BAB I
PENDAHULUAN
Tabel 1.1. Titik Koordinat Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir
Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
GARIS BUJUR GARIS LINTANG
No. (BUJUR TIMUR (BT) (LINTANG SELATAN (LS)
o o
‘ “ BT ‘ “ LS
1. 108 2 17,48 BT 3 9 18,77 LS
2. 108 3 32,43 BT 3 9 18,77 LS
3. 108 3 32,43 BT 3 9 53,25 LS
4. 108 3 51,44 BT 3 9 53,25 LS
5. 108 3 51,44 BT 3 10 59,00 LS
6. 108 3 42,50 BT 3 10 59,00 LS
7. 108 3 42,50 BT 3 11 7,97 LS
8. 108 3 21,52 BT 3 11 7,97 LS
9. 108 3 21,52 BT 3 11 15,28 LS
10. 108 3 15,98 BT 3 11 15,28 LS
11. 108 3 15,98 BT 3 11 19,88 LS
12. 108 3 6,11 BT 3 11 19,88 LS
13. 108 3 6,11 BT 3 11 30,01 LS
14. 108 3 1,23 BT 3 11 30,01 LS
15. 108 3 1,23 BT 3 11 32,94 LS
16. 108 2 50,62 BT 3 11 32,94 LS
17. 108 2 50,62 BT 3 10 46,02 LS
18. 108 2 56,43 BT 3 10 46,02 LS
19. 108 2 56,43 BT 3 10 33,96 LS
20. 108 3 17,80 BT 3 10 33,96 LS
21. 108 3 17,80 BT 3 10 21,65 LS
22. 108 3 13,11 BT 3 10 21,65 LS
23. 108 3 13,11 BT 3 10 2,54 LS
24. 108 3 5,52 BT 3 10 2,54 LS
25. 108 3 5,52 BT 3 9 44,83 LS
26. 108 2 50,55 BT 3 9 44,83 LS
27. 108 2 50,55 BT 3 9 49,67 LS
b. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Belitung Timur
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan, lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam harus disesuaikan dengan rencana tata ruang menurut ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 13 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2014 –
2034, diketahui bahwa lokasi rencana tambang pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam di Desa
Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam berada di dalam rencana kawasan peruntukkan
pertambangan dan kawasan hutan produksi. Hal ini berdasarkan surat dari BKPRD Kabupaten
Belitung Timur Nomor : 590/27/ BKPRD/IV/2019 tanggal 23 April 2019 tentang Rekomendasi
Permohonan WIUP atas nama PT. Bintang Delapan Enam, diantaranya dinyatakan bahwa
rencana lokasi WIUP seluas ± 30,28 Ha berada dalam kawasan pertambangan dan seluas ±
608,12 Ha berada dalam kawasan hutan produksi.
Selanjutnya berdasarkan hasil overlay terhadap peta lampiran Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2014 – 2034, lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam seluas 622 Ha
termasuk dalam kawasan pertambangan ± 17 Ha dan peruntukan kawasan hutan produksi ± 605
Ha
Rencana peruntukan sesuai tata ruang ini akan dijadikan sebagai dasar untuk kegiatan
reklamasi lahan eks tambang yang akan dilakukan oleh perusahaan. Sesuai dengan ketentuan
RTRW yang berlaku tersebut, perusahaan akan mempersiapkan rencana reklamasi lahan eks
tambang dengan melakukan prakondisi dan penanaman kembali (revegetasi) agar areal tersebut
dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya. Peta hasil overlay lokasi rencana
kegiatan pada Peta RTRW Kabupaten Belitung Timur 2014 - 2034 disajikan pada Gambar 1.2.
c. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Izin Baru (PIPPIB)
Berdasarkan surat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
XIII No:S.280/BPKH.XIII-2/2020 tanggal 3 Juli 2020 dan ditinjau dari Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB) yang terbaru sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. SK. 851/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/2/2020 tanggal 26 Februari
2020 tentang Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru hutan alam primer dan
lahan gambut tahun 2020 periode I, diketahui bahwa lokasi rencana kegiatan penambangan
pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam tidak berada pada areal penghentian pemberian izin
baru hutan alam primer dan lahan gambut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rencana
lokasi tambang pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam tidak bertentangan dengan ketentuan
tentang PIPPIB yang berlaku saat ini, sehingga studi AMDAL rencana kegiatan tersebut dapat
diproses lebih lanjut. Hasil overlay lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan PIPPIB
Tahun 2020 disajikan pada Gambar 1.3.
Tabel 1.2. Rencana Penataan Potensi Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
Luas
No. Uraian Keterangan
(Ha)
A. Rencana WIUP yang telah dieksplorasi (17 ha)
1. Luas net area yang bisa ditambang 15,36 Potensi cadangan = 614.400 m3
Luas area yang tidak bisa
2.
ditambang :
- Area dumping 0,1
- Washing plant 0,2
- Jalan tambang 0,2
- Penunjang 0,2
- Areal buffer zone/penyangga/dll 0,94 Cadangan rendah / buffer zone
B. Rencana WIUP yang belum dieksplorasi
Kegiatan eksplorasi &
penambangan akan dilakukan
- Kawasan Hutan Produksi 605
setelah mendapat Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH)
Jumlah (WIUP Eksplorasi) 622 -
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020
b. Sumberdaya Penunjang
1) Bahan Bakar Minyak
Bahan bakar minyak yang akan dipergunakan adalah bahan bakar minyak jenis solar
industri (non subsidi). Bahan bakar ini diperlukan guna mendukung kegiatan operasional
peralatan produksi dan kegiatan operasional sarana dan prasarana pendukung. Bahan bakar
minyak solar untuk alat berat, kendaraan angkutan dan genset diperoleh melalui kontrak suplai
BBM industri dari agen PERTAMINA. Disamping BBM solar juga diperlukan berbagai jenis
minyak pelumas yang diperlukan untuk operasional alat berat, kendaraan pengangkut hasil
tambang dan mesin-mesin pendukung. Untuk mempermudah proses pengaturan suplai BBM
pada saat operasional tambang, PT. Bintang Delapan Enam akan menyediakan 1 unit tangki
BBM dengan kapasitas @10.000 liter. Estimasi kebutuhan BBM solar dan pelumas yang
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-8
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan
dipergunakan sebagai sumber energi untuk operasional peralatan tambang disajikan pada Tabel
1.2.
Tabel 1.3. Estimasi Kebutuhan BBM Solar dan Pelumas untuk Kegiatan Penambangan
Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Laju Jam
Kebutuha Kebutuhan
Jumlah Konsumsi Kerja Hari Kerja
No Nama Alat n Harian Bulanan
(Unit) (ltr/jam/ (jam/hr/ (hr/bln/unit)
(ltr/hr) (ltr/bln)
unit) unit)
A. BBM Solar
Excavator (Komatsu PC
1. 2 20 10 400 25 10.000
200)
2. Dump Truck (Hino) 5 15 10 750 25 18.750
3. Bulldozer (CAT D6R) 1 30 5 150 25 3.750
Truk Penyiram Jalan
4. 1 15 4 60 20 1.200
(Mitsubishi PS100)
5. Pompa isap dan mesin 2 2 10 40 25 1.000
Generator Utama (cummins
6. 1 10 15 150 30 4.500
60 KVA)
Total 39.200
B. Pelumas
Excavator (Komatsu PC 40 lt/30 hari
1. 2 20L/300 jam 10 - 25
200) kerja
2. Dump Truck (Hino) 5 20L/bulan 10 - 25 100
12,5 lt/30 hari
3. Bulldozer (CAT D6R) 1 25L/300 jam 5 - 25
kerja
Truk Penyiram Jalan
4. 1 10L/bulan 4 - 20 10
(Mitsubishi PS100)
5. Pompa isap dan mesin 2 25L/bulan 10 - 25 50
Generator Utama (cummins
6. 1 10L/bulan 15 - 30 10
60 KVA)
Rata-rata Bulanan 222.5
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020
juga air hujan. Penggunaan air produksi akan disirkulasikan tertutup (closed water sirculation
system), yaitu air limbah dari pencucian pasir kuarsa akan diendapkan dan dialirkan kembali ke
kolam penampungan kemudian digunakan kembali untuk proses pencucian pasir kuarsa.
Penambahan air produksi akan dilakukan apabila volume air di dalam kolam penampungan
berkurang karena adanya evaporasi dan infiltrasi (± 3% per hari), terutama pada musim
kemarau.
Kegiatan Penguapan
Domestik (MCK) 0,2 m3/hari Kolam Penampungan
(3%) (1.500 m3)
1.254 m3/hari
Septik
Tank Penguapan
38 m3/hari Operasional
(3%) (Pencucian Pasir)
Gambar 1.5. Neraca Air Rencana Kegiatan PT. Bintang Delapan Enam
Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa kepada PT.
Bintang Delapan Enam.
- Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No :
188.4/435/ESDM/DPMPTSP/2019 tanggal 23 Agustus 2019 tentang Pemberian Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi Komoditas Mineral Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa
Kepada PT. Bintang Delapan Enam Seluas ± 622 Hektar di Desa Simpang Pesak dan
Desa Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur.
- Surat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
XIII No:S.280/BPKH.XIII-2/2020 tanggal 3 Juli 2020 dan ditinjau dari Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB) yang terbaru sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. 851/MENLHK-
PKTL/IPSDH/PLA.1/2/2020 tanggal 26 Februari 2020 tentang Penetapan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru hutan alam primer dan lahan gambut tahun 2020
periode I.
- Surat Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No.522/1045/Dishut tanggal 4 Agustus 2020 tentang Pertimbangan Teknis Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Untuk Kegiatan Eksplorasi Pasir Kuarsa dan Sarana
Pendukungnya a.n. PT. Bintang Delapan Enam di Desa Simpang Pesak dan Desa
Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur.
Perizinan selanjutnya yang diperlukan oleh perusahaan adalah Izin Lingkungan
diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Perdagangan
sesuai Perbup No. 55/2017.
b) Survei Teknis
Kegiatan survei teknis umumnya merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi. Kegiatan ini
dilakukan setelah perusahaan mendapatkan lokasi tambang berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No : 188.44/730/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14
Agustus 2019 tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam
Jenis Pasir Kuarsa kepada PT. Bintang Delapan Enam dan Surat Keputusan Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No : 188.4/435/ESDM/DPMPTSP/2019 tanggal 23 Agustus 2019 tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Komoditas Mineral Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa Kepada PT.
Bintang Delapan Enam Seluas ± 622 Hektar di Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu
Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur. Pada tahap awal ini perusahaan
telah melakukan kegiatan survei teknis pada wilayah IUP dalam kawasan pertambangan seluas
± 17 ha dengan melakukan penandaan batas – batas lokasi sesuai dengan IUP Eksplorasi yang
telah diperoleh perusahaan. Kemudian perusahaan melakukan pengambilan sampel tanah
(pengeboran) pada beberapa titik di dalam lokasi tambang untuk menganalisis potensi dan
cadangan pasir kuarsa. Survei teknis ini akan dilanjutkan pada kawasan hutan produksi seluas ±
605 ha setelah mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari Kementerian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Selanjutnya survei teknis melakukan penyiapan gambar detail pekerjaan, termasuk
gambar pemetaan (lay out) konstruksi sarana dan prasarana penunjang operasional
penambangan yang akan dibangun serta gambar detail sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.
Pelaksana pekerjaan ini mencakup Basic and Detail Design, jaringan rencana kerja, uraian
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-12
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan
teknis pelaksanaan dan organisasi proyek. Kegiatan survei teknis ini dilakukan oleh tim teknis
yang dibentuk oleh PT. Bintang Delapan Enam secara langsung.
c) Sosialisasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana usaha dan/atau kegiatan merupakan upaya untuk
memberitahukan dan mengkomunikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh perusahaan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar
lokasi rencana usaha/kegiatan. Kegiatan sosialisasi tersebut akan dilaksanakan sebelum
perusahaan melaksanakan kegiatan konstruksi dan operasionalnya di lapangan.
Pada tahap awal, sosialisasi rencana usaha/kegiatan telah dilaksanakan bersamaan
dengan sosialisasi untuk penyusunan Dokumen AMDAL berupa publikasi di media massa dan
konsultasi publik terhadap masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak.
Sosialisasi rencana usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan sebelum
beroperasi di lapangan, bertujuan agar masyarakat memperoleh informasi yang jelas tentang
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, dan sebaliknya
manajemen perusahaan juga memperoleh masukan, saran dan tanggapan yang mencerminkan
aspirasi masyarakat sekitar lokasi rencana tambang. Sosialisasi rencana usaha/kegiatan ini
sangat diperlukan karena kegiatan penambangan pasir kuarsa pada lokasi rencana tambang yang
cukup luas akan menimbulkan dampak sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitar baik yang
bersifat positif maupun negatif.
d) Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh hak pemanfaatan lahan tersebut sebagai lokasi tambang pasir kuarsa, sehingga
terbebas dari hak kepemilikan dan penguasaan pihak lain. Berdasarkan pertimbangan teknis dari
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No.522/1045/Dishut tanggal 4
Agustus 2020 tentang Pertimbangan Teknis Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Untuk
Kegiatan Eksplorasi Pasir Kuarsa dan Sarana Pendukungnya a.n. PT. Bintang Delapan Enam di
Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten
Belitung Timur, disampaikan bahwa berdasarkan Peta Perkembangan Izin Pemanfaatan
Kawasan dan Penggunaan Kawasan Hutan, pada calon lokasi IPPKH untuk kegiatan Operasi
Eksplorasi Mineral Bukan Logam (Pasir Kuarsa) dan Sarana Pendukungnya a.n. PT. Bintang
Delapan Enam sebagian besar arealnya berada di dalam areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Andalan Karya Pertiwi seluas ±
605,09 ha. Berdasarkan informasi tersebut PT. Bintang Delapan Enam sebelum melakukan
pembebasan lahan terlebih dulu berkoordinasi dengan pihak pemegang IUPPHHK-HTI PT.
Andalan Karya Pertiwi setelah mendapat arahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada saat pengurusan izin pinjam pakai kawasan hutan.
Selanjutnya menurut informasi dari masyarakat setempat bahwa di dalam lokasi rencana
tambang sebagian kecil telah dikuasai masyarakat untuk kegiatan penambangan timah rakyat
(TI) maupun bercocok tanam. Untuk mengetahui status lahan tersebut, perusahaan akan
melakukan inventarisasi kepemilikan lahan untuk menghindari terjadinya konflik di masa
mendatang. Perusahaan akan berkoordinasi dengan baik mengenai status kepemilikan lahan
tersebut baik dengan pemilik lahan maupun dengan Pemerintahan Desa Simpang Pesak dan
Desa Tanjung Batu Itam. Jika terdapat lahan hak milik secara sah, maka upaya yang akan
dilakukan adalah dengan mencari solusi / penyelesaian melalui kesepakatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Perusahaan tidak akan menambang pada lahan yang masih dibebani
hak milik secara sah sebelum diperoleh kesepakatan dengan pemegang hak atas lahan.
2) Tahap Konstruksi
Pekerjaan pada tahap konstruksi meliputi rekrutmen tenaga kerja, mobilisasi peralatan,
pembangunan sarana dan prasarana pendukung (konstruksi sipil, mekanikal, material
procurement dan alat-alat kerja yang diperlukan). Uraian tahapan kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a) Rekrutmen tenaga kerja
Pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana tambang PT. Bintang Delapan Enam
sebagian besar dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga
pemilik usaha bersifat mengatur dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan pihak pemborong.
Untuk pemborong kegiatan tersebut, pemrakarsa PT. Bintang Delapan Enam akan memberikan
prioritas pertama bagi kontraktor lokal yang berasal dari penduduk sekitar sesuai dengan bidang
keahlian dan kualifikasinya. Begitu pula pada saat pelaksanaan pekerjaannya diharapkan
kontraktor lokal menggunakan tenaga kerja lokal.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja operasional penambangan pasir kuarsa, PT.
Bintang Delapan Enam akan memberikan prioritas bagi tenaga lokal yang berasal dari
penduduk sekitar sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dibutuhkan. Namun demikian,
jika ketersediaan tenaga kerja lokal terbatas, maka sebagian akan dipenuhi dari tenaga kerja
non-lokal. Perekrutan tenaga kerja tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
untuk operasional penambangan.
Pada tahap operasional diperkirakan kebutuhan tenaga kerja berkisar 37 orang. Jumlah
tenaga kerja lokal yang dapat terserap diperkirakan sebanyak 23 orang dengan kualifikasi
pendidikan minimal SMA sederajat, sedangkan sisanya umumnya merupakan tenaga kerja
terampil/managemen. Apabila kebutuhan tenaga kerja terampil tersebut tidak dapat dipenuhi
dari masyarakat lokal, maka perusahaan akan merekrut dari luar daerah. Secara rinci kualifikasi
dan jumlah kebutuhan tenaga kerja kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4. Kualifikasi dan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penambangan
Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam.
N Jumlah (orang) Pendidikan Kompetensi
Jabatan/Bagian
o Tetap Tidak Tetap Total
1. Direktur 1 - 1 S1
Kepala Teknik 1 S1 Teknik POP/POM
2. 1 -
Tambang Tambang
1 Min. POP/POM
3. Manager Tambang 1 -
SMA/sederajat
3 Min. POP
4. Supervisor 3 -
SMA/sederajat
20 Min.
5. Tenaga terampil 5 15
SMA/sederajat
1 3 Min.
6. Administrasi 2
SMA/sederajat
2 8 Min.
7. Security 6
SMA/sederajat
Jumlah 14 23 37
Sumber : Pemrakarsa PT. Bintang Delapan Enam, 2020.
DIREKTUR
Unit Pompa
Bagian PIT Suplai Unit Keuangan Pemasaran Security
Tambang Pencucian
Unit Angkutan
Bagian
Lingkungan
Unit Stock Pile
Bagian
Keselamatan
(K3)
Tabel 1.5. Jenis dan Jumlah Alat untuk Kegiatan PT. Bintang Delapan Enam
No. Jenis Peralatan Merk Spesifikasi Jumlah Keterangan
Land clearing, Penggalian &
1. Excavator Komatsu PC 200 2
Pemuatan
2. Dump Truck Hino - 5 Pengangkutan
Land clearing, Penggalian &
3. Bulldozer CAT D6R 1
Pemuatan
4. Truk Penyiraman Jalan Mitsubishi PS100 1 Menyiram jalan
5. Tangki Bahan Bakar - 10.000 L 1 Menampung bahan bakar
6. Pompa Isap dan Mesin Mitsubishi 6 Silinder 2 Pembuangan air dari sump
10. Generator Utama Cummins 60 kVA 1 Sumber energi listrik
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020
Gambar 1.8. Dimensi dan Konstruksi Jalan Utama PT. Bintang Delapan Enam
Pembangunan sarana dan prasarana tambang disesuaikan dengan kondisi dan teknis
pemakaiannya. Pembuatan jalan akses di dalam wilayah tambang, akan dibuat dengan lebar
jalan utama ± 15 m, serta jalan cabang dengan lebar ± 10 m dan parit ± 2 m, dengan panjang
jalan bertahap seiring dengan pengembangan kegiatan penambangan. Luas area yang
direncanakan oleh persusahaan untuk membangun jalan angkutan hasil tambang ini yaitu 2.000
m2.
(9) Instalasi Pencucian (Washing Plant)
Washing plant merupakan peralatan yang digunakan untuk melakukan pencucian pasir
kuarsa. Peralatan washing plant terdiri atas pompa air, conveyor, rotary screen, sakan, spiral
dan hydrocyclone. Pada prinsipnya kegiatan washing plant merupakan proses pemisahan pasir
kuarsa (24 sampai 140 mesh) dari pengotor (pasir yang mengandung mineral lain, akar tanaman,
serasah dan lain-lain) dengan menggunakan media pencucian berupa air. Jumlah washing plant
PT. Bintang Delapan Enam adalah 1 set instalasi pencucian (washing plant). Luasan area
washing plant adalah 250 m2.
Spiral Hydrocyclone
Gambar 1.10. Lay Out Situasi Rencana Pembukaan Lahan dan Penambangan
Gambar 1.11. Pemuatan Pasir Kuarsa pada Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT.
Bintang Delapan Enam
Material pasir kuarsa yang dimuat ke dalam dumptruk kemudian diangkut melalui jalan
tambang di dalam areal tambang menuju areal instalasi pencucian pasir kuarsa (hydrocyclone).
Pasir kuarsa tersebut kemudian ditumpuk terlebih dahulu di stockpile sebelum dicuci
menggunakan hydrocyclone. Dumptruck yang digunakan untuk mengangkut pasir kuarsa low
grade dari lokasi tambang menuju lokasi washing plant adalah sekitar 10.450 m3/bulan atau
sekitar 418 m3/hari (dengan 25 hari kerja/bulan) atau 568,48 ton (BJ pasir kuarsa 1,36). Karena
kapasitas angkutan dumptruck 26 ton/rit, maka jumlah ritasi kendaraan pengangkutan pasir low
grade (pasir kotor) dari lokasi tambang ke washing plant adalah sekitar 22 rit/hari.
± 5418 m3/hari
Proses Pencucian
di Washing Plant
Gambar 1.14. Ilustrasi Sistem Oil Trap untuk Menangkap Ceceran BBM dan Oli di Sekitar
Workshop dan Ruang Genset.
dalam kegiatan operasional penambangan, perusahaan akan bermitra dengan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDES).
Rumusan bentuk kegiatan dalam rangka implementasi program community development
digali secara musyawarah dengan melibatkan peran serta komponen masyarakat, aparat desa
dan muspika. Beberapa bentuk kegiatan program community development yang dapat
dikembangkan, meliputi :
(1) Pengembangan Usaha Pertanian dan Perkebunan Intensif, melalui program pembinaan
dan pemberian bantuan sarana pertanian dan perkebunan melalui metode kelompok
tani terutama bagi masyarakat yang terkena pembebasan lahan. Seperti pemberdayaan
masyarakat Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam dalam pembibitan
tumbuhan yang akan dimanfaatkan dalam kegiatan reklamasi seperti kelapa, aren
(untuk kawasan pertambangan) dan vegetasi hutan seperti sesapu, gelam, perepat
untuk kawasan hutan produksi.
(2) Pengembangan Usaha Peternakan dan Perikanan Air Tawar, melalui program
pembinaan dan pemberian bantuan sarana peternakan dan perikanan air tawar. Usaha
ini dapat diprioritaskan pada lokasi bekas tambang agar dapat lebih produktif untuk
lahan usaha bagi masyarakat dalam bentuk kelompok tani .
(3) Pengembangan Aktifitas Perekonomian Lokal, melalui program : pembentukan
kelompok usaha atau koperasi, pelatihan keterampilan, pemberian bantuan bimbingan
teknis dan pemasaran usaha yang berbasis sumberdaya lokal seperti pengrajin minyak
kelapa, kucai, aren, lidi dan lain-lain yang berupa potensi awal masyarakat lokal
dengan melibatkan BUMDES setempat.
(4) Pembangunan Fasilitas Umum, melalui program : bantuan pembangunan dan
rehabilitasi fasilitas umum seperti sarana peribadatan, sarana sanitasi (seperti sarana
WC Umum/Jamban) dan sarana pendidikan. Setelah kegiatan berakhir (pasca
penambangan), pengelolaan fasilitas umum ini akan diserahkan kepada pemerintah .
(5) Pembinaan Aktifitas Sosial Budaya, melalui program : pembinaan kebudayaan
setempat, pembinaan karang taruna, pelayanan kesehatan, serta bantuan peralatan
olahraga.
(6) Pelestarian Sumberdaya Alam, melalui program : pelatihan teknis pengelolaan dan
pelestarian sumberdaya alam serta bantuan jenis-jenis tanaman setempat yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
(7) Bantuan Langsung kepada Penduduk Kurang Mampu, misalnya : bantuan raskin,
bantuan langsung tunai ataupun pembangunan rumah layak huni .
f) Reklamasi Lahan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pasca-tambang pada kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara, yang dimaksud dengan reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang
tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya. Pelaksanaan
reklamasi akan dilakukan pada lahan terganggu akibat kegiatan usaha pertambangan, yang
meliputi lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang yang tidak digunakan lagi.
Lahan di luar bekas tambang diantaranya adalah timbunan tanah penutup, timbunan bahan
baku/produksi, jalan transportasi, kantor dan perumahan. Pelaksanaan reklamasi pada lahan
terganggu akan dilakukan langsung (setiap tahun) setelah tidak ada kegiatan usaha
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-28
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan
pertambangan pada blok kerja tersebut, sehingga tidak harus menunggu semua blok kerja
tambang selesai ditambang. Adapun dasar-dasar dalam pelaksanaan reklamasi kegiatan
pertambangan yang berada dalam kawasan hutan antara lain :
Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang penggunaan kawasan
hutan yang pada pasal 5 ayat (1) bahwa penggunaa kawasan hutan untuk kegiatan
pertambangan di dalam kawasan hutan produksi dapat dilakukan penambangan
dengan pola pertambangan terbuka, dan pada pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa
penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan
hutan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 105 Tahun 2015 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dam Kehutanan RI Nomor 27 Tahun 2018
tentang Pedoman Pinjam Pakai.
Kegiatan penambangan pasir kuarsa yang dilaksanakan dengan teknik penambangan
terbuka (open pit mining) akan meninggalkan bekas galian yang cukup luas dan dalam. Dampak
ini sudah diantisipasi oleh PT. Bintang Delapan Enam, sehingga sudah ada upaya mitigasi pada
saat kegiatan stripping dan penambangan berlangsung, yaitu sebagian dengan
pengisian/penimbunan kembali areal bekas tambang dengan menggunakan hasil kupasan tanah
pucuk dan tanah penutup dari lokasi tambang dan menimbun kemali dengan akar-akar pohon
yang berada dari dumping area. Dan karena tanah penutup dan akar-akar pohon yang berada di
dumping area tidak mencukupi semua untuk menimbun area bekas tambang maka diperkirakan
sebagian areal eks tambang tidak dapat diratakan kembali seperti kondisi semula sehingga areal
eks tambang yang berupa cekungan dan tidak ditimbun kembali akan dimanfaatkan untuk
kegiatan lain, contohnya untuk tambak budidaya ikan tawar atau pembuatan kolam air sebagai
penampung air hujan pada musim kemarau di areal bekas tambang.
Salah satu tujuan reklamasi lahan bekas tambang adalah untuk mengurangi dampak
negatif akibat dari kegiatan penambangan. Sebagaimana dikemukakan terdahulu, kegiatan
penambangan pasir kuarsa yang dilaksanakan dengan teknik penambangan terbuka (open pit
mining) akan menimbulkan dampak berupa bekas galian yang cukup luas dan dalam.
Permukaan tanah pada bekas galian pasir kuarsa akan berkurang ketinggiannya minimal sebesar
tinggi kolom pasir kuarsa yang ditambang (1 – 3 meter). Hal ini menyebabkan tanah tersebut
cenderung tergenang air sehingga menimbulkan dampak terhadap tingkat produktifitas lahan
bekas tambang tersebut.
Total luasan yang akan direklamasi adalah seluas lahan yang akan ditambang (luas IUP
Eksplorasi adalah 17 Ha Kawasan Pertambangan dan 605 Ha Kawasan Hutan Produksi).
Namun untuk luas areal yang tidak bisa di revegetasi karena keterbatasan tanah penutup akan
dibuat sebagai kolong akhir. Kolong akhir digunakan untuk kolam budidaya ikan air tawar dan
penampungan air di musim kemarau.
Kolong akhir yang terbentuk pada pasca tambang tersebut merupakan kolong muda
(berusia di bawah 20 tahun). Kolong-kolong ini mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
kembali, salah satunya sebagai kolam budidaya ikan air tawar. Namun, sebelum digunakan
sebagai kolam budidaya ikan air tawar, terlebih dahulu dilakukan pengelolaan/treatment tertentu
terhadap kolong-kolong tersebut untuk menurunkan kandungan logam dan menaikkan pH nya.
Setelah parameter air kolong tersebut cocok dengan parameter hidup ikan air tawar tertentu,
baru dapat digunakan.
Salah satu treatment yang akan digunakan perusahaan utnuk menurunkan logam berat
pada kolong-kolong akhir yang akan digunakan sebagai kolam budidaya air tawar yaitu
penggunaan kompos. Kompos meminimalisasi logam berat dengan cara pertukaran ion,
adsorpsi dan chelate. Substansi humus (asam fulvat, asam humat dan humin) mampu
mengadsorpsi kompleks logam berat melalui pertukaran ion, pembentukan chelate dan ikatan
elektrostatik (Hermana dan Nurhayati, 2010 ; Valls dan Hatton, 2003). Selain mampu
meminimalisasi logam berat, kompos ternyata juga mampu menaikkan pH air yang asam
(Prasetiyono, 2012). Terdapat beberapa macam kompos yang akan digunakan yaitu kompos
batang pisang (Musa sp) dengan kompos daun api-api (Avicennia sp).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyono (2015), kolong sebagai air
yang tercemar logam berat Pb dan pH airnya rendah mampu diatasi dengan menggunakan
kompos batang pisang. Dosis terbaik kompos untuk meminimalisasi kandungan logam berat Pb
dan menaikkan pH air asam adalah 9 gr/liter. Sedangkan berdasarkan penelitian Prasetiyono
(2015) kompos daun api-api (Avicennia sp) dapat menurunkan logam berat timbal (Pb) pada
media budidaya ikan sebesar lebih dari 87% dan juga dapat meningkatkan pH air yang asam.
Objek penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyono pada tahun 2012 dan 2015 tersebut adalah
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Selain dengan menggunakan kompos, ada pula
treatment lain yang dilakukan oleh Chyntia dkk (2010) yang menyatakan bahwa passive
treatment dengan menggunakan batu kapur dan tanaman air Eichornia sp dan Lepironia sp
dapat meningkatkan pH dari 2,8 menjadi 7, penyisihan sulfat mencapai 67-90%, penyisihan
logam Fe mencapai 100% dan penuisihan Al 93-97%.
Ruang lingkup reklamasi yang akan dilaksanakan PT. Bintang Delapan Enam meliputi
tahapan kegiatan sebagai berikut :
(1) Inventarisasi lokasi reklamasi
Inventarisasi lokasi yang akan direklamasi dilakukan apabila sudah ada laporan dari
bagian produksi bahwa pada suatu blok strip sudah selesai ditambang dan kegiatan
penambangan akan melangkah ke blok strip berikutnya. Untuk mengetahui lokasi-lokasi
bekas penambangan yang akan direklamasi, maka Staff Teknis Reklamasi PT. Bintang
Delapan Enam akan menginventarisasi seluruh galian bekas tambang pada blok strip yang
sudah selesai ditambang. Hal ini diperlukan untuk mengetahui lokasi, luas dan kedalaman
dan jaringan jalan yang sudah ada. Data tersebut akan sangat dibutuhkan sebagai bahan
untuk menyusun perencanaan reklamasi.
(2) Penetapan lokasi reklamasi
Tidak semua areal/lubang bekas tambang (kolong) akan langsung direklamasi karena
kadang-kadang ada sebagian dari kolong tersebut yang dapat dimanfaatkan terlebih dahulu
sebagai kolam penampungan air tirisan tambang di lokasi yang berada di dekatnya. Oleh
karena itu Staff Teknis Reklamasi bersama-sama Kabag Produksi PT. Bintang Delapan
Enam menetapkan lokasi-lokasi mana yang akan diprioritaskan untuk segera direklamasi
dan lokasi mana yang akan ditunda terlebih dahulu. Dalam penetapan lokasi reklamasi akan
dipilih/diprioritaskan terlebih dahulu bekas galian yang tidak /belum berair, dan selanjutnya
kolong berair dimana hal ini akan membedakan metode penimbunan yang akan
dilaksanakan.
(3) Perencanaan reklamasi
Agar dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi dapat dikendalikan dengan efektif dan
efisien, maka sebelum pelaksanaannya perlu dibuat perencanaan yang cermat dan matang.
Secara garis besar beberapa hal yang perlu direncanakan adalah :
(a) Penghitungan volume kolong bekas tambang yang akan direklamasi
(b) Asal tanah yang akan digunakan untuk reklamasi
(c) Penyusunan rancangan reklamasi, ada 3 (tiga) hal pokok yang akan
direncanakan yaitu meliputi :
Teknik penimbunan kembali (back filling) : penimbunan langsung menggunakan
tanah hasil stripping dari lokasi tambang berikutnya atau dengan tailing dari
penambangan berikutnya.
Penyiapan lahan, pengaturan bentuk lahan (land scaping), pengendalian erosi dan
sedimentasi, pengelolaan lapisan olah (topsoil)
Teknik revegetasi : jenis dan jumlah bibit yang diperlukan, jarak tanam, teknik
penanaman, dan pemeliharaan.
(4) Pelaksanaan reklamasi
Dalam pelaksanaan reklamasi ini tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi :
(a) Penyiapan lahan
Kegiatan penyiapan lahan pada dasarnya adalah penimbunan kembali (back
filling) pada bekas galian tambang yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk
direklamasi. Bahan untuk penimbunan bekas galian berasal dari tanah kupasan
(overburden) pada saat stripping di lokasi penambangan berikutnya. Pada bagian
atasnya ditutup dengan topsoil yang sebelumnya sudah disimpan di dumping area.
(b) Pengaturan bentuk lahan (land scaping)
Bentang alam lokasi rencana kegiatan sebelum ditambang adalah umumnya
berupa dataran, sehingga setelah dilakukan penimbunan kembali (back filling), areal
bekas tambang harus datar sedemikian rupa mendekati kondisi awalnya. Apabila ada
bagian yang tidak dapat ditimbun misalnya karena kekurangan tanah untuk
penimbunan, maka permukaan lahan dibentuk sedemikian rupa agar batas antara
timbunan dengan tanah asal disekitarnya tidak membentuk seperti patahan melainkan
dibentuk seperti bergelombang atau dibuat sengkedan atau tersaring agar tanah tidak
mudah longsor atau tererosi jika turun hujan.
(c) Pengendalian erosi dan sedimentasi
Pada tanah hasil reklamasi sesegera mungkin ditanami dengan jenis tanaman
penutup tanah (cover crop) dari golongan Leguminoceae seperti jenis Pueraria
javanica (PJ), Centrocema pubescens (CP) dan Calopogonium muconoides (CM).
Sedangkan untuk mengendalikan sedimentasi di perairan umum terdekat, maka bekas
galian yang berada paling rendah atau paling dekat dengan badan sungai tidak ditimbun
kembali dan dijadikan sebagai kolam pengendapan aliran permukaan sebelum sampai
ke perairan sungai.
Untuk mengendalikan genangan air pada lokasi yang rendah maka dibuat
saluran air berupa parit – parit non permanen secara terpadu yang dialirkan menuju
kolam pengendapan sebelum dialirkan ke perairan sungai. Parit – parit tersebut dibuat
sedemikian rupa mengikuti kontur lahan eks tambang setelah dilakukan penimbunan
tahap penutupan tambang. Kegiatan dilakukan terhadap tapak bekas tambang, serta
lahan bekas fasilitas penunjang lainnya. Pemantauan penutupan tambang meliputi;
pemantauan kestabilan fisik (termasuk di dalamnya kestabilan lereng, keamanan
bangunan pengendali erosi dan sedimentasi, penimbunan material penutup, serta
fasilitas lain); air permukaan dan air tanah (kualitas air sungai, air sumur di sekitar
lokasi bekas tambang, sumur pantau, air kolam bekas tambang dll); flora dan fauna
(akuatik dan terestrial); sosial dan ekonomi (demografi, mata pencaharian, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain).
(4) Penyerahan Areal pada Pemerintah
Pengembalian lahan dilakukan setelah menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan. Dalam hal ini perusahaan akan menyerahkan lahan kepada Pemerintah,
dalam kondisi segala tanggung jawab perusahaan baik terhadap lingkungan, sosekbud,
pemerintah, dan lain-lain, terselesaikan dengan baik.
Tabel 1.7. Matriks Hasil Identifikasi Dampak Potensial Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Tahapan Kegiatan
Keterangan
No Komponen Lingkungan Hidup Pra konstruksi Konstruksi Operasional Pasca Ops
P1 P2 P3 P4 K1 K2 K3 O1 O2 O3 O4 O5 O6 PO1 PO2
A Komponen Fisik – Kimia :
1. Iklim Mikro X X X P1 : Perizinan
2. Laju Aliran Permukaan (Run-off) & Sedimentasi X X X X P2 : Survei Teknis
3. Kualitas Udara X X P3 : Sosialisasi Rencana Kegiatan
4. Kebisingan X X P4 : Pembebasan Lahan
5. Kualitas Air Permukaan X X X X X K1 : Rekrutmen tenaga kerja
6. Sampah dan Limbah B3 X K2 : Mobilisasi Peralatan dan Material
7. Perubahan bentang lahan X X K3 : Pembangunan Sarana Prasarana Tambang
8. Produktifitas Lahan X X O1 : Penyiapan Lahan
9. Potensi Kebakaran Lahan X O2 : Penambangan
B Komponen Biologi O3 : Pencucian Hasil Tambang
1. Populasi Vegetasi X X X O4 : Operasional Workshop dan Genset
2. Kualitas Habitat dan Populasi Satwaliar X X X O5 : Corporate Social Responsibility (CSR)
3. Biota Perairan X X X X X O6 : Reklamasi Lahan
C Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya PO1 : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
1. Persepsi dan Sikap Masyarakat X X X X PO2 : Penutupan Tambang
2. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha X X
3. Perekonomian lokal X X X : Dampak Potensial
4. Fasilitas Umum X
5. Lalulintas Kendaraan X X
6. Konflik Kepentingan X
D Komponen Kesehatan
1. Kesehatan Masyarakat X
Tabel 1.8. Evaluasi Dampak Potensial Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam.
Rencana Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan Tidak menimbulkan dampak potensial
- - - - - - - - -
terhadap lingkungan hidup
2. Survei Teknis Tidak menimbulkan dampak potensial
- - - - - - - - -
terhadap lingkungan hidup
3. Sosialisasi - Melalui pertemuan - Pemukiman - Perusahaan harus Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Ya Ya Tdk Ya
Rencana langsung dengan penduduk Desa memprioritaskan masyarakat yang cenderung bersifat
Kegiatan melibatkan Aparat Simpang Pesak dan menyerap tenaga kerja positif (sebagai dampak primer dari
Desa dan Instansi Desa Tanjung Batu lokal dalam operasional keterbukaan informasi oleh
terkait lainnya. Itam. penambangan pasir perusahaan kepada masyarakat dan
kuarsa sesuai dengan adanya dampak – dampak positif
kualifikasi yang yang dapat diberikan kepada
dibutuhkan perusahaan. masyarakat serta perencanaan
- Perusahaan diminta perusahaan dalam mengatasi
terus berkoordinasi kemungkinan dampak negatif yang
dengan pemerintah desa dapat terjadi terhadap lingkungan
setempat selama sehingga tidak merugikan
kegiatan operasional masyarakat).
berlangsung.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
- Diminta perusahaan
mengatasi apabila terjadi
konflik sosial atau
gesekan dengan kegiatan
tambang masyarakat
sekitar dan mencari
solusi dalam mengatasi
konflik tersebut.
- Perusahaan harus
memiliki komitmen
dalam melaksanakan
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
operasional
penambangan seperti
membuat sistem
sirkulasi air agar limbah
tidak mencemari sungai,
melakukan reklamasi
sesegera mungkin tidak
menunggu izin
penambangan berakhir
dan membayaran hak-
hak/gaji karyawan tepat
waktu.
- Setelah menambang
perusahaan wajib segera
dilakukan kegiatan
reklamasi, diminta
perusahaan serius dalam
melaksanakan reklamasi
dan bisa bekerjasama
dengan pihak lain dan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
4. Pembebasan Jika terdapat lahan - Pemukiman Di dalam lokasi rencana Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Lahan hak milik masyarakat penduduk Desa usaha dan/atau kegiatan masyarakat (sebagai dampak primer
atau pihak lain, maka Simpang Pesak dan merupakan lahan milik sebagai respon dari kesepakatan
penyelesaian Desa Tanjung Batu negara (Hutan Produksi), antara pihak pemilik lahan dan
permasalahan lahan Itam. dan lahan masyarakat. perusahaan, bisa bersifat positif
melalui kesepakatan maupun negatif).
antara perusahaan
dengan pihak pemilik
lahan dengan
mengacu pada
ketentuan yang
berlaku.
B. Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen Memaksimalkan - Pemukiman - Perusahaan harus Masyarakat Peningkatan kesempatan kerja dan Ya Ya Ya Tdk Ya
tenaga kerja tenaga kerja lokal dari penduduk Desa memprioritaskan peluang berusaha (sebagai dampak
angkatan kerja Simpang Pesak dan menyerap tenaga kerja primer dari adanya lapangan kerja
setempat. Desa Tanjung Batu lokal yang berasal dari dan peluang usaha baru).
Itam. desa setempat dalam
- Kegiatan operasional penambangan
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
penambangan pasir pasir kuarsa sesuai dengan
kuarsa oleh kualifikasi yang
perusahaan lain. dibutuhkan perusahaan.
- Berkoordinasi dengan
melibatkan Pemerintah
desa setempat dalam
proses rekrutmen tenaga
kerja dari daerah setempat.
Memaksimalkan - Pemukiman Kehadiran perusahaan Masyarakat Peningkatan perekonomian lokal, Ya Ya Ya Tdk Ya
tenaga kerja lokal dari penduduk Desa harus dapat dirasakan merupakan dampak sekunder akibat
angkatan kerja Simpang Pesak dan manfaatnya oleh peningkatan kesempatan kerja dan
setempat. Desa Tanjung Batu masyarakat sekitar. peluang berusaha.
Itam.
Penyelenggaraan Pemukiman penduduk Kehadiran perusahaan Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Ya Ya Tdk Ya
hubungan dan norma Desa Simpang Pesak harus dapat dirasakan masyarakat, merupakan dampak
kerja sesuai ketentuan dan Desa Tanjung manfaatnya oleh lanjutan dari peningkatan
yang berlaku. Batu Itam. masyarakat sekitar. perekonomian lokal (cenderung
bersifat positif).
2. Mobilisasi Menggunakan jasa - - Masyarakat Peningkatan gangguan lalulintas Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Peralatan dan pengawalan dari kendaraan (sebagai dampak primer
Material Polantas. dari adanya mobilisasi kendaaraan
pengangkut berupa dump truk dan
tronton yang memiliki badan lebar).
3. Pembangunan Letak dan luas area - - Lahan Hilang /berkurangnya vegetasi Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Sarana-prasarana untuk sarana- (sebagai dampak primer dari
Pendukung prasarana tambang pembersihan vegetasi untuk
Tambang sesuai dengan yang konstruksi jalan tambang serta
direncanakan. pembuatan sarana-prasarana
penunjang tambang lainnya).
Mengendalikan Kegiatan tambang - Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. pasir kuarsa oleh dampak sekunder dari
perusahaan lain. hilang/berkurangnya vegetasi yang
berfungsi menciptakan iklim mikro
yang lebih baik).
Mengendalikan - - Lahan dan air Peningkatan laju aliran permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. permukaan (run off) dan sedimentasi
(merupakan dampak sekunder akibat
hilang/ berkurangnya vegetasi
penutup tanah).
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak lanjutan akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada peningkatan laju aliran permukaan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi (run off) dan sedimentasi yang masuk
habitat ikan-ikan di ke dalam badan perairan umum
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi. /sungai).
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan tambang - Satwaliar Penurunan kualitas habitat dan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. timah (TI) oleh populasi satwaliar (merupakan
masyarakat, dampak sekunder akibat hilang/
- Kegiatan tambang berkurangnya vegetasi).
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota air (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari penurunan
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada kualitas air permukaan yang
masyarakat, kaitannya dengan kondisi merupakan habitat bagi biota
habitat ikan-ikan di perairan).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
C. Tahap Operasional
1. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan - Kegiatan tambang - Lahan Hilang /berkurangnya vegetasi Ya Ya Ya Ya Ya
Tambang untuk tambang hanya timah (TI) oleh (sebagai dampak primer dari proses
dilakukan pada areal masyarakat, pekerjaan pembersihan lahan yang
yang berpotensi untuk - Kegiatan tambang mengubah bentang alam menjadi
ditambang dan berada pasir kuarsa oleh lahan terbuka).
di luar kawasan perusahaan lain.
lindung setempat.
Penyiapan lahan - Kegiatan tambang - Lahan Adanya Potensi Kebakaran Lahan Ya Ya Ya Ya Ya
untuk tambang hanya pasir kuarsa oleh (merupakan dampak lanjutan dari
dilakukan pada areal perusahaan lain adanya sisa vegetasi yang ditebang
yang berpotensi untuk - Kegiatan masyarakat berupa ranting, daun, batang pohon
ditambang dan sisa yang berada di kering yang mudah terbakar terutama
tebangan di sekitar lokasi pada saat musim kemarau)
kumpulkan pada satu kegiatan seperti
lokasi (dumping membakar kayu dan
area). lainnya.
Mengendalikan Kegiatan tambang - Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. pasir kuarsa oleh dampak sekunder dari
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
perusahaan lain. hilang/berkurangnya vegetasi yang
berfungsi menciptakan iklim mikro
yang lebih baik).
Mengendalikan - Kegiatan tambang - Lahan dan air Peningkatan laju aliran permukaan Ya Ya Tdk Tdk Ya
dampak primernya. timah (TI) oleh permukaan (run off) dan sedimentasi
masyarakat, (merupakan dampak sekunder akibat
- Kegiatan tambang hilang/ berkurangnya vegetasi
pasir kuarsa oleh penutup tanah).
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (sebagai dampak sekunder dari
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada adanya peningkatan laju aliran
masyarakat, kaitannya dengan kondisi permukaan dan sedimentasi yang
habitat ikan-ikan di masuk ke badan air sungai).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
- Mengendalikan - Kegiatan tambang - Satwaliar Penurunan kualitas habitat dan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. timah (TI) oleh populasi satwaliar (sebagai dampak
- Memasang papan masyarakat, sekunder dari hilang/ berkurangnya
- Kegiatan tambang vegetasi penutup tanah yang berperan
peringatan dan
pasir kuarsa oleh penting dalam menjaga kualitas
himbauan untuk
perusahaan lain. habitat bagi satwaliar).
tidak melakukan
perburuan satwa.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari penurunan
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada kualitas air permukaan yang
masyarakat, kaitannya dengan kondisi mengakibatkan gangguan terhadap
habitat ikan-ikan di kelangsungan hidup biota air).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
2. Penambangan Membatasi kecepatan Pemukiman penduduk - Udara ambien Penurunan kualitas udara Ya Ya Ya Ya Ya
Pasir Kuarsa kendaraan pengangkut di Desa Studi. (merupakan dampak primer akibat
hasil tambang, baik kegiatan pengangkutan hasil tambang
dari lokasi tambang yang melalui jalan tanah).
menuju washing plant
dan selanjutnya dari
washing plant menuju
pelabuhan.
Membatasi kecepatan Pemukiman penduduk - Udara ambien Peningkatan kebisingan (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
kendaraan pengangkut di Desa Studi. dampak primer akibat suara bising
hasil tambang. dari pengoperasian alat berat dan
kendaraan angkutan (dumptruck).
Melakukan Kegiatan - Lahan Perubahan bentang lahan Ya Tdk Tdk Tdk Ya
penambangan dengan pertambangan pasir (merupakan dampak primer akibat
sistem strip blok oleh perusahaan lain pengambilan/pengerukan lapisan atas
sesuai perkembangan yang berada di sekitar (pasir) dengan kedalaman pengerukan
blok tambang lokasi tambang 1-2 m)
perusahaan.
Melakukan reklamasi - Kegiatan tambang Areal rencana tambang Lahan Penurunan produktifitas lahan Ya Ya Ya Tdk Ya
terhadap area bekas timah (TI) oleh merupakan lahan tidak (sebagai dampak primer dari kegiatan
tambang. masyarakat, produktif untuk pertanian. penggalian lapisan tanah yang
- Kegiatan tambang merubah bentang lahan dan
pasir kuarsa oleh menghilangkan lapisan tanah subur
perusahaan lain. /topsoil).
Memenuhi seluruh - Kegiatan penambangan Pemerintah dan Peningkatan perekonomian lokal Ya Ya Ya Tdk Ya
kewajiban finansial pasir kuarsa harus masyarakat (merupakan dampak primer akibat
yang terkait dengan bermanfaat bagi adanya pemenuhan kewajiban
hasil produksi sesuai pembangunan di desa. finansial perusahaan sesuai ketentuan
ketentuan yang yang berlaku dan diperhitungkan dari
berlaku. hasil tambang).
- Mengendalikan - Kegiatan pemukiman - Masyarakat Gangguan kesehatan masyarakat Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya, di Desa studi, (sebagai dampak primer dari adanya
- Melakukan reklamasi - Kegiatan tambang bekas lubang galian yang tergenang
terhadap lubang timah (TI) oleh air yang menjadi tempat
bekas tambang. masyarakat, perkembangbiakan vektor penyakit
berbasis lingkungan, serta dampak
- Kegiatan tambang sekunder dari menurunnya kualitas
pasir kuarsa oleh udara).
perusahaan lain.
- Mengurus izin - Kegiatan tambang - Perusahaan dan Konflik kepentingan lahan (Sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
pinjam pakai untuk timah (TI) oleh masyarakat dampak primer akibat lokasi IUP
kawasan hutan masyarakat, tambang pasir terdapat kegiatan
produksi sebelum - Kebun Masyarakat penambangan timah oleh rakyat)
melakukan
penambangan, - Kegiatan tambang
pasir kuarsa oleh
- Penambangan pasir perusahaan lain.
kuarsa dilakukan
setelah kegiatan
penambangan oleh
masyarakat berhenti.
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
3. Pencucian Hasil - Penggunaan air - Kegiatan tambang - Air permukaan Peningkatan laju aliran permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
Tambang pencucian timah (TI) oleh (run off)i dan sedimentasi (sebagai
disirkulasikan secara masyarakat, dampak primer akibat adanya stock
tertutup, - Kegiatan tambang pasir kuarsa di area stockpile yang
pasir kuarsa oleh terbawa aliran air hujan dan/atau air
- Pencegahan aliran yang disirkulasikan terlepas ke
permukaan di area perusahaan lain.
lingkungan dan masuk ke badan
stockpile masuk ke perairan umum).
badan perairan
umum.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak sekunder akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada aliran permukaan (run-off) dan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi sedimentasi masuk ke dalam perairan
habitat ikan-ikan di umum /sungai).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Biota Perairan Penurunan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak lanjutan dari penurunan
kualitas air permukaan yang
mengakibatkan terganggunya
kelangsungan hidup biota air).
4. Operasional Pemeliharaan genset - - Udara ambien Penurunan kualitas udara akibat Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Workshop dan secara berkala. peningkatan polutan udara berupa
Genset NOx, SOx, HC, partikulat dan
Pb(sebagai dampak primer dari
adanya operasional genset
menggunakan bahan bakar minyak
fosil, dimana akan menghasilkan
emisi yang dilepas ke udara ambien).
Genset ditempatkan di - - Pekerja Peningkatan kebisingan (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
ruang genset yang dampak primer akibat adanya suara
letaknya tidak terlalu bising dari mesin genset yang
dekat dengan mess digunakan).
karyawan.
- Sampah domestik - - Tanah dan air Peningkatan sampah dan limbah B3 Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
berupa limbah cair (merupakan dampak primer pada saat
yang dihasilkan perawatan sarana prasarana
dari MCK produksi).
karyawan di
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
lingkungan
basecamp akan
dikelola mengacu
pada Permen LHK
No.
P.68/Menlhk/Setje
n/Kum.I/8/2016
tentang Baku Mutu
Air Limbah
Domestik.
- Pengelolaan
sampah padat
domestik mengacu
pada PP RI No. 81
Tahun 2012
tentang
Pengelolaan
Sampah Rumah
Tangga dan
Sampah Sejenis
Sampah Rumah
Tangga.
- Pengelolaan
limbah B3
mengacu pada PP
RI No. 101 Tahun
2014 tentang
Pengelolaan
Limbah B3.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (sebagai dampak sekunder akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada adanya limbah cair domestic dan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi limbah B3 berupa ceceran BBM
habitat ikan-ikan di dan/atau oli bekas yang masuk ke
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi. badan perairan umum penerima
pasir kuarsa oleh dampak).
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota perairan (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari dampak
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada penurunan kualitas air permukaan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi yang akan mempengaruhi habitat dan
habitat ikan-ikan di kehidupan biota air).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
perusahaan lain.
5. Corporate Social Jenis program CSR Kegiatan perusahaan Program CSR harus tepat Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Ya Ya Tdk Tdk Ya
Responsibility ditentukan bersama lain, terutama sasaran dan dapat dirasakan masyarakat yang bersifat positif
masyarakat yang tambang pasir kuarsa. manfaatnya oleh (sebagai dampak primer dari adanya
menjadi sasaran masyarakat. pelaksanaan program CSR yang
program dan tetap manfaatnya dapat dipastikan
berkordinasi dengan dirasakan oleh masyarakat).
instansi terkait.
Perbaikan fasilitas umum (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primer dari pelaksanaan CSR
yang jenis programnya terkait dengan
perbaikan/ pengadaan fasilitas
umum).
6. Reklamasi Lahan - Penentuan jenis - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
tanaman reklamasi timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak dampak sekunder akibat
berkoordinasi dengan masyarakat, menunggu izin meningkatnya peran vegetasi hasil
instansi terkait dan - Kegiatan tambang penambangan berakhir reklamasi dalam menciptakan iklim
disesuaikan dengan pasir kuarsa oleh - Setelah menambang mikro yang lebih baik.
tempat tumbuh dan perusahaan lain. segera dilakukan
peruntukannya. kegiatan reklamasi
- Tanaman hasil dengan tanaman hutan
reklamasi dipelihara diharapkan bermitra
agar persentase dengan pemerintah desa
tumbuhnya setempat melalui
mendekati 100%. BUMDES.
Penirisan untuk - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Tanah dan air Penurunan laju aliran permukaan Ya Ya Tdk Tdk Ya
membuat saluran air timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak permukaan (run-off) dan sedimentasi
dari bekas lubang masyarakat, menunggu izin (merupakan dampak sekunder akibat
galian, sehingga tidak - Kegiatan tambang penambangan berakhir meningkatnya fungsi vegetasi
terjadi luapan aliran pasir kuarsa oleh - Setelah menambang penutup tanah dalam mengendalikan
pada saat terjadi perusahaan lain. laju run-off).
segera dilakukan
hujan.
kegiatan reklamasi
dengan tanaman hutan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, - Perusahaan harus Air permukaan Peningkatan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak lanjutan dari
timah (TI) oleh pencemaran air, karena menurunnya laju aliran permukaan
masyarakat, ada kaitannya dengan (run off) dan sedimentasi akibat
- Kegiatan tambang kondisi habitat ikan-ikan meningkatnya fungsi vegetasi
pasir kuarsa oleh di perairan wilayah penutup tanah).
perusahaan lain. studi.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
Melakukan reklamasi Kegiatan - Melakukan reklamasi Lahan Perubahan bentang lahan Ya Tdk Tdk Ya Ya
tambang setiap blok pertambangan pasir sesegera mungkin tidak (merupakan dampak primer akibat
tambang yang telah oleh perusahaan lain menunggu izin penimbunan kembali (backfilling)
selesai ditambang yang berada di sekitar penambangan berakhir. lapisan atas dengan overburden dan
dengan metode back lokasi tambang - Setelah menambang topsoil dengan perkiraan ketebalan
filling dengan sistem perusahaan overburden dan topsoil berkisar 0,5-
segera dilakukan
strip blok sesuai 1m)
kegiatan reklamasi
perkembangan blok
dengan tanaman hutan
tambang.
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
- Kegiatan reklamasi - Kegiatan pemukiman - Melakukan reklamasi Lahan Peningkatan produktifitas lahan Ya Ya Ya Tdk Ya
disesuaikan dengan penduduk Desa sesegera mungkin tidak (sebagai dampak primer dari lahan
karakteristik wilayah Simpang Pesak dan menunggu izin eks tambang yang ditimbun kembali
dan peruntukan Desa Tanjung Batu penambangan berakhir. dan dampak sekunder dari revegetasi
kawasan. Itam, - Setelah menambang yang secara perlahan dapat
- Mengendalikan - Kegiatan tambang segera dilakukan mengembalikan tingkat kesuburan
timah (TI) oleh kegiatan reklamasi tanah).
dampak primernya.
masyarakat, dengan tanaman hutan
- Kegiatan tambang diharapkan bermitra
pasir kuarsa oleh dengan pemerintah desa
perusahaan lain. setempat melalui
BUMDES.
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
- Penentuan jenis - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Lahan Peningkatan vegetasi (merupakan Ya Ya Ya Tdk Ya
tanaman reklamasi timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak dampak primer dari adanya kegiatan
berkordinasi dengan masyarakat, menunggu izin reklamasi berupa penanaman kembali
instansi terkait dan - Kegiatan tambang penambangan berakhir. lahan bekas penambangan sesuai
disesuaikan dengan pasir kuarsa oleh - Setelah menambang dengan karakteristik wilayah dan
tempat tumbuh dan perusahaan lain. segera dilakukan peruntukan kawasan).
peruntukannya. kegiatan reklamasi
- Tanaman hasil dengan tanaman hutan
reklamasi dipelihara diharapkan bermitra
agar persentase dengan pemerintah desa
tumbuhnya setempat melalui
mendekati 100%. BUMDES.
- Mengendalikan - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Habitat dan Peningkatan kualitas habitat dan Ya Tdk Ya Tdk Ya
dampak primernya timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak satwaliar populasi satwaliar (merupakan
- Memasang papan masyarakat, menunggu izin dampak sekunder akibat
- Kegiatan tambang penambangan berakhir. meningkatnya fungsi vegetasi hasil
peringatan dan
pasir kuarsa oleh - Setelah menambang reklamasi dalam menciptakan
himbauan untuk
perusahaan lain. segera dilakukan kualitas habitat bagi satwaliar).
tidak melakukan
perburuan satwa. kegiatan reklamasi
dengan tanaman hutan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, - Perusahaan harus Biota air Peningkatan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak sekunder dari dampak
timah (TI) oleh pencemaran air, karena meningkatnya kembali kualitas air
masyarakat, ada kaitannya dengan permukaan yang akan mempengaruhi
kondisi habitat ikan-ikan habitat dan kehidupan biota air).
- Kegiatan tambang di perairan wilayah
pasir kuarsa oleh studi.
perusahaan lain.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
D. Tahap Pasca operasional
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
1. Pemutusan Sebelum melakukan Kegiatan pemukiman - Pekerja Hilang /berkurangnya kesempatan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Hubungan Kerja PHK, perusahaan penduduk Desa kerja dan berusaha (sebagai dampak
memberikan pelatihan Simpang Pesak dan primer akibat dari tidak adanya lagi
terlebih dahulu, Desa Tanjung Batu pekerjaan dari perusahaan maupun
sehingga eks Itam kebutuhan perusahaan yang dipasok
karyawan nantinya dari masyarakat setempat).
memiliki keahlian/
keterampilan untuk
berusaha secara
mandiri.
2. Penutupan Menggunakan jasa Kegiatan pemukiman - Masyarakat Peningkatan gangguan lalulintas Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Tambang pengawalan dari penduduk Desa (sebagai dampak primer dari adanya
Polantas pada saat Simpang Pesak dan demobilisasi kendaraan pengangkut
demobilisasi peralatan Desa Tanjung Batu peralatan berat dan material bekas ke
berat menggunakan Itam luar lokasi eks tambang).
tronton.
*) kriteria :
1= Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
2= Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai
ekologis)?
3= Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut?
4= Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut?
**) Dampak penting hipotetik: Ya, apabila minimal 1 dari 4 kriteria dijawab Ya .
Tabel 1.9. Matriks Hasil Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
Tahapan Kegiatan
Keterangan
No Komponen Lingkungan Hidup Prakonstruksi Konstruksi Operasional Pasca Ops
P1 P2 P3 P4 K1 K2 K3 O1 O2 O3 O4 O5 O6 PO1 PO2
A Komponen Fisik – Kimia : P1 : Perizinan
1. Iklim Mikro TP TP TP P2 : Survei Teknis
2. Laju Aliran Permukaan (Run off) & Sedimentasi TP P P P P3 : Sosialisasi Rencana Kegiatan
3. Kualitas Udara P TP P4 : Pembebasan Lahan
4. Kebisingan TP TP K1 : Rekrutmen Tenaga Kerja
5. Kualitas Air Permukaan TP P P TP P K2 : Mobilisasi Peralatan dan Material
6. Sampah dan Limbah B3 TP*) K3 : Pembangunan Sarana Prasarana Tambang
7. Bentang lahan P P O1 : Penyiapan Lahan
8. Produktifitas Lahan P P O2 : Penambangan
9. Potensi Kebakaran Lahan P O3 : Pencucian Hasil Tambang
B Komponen Biologi O4 : Operasional Workshop dan Genset
1. Populasi Vegetasi TP P P O5 : Corporate Social Responsibility (CSR)
2. Kualitas Habitat dan Populasi Satwaliar TP P P O6 : Reklamasi Lahan
3. Biota Perairan TP P P TP P PO1 : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
C Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya PO2 : Penutupan Tambang
1. Persepsi dan Sikap Masyarakat P TP P P
2. Kesempatan Kerja dan Berusaha P TP P : Dampak Penting Hipotetik
3. Perekonomian Lokal P P TP : Bukan Dampak Penting Hipotetik
4. Fasilitas Umum TP TP*) : Bukan Dampak Penting Hipotetik tetapi Dikelola
5. Lalulintas Kendaraan TP TP dan Dipantau
6. Konflik kepentingan lahan P
D Komponen Kesehatan
1. Kesehatan Masyarakat P
Tabel 1.10. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan Kegiatan yang Menjadi Sumber
Dampaknya
Tahap Kegiatan yang Menjadi Sumber Dampak
No. Jenis DPH Pra Pasca Keterangan
Konstruksi Operasional
konstruksi operasional
I. Komponen Fisik-kimia :
1. Penurunan kualitas 1. Penambangan Dampak
- - -
udara primer
2. Peningkatan laju 1. Penyiapan lahan Dampak
runoff, erosi & 2. Pencucian hasil primer dan
- - -
sedimentasi tambang sekunder
3. Reklamasi lahan
3. Penurunan kualitas 1. Penyiapan lahan Dampak
air permukaan 2. Pencucian hasil primer dan
- - -
tambang sekunder
3. Reklamasi lahan
4. Perubahan bentang 1. Penambangan Dampak
- - -
lahan 2. Reklamasi lahan primer
5. Penurunan 1. Penambangan Dampak
- - -
produktifitas lahan 2. Reklamasi lahan primer
6. Peningkatan potensi 1. Penyiapan lahan Dampak
- - -
kebakaran lahan primer
II. Komponen Biologi :
1. Penurunan populasi 1. Penyiapan lahan Dampak
- - -
vegetasi 2. Reklamasi lahan primer
2. Penurunan kualitas 1. Penyiapan lahan Dampak
habitat & populasi - - 2. Reklamasi lahan - primer
satwaliar
3. Penurunan biota 1. Penyiapan lahan Dampak
perairan 2. Pencucian hasil sekunder &
- - -
tambang tersier
3. Reklamasi lahan
III. Komponen Sosekbud :
1. Perubahan persepsi 1. Sosialisasi 1. Rekrutmen 1. Penyelenggaraan Dampak
dan sikap masyarakat rencana tenaga kerja Corporate Social primer
-
kegiatan Responsibility
(CSR)
2. Peningkatan 1. Rekrutmen Dampak
kesempatan kerja dan - tenaga kerja - - primer
berusaha
3. Peningkatan 1. Rekrutmen 1. Penambangan Dampak
- -
perekonomian local tenaga kerja sekunder
4 Konflik kepentingan - 1. Penambangan Dampak
- -
lahan primer
IV. Komponen Kesehatan :
1. Gangguan kesehatan 1. Penambangan Dampak
- - -
masyarakat sekunder
Secara ringkas bagan alir seluruh proses pelingkupan (identifikasi dan evaluasi dampak
potensial) disajikan dalam Gambar 1.16.
Gambar 1.16. Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Batas kegiatan atau proyek adalah batas rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa sesuai dengan
Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No : 188.44/730/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14
Agustus 2019 tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam Jenis Pasir
Kuarsa kepada PT. Bintang Delapan Enam. Luas wilayah IUP Eksplorasi tersebut adalah ± 622 Hektar di
Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur.
b. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media
transportasi limbah (air dan udara) dan/atau pergerakan/migrasi satwaliar, dimana proses alam yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar. Penentuan batas
ekologis juga mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
pertambangan pasir kuarsa. Batas ekologis sebaran udara ditentukan dengan cara buffer 50 m dari lokasi jalan
tambang, sebaran pencemaran air sungai dalam kajian ini mengikuti aliran air Sungai Kelong dan Sungai
Sambar mulai dari aliran pada tapak proyek sampai dengan muara sungai tersebut, sedangkan migrasi
satwaliar ke habitat di sekitarnya dibatasi sampai dengan jarak 1,5 km dari lokasi tapak proyek.
c. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha yang merupakan tempat berlangsungnya interaksi
sosial yang mengandung nilai tertentu yang sudah mapan (sistem struktur sosial), sesuai dengan proses
dinamika suatu kelompok masyarakat yang diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana
usaha dan/atau kegiatan. Dalam studi ini sebagai batas sosial ditetapkan batas wilayah pemukiman penduduk
yang diprakirakan terkena dampak secara langsung dari rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam. Lokasi rencana kegiatan secara administratif berada di Desa Simpang Pesak dan
Desa Tanjung Batu Itam, sehingga batas sosial pada studi AMDAL rencana kegiatan pertambangan pasir
kuarsa PT. Bintang Delapan Enam mencakup Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam, Kecamatan
Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur.
d. Batas Administratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara bebas melakukan kegiatan sosial
ekonomi dan budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada wilayah administrasi
pemerintahan tempat berlangsungnya usaha/kegiatan. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan
pasir kuarsa terletak di Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam, sehingga batas administrasi studi
AMDAL rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa adalah wilayah Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung
Batu Itam, Kecamatan Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.