKSIHEMOGLOBIN DAN HEMOGLOBIN TEREDUKSI


 Dari hasil yang didapatkan memperlihatkan bahwa hemoglobin dapat
mengikat oksigen menjadi HbO2 dan senyawa ini dapat terurai kembali
menjadi deoksi Hb dan O2. Dalam keadaan tereduksi, fe dalam hemoglobin
dapat mengikat O2 menjadi HbO2. Dan HbO2 akan melepaskan O2 pada
penambahan reaksi stokes Hb (fe2+) + O2 >>>>>><<<<<<< Hb(fe2+)O2
 Pada hasil percobaan oksihemoglobin warna larutan merah. Kemudian
pada pemberian pereaksi stokes darah menjadi warna merah gelap karna
pada tabung terjadi proses pelepasan O2. Setelah dikocok diperoleh warna
merah merata hal ini karna Hb mengikat O2 lagi dari udara.

6. METHEMOGLOBIN
A. Darah memiliki heme (Fe2+), dengan penambahan K3Fe(CN)6 33% akan
terjad reaksi oksidasi menjadi Fe3+ sehingga ada perubahan warna menjadi
merah pekat. Tetapi jika ditambahkan pereaksi strokes akan terjadi
pelepasan O2 sehingga terlihat banyak gelombang-gelombang.

7. ALBUMIN DAN GLOBULIN


• Amonium sulfat jenuh yang ditambahkan dengan serum menyebabkan
larutan campuran tersebut tidak jenuh lagi melainkan menjadi setengah
jenuh. Globulin dapat diendapkan pada larutan setengah jenuh maka
terbentuk endapan globulin.
• Menurut Sloane (2004), larutan globulin dapat diendapkan oleh
penambahan garam amonium sulfat hingga setengah jenuh. Pada
percobaan ini, protein albumin tidak ikut mengendap karena protein
albumin mengendap pada larutan yang bersifat jenuh sehingga filtrat yang
disaring endapannya masih mengandung protein albumin dan dapat
digunakan pada percobaan pengendapan albumin
• Pada percobaan kali ini dihasilkan sedikit endaapan yang melayang. Larutan
mengendap akibat penambahan amonium sulfat. Penambahan garam
(NH4)2SO4 (amonium sulfat) ini bertujuan untuk mengikat air pada protein
karena garam bersifat hidroskopis
Pada butir 6 berwarna biru karena positif terhadap protein globulin

• Pada percobaan ini, filtrat yang digunakan adalah filtrat dari percobaan
globulin.
• Pada butir 7 Filtrat tersebut ditambahkan dengan (NH4)2SO4 padat
berlebih sehingga terdapat sedikit endapan yang melayang.
• Penambahan garam (NH4)2SO4 (amonium sulfat) yang berlebih ini
bertujuan untuk mengikat air pada protein karena garam bersifat
hidroskopis sehingga protein albumin tersebut dapat mengendap karena
protein albumin dapat mengendap pada amonium sulfat jenuh.
• Menurut Sloane (2004), albumin adalah protein yang dapat larut serta
dapat terkoagulasi oleh panas dan dapat diendapkan dengan penambahan
amonium sulfat hingga jenuh
Tes biuret pada butir 9 negative karena karena protein albumin dan
globulin sudah terbentuk endapan dan sudah disaring

8. KARBONMONOKSI DAN HEMOGLOBIN


CO (Karbon monoksida) adalah zat yang mampu bergabung dengan Hb
(hemoglobin) 200 kali lebih mudah dari oksigen (02). Oleh karena itu, zat ini
mengurangi jumlah hemoglobin saat berkombinasi dengan O2. Selain itu,
sementara CO mengikat Hb, terjadi perubahan struktural pada Hb,
kemudian membuat oksigen terikat dalam Hb, dan menimbulkan masalah.
Hal tersebut membuat darah tidak mampu memasok O2 ke dalam jaringan
dan menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Pasien bisa teracuni oleh CO
karena menghirup asap dari kebakaran. Sumber-sumber lain yang
memproduksi CO termasuk asap tembakau, bensin dan asap bahan bakar
gas alam, knalpot mobil, gas perapian, pembakaran yang tidak berventilasi,
dan kompor gas yang rusak. Untuk mengobati keracunan CO ini, dokter
memberikan pasien dosis O2 tinggi untuk mengurangi jumlah COHb.

Anda mungkin juga menyukai