Abstrak
Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa tujuan Negara adalah untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban agama dan megurus masyarakat (amar
ma’ruf nahi munkar). Oleh karena itu, diperlukan islamisasi negara. Dalam
konsep negara hukum, terdapat prinsip-prinsip yang harus dijalankan. Di antara
prinsip-prinsip tersebut yaitu: pinsip kekuasaan sebagai amanah, prinsip
musyaawarah, prinsip keadilan, prinsip persamaan, prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, prinsip peradilan bebas, prinsip
perdamaian, prinsip kesejahteraan, dan prinsip ketaatan rakyat.
Rasulullah SAW selalu melaksanakan pemerintahannya dengan
melaksanakan prinsip-prinsip Islam dengan baik seperti prinsip musyawarah,
prinsip kesatuan, prinsip keadilan, dan prinsip persamaan, dan prinsip ketaaatan
rakyat.
Konsep Negara Islam dalam memberikan gambaran tentang sebuah Negara
sangatlah besar, dimana meskipun Islam secara eksplisit tidak memberikan
konsep tertentu, namun Islam mengaturnya melalui prinsip-prinsipnya. Hal ini
dapat kita lihat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW dalam
menjalankan prinsip-prinsip tersebut.
dapat dipisahkan satu sama lain.” 8 7F mendirikan Negara karena dalam interaksi
Sehingga dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah manusia yang dimungkinkan timbulnya
(w. 728 H) berpendapat bahwa agama pertikaian dan peperangan yang pada
tidak dapat hidup tanpa adanya Negara. 9 8F akhirnya nanti akan menimbulkan
Dan wajib bagi manusia, baik itu secara kehancuran. Oleh karena itu, mendirikan
nash maupun secara akal untuk mendirikan Negara yang di dalamnya terdapat seorang
pemerintahan Islam (walâyat) karena pemimpin atau kepala Negara yang ditaati
agama tidak bisa berdiri tanpa Negara. 10 9F yang mampu mengatasi bentuk madharat
Ibnu Taimiyyah juga menyatakan rakyatnya adalah wajib hukumnya. 13 12F
bahwa Negara harus ada sebagai sarana Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah
untuk merealisasikan kewajiban-kewajiban menyatakan bahwa enam puluh tahun di
agama. Dalam hal ini juga beliau bawah pemerintahan sultan (kepala
menyatakan bahwa kesejahteraan manusia Negara) yang zalim lebih baik dari satu
tidak dapat diwujudkan secara sempurna malam tanpa sultan, tetapi yang wajib
kecuali dengan hidup bermasayarakat dan adalah mendirikan kepemimpinan yang
bernegara. Maka, dalam setiap kelompok mendekatkan kita kepada Allah SWT. 14 13F
hidup manusia dibutuhkan sebuah Negara, Oleh karena itu, Ia mengatakan bahwa
karena disamping untuk menjalankan menegakkan pemerintahan merupakan
kewajiban-kewajiban agama juga sebagai perintah agama untuk melaksanakan amar
sarana untuk menyejahterakan ma’rûf nahi munkar dan melaksanakan
11
masyarakat. 10F semua perintah agama seperti jihad, haji,
Sejalan dengan hal tersebut, Ibnu keadilan, dan lain-lain. Itu semua tidak
Khaldun (w. 808 H) berpendapat bahwa akan terlaksana dengan sempurna tanpa
Negara tidak akan ada tanpa adanya adanya kekuatan dan kekuasaan. Dan
dukungan rasa persatuan dan solidaritas untuk mewujudkan kekuatan itu
yang kuat antara masyarakat. Namun, diantaranya adalah dengan mewujudkan
meskipun solidaritas dalam pendirian Negara.
Negara merupakan hal yang alami, namun Bila dikaji lebih mendalam tentang
beliau juga menegaskan bahwa agama fakta Negara Islam, maka kita akan
sangat diperlukan dalam menegakkan mendapati dua perkara penting. Pertama,
Negara. 12 Selain itu, beliau juga
1F Negara Islam bertugas menegakkan
menambahkan bahwa pentingnya hukum-hukum syariat atas semua rakyat,
mengumpulkan dan mendistribusikan
8
Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, zakat, menegakkan hudûd dan ta’zîr, serta
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 5.
