Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

KETUBAN PECAH DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.


ADJIDARMO KABUPATEN LEBAK TAHUN 2013

*Omo Sutomo, *Kadar Kuswandi

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control


bertujuan untuk memperoleh informasi tentang Factor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013.
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak periode Januari sampai dengan Desember 2013
berjumlah 4.328 orang ibu bersalin. Sedangkan yang menjadi sampel penelitian
berjumlah 1036 orang ibu bersalin yakni 518 kelompok kasus dan 518 kelompok
control; dengan demikian pengambilan sampel ini dengan menggunakan
perbandingan 1:1 tidak berpasangan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah data skunder pada buku
register ibu hamil di ruang bersalin, dengan menggunakan format pengumpulan
data yang disesuaikan dengan variabel yang diperlukan. Pengolahan data
dilakukan dengan bantuan perangkat komputer. Analisis yang dilakukan adalah
analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square
Hasil analisis diperoleh bahwa kejadian ketuban pecah dini (KPD) dari seluruh
ibu bersalin sebanyak 12,0%. Sebagian besar (55,2%) ibu bersalin berusia < 27
tahun, lebih dari separuh ibu bersalin (51,4%) memiliki paritas primipara, masih
terdapat sebagian kecil ibu bersalin (10,4%) memiliki pekerjaan tetap, sebagian
besar suami ibu bersalin (61,1%) bekerja sebagai buruh/tani/sopir/ojeg. Dari hsil
analisis bivariat diperoleh bahwa variable umur dan paritas ibu memiliki
hubungan bermakna dengan kejadian KPD; dengan masing-masing nilai p=0,000;
sedangkan untuk variable umur kehamilan, pekerjaan ibu dan pekerjaan suami ibu
tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian KPD; dengan masing-masing
nilai p>0,05 (p > α).
Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
dalam membuat kebijakan terutama dalam pengelolan persalinan untuk mencegah
terjadinya KPD. Disamping itu, perlu pula diamati hubungan trauma dengan
kejadian KPD.
Kata Kunci: Ketuban Pecah Dini
*Poltekkes Kemenkes Banten

23
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
Pendahuluan atau overdistesi, trauma, kelainan
Ketuban pecah dini (KPD) letak (Nugroho, 2010)
atau ketuban pecah sebelum Insiden KPD bervariasi, pada
waktunya diartikan sebagai pecahnya kehamilan aterm insidenya antara 1-
ketuban sebelum waktunya 19 %, sedangkan pada kehamilan
melahirkan. Hal ini dapat terjadi aterm insidenya sebesar 2 % dari
pada kehamilan aterm maupun semua kehamilan. Varney (2008)
preterm (Prawiroharjo, menyebutkan insiden KPD berkisar
2010).Masalah KPD berkaitan antara 2,7 % - 17 %. Sualma (2009)
dengan keluarnya cairan berupa air- menyebutkan bahwa hampir semua
air dari vagina setelah kehamilan KPD pada kehamilan preterm akan
berusia 22 minggu, ketuban lahir sebelum aterm atau persalinan
dinyatakan pecah jika terjadi akan terjadi dalam satu minggu
sebelum proses persalinan setelah selaput ketuban pecah dini.
berlangusng dan pecahnya selaput Sekitar 85 % morbiditas dan
ketuban dapat terjadi pada kehamilan mortalitas perinatal disebabkan oleh
preterm sebelum kehamilan 37 prematuritas. KPD berhubungan
minggu maupun kehamilan aterm dengan penyebab terjadinya
(Saifudin, 2010). Meskipun factor prematuritas dengan inseiden 30-
penyebab terjadinya KPD masih sulit 40%. Insiden KPD lebih tinggi pada
diketahui, namum beberapa factor wanita dengan serviks inkopenten,
predisposisi yang dapat diidentifikasi polihidromnion, malpresentasi janin,
penyebab KPD ialah infeksi, kehamilan kembar atau infeksi
golongan darah ibu dan anak tidak vagina/serviks (missal, vaginosis
sesuai, multigrafida, merokok, bacterial, trikomonas, klamidia,
defisiensi gizi khususnya vitamin C, gonore, streptokokus Grup B).
servik yang tidak inkopeten, Hubungan yang siginfikan juga telah
polihidramnion, riwayat KPD ditemukan antara keletihan bekerja
sebelumny, kelainan selaput ketuban, dan peningkatan risiko KPD sebelum
tekanan intra uterin yang meninggi

