Anda di halaman 1dari 12

AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

NEGARA HUKUM PERSPEKTIF IBNU TAIMIYYAH (W. 728 H)


Oleh: Agus Nurhakim

Abstrak
Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa tujuan Negara adalah untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban agama dan megurus masyarakat (amar
ma’ruf nahi munkar). Oleh karena itu, diperlukan islamisasi negara. Dalam
konsep negara hukum, terdapat prinsip-prinsip yang harus dijalankan. Di antara
prinsip-prinsip tersebut yaitu: pinsip kekuasaan sebagai amanah, prinsip
musyaawarah, prinsip keadilan, prinsip persamaan, prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, prinsip peradilan bebas, prinsip
perdamaian, prinsip kesejahteraan, dan prinsip ketaatan rakyat.
Rasulullah SAW selalu melaksanakan pemerintahannya dengan
melaksanakan prinsip-prinsip Islam dengan baik seperti prinsip musyawarah,
prinsip kesatuan, prinsip keadilan, dan prinsip persamaan, dan prinsip ketaaatan
rakyat.
Konsep Negara Islam dalam memberikan gambaran tentang sebuah Negara
sangatlah besar, dimana meskipun Islam secara eksplisit tidak memberikan
konsep tertentu, namun Islam mengaturnya melalui prinsip-prinsipnya. Hal ini
dapat kita lihat dari ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW dalam
menjalankan prinsip-prinsip tersebut.

A. Latar Belakang Masalah berpendirian bahwa Islam bukan semata-


Konsep negara Islam telah menjadi mata agama dalam pengertian barat, yakni
pusat perhatian para filosof muslim dalam hanya menyangkut hubungan antara
proses pencarian mereka akan bentuk ideal manusia dengan Tuhan, sebaliknya Islam
masyarakat bernegara. Setidaknya ada dua adalah suatu agama yang sempurna dan
kelompok yang berpendapat: Pertama, lengkap dengan peraturan bagi segala
bahwa Islam dan Negara merupakan satu aspek kehidupan manusia termasuk
kesatuan yang tak dapat dipisahkan; kehidupan bernegara. Kedua, aliran yang
Kedua, berpendapat Islam dan Negara berpendirian bahwa Islam adalah agama
harus dipisahkan. 10F dalam pengertian barat yang tidak ada
Munawir Sjadzali (w. 2004 M) hubungannya dengan urusan kenegaraan.
dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Ketiga, aliran yang menolak pendapat
terdapat tiga aliran tentang hubungan Islam bahwa Islam adalah suatu agama yang
dan ketatanegaraan. Pertama, Aliran yang serba lengkap dan bahwa dalam Islam
terdapat sistem kenegaraan. Tetapi aliran
*) Dosen STAI Nurul Fikri Lembang ini juga menolak anggapan bahwa Islam
1
Anton Minardi, Konsep Negara dan Gerakan adalah agama yang mengatur hubungan
Baru Islam, (Bandung: Prisma Press, 2008),
hlm. 54-55. antara manusia dengan Tuhannya. Aliran

Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah | 545


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak kesejahteraan ukhrawi kewajiban


terdapat sistem ketatanegaraan, namun mengangkat seorang kepala atau pemimpin
hanya seperangkat tata nilai etika bagi Negara tidak boleh berdasarkan rasio,
kehidupan bernegara. 2 tetapi berdasarkan keharusan agama. 5
Hal serupa diungkapkan oleh Beliau meminjam ungkapan bahwa agama
Muhammad Hari Zamharir mengatakan dan kepala Negara ibarat anak kembar,
bahwa ada tiga model dalam melihat agama adalah sebuah pondasi sedangkan
hubungan antara agama dan Negara, yaitu: kepala Negara adalah penjaganya. Sesuatu
Pertama, model sekuler, yaitu dilihat dari yang tanpa pondasi akan mudah runtuh dan
legitimasi kekuasaan yang tidak lagi sesuai sebuah pondasi yang tidak ada penjaga
dengan etika politik Negara modern. akan mudah hilang.
Kedua, model komplementaritas, yaitu Adanya berbagai pendapat ini
adanya hubungan antara agama dan terjadi karena Islam secara eksplisit tidak
Negara karena saling berkaitan satu sama memberikan ketentuan tentang bagaimana
lain. Ketiga, model integralistik, yaitu bentuk dan konsep Negara. 6 Dalam Al-
Negara merupakan sebuah alat untuk Qur’an hanya memberikan konsep-konsep
mencapai tujuan-tujuan dari agama. 3 umum tentang pemerintah dan Negara
Para filosof Muslim seperti Al- yang berupa prinsip-prinsip dasar dalam
Farabi (w. 339 H), dalam masalah Negara bermasyarakat dan bernegara yang
beliau lebih tertuju kepada Negara dijelaskan seperti prinsip kekuasaan adalah
Madinah (city-state), sehingga negara kota amanah, prinsip keadilan, prinsip
ini merupakan Negara terbaik dibanding persamaan, prinsip kebebasan, dan prinsip
Negara bangsa atau Negara regional. 4 Dari musyarawarah. 7
Negara Madinah tersebut, Rasulullah SAW V. Fitzgerald berkata: “Islam
tidak memisahkan antara Agama dan bukanlah semata agama (a religion),
Negara. namun juga merupakan sebuah sistem
Al-Ghazali (w. 505 H) berpendapat politik (a politic system). Meskipun pada
bahwa Negara dibentuk tidak hanya dekade-dekade terakhir ada beberapa
semata-mata untuk kepentingan dunia kalangan dari umat Islam yang mengklaim
(material), tetapi lebih dari itu Negara sebagai kalangan modernis, yang berusaha
dibentuk untuk mempersiapkan diri bagi memisahkan kedua sisi itu, namun seluruh
kehidupan yang sejahtera di akhirat nanti gugusan pemikiran Islam dibangun di atas
melalui pengamalan dan penghayatan fundamen bahwa kedua sisi itu saling
ajaran agama secara benar. Oleh karena bergendengan dengan selaras dan tidak
itu, menurut beliau, untuk mempersiapkan
2 5
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, Munawwir Sjadzali, Islam dan Tata Negara:
Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: UI Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: UI
Press, 1991), hlm. 1-2. Press, 1993), hlm. 76.
3 6
Muhammad Hari Zamharir, Agama dan Abdul Mu’in Salim, Konsepsi Kekuasaan
Negara; Analisis Kritis Pemikiran Nurchalis Politik Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: PT. Raja
Majid, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Grafindo Persada, 2002), hlm. 286.
7
hlm. 77-84. Mujar Ibnu Syarif, Hak-hak Politik Minoritas
4
Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (Bandung: Non Muslim dalam Komunitas Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), hlm. 259. Penerbit Angkasa, 2003), hlm. 11.

