Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muh Taufik

NIM : 18 0302 0107


Kelas : HTN 4 C

Mata Kuliah : Ilmu Dan Teori Perundang-Undangan

1. Bagan Proses Pembentukan Undang Undang

Program Legislasi Nasional (Prolegnas)

DPR Presiden
DPD

Naskah Akademik

Mengajukan Rancangan Undang-Undang

Pembicaraan Tingkat Satu (1)

Pembicaraan Tingkat Dua (2)

Persetujuan Oleh DPR dan Presiden

RUU di Sahkan Oleh Presiden Dengan Membubuhkan Tanda Tangan (maksimal 30 hari)

Undang-Undang Menjadi Sah dan Wajib Diundangkan dalam Lembaran Negara

Berlaku dan Mengikat Secara Umum


2. Omnibus Law RUU Cipta Kerja
Direktur jaringan dan advokasi pusat studi hukum dan kebijakan
indonesia (PSHK) Fajri Nursyamsi menilai prosedur RUU Cipta Kerja
melanggar formal legislasi. Karena menyimpang dari prosedur
pembentukan undang-undang dalam tatib DPR dan melanggar UU No.12
tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.
Dalam RUU cilaka(ujarnya),terdapat pasal 170 yang menyatakan
peraturan pemerintah dapat digunakan untuk mengubah undang-undang
padahal bertentangan dengan Pasal 7 ayat (1) dan (2) UU no. 12 tahun
2011 "Peraturan pemerintah memiliki kedudukan lebih rendah
dibandingkan undang-undang sehingga tidak bisa membatalkan maupun
mengubah undang-undang". Di mana ia juga menilai Pasal 166 RUU
cilaka yang menyebutkan peraturan presiden bisa membatalkan perda juga
bermasalah. Ketentuan itu bertentangan konstitusi sesuai putusan
Mahkamah Konstitusi no. 56/PUU-XIV.
Adapun penyusunan RUU cilaka juga melanggar setidaknya dua
asas dalam penyusunan perundang-undangan, yaitu :
a. Asas kejelasan, karena pencantuman pasal perubahan dalam
RUU cilaka langsung digabungkan dengan pasal lama sehingga
menyulitkan siapapun yang membacanya.
b. Dapat dilaksanakan, karena peraturan pelaksana UU ini wajib
dibuat sebulan setelah ditetapkan seperti pada Pasal 173 RUU
cilaka. Sementara itu, setidaknya ada lebih dari 500 peraturan
pelaksana yang mesti diubah dan dibuat “melakukan perubahan
peraturan pelaksana dari 79 UU dalam kurun waktu 1 bulan
merupakan sebuah mandat yang sama sekali tidak realistis".

Menurut saya omnibus law RUU cipta kerja melanggar salah satu
prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan yang diatur dalam
pasal 5 huruf g UU no 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, yaitu asas keterbukaan. Seperti tidak tersedianya
kanal resmi untuk mengakses RUU Cipta Kerja menjadikan ruang
partisipasi publik tertutup. Padahal, partisipasi masyarakat merupakan hak
yang dijamin dalam Pasal 96 ayat (1) UU no 12 tahun 2011. Dimana
proses penyusunan draf RUU Cipta Kerja yang dilakukan oleh pemerintah
pusat hanya melibatkan segelintir elite, seperti kepala daerah dan asosiasi
pengusaha. Mengingat RUU Cipta Kerja ini memiliki tingkat kompleksitas
tinggi dan rentang substansi amat beragam, seharusnya pemerintah sejak
awal mengundang keterlibatan publik sperti mahasiswa dan terutama
kelompok masyarakat yang akan menjadi pihak terdampak untuk
memberikan masukan.

Anda mungkin juga menyukai