24
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
cukup bulan diantara wanita nulipara memadai untuk memungkinkan
(Varney, 2008). calon ibu memiliki pengertian dan
Diagnosis KPD ditegakan pemahaman yang memadai akan
dengan memperhatikan data hasil pentingnya kesehatan ibu hamil
pengkajian terhadap riwayat klien untuk keselamatan kesehatan
seperti jumlah cairan nyang hilang persalinan ibu dan kesehatan bayi.
karena keluarnya sedikit cairan terus Tujuan penelitian ini adalah
menerus dan perasaan basah pada diperolehnya informasi faktor-faktor
celana dalamnya. Ketidakmampuan yang berhubungan dengan kejadian
mengendalikan kebocoran dengan ketuban pecah dini di Rumah Sakit
latihan Kegel, waktu terjadi pecah Umum Daerah Dr. Adjidarmo Lebak
ketuban, warna dan bau cairan serta Tahun 201, sehingga hasil penelitian
hubungan seksual terakhir dapat ini dapat dijadikan sebagai bahan
digunakan sebagai data untuk untuk pengambilan kebijakan,
diagnosis KPD. Disamping itu khususnya dalam penyusunan SOP
pemeriksaan fisik dengan melakukan tentang tanggap pencegahan dan
palpasi abdomen, pemeriksaan penanggulangan/penatalaksanaan ibu
speculum steril serta uji laboratorium bersalin yang mengalami ketuban
(uji pakis positif, uji kertas nitrizin pecah dini yang berkaitan dengan
positif, dan pemeriksaan specimen variable yang diteliti, sehingga tidak
untuk kultur streptokokus Grup B) terjadi komplikasi persalinan.
dapat membantu diagnosis KPD. Disamping itu, dengan
Berdasarkan catatan rekam adanya penelitian ini dapat diketahui
medis RSUD Dr. djidarmo kelengkapan data dalam buku
Kabupaten Lebak, pada tahun 2013 register yang berkaitan dengan ibu
kasus KPD berjumlah 241 kasus dari bersalin, sehingga RSUD
4. 023 kasus (5,99 %). Kondisi ini memperoleh masukkan untuk
tentu memprihatinkan mengingat kelengkapan data yang harus ada
KPD berdampak pada status dalam buku register ibu bersalin.
kesehatan ibu dan bayi dan
karenanya perlu upaya yang

25
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
Metodologi Penelitian (seluruh kasus diambil sebagai
Penelitian ini dilakukan di sampel) dengan perbandingan 1:1;
Ruang bersalin Rumah Sakit Umum dengan demikian kelompok control
Daerah Dr. Adjidarmo diambil sejumlah 518 dengan cara
Rangkasbitung – Lebak pada Bulan acak sederhana (simple random
Juli – Agustus 2014, dengan sampling)
menggunakan desain case control Pengumpulan data
pada kasus ketuban pecah dini di dilaksanakan langsung oleh peneliti,
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. dengan menelaah catatan/data yang
Adjidarmo Kebupaten Lebak Tahun ada pada buku register ibu bersalin di
2013 Ruang bersalin Rumah Sakit Umum
Instrumen penelitian yang Daerah Dr. Adjidarmo
digunakan berupa format yang Rangkasbitung-Lebak periode bulan
disusun oleh peneliti, dan Januari sampai Desember 2013.
disesuaikan dengan variable yang Data yang dikumpulkan sesuai
menjadi focus penelitian. Disamping dengan variabel yang menjadi focus
itu, karena menggunakan data penelitian, yaitu data tentang
skunder, maka peneliti juga kejadian KPD, umur ibu, umur
menggunakan buku register ibu kehamilan, paritas, pekerjaan ibu,
bersalin yang ada di ruang bersalin dan pekerjan suami. Data disalin dari
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. buku register ibu bersalin ke dalam
Adjidarmo Lebak tahun 2013 format yang telah disusun, untuk
Populasi dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan pengelolaan
adalah seluruh ibu bersalin yang dan analisis data dengan
terdaftar di buku register ibu bersalin menggunakan perangkat lunak dalam
ruang bersalin Rumah Sakit Umum computer.
Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Data yang terkumpul
Lebak pada tahun 2013 yaitu dilakukan pengelolaan dengan
berjumlah 4.328 orang. Sampel bantuan perangkat lunak dalam
dalam penelitian ini berjulah 1036 computer, dengan tahap-tahap ;
orang yang terdiri dari 518 kasus editing, coding, entrying, dan

26
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
cleaning. Analisis data dilakukan gambaran risiko pada variable
melalui dua tahap yaitu analisis tertentu.
univariat dan analisis bivariat.
Analisis univariat bertujuan Hasil Univariat
untuk menggambarkan distribusi 1. Kejadian Ketuban Pecah Dini
frekuensi masing-masing kategori pada Ibu Bersalin
variabel yang diteliti, sedangkan
Tabel 1
analisis bivariat bertujuan untuk Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
Berdasarkan Kejadian Ketuban Pecah Dini
melihat hubungan antara variabel (KPD)
Di RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung Tahun
independen dan variabel dependen. 2013
KPD Frek Persen (%)
Uji statistic yang digunakan adalah
Ya 518 12,0
uji Chi Square dengan batas
Tidak 3.810 88,0
kemaknaan pada alpa 0,05. Jumlah 4.328 100,0

Hasil Penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa masih


Hasil penelitian ini disajikan banyak (12,0%) terdapat ibu beralin
dalam bentuk table yang terdiri dari yang mengalami ketuban pecah dini
sajian hasil analisis pada masing- (KPD)
masing variable secara deskriptif
yang akan mendeskripsikan hasil 2. Umur Ibu Bersalin
Tabel 2
penelitian secara proporsi pada Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
Berdasarkan Umur di R. Bersalin
masing-masing kategori variable; RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung
Tahun 2013
dan sajian hasil analisis hubungan
Umur Frek Persen (%)
antar variable yang merupakan sajian
< 27 tahun 572 55,2
hasil uji hipotesis, yang akan
> 27 tahun 464 44,8
menyajikan deskripsi proporsi
Jumlah 1036 100,0
masing-masing kategori variable
dalam table silang, nilai p yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa lebih
menggambarkan hubungan antar
dari sebagian (55,2%) ibu bersalin
variable, dan nilai OR sebagai

27
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
berusia kurang atau sama dengan 27 5. Pekerjaan Ibu Bersalin
tahun. Tabel 5
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
Berdasarkan Pekerjaan Ibu di R. Bersalin RSUD
Dr. Adjidarmo Rangkasbitung
3. Umur Kehamilan Ibu Bersalin Tahun 2013
Bekerja Frek Persen (%)
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Ya 108 10,4
Berdasarkan Umur Kehamilan di R. Bersalin
RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung Tidak 928 89,6
Tahun 2013 Jumlah 1036 100,0
Umur Frek Persen (%)

Tdk Aterm 253 24,4


Tabel 5 menunjukkan bahwa masih
Aterm 783 75,6
Jumlah 1036 100,0 terdapat sebagian kecil (10,4%) ibu
hamil yang bekerja.
Tabel 3 menunjukkan bahwa masih
banyak (24,4%) ibu bersalin yang 6. Pekerjaan Suami Ibu Bersalin
usia kehamilannnya tidak aterm Tabel 6
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
(belum cukup bulan). Berdasarkan Pekerjaan Suami di R. Bersalin
RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung
Tahun 2013

4. Paritas Ibu Bersalin Pekerjaan Frek Persen


(%)
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Buruh/Tani/dagang/sopir 633 61,1
Berdasarkan Paritas di R. Bersalin RSUD Dr.
Adjidarmo Rangkasbitung Bukan Buruh 403 38,9
Tahun 2013
Jumlah 1036 100,0
Paritas Frek Persen
(%)

Primipara 533 51,4


Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih
Multi/Grandemultipara 503 48,6
Jumlah 1036 100,0 dari sebagian (61,1%) suami ibu
hamil bekerja sebagai
Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih
buruh/tani/dagang/sopir/ojeg bahkan
dari sebagian (51,4%) ibu bersalin
tidak bekerja.
merupakan ibu primipara (yang
pertama kali melahirkan).

28
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
Analisis Bivariat umur ibu dengan kejadian KPD;
1. Umur dan Kejadian KPD pada dengan nilai OR sebesar 1,939 yang
Ibu Bersalin berarti bahwa ibu bersalin dengan
Tabel 7 usia kurang atau sama dengan 27
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan
Umur dan Kejadian KPD di R. Bersalin (dua puluh tujuh) tahun berisiko
RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung Tahun
2013 hamper dua kali lebih besar untuk
Umu KPD Jmlh P OR mengalami KPD bila dibandingkan
r Ya Tidak (CI
dengan ibu bersalin yang berumur
95%)
< 27 328 244 572 lebih dari 27 (dua puluh tujuh) tahun.
thn (63,3%) (47,1%) (55,2%) 1,939
> 27 232 232 464 0,000 (1,512
2. Umur Kehamilan dan Kejadian
thn (36,7%) (52,9%) (44,8%) -
Jmlh 518 518 1036 2,485) KPD pada Ibu Bersalin
(100,0%) (100,0%) (100,0%) Tabel 8
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan
Umur Kehamilan dan Kejadian KPD di R.
Bersalin
Secara deskriptif table 7 RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung Tahun
2013
menunjukkan bahwa kelompok ibu Umur KPD Jmlh P
bersalin yang berusia kurang atau Kehamilan Ya Tidak
Tdk 119 134 253
sama dengan 27 (duapuluh tujuh)
Aterm (23,0%) (25,9%) (24,4%)
tahun lebih banyak (63,3%) yang > 27 tahun 399 384 783 0,311
mengalami KPD dari pada yang (77,0%) (74,1%) (75,6%)
Jumlah 518 518 1036
tidak mengalami KPD hanya
(100,0%) (100,0%) (100,0%)
(47,1%). Sebaliknya kelompok ibu
bersalin yang berusia lebih dari 27
Secara deskriptif table 8
(dua puluh tujuh) tahun lebih banyak
menunjukkan bahwa kejadian KPD
(52,9%) yang tidak mengalami KPD
dan ketidakjadian KPD pada masing-
dari pada yang mengalami KPD
masing kelompok ibu bersalin
hanya 36,7%.
berdasarkan umur kehamilan,
Sedangkan secara bivariat diperoleh
proporsinya hampir sama, sehingga
nilai p sebesar 0,000 (p < α) yang
secara bivariat diperoleh nilai p
berarti bahwa terdapat hubungan
sebesar 0,311 (p > α) yang berarti
bermakna secara statistic antara
bahwa secara statistic tidak terdapat

29
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
hubungan bermakna antara umur Sedangkan secara bivariat diperoleh
kehamilan ibu bersalin dengan nilai p sebesar 0,000 (p < α) yang
kejadian KPD. berarti bahwa terdapat hubungan
bermakna secara statistic antara
3. Paritas dan Kejadian KPD pada paritas ibu dengan kejadian KPD;
Ibu Bersalin dengan nilai OR sebesar 2,551 yang
Tabel 9 berarti bahwa ibu bersalin primipara
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Berdasarkan
Paritas dan Kejadian KPD di R. Bersalin berisiko hamper tiga kali lebih besar
RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung Thn 2013
Paritas KPD Jmlh P OR untuk mengalami KPD bila
Ya Tidak (CI
dibandingkan dengan ibu bersalin
95%)
Primi 326 207 533 multipara atau grandemultipara.
(62,9 (40,0 (51,4 2,551
%) %) %) 0,00 (1,986-
4. Pekerjaan Ibu dan Kejadian KPD
Multi/Grnde 192 311 503 3,277)
(37,1 (60,0 (44,8 pada Ibu Bersalin
%) %) %) Tabel 10
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan
Jumlah 518 518 1036
Pekerjaan Ibu dan Kejadian KPD di R. Bersalin
(100,0 (100,0 (100,0 RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung
%) %) %) Tahun 2013

Bkrja KPD Jumlah P


Secara deskriptif table 9 Ya Tdk
Ya 52 56 108
menunjukkan bahwa kelompok ibu
(10,0%) (10,8%) (10,4%)
bersalin yang memiliki paritas 1 Tidak 464 464 928 0,760
(primipara) lebih banyak (62,9%) (90,0%) (89,2%) (89,6%)

yang mengalami KPD dari pada yang Jmlh 518 518 1036
(100,0%) (100,0%) (100,0%)
tidak mengalami KPD hanya
(40,0%). Sebaliknya kelompok ibu
Secara deskriptif table 10
bersalin yang memiliki paritas lebih
menunjukkan bahwa kejadian KPD
dari 1 (multipara atau
dan ketidakjadian KPD pada masing-
grandemultipara) lebih banyak
masing kelompok ibu bersalin
(60,0%) yang tidak mengalami KPD
berdasarkan pekerjaan, proporsinya
dari pada yang mengalami KPD
hamper sama, sehingga secara
hanya 37,1%.
bivariat diperoleh nilai p sebesar

30
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
0,760 (p > α) yang berarti bahwa Pembahasan
secara statistic tidak terdapat 1. Hubungan Umur Ibu dengan
hubungan bermakna antara pekerjaan Kejadian KPD
ibu bersalin dengan kejadian KPD. Hasil analisis secara
deskriptif menunjukkan bahwa
5. Pekerjaan Suami dan Kejadian kelompok ibu bersalin yang berusia
KPD pada Ibu Bersalin kurang atau sama dengan 27
Tabel 11 (duapuluh tujuh) tahun lebih banyak
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan
Pekerjaan Suami dan Kejadian KPD di R. (63,3%) yang mengalami KPD dari
Bersalin
RSUD Dr. Adjidarmo Rangkasbitung pada yang tidak mengalami KPD
Tahun 2013
hanya (47,1%). Sebaliknya
Pekerja KPD Jmlh p
kelompok ibu bersalin yang berusia
an Ya Tidak
Buruh 309 324 633 lebih dari 27 (dua puluh tujuh) tahun
(59,7%) (62,5%) (61,1%) lebih banyak (52,9%) yang tidak
Bukan 209 194 403 0,372
mengalami KPD dari pada yang
Buruh (40,3%) (37,5%) (38,9%)
Jumlah 518 518 1036 mengalami KPD hanya 36,7%.
(100,0%) (100,0%) (100,0%) Begitu pula hasil analisis
secara bivariat menunjukkan bahwa
Secara deskriptif table 11 nilai p yang diperoleh sebesar 0,000
menunjukkan bahwa kejadian KPD (p < α) yang berarti bahwa terdapat
dan ketidakjadian KPD pada masing- hubungan bermakna secara statistic
masing kelompok ibu bersalin antara umur ibu dengan kejadian
berdasarkan pekerjaan suami, KPD; dengan nilai OR sebesar 1,939
proporsinya hamper sama, sehingga yang berarti bahwa ibu bersalin
secara bivariat diperoleh nilai p dengan usia kurang atau sama
sebesar 0,372 (p > α) yang berarti dengan 27 (dua puluh tujuh) tahun
bahwa secara statistic tidak terdapat berisiko hamper dua kali lebih besar
hubungan bermakna antara pekerjaan untuk mengalami KPD bila
suami ibu bersalin dengan kejadian dibandingkan dengan ibu bersalin
KPD. yang berumur lebih dari 27 (dua
puluh tujuh) tahun.

31
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
Hasil tersebut memberikan arti tahapan hubungan suami istri yang
bahwa ibu bersalin dengan usia muda seharusnya, sehingga berpotensi
(< 27 tahun) memiliki potensi yang terjadinya hal-hal yang tidak
lebih besar untuk mengalami KPD diinginkan. Nugraha (2010)
bila dibandingkan dengan ibu menyatakan bahwa hubungan seks
bersalin yang berusia > 27 tahun. Hal yang memberikan kenikmatan harus
itu dapat disebabkan bahwa para ibu dilakukan dengan kasih saying dan
muda (pasangan muda) masih diawali dengan adanya fore play,
memiliki keinginan seks sehingga tidak berakibat buruk
(berhubungan badan) yang tinggi, terhadap suami istri, terutama pihak
sehingga berpotensi kurang istri.
mengabaikan keadaan kandungannya Selanjutnya Nugraha (2010)
yang dapat berakibat pecahnya menyatakan bahwa for play sebelum
ketuban sebelum waktunya. melakukan hubungan suami istri
Pernyataan tersebut sesuai dengan sangat dibutuhkan, karena dengan for
yang dinyatakan oleh Ahmadi (1998) play otot-otot reproduksi menjadi
bahwa manusia dilengkapi dengan lemas/lentur, bahkan kemaluan
nafsu untuk melakukan “kawin” wanita mengeluarkan lender sebagai
(berhubungan badan) yang akan tanda bahwa dia telah siap “dipakai”
berkembang sesuai dengan Dari penjelasan tersebut,
bertambahnya usia. Pada saat mengartikan bahwa hubungan seks
manusia berusia muda setelah suami istri harus dilakukan dengan
melewati masa puber atau masuk hati-hati apalagi bila istri sedang
pada masa remaja, keinginan seks dalam keadaan hamil. Walaupun
menjadi meningkat. nafsu mengggebu, tetapi tahapan
Disamping itu, karena pasangan untuk melakukan hubungan seks
muda memiliki kecenderungan tersebut tetap harus mengikuti
“semangat” yang tinggi dalam prosedur yang seharusnya, sampai
melakukan hubungan suami istri, keadaan tubuh istri siap untuk
maka keadaan tersebut seringkali melakukannya. Dengan kehati-hatian
tidak memperhatikan prosedur atau dan kesiapan tersebut dapat