546 | Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

dapat dipisahkan satu sama lain.” 8 7F mendirikan Negara karena dalam interaksi
Sehingga dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah manusia yang dimungkinkan timbulnya
(w. 728 H) berpendapat bahwa agama pertikaian dan peperangan yang pada
tidak dapat hidup tanpa adanya Negara. 9 8F akhirnya nanti akan menimbulkan
Dan wajib bagi manusia, baik itu secara kehancuran. Oleh karena itu, mendirikan
nash maupun secara akal untuk mendirikan Negara yang di dalamnya terdapat seorang
pemerintahan Islam (walâyat) karena pemimpin atau kepala Negara yang ditaati
agama tidak bisa berdiri tanpa Negara. 10 9F yang mampu mengatasi bentuk madharat
Ibnu Taimiyyah juga menyatakan rakyatnya adalah wajib hukumnya. 13 12F

bahwa Negara harus ada sebagai sarana Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah
untuk merealisasikan kewajiban-kewajiban menyatakan bahwa enam puluh tahun di
agama. Dalam hal ini juga beliau bawah pemerintahan sultan (kepala
menyatakan bahwa kesejahteraan manusia Negara) yang zalim lebih baik dari satu
tidak dapat diwujudkan secara sempurna malam tanpa sultan, tetapi yang wajib
kecuali dengan hidup bermasayarakat dan adalah mendirikan kepemimpinan yang
bernegara. Maka, dalam setiap kelompok mendekatkan kita kepada Allah SWT. 14 13F

hidup manusia dibutuhkan sebuah Negara, Oleh karena itu, Ia mengatakan bahwa
karena disamping untuk menjalankan menegakkan pemerintahan merupakan
kewajiban-kewajiban agama juga sebagai perintah agama untuk melaksanakan amar
sarana untuk menyejahterakan ma’rûf nahi munkar dan melaksanakan
11
masyarakat. 10F semua perintah agama seperti jihad, haji,
Sejalan dengan hal tersebut, Ibnu keadilan, dan lain-lain. Itu semua tidak
Khaldun (w. 808 H) berpendapat bahwa akan terlaksana dengan sempurna tanpa
Negara tidak akan ada tanpa adanya adanya kekuatan dan kekuasaan. Dan
dukungan rasa persatuan dan solidaritas untuk mewujudkan kekuatan itu
yang kuat antara masyarakat. Namun, diantaranya adalah dengan mewujudkan
meskipun solidaritas dalam pendirian Negara.
Negara merupakan hal yang alami, namun Bila dikaji lebih mendalam tentang
beliau juga menegaskan bahwa agama fakta Negara Islam, maka kita akan
sangat diperlukan dalam menegakkan mendapati dua perkara penting. Pertama,
Negara. 12 Selain itu, beliau juga
1F Negara Islam bertugas menegakkan
menambahkan bahwa pentingnya hukum-hukum syariat atas semua rakyat,
mengumpulkan dan mendistribusikan
8
Muhammad Dhiauddin Rais, Teori Politik Islam, zakat, menegakkan hudûd dan ta’zîr, serta
(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 5.
9
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu mengatur urusan masyarakat dengan Islam
Taimiyyah, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1995), dan mengatur sistem kehidupan Islam
hlm. 305. secara umum. Kedua, Negara Islam
10
Muhammad Al-Mubarak, Arâ’u Ibn Taimiyyah
Fi Ad-Daulah wa Mady tadakhkhulihâ fi al-
13
Majal Al-Iqtshady, (T.Tp.: Dar Al-Fikr, 1970), Muhammad Dhiyauddin, An-Nadzariyyât As-
hlm. 26-27. Siyâsiyyah Al-Islâmiyyah, (Mesir: Dar Al-
11
Khalid Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Ma’arif, 1967), hlm. 131-133.
14
Islam Menurut Teori Ibnu Taimiyah, terj.Mufid, Ibnu Taimiyyah, As-Siyâsah As-Syar’iyyah fî
(Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 43. Ishlâh ar-Râ’i wa Ar-Râ’iyyah, (Al-Qahirah:
12
Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, hlm. 291. Dar Al-Kitab Al-‘Arabi, t.t), hlm. 174.

Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah | 547


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

bertugas mengemban dakwah Islam, di kekuasaan yang sah. 19 Dalam ilmu politik,
luar batas wilayah Negara Islam Negara diartikan sebagai suatu daerah
seluruhnya, melenyapkan hambatan- teritorial yang rakyatnya diperintah oleh
hambatan serta halangan-halangan yang sejumlah pejabat dan yang berhasil
menghadang dakwah Islam dengan metode menuntut dari warga negaranya ketaatan
jihad. 15 Negaralah yang menetukan hukum pada peraturan perundang-undangan
dan ketaatan rakyat kepada hukum adalah melalui penguasaan monopolistis dari
karena hukum itu merupakan kehendak kekuasaan yang sah. 20
Negara. 16 Adapun Negara Islam yaitu suatu
R. Kranenburg yang dikutip oleh Negara yang menerapkan hukum Islam
Abu Daud Busroh menyatakan bahwa dan keamanan Negara tersebut dibawah
Negara merupakan suatu suatu organisasi jaminan kaum muslimin. 21 Mahmud Abdul
kekuasaan yang diciptakan oleh Karim Hasan berpendapat bahwa Negara
sekelompok manusia untuk memelihara Islam merupakan institusi politik yang
kepentingan dari kelompok tersebut. 17 melaksanakan penerapan Islam secara
Oleh karena itu, seorang pemimpin negara praktis untuk menegakkan agama Islam
harus dapat mengatur kehidupan antar secara sempurna. 22 Adapun Yusuf
manusia guna mendapatkan kehidupan Qaradhawi mendefinisikan Negara Islam
yang baik. adalah Negara madani yang berlandaskan
Islam, ditegakkannya berlandaskan baiat
B. Pembahasan dan musyawarah, pemimpinnya dipilih
1. Definisi Negara Islam dari kalangan orang jujur, kuat dan
Muhammad Yusuf Musa men- terpercaya, serta penuh perhatian. 23
definisikan Negara sebagai kumpulan Negara Islam sendiri dapat disebut
manusia pada suatu iklim tertentu yang juga Khilâfah Islâmiyyah atau Imâmah. 24
berdaulat dan di dalamnya terdapat aturan- Ibrahim Al-Bajuri (w. 1276 H)
aturan. 18 Adapun M. Budiardjo (w. 2007 mendefinisikan khilafah dengan wakil
M) mendefinisikan Negara sebagai suatu Nabi Muhammad SAW untuk mengatur
daerah teritorial yang rakyatnya diperintah kemaslahatan kaum Muslimin. Al-
oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil
19
menuntut dari warga negaranya ketaatan Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008),
pada peraturan perundangannya melalui hlm. 225.
penguasaan (kontrol) monopolitis daripada 20
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar ilmu Politik,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.
40.
21
Syamsuddin Ramadlan, Menegakkan kembali
15
Syamsuddin Ramadlan, Menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah, (Jakarta: Pustaka Panji
Khilafah Islamiyah, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2003), hlm. 7.
22
Mas, 2003), hlm. 4-5. Mahmud Abdul Karim Hasan, Metode
16
Abdul Mu’in Salim, Konsepsi Kekuasaan Perubahan Sosial Politik, (Jakarta: PSKII Press,
Politik Dalam Al-Qur’an, hlm. 65. 2003), hlm. 127.
17 23
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Jakarta: Bumi Yusuf Al-Qaradhawy, Fiqh Negara, (Jakarta:
Aksara, 2011), hlm. 22-23. Rabbani Press, 1997), hlm. 42.
18 24
Hamd bin Muhammad, Ârâ’ Ibn Taimiyyah fî Mahmud Abdul Majid Al-Khalidiy, Qawâ’id
Al-Hukmi wa Al-Idâroh, (Riyadh, Dar Al- Nidzâm al-Hukm fî Al-Islâm, (T.tp, Darul
Albab, 2000), hlm. 39. Buhuts Al-‘Ilmiyyah, 1980), hlm. 226.

548 | Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Mawardi (w. 450 H) mendefinisikannya pada zaman sekarang dinamakan de


dengan Imâmah yang diposisikan untuk facto. 29
28F

khilâfah Nubuwwah dalam hal menjaga


agama dan urusan dunia. 25 24F
2. Tujuan dan Fungsi Negara
Yusuf Musa mendefinisikan Shang Yang (seorang menteri dari
khilafah sebagai kekuasaan yang salah satu kerajaan Tiongkok) berpendapat
membawa/memimpin masyarakat sesuai bahwa tujuan Negara ialah membentuk
dengan kehendak agama dalam memenuhi kekuasaan. Ia mengatakan bahwa kalau
kemaslahatan akhiratnya dan dunianya orang ingin membuat Negara kuat dan
yang kembali kepada keakhiratan itu. berkuasa mutlak, maka ia harus membuat
Maka kekhalifahan itu adalah kekhalifahan rakyatnya lemah dan miskin, sebaliknya
dari pemilik syariat dalam memelihara jika orang hendak membuat rakyatnya kuat
agam dan mengendalikan dunia. 26 Adapun dan makmur, maka ia harus menjadikan
negaranya lemah. 30 Adapun Dante, tujuan
25F

Al-Iji (w. 756 H) mendefinisikan Imâmah 29F

sebagai Negara besar yang mengatur Negara tidak untuk memperoleh kekuasaan
urusan-urusan agama dan dunia. Tetapi mutlak, tapi untuk membawa kemajuan
lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa umat manusia di seluruh dunia terutama
imamah sebagai pengganti Rasulullah dalam mencapai kebahagiaan hidup. 31 30F

SAW sebagi penegak agama. 27 Selain itu,


26F
Adapun fungsi negara menurut
Sholah Ash-Showi mendefinisikan John Locke terbagi menjadi tiga bagian,
imâmah sebagai pengganti kenabian yaitu fungsi legislatif yang bertugas untuk
(niyâbah ‘an an-nubuwwah) untuk membuat peraturan, fungsi eksekutif yang
menjaga agama dan urusan dunia. 28 27F
bertugas untuk melaksanakan peraturan,
Di kalangan syiah, imam adalah dan fungsi federatif yang mengurusi
seseorang yang mempunyai hak syar’i urusan luar negeri dan urusan perang dan
yang di dalam undang-undang modern damai. 32 Menurut teori John Locke, fungsi
31F

dikatakan sebagai de jure, baik yang mengadili adalah termasuk tugas eksekutif.
langsung memerintah ataupun yang tidak Teori tersebut kemudian disempurnakan
langsung memerintah. Adapun kata menjadi tiga fungsi yang masing-masing
“khalifah”, maka awalnya ia menunjukkan fungsi tersebut terpisah dan dilaksanakan
kepada yang mempunyai kekuasaan dalam oleh lembaga yang terpisah pula.
kenyataan, walaupun tidak berhak, yang Berbeda dengan Montesquieu yang
berpendapat bahwa fungsi Negara itu
adalah fungsi legislatif yang membuat
25
undang-undang, fungsi eksekutif yang
Al-Mawardi, Al-Ahkâm As-Shulthâniyyah wa
Al-Wilâyât Ad-Dîniyyah, (Kuwait: Maktabah
29
Dar Al-Kutaibah, 1989), hlm. 3. T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu Kenegaraan
26
M. Yusuf Musa, Nidzâm Al-Hukmi Fi Al-Islâm, Dalam Fiqh Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
(Qahirah: Dar al-Kitab al-araby, 1963), hlm. 12. 1971), hlm. 37.
27 30
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
Taimiyyah, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1983), Negara, hlm. 73-74.
31
hlm. 50. Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
28
Sholah Ash-Showi, Al-Wajiz fi Fiqh Al- Negara, hlm. 76.
32
Khilafah, (T. Tp: Dar Al-A’lam Ad-Dualy, t.t), Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
hlm. 5. Negara, hlm. 221-222.

Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah | 549


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

melaksanakan undang-undang, dan fungsi politik yang luas dan mendalam. Ketiga,
yudikatif yang mengawasi agar semua adanya keahlian profesional dan
peraturan diawasi. 33 Montesquieu keterampilan teknis di berbagai bidang.
memasukkan fungsi federatif kepada Keempat, adanya kearangka dasar untuk
fungsi eksekutif, dan fungsi mengadili kekuasaan efektif. 35
dijadikan fungsi sendiri. Hal ini dapat
dimengerti bahwa tujuan dari Montesquieu 3. Unsur-unsur Negara
adalah untuk kebebasan berpolitik atau Jika ditinjau dari sudut klasikal,
melindungi hak asasi manusia yang hanya maka unsur-unsur Negara itu ada tiga,
dapat dicapai dengan kekuasaan mengadili yaitu adanya wilayah (batasan wilayah
yang berdiri sendiri. tertentu), rakyat (sekumpulan manusia
Selain teori-teori tersebut, masih yang hidup di suatu tempat yang
dikenal teori lain yaitu teori Van Vollen dilawankan dengan makhluk-makhluk lain
Hoven yang membahas fungsi Negara yang hidup di dunia, dan pemerintahan
seperti teori-teori diatas. Menurut Van yang berdaulat (alat bagi Negara dalam
Vollen Hoven fungsi Negara itu ada menyelenggarakan segala kepentingan
empat, yaitu fungsi regeling yang rakyatnya dan untuk mewujudkan tujuan
berfungsi untuk membuat peraturan, fungsi yang sudah ditentukan). 36 Adapun secara
bestuur untuk menggerakkan Yuridis, unsur-unsur Negara terbagi
pemerintahan, fungsi rechtspraak untuk menjadi gebiedsleer (wilayah hukum),
mengadili, dan fungsi politie untuk persoonsleer (subjek hukum), dan de leer
ketertiban dan keamanan. 34 van de rechtsbetrekking (hubungan
Dari uraian di atas, Negara hukum). Selain itu, unsur-unsur Negara
menyelenggarakan fungsinya, yaitu jika dilihat secara sosiologis terbagi
melaksanakan penertiban (law and order) menjadi faktor sosial dan faktor alam.
yang berfungsi sebagai stabilitas negara Faktor sosial meliputi unsur masyarakat,
guna merangsang kelancaran proses ekonomis, dan kulturil. Faktor alam alam
perkembangan. Bila kestabilan telah meliputi unsur wilayah dan unsur bangsa. 37
tercapai, maka proses pembangunan lebih Menurut Ibn Abi Rabi’, dalam
ditentukan oleh kombinasi dan rangka membentuk atau mendirikan
keseimbangan antara empat persyaratan. sebuah Negara, maka diperlukan tiga unsur
Pertama, kepemimpinan masyarakat sebagai berikut: Pertama, harus ada
politik harus mempunyai rasa tanggung wilayah tertentu yang di dalamnya tersedia
jawab yang besar yang tercermin dalam air bersih, lapangan kerja, jalan-jalan raya,
pengabdian kepada kepentingan tempat ibadah, pagar-pagar pengaman, dan
masyarakat dan kesungguhan untuk pasar-pasar. Kedua, harus ada raja atau
menghayati persoalan-persoalan pokok 35
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
dalam kehidupan masyarakat. Kedua, Negara, hlm. 222.
36
pimpinan harus mempunyai suatu persepsi Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan
Undang-Undang Dasar 1945: Kajian
Perbandingan Tentang Dasar-dasar Hidup
33
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, hlm. 83-84. bersama Masayarakat yang Majemuk, (Jakarta:
34
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu UI Press, 1995), hlm. 88.
37
Negara, hlm. 222. Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, hlm. 75-82.

550 | Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

penguasa/pemimpin yang akan mengelola sebagian yang lain mengartikan bentuk


Negara dan melindungi rakyat dari Negara sebagai bentuk Negara kesatuan
tindakan aniaya. Ketiga, harus ada rakyat atau Negara federal. 41 Plato berpendapat
40F

yang terdiri dari tujuh golongan, yaitu: (1) bahwa bentuk Negara yang sesuai dengan
kaum zâhid (orang-orang yang lebih sifat tertentu dan juwa manusia ada lima
mengutamakan ibadah daripada yang macam, yaitu: Aristokrasi, Timokrasi,
lainnya), (2) kaum hukamâ (cendikiawan) Oligarkhi, Demokrasi, dan Tirani. Adapun
seperti dokter, insinyur, astronom, dan Aristoteles mengemukakan tiga macam
lainnya, (3) kaum ulama, (4) keluarga raja, bentuk Negara yang dibaginya menjadi
(5) elit militer (petugas keamanan Negara), bentuk ideal dan bentuk kemerosotan,
(6) kaum pedagang, dan (7) penduduk yaitu: bentuk ideal Negara adalah Monarki,
desa. 38
37F Tirani, dan Aristokrasi. Dan bentuk
Adapun Abdul Karim Zaidan, kemerosotan adalah Tirani, Oligarkhi,
setelah mencermati Negara Madinah yang Plutokrasi, dan Demokrasi.
didirikan oleh Rasulullah SAW Adapun pada zaman pertengahan,
menyimpulkan bahwa unsur-unsur Negara bentuk Negara ada dua macam, yaitu
ada empat, yaitu: (1) Sekelompok orang republik dan kerajaan. Hal ini seperti yang
(rakyat), (2) Aturan tertentu, (3) Adanya dikemukakan oleh Machiavelli yang
wilayah/daerah tertentu, dan (4) Memiliki menyebutkan bahwa Negara itu kalau tidak
kedaulatan. 39 Abdul Wahab Efendi
38F kerajaan (principal) tentu republik
menambahkan satu unsur lagi, yaitu (republica). 4241F

sebuah Negara harus memperoleh Sejalan dengan hal tersebut, bentuk


40
pengakuan internasional. 39F Negara dalam Islam menurut Muhammad
Dari penjelasan-penjelasan Haikal (w. 1956 M), Islam tidak pernah
tersebut, bahwa menurut para pemikir menentukan sistem dan bentuk Negara
ketatanegaraan Islam, hemat penulis unsur- yang baku yang harus diakui oleh seluruh
unsur Negara ada enam, yaitu: adanya umat Islam. Islam hanya meletakkan
wilayah tertentu, adanya rakyat, memiliki prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikan
kekuasaan (berdaulat), adanya pengakuan pedoman dalam menetapkan sistem
dari Negara lain, mempunyai aturan pemerintahan yang berkembang sepanjang
tertentu, dan mempunyai tujuan tertentu.
41
4. Bentuk-bentuk Negara Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu
Negara, hlm. 159.
Para pemikir menyebutkan bentuk 42
Dalam Negara kerajaan, pembentukan kemauan
Negara sebagai kerajaan atau republik, terjadi seluruhnya di dalam badan seseorang dan
kemauan Negara yang terbentuk terlihat sebagai
kemauan yang tertentu berbadan dan individual.
38
Muhammad Jalal Syaraf dan Ali Abd Al- Sedangkan dalam republic, kemauan Negara
Mu’thi, Al-Fikr As-Siyâsi fi Al-Islâm, tercapai berdasarkan kejadian yuridis menurut
(Iskandariyah: Dar Al-Jami’ Al-Ismishriyyah, tindakan-tindakan kemauan banyak orang yang
1978), hlm. 213-226. berbadan, sehingga kemauan tersebut tidak
39
Abd Al-Karim zaidan, Masalah kenegaraan terlihat sebagai kemauan satu orang hidup yang
dalm Pandangan Islam, (Jakarta: Yayasan Al- tertentu, melainkan kemauan badan yang hanya
Amin, 1984), hlm. 9. mempunyai bentuk realitas secara yuridis saja.
40
Abd Al-Wahab Efendi, Masyarakat Tak Lihat, Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih,
Bernegara, (Yogyakarta: LKIS, 1994), hlm. 65. Ilmu Negara, hlm. 164.

Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah | 551


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

sejarah, misalnya persamaan, musyawarah, keadilan, 46 prinsip persamaan hak-hak


45F

persaudaraan, dan kebebasan. 43 Oleh politik, 47 prinsip musyawarah, 48 dan


46F 47F

karena itu, ia juga berpendapat bahwa prinsip kebebasan. 49 48 F

umat Islam bebas menganut sistem


pemerintahan yang bagaimana pun, C. Negara hukum Ibnu Taimiyyah
asalkan sistem tersebut menjalankan 1. Riwayat Hidup Ibnu Taimiyyah
prinsip musyawarah yang berpegang pada Ibnu Taimiyyah memiliki nama
tata nilai etik dan moral yang diajarkan lengkap Ahmad Ibn Abi Al-Halim Ibn
oleh Islam. 44 ‘Abd As-Salam Ibn Abdullah Ibn
Muhamad Ibn Al-Khadhr Ibn Muhammad
5. Prinsip Dasar Negara Islam
Seperti yang telah dijelaskan di pemimpin, dan kamu sekalian akan dimintai
pendahuluan, bahwa Islam secara eksplisit pertanggungjawaban mengenai orang yang
tidak menjelaskan bagaimana konsep dipimpinnya. Seorang kepala Negara adalah
pemimpin bagi rakyatnya dan ia akan dimintai
daulah dalam Al-Qur’an, namun Al- pertanggungjawaban mengenai rakyatnya,
Qur’an hanya menjelaskan prinsip- seorang laki-laki adalah pemimpin bagi
keluarganya dan ia akan dimintai
prinsipnya saja. Diantara prinsip-prinsip pertanggungjawaban mengenai
dasar Negara Islam adalah prinsip kepemimpinannya, perempuan adalah pemimpin
kekuasaan sebagai amanah, 45 prinsip bagi keluarga suaminya dan anak-anaknya, dan
dia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya, dan seorang pembantu adalah
43 pemimpin atas harta majikannya dan akan
Muhammad Husein Haikal, Al-Hukûmah Al-
Islâmiyyah, (Mesir: Dâr Al-Ma’ârif, 1983), hlm. dimintai pertanggungjawaban. Ketahuilah, kalian
29-44. adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai
44
Munawwir Sjadzali, Islam dan Tata Negara, pertanggungjawabannya.” (H.R. Bukhari)45
46
(Jakarta: UI Press, 1995), hlm. 188. QS. An-Nisâ’ (4): 58
45 47
Rasulullah SAW bersabda: Rasulullah SAW bersabda:
ْ َ ُ َْ ََ‫َ ﱠ‬
َ
‫ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﷲ ﺑﻦ‬، ‫ َﺣ ﱠﺪﺛ ِ� ْﻱ َﻣ ِﺎﻟﻚ‬، ‫ﺎﻋ ْﻴﻞ‬ ْ ََ‫َ ﱠ‬
ِ ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺇﺳ َﻤ‬ ، ‫ َﺣ ﱠﺪﺛ َﻨﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ ﺍﻟ َﻮ ِﺍﺣ ِﺪ‬، ‫ﺺ‬ َْ
ٍ ‫ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﻱﺲ ﺑﻦ ﺣﻔ‬
َ َ ْ َ
‫ َﻋ ْﻦ َﻋ ْﺒ ِﺪ ﷲ ِﺑ ْﻦ ُﻋ َﻤ َﺮ َﺭ ِ��ﻱ ﷲ َﻋ ْ� ُ� َﻤﺎ ﺃ ﱠﻥ‬، ‫ِﺩ ْﻳ َﻨﺎﺭ‬ ‫ َﻋ ْﻦ‬، ‫ َﺣ ﱠﺪﺛ َﻨﺎ ُﻣ َﺠ ِﺎه ٌﺪ‬، ‫َﺣ ﱠﺪﺛ َﻨﺎ ﺍ� َﺡ َﺴ ُﻦ ﺑﻦ َﻋ ْﻤﺮﻭ‬
ُ ‫ََْ َ َ ﱠ َ َ َ ُﱡ‬ ‫َﱠ‬ ‫ َﻋﻦ ﱠ‬، ‫ﷲ َﻋ ْ� ُ� َﻤﺎ‬
‫ﺍﻟﻨ ِ� ّ ِﻱ‬ ُ ‫َﻋ ْﺒﺪ ﷲ ﺑﻦ َﻋ ْﻤﺮﻭ َﺭ�� َﻱ‬
‫ ﺃﻻ �ﻠﻜ ْﻢ‬: ‫ﺎﻝ‬ ‫ﺻ�� ﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗ‬ ‫َﺭ ُﺳﻮ ُﻝ ﷲ‬ ِ ِ ِ ِ
ّ َ َ ٌ ‫ َﻭ ُ� ﱡﻠ ُﻜ ْﻢ َﻣ ْﺴ ُﺆ‬، ‫َﺭﺍﻉ‬ َْ ً َ ُ َ َ َ ْ َ َ َ َ ‫ُ َ َ ْ َ َ ﱠ‬ ‫َﱠ‬
‫ﺎﻹﻣ ُﺎﻡ ﺍﻟ ِﺬ ْﻱ‬ ‫ ﻓ‬، ‫ﻭﻝ َﻋ ْﻦ َﺭ ِﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ‬ ٍ ‫ ﻣﻦ ﻗﺘﻞ ﻣﻌ ِﺎهﺪﺍ ﻟﻢ‬: ‫ﺻ�� ﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ‬
ُ‫ﺍﻟﺮ ُﺟﻞ‬ ‫ َﻭ ﱠ‬، ‫ﻭﻝ َﻋ ْﻦ َﺭ ِﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ‬ ٌ ‫ﺍﻟﻨﺎﺱ َﺭﺍﻉ َﻭ ُه َﻮ َﻣ ْﺴ ُﺆ‬ ‫َﻋ َ�� ﱠ‬ َ ‫ َﻭ ﺇ ﱠﻥ ﺭْ� َﺤ َهﺎ ُﺗ‬، ‫َﻳﺮ ْﺡ َﺭﺍﺋ َﺤ َﺔ ْﺍ� َﺝ ﱠﻨﺔ‬
‫ﻮﺟ ُﺪ ِﻣ ْﻦ َﻣ ِﺴ ْ� َ� ِﺓ‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ْ َ
َ‫ ﻭ‬، ‫ﻭﻝ َﻋ ْﻦ َﺭﻋ ﱠﻴﺘﻪ‬
ِِ ِ ٌ ُ ْ َ َ ُ َ َْ ْ ََ َ
‫ﺭ ٍﺍﻉ ﻋ�� ﺃه ِﻞ ﺑﻱ ِﺘ ِﻪ ﻭهﻮ ﻣﺴﺆ‬ ( ‫ ) َﺭ َﻭ ُﺍﻩ ﺍﻟ ُﺒﺨ ِﺎﺭ ْﻱ‬.‫ﺃ ْﺭَ� ِﻌ ْ� َﻥ َﻋ ًﺎﻣﺎ‬
َ َ َ ٌ َ ُ َْْ
�َ �ِ ‫ﺍﻋ ﱠﻴﺔ َﻋ�� ﺃ ْه ِﻞ ِﺑ ْﻱ ِﺖ َﺯ ْﻭ ِﺟ َهﺎ َﻭ َﻭﻟ ِﺪ َهﺎ َﻭ‬ ِ ‫ﺍﳌﺮﺃﺓ ﺭ‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami
Qais bin Hafsh, telah menceritakan kepada
َ
‫ﺍﻟﺮ ُﺟ ِﻞ َﺭ ٍﺍﻉ َﻋ�� َﻣ ِﺎﻝ َﺳ ِّﻴ ِﺪ ِﻩ‬ ‫ َﻭ َﻋ ْﺒ ُﺪ ﱠ‬، ‫َﻣ ْﺴ ُﺆ َﻭﻟ ٌﺔ َﻋ ْ� ُ� ْﻢ‬ kami Abdul Wahid, telah menceritakan kepada
kami Al-Hasan bin ‘Amr, telah menceritakan
ُ ‫ُﱡ‬ ُ ‫ََ َ ُﱡ‬ ٌ ‫َﻭ ُه َﻮ َﻣ ْﺴ ُﺆ‬
‫ ﺃﻻ ﻓ�ﻠﻜ ْﻢ َﺭ ٍﺍﻉ َﻭ �ﻠﻜ ْﻢ‬، ‫ﻭﻝ َﻋ ْﻨ ُﻪ‬ kepada kami Mujahid, dari Abdullah bi ‘Amr
RA, dari Nabi SAW bersabda: “Barang siapa
(‫ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬. ‫ﺆﻭﻝ َﻋ ْﻦ َﺭ ِﻋ ﱠﻴ ِﺘ ِﻪ‬ ٌ ‫َﻣ ْﺴ‬ yang membunuh (orang yang mengadakan
perjanjian (dzimmi), maka ia tidak akan
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami mendapati bau surge, sedangkan bau surge itu
Isma’il, Telah menceritakan kepada saya Malik, dapat dicium sejauh perjalanan empat puluh
dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar tahun.” (HR. Bukhari)
48
RA. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: QS. As-Syurâ (42): 38
49
“Ketahuilah, bahwa kamu sekalian adalah QS. Al-Isrâ’ (17): 70

552 | Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

Ibn Al-Khidhr Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Katsir (w. 774 H), Muhammad bin Al-
Taimiyyah Al-Harraniy kemudian Al- Munajja Syarafuddin (w. 724 H), Ahmad
Dimasyqi. 50 Beliau dilahirkan pada hari
49F bin Al-Hasan bin Abdillah bin Muhammad
senin tanggal 10 Rabi’ul Awal 661 H di bin Ahmad bin Qudamah (w. 771 H),
Harran (dekat Damaskus) Suriah. 51 Beliau 50F Khalil bin Kaikaladi bin Abdillah Al-‘Allai
dilahirkan lima tahun setelah jatuhnya Ad-Dimasyqi (w. 761 H), Yûsuf al-Muzzi
Baghdad ketangan bangsa Tatar, yang (w. 742 H), Ibnu Abdil Hadi (744 H),
berarti masa kekuasaan dinasti Abbasiyah Umar Al-Bazzar (749 H), Ibnu Fadhlullah
telah berakhir. Beliau wafat pada malam al-Umari (749 H), Yusuf bin Abd al-
senin tanggal 20 Dzulhijjah 728 H. Mahmud (w. 726 H), Ibnu Syaikh al-
Di antara guru-guru beliau adalah Kharamiyyin (711 H), Abu Al-Abbas Az-
Ahmad bin Abd Ad-Da’im Al-Maqdisi (w. Zar`i (w. 761 H), Ummu Zainab binti
668 H), Syamsuddin bin Abu Umar Al- Abbas (w. 714 H), dan lain-lain. 53 52F

Hambali (w. 675 H), Jamaluddin Yahya Diantara tulisan-tulisannya yang


bin Ash-Shairafi (w. 656 H), Sitt Al-Arab terkait dengan politik antara lain: As-
Al-Kindyah, Muhammad bi Abdul Qawiyy Siyasah As-Syar’iyyah Fî Ishlâhi Ar-Râ’î
bi Badran Al-Maqdisi (w. 699 H), wa Ar-Râ’iyyah, Al-Khilâfah wa Al-Mulk,
Abdurrahman bin Muhammad bin Ahmad Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah fi Naqd
bin Muhammad bin Qudamah Al-Maqdisi Al-Kalam Asy-Syi’ah wa Al-Qadariyyah,
(w. 682 H), Munji bin Utsman bin As’ad dan lain-lain.
bin Al-Munji Ad-Dimasyqi (w. 695 H),
Abbas bin Umar bin Abdan Al-Ba’li (w. 2. Kondisi Sosio-Politik di Masa Ibnu
681 H), Muhammad bin Ismail bin Abi Taimiyyah
Sa’d bin Ali Asy-Syaibani (w. 704 H), Ibnu Taimiyyah hidup pada masa
Jamaluddin Yahya bin Ash-Shoirafi (w. dunia Islam mengalami puncak disintegrasi
606 H), Al-Kamal Abdurrahim (w. 653 H), politik, dislokasi social dan dekadensi
Zainab binti Makki (w. 688 H), Sitt Al- akhlak serta moral. Seperti sudah
‘Arab (w. 684 H), dan lain-lain. 52 51F
diketahui, sepanjang abad ke-13 M dunia
Adapun murid-murid beliau Islam dilanda krisis kekuasaan politik.
diantaranya adalah Ibnu Al-Qayyim Al- Dunia Islam dihadapkan pada bahaya-
Jauziyyah (w. 751 H.), Syamsuddin bahaya, yaitu pasukan perang salib dari
Abdullah Muhammad bin Ahmad Adz- Eropa, tentara Mongol dari timur, dan
Dzahabi (w. 748 H), Muhammad bin disintegrasi politik dalam tubuh umat
Ahmad bin Abdul Hadi (w. 744 H), Ibnu Islam.
Adapun kondisi masyarakat pada
50
Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa, terj.
masa Ibnu Taimiyah sangat heterogen,
Izzudin Karimi, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2008), baik dalam kebangsaan, status social,
hlm. 17. agama, aliran, budaya, dan hukum. Hal ini
51
Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 2012), hlm. 276. menyebabkan rawannya perpecahan di
52
Sulaiman bin Salimullah Ar-Rahili, Mabahits
53
Al-Amri Allati Intaqadaha Syaikhul Islam Ibnu Sulaiman bin Salimullah Ar-Rahili, Mabahits
Taimiyyah fi Majmu’ al Fatawa, (Madinah: Al- Al-Amri Allatî Intaqadaha Syaikhul Islam Ibnu
Jami’ah Al-Islamiyyah, 2004), Vol. 1, hlm. 373. Taimiyyah fî Majmu’ al Fatawa, hlm. 374. Ibn
Ibn Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa, hlm. 20. Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa, hlm. 21-22.

Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah | 553


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

masyarakat. Oleh karena itu, sangat sulit kepala Negara. 56 Adapun surat An-Nisâ’
untuk menciptakan suasana politik yang ayat 59, menurut beliau ayat tersebut
stabil dan keseimbangan sosial, sehingga ditujukan kepada rakyat. Mereka
beliau sering menghadapi fitnah sehingga diperintahkan supaya taat kepada Allah
beliau sering masuk penjara. 54 dan Rasul-Nya, serta taat kepada para
Diantara fitnah-fitnah tersebut pemimpin mereka selama pemimpin
adalah ketika seorang nashrani yang tersebut tidak dalam keadaan bermaksiat
mengaku sebagai seorang muslim kepada Allah SWT. 57
mengadukan Ibnu Taimiyyah bahwa beliau Berbicara tentang konsep Negara,
mencela dan mencaci Rasulullah SAW dalam hal ini penulis beranggapan bahwa
yang kemudian beliau dipenjara pada teori kedaulatan Negara menurut Ibnu
tahun 693 H. kemudian pada tahun 704 H, Taimiyyah lebih dekat kepada teori
karena masalah “Allah SWT bersemayam kedaulatan hukum, dan konsep negaranya
di atas Arsy” dan “Allah turun ke langit lebih dekat kepada nomokrasi 58 atau
dunia”. 55 Negara syariat. Alasannya adalah sebagai
berikut: Pertama, Ibnu Taimiyyah
3. Pemikiran Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa hukum yang harus
Tentang Negara diterapkan adalah hukum syariat.
Dalam pendahuluan kitab As- Selanjutnya, ketaatan kepada penguasa
Siyâsah As-Syar’iyyah fi Ishlâh Ar-Râ’i wa hanya berlaku jika penguasa tersebut taat
Ar-Râ’iyyah, Ibnu Taimiyyah kepada Allah SWT. 59 Kedua, penerapan
menyebutkan dalil yang mendasari
pemikiran beliau, yaitu surat An-Nisa’ ayat 56
Munawwir Sjadzali, Islam dan Tata Negara:
58-59. Menurut Ibnu Taimiyyah, surat An- Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran, (Jakarta: UI
Nisa’ ayat 58 dimaksudkan untuk para Press, 1995), hlm. 85-86.
57
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syarah
pemimpin Negara. Demi terciptanya Kitab As-Siyasah As-Syar’iyyah li As-Syaikh Al-
kehidupan bernegara yang serasi Islam Ibn Taimiyyah, (Beirut: Da Ibn Hazm,
2004), hlm. 17.
hendaknya mereka menyampaikan amanat 58
Muhammad Tahir Azhari membedakan
kepada pihak yang berhak atas amanat Nomokrasi menjadi dua macam, pertama
tersebut dan mengambil keputusan dengan nomokrasi Islam, kedua nomokrasi sekuler.
Cara membedakannya adalah dilihat dari
adil dalam sebuah permasalahan. pelaksanaan hukum-hukum Islam (syariat)
Menurut Ibnu Taimiyyah, dalam kehidupan Negara dan hukum sebagai
perkataan amanat pada ayat 58 surat An- hasil pemikiran manusia. Dalam nomokrasi
Islam, baik syariat maupun hukum yang
Nisâ’ itu mempunyai dua arti, yaitu: didasarkan pada rasio manusia (yang sesuai
Pertama, amanat diartikan sebagai dengan syariat) kedua-duanya berfungsi dan
berperan dalam Negara. Adapun dalam
kepentingan-kepentingan rakyat yang nomokrasi sekuler, manusia hanya
merupakan tanggung jawab kepala Negara menggunakan hukum semata-mata hasil
untuk mengelolanya. Kedua, perkataan pemikiran mereka. Lihat, Muhammad Tahir
Azhary, Negara Hukum: Suatu Studi Tentang
amanat pada ayat tersebut berarti pula Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum
kewenangan memerintah yang dimiliki Islam, Implementasinya Pada Periode Negara
Madinah dan Masa Kini, hlm. 85.
59
Ibnu Taimiyyah, As-Siyasah As-Syar’iyyah fi
54
Ibn Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa, hlm. 27-28. Ishlahi Al-Ra’i wa Al-Ra’iyyah, (Qahirah: Dar
55
Ibn Taimiyyah, Majmu’ Al-Fatawa. Al-Kitab, 1995), hlm. 4-5.

554 | Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

hukum yang dilakukan tanpa melihat status pada bagian kedua beliau membahas
sosial, baik kepada orang terhormat tentang pelaksanaan hukum-hukum pidana
maupun tidak. Ketiga, penindakan hukum baik itu menyangkut hak-hak Allah (huqûq
bagi pelanggar dibutuhkan saksi/bukti Allâh) dan hak-hak manusia (huqûq Al-
yang memadai. Keempat, penetapan ‘Ibâd).
hukum yang berkaitan dengan hak-hak Prinsip-prinsip negara hukum,
manusia seperti qishâsh dan hudȗ d dalam dapat dilihat dalam pemerintahan
upaya memelihara jiwa dan harta Rasulullah SAW, dimana setiap keputusan
seseorang. yang ditetapkan, Rasulullah SAW selalu
Sehubungan dengan Negara melakukan musyawarah dengan para
hukum, Ibnu Taimiyyah berpendapat sahabat. Misalnya ketika akan terjadi
bahwa dalam penunjukan pembantu- perang Uhud dan perang Khandak. 61 60F

pembantu seperti menteri (wazîr), hakim, Begitu juga dengan prinsip keadilan, pada
maupun pejabat daerah, seorang kepala zaman Rasulullah SAW dapat dilihat
Negara harus berusaha mencari orang- dalam sebuah peristiwa ketika seorang
orang yang secara objektif betul-betul anak pembesar (kepala suku) bernama
memiliki kemampuan untuk jabatan- Fathimah binti Asad mencuri Rasulullah
jabatan tersebut. Maka mengharapkan SAW tetap melaksanakan hukuman bagi
pemimpin yang amanah, berkredibilitas orang tersebut. 62 Lebih lanjut tentang
61F

dan berintegritas moral yang tinggi agar penerapan prinsip keadilan dan prinsip
kebijakan dalam penindakan hukum dapat kebebasan pada masa Rasulullah SAW, itu
berjalan dengan baik. 60
59FHal ini dapat dilihat dalam konstitusi Madinah.63 62F

dimaksudkan agar Negara dapat Tentang keadilan, Konstitusi Madinah


melaksanakan fungsinya dengan baik. merumuskan bahwa seseorang tidaklah
Adapun fungsi Negara yang paling utama bertanggung jawab atas kesalahan yang
adalah menegakkan amar ma’ruf nahi dilakukan sekutunya. 64Adapun prinsip
63F

munkar, sebagaimana beliau menyatakan, persamaan, hal tersebut sangat dekat


“seluruh kekuasaan keagamaan
61
dimaksudkan untuk menegakkan amar Syafiyyurrahman, Ar-Rahiqul Makhtum:
Bahtsun fi As-Siroh An-Nabawiyyah ‘ala
ma’ruf nahi munkar, baik pada kekuasaan Shahibina Afdhal As-Shalat wa As-Salam, terj.
besar seperti negara ataupun kekuasaan Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2009), hlm. 339-240.
kecil seperti pemerintahan daerah. 62
Muhammad bin Isma’il, Shohih Bukhori, (T.tp:
Dalam kitab As-Siyâsah As- Dar Thuq An-Najah, 1422 H), Kitab Al-Hudud,
Syar’iyyah karya Ibnu Taimiyyah terdiri hadits no. 6787.
63
Sebagian penulis menyebutnya dengan piagam
dari dua bagian utama. Bagian pertama Madinah, lihat teks di
beliau menguraikan tentang penyampaian http://ar.wikipedia.org/wiki/ ‫ﺩﺳﺘﻮﺭ_ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ‬ .
amanat kepada yang berhak khususnya Diakses pada tanggal 10 Januari 2014. Lihat,
Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan
tentang pengangkatan seorang pemimpin Undang-Undang Dasar NRI 1945 ; Kajian
(walâyat) dan pengelolaan kekayaan Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama
Dalam Masyarakat yang Majemuk, h. 81-88.
negara harta benda rakyatnya. Kemudian 64
Zainal Abidin Ahmad, Piagam Nabi
Muhammad SAW: Konstitusi Negara Tertulis
60
Ibnu Taimiyyah, Siyasah Syar’iyyah; Etika Yang Pertama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),
Politik Islam, hlm. 33-34. hlm. 28.

Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah | 555


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM ISLAM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

kepada keadilan. Bagaimana Rasulullah pernah memberikan tugas kepada


SAW menerapkan pendidikan prinsip seseorang kecuali orang tersebut mampu
persamaan dapat diketahui juga dari kasus untuk menjaga dan melaksanakannya.
Fathimah binti Asad dan konstitusi
Madinah. Dalam prinsip ini juga tidak ada D. Penutup
kelebihan seseorang atas orang lain kecuali Dari uraian-uraian yang telah
taqwanya. 65 penulis paparkan, maka dapat disimpulkan
Said Ramadhan Al-Buthi (w. 1434 bahwa Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa
H) sebagaimana ditulis oleh Muhammad tujuan Negara adalah untuk melaksanakan
Tahir Azhari berpendapat bahwa ada tiga kewajiban-kewajiban agama dan megurus
hal dalam Konstitusi Madinah dalam masyarakat. Oleh karena itu, menurutnya
hubungannya dengan persamaan, yaitu: agama akan sulit berkembang jika tidak
Pertama, telah tercipta suatu kontelasi didukung oleh Negara. Dan dari sini
sosial-politik di Negara Madinah yang penulis menemukan bahwa konsep yang
terdiri dari orang-orang Islam dan non- paling mendekati dengan Negara Islam
Islam (Yahudi). Kedua, kedudukan orang- adalah konsep kedaulatan hukum
orang Yahudi diatur dengan jelas dalam (nomokrasi) yang mana dalam hal ini
Konstitusi Madinah. Ketiga, adanya disebut dengan nomokrasi Islam.
jaminan persamaan baik perlindungan Nomokrasi Islam sendiri merupakan
maupun keamanan bagi orang-orang Islam konsep dimana sebuah Negara selalu
maupun bagi orang-orang non-Islam. 66 melakanakan hukum-hukum Islam
Rasulullah SAW juga membagi (syari’at). Selain itu, prinsip-prinsip negara
tugas-tugas kenegaraan seperti gubernur hukum juga tercermin dalam karya beliau
(wali), hakim (qâdli), sekretaris (kâtib), yaitu As-Siyâsah Asy-Syar’iyyah fi Ishlâh
dan pengelola zakat (amil), beliau tidak Ar-Râ’i wa Ar-Râ’iyyah.

65
Allah SWT berfirman:
       

        

    


Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.”(Q.S. Al-Hujurat (49):
13).
66
Muhammad Tahir Azhari, Negara Hukum;
Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat
dari segi hukum Islam, Implementasinya pada
Periode Negara Madinah dan Masa Kini,
(Jakarta: Kencana, 2003), hlm. 164-165.

556 | Negara Hukum Perspektif Ibnu Taimiyyah

Anda mungkin juga menyukai