Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS: KLIEN DENGAN FEBRIS


DEPARTEMEN: KOMUNITAS AGREGAT: PRASEKOLAH

Tanggal Saran Pembimbing Tanda tangan


19/1/21

Lamongan, 19 Januari 2021


Mahasiswa,

(Ani Ainun Nasirotus S)

Telah direvisi dan disetujui,

Pembimbing Akademik,

(Abdul Rokhman,S.Kep.,Ns.,M.Kep)

ii
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

KOMUNITAS AGREGAT PRASEKOLAH

FEBRIS

Dosen pembimbing :
Abdul Rokhman,S.Kep.,Ns.,M.Kep

oleh:

ANI AINUN NASIROTUS S


1702012390
Kelompok 11

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2021

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya penyusunan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“FEBRIS”. Penulisan Laporan Pendahuluan ini sebagai syarat untuk
menyelesaikan Praktik Klinik Keperawatan IV Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan.
Laporan Pendahuluan ini dapat penulis selesaikan berkat dukungan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala
bantuan materi maupun non materi, dorongan dan doa dalam menyelesaikannya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1.Dr.H. Budi Utomo M.Kes selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan yang telah
bersedia memberi arahan, perhatian, memberikan fasilitas dan motivasi dalam
menyelesaikan laporan pendahuluan ini.
2.Abdul Rokhman,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing Praktik Klinik
Keperawatan yang senantiasa memberi inspirasi, motivasi, bimbingan, dan
penguatan dalam mengerjakan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala semua kebaikan yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.

Lamongan, 19 Jan 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB 1...........................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2

1.3 Tujuan.............................................................................................................................2

BAB 2...........................................................................................................................3

PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Konsep Teori Keperawatan Komunitas...........................................................................3

2.2 Konsep Penyakit Febris ..................................................................................................5

BAB 3.........................................................................................................................11

RENCANA DAN IMPLEMENTASI KEGIATAN..................................................11

3.1 Rencana Kegiatan.........................................................................................................11

3.2 Implementasi Kegiatan..................................................................................................11

BAB 4.........................................................................................................................13

PENUTUP..................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

LAMPIRAN.........................................................................................................................15

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas merupakan kumpulan orang pada wilayah tertentu dengan
sistem sosial tertentu. Komunitas meliputi individu, keluarga,
kelompok/agregat dan masyarakat. Salah satu agregat komunitas yang
tergolong beresiko terhadap timbulnya masalah demam/febris adalah anak
prasekolah.
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun , pada periode
ini pertumbuhan fisik melambat dan perkembangan psokososial serta kognitif
mengalami peningkatan. Usia prasekolah disebut The Wonder Years yaitu
masa dimana seorang anak memiliki rasa keingintauan yang tinggi. Mereka
mulai mengembangkan rasa ingin tahunya dan masih belajar bagaimana
menjadi seorang teman, berinteraksi dengan lingkungan sekitar ,
mengendalikan tubuh, emosi dan pikiran mereka serta mampu berkomunikasi
dengan lebih baik. Kualitas seorang anak dapat di nilai dari proses tumbuh
kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetic
dan faktor lingkungan.
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi sirkadian
yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang
terletak dalam hipotalamus anterior. Suhu tubuh normal dapat dipertahankan,
ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya kemampuan pada pusat
termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang diproduksi
oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati, dengan panas yang hilang. Dalam
keadaan febris, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan
suhu dalam tubuh. (Ngastiyah, 2012)
Definisi demam (febris) adalah suhu rectal yang lebih dari 38 0C (100,4
0
F). suhu normal dapat berfluktuasi sepanjang hari, berkisar antara 36,1 0C-
380C (970F-100,4oF). umumnya suhu tubuh pada anak-anak lebih tinggi,
emudian menurun hingga padaa tingkat dewasa pada usia 13-14 tahun pada
anak perempuan, dan 17-18 tahun pada anak laki-laki. (Robert, 2011).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan febris ?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya demam?
3. Bagaimana sikap orang tua terhadap anak dalam menangani demam?
4. Apa saja jenis-jenis demam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penyebab demam pada anak prasekolah