32
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
mengurangi bahkan terhindar dari lebih besar untuk mengalami KPD
hal-hal yang tidak diinginkan akibat bila dibandingkan dengan ibu
hubungan suami istri, seperti bersalin multipara atau
terjadinya ketuban pecah dini. grandemultipara.
Hasil uji hubungan antar kedua
2. Hubungan Paritas dengan variable inipun (antara paritas
Kejadian KPD dengan kejadian KPD) memberikan
makna yang sama dengan penjelasan
Hasil analisis secara sebelumnya (antara umur dengan
deskriptif menunjukkan bahwa kejadian KPD); bahwa pada paritas 1
kelompok ibu bersalin yang memiliki (primipara) kecenderungannya
paritas 1 (primipara) lebih banyak bahwa pasangan tersebut merupakan
(62,9%) yang mengalami KPD dari pasangan muda (hamil yang
pada yang tidak mengalami KPD pertama), sehingga keinginan untuk
hanya (40,0%). Sebaliknya melakukan hubungan seks antar
kelompok ibu bersalin yang memiliki suami istri masih sangat tinggi, yang
paritas lebih dari 1 (multipara atau mungkin bias jadi tidak mengenal
grandemultipara) lebih banyak waktu dan frekuensi melakukannya.
(60,0%) yang tidak mengalami KPD Hubungan seks suami istri
dari pada yang mengalami KPD memang tidak dilarang, tetapi semua
hanya 37,1%. itu harus dilakukan sesuai dengan
Keadadaan pada hasil analisis yang seharusnya dan tetap
secara deskriptif sejalan dengan hasil memperhatikan hal-hal tertentu,
analisis secara bivariat yang terutama pada saat istri dalam
memperoleh nilai p sebesar 0,000 (p keadaan hamil. Hubungan seks antar
< α) yang berarti bahwa terdapat suami istri yang tidak
hubungan bermakna secara statistic memperhatikan aturan (terutama
antara paritas ibu dengan kejadian suami), sebenarnya hanya
KPD; dengan nilai OR sebesar 2,551 berorientasi pada penyaluran nafsu
yang berarti bahwa ibu bersalin belaka. Gunawan (1993) menyatakan
primipara berisiko hamper tiga kali bahwa seks yang diartikan dengan

33
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
persetubuhan antara lain dapat hubungan badan dengan suaminya
berupa untuk menyalurkan dapat berakibat robekan pada otot
kesenangan saja. vagina, atau pada wanita/istri yang
Oleh karena itu, supaya sedang hamil, tidak menutup
hubungan seks dapat dinikmati oleh kemungkinan dapat menyebabkan
kedua belah pihak (suami maupun terjadinya pecah ketuban sebelum
istri), maka perlu diingat bahwa waktunya. Untuk itu, supaya tidak
“pemanasan” sebelum melakukan terjadi hal demikian, maka Nugraha
seks itu adalah penting terutama (2010) menyatakan bahwa suami
untuk istri; karena bagi perempuan istri dalam melakukan hubungan
hubungan seks yang dapat badan, harus ada kesediaan dari
memberikan kenikmatan adalah kedua belah pihak, kemudian
hubungan yang dilakukan atas dasar sebelum melakukan hubungan seks
suka sama suka dan keadaan suami istri perlu melakukan for play
tubuhnya sudah siap untuk yang dapat berdampak terhadap
melakukan itu, sehingga dampak kelemasan/relaksasi otot-otot
melakukan hubungan suami istri wanita/istri termasuk otot
menjadi positif, terutama untuk istri kemaluannya, dan kemaluan istri
terlebih sedang dalam keadaan mengeluarkan lender sebagai pelican
hamil. Nugraha (2010) menyatakan yang menandakan bahwa alat
bahwa bila seorang wanita reproduksi istri sudah siap untuk
melakukan penolakan terhadap melakukan hubungan seks dengan
hubungan seks (termasuk pada suaminya.
suaminya), maka dapat
menyebabkan otot-otot tubuh si 3. Hubungan Umur Kehamilan,
wanita, termasuk otot pinggang dan Pekerjaan Ibu dan Pekerjaan
kemaluannya bereaksi menolak, Suami dengan Kejadian KPD
yang berakibat otot-otot tersebut
menjadi kaku. Hasil analisis secara
Kekakuan otot-otot tersebut deskriptif anatara pekerjaan ibu
pada saat seorang wanita melakukan hamil dengan kejadian KPD

