Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“ATONIA UTERI”

Nama : Rismala “KEPERAWATAN MATERNITAS”

NIM : 20030017

Hari/Tanggal : Senin, 4 Januari 2021

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum
dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan
keluarga berencana makin meningkat (Manuaba, 2007).
Atonia Uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi
karena terlepasnya sebagian plasennta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas
sehingga tidak ada terjadinya kontraksi (Anik dan Yulianingsih, 2009).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2008).
2. Etiologi
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak berkontraksi
secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah ditempat implantasi plasenta
tidak dapat dihentikan (oklusi) sehingga perdarahan menjadi tidak terkendali.
Beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan resiko perdarahan paska
persalinan karena atonia uteri, diantaranya adalah :
a. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan termasuk :
 Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidraamnion)
 Kehamilan gameli
 Janin yang besar (makrosomia)
b. Kala I dan/ atau 2 persalinan yang memanjang
c. Persalinan cepat
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi)
e. Infeksi inpartu
f. Multiparitas tinggi/grandemultipara
g. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia/eklampsia.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala atonia uteri menurut Saifuddin (2008) adalah :

a. Perdarahan pervaginam : Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak


merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai
gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah
b. Konsistensi rahim lunak : Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia
dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya
c. Fundus uteri naik

d. Terdapat tanda-tanda syok


 nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
 tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
 pucat
 keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
 pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
 gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
 urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)

4. Pathway
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari atonia uteri antara lain adalah sebagai berikut:
Hipotensi ortostatik dengan gejala pusing karena rendahnya tekanan darah.
Anemia. Kelelahan
6. Penatalaksanaan
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien.
Pasien bisa masih dalam keadaan sadar, sedikit anemis atau bahkan sampai syok
berat hipovolemik. Tindakan pertama yang harus dilakukan bergantung pada
keadaan klinisnya (Prawirohardjo, 2008).
Pada umumnya dilakukan simultan bila pasien syok, menurut Rukiyah (2010)
dapat dilakukan :
a. Sikap trendelenburg, memasang venous line dan memasang oksigen
b. Merangsang uterus dengan cara :
 Merangsang fundus uteri dengan merangsang puting susu
 Pemberian misoprosol 800 – 1000 μg per – rectal
 Kompresi bimanual interna minimal selama 7 menit. Apabila tidak
berhasil lakukan tindakan selanjutnya yaitu kompresi bimanual
eksternal selama 7 menit.lakukan kompresi aorta abdominalis
 Bila semua tindakan gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan
tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus)atau malakukanhisterekomi. Alternatifnya
berupa : Ligasi arteria uterine atau arteria ovarika,Histerektommi total
abdominal (Prawirohardjo, 2008)

Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)

a. Resusitasi : Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka


penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan
cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan
monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch
perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
b. Masase dan kompresi bimanual : Masase dan kompresi bimanual akan
menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan
perdarahan.Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15
detik),Jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus
berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum /
vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera
(Rukiyah, 2010)
c. Jika uterus tidak berkontraksi maka :
 Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang
serviks. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong,Lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
 Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan
tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat. Jika
uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai
melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-
lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika
hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan
berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama
secepat mungkin; Ulangi KBI
 Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala
empat
 Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera (Rukiyah, 2010).
d. Pemberian Uterotonika : Oksitosin merupakan hormon sintetik yang
diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi
uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur
kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin
menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis
tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV,
untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU
perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU
intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit
ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi
cairan jarang ditemukan (Rukiyah, 2010).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu : riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit
ginjal kronik,hemofolia, riwayat pre eklamsia, dll
 Riwayat kesehatan sekarang : kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500 ml), nadi, lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing,
gelisah, letih, TD rendah, ekstremitas dingin dan mual
 Riwayat kesehatan keluarga : hipertensi, penyakit jantung, dan pre
eklamsia
c. Riwayat obstetric
1) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya , keluhan waktu haid, HPHT
2) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil
3) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
 Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus, retensi plasenta.
 Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam
persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir,
panjang waktu lahir.
 Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan,
ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus
uteri dan kontraksi
4) Riwayat Kehamilan sekarang
 Hamil muda, keluhan selama hamil muda
 Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan,
tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah,
keadaan gizi akibat mual, keluhan lain
 Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan,
beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari.
5) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik
sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum
pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan
yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah –
buahan
6) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi.
Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post
partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri
(Rustam Mukthar, 1995 )
7) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan
peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
8) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok
gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan
mengganti balutan atau du
2. Dagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan
3. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau
kematian
3. Intervensi

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1. Hipovolemia Setelah 1. Tinjau ulang 1. Membantu
berhubungan dilakukan catatan dalam membuat
dengan tindakan kehamilan dan rencana
kehilangan keperawatan persalinan/kel perawatan yang
cairan aktif selama 3x24 ahiran, tepat dan
jam perhatikan memberikan
diharapkan faktor-faktor kesempatan
masalah penyebab atau untuk
dapat teratasi pemberat pada mencegah dan
dengan KH: situasi membatasi
1. Volume hemoragi terjadinya
cairan (misalnya komplikasi.
tubuh laserasi, 2. Perkiraan
menjadi fragmen kehilangan
normal plasenta darah, arteial
tertahan, versus vena, dan
sepsis, adanya bekuan-
abrupsio bekuan
plasenta, membantu
emboli cairan membuat
amnion atau diagnosa
retensi janin banding dan
mati selama menentukan
lebih dari 5 kebutuhan
minggu) penggantian
2. Kaji dan catat 3. Derajat
jumlah, tipe kontraktilitas
dan sisi uterus
perdarahan; membantu
timbang dan dalam diagnosa
hitung banding.
pembalut, Peningkatan
simpan kontraktilitas
bekuan dan miometrium
jaringan untuk dapat
dievaluasi menurunkan
oleh perawat kehilangan
3. Kaji lokasi darah.
uterus dan Penempatan
derajat satu tangan
kontraksilitas diatas simphisis
uterus. pubis mencegah
Dengan kemungkinan
perlahan inversi uterus
masase selama masase.
penonjolan 4. Tanda-tanda ini
uterus dengan menunjukan
satu tangan hipovolemi dan
sambil terjadinya syok.
menempatkan Perubahan pada
tangan kedua tekanan darah
diatas simpisis tidak dapat
pubis. dideteksi
4. Perhatikan sampai volume
hipotensi atau cairan telah
takikardi, menurun sampai
perlambatan 30 - 50%.
pengisian Sianosis adalah
kapiler atau tanda akhir dari
sianosis dasar hipoksia
kuku, 5. Memberikan
membran pengukuran
lebih langsung
mukosa dan dari volume
bibir sirkulasi dan
5. Pantau kebutuhan
parameter penggantian
hemodinamik 6. Perdarahan
seperti dapat
tekanan vena menurunkan
sentral atau atau
tekanan baji menghentikan
arteri reduksi
pulmonal bila aktivitas.
ada Pengubahan
6. Lakukan tirah posisi yang
baring dengan tepat
kaki meningkatkan
ditinggikan aliran balik
20-30 derajat vena, menjamin
dan tubuh persediaan
horizontal darah keotak
dan organ vital
lainnya lebih
besar.
2. Gangguan Setelah 1. Perhatikan 1. Nilai bandingan
integritas kulit dilakukan Hb/Ht membantu
berhubungan tindakan sebelum dan menentukan
dengan keperawatan sesudah beratnya
kekurangan selama 3x24 kehilangan kehilangan
volume cairan jam masalah darah. Kaji darah. Status
dapat teratasi status nutrisi, yang ada
dengan KH : tinggi dan sebelumnya
1. Integritas berat badan. dari kesehatan
kulit 2.   Pantau tanda yang buruk
membaik vital; catat meningkatkan
2. Volume derajat dan luasnya cedera
cairan durasi episode dari kekurangan
normal hipovolemik. oksigen.
3. Perhatikan 2. Luasnya
tingkat keterlibatan
kesadaran dan hipofisis dapat
adanya dihubungkan
perubahan dengan derajat
prilaku. dan durasi
4. Kaji warna hipotensi.
dasar kuku, Peningkatan
mukosa frekuensi
mulut, gusi pernapasan
dan lidah, dapat
perhatikan menunjukan
suhu kulit. upaya untuk
5. Beri terapi mengatasi
oksigen sesuai asidosis
kebutuhan metabolik.
6. Pasang jalan 3. Perubahan
napas; sensorium
penghisap adalah indikator
sesuai indikasi dini dari
hipoksia,
sianosis, tanda
lanjut dan
mungkin tidak
tampak sampai
kadar PO2
turun dibawah
50 mmHg.
4. Pada
kompensasi
vasokontriksi
dan pirau organ
vital, sirkulasii
pada pembuluh
darah perifer
diperlukan yang
mengakibatkan
sianosis dan
suhu kulit
dingin.
5. Memaksimalka
n ketersediaan
oksigen untuk
transpor
sirkulasi
kejaringan.
6. Memudahkan
pemberian
oksigen.
3. Ancietas Setelah 1. Evaluasi 1. Membantu
berhubungan dilakukan respon dalam
dengan tindakan psikologis menentukan
ancaman keperawatan serta persepsi rencana
perubahan selama 3x24 klien terhadap perawatan.
pada status jam masalah kejadian Persepsi klien
kesehatan atau dapat teratasi hemoragi tentang
kematian dengan KH : pasca partum. kejadian
1. Klien Klarifikasi mungkin
merasa kesalahan menyimpang,
tenang koinsep. memperberat
2. Klien 2. Evaluasi ancietasnya.
tampak respon 2. Meskipun
rileks fisiologis perubahan pada
pada tanda vital
hemoragik mungkin
pasca partum; karena respon
misalnya fisiologis, ini
tachikardi, dapat
tachipnea, diperberat atau
gelisah atau dikomplikasi
iritabilitas. oleh faktor-
3. Sampaikan faktor
sikap tenang, psikologis.
empati dan 3. Dapat
mendukung. membantu
4. Bantu klien klien
dalam mempertahanka
mengidentifik n kontrol
asi perasaan emosional
ancietas, dalam berespon
berikan terhadap
kesempatan perubahan
pada klien status
untuk fisiologis.
mengungkapk Membantu
an perasaan. dalam
menurunkan
tranmisi
ansietas antar
pribadi.
4. Pengungkapan
memberikan
kesempatan
untuk
memperjelas
informasi,
memperbaiki
kesalahan
konsep, dan
meningkatkan
perspektif,
memudahkan
proses
pemecahan
masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Persalinan Normal, Penerbit JNPK – KR, Jakarta, 2002


Harry Oxorn, Ilmu Kebidanan Patofisiologi dan Persalinan, Edisi Human Labor and Birth,
Yayasan Essenta Medika, 1990
I.M.S. Murah Manoe, Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, FK UNHAS,
Makassar, 1999.
Muliyati, Bahan Kuliah Keperawatan Maternitas II, Makassar, 2005.
Dongoes, Konsep Keperawatan Maternal, EGC, Jakarta, 2001

Anda mungkin juga menyukai