2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya demam
3. Untuk mengetahui peran orang tua dalam menanggulangi demam pada
anak

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Keperawatan Komunitas

2.1.1 Teori Community as Patner


Model adalah gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep.
(Riehl and Roy, 2015). Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep
dan pernyataan yang mengintegrasikan konsep – konsep tersebut menjadi
suatu kesatuan. Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka
piker, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang
lingkup keperawatan. Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam
pengkajian komunitas, analisa dan diagnosa, perencanaan, implementasi
komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan primer, sekunder, dan
tersier, dan program evaluasi. fokus pada model ini komunitas sebagai
partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman
memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya
berada dalam interaksi yang dinamis. enderson (2015)
Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor
yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan,
yaitu feksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense.
Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang
memiliki satu atau lebih karakteristik. Agregat ekstrasistem meliputi delapan
subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi,
pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan
sosial,lingkungan fisik dan rekreasi. enderson (2015)
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya
sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. di dalam komunitas
ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari

4
stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab
terhadap kesehatan contoh dari line of resistance enderson (2015)
mengatakan bahwa dengan menggunakan modelcommunity as partner
terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu
inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian
dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari
beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi.

2.1.2 Peran Perawat Komunitas


Peran perawat komunitas (Nasrul Effendi, 2015:23).:
a. Peran sebagai Pemberi asuhan
Seluruh kegiatan upaya pelayanan upaya masyarakat dan puskesmas
dalam mencapai tujuan kesehatan melaui kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan
kesehatan.
b. Peran sebagai pendidik
Dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarkat baik dirumah, puskesmas dan di
masyarakat dilakukan secara terorganisir dalam ranka menanamkan
perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan-perubahan perialku seperti
yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
c. Peran sebagai pengelola
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengeloa berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang di emban kepadanya.
d. Peran sebagai Konselor
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai tempat
bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi, pada akhirnya dapat membanu jalan keluar
dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang meraka
hadapi
5
e. Peran sebagai advocator
Kaitan dengan legal aspek bukan pemberi layanan hukum
misalnya: kerusakan lingkungan, dampak terhadap kesehatan,
penyelesaian apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat
f. Peran sebagai kolaborasi/koordinator
g. Peran sebagai fasilitator
h. Peran manejerial
Manajemen berarti : suatu proses yang merupakan kegiatan-kegiatan
yang sistematik, manajemen adalah alat dari administrasi untuk mencapai
tujuan. Tugas-tugas manejer adalah sebagai:
- Pengambil keputusan
- Pemikul tanggung jawab
- Mengarahkan sumber daya untuk mencapai tujuan
- Pemikir konseptual
- Bekerjasama dengan dan melalui orang lain
- Mediator, politikus dan diploma.
i. Peran sebagai peneliti
Melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat
yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan mengancam
kesehatan, selanjutnya penelitian dilaksanakan dalam kaitannya
menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab terjadinya
permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian dan hasil dari
penelitian di aplikasikan dalam praktek keperawatan.

6
2.2 Konsep Penyakit Febris
2.2.1 Definisi Febris

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam
adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh.
Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat – obatan
(Surinah dalam Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem
tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi (Sodikin dalam Wardiyah, 2016).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran. Demam thypoid merupakan penyakit infeksi
usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih di sertai gangguan saluran
pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Demam typoid biasanya suhu
meningkat pada sore atau malam hari kemudian turun pada pagi harinya (Lestari,
2016).