34
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
menunjukkan bahwa kejadian KPD berdasarkan umur kehamilan; dengan
dan ketidakjadian KPD pada masing- nilai p sebesar 0,311 (p > α), yang
masing kelompok ibu bersalin berarti bahwa secara statistic tidak
berdasarkan pekerjaan, proporsinya terdapat hubungan bermakna antara
hamper sama, sehingga secara umur kehamilan dengan kejadian
bivariat diperoleh nilai p sebesar KPD.
0,760 (p > α) yang berarti bahwa Dari hasil analisis tersebut
secara statistic tidak terdapat menunjukkan bahwa ketiga variable
hubungan bermakna antara pekerjaan (umur kehamilan, pekerjan ibu, dan
ibu bersalin dengan kejadian KPD. pekerjaan suami ibu) yang diduga
Keadaan tersebut juga terjadi pada berpengaruh terhadap kejadian KPD,
analisis hubungan antara pekerjaan ternyata tidak terbukti. Hal itu
suami dengan kejadian KPD pada memberikan arti bahwa umur
ibu bersalin, yang menunjukkan kehamilan, pekerjaan ibu, dan
bahwa kejadian KPD dan pekerjaan suami tidak berpotensi
ketidakjadian KPD pada masing- untuk berpengaruh terhadap kejadian
masing kelompok ibu bersalin KPD pada ibu hamil. Keadaan
berdasarkan pekerjaan suami, tersebut dapat disebabkan karena
proporsinya hamper sama, sehingga pekerjaan ibu selama hamil tidak
secara bivariat diperoleh nilai p termasuk ke dalam jenis pekerjaan
sebesar 0,372 (p > α) yang berarti yang berat dan melelahkan, sehingga
bahwa secara statistic tidak terdapat kondisi fisik ibu relative masih bias
hubungan bermakna antara pekerjaan bertahan dengan kehamilannya
suami ibu bersalin dengan kejadian walaupun ibu memiliki pekerjaan
KPD. Sejalan pula dengan hasil tertentu. Dengan demikian pekerjaan
analisis bivariat antara umur ibu dan pekerjan suami ibu bersalin
kehamilan dengan kejadian KPD, tidak dapat dijadikan sebagai
diperoleh informasi secara deskriptif predictor untuk kejadian KPD.
bahwa kejadian atau ketidakjadian Wiknjosastro (1994)
KPD hamper sama besar pada menyatakan bahwa keadaan fisik ibu
kelompok ibu bersalin yang dilihat yang sehat/baik, sangat berpengaruh

35
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
terhadap keadaan kehamilan ibu. diakibatkan karena kurangnya
Untuk menjaga agar fisik ibu tetap pengetahuan mereka terhadap
baik, maka dibutuhkan intake kesehatan khususnya yang berkaitan
makanan yang cukup dan hindarkan dengan ibu hamil.
dari kelelahan fisik. Pada bagian lain Syafrudin dan Yudhia
Varney (2008) menyatakan bahwa Fratidhina (2009) menyatakan bahwa
KPD dapat terjadi dan meningkat perilaku merupakan hasil dari
risikonya pada ibu hamil yang berbagai factor baik internal maupun
mengalami kelelahan fisik akibat eksternal, antara lain factor yang
keletihan bekerja pada saat mempengaruhinya adalah factor
kehamilan belum cukup bulan. pengetahuan. Dengan demikian
Dengan demikian walaupun ibu dapat dijelaskan bahwa perilaku
hamil melakukan aktifitas pekerjaan seseorang terhadap sesuatu dapat
secara rutin, tetapi makanan tetap menggambarkan pengetahuannya
terpenuhi dan ibu tidak mengalami terhadap sesuatu tersebut. Akan
kelelahan, maka kehamilan akan tetapi hasil penelitian ini
tetap terjaga. menunjukkan bahwa pekerjaan
Demikian pula pekerjaan suami yang diasumsikan berkorelasi
suami, yang diasumsikan bahwa para dengan pengetahuan suami, tidak
suami yang bekerja sebagai buruh terbuktikan. Suami yang memiliki
kasar, sopir, tukang ojek, dan pekerjaan kasar seperti
sejenisnya berkecenderungan sopir/buruh/tukang ojeg tidak selalu
memiliki perilaku yang kurang memiliki pengetahuan yang rendah
menunjang terhadap kelangsungan tentang bagaimana harus
kehamilan istrinya, seperti memperlakukan istri yang sedang
melakukan hubungan badan dengan hamil pada saat melakukan
istrinya yang sedang hamil tanpa hubungan suami istri.
mempertimbangkan kemungkinan Begitu pula dengan umur
terjadinya komplikasi kehamilan dan kehamilan; variable ini tidak dapat
persalinan yang mungkin terjadi dijadikan sebagai predictor terhadap
pada istri dan janinnya; yang kejadian KPD. Selama keadaan fisik

36
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
ibu baik, tidak terdapat kelainan berpengaruh terhadap kejadian KPD
darah, dan kantung ketuban cukup pada ibu bersalin.
baik, maka kejadian KPD tidak akan
terjadi. Saifudin (2010) menyatakan Simpulan
bahwa pecahnya selaput ketuban Dari hasil analisis yang
dapat terjadi pada kehamilan preterm dilakukan, maka ada beberapa
sebelum kehamilan 37 minggu simpulan yang dapat dikemukan,
maupun kehamilan aterm. Di sisi lain yaitu:
Nugroho (2010) menyatakan bahwa
meskipun factor penyebab terjadinya 1. Masih banyak terdapat kejadian
KPD masih sulit diketahui, namum ketuban pecah dini pada ibu
beberapa factor predisposisi yang bersalin yang terdaftar dalam
dapat diidentifikasi penyebab KPD buku register ibu bersalin di
ialah infeksi, golongan darah ibu dan Ruang Bersalin RSUD Dr.
anak tidak sesuai, multigrafida, Adjidarmo Rangkasbitung-
merokok, defisiensi gizi khususnya Lebak.
vitamin C, servik yang tidak
inkopeten, polihidramnion, riwayat 2. Lebih dari sebagian ibu bersalin
KPD sebelumnya, kelainan selaput memiliki usia kurang atau sama
ketuban, tekanan intra uterin yang dengan 27 tahun; dan masih
meninggi atau overdistesi, trauma, banyak ibu bersalin yang usia
kelainan letak. kehamilannya belum cukup
Dengan demikian selama bulan.
tidak ada kelainan pada fisik ibu, dan 3. Lebih dari sebagian ibu bersalin
selaput ketuban, maka ketuban pecah memiliki paritas satu (primipara).
dini tidak akan terjadi; serta kejadian
ketuban pecah dini itu dapat terjadi 4. Masih terdapat sebagian kecil ibu
pada ibu beralin dengan usia cukup bersalin yang memiliki pekerjaan
bulan maupun belum cukup bulan, tetap; dan sebagian besar suami
dengan kata lain usia kehamilan ibu bersalin memiliki pekerjaan
(aterem maupun preterem) tidak

37
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015
sebagai buruh kasar (sopir/tukang Saefudin, Abdul Bari. dkk (2010),
Buku Panduan Praktis
ojek/buruh pabrik/tani)
Pelayanan Kesehatan
Maternal dan
5. Umur dan paritas ibu bersalin Neonatal, Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono
memiliki hubungan bermakna Prawirohardjo
dengan kejadian ketuban pecah
Sualma, K. 2009. Penatalaksanaan
dini. Ketuban Pecah Dini.
http//www.medicastore.
6. Umur kehamilan, pekerjaan ibu, diunduh 24 Maret 2014

dan pekerjaan suami ibu bersalin Syafrudin dan Yudhia Fratidhina


tidak memiliki hubungan (2009). Promosi Kesehatan
untuk Mahasiswa
bermakna dengan kejadian Kebidanan. Cetakan
ketuban pecah dini. pertama. Jakarta: CV Trans
Info Media.

Daftar Pustaka Varney, Helen. Kriebs, Jan M.


Gegor, Carolyn L (2007),
Buku Ajar Asuhan
Ahmadi, Abu (1998). Psikologi Kebidanan, Edisi 4,
Umum. Cetakan kedua. Volume 2, Jakarta : EGC
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Wiknjosastro, Hanifa (1994). Ilmu
Cuningham, F.G (2006). Obstetri Kebidanan. Edisi kedua.
William, Jakarta : EGC Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono
Gunawan, FX Rudi (1993). Filsafat Prawirohardjo.
Seks. Cetakan pertama.
Yogyakarta: PT Bentang
Intervisi Utama.

Nugraha, Boyke Dian (2010). Di


Balik Ruang Praktik Dr.
Boyke. Cetakan pertama.
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Prawirohardjo,Sarwono (2010), Ilmu


Kebidanan, Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

38
Jurnal Medikes,Volume 2, edisi 1, April 2015

Anda mungkin juga menyukai