Anda di halaman 1dari 54

PT.

Bintang Delapan Enam Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

A. RINGKASAN DESKRIPSI RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


1. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
a. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam dengan luas areal IUP Eksplorasi yaitu 622 Ha secara administratif berada di wilayah
Desa Simpang Pesak dan Tanjung Batu Itam, Kecamatan Simpang Pesak, Kabupaten Belitung
Timur. Titik koordinat rencana lokasi tambang pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam secara
geografis disajikan pada Tabel 1.1. Sedangkan letak lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam lebih jelas dapat dilihat pada Peta Lokasi
Kegiatan (Gambar 1.1.).

Tabel 1.1. Titik Koordinat Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir
Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
GARIS BUJUR GARIS LINTANG
No. (BUJUR TIMUR (BT) (LINTANG SELATAN (LS)
o o
‘ “ BT ‘ “ LS
1. 108 2 17,48 BT 3 9 18,77 LS
2. 108 3 32,43 BT 3 9 18,77 LS
3. 108 3 32,43 BT 3 9 53,25 LS
4. 108 3 51,44 BT 3 9 53,25 LS
5. 108 3 51,44 BT 3 10 59,00 LS
6. 108 3 42,50 BT 3 10 59,00 LS
7. 108 3 42,50 BT 3 11 7,97 LS
8. 108 3 21,52 BT 3 11 7,97 LS
9. 108 3 21,52 BT 3 11 15,28 LS
10. 108 3 15,98 BT 3 11 15,28 LS
11. 108 3 15,98 BT 3 11 19,88 LS
12. 108 3 6,11 BT 3 11 19,88 LS
13. 108 3 6,11 BT 3 11 30,01 LS
14. 108 3 1,23 BT 3 11 30,01 LS
15. 108 3 1,23 BT 3 11 32,94 LS
16. 108 2 50,62 BT 3 11 32,94 LS
17. 108 2 50,62 BT 3 10 46,02 LS
18. 108 2 56,43 BT 3 10 46,02 LS
19. 108 2 56,43 BT 3 10 33,96 LS
20. 108 3 17,80 BT 3 10 33,96 LS
21. 108 3 17,80 BT 3 10 21,65 LS
22. 108 3 13,11 BT 3 10 21,65 LS
23. 108 3 13,11 BT 3 10 2,54 LS
24. 108 3 5,52 BT 3 10 2,54 LS
25. 108 3 5,52 BT 3 9 44,83 LS
26. 108 2 50,55 BT 3 9 44,83 LS
27. 108 2 50,55 BT 3 9 49,67 LS

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-1


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

GARIS BUJUR GARIS LINTANG


No. (BUJUR TIMUR (BT) (LINTANG SELATAN (LS)
o o
‘ “ BT ‘ “ LS
28. 108 2 39,71 BT 3 9 49,67 LS
29. 108 2 39,71 BT 3 9 57,30 LS
30. 108 2 17,48 BT 3 9 57,30 LS
Sumber : Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung No : 188.4/435/ESDM/DPMPTSP/2019 tanggal 23 Agustus 2019.

b. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Belitung Timur
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan, lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam harus disesuaikan dengan rencana tata ruang menurut ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 13 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2014 –
2034, diketahui bahwa lokasi rencana tambang pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam di Desa
Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam berada di dalam rencana kawasan peruntukkan
pertambangan dan kawasan hutan produksi. Hal ini berdasarkan surat dari BKPRD Kabupaten
Belitung Timur Nomor : 590/27/ BKPRD/IV/2019 tanggal 23 April 2019 tentang Rekomendasi
Permohonan WIUP atas nama PT. Bintang Delapan Enam, diantaranya dinyatakan bahwa
rencana lokasi WIUP seluas ± 30,28 Ha berada dalam