2.2.2 . Etiologi
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit
pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif,
2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus
perlu diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi
demam serta keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya:
a. Suhu lingkungan
b. Adanya infeksi
c. Pneumonia
d. Malaria
e. Otitus media
f. Imunisasi

2.2.3 Patofisiologi

Exogenous dan virogens (seperti; bakteri, virus kompleks antigen-antibodi)


akan menstimulasi sel host inflamasi (seperti; makrofag sel PMN) yang
memproduksi indogeneus pyrogen (Eps). Interleuikin 1 sebagai prototypical eR Eps
menyebabkan endothelium hipotalamus meningkatkan prostaglandin dan
neurotransmitter, kemudian beraksi dengan neuron preoptik di hipotalamus anterior
dengan memproduksi peningkatan “set-point”. Mekanisme tubuh secara fisiologis
mengalami(Vasokinstriksi perifer, menggigil),dan perilaku ingn berpakaian yang
tebal-tebal atau ingin diselimuti dan minum air hangat. Demam seringkali dikaitkan
dengan adanya penggunaan pada “set-point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi,
endotoxin atau tumor (Suriadi, 2006).
Patofisiologi demam thypoid sendiri disebabkan karena kuman masuk ke
dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh salmonella.
Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung dansebagian lagi masuk
ke usus halus. Jika responimunitas humoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka
basil salmonella akan menembussel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina
propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak nyeri di ileum distal dan
kelenjar getah bening. Basil tersebut masuk ke aliran darah (Lestari, 2016)

2.2.4 Klasifikasi

Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:


a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun
kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil
dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal
dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak
sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua
hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak
dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari
para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.
Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap infeksi
bakterial. (Nurarif, 2015).

2.2.5 Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:


a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Menurut Lestari (2016) tanda dan gejala demam thypoid yaitu :
a. Demam

b. Gangguan saluran pencernaan

c. Gangguan kesadaran

d. Relaps (kambuh)
2.2.6 Komplikasi

Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:


a. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh

b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan umumnya
sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.

Menurut Lestari (2016) komplikasi yang dapat terjadi pada anak dmam thypoid yaitu :
a. Perdarahan usus, perporasi usus dan illius paralitik

b. Miokarditis, thrombosis, kegagalan sirkulasi

c. Anemia hemolitik

d. Pneumoni, empyema dan pleuritis

e. Hepatitis, koleolitis
BAB 3

RENCANA DAN IMPLEMENTASI KEGIATAN

3.1 Rencana Kegiatan

No. Jenis Kegiatan Hari

1 2 3 4 5
1. Pengkajian
√ √
2. Pembuatan SAP

3. Pembuatan Video

4. Penyuluhan

3.2 Implementasi Kegiatan


Jelaskan secara detil pelaksanaan masing-masing kegiatan, dan hasil kegiatan tsb
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada 5 keluarga pada tanggal 18-19 Januari dengan agregat
prasekolah . Masalah yang ditemukan setelah pengkajian adalah 4 anak prasekolah
mengalami demam / febris dan 1 anak prasekolah mengalami konstipasi
Kesimpulan dari masalah yang sering terjadi adalah demam / febris.
2. Pembuatan SAP
Pembuatan SAP (Satuan Acara Penyuluhan) pada tanggal 20 Januari 2021. SAP
dibuat untuk mempermudah perencanaan kegiatan yang akan dilakukan dan juga
berfungsi sebagai acuan bagaimana penyuluhan akan berjalan.
3. Pembuatan Video Edukasi
Pembuatan pada tanggal 21 Januari 2021. Video edukasi dibuat sebagai media
penyuluhan.
4. Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2021 dengan sasaran remaja
yang terdiri dari 5 peserta. Materi yang disampaikan yaitu temtang Demam/febris
BAB 4
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Febris atau yang di sebut demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas
batas normal biasa yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh
zat toksis yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri,
tumor otak atau dehidrasi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolic
maupun penyakit lain.( Julia, 2016).
menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni
(2015) bahwa etiologi febris,diantaranya:
g. Suhu lingkungan
h. Adanya infeksi
i. Pneumonia
j. Malaria
k. Otitus media
l. Imunisasi

4.2 saran
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagai berikut :
1. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun
yang tidak.
2. Laporan ini bisa dilanjutkan untuk menambah informasi dan pengetahuan bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Hamzah, www.wikicek.com : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite
RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University Press
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai