“ATONIA UTERI”
NIM : 20030017
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum
dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan
keluarga berencana makin meningkat (Manuaba, 2007).
Atonia Uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi
karena terlepasnya sebagian plasennta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas
sehingga tidak ada terjadinya kontraksi (Anik dan Yulianingsih, 2009).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2008).
2. Etiologi
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak berkontraksi
secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta
tidak dapat dihentikan (oklusi) sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
Beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan resiko perdarahan paska
persalinan karena atonia uteri, diantaranya adalah :
a. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan termasuk :
Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidraamnion)
Kehamilan gameli
Janin yang besar (makrosomia)
b. Kala I dan/ atau 2 persalinan yang memanjang
c. Persalinan cepat
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e. Infeksi inpartu
f. Multiparitas tinggi/grandemultipara
g. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia/eklampsia.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala atonia uteri menurut Saifuddin (2008) adalah :
4. Pathway
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari atonia uteri antara lain adalah sebagai berikut:
Hipotensi ortostatik dengan gejala pusing karena rendahnya tekanan darah.
Anemia. Kelelahan
6. Penatalaksanaan
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien.
Pasien bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis atau bahkan sampai syok
berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan bergantung pada
keadaan klinisnya (Prawirohardjo, 2008).
Pada umumnya dilakukan simultan bila pasien syok, menurut Rukiyah (2010)
dapat dilakukan :
a. Sikap trendelenburg, memasang venous line dan memasang oksigen
b. Merangsang uterus dengan cara :
Merangsang fundus uteri dengan merangsang puting susu
Pemberian misoprosol 800 – 1000 μg per – rectal
Kompresi bimanual interna minimal selama 7 menit. Apabila tidak
berhasil lakukan tindakan selanjutnya yaitu kompresi bimanual
eksternal selama 7 menit.lakukan kompresi aorta abdominalis
Bila semua tindakan gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan
tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus)atau malakukanhisterekomi. Alternatifnya
berupa : Ligasi arteria uterine atau arteria ovarika,Histerektommi total
abdominal (Prawirohardjo, 2008)
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Hipovolemia Setelah 1. Tinjau ulang 1. Membantu
berhubungan dilakukan catatan dalam membuat
dengan tindakan kehamilan dan rencana
kehilangan keperawatan persalinan/kel perawatan yang
cairan aktif selama 3x24 ahiran, tepat dan
jam perhatikan memberikan
diharapkan faktor-faktor kesempatan
masalah penyebab atau untuk
dapat teratasi pemberat pada mencegah dan
dengan KH: situasi membatasi
1. Volume hemoragi terjadinya
cairan (misalnya komplikasi.
tubuh laserasi, 2. Perkiraan
menjadi fragmen kehilangan
normal plasenta darah, arteial
tertahan, versus vena, dan
sepsis, adanya bekuan-
abrupsio bekuan
plasenta, membantu
emboli cairan membuat
amnion atau diagnosa
retensi janin banding dan
mati selama menentukan
lebih dari 5 kebutuhan
minggu) penggantian
2. Kaji dan catat 3. Derajat
jumlah, tipe kontraktilitas
dan sisi uterus
perdarahan; membantu
timbang dan dalam diagnosa
hitung banding.
pembalut, Peningkatan
simpan kontraktilitas
bekuan dan miometrium
jaringan untuk dapat
dievaluasi menurunkan
oleh perawat kehilangan
3. Kaji lokasi darah.
uterus dan Penempatan
derajat satu tangan
kontraksilitas diatas simphisis
uterus. pubis mencegah
Dengan kemungkinan
perlahan inversi uterus
masase selama masase.
penonjolan 4. Tanda-tanda ini
uterus dengan menunjukan
satu tangan hipovolemi dan
sambil terjadinya syok.
menempatkan Perubahan pada
tangan kedua tekanan darah
diatas simpisis tidak dapat
pubis. dideteksi
4. Perhatikan sampai volume
hipotensi atau cairan telah
takikardi, menurun sampai
perlambatan 30 - 50%.
pengisian Sianosis adalah
kapiler atau tanda akhir dari
sianosis dasar hipoksia
kuku, 5. Memberikan
membran pengukuran
lebih langsung
mukosa dan dari volume
bibir sirkulasi dan
5. Pantau kebutuhan
parameter penggantian
hemodinamik 6. Perdarahan
seperti dapat
tekanan vena menurunkan
sentral atau atau
tekanan baji menghentikan
arteri reduksi
pulmonal bila aktivitas.
ada Pengubahan
6. Lakukan tirah posisi yang
baring dengan tepat
kaki meningkatkan
ditinggikan aliran balik
20-30 derajat vena, menjamin
dan tubuh persediaan
horizontal darah keotak
dan organ vital
lainnya lebih
besar.
2. Gangguan Setelah 1. Perhatikan 1. Nilai bandingan
integritas kulit dilakukan Hb/Ht membantu
berhubungan tindakan sebelum dan menentukan
dengan keperawatan sesudah beratnya
kekurangan selama 3x24 kehilangan kehilangan
volume cairan jam masalah darah. Kaji darah. Status
dapat teratasi status nutrisi, yang ada
dengan KH : tinggi dan sebelumnya
1. Integritas berat badan. dari kesehatan
kulit 2. Pantau tanda yang buruk
membaik vital; catat meningkatkan
2. Volume derajat dan luasnya cedera
cairan durasi episode dari kekurangan
normal hipovolemik. oksigen.
3. Perhatikan 2. Luasnya
tingkat keterlibatan
kesadaran dan hipofisis dapat
adanya dihubungkan
perubahan dengan derajat
prilaku. dan durasi
4. Kaji warna hipotensi.
dasar kuku, Peningkatan
mukosa frekuensi
mulut, gusi pernapasan
dan lidah, dapat
perhatikan menunjukan
suhu kulit. upaya untuk
5. Beri terapi mengatasi
oksigen sesuai asidosis
kebutuhan metabolik.
6. Pasang jalan 3. Perubahan
napas; sensorium
penghisap adalah indikator
sesuai indikasi dini dari
hipoksia,
sianosis, tanda
lanjut dan
mungkin tidak
tampak sampai
kadar PO2
turun dibawah
50 mmHg.
4. Pada
kompensasi
vasokontriksi
dan pirau organ
vital, sirkulasii
pada pembuluh
darah perifer
diperlukan yang
mengakibatkan
sianosis dan
suhu kulit
dingin.
5. Memaksimalka
n ketersediaan
oksigen untuk
transpor
sirkulasi
kejaringan.
6. Memudahkan
pemberian
oksigen.
3. Ancietas Setelah 1. Evaluasi 1. Membantu
berhubungan dilakukan respon dalam
dengan tindakan psikologis menentukan
ancaman keperawatan serta persepsi rencana
perubahan selama 3x24 klien terhadap perawatan.
pada status jam masalah kejadian Persepsi klien
kesehatan atau dapat teratasi hemoragi tentang
kematian dengan KH : pasca partum. kejadian
1. Klien Klarifikasi mungkin
merasa kesalahan menyimpang,
tenang koinsep. memperberat
2. Klien 2. Evaluasi ancietasnya.
tampak respon 2. Meskipun
rileks fisiologis perubahan pada
pada tanda vital
hemoragik mungkin
pasca partum; karena respon
misalnya fisiologis, ini
tachikardi, dapat
tachipnea, diperberat atau
gelisah atau dikomplikasi
iritabilitas. oleh faktor-
3. Sampaikan faktor
sikap tenang, psikologis.
empati dan 3. Dapat
mendukung. membantu
4. Bantu klien klien
dalam mempertahanka
mengidentifik n kontrol
asi perasaan emosional
ancietas, dalam berespon
berikan terhadap
kesempatan perubahan
pada klien status
untuk fisiologis.
mengungkapk Membantu
an perasaan. dalam
menurunkan
tranmisi
ansietas antar
pribadi.
4. Pengungkapan
memberikan
kesempatan
untuk
memperjelas
informasi,
memperbaiki
kesalahan
konsep, dan
meningkatkan
perspektif,
memudahkan
proses
pemecahan
masalah.
DAFTAR PUSTAKA