9
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu mengatur urusan masyarakat dengan Islam
Taimiyyah, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1995), dan mengatur sistem kehidupan Islam
hlm. 305. secara umum. Kedua, Negara Islam
10
Muhammad Al-Mubarak, Arâ’u Ibn Taimiyyah
Fi Ad-Daulah wa Mady tadakhkhulihâ fi al-
13
Majal Al-Iqtshady, (T.Tp.: Dar Al-Fikr, 1970), Muhammad Dhiyauddin, An-Nadzariyyât As-
hlm. 26-27. Siyâsiyyah Al-Islâmiyyah, (Mesir: Dar Al-
11
Khalid Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Ma’arif, 1967), hlm. 131-133.
14
Islam Menurut Teori Ibnu Taimiyah, terj.Mufid, Ibnu Taimiyyah, As-Siyâsah As-Syar’iyyah fî
(Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 43. Ishlâh ar-Râ’i wa Ar-Râ’iyyah, (Al-Qahirah:
12
Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, hlm. 291. Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, t.t), hlm. 174.
bertugas mengemban dakwah Islam, di kekuasaan yang sah. 19 Dalam ilmu politik,
luar batas wilayah Negara Islam Negara diartikan sebagai suatu daerah
seluruhnya, melenyapkan hambatan- teritorial yang rakyatnya diperintah oleh
hambatan serta halangan-halangan yang sejumlah pejabat dan yang berhasil
menghadang dakwah Islam dengan metode menuntut dari warga negaranya ketaatan
jihad. 15 Negaralah yang menetukan hukum pada peraturan perundang-undangan
dan ketaatan rakyat kepada hukum adalah melalui penguasaan monopolistis dari
karena hukum itu merupakan kehendak kekuasaan yang sah. 20
Negara. 16 Adapun Negara Islam yaitu suatu
R. Kranenburg yang dikutip oleh Negara yang menerapkan hukum Islam
Abu Daud Busroh menyatakan bahwa dan keamanan Negara tersebut dibawah
Negara merupakan suatu suatu organisasi jaminan kaum muslimin. 21 Mahmud Abdul
kekuasaan yang diciptakan oleh Karim Hasan berpendapat bahwa Negara
sekelompok manusia untuk memelihara Islam merupakan institusi politik yang
kepentingan dari kelompok tersebut. 17 melaksanakan penerapan Islam secara
Oleh karena itu, seorang pemimpin negara praktis untuk menegakkan agama Islam
harus dapat mengatur kehidupan antar secara sempurna. 22 Adapun Yusuf
manusia guna mendapatkan kehidupan Qaradhawi mendefinisikan Negara Islam
yang baik. adalah Negara madani yang berlandaskan
Islam, ditegakkannya berlandaskan baiat
B. Pembahasan dan musyawarah, pemimpinnya dipilih
1. Definisi Negara Islam dari kalangan orang jujur, kuat dan
Muhammad Yusuf Musa men- terpercaya, serta penuh perhatian. 23
definisikan Negara sebagai kumpulan Negara Islam sendiri dapat disebut
manusia pada suatu iklim tertentu yang juga Khilâfah Islâmiyyah atau Imâmah. 24
berdaulat dan di dalamnya terdapat aturan- Ibrahim Al-Bajuri (w. 1276 H)
aturan. 18 Adapun M. Budiardjo (w. 2007 mendefinisikan khilafah dengan wakil
M) mendefinisikan Negara sebagai suatu Nabi Muhammad SAW untuk mengatur
daerah teritorial yang rakyatnya diperintah kemaslahatan kaum Muslimin. Al-
oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil
19
menuntut dari warga negaranya ketaatan Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008),
pada peraturan perundangannya melalui hlm. 225.
penguasaan (kontrol) monopolitis daripada 20
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar ilmu Politik,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.
40.
21
Syamsuddin Ramadlan, Menegakkan kembali
15
Syamsuddin Ramadlan, Menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah, (Jakarta: Pustaka Panji
Khilafah Islamiyah, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003), hlm. 7.
22
Mas, 2003), hlm. 4-5. Mahmud Abdul Karim Hasan, Metode
16
Abdul Mu’in Salim, Konsepsi Kekuasaan Perubahan Sosial Politik, (Jakarta: PSKII Press,
Politik Dalam Al-Qur’an, hlm. 65. 2003), hlm. 127.
17 23
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Jakarta: Bumi Yusuf Al-Qaradhawy, Fiqh Negara, (Jakarta:
Aksara, 2011), hlm. 22-23. Rabbani Press, 1997), hlm. 42.
18 24
Hamd bin Muhammad, Ârâ’ Ibn Taimiyyah fî Mahmud Abdul Majid Al-Khalidiy, Qawâ’id
Al-Hukmi wa Al-Idâroh, (Riyadh, Dar Al- Nidzâm al-Hukm fî Al-Islâm, (T.tp, Darul
Albab, 2000), hlm. 39. Buhuts Al-‘Ilmiyyah, 1980), hlm. 226.
sebagai Negara besar yang mengatur Negara tidak untuk memperoleh kekuasaan
urusan-urusan agama dan dunia. Tetapi mutlak, tapi untuk membawa kemajuan
lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa umat manusia di seluruh dunia terutama
imamah sebagai pengganti Rasulullah dalam mencapai kebahagiaan hidup. 31 30F
dikatakan sebagai de jure, baik yang mengadili adalah termasuk tugas eksekutif.
langsung memerintah ataupun yang tidak Teori tersebut kemudian disempurnakan
langsung memerintah. Adapun kata menjadi tiga fungsi yang masing-masing
“khalifah”, maka awalnya ia menunjukkan fungsi tersebut terpisah dan dilaksanakan
kepada yang mempunyai kekuasaan dalam oleh lembaga yang terpisah pula.
kenyataan, walaupun tidak berhak, yang Berbeda dengan Montesquieu yang
berpendapat bahwa fungsi Negara itu
adalah fungsi legislatif yang membuat
25
undang-undang, fungsi eksekutif yang
Al-Mawardi, Al-Ahkâm As-Shulthâniyyah wa
Al-Wilâyât Ad-Dîniyyah, (Kuwait: Maktabah
29
Dar Al-Kutaibah, 1989), hlm. 3. T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan
26
M. Yusuf Musa, Nidzâm Al-Hukmi Fi Al-Islâm, Dalam Fiqh Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
(Qahirah: Dar al-Kitab al-araby, 1963), hlm. 12. 1971), hlm. 37.
27 30
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
Taimiyyah, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1983), Negara, hlm. 73-74.
31
hlm. 50. Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
28
Sholah Ash-Showi, Al-Wajiz fi Fiqh Al- Negara, hlm. 76.
32
Khilafah, (T. Tp: Dar Al-A’lam Ad-Dualy, t.t), Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
hlm. 5. Negara, hlm. 221-222.
melaksanakan undang-undang, dan fungsi politik yang luas dan mendalam. Ketiga,
yudikatif yang mengawasi agar semua adanya keahlian profesional dan
peraturan diawasi. 33 Montesquieu keterampilan teknis di berbagai bidang.
memasukkan fungsi federatif kepada Keempat, adanya kearangka dasar untuk
fungsi eksekutif, dan fungsi mengadili kekuasaan efektif. 35
dijadikan fungsi sendiri. Hal ini dapat
dimengerti bahwa tujuan dari Montesquieu 3. Unsur-unsur Negara
adalah untuk kebebasan berpolitik atau Jika ditinjau dari sudut klasikal,
melindungi hak asasi manusia yang hanya maka unsur-unsur Negara itu ada tiga,
dapat dicapai dengan kekuasaan mengadili yaitu adanya wilayah (batasan wilayah
yang berdiri sendiri. tertentu), rakyat (sekumpulan manusia
Selain teori-teori tersebut, masih yang hidup di suatu tempat yang
dikenal teori lain yaitu teori Van Vollen dilawankan dengan makhluk-makhluk lain
Hoven yang membahas fungsi Negara yang hidup di dunia, dan pemerintahan
seperti teori-teori diatas. Menurut Van yang berdaulat (alat bagi Negara dalam
Vollen Hoven fungsi Negara itu ada menyelenggarakan segala kepentingan
empat, yaitu fungsi regeling yang rakyatnya dan untuk mewujudkan tujuan
berfungsi untuk membuat peraturan, fungsi yang sudah ditentukan). 36 Adapun secara
bestuur untuk menggerakkan Yuridis, unsur-unsur Negara terbagi
pemerintahan, fungsi rechtspraak untuk menjadi gebiedsleer (wilayah hukum),
mengadili, dan fungsi politie untuk persoonsleer (subjek hukum), dan de leer
ketertiban dan keamanan. 34 van de rechtsbetrekking (hubungan
Dari uraian di atas, Negara hukum). Selain itu, unsur-unsur Negara
menyelenggarakan fungsinya, yaitu jika dilihat secara sosiologis terbagi
melaksanakan penertiban (law and order) menjadi faktor sosial dan faktor alam.
yang berfungsi sebagai stabilitas negara Faktor sosial meliputi unsur masyarakat,
guna merangsang kelancaran proses ekonomis, dan kulturil. Faktor alam alam
perkembangan. Bila kestabilan telah meliputi unsur wilayah dan unsur bangsa. 37
tercapai, maka proses pembangunan lebih Menurut Ibn Abi Rabi’, dalam
ditentukan oleh kombinasi dan rangka membentuk atau mendirikan
keseimbangan antara empat persyaratan. sebuah Negara, maka diperlukan tiga unsur
Pertama, kepemimpinan masyarakat sebagai berikut: Pertama, harus ada
politik harus mempunyai rasa tanggung wilayah tertentu yang di dalamnya tersedia
jawab yang besar yang tercermin dalam air bersih, lapangan kerja, jalan-jalan raya,
pengabdian kepada kepentingan tempat ibadah, pagar-pagar pengaman, dan
masyarakat dan kesungguhan untuk pasar-pasar. Kedua, harus ada raja atau
menghayati persoalan-persoalan pokok 35
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
dalam kehidupan masyarakat. Kedua, Negara, hlm. 222.
36
pimpinan harus mempunyai suatu persepsi Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan
Undang-Undang Dasar 1945: Kajian
Perbandingan Tentang Dasar-dasar Hidup
33
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, hlm. 83-84. bersama Masayarakat yang Majemuk, (Jakarta:
34
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu UI Press, 1995), hlm. 88.
37
Negara, hlm. 222. Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, hlm. 75-82.
yang terdiri dari tujuh golongan, yaitu: (1) bahwa bentuk Negara yang sesuai dengan
kaum zâhid (orang-orang yang lebih sifat tertentu dan juwa manusia ada lima
mengutamakan ibadah daripada yang macam, yaitu: Aristokrasi, Timokrasi,
lainnya), (2) kaum hukamâ (cendikiawan) Oligarkhi, Demokrasi, dan Tirani. Adapun
seperti dokter, insinyur, astronom, dan Aristoteles mengemukakan tiga macam
lainnya, (3) kaum ulama, (4) keluarga raja, bentuk Negara yang dibaginya menjadi
(5) elit militer (petugas keamanan Negara), bentuk ideal dan bentuk kemerosotan,
(6) kaum pedagang, dan (7) penduduk yaitu: bentuk ideal Negara adalah Monarki,
desa. 38
37F Tirani, dan Aristokrasi. Dan bentuk
Adapun Abdul Karim Zaidan, kemerosotan adalah Tirani, Oligarkhi,
setelah mencermati Negara Madinah yang Plutokrasi, dan Demokrasi.
didirikan oleh Rasulullah SAW Adapun pada zaman pertengahan,
menyimpulkan bahwa unsur-unsur Negara bentuk Negara ada dua macam, yaitu
ada empat, yaitu: (1) Sekelompok orang republik dan kerajaan. Hal ini seperti yang
(rakyat), (2) Aturan tertentu, (3) Adanya dikemukakan oleh Machiavelli yang
wilayah/daerah tertentu, dan (4) Memiliki menyebutkan bahwa Negara itu kalau tidak
kedaulatan. 39 Abdul Wahab Efendi
38F kerajaan (principal) tentu republik
menambahkan satu unsur lagi, yaitu (republica). 4241F
Ibn Al-Khidhr Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Katsir (w. 774 H), Muhammad bin Al-
Taimiyyah Al-Harraniy kemudian Al- Munajja Syarafuddin (w. 724 H), Ahmad
Dimasyqi. 50 Beliau dilahirkan pada hari
49F bin Al-Hasan bin Abdillah bin Muhammad
senin tanggal 10 Rabi’ul Awal 661 H di bin Ahmad bin Qudamah (w. 771 H),
Harran (dekat Damaskus) Suriah. 51 Beliau 50F Khalil bin Kaikaladi bin Abdillah Al-‘Allai
dilahirkan lima tahun setelah jatuhnya Ad-Dimasyqi (w. 761 H), Yûsuf al-Muzzi
Baghdad ketangan bangsa Tatar, yang (w. 742 H), Ibnu Abdil Hadi (744 H),
berarti masa kekuasaan dinasti Abbasiyah Umar Al-Bazzar (749 H), Ibnu Fadhlullah
telah berakhir. Beliau wafat pada malam al-Umari (749 H), Yusuf bin Abd al-
senin tanggal 20 Dzulhijjah 728 H. Mahmud (w. 726 H), Ibnu Syaikh al-
Di antara guru-guru beliau adalah Kharamiyyin (711 H), Abu Al-Abbas Az-
Ahmad bin Abd Ad-Da’im Al-Maqdisi (w. Zar`i (w. 761 H), Ummu Zainab binti
668 H), Syamsuddin bin Abu Umar Al- Abbas (w. 714 H), dan lain-lain. 53 52F
masyarakat. Oleh karena itu, sangat sulit kepala Negara. 56 Adapun surat An-Nisâ’
untuk menciptakan suasana politik yang ayat 59, menurut beliau ayat tersebut
stabil dan keseimbangan sosial, sehingga ditujukan kepada rakyat. Mereka
beliau sering menghadapi fitnah sehingga diperintahkan supaya taat kepada Allah
beliau sering masuk penjara. 54 dan Rasul-Nya, serta taat kepada para
Diantara fitnah-fitnah tersebut pemimpin mereka selama pemimpin
adalah ketika seorang nashrani yang tersebut tidak dalam keadaan bermaksiat
mengaku sebagai seorang muslim kepada Allah SWT. 57
mengadukan Ibnu Taimiyyah bahwa beliau Berbicara tentang konsep Negara,
mencela dan mencaci Rasulullah SAW dalam hal ini penulis beranggapan bahwa
yang kemudian beliau dipenjara pada teori kedaulatan Negara menurut Ibnu
tahun 693 H. kemudian pada tahun 704 H, Taimiyyah lebih dekat kepada teori
karena masalah “Allah SWT bersemayam kedaulatan hukum, dan konsep negaranya
di atas Arsy” dan “Allah turun ke langit lebih dekat kepada nomokrasi 58 atau
dunia”. 55 Negara syariat. Alasannya adalah sebagai
berikut: Pertama, Ibnu Taimiyyah
3. Pemikiran Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa hukum yang harus
Tentang Negara diterapkan adalah hukum syariat.
Dalam pendahuluan kitab As- Selanjutnya, ketaatan kepada penguasa
Siyâsah As-Syar’iyyah fi Ishlâh Ar-Râ’i wa hanya berlaku jika penguasa tersebut taat
Ar-Râ’iyyah, Ibnu Taimiyyah kepada Allah SWT. 59 Kedua, penerapan
menyebutkan dalil yang mendasari
pemikiran beliau, yaitu surat An-Nisa’ ayat 56
Munawwir Sjadzali, Islam dan Tata Negara:
58-59. Menurut Ibnu Taimiyyah, surat An- Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: UI
Nisa’ ayat 58 dimaksudkan untuk para Press, 1995), hlm. 85-86.
