Bintang Delapan Enam Evaluasi Dampak Secara Holistik Dampak Terhadap Lingkungan
BAB IV
EVALUASI SECARA HOLISTIK TERHADAP DAMPAK
LINGKUNGAN
dampak penting tersebut dinilai secara holistik untuk mengetahui perimbangan besaran dampak
positif dan negatifnya.
Tabel 4.1. Matriks Evaluasi Dampak Penting dengan Analisis Pengelolaan Kualitas Lingkungan (APKL)
EQ Tp = EQ
Skala Prioritas
KOMPONEN FISIK
A.
KIMIA
54,3
1 Kualitas Udara 0,6 3 89,87 5 54,3 3 -35,57 -2 -6
3
Laju Aliran Permukaan 73,57 47,6 81,94
2
& Sedimentasi
0,6 3 73,62 4 65,93 4 -7,69 0 0
4 3 5
90,5 64,98 65,0
3 Kualitas Air Permukaan 0,6 3 90,98 5 73,49 4 -17,49 -1 -3
5 4 4
9,65 52,77
4 Bentang Lahan 0,6 3 83,69 5 90,54 5 6,85 0 0
1 3
9,4 14,7
5 Produktivitas Lahan 0,7 4 14,7 1 12,05 1 -2,65 0 0
1 1
22,71
6 Potensi Kebakaran Lahan 0,7 4 31,87 2 22,71 2 -9,16 0 0
2
B. KOMPONEN BIOLOGI
1,94 49,29
1 Populasi Vegetasi 0,6 3 78,25 4 25,62 2 -52,615 -2 -6
1 3
61,52 61,1
2 Perekonomian Lokal 0,8 5 60,97 4 61,64 4 0,67 0 0
4 4
Konflik Kepentingan 50
4 0,6 3 100 5 50 3 -50 -2 -6
Lahan
3
KOMPONEN
D.
KESEHATAN
94
1 Kesehatan Masyarakat 0,7 4 96 5 94 5 -2 0 0
5
-
Jumlah 881,64 51 745,945 45
135,675
-6 -16
Secara keseluruhan, berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa rata-rata nilai kualitas lingkungan
hidup pada rona awal dan/atau rona akhir tanpa kegiatan/proyek (EQ Tp = EQ Tp Yad) untuk seluruh
komponen lingkungan hidup adalah sebesar 62,97% (skala angka 4), artinya bahwa kondisi kualitas
lingkungan hidup tanpa proyek secara totalitas tergolong baik.
Adanya rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa akan mengakibatkan
perubahan kualitas lingkungan hidup di wilayah tersebut pada beberapa komponen fisik-kimia, biologi,
sosekbud dan kesehatan, baik bersifat positif maupun negatif. Sesuai hasil prakiraan dampak penting
diketahui bahwa komponen lingkungan hidup yang terkena dampak negatif penting adalah komponen
fisik-kimia, biologi, sosekbud dan kesehatan; sedangkan dampak positif penting seluruhnya terjadi pada
komponen lingkungan sosial, ekonomi dan budaya. Persebaran dampak positif penting yang ditimbulkan
umumnya meliputi wilayah yang lebih luas (dapat mencapai wilayah Kabupaten Belitung Timur),
sedangkan dampak negatif penting umumnya hanya meliputi tapak proyek dan sekitarnya (persebaran
terbatas).
Pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai indeks kualitas lingkungan hidup setelah
adanya usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa (EQ Dp) untuk seluruh komponen lingkungan
hidup adalah sebesar 53,28% (skala angka 3), artinya bahwa kondisi kualitas lingkungan hidup dengan
proyek secara totalitas tergolong kriteria sedang. Selisih penurunan dan peningkatan nilai kualitas
lingkungan hidup akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa di wilayah
studi secara holistik bersifat negatif. Secara totalitas, selisih nilai kualitas lingkungan hidup dengan
adanya rencana usaha/kegiatan dan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan adalah -9,69% dan
menurunkan 1 indeks skala angka dari skala 4 (baik) menjadi skala 3 (sedang). Setelah memperhatikan
skala prioritas yang mempertimbangkan tingkat kepentingannya, secara keseluruhan perimbangan
dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh adanya rencana usaha/kegiatan penambangan
pasir kuarsa di wilayah studi memiliki kecenderungan dimana dampak negatif yang akan ditimbulkannya
sedikit lebih besar dibandingkan dampak positifnya, yaitu dengan nilai -1,14 (bersifat negatif dan
nilainya sangat kecil). Penyebab dari hasil perhitungan yang bernilai negatif ini adalah karena seluruh
dampak yang bersifat negatif baik dampak primer maupun dampak lanjutannya dikaji/dianalisa dan
dimasukan dalam perhitungan secara holistik, sedangkan manfaat yang bersifat positif lainnya seperti
pendapatan yang diperoleh pemerintah pusat dan provinsi, PAD Kabupaten Belitung Timur dari pajak-
pajak dan retribusi yang sah lainnya sesuai ketentuan, nilai keuntungan finansial perusahaan dan
multiplier effect yang diperoleh masyarakat tidak diperhitungkan. Dilihat dari beberapa dampak primer
negatif (umumnya terhadap komponen fisik-kimia dan biologi) hanya terjadi dalam wilayah yang sangat
terbatas (kecil), sedangkan dampak positifnya terutama kesempatan kerja, pertumbuhan perekonomian
dan persepsi masyarakat dapat berdampak sangat luas terhadap pembangunan di wilayah Kabupaten
Belitung Timur. Selain itu, jenis dampak negatif yang ditimbulkannya dapat dikendalikan dan dampak
positifnya dapat terus dikembangkan, sehingga secara totalitas dampak positif yang ditimbulkan dapat
diupayakan agar bernilai lebih besar dibandingkan dampak negatifnya.
Berdasarkan kecenderungan sebagaimana disebutkan di atas, maka secara totalitas nilai kualitas
lingkungan hidup yang dinilai dalam Dokumen ANDAL ini, akibat rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir kuarsa di wilayah studi memberikan keuntungan yang berbeda dengan kerugian yang
akan dialami oleh lingkungan hidup. Dalam hal ini pada dasarnya keberhasilan usaha/kegiatan
penambangan pasir kuarsa sangat tergantung pada keberhasilan upaya pengelolaan lingkungan hidup
yang akan dilaksanakan oleh Pemrakarsa PT. Bintang Delapan Enam. Disatu sisi, pengelolaan
lingkungan yang dimaksud adalah mengurangi dan menekan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan
oleh tahapan kegiatan penambangan, sedangkan sisi lainnya adalah pengelolaan lingkungan juga
dimaksudkan untuk memaksimalkan dampak-dampak positif dari kegiatan tersebut. Dengan demikian
diharapkan keuntungan dari penambangan pasir kuarsa di lokasi WIUP yang direncanakan tersebut lebih
besar nilainya dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkannya.
Berdasarkan hasil analisis pada matriks evaluasi dampak, maka jenis kegiatan yang harus
mendapat perhatian khusus dalam pengelolaan dampak, dalam hal ini untuk meminimalkan dampak
negatif penting, yaitu kegiatan penyiapan lahan dan penambangan /pengambilan pasir kuarsa pada tahap
operasional. Kegiatan penyiapan lahan dan penambangan pasir kuarsa pada tahap operasional
menimbulkan dampak negatif penting terhadap peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan
sedimentasi, peningkatan potensi kebakaran lahan, penurunan produktivitas lahan, perubahan bentang
lahan, penurunan kualitas air permukaan, penurunan kualitas udara, penurunan/hilangnya vegetasi,
penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar, penurunan biota air, konflik kepentingan lahan dan
gangguan kesehatan masyarakat. Sedangkan jenis kegiatan yang harus mendapat perhatian khusus dalam
pengelolaan dampak positif penting adalah kegiatan reklamasi lahan pada tahap operasional. Kegiatan
reklamasi lahan akan dapat mempercepat pemulihan lahan, sehingga dampak-dampak negatif di atas
dapat segera dikendalikan. Prioritas utama dari kegiatan reklamasi lahan ini diarahkan untuk
menciptakan pra-kondisi agar lahan tersebut dapat diperuntukan sebagai kawasan pertambangan dan
hutan produksi.
Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting serta memperhatikan bagan alir dampak penting
(Gambar 4.1) dan matriks evaluasi dampak penting dengan APKL (Tabel 4.1), maka dapat dijelaskan
hasil evaluasi dampak penting sebagai berikut :
operasional. Badan air penerima dampak adalah perairan Sungai A. Kelong dan Sungai A. Sambar.
Besaran dampak penurunan kualitas air permukaan di tersebut akibat kedua sumber kegiatan di atas
bersifat kumulatif karena terjadi pada tempat dan waktu yang bersamaan. Adapun kegiatan yang dapat
memperbaiki/meningkatkan kembali kualitas air permukaan adalah kegiatan reklamasi lahan.
Nilai kualitas lingkungan hidup parameter kualitas air permukaan pada rona awal adalah
90,98%. Akibat kegiatan penyiapan lahan tambang seluas 1,44 ha/tahun nilai kualitas lingkungan hidup
tersebut menurun menjadi 90,5%, akibat kegiatan pencucian pasir kuarsa menurun menjadi 64,98%, dan
setelah adanya kegiatan reklamasi lahan akan meningkat kembali (pulih) menjadi 65,0%.
Berdasarkan Tabel 4.1 secara keseluruhan/holistik, dampak terhadap parameter kualitas air
permukaan akibat serangkaian kegiatan tahap operasional penambangan pasir kuarsa termasuk dampak
kecil (skala 1) dan bersifat negatif, karena merubah kriteria kualitas lingkungan hidup yang tergolong
baik sekali (EQ Tp = EQ Tp Yad skala 5 menjadi EQdp skala 4 baik) dengan nilai kualitas lingkungan
hidup untuk parameter kualitas air permukaan di sungai studi menurun dari 90,98% menjadi 73,49%.
Berdasarkan Tabel 4.1 secara keseluruhan/holistik, dampak perubahan bentang lahan akibat
serangkaian kegiatan penambangan pasir kuarsa termasuk dampak besar (skala 3) dan bersifat negatif.
Secara kumulatif akibat kegiatan penambangan dan reklamasi lahan nilai kualitas lingkungan hidup
parameter bentang lahan menurun dari 83,69% (baik sekali) menjadi 31,21% (agak buruk).
adalah seluas 0,7 ha, sedangkan pada lokasi penambangan akan mencapai luas 1,44 ha/tahun . Adapun
kegiatan yang dapat meningkatkan kembali populasi vegetasi adalah reklamasi lahan. Pada prinsipnya
kegiatan reklamasi lahan adalah untuk mempercepat proses pemulihan lahan dan menciptakan prakondisi
agar lahan tersebut dapat dikembalikan sesuai peruntukannya (kawasan hutan produksi dan
pertambangan).
Dilihat dari parameter kerapatan jenis (K), indeks keanekaragaman jenis (H’), dan nilai
kemerataan jenis (E) vegetasi pohon diketahui nilai kualitas lingkungan hidup parameter populasi
vegetasi pada rona awal adalah sebesar 78,25% (baik). Setelah kegiatan penyiapan lahan di dalam lokasi
WIUP, nilai kualitas lingkungan hidup tersebut menurun menjadi 1,94% (agak buruk). Selanjutnya
akibat kegiatan reklamasi lahan, setelah suksesi ekosistem hutan kerangas mencapai klimaks maka nilai
kualitas lingkungkan hidup untuk parameter populasi vegetasi akan meningkat kembali menjadi 49,29%
(sedang).
Berdasarkan Tabel 4.1 secara totalitas/holistik, dampak terhadap penurunan populasi vegetasi
akibat tahapan kegiatan penyiapan lahan dan reklamasi lahan termasuk dampak sedang (skala 2) dan
bersifat negatif, yaitu dari kualitas lingkungan hidup yang termasuk baik (skala 4, nilai kualitas
lingkungan 78,25%) menurun menjadi kualitas buruk (skala 2, nilai kualitas lingkungan 25,62%).
Dampak penurunan populasi vegetasi ini dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap peningkatan laju
aliran permukaan, erosi dan sedimentasi, serta penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar.
Dampak penurunan populasi vegetasi akibat serangkaian kegiatan penambangan pasir kuarsa
tidak akan menghilangkan spesies kunci (key species) dan/atau jenis vegetasi yang menjadi bioindikator,
karena di sekitar lokasi rencana usaha/kegiatan terutama pada kawasan hutan lindung jenis-jenis vegetasi
tersebut masih banyak ditemukan, jenis vegetasi asli dapat dibudidayakan untuk kegiatan reklamasi
(revegetasi), dan ekosistem hutan kerangas dapat pulih kembali meskipun membutuhkan waktu yang
cukup lama.
tidak akan menghilangkan/mengancam spesies tertentu (termasuk spesies kunci dan/atau bioindikator),
karena jenis/individu satwa yang biasa menempati habitat pada tapak proyek diperkirakan akan
bermigrasi ke habitat lain di sekitarnya terutama ke kawasan hutan lindung yang berada di sekitar lokasi
WIUP, serta ekosistem hutan kerangas akan terbentuk kembali sekalipun membutuhkan waktu yang
lama.
9) Penurunan Biota Air
Dampak berupa penurunan biota air pada prinsipnya merupakan dampak lanjutan akibat
menurunnya kualitas air permukaan di perairan Sungai A. Kelong dan Sungai A. Sambar. Dengan
demikian, kegiatan yang menjadi sumber penyebab terjadinya dampak penurunan biota air adalah
kegiatan penyiapan lahan tambang dan kegiatan pencucian pasir kuarsa pada tahap operasional.
Sedangkan kegiatan yang dapat meningkatkan kembali biota air adalah kegiatan reklamasi lahan.
Beberapa parameter kualitas air permukaan yang diprakirakan akan meningkat dan
menyebabkan penurunan biota air diantaranya peningkatan TSS dan TDS. Besaran peningkatan TSS dan
TDS perairan dari kondisi normal dengan Kelas Mutu III akan berbanding lurus (sebanding) dengan
penurunan parameter biota air.
Berdasarkan Tabel 4.1 secara totalitas/holistik, dampak terhadap penurunan biota air akibat
serangkaian kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa termasuk dampak sangat kecil (skala 0) dan
bersifat negatif, karena tetap berada pada kriteria kualitas lingkungan hidup yang tergolong agak buruk
(EQ Tp = EQ Tp Yad = EQ Dp = skala 2), akan tetapi nilai kualitas lingkungannya menurun dari 27,78%
menjadi 23,63%.
10) Konflik Kepentingan Lahan
Dampak terhadap peningkatan konflik kepentingan lahan adalah dampak langsung/ primer dari
kegiatan penambangan pada tahap operasional. Di dalam lokasi rencana penambangan pasir kuarsa
terdapat kegiatan penambangan timah yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan tambang tersebut telah
berlangsung lama. Kehadiran PT. Bintang Delapan Enam untuk melakukan penambangan pasir kuarsa
di lokasi yang sama akan menimbulkan reaksi dari masyarakat yang telah lama mengandalkan hidupnya
dari kegiatan penambangan timah. Reaksi/ tanggapan yang diberikan masyarakat penambang tersebut
dapat bersifat negatif maupun positif. Ada 2 (dua) kemungkinan interaksi yang terjadi antara perusahaan
dengan masyarakat penambang, yaitu :
1. Kerjasama
2. Konflik
Interaksi yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat penambang dapat berbentuk
kerjasama dapat pula berbentuk konflik kepentingan lahan. Dilihat dari jenis mineral yang ditambang
dan teknik penambangan yang dapat saling mendukung / menguntungkan maka kemungkinan terjadinya
kerjasama cukup besar. Namun disisi lain masyarakat juga biasanya akan menguasai /merasa memiliki
lahan bekas tambangnya, sehingga cukup sulit bagi pihak lain untuk melakukan penambangan karena
akan berisiko besar terjadi konflik. Atau bisa juga masyarakat yang sudah merasa nyaman dengan
kegiatan penambangannya di lokasi tersebut merasa khawatir kegiatannya terganggu, sehingga akan
berisiko besar terjadi konflik jika perusahaan tidak dapat mengantisipasinya. Potensi terjadinya
kerjasama dan terjadinya konflik relatif sama yaitu 50% : 50%, sehingga dengan adanya kegiatan
penambangan nilai indeks kualitas lingkungan hidup untuk parameter konflik kepentingan lahan (EQ
Dp) = 50%, skala 3 = sedang.
Berdasarkan Tabel 4.1 secara keseluruhan/holistik, dampak terhadap peningkatan konflik
kepentingan lahan akibat kegiatan penambangan termasuk dampak sedang (skala 2), dan bersifat negatif,
yaitu dari kualitas lingkungan hidup yang termasuk baik sekali (skala 5, nilai kualitas lingkungan
100,0%) menurun menjadi kualitas sedang (skala 3, nilai kualitas lingkungan 50,0%).
hubungan dan norma kerja (setelah kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga kerja) dan akibat kegiatan
penambangan akan bersifat kumulatif karena dapat terjadi secara bersamaan pada wilayah yang sama.
Penyelenggaraan hubungan dan norma kerja akibat kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga kerja
akan meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar Rp. 1.627.931.592,-/tahun, dimana pada gilirannya
akan dapat menyumbangkan terhadap laju pertumbuhan PDRB (ADHK 2010) untuk tahun berikutnya di
Kabupaten Belitung Timur sebesar 0,03%. Sedangkan dari kegiatan penambangan pasir kuarsa
Pemerintah Kabupaten Belitung Timur akan memperoleh dana bagi hasil PNBP sebesar Rp.
383.546.800,-/tahun, dimana nilai tersebut dapat menyumbang laju pertumbuhan PDRB (ADHK 2010)
sebesar 0,007%. Secara kumulatif kehadiran usaha/kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang
Delapan Enam akan dapat meningkatkan laju pertumbuhan PDRB (ADHK 2010) di Kabupaten Belitung
Timur dari sebelumnya (tahun 2019) sebesar 3,35% menjadi sekitar 3,357%.
Berdasarkan Tabel 4.1 secara keseluruhan/holistik, dampak terhadap peningkatan perekonomian
lokal (wilayah kajian Kabupaten Belitung Timur) akibat serangkaian kegiatan mobilisasi/rekrutmen
tenaga kerja (penyelenggaraan hubungan dan norma kerja) dan kegiatan penambangan pasir kuarsa
termasuk dampak sangat kecil (skala 0) dan bersifat positif, karena tetap pada kriteria kualitas
lingkungan hidup yang tergolong baik (skala 4), akan tetapi nilai kualitas lingkungan hidup meningkat
dari 60,97% menjadi 61,64 %.
Peningkatan perekonomian lokal dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat positif. Meningkatnya perekonomian lokal sangat diharapkan oleh semua
pihak, karena pada dasarnya muara dari tujuan rencana usaha dan/atau kegiatan ini adalah dalam rangka
mempercepat pertumbuhan perekonomian daerah dan mensejahterakan masyarakatnya. Dengan
demikian perlu dikelola dengan baik dan akuntabel agar besaran dampaknya dapat terus ditingkatkan dan
dapat dirasakan oleh masyarakat luas khususnya di wilayah Kabupaten Belitung Timur.
3) Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Dampak berupa perubahan persepsi dan sikap masyarakat pada umumnya merupakan akumulasi
dari berbagai dampak negatif maupun dampak positif dari serangkaian tahap rencana usaha dan/atau
kegiatan. Kegiatan yang menjadi sumber dampak penting terjadinya perubahan persepsi dan sikap
masyarakat baik yang bersifat positif maupun negatif adalah kegiatan sosialisasi rencana usaha dan/atau
kegiatan (dampak primer) pada tahap pra-konstruksi, kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga kerja
konstruksi dan operasional (dampak tersier), dan kegiatan program CSR (dampak primer) pada tahap
operasional. Seluruh dampak berupa perubahan persepsi dan sikap masyarakat antara yang bersifat
positif dan negatif dapat saling berinteraksi (bersifat kumulatif) dalam wilayah yang sama meskipun
waktu terjadinya mungkin saja tidak bersamaan.
Jenis dampak persepsi dan sikap masyarakat ini akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
dan/atau kegiatan. Adanya persepsi dan sikap masyarakat yang bersifat negatif (disosiatif) sering
berujung pada sikap penolakan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan sehingga dalam
pelaksanaannya mengalami hambatan atau bahkan terhenti sama sekali. Tetapi sebaliknya persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat positif (asosiatif) akan berbuah pada sebuah dukungan masyarakat
terhadap kehadiran usaha/kegiatan perusahaan.
Dengan evaluasi dampak secara holistik dapat diketahui perimbangannya antara persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat positif dan negatif. Secara keseluruhan/holistik, kegiatan sosialisasi
rencana usaha dan/atau kegiatan pada tahap pra-konstruksi, kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga kerja,
dan kegiatan program CSR pada tahap operasional akan memberikan dampak terhadap persepsi dan sikap
masyarakat yang bersifat positif dengan besaran dampak termasuk sedang (skala 2), yaitu dari kualitas
lingkungan hidup yang semula termasuk sedang (skala 3, nilai kualitas lingkungan 41,57%) meningkat
menjadi kualitas baik sekali (skala 5, nilai kualitas lingkungan 92,13%). Besaran dampak perubahan
persepsi dan sikap masyarakat termasuk dampak sedang karena sejak rona awal sebagian besar
masyarakat telah memberikan persepsi yang positif (kriteria baik) terhadap kehadiran rencana usaha
/kegiatan perusahaan.
dampak sekunder terhadap peningkatan laju runoff dan sedimentasi, perubahan bentang lahan,
penurunan produktivitas lahan, dan penurunan kualitas air permukaan, dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap perubahan persepsi dan sikap masyarakat.
9) Kelompok dampak primer atau langsung terhadap komponen sosekbud saja adalah
perubahan persepsi dan sikap masyarakat yang merupakan dampak primer dari kegiatan sosialisasi
rencana usaha dan/atau kegiatan dan pelaksanaan program CSR.
10) Kelompok dampak yang saling berinteraksi di antara komponen sosial ekonomi
budaya, yaitu :
Konflik kepentingan lahan yang merupakan dampak primer dari kegiatan penambangan pada
tahap operasional dapat menimbulkan dampak sekunder terhadap perubahan persepsi dan sikap
masyarakat.
Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha akibat kegiatan mobilisasi /rekrutmen
tenaga kerja konstruksi dan operasional dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap
peningkatan perekonomian lokal dan perubahan persepsi dan sikap masyarakat.
Peningkatan perekonomian lokal akibat kegiatan penambangan pasir kuarsa pada tahap
operasional dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap perubahan persepsi dan sikap
masyarakat.
Dampak sekunder dan lanjutannya yang bersifat negatif tidak akan terjadi jika dampak
primernya dapat dicegah, dan/atau dampak sekunder dan lanjutannya akan dapat diminimalisir jika
dampak primernya dapat dikendalikan. Demikian pula dampak sekunder atau lanjutan yang bersifat
positif akan semakin besar jika dampak primernya semakin ditingkatkan. Dengan demikian pengendalian
dampak primer perlu mendapat perhatian khusus (prioritas) agar dampak lanjutannya dapat dikendalikan.
Berdasarkan bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi dampak penting beserta karakteristiknya dapat
diketahui urutan prioritas penanganan dampak penting sebagai berikut :
Kualitas
Kualitas
Kebakaran
Kebakaran Udara
Udara
Hutan
Hutan &
& Lahan
Lahan
Konflik
Konflik Kepentingan
Kepentingan
Lahan
Lahan
PENYIAPAN
PENYIAPAN LAHAN
LAHAN
dan
dan PENAMBANGAN
PENAMBANGAN
Bentang
Bentang
Kesehatan
Kesehatan Lahan
Lahan
Masyarakat
Masyarakat
(Prioritas 1)
Kualitas
Kualitas Habitat
Habitat Populasi
Populasi
&
& Populasi
Populasi Vegetasi
Vegetasi REKLAMASI
REKLAMASI LAHAN
LAHAN
Satwaliar
Satwaliar
(Prioritas 1)
Laju
Laju Runoff
Runoff &
& Produktivitas
Produktivitas
Sedimentasi
Sedimentasi Lahan
Lahan
Biota
Biota Air
Air
Persepsi
Persepsi &
& Sikap
Sikap
PENCUCIAN
PENCUCIAN Kualitas
Kualitas Air
Air Masyarakat
Masyarakat
PASIR
PASIR KUARSA
KUARSA Permukaan
Permukaan
(Prioritas 1)
Perekonomian
Perekonomian
Lokal
Lokal
PROGRAM
PROGRAM CSR
CSR
Kesempatan
Kesempatan Kerja
Kerja &
&
Peluang Usaha
Peluang Usaha
(Prioritas 1)
REKRUTMEN
REKRUTMEN
TENAGA
TENAGA KERJA
KERJA
Keterangan :
= Dampak primer
= Dampak sekunder
= Dampak tersier
= Dampak lanjutan
Gambar 4.2. Hubungan Keterkaitan dan Interaksi Dampak Penting Beserta Karakteristiknya
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dampak perubahan populasi vegetasi paling
banyak menimbulkan dampak turunan terhadap komponen lingkungan hidup lainnya. Begitu pula
dampak perubahan populasi vegetasi saling berinteraksi dengan dampak perubahan bentang lahan dan
produktivitas lahan, baik dari sumber dampak penyiapan lahan dan penambangan (bersifat negative)
maupun akibat kegiatan reklamasi lahan (bersifat positif). Dengan demikian dampak penurunan populasi
vegetasi dan perubahan bentang lahan perlu mendapat prioritas pertama dalam penanganannya agar tidak
menimbulkan dampak-dampak negative lanjutan terhadap komponen lingkungan hidup lainnya.
Demikian pula dampak penurunan kualitas air permukaan yang merupakan dampak primer akibat
kegiatan pencucian pasir kuarsa dan merupakan dampak tersier akibat penyiapan lahan tambang perlu
mendapat prioritas dalam penanganannya, karena selain menimbulkan dampak lanjutan terhadap biota
air, juga menjadi kekhawatiran masyarakat di wilayah studi.
Sedangkan dampak positif yang perlu mendapat prioritas pertama dalam upaya peningkatannya
adalah dampak terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha akibat kegiatan rekrutmen tenaga
kerja. Selain dapat menimbulkan dampak turunan terhadap peningkatan perekonomian local, adanya
kesempatan kerja dan peluang berusaha sangat diharapkan oleh masyarakat sekitar.
(1) Komponen Tahapan Rencana Kegiatan yang Paling Banyak Menimbulkan Dampak
Lingkungan Hidup
Komponen tahapan rencana kegiatan yang paling banyak menimbulkan dampak lingkungan
hidup, yaitu :
1) Kegiatan penyiapan lahan dan penambangan, dapat menimbulkan dampak penting negatif terhadap
penurunan populasi vegetasi, perubahan bentang lahan, penurunan produktivitas lahan, konflik
kepentingan lahan, peningkatan laju runoff, erosi dan sedimentasi, penurunan kualitas air permukaan,
peningkatan potensi kebakaran lahan, penurunan kualitas udara, penurunan kualitas habitat dan
populasi satwaliar, penurunan biota air, dan gangguan kesehatan masyarakat. Namun demikian,
kegiatan penambangan pasir kuarsa dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan
perekonomian lokal.
2) Kegiatan reklamasi lahan, dapat menimbulkan dampak penting positif terhadap perubahan bentang
lahan, peningkatan populasi vegetasi, peningkatan produktivitas lahan, penurunan laju runoff, erosi
dan sedimentasi, peningkatan kualitas air permukaan, peningkatan kualitas habitat dan populasi
satwaliar, serta peningkatan biota air.
3) Area blok tambang yang di dalamnya terdapat penambangan timah masyarakat (TI) sehingga
berpotensi terjadi konflik kepentingan lahan. Diperlukan rekonsiliasi agar terjadi interaksi yang
bersifat asosiatif (kerjasama) dan aktivitas masyarakat memiliki legalitas yang sah sesuai ketentuan.
4) Tempat penyimpanan / pengumpulan sementara material biomassa sebelum dikembalikan ke lahan
bekas tambang pada saat reklamasi lahan, agar tidak terbakar pada saat kondisi kering.
5) Jalan tambang di dalam WIUP, karena nilai kadar partikel debu (TSP) di sekitar jalan tambang yang
dilalui dumptruck bermuatan 26 ton berkecepatan 30 km/jam dapat mencapai 1.492,44 µg/Nm3,
dimana nilai tersebut jauh melampaui baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Lampiran PPRI No.
41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional yang nilainya sebesar 230 µg/Nm3.
6) Area yang tidak potensial untuk ditambang dan areal yang memiliki nilai konservasi tinggi (High
Concervation Value, HCV) agar benar-benar dipertahankan dan dijaga kualitasnya sehingga dapat
berfungsi sebagai kawasan konservasi guna meminimalisir berbagai dampak negatif terhadap
keseimbangan ekosistem.
Berdasarkan hasil overlay Peta IUP dengan Peta Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
Hidup Berbasis Jasa Ekosistem dengan pendekatan ekoregion dan tutupan lahan (sesuai Lampiran
surat Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belitung Timur No. 660/306/DLH-II/IX/2020
tentang Pertimbangan Teknis Peta Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup), diketahui
bahwa lokasi IUP PT. Bintang Delapan Enam seluas 622 Ha, masuk dalam kategori:
a) Kriteria prioritas I, yaitu kondisi kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang
tidak terlampaui seluas ±236,9 Ha.
b) Kriteria prioritas II, yaitu kondisi kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
yang belum terlampaui seluas ±269,6 Ha.
c) Kriteria prioritas III, yaitu kondisi kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
yang sedang akan terlampaui, seluas ±115,5 Ha.
Dari hasil pengamatan di lapangan, pada areal dengan kriteria prioritas I ini umumnya kondisi
tutupan lahannya cukup baik dan didominasi oleh ekoregion hutan rawa, tutupan lahan pada areal
kriteria prioritas II umumnya tidak terlalu baik dan didominasi oleh ekoregion hutan kerangas
(Sesapu dan Gelam), sedangkan areal dengan kriteria prioritas III umumnya merupakan lahan
terbuka bekas tambang dengan ekoregion berupa daratan dan sedikit badan air (kolong bekas
tambang). Pada beberapa lokasi dengan kriteria prioritas I dan kriteria prioritas II memiliki nilai
konservasi tinggi (HCV) dan memiliki kekhasan jenis vegetasi dominan tertentu, sehingga perlu
dipertahankan keberadaannya (tidak dibuka untuk tambang).
tidak ada ambang batas baku mutu lingkungan yang akan terlampaui setelah dampak negatif
tersebut dikelola / dikendalikan. Begitu pula dampak positif yang ditimbulkannya termasuk sangat
kecil s.d. sedang, dimana besaran dampak positif tersebut dapat terus ditingkatkan. Berdasarkan
hasil kajian ANDAL dan arahan RKL-RPL tidak ada dampak penting negative yang tidak bisa
dikendalikan, dan seluruh dampak penting positif dapat terus dikembangkan bahkan masih dapat
memungkinkan timbulnya dampak positif penting lanjutan yang lebih luas lagi.
5) Berdasarkan hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah
kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui perimbangannya, bahwa
dengan memperhatikan skala prioritas (pertimbangan tingkat kepentingan dampak), kumulatif
dampak penting yang bersifat positif sedikit lebih kecil dibandingkan dampak negatifnya, yaitu
dengan selisih nilai secara keseluruhan /holistik sebesar -1,143% (bernilai negatif). Dengan
demikian kehadiran proyek sesuai dengan yang direncanakan, jika tidak melaksanakan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup sebagaimana tertuang dalam Dokumen RKL-RPL akan
memberikan dampak positif (manfaat) yang lebih kecil dibandingkan dampak negatif
(kerugiannya). Dengan melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai Dokumen
RKL-RPL, maka dampak primer negatif akan dapat dikendalikan /diminimalisir dan dampak
negatif lanjutannya tidak akan terjadi, sehingga secara holistik akan lebih mengarah ke dampak
positif yang lebih besar. Berdasarkan hasil kajian dapat diketahui pula bahwa dampak negatif yang
ditimbulkan umumnya terjadi pada wilayah yang relatif sempit (terutama pada komponen fisik-
kimia, biologi dan kesehatan) sehingga akan mudah dikendalikan. Sedangkan persebaran dampak
positifnya pada komponen sosekbud dapat menjangkau wilayah yang lebih luas yaitu meliputi
wilayah Kabupaten Belitung Timur, sehingga masih sangat memungkinkan untuk semakin
dikembangkan lagi besaran dampak positifnya. Selain itu masih ada manfaat positif yang tidak
diperhitungkan dalam kajian ANDAL ini yaitu manfaat finansial yang diperoleh pemerintah sesuai
ketentuan dan multiplier effect yang lebih luas.
6) Dilihat dari kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam
menanggulangi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan akibat usaha/kegiatan yang
direncanakan dengan pendekatan teknologi, sosial-ekonomi-budaya, dan kelembagaan, Penanggung
jawab usaha / kegiatan sanggup dan berkomitmen akan melakukan pengendalian dampak penting
negatif yang akan terjadi dengan menggunakan berbagai pendekatan. Adapun rencana aksi upaya-
upaya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan hidup dituangkan dalam Dokumen RKL-
RPL (Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup).
7) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat.
Kehadiran rencana usaha dan/atau kegiatan di Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam,
Kecamatan Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur akan tetap memperhatikan nilai-nilai sosial
yang berlaku di masyarakat dan tidak mengubah pandangan masyarakat yang sudah serasi dengan
karakteristik wilayah.
8) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas ekologis
yang merupakan : 1) entitas dan/atau spesies kunci (key species); 2) memiliki nilai penting secara
ekologis (ecological importance); 3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);
dan/atau 4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance). Meskipun lokasi rencana
usaha/kegiatan secara alami merupakan ekosistem hutan kerangas dan hutan rawa yang cukup
spesifik, diprakirakan tidak akan menghilangkan spesies tertentu baik vegetasi maupun satwa,
karena sebagian areal IUP yang masih alami akan dipertahankan serta ekosistem yang sama di
sekitarnya masih dapat ditemukan. Selain itu melalui kegiatan reklamasi lahan dengan benar dapat
mempercepat pemulihan /proses suksesi untuk membentuk ekosistem menyerupai kondisi semula
dan/atau sesuai peruntukannya.
9) Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang telah berada di sekitarnya. Besar penurunan kualitas air permukaan dan penurunan
biota air termasuk sangat kecil dan wilayah persebaran dampaknya tidak akan menjangkau perairan
laut. Dengan demikian tidak akan mengganggu kegiatan nelayan di perairan Sungai Sembulu yang
merupakan induk Sungai A. Kelong dan Sungai A. Sambar.
10) Ditinjau dari daya dukung dan daya tampung lingkungan, berdasarkan surat Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Belitung Timur No. 660/306/DLH-II/IX/2020 tanggal 16 September 2020,
dijelaskan bahwa lokasi rencana usaha / kegiatan PT. Bintang Delapan Enam seluas 622 Ha,
masuk dalam kategori:
a) Kriteria prioritas I, yaitu kondisi kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang
tidak terlampaui seluas ±236,9 Ha.
b) Kriteria prioritas II, yaitu kondisi kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
yang belum terlampaui seluas ±269,6 Ha.
c) Kriteria prioritas III, yaitu kondisi kualitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
yang sedang akan terlampaui, seluas ±115,5 Ha.
Setelah areal bekas tambang direklamasi, maka pada areal IUP akan terbentuk ekoregion daratan ±
328,2 ha (52,77%) dan ekoregion air tawar ± 293,8 ha (47,23%). Jika dilihat dengan pendekatan
tutupan lahan maka areal daratan secara perlahan akan mengalami suksesi membentuk semak
belukar dan kemudian hutan (didominasi ekoregion hutan kerangas dan hutan rawa tidak permanen),
sedangkan ekoregion air tawar tetap merupakan badan air. Pada ekoregion daratan semak belukar
sampai dengan hutan, maka kategori DDTL dapat mencapai kriteria prioritas II – kriteria prioritas I.
Sedangkan pada ekoregion air tawar diprakirakan akan berada pada kriteria prioritas III selama
perairan kolong bekas tambang tidak dimanfaatkan untuk mendukung perikehidupan manusia,
makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya.
Mengingat dampak negatifnya cukup besar terhadap perubahan bentang lahan, penurunan populasi
vegetasi dan penurunan kualitas air permukaan, dimana dampak primer tersebut dapat menimbulkan
berbagai dampak negative lanjutan lainnya, maka rencana usaha / kegiatan penambangan pasir kuarsa
oleh PT. Bintang Delapan Enam dikatakan “layak secara lingkungan” dengan komitmen / syarat dapat
mengendalikan dampak negative tersebut melalui kegiatan reklamasi / rehabilitasi lahan dengan benar
dan penggunaan air pencucian pasir kuarsa di washing plant dengan system sirkulasi tertutup. Adapun
secara rinci rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap dampak penting primer,
sekunder dan lanjutannya disajikan dalam Dokumen RKL-RPL.
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
Tahap Konstruksi
1. Terbukanya Berdasarkan data penduduk Kecamatan Simpang Besaran Dampak : Pada tahap konstruksi - operasional, kegiatan
Kesempatan Kerja dan Pesak Tahun 2019 diketahui bahwa di Desa yang menjadi sumber dampak primer terbukanya
Peluang Berusaha Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam - Rekrutmen tenaga kerja local sebanyak 23 orang akan dapat kesempatan kerja dan peluang berusaha adalah
jumlah penduduk usia produktif (kelompok usia menambah jumlah angkatan kerja yang bekerja di 2 desa kegiatan tunggal yaitu mobilisasi/rekrutmen
15 – 64 tahun) sebanyak 3.879 jiwa, dan jumlah studi menjadi = 1655 + 23 orang = 1678 orang, atau tingkat tenaga kerja sebanyak 37 orang (sekitar 23 orang
angkatan kerja sekitar 1774. kesempatan kerja meningkat menjadi = (1678/1774) x tenaga kerja local dan 14 tenaga kerja non-lokal),
100% = 94,61%, serta mengurangi angka jumlah angkatan dapat berdampak pula terhadap 5 unit usaha yang
Tingkat kesempatan kerja (TKK) di kedua desa kerja yang belum / tidak memiliki pekerjaan tetap di Desa terkait dengan banyaknya karyawan perusahaan
studi yaitu sekitar 93,31% (dari angkatan kerja Simpang Pesak dan Tanjung Batu Itam menjadi = 119 – 23 pada saat penyelenggaraan hubungan dan norma
1774 orang terdapat sekitar 1655 orang yang orang = 96 orang, atau tingkat pengangguran berkurang kerja.
bekerja), sedangkan tingkat pengangguran menjadi = (96/3.879) x 100% = 2,46%.
terbuka (TPT) sekitar 3,06% (dari penduduk usia Terbukanya kesempatan kerja dan peluang
produktif sebanyak 3.879 orang terdapat 119 - Nilai indeks kualitas lingkungan hidup untuk parameter berusaha akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja
orang yang belum bekerja / mencari pekerjaan). kesempatan kerja dan peluang berusaha di Desa Simpang yang dilanjutkan dengan penyelenggaraan
Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam meningkat dari 61,71% hubungan dan norma kerja dapat menimbulkan
menjadi 73,14% (EQ Dp = skala 4 = baik). dampak lanjutan terhadap peningkatan
Sifat Penting Dampak : perekonomian lokal serta persepsi dan sikap
masyarakat yang bersifat positif.
Jumlah tenaga kerja yang akan direkrut seluruhnya 37 orang
dimana angkatan kerja local yang akan direkrut /terkena Kegiatan rekrutmen tenaga kerja dapat
dampak positi minimal 23 orang, persebaran dampak meningkatkan angka Tingkat Kesempatan Kerja
minimal meliputi pemukiman penduduk di wilayah Desa (TKK) dan menurunkan Tingkat Pengangguran
Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam, dampak positif Terbuka (TPT) di Simpang Pesak dan Desa
akan dirasakan manfaatnya selama tahap konstruksi dan Tanjung Batu Itam.
operasional penambangan pasir kuarsa masih berlangsung
sebagai akibat adanya penyelenggaraan hubungan dan norma
kerja, menimbulkan dampak lanjutan terhadap peningkatan
pendapatan/perekonomian masyarakat serta persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat positif. Dampak kegiatan
mobilisasi /rekrutmen tenaga kerja konstruksi-operasional
terhadap terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha
tergolong dampak penting, bersifat positif, serta perlu
dikelola dan dipantau agar besaran dampaknya dapat terus
ditingkatkan.
2. Peningkatan Berdasarkan data registrasi tahun 2019, besarnya Besar Dampak : Dampak terhadap peningkatan perekonomian
perekonomian lokal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas lokal merupakan dampak sekunder dari
dasar harga berlaku di Kabupaten Belitung Penyelenggaraan hubungan dan norma kerja setelah kegiatan terbukanya kesempatan kerja dan peluang
Timur adalah sebesar Rp. 7.728.230.000.000,- mobilisasi/rekrutmen tenaga kerja PT. Bintang Delapan berusaha akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja
atau naik sebesar 4,31% dibandingkan tahun Enam akan meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar konstruksi – operasional. Peningkatan
Rp. 1.627.931.592,-/tahun, sehingga dapat meningkatkan
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
2018 yang nilainya mencapai Rp. PDRB (ADHK) Kabupaten Belitung Timur dari semula pada perekonomian lokal akibat penyelenggaraan
7.408.790.000.000,-, sedangkan atas dasar harga tahun 2019 (rona awal) sebesar Rp. 5.503.990.000/000,- hubungan dan norma kerja akan bersifat
konstan (ADHK 2010) besar PDRB tahun 2019 menjadi sebesar Rp. 5.505.617.931.,-. Atau dengan kata lain kumulatif karena terjadi secara
adalah Rp. 5.503.990.000.000,- atau naik sebesar bahwa kegiatan mobilisasi /rekrutmen tenaga kerja bersamaan/bersinergi dengan dampak yang sama
3,35% dibandingkan tahun 2018. konstruksi – operasional akan menyumbang laju akibat pemenuhan kewajiban finansial yang
pertumbuhan PDRB (ADHK) tahun berikutnya di Kabupaten diperhitungkan dari hasil produksi pada tahap
Belitung Timur sebesar 0,03%, yaitu dari sebelumnya kegiatan penambangan.
sebesar 3,35% menjadi sekitar 3,38%.
Meningkatnya perekonomian lokal sangat
Laju diharapkan oleh semua pihak, karena pada
PDRB ADHK 2010 Pertumbuhan dasarnya muara dari tujuan rencana usaha
Uraian
(Rp.) PDRB ADHK dan/atau kegiatan ini adalah dalam rangka
(%) mempercepat pertumbuhan perekonomian daerah
Rona Akhir Tanpa
dan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
Kegiatan (EQ Tp = 5.503.990.000.000,- 3,35
EQ Tp Yad) dampak peningkatan perekonomian lokal perlu
Rona Akhir Dengan dikelola dengan baik dan akuntabel agar besaran
Kegiatan Mobilisasi/ dampaknya dapat terus ditingkatkan dan dapat
5.505.617.931.592,- 3,38
Rekrutmen Tenaga dirasakan oleh masyarakat luas khususnya di
Kerja (EQ Dp) wilayah Kabupaten Belitung Timur.
Perubahan / Dampak 1.627.931.592,- 0,030
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
masyarakat yang bersifat positif. Dampak bersifat kumulatif
menurut waktu dan dengan dampak yang sama akibat tahap
kegiatan lainnya pada saat konstruksi-operasional
perusahaan, misalnya akibat pemenuhan kewajiban finansial
yang diperhitungkan dari hasil produksi pada tahap kegiatan
penambangan. Berdasarkan uraian di atas, dampak kegiatan
rekrutmen tenaga kerja konstruksi dan operasional terhadap
peningkatan perekonomian lokal tergolong dampak penting,
bersifat positif, serta perlu dikelola dan dipantau agar
dampak positifnya dapat terus dikembangkan.
3. Perubahan persepsi Berdasarkan hasil wawancara dan angket Besaran Dampak : Dampak berupa perubahan persepsi dan sikap
dan sikap masyarakat /kuesioner pada saat studi dilakukan diketahui : masyarakat merupakan akumulasi dari berbagai
- 41,57% responden memberikan tanggapan - Persepsi dan sikap masyarakat terhadap kehadiran dampak negatif maupun dampak positif dari
positif terhadap kehadiran rencana rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir serangkaian tahap rencana usaha dan/atau
usaha/kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam cenderung akan kegiatan. Pada tahap konstruksi, kegiatan yang
PT. Bintang Delapan Enam, bersifat positif selama perusahaan dapat mengoptimalkan menjadi sumber dampak penting perubahan
- 23,60% responden memberi tanggapan negatif pemanfaatan tenaga kerja lokal, serta tidak terjadi konflik persepsi dan sikap masyarakat baik yang bersifat
terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan, serta kepentingan antara masyarakat lokal dengan non-lokal positif maupun negatif adalah kegiatan
- 34,83% responden tidak mau memberikan (karena kehadiran masyarakat pendatang tidak bertujuan mobilisasi /rekrutmen tenaga kerja konstruksi
untuk menguasai/memanfaatkan sumberdaya alam). dan operasional (dampak tersier). Seluruh
pendapat apa-apa terhadap pertanyaan tentang
rencana kehadiran perusahaan. Masyarakat setempat sangat mengharapkan kehadiran dampak berupa perubahan persepsi dan sikap
perusahaan dapat dirasakan manfaatnya dalam membuka masyarakat antara yang bersifat positif dan
lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan negatif dapat saling berinteraksi (bersifat
masyarakat sekitar. Jika harapan masyarakat tersebut kumulatif) dalam wilayah yang sama meskipun
dapat terakomodir maka diprakirakan kehadiran waktu terjadinya mungkin saja tidak bersamaan
perusahaan dan tenaga kerja non-lokal dapat diterima oleh (dengan dampak yang sama pada tahap pra-
masyarakat. konstruksi dan operasional).
- Meskipun besaran dampak primer (terbukanya
kesempatan kerja dan peluang berusaha) dan dampak Jenis dampak persepsi dan sikap masyarakat ini
sekunder (peningkatan perekonomian lokal) relatif sangat akan berpengaruh terhadap kelangsungan usaha
kecil, namun karena kedua dampak tersebut bersifat dan/atau kegiatan. Persepsi dan sikap masyarakat
kumulatif terhadap dampak lanjutannya serta perusahaan yang bersifat negatif (disosiatif) sering berujung
berkomitmen untuk merealisasikan harapan masyarakat pada sikap penolakan masyarakat terhadap
setempat dalam memanfaatkan tenaga kerja lokal, maka rencana usaha dan/atau kegiatan sehingga dalam
seluruh masyarakat yang semula memberikan persepsi pelaksanaannya mengalami hambatan atau
dan sikap yang negatif (menolak, ragu-ragu dan/atau tidak bahkan terhenti sama sekali. Tetapi sebaliknya
memberikan respon/jawaban) terhadap kehadiran rencana persepsi dan sikap masyarakat yang bersifat
usaha/kegiatan penambangan pasir kuarsa diprakirakan positif (asosiatif) akan berbuah pada sebuah
akan berbalik memberikan persepsi dan sikap yang dukungan masyarakat terhadap kehadiran usaha
bersifat positif terhadap perusahaan karena manfaatnya dan/atau kegiatan perusahaan.
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
akan mulai dirasakan oleh masyarakat setempat. Secara holistik, besaran dampak perubahan
- Perubahan persepsi dan sikap masyarakat yang bersifat persepsi dan sikap masyarakat pada tahap pra-
positif tersebut tergolong sedang (skala 2), yaitu dari EQ konstruksi, konstruksi dan operasional termasuk
Tp = skala 3 = sedang dengan nilai kualitas lingkungan dampak sedang karena sejak rona awal sebagian
41,57% meningkat menjadi EQ Dp = skala 5 = baik besar masyarakat telah memberikan persepsi
sekali dengan nilai kualitas lingkungan 100% . Besaran yang positif (kriteria sedang) terhadap kehadiran
dampak termasuk sedang karena dari sejak rona awal rencana usaha /kegiatan perusahaan.
parameter persepsi dan sikap masyarakat terhadap
kehadiran rencana usaha/kegiatan sudah tergolong
sedang, sehingga dengan dampak positif yang paling
maksimum (nilai kualitas maksimum 100%) maka
besaran dampak yang terjadi akan tergolong sedang.
Sifat Penting Dampak :
ditinjau dari jumlah penduduk yang akan memberikan
dan/atau menerima dampak dapat meliputi penduduk di Desa
Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam dan sekitarnya,
wilayah persebaran dampak cukup luas karena minimal
meliputi wilayah pemukiman penduduk di Desa Simpang
Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam dan dapat meluas ke
desa-desa di sekitarnya, lamanya dampak berlangsung akan
dirasakan selama tahap operasional penambangan pasir
kuarsa masih berlangsung, menimbulkan dampak lanjutan
terhadap kelangsungan usaha dan/atau kegiatan pada tahap
berikutnya dan dampak dapat terakumulasi menurut ruang
dan waktu akibat tahapan kegiatan lainnya pada tahap
konstruksi dan operasional. Dengan demikian dampak
kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi dan operasional
terhadap perubahan persepsi dan sikap masyarakat tergolong
penting dan bersifat positif, serta perlu dikelola dan
dipantau agar besaran dampak positifnya dapat terus
ditingkatkan.
Tahap Operasional
1 Penurunan kualitas Konsentrasi polutan (parameter kunci) Besar Dampak : Dampak penurunan kualitas udara merupakan
udara dampak primer akibat tahap kegiatan
di udara ambient lokasi studi adalah : Kegiatan penambangan pada tahap operasional akan penambangan pasir kuarsa pada tahap
Nilai Konsentrasi (µg/Nm3) meningkatkan konsentrasi polutan di udara ambient sekitar operasional Wilayah persebaran dampak terbatas
Lokasi jalan tambang sbb. :
CO NOx TSP SOx di sekitar jalan tambang dan jalan angkutan.
Uraian Nilai Konsentrasi (µg/Nm3) Dampak tidak bersifat kumulatif menurut ruang
Tapak - <26,5 62,0 <40,7
dan waktu karena kualitas udara akan segera
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
proyek CO NOx TSP SOx
pulih setelah kegiatan di lapangan berhenti.
Nilai konsentrasi seluruh parameter kunci di atas Rona awal - <26,5 62,0 <40,7
berada di bawah baku mutu yang ditetapkan Rona akhir setelah <107,7
- 1492,44 <176,74
sesuai Lampiran PPRI No. 41 Tahun 1999 proyek 6
tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Selisih /dampak - 81,26 1430,44 136,04
2. Peningkatan laju aliran Laju aliran permukaan (run off) pada tapak Besar Dampak : Terjadinya peningkatan laju aliran permukaan
permukaan, dan proyek (WIUP) seluas 622 ha = 0,97275 (run off) dan sedimentasi merupakan dampak
sedimentasi. 1) Sumber dampak : kegiatan penyiapan lahan (sarana- sekunder dari hilang/berkurangnya vegetasi.
m3/detik.
prasarana 0,7 ha dan lahan tambang 1,44 ha/tahun) : Dampak peningkatan laju run off dan
Laju erosi rata-rata dalam WIUP = 7,356 sedimentasi akibat kegiatan penyiapan lahan
ton/ha/tahun. Laju Aliran Laju
Laju Erosi tambang dan pencucian pasir kuarsa bersifat
Uraian Permukaan Sedimentasi
(ton/ha/th) kumulatif karena terjadi pada ruang (Sungai A.
Laju sedimentasi pada perairan studi (Sungai (m3/detik) (ton/ha/th)
A.Kelong dan Sungai A. Sambar) = 1,03539 Rona awal 0,97275 7,356 1,03539 Kelong dan Sungai A. Sambar) dan waktu yang
ton/ha/tahun. sama.
Rona akhir setelah
0,97590 7,3562 1,03542
proyek Laju run off dan sedimentasi akan pulih seperti
Selisih /dampak 0,00315 0,0002 0,00003 semula setelah ada kegiatan reklamasi lahan.
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
2) Sumber dampak : kegiatan pencucian pasir kuarsa Secara holistik, dampak terhadap peningkatan
laju aliran permukaan dan sedimentasi akibat
Laju Aliran
Laju Erosi
Laju serangkaian kegiatan penambangan pasir kuarsa
Uraian Permukaan Sedimentasi (penyiapan lahan, pencucian pasir kuarsa dan
(ton/ha/th)
(m3/detik) (ton/ha/th) reklamasi lahan) termasuk dampak sangat kecil.
Rona awal 0,97275 7,356 1,0354
Rona akhir
0,972902 7,442 546,755
setelah proyek
Selisih
0,000152 0,086 545,720
/dampak
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
penting, serta perlu dikelola dan dipantau agar dampaknya
tidak semakin besar.
3. Penurunan kualitas air Badan perairan penerima dampak menurunnya Besar Dampak : Dampak terhadap penurunan kualitas air
permukaan kualitas air permukaan adalah Sungai A. Kelong permukaan merupakan dampak lanjutan dari
dan Sungai A. Sambar. 1) Sumber dampak : kegiatan penyiapan lahan peningkatan laju aliran permukaan, erosi dan
Sungai Penerima TSS TDS sedimentasi. Sumber kegiatan penyebab
TSS TDS No
Parameter
(mg/l) (mg/l)
Dampak (mg/l) (mg/l) dampaknya adalah kegiatan penyiapan lahan
1 Rona Awal tambang dan pencucian pasir kuarsa pada tahap
Sungai A. Kelong <4,0 49,1
operasional. Badan air penerima dampak adalah
S. A. Kelong <4,0 49,1
Sungai A. Sambar <4,0 56,1 perairan Sungai A. Kelong dan Sungai A.
S. A. Sambar <4,0 56,1 Sambar. Besaran dampak penurunan kualitas air
BML*) 400 1000
Keterangan : Rata-rata <4,0 52,60 permukaan di tersebut akibat kedua sumber
*) = Baku Mutu Lingkungan mengacu pada PPRI No. kegiatan di atas bersifat kumulatif karena terjadi
2 Rona Setelah Keg. Penyiapan Lahan
82 Tahun 2001 untuk Kelas Mutu III. pada tempat dan waktu yang bersamaan.
S. A. Kelong <10,524 58,883 Adapun kegiatan yang dapat memperbaiki
S. A. Sambar <5,1752 57,8611 /meningkatkan kembali kualitas air permukaan
adalah kegiatan reklamasi lahan, dimana secara
Rata-rata 7,8496 58,3721
perlahan akan dapat memulihkan kualitas air
Selisih /dampak (Rata-rata 2- permukaan tersebut seperti pada kondisi rona
3,850 5,772
1)
awal.
2) Sumber dampak : kegiatan pencucian pasir kuarsa Secara holistik, dampak terhadap penurunan
kualitas air permukaan akibat serangkaian
Sungai Penerima TSS TDS
No
Dampak (mg/l) (mg/l)
kegiatan tahap operasional penambangan pasir
kuarsa (penyiapan lahan, pencucian pasir kuarsa
1 Rona Awal
dan reklamasi lahan) termasuk dampak kecil.
S. A. Kelong <4,0 49,1
Sungai A. Sambar <4,0 56,1
Rata-rata <4,0 52,60
2 Rona Setelah Keg. Pencucian Pasir Kuarsa
Sungai A. Kelong <4,2750 49,2255
Sungai A. Sambar <4,0495 56,1225
Rata-rata <4,1623 52,6740
Selisih /dampak (Rata-rata 2-
<0,1623 50,0740
1)
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
Sungai Penerima TSS TDS
No
Dampak (mg/l) (mg/l)
1 Rona Setelah Keg. Penyiapan Lahan
Sungai A. Kelong <10,524 58,883
Sungai A. Sambar <5,1752 57,8611
Rata-rata 7,8496 58,3721
2 Rona Setelah Keg. Reklamasi Lahan
Sungai A. Kelong <4,0011 49,0587
Sungai A. Sambar <4,0002 56,0913
Rata-rata <4,0007 52,5750
Selisih /dampak (Rata-rata 2-
-3,8490 -5,7971
1)
4. Perubahan bentang Fisiografi (bentang lahan) areal rencana usaha Besaran Dampak : Dampak perubahan bentang lahan merupakan
lahan dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa dampak primer dari kegiatan penambangan
termasuk datar dengan kelerengan rata-rata 3%. 1) Sumber dampak : kegiatan penambangan/ /pengambilan pasir kuarsa. Kegiatan
Fisiografi lahan WIUP ini tidak berada dalam pengambilan pasir kuarsa penambangan pasir kuarsa secara terbuka (open
kondisi alami, yakni rona awal penutupan lahan Kegiatan penambangan pasir kuarsa akan meninggalkan pit mining) akan meninggalkan lubang bekas
terdiri dari area terbuka 101,47 ha (umumnya lubang bekas galian tambang sedalam 612 – 820 cm, artinya galian. Tahap kegiatan yang dapat
bekas tambang timah), semak belukar 294,52 ha bahwa akan terjadi perubahan tinggi permukaan tanah atau memperkecil /memperbaiki perubahan bentang
dan hutan 226,01 ha. Sehingga kualitas bentang lahan sebesar minimum 612 cm dan maksimum 820 lahan adalah kegiatan reklamasi lahan.
lingkungan hidup untuk parameter bentang lahan cm atau rata-rata 716 cm. Dari luas 17 ha yang sudah
pada rona awal termasuk kriteria baik sekali Secara keseluruhan/holistik, dampak perubahan
dieksplorasi terdapat sekitar 15,36 ha area net yang bisa bentang lahan akibat serangkaian kegiatan
(skala 35 nilai kualitas 83,69%). ditambang, sehingga dari luas total IUP 622 ha diprakirakan penambangan pasir kuarsa termasuk dampak
sekitar = (15,36 : 17) x 622 ha = 562 ha yang bisa sedang dan bersifat negatif. Secara kumulatif
ditambang dan akan berubah menjadi areal terbuka + kolong akibat kegiatan penambangan dan reklamasi
air bekas tambang, artinya areal yang bervegetasi alami akan
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
tersisa sekitar 622 – 562 ha = 60 ha (9,65%). lahan nilai kualitas lingkungan hidup parameter
bentang lahan menurun dari 83,69% (baik
Dilihat dari kondisi rona awal, terdapat areal terbuka dan sekali) menjadi 52,77% (sedang), dan bersifat
badan air kolong seluas 101,47 ha, sehingga areal tambang tidak pulih (permanen).
yang akan mengalami perubahan bentang lahan (menjadi
areal terbuka dan kolong air) sekitar 562 – 101,47 ha =
460,53 ha. Dengan demikian besarnya perubahan bentang
lahan berdasarkan luas tutupan lahan dalam lokasi IUP
akibat kegiatan penambangan adalah sebesar = (460,53 :
622) x 100% = 74,04%.
Tutupan Areal Terbuka
IKLH
Uraian Vegetasi + Kolong Air
(%)
(Ha) (Ha)
Rona Akhir Tanpa
520,53 101,47 83,69
Proyek = Rona Awal
Rona akhir Dengan
60 562 9,65
Proyek
Selisih /dampak -460,53 460,53 -74,04
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
Reklamasi Lahan
Selisih /dampak 268,2 -268,2 43,12
5. Penurunan Seluruh parameter kimia yang menentukan Besaran Dampak : Dampak penurunan produktivitas lahan
produktivitas lahan tingkat kesuburan tanah termasuk kriteria sangat merupakan dampak primer dari kegiatan
hingga rendah berdasarkan kriteria penilaian 1) Sumber dampak : kegiatan penambangan/ pengambilan penambangan/pengambilan pasir kuarsa.
sifat kimia tanah dari Lembaga Penelitian Tanah pasir kuarsa Penyebab menurunnya produktivitas lahan
(LPT, 1983). Akibat kegiatan penambangan, maka top soil seluruhnya adalah terutama akibat rusaknya top soil dan
akan dipindahkan ke dumping area yang akan berpengaruh struktur tanah yang dapat menurunkan kualitas
Parame- Satu- Lokasi 1 Lokasi 2
terhadap penurunan kesuburan tanah di lokasi tambang. sifat fisik, kimia, dan biolagi tanah. Sedangkan
ter an (0-30) (30-60) (0-30) (30-60)
Produktivitas lahan akan menurun seiring dengan tahap kegiatan yang dapat memperbaiki
C-Org % 0,98 0,10 0,92 0,51
menurunnya tingkat kesuburan tanah yang diprakirakan produktivitas lahan adalah kegiatan reklamasi
N-total % 0,06 0,01 0,09 0,06 mencapai kandungan hara yang terendah di dalam lokasi lahan.
P2O5
ppm 3,9 2,8 5,1 4,8 WIUP. Secara keseluruhan/holistik, dampak terhadap
tersedia
Parameter Kesuburan Tanah (nilai rata-rata) penurunan produktivitas lahan akibat
KTK cmol/kg 5,04 0,79 5,94 5,31
serangkaian kegiatan penambangan pasir kuarsa
Uraian P2O5 KTK
K cmol/kg 0,04 0,03 0,15 0,09 C-Org N-total K termasuk sangat kecil dan bersifat negatif.
tersedia (cmol/
(%) (%) (cmol/kg) Penyebab besaran dampak tersebut tergolong
(ppm) kg)
Rona Awal 0,63 0,06 4,15 4,27 0,08 sangat kecil adalah karena sejak rona awal
tingkat kesuburan tanah di lokasi studi sangat
Rona Setelah
Penambangan
0,10 0,01 2,80 0,79 0,03 rendah hingga rendah, sehingga nilai kualitas
Selisih lingkungan hidup untuk parameter produktivitas
-0,53 -0,05 -1,35 -3,48 -0,05 lahan sejak awal sudah termasuk kriteria buruk.
/dampak
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
menggunakan tailing padat dari TPS/dumping area di
washing plant. Untuk menghindari terjadinya
tampungan/genangan air hujan, maka pada lokasi bekas
tambang yang posisinya rendah perlu dibuatkan
tirisan/saluran pembuangan air menuju sungai terdekat.
Dengan reklamasi lahan akan mengembalikan produktivitas
lahan minimal sama seperti kondisi rona awalnya.
Sifat Penting Dampak :
Persebaran dampak akan cukup luas (293,8 ha), dampak
dapat berlangsung dalam waktu yang lama meskipun ada
intervensi manusia untuk memulihkannya, jenis dampak
dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan hidup lainnya terutama terhadap persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat negatif, dampak bersifat
kumulatif akibat kegiatan sejenis di sekitarnya yang juga
menimbulkan dampak penurunan produktivitas lahan, serta
dampak cenderung bersifat permanen (irreversible). Dengan
demikian, dampak terhadap penurunan produktivitas lahan
tergolong penting, bersifat negative serta perlu dikelola dan
dipantau.
6. Peningkatan potensi Penentuan potensi kebakaran dilakukan melalui Besaran Dampak : Dampak peningkatan potensi kebakaran lahan
kebakaran lahan pendekatan tidak langsung, yaitu dengan merupakan dampak primer akibat kegiatan
penilaian terhadap faktor-faktor yang Kegiatan penyiapan lahan sekitar 1,44 ha/tahun yang penyiapan lahan tambang. Banyaknya biomassa
mendukung terhadap terjadinya kebakaran hutan diantaranya akan dilakukan pembersihan lahan dari seluruh mati dari vegetasi yang dibersihkan akan
dan lahan, yaitu : P = f(M.C.A.T), dimana P = vegetasi yang tumbuh di atasnya,maka akan dihasilkan meningkatkan material bakar yang mudah
besarnya potensi kebakaran hutan dan lahan, M sampah organik berupa biomassa mati. Jumlah biomassa terbakar, kondisi cuaca yang kering, dan
= ketersediaan biomassa sebagai material bakar, mati yang dihasilkan mencapai 904,4 ton/ha (BB). Biomassa banyaknya tenaga kerja di lapangan dapat
C = kondisi cuaca (data dari BMKG), A = mati ini akan cepat kering pada musim kemarau, sehingga meningkatkan potensi terjadinya kebakaran
potensi api pemantik kebakaran, dan T = faktor akan sangat mudah terbakar jika ada sumber api. Dengan lahan.
topografi. banyaknya tenaga kerja di lokasi akan menambah peluang
adanya sumber api pemantik kebakaran lahan yang Besaran dampak peningkatan potensi kebakaran
Nilai potensi kebakaran diperoleh sebesar 36, disebabkan oleh kelalaian tenaga kerja dalam menggunakan lahan akibat kegiatan penyiapan lahan tambang
dimana nilai tersebut tergolong besar karena api. termasuk sangat kecil karena tidak merubah
nilainya berada pada kisaran 22 – 75. Besarnya skala angka 2 (agak buruk). Adapun yang
Indeks Kualitas
potensi kebakaran hutan dan lahan pada rona menyebabkan besaran dampak tersebut tergolong
Lingkungan Parameter
awal juga dikarenakan di sekitar lokasi WIUP Nilai sangat kecil adalah karena sejak rona awal
Uraian Potensi Kebakaran Lahan
terdapat kegiatan penambangan timah dan kebun Potensi potensi terjadinya kebakaran lahan di lokasi studi
Nilai Kriteri
oleh masyarakat yang membangun pondok kerja Skala sudah termasuk besar sehingga nilai kualitas
(%) a
sehingga berpotensi menimbulkan kebakaran Rona Awal Potensi 36 31,87 2 Agak lingkungan hidup sejak awal sudah cukup rendah
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
(potensi
lahan akibat kelalaian masyarakat yang biasanya Kebakaran Lahan buruk (kriteria agak buruk).
besar)
membuang api/punting rokok sembarangan. Rona Akhir Potensi
64
Kebakaran Lahan Agak
(potensi 22,71 2
Akibat Keg. buruk
besar)
Penyiapan Lahan
7. Penurunan populasi Parameter vegetasi yang cukup penting untuk Besar Dampak : Kegiatan yang menjadi sumber dampak primer
vegetasi mengetahui kualitas suatu ekosistem alami terjadinya penurunan populasi vegetasi adalah
diantaranya adalah : kelimpahan /kerapatan jenis 1) Sumber dampak : kegiatan penyiapan lahan kegiatan tunggal yaitu kegiatan penyiapan lahan.
(K), indeks keanekaragaman jenis (H’), dan Rencana kegiatan penyiapan lahan dalam penambangan Dengan adanya kegiatan penyiapan lahan
indeks kemerataan jenis (E). pasir kuarsa dapat menghilangkan vegetasi yang tumbuh tambang dimana diantaranya diawali dengan
di atasnya dimana pada gilirannya akan menurunkan pembukaan dan pembersihan lahan, maka akan
parameter kerapatan vegetasi (K), keanekaragaman menghilangkan seluruh vegetasi yang tumbuh di
Tingkat jenis vegetasi (H’) dan kemerataan jenis (E) pada lokasi atasnya. Sedangkan kegiatan yang dapat
Parame- Kriteria
Pertum- Nilai WIUP seluas 622 ha. Berkurangnya parameter populasi meningkatkan kembali populasi vegetasi adalah
ter Ilmiah
buhan vegetasi tersebut akan menurunkan peranan jenis reklamasi lahan. Pada prinsipnya kegiatan
H’ Semai 2,97 Tinggi vegetasi dalam menjaga keseimbangan lingkungan. reklamasi lahan adalah untuk mempercepat
Sangat Besaran dampak berkurangnya populasi vegetasi akibat proses pemulihan lahan dan menciptakan
Pancang 3,05 prakondisi agar lahan tersebut dapat
Tinggi kegiatan penyiapan lahan diprakirakan termasuk besar.
Tiang 2,88 Tinggi dikembalikan sesuai peruntukannya (kawasan
Tingkat tpertambangan dan hutan produksi).
Parameter Nilai Kriteria Ilmiah
Pohon 2,36 Tinggi Pertumbuhan
E Semai 0,20 Sangat rendah Secara totalitas/holistik, dampak terhadap
Semai 0,89 Stabil
Pancang penurunan populasi vegetasi akibat tahapan
Pancang 0,89 Stabil H’ 0,20 Sangat rendah kegiatan penyiapan lahan dan reklamasi lahan
Tiang 0,88 Stabil Tiang 0,19 Sangat rendah termasuk dampak sedang dan bersifat negatif.
Dampak penurunan populasi vegetasi ini dapat
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
Pohon 0,89 Stabil
Pohon 0,16 Sangat rendah menimbulkan dampak lanjutan terhadap
peningkatan laju aliran permukaan, erosi dan
sedimentasi, serta penurunan kualitas habitat dan
Semai 0,06 Kom. tertekan
populasi satwaliar.
Pancang
0,06 Kom. tertekan
E Dampak penurunan populasi vegetasi akibat
Tiang 0,06 Kom. tertekan serangkaian kegiatan penambangan pasir kuarsa
Pohon 0,06 Kom. tertekan tidak akan menghilangkan spesies kunci (key
species) dan/atau jenis vegetasi yang menjadi
Dilihat dari sebaran jenis vegetasi di lokasi studi, bioindikator, karena sebagian areal WIUP yang
berkurangnya polulasi vegetasi justru akan banyak terjadi masih alami akan dipertahankan serta ekosistem
pada spesies yang menjadi bioindikator seperti jenis Sesapu yang sama di sekitarnya masih dapat ditemukan,
(Baekkea frutescens), Gelam (Melaleuca leucadendron), jenis vegetasi asli dapat dibudidayakan untuk
Tempido/Kantong Semar (Nephentes spp.), dan kegiatan reklamasi (revegetasi), dan ekosistem
Keramuntingan (Rhodomyrtus tomentosa). Jenis bioindikator hutan kerangas dapat pulih kembali meskipun
tersebut banyak tumbuh pada tempat-tempat berpasir kuarsa, membutuhkan waktu yang cukup lama.
sehingga tidak bisa dihindari bahwa kemungkinan akan
tergusur pada saat kegiatan penyiapan lahan tambang sangat
besar. Meskipun jenis bioindikator tersebut sangat dominan
di lokasi studi terutama jenis Sesapu dan Gelam, namun
karena jenis tersebut adalah yang paling banyak akan terkena
dampak, serta habitatnya sangat spesifik dan sensitif, maka
perlu diupayakan dalam kegiatan reklamasi diprioritaskan
untuk jenis-jenis bioindikator tersebut karena sudah terbukti
dapat beradaptasi pada habitat di lokasi tapak proyek. Jika
keempat jenis vegetasi bioindikator tidak dapat tumbuh lagi
pada lokasi bekas tambang, maka dapat menjadi indicator
bahwa kegiatan penambangan telah mengakibatkan
perubahan yang mendasar pada ekosistem tersebut.
2) Sumber dampak : kegiatan reklamasi lahan
Tanpa intervensi maupun dengan intervensi melalui
reklamasi lahan, populasi vegetasi akan tetap mengalami
proses suksesi untuk mencapai ekosistem klimaks. Akan
tetapi dengan adanya intervensi melalui kegiatan reklamasi
lahan maka proses suksesi untuk mencapai ekosistem
klimaks berupa hutan kerangas akan sangat dipercepat.
Besaran dampak berupa peningkatan populasi dan komposisi
vegetasi akibat kegiatan reklamasi lahan termasuk sedang.
parameter populasi dan komposisi vegetasi akan pulih seperti
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
kondisi rona awal.
Sifat Penting Dampak :
Luas areal yang akan kehilangan vegetasi penutup tanah
secara total minimal 293,8 ha, intensitas dampak cukup
besar; menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
lingkungan lainnya seperti rusaknya habitat satwaliar,
peningkatan laju aliran permukaan ( run off), erosi dan
sedimentasi, penurunan kualitas air permukaan dan
terganggunya biota perairan; dampak bersifat kumulatif
dengan dampak yang sama (bersinergi) dengan kegiatan
tambang di sekitarnya; serta dampak hilangnya vegetasi sulit
untuk pulih (irreversible) tanpa adanya intervensi manusia
melalui revegetasi; sehingga dampak hilang/ berkurangnya
populasi vegetasi tergolong penting dan harus dikelola atau
dipantau.
8. Penurunan kualitas Untuk mengetahui kualitas habitat pada rona Besar Dampak : Dampak penurunan kualitas habitat dan populasi
habitat dan populasi awal menggunakan pendekatan nilai kualitas satwaliar merupakan dampak sekunder dari
satwaliar lingkungan parameter populasi vegetasi pohon 1) Sumber dampak : kegiatan penyiapan lahan menurunnya vegetasi disamping meningkatnya
yang secara umum termasuk baik. Sedangkan Dampak berupa menurunnya kualitas habitat dan populasi aktivitas manusia di lokasi tapak proyek.
untuk parameter populasi satwaliar sangat satwaliar akibat tahap kegiatan penyiapan lahan tambang Kegiatan utama yang menjadi sumber dampak
ditentukan oleh tingkat perjumpaan langsung diprakirakan termasuk sedang. terjadinya penurunan kualitas habitat dan
pada saat studi dilakukan. Pada rona awal, untuk populasi satwaliar adalah kegiatan penyiapan
jenis mamalia dijumpai secara langsung sekitar 4 Parameter lahan. Adapun kegiatan yang dapat memperbaiki
jenis (30,77%) dari 13 jenis yang diinformasikan Satwa yang Dapat Dijumpai /meningkatkan kualitas habitat dan populasi
masyarakat, reptil dan amfibi sebanyak 8 jenis Uraian Kualitas Langsung satwaliar adalah kegiatan reklamasi lahan.
(34,78%) dari 23 jenis yang diinformasikan Habitat Jumlah
masyarakat, serta kelompok aves/burung Nilai H’ Nilai E Secara keseluruhan/holistik, dampak penurunan
(%) Jenis
sebanyak 14 jenis (46,67%) dari 30 jenis burung Satwa
Burung Burung kualitas habitat dan populasi satwaliar akibat
yang diinformasikan masyarakat. Selain itu serangkaian kegiatan penyiapan lahan dan
Rona Awal 78,25 26 2,38 0,90 reklamasi lahan termasuk dampak kecil.
untuk jenis burung yang diamati dengan metode
Rona Akhir Setelah
Indences Point of Abudance (IPA) juga 1,94 10 1,49 0,93 Dampak berupa menurunnya kualitas habitat
Keg. Penyiapan Lahan
ditentukan dengan nilai indeks keanekaragaman dan populasi satwaliar yang terjadi di lokasi studi
jenis (H’) dan indeks kemerataan jenis (E), Perubahan /Dampak -76,31 -16 -0,89 0,03
tidak akan menghilangkan /mengancam spesies
dimana nilai H’ sebesar 2,38 termasuk kriteria tertentu (termasuk spesies kunci dan/atau
tinggi menurut klasifikasi Lee et al, (1978) jenis satwa yang menjadi bioindikator, seperti Lutung
bioindikator), karena jenis/individu satwa yang
dalam Arisandi (1999) dan nilai E sebesar 0,90 (Trachypithecus auratus) dari kelas mamalia, Buaya air
biasa menempati habitat pada tapak proyek
termasuk komunitas satwa yang stabil menurut tawar (Crocodylus siamensis) dari kelas reptile dan Burung
diperkirakan akan bermigrasi ke habitat lain di
kriteria Kusumahadi (2012). Kake / Cekakak belukar (Actenoides concretus)dari kelas
sekitarnya terutama ke kawasan produksi yang
aves. Ketiga jenis satwa bioindikator tersebut akan semakin
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
sulit ditemukan di dalam dan sekitar lokasi blok tambang, berada di sekitar WIUP, serta ekosistem hutan
karena jenis satwa ini cukup sensitif terhadap perubahan kerangas akan terbentuk kembali sekalipun
ekosistem yang menjadi habitatnya, sehingga diprakirakan membutuhkan waktu yang lama.
akan bermigrasi ke habitat lain di sekitarnya yang masih
baik. Satwa jenis Lutung dan Burung Kake / Cekakak
belukar memerlukan habitat dengan tutupan vegetasi yang
cukup rapat dan dapat menyediakan sumber makanan,
tempat untuk berlindung, bersarang, dan berkembang biak.
Begitu pula jenis Buaya air tawar memerlukan perairan rawa
dan/atau sungai yang cukup alami dengan kualitas perairan
yang baik.
2) Sumber dampak : kegiatan reklamasi lahan
Mengingat pada akhirnya kegiatan reklamasi lahan dapat
mempercepat proses suksesi untuk memulihkan menjadi
hutan kerangas klimaks, maka kualitas habitat dan populasi
satwaliar juga akan kembali seperti pada kondisi rona awal.
Sama halnya dengan besaran dampak menurunnya kualitas
habitat dan populasi satwaliar akibat kegiatan penyiapan
lahan tambang, maka besaran dampak peningkatan kualitas
habitat dan populasi satwaliar akibat kegiatan reklamasi
lahan tergolong kecil.
Sifat Penting Dampak :
Untuk melihat tingkat kepentingan (importance) dampak
ditentukan berdasarkan kriteria : kualitas habitat yang
mengalami perbaikan akibat reklamasi lahan daratan cukup
luas yaitu sekitar 293,8 ha, persebaran dampak berupa
migrasi satwaliar akan terjadi dari habitat yang ada di
sekitarnya, intensitas dampak termasuk kecil (skala 1) dan
berlangsung dalam waktu yang lama (semakin lama kualitas
habitat akan semakin baik dan populasi satwa terus
meningkat), dampak bersifat kumulatif menurut ruang dan
waktu, serta dampak perbaikan habitat bersifat irreversible
(tidak akan rusak kembali) tanpa adanya faktor luar yang
merusaknya. Dengan demikian dampak peningkatan kualitas
habitat dan populasi satwaliar akibat kegiatan reklamasi
lahan tergolong penting, bersifat positif serta perlu dikelola
dan dipantau agar besaran dampaknya dapat terus
ditingkatkan.
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
9. Penurunan biota air Perairan penerima dampak adalah Sungai A. Besar Dampak : Dampak berupa penurunan biota air pada
Kelong dan Sungai A. Sambar. prinsipnya merupakan dampak lanjutan akibat
1) Sumber dampak : kegiatan penyiapan lahan menurunnya kualitas air permukaan di perairan
Rona Awal Sungai A. Kelong dan A. Sambar. Kegiatan yang
Besaran (magnitude) dampak penurunan biota air termasuk
Uraian
K H’ E D dampak sangat kecil. menjadi sumber penyebab terjadinya dampak
Nilai Rata-rata Plankton penurunan biota air adalah kegiatan penyiapan
0,144
1,198 0,337 No Uraian & Benthos lahan tambang dan kegiatan pencucian pasir
Plankton 8.225 (tidak
(rendah)
merata)
(rendah) H’ E D kuarsa pada tahap operasional. Sedangkan
0,249
1. Rona Awal 1,134 0,197 0,345 kegiatan yang dapat meningkatkan kembali biota
1,070 0,354 Rona Akhir Setelah Keg. air adalah kegiatan reklamasi lahan.
Benthos 75 (cukup 2. 1,128 0,196 0,344
(rendah) (rendah) Penyiapan Lahan
merata)
Perubahan /Dampak (2-1) -0,013 -0,002 -0,003 Beberapa parameter kualitas air permukaan yang
Keterangan :
diprakirakan akan meningkat dan menyebabkan
K = Kelimpahan (individu/lt dan individu/m2),
2) Sumber dampak : kegiatan pencucian pasir kuarsa penurunan biota air diantaranya peningkatan TSS
H’ = Indeks keanekaragaman jenis, criteria
dan TDS. Besaran peningkatan TSS dan TDS
menurut Lee et al. Besaran (magnitude) dampak penurunan biota air akibat perairan dari kondisi normal dengan Kelas Mutu
E = Indeks keseragaman jenis, kegiatan pencucian pasir kuarsa juga termasuk dampak kecil. III akan berbanding lurus (sebanding) dengan
D = Indeks dominansi jenis, menurut Simpson.
penurunan parameter biota air.
Secara totalitas/holistik, dampak terhadap
penurunan biota air akibat serangkaian kegiatan
operasional penambangan pasir kuarsa termasuk
dampak sangat kecil dan bersifat negatif.
Nilai Rata-rata Plankton
No Uraian & Benthos
H’ E D
1. Rona Awal 1,134 0,197 0,345
Rona Akhir Setelah Keg.
2. 0,810 0,140 0,247
Pencucian Pasir Kuarsa
Perubahan /Dampak (2-1) -0,324 -0,056 -0,099
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
10. Terbukanya Berdasarkan data penduduk Kecamatan Simpang Besaran Dampak : Pada tahap konstruksi - operasional, kegiatan
kesempatan kerja dan Pesak Tahun 2019 diketahui bahwa di Desa yang menjadi sumber dampak primer terbukanya
peluang berusaha Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam - Rekrutmen tenaga kerja local sebanyak 23 orang akan dapat kesempatan kerja dan peluang berusaha adalah
jumlah penduduk usia produktif (kelompok usia menambah jumlah angkatan kerja yang bekerja di 2 desa kegiatan tunggal yaitu mobilisasi/rekrutmen
15 – 64 tahun) sebanyak 3.879 jiwa, dan jumlah studi menjadi = 1655 + 23 orang = 1678 orang, atau tingkat tenaga kerja sebanyak 37 orang (sekitar 23 orang
angkatan kerja sekitar 1774. kesempatan kerja meningkat menjadi = (1678/1774) x tenaga kerja local dan 14 tenaga kerja non-lokal),
100% = 94,61%, serta mengurangi angka jumlah angkatan dapat berdampak pula terhadap 5 unit usaha yang
Tingkat kesempatan kerja (TKK) di kedua desa kerja yang belum / tidak memiliki pekerjaan tetap di Desa terkait dengan banyaknya karyawan perusahaan
studi yaitu sekitar 93,31% (dari angkatan kerja Simpang Pesak dan Tanjung Batu Itam menjadi = 119 – 23 pada saat penyelenggaraan hubungan dan norma
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
1774 orang terdapat sekitar 1655 orang yang orang = 96 orang, atau tingkat pengangguran berkurang kerja.
bekerja), sedangkan tingkat pengangguran menjadi = (96/3.879) x 100% = 2,46%.
terbuka (TPT) sekitar 3,06% (dari penduduk usia Terbukanya kesempatan kerja dan peluang
produktif sebanyak 3.879 orang terdapat 119 - Nilai indeks kualitas lingkungan hidup untuk parameter berusaha akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja
orang yang belum bekerja / mencari pekerjaan). kesempatan kerja dan peluang berusaha di Desa Simpang operasional yang dilanjutkan dengan
Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam meningkat dari 61,71% penyelenggaraan hubungan dan norma kerja
menjadi 73,14% (EQ Dp = skala 4 = baik). dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap
peningkatan perekonomian lokal serta persepsi
Sifat Penting Dampak : dan sikap masyarakat yang bersifat positif.
Jumlah tenaga kerja yang akan direkrut seluruhnya 37 orang Kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional
dimana angkatan kerja local yang akan direkrut /terkena dapat meningkatkan angka Tingkat Kesempatan
dampak positi minimal 23 orang, persebaran dampak Kerja (TKK) dan menurunkan Tingkat
minimal meliputi pemukiman penduduk di wilayah Desa Pengangguran Terbuka (TPT) di Simpang Pesak
Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam, dampak positif dan Desa Tanjung Batu Itam.
akan dirasakan manfaatnya selama tahap konstruksi dan
operasional penambangan pasir kuarsa masih berlangsung
sebagai akibat adanya penyelenggaraan hubungan dan norma
kerja, menimbulkan dampak lanjutan terhadap peningkatan
pendapatan/perekonomian masyarakat serta persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat positif. Dampak kegiatan
mobilisasi /rekrutmen tenaga kerja konstruksi-operasional
terhadap terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha
tergolong dampak penting, bersifat positif, serta perlu
dikelola dan dipantau agar besaran dampaknya dapat terus
ditingkatkan.
11. Peningkatan Berdasarkan data registrasi tahun 2019, besarnya Besar Dampak : Dampak terhadap peningkatan perekonomian
perekonomian lokal Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas lokal merupakan dampak primer/langsung dari
dasar harga berlaku di Kabupaten Belitung 1) Sumber dampak : kegiatan mobilisasi/ rekrutmen kegiatan penambangan pasir kuarsa pada tahap
Timur adalah sebesar Rp. 7.728.230.000.000,- tenaga kerja operasional, serta dampak sekunder dari
atau naik sebesar 4,31% dibandingkan tahun Dengan adanya penambahan pendapatan penduduk dari upah terbukanya kesempatan kerja dan peluang
2018 yang nilainya mencapai Rp. kerja serta tumbuhnya unit dan omset usaha yang terkait berusaha akibat adanya kegiatan
7.408.790.000.000,-, sedangkan atas dasar harga dengan penyelenggaraan hubungan dan norma kerja akibat mobilisasi /rekrutmen tenaga kerja pada tahap
konstan (ADHK 2010) besar PDRB tahun 2019 adanya mobilisasi/ rekrutmen tenaga kerja konstruksi dan konstruksi dan operasional. Peningkatan
adalah Rp. 5.503.990.000.000,- atau naik sebesar operasional penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan perekonomian lokal akibat adanya
3,35% dibandingkan tahun 2018. Enam sebesar minimal Rp. 1.627.931.592,-/tahun, maka penyelenggaraan hubungan dan norma kerja
akan meningkatkan PDRB (ADHK) Kabupaten Belitung (setelah kegiatan mobilisasi /rekrutmen tenaga
Timur dari semula pada tahun 2019 (rona awal) sebesar Rp. kerja) dan akibat kegiatan penambangan akan
5.503.990.000.000,- menjadi sebesar Rp. bersifat kumulatif karena dapat terjadi secara
5.503.990.000.000,- + Rp. 1.627.931.592,- = Rp. bersamaan pada wilayah yang sama.
5.505.617.931,- pada rona akhir. Atau dengan kata lain
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
bahwa penyelenggaraan hubungan dan norma kerja setelah Penyelenggaraan hubungan dan norma kerja
kegiatan mobilisasi /rekrutmen tenaga kerja PT. Bintang akibat kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga
Delapan Enam akan menyumbang laju pertumbuhan PDRB kerja akan meningkatkan pendapatan masyarakat
(ADHK) tahun berikutnya di Kabupaten Belitung Timur sebesar Rp. 1.627.931.592,-/tahun, dimana pada
sebesar 0,03% (perhitungan dengan pendekatan pendapatan gilirannya akan dapat menyumbangkan terhadap
masyarakat dari upah kerja dan hasil usaha yang terkait). laju pertumbuhan PDRB (ADHK 2010) untuk
Laju tahun berikutnya di Kabupaten Belitung Timur
Pertumbuhan sebesar 0,03%. Sedangkan dari kegiatan
PDRB ADHK 2010
Uraian PDRB ADHK penambangan pasir kuarsa Pemerintah
(Rp.)
2010 Kabupaten Belitung Timur akan memperoleh
(%) dana bagi hasil PNBP sebesar Rp.
5.503.990.000.000, 383.546.800,-/tahun, dimana nilai tersebut dapat
Rona Awal 3,35
- menyumbang laju pertumbuhan PDRB (ADHK
Rona Akhir Dengan
2010) sebesar 0,007%. Secara kumulatif
Kegiatan Mobilisasi/
5.505.617.931. kehadiran usaha/kegiatan penambangan pasir
Rekrutmen Tenaga 3,38
592,- kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam akan
Kerja Konstruksi &
Operasional dapat meningkatkan laju pertumbuhan PDRB
Perubahan /Dampak 1.627.931.592,- 0,030 (ADHK 2010) di Kabupaten Belitung Timur dari
sebelumnya (tahun 2019) sebesar 3,35% menjadi
sekitar 3,35 + 0,03 + 0,007% = 3,387%.
2) Sumber dampak : kegiatan penambangan
Dengan kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Peningkatan perekonomian lokal dapat
Delapan Enam maka Pemkab. Belitung Timur akan menimbulkan dampak lanjutan terhadap persepsi
memperoleh dana bagi hasil PNBP sebesar Rp. dan sikap masyarakat yang bersifat positif.
383.546.800,-/tahun, sehingga akan meningkatkan PDRB Meningkatnya perekonomian lokal sangat
(ADHK) Kab. Belitung Timur dari semula pada rona awal diharapkan oleh semua pihak, karena pada
(tahun 2019) sebesar Rp. 5.503.990.000.000,-. menjadi dasarnya muara dari tujuan rencana
sebesar Rp. 5.504.373.546.800,- . Atau dengan kata lain akan usaha/kegiatan ini adalah dalam rangka
menyumbang terhadap laju pertumbuhan PDRB (ADHK) mempercepat pertumbuhan perekonomian daerah
dan mensejahterakan masyarakatnya.
tahun berikutnya di Kab. Beltim sebesar = (Rp. Rp.
383.546.800,- : Rp. 5.503.990.000.000,-) x 100%
= 0,007% (perhitungan dengan pendekatan
produksi tambang).
Laju Pertumbuhan
PDRB ADHK 2010
Uraian PDRB ADHK 2010
(x Rp. 1.000,-)
(%)
Rona Awal 5.503.990.000.000,- 3,35
Rona Akhir Dengan 5.504.373.546.800,- 3,357
Kegiatan
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
Penambangan
Perubahan /
383.546.800,- 0,007
Dampak
12. Perubahan persepsi Berdasarkan hasil wawancara dan angket Besaran Dampak : Dampak berupa perubahan persepsi dan sikap
dan sikap masyarakat /kuesioner pada saat studi dilakukan diketahui : masyarakat pada prinsipnya merupakan
- 41,57% responden memberikan tanggapan Pada tahap operasional timbulnya persepsi dan sikap akumulasi dari berbagai dampak negatif maupun
positif terhadap kehadiran rencana masyarakat adalah akibat adanya program CSR yang sejak dampak positif dari serangkaian tahap rencana
usaha/kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh awal sudah direncanakan. Persepsi dan sikap masyarakat usaha/kegiatan. Seluruh dampak perubahan
PT. Bintang Delapan Enam, tersebut akan bersifat positif terhadap perusahaan. persepsi dan sikap masyarakat antara yang
- 23,60% responden memberikan tanggapan Adanya sikap masyarakat yang bersifat disosiatif di atas bersifat positif dan negatif dapat saling
negatif terhadap rencana usaha dan/atau disebabkan akibat adanya anggapan dan kekhawatiran bahwa berinteraksi (bersifat kumulatif) dalam wilayah
kegiatan, serta kehadiran perusahaan tidak akan memberikan manfaat apa- yang sama meskipun waktu terjadinya mungkin
- 34,83% responden memberikan pendapat apa- apa kepada masyarakat, bahkan sebaliknya masyarakat saja tidak bersamaan.
apa terhadap pertanyaan tentang rencana sekitar hanya akan menerima dampak negatifnya. Dengan Jenis dampak persepsi dan sikap masyarakat ini
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
kehadiran perusahaan.
adanya kegiatan CSR yang manfaatnya dapat dirasakan oleh akan berpengaruh terhadap kelangsungan
Adanya sikap yang bersifat disosiatif (tidak masyarakat serta kegiatan yang dilaksanakan perusahaan usaha/kegiatan. Adanya persepsi dan sikap
setuju, ragu-ragu dan/atau tidak mau memberikan tidak mengganggu aktivitas/kegiatan masyarakat yang sudah masyarakat yang bersifat negatif (disosiatif)
tanggapan) menggambarkan bahwa sekitar berlangsung, maka masyarakat yang semula memberikan sering berujung pada sikap penolakan
58,43% masyarakat memberikan persepsi yang persepsi dan sikap yang negatif (menolak, ragu-ragu masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau
bersifat negatif terhadap rencana kehadiran dan/atau tidak memberikan respon/jawaban) terhadap kegiatan sehingga dalam pelaksanaannya
perusahaan. kehadiran rencana usaha/kegiatan diprakirakan akan berbalik mengalami hambatan atau bahkan terhenti sama
memberikan persepsi dan sikap yang positif terhadap sekali. Tetapi sebaliknya persepsi dan sikap
perusahaan. masyarakat yang bersifat positif (asosiatif) akan
berbuah pada sebuah dukungan masyarakat
Tanggapan Responden (%) terhadap kehadiran usaha /kegiatan perusahaan.
Uraian Tidak
Positif Negatif Secara keseluruhan/holistik, kegiatan sosialisasi
Menjawab
Rona Awal 41,57 23,60 34,83 rencana usaha dan/atau kegiatan pada tahap pra-
konstruksi, kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga
Rona Akhir Dengan
100 0 0 kerja, dan kegiatan CSR pada tahap operasional
Kegiatan CSR
Perubahan/ akan memberikan dampak terhadap persepsi dan
58,43 -23,60 -34,83 sikap masyarakat yang bersifat positif dengan
Dampak
besaran dampak termasuk sedang. Besaran
Sifat Penting Dampak : dampak termasuk sedang karena sejak rona awal
sebagian besar masyarakat telah memberikan
Terjadinya perubahan persepsi dan sikap masyarakat dapat persepsi yang positif kriteria sedang) terhadap
meliputi seluruh masyarakat di wilayah studi terutama kehadiran rencana usaha dan/atau kegiatan
masyarakat di Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu perusahaan.
Itam, wilayah persebaran dampak dapat meluas ke wilayah
desa di sekitarnya, dampak berlangsung dalam waktu yang
lama yaitu selama kegiatan operasional perusahaan masih
berlangsung, dampak bersifat kumulatif dengan dampak
yang sama (bersinergi) dari tahap kegiatan lainnya, serta
menimbulkan dampak lanjutan yang sangat penting untuk
kelangsungan usaha dan/atau kegiatan secara
berkesinambungan. Dengan demikian, dampak kegiatan CSR
terhadap perubahan persepsi dan sikap masyarakat tergolong
penting dan bersifat positif serta perlu dikelola dan dipantau
agar dapat terus ditingkatkan besaran dampak positifnya.
Sumber dampak konflik kepentingan lahan
13. Konflik kepentingan Kondisi eksisting areal WIUP lokasi rencana Besaran Dampak : adalah kegiatan tunggal akibat kegiatan
lahan usaha/kegiatan terdapat kegiatan penambangan penambangan pasir kuarsa yang dilaksanakan
timah yang dilakukan oleh masyarakat. Pada Sumber dampak : kegiatan penambangan
pada lahan yang sama dengan kegiatan
rona awal tidak ada sumber dampak yang dapat Kehadiran perusahaan untuk melakukan penambangan pasir penambangan bijih timah oleh masyarakat.
menyebabkan terjadinya reaksi masyarakat yang kuarsa di lokasi tambang timah masyarakat akan Perusahaan dapat menambang pasir kuarsa jika
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
terdapat interaksi yang bersifat asosiatif
mencerminkan adanya konflik kepentingan lahan menimbulkan reaksi dari masyarakat penambang. Kegiatan (kerjasama) dengan masyarakat penambang, dan
(ditunjukan dengan berlangsungnya penambangan dilakukan pada lahan yang sama, tetapi jenis sebaliknya perusahaan akan mengalami
penambangan timah oleh masyarakat), sehingga mineral yang ditambang oleh perusahaan berbeda dengan hambatan dalam kegiatan penambangan (dapat
kemungkinan terjadinya konflik = 0 (nihil), atau yang ditambang oleh masyarakat. Perusahaan menambang berujung pada penolakan /konflik) jika interaksi
nilai indeks kualitas lingkungan hidup untuk pasir kuarsa, sedangkan masyarakat menambang bijih timah. yang terjadi bersifat disosiatif.
parameter konflik kepentingan lahan pada rona Ada 2 (dua) kemungkinan interaksi yang akan terjadi antara
awal = 100% = skala 5 = baik sekali. perusahaan dengan masyarakat penambang, yaitu : (1)
kerjasama, (2) konflik.
Dilihat dari jenis mineral yang ditambang dan teknik
penambangan yang dapat saling mendukung/
menguntungkan maka kemungkinan terjadinya kerjasama
cukup besar. Namun disisi lain biasanya masyarakat juga
akan menguasai /merasa memiliki lahan bekas tambangnya,
sehingga cukup sulit bagi pihak lain untuk melakukan
penambangan karena akan berisiko besar terjadi konflik.
Atau bisa juga masyarakat yang sudah merasa nyaman
dengan kegiatan penambangannya di lokasi tersebut merasa
khawatir kegiatannya terganggu, sehingga akan berisiko
besar terjadi konflik jika perusahaan tidak dapat
mengantisipasinya. Potensi terjadinya kerjasama dan
terjadinya konflik relatif sama yaitu 50% : 50%, sehingga
dengan adanya kegiatan penambangan nilai indeks kualitas
lingkungan hidup untuk parameter konflik kepentingan lahan
(EQ Dp) = 50%, skala 3 = sedang.
Sifat Penting Dampak :
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak,
berdasarkan jumlah masyarakat penerima dampak meliputi
pemilik dan pekerja tambang rakyat dalam wilayah IUP,
intensitas dampak tergolong sedang (skala 3), dampak akan
berlangsung selama kegiatan operasional, dan akan
menimbulkan dampak lanjutan terhadap persepsi dan sikap
masyarakat yang bersifat negatif. Dampak timbulnya konflik
kepentingan lahan akibat kegiatan penambangan tergolong
dampak negatif penting, serta perlu dikelola dan dipantau
agar dampak negatifnya dapat dikendalikan.
14. Peningkatan gangguan - Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Besaran Dampak : Dampak terhadap peningkatan gangguan
kesehatan masyarakat Belitung Timur, pada tahun 2015 angka kesehatan masyarakat adalah dampak tidak
Annual Parasite Insiden (API) malaria di 1) Sumber dampak : kegiatan penambangan langsung/sekunder dari kegiatan penambangan
wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah Pada musim hujan lubang bekas galian tambang tersebut pada tahap operasional. Kegiatan penambangan
Dampak Penting
No. Rona Lingkungan Hidup Awal Hasil Prakiraan Dampak Hasil Evaluasi Dampak
Hipotetik
sebesar 0,05 per-1.000 penduduk per-tahun. akan menampung air karena di lapisan bawah biasanya pasir kuarsa akan meninggalkan lubang-lubang
Angka API tersebut berada di bawah (tidak kedap terhadap air. Genangan air pada lokasi bekas bekas tambang yang dapat menjadi tempat
melampaui) target eliminasi malaria yang pertambangan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk anopheles pembawa /vektor
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI perindukan/berkembangnya jentik nyamuk Anopheles penyakit malaria.
(API < 1 per-1.000 penduduk per-tahun). Jika yang menjadi pembawa virus dan parasit plasmodium
penyebaran penyakit malaria di Kabupaten penyebab penyakit malaria. Secara keseluruhan/holistik, dampak terhadap
Belitung Timur dianggap merata, maka angka Nyamuk Anopheles betina yang menjadi vector penyakit peningkatan gangguan kesehatan masyarakat
API di wilayah desa studi (Desa Simpang malaria biasanya menggigit manusia pada malam hari akibat serangkaian kegiatan penambangan
Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam) akan atau sejak senjak hingga subuh. Jarak terbang (flight termasuk dampak sangat kecil Namun demikian,
berada sekitar 0,05 per-1.000 penduduk per- range) berkisar antara 0,5 – 3 km dari tempat dampak tersebut perlu dicegah secermat
tahun. Dengan baku nilai API menurut target perkembangbiakannya. Jika ada angin yang bertiup mungkin agar tidak terjadi peningkatan insidensi
Kementerian Kesehatan RI yang nilainya < 1 kencang, dapat terbawa sampai sejauh 20 – 30 km. Jarak penyakit malaria sebagaimana yang ditargetkan
per-1.000 penduduk per-tahun), maka nilai terdekat lokasi pemukiman penduduk dengan lokasi oleh Kementerian Kesehatan.
kualitas lingkungan untuk komponen kesehatan rencana penambangan adalah sekitar 3,3 km untuk Desa
masyarakat dengan parameter penyakit malaria Dusun Tanjung Batu Air, 5,6 km untuk Desa Tanjung
di wilayah studi termasuk baik sekali (EQ Tp Batu Itam dan 8,5 km untuk Desa Simpang pesak, artinya
Yad = skala 5, dengan nilai kualitas 96%). bahwa masyarakat yang tinggal di pemukiman desa
Dengan jumlah penduduk Desa Simpang Pesak tersebut dapat terkena dampak penyebaran penyakit
dan Desa Tanjung Batu Itam sekitar 5.601, malaria.
maka prakiraan insiden penderita penyakit
malaria di tersebut adalah sekitar (0,05 : 1.000) Lokasi pemukiman Desa Simpang Pesak dan
x 5.601 = 0,28 kejadian/tahun. DesaTanjung Batu Itam berada pada batas terluar dari
penyebaran nyamuk Anopheles dari lokasi tambang, maka
diprakirakan peningkatan insidensi penyakit malaria tidak
akan mencapai seperti rona awalnya. Jika peningkatan
jumlah insidensi penyakit malaria dianggap sama dengan
separuh kondisi rona awalnya, maka jumlah insidensi
malaria di wilayah studi meningkat menjadi 0,28 + 0,14 =
0,42 kejadian/tahun atau nilai API meningkat menjadi =
(0,42 : 5.601) x 1.000 = 0,075 per-1000 penduduk per-
tahun (nilai API <1).