57
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syarah
pemimpin Negara. Demi terciptanya Kitab As-Siyasah As-Syar’iyyah li As-Syaikh Al-
kehidupan bernegara yang serasi Islam Ibn Taimiyyah, (Beirut: Da Ibn Hazm,
2004), hlm. 17.
hendaknya mereka menyampaikan amanat 58
Muhammad Tahir Azhari membedakan
kepada pihak yang berhak atas amanat Nomokrasi menjadi dua macam, pertama
tersebut dan mengambil keputusan dengan nomokrasi Islam, kedua nomokrasi sekuler.
Cara membedakannya adalah dilihat dari
adil dalam sebuah permasalahan. pelaksanaan hukum-hukum Islam (syariat)
Menurut Ibnu Taimiyyah, dalam kehidupan Negara dan hukum sebagai
perkataan amanat pada ayat 58 surat An- hasil pemikiran manusia. Dalam nomokrasi
Islam, baik syariat maupun hukum yang
Nisâ’ itu mempunyai dua arti, yaitu: didasarkan pada rasio manusia (yang sesuai
Pertama, amanat diartikan sebagai dengan syariat) kedua-duanya berfungsi dan
berperan dalam Negara. Adapun dalam
kepentingan-kepentingan rakyat yang nomokrasi sekuler, manusia hanya
merupakan tanggung jawab kepala Negara menggunakan hukum semata-mata hasil
untuk mengelolanya. Kedua, perkataan pemikiran mereka. Lihat, Muhammad Tahir
Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang
amanat pada ayat tersebut berarti pula Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum
kewenangan memerintah yang dimiliki Islam, Implementasinya Pada Periode Negara
Madinah dan Masa Kini, hlm. 85.
59
Ibnu Taimiyyah, As-Siyasah As-Syar’iyyah fi
54
Ibn Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa, hlm. 27-28. Ishlahi Al-Ra’i wa Al-Ra’iyyah, (Qahirah: Dar
55
Ibn Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa. Al-Kitab, 1995), hlm. 4-5.
hukum yang dilakukan tanpa melihat status pada bagian kedua beliau membahas
sosial, baik kepada orang terhormat tentang pelaksanaan hukum-hukum pidana
maupun tidak. Ketiga, penindakan hukum baik itu menyangkut hak-hak Allah (huqûq
bagi pelanggar dibutuhkan saksi/bukti Allâh) dan hak-hak manusia (huqûq Al-
yang memadai. Keempat, penetapan ‘Ibâd).
hukum yang berkaitan dengan hak-hak Prinsip-prinsip negara hukum,
manusia seperti qishâsh dan hudȗ d dalam dapat dilihat dalam pemerintahan
upaya memelihara jiwa dan harta Rasulullah SAW, dimana setiap keputusan
seseorang. yang ditetapkan, Rasulullah SAW selalu
Sehubungan dengan Negara melakukan musyawarah dengan para
hukum, Ibnu Taimiyyah berpendapat sahabat. Misalnya ketika akan terjadi
bahwa dalam penunjukan pembantu- perang Uhud dan perang Khandak. 61 60F
pembantu seperti menteri (wazîr), hakim, Begitu juga dengan prinsip keadilan, pada
maupun pejabat daerah, seorang kepala zaman Rasulullah SAW dapat dilihat
Negara harus berusaha mencari orang- dalam sebuah peristiwa ketika seorang
orang yang secara objektif betul-betul anak pembesar (kepala suku) bernama
memiliki kemampuan untuk jabatan- Fathimah binti Asad mencuri Rasulullah
jabatan tersebut. Maka mengharapkan SAW tetap melaksanakan hukuman bagi
pemimpin yang amanah, berkredibilitas orang tersebut. 62 Lebih lanjut tentang
61F
dan berintegritas moral yang tinggi agar penerapan prinsip keadilan dan prinsip
kebijakan dalam penindakan hukum dapat kebebasan pada masa Rasulullah SAW, itu
berjalan dengan baik. 60
59FHal ini dapat dilihat dalam konstitusi Madinah.63 62F
65
Allah SWT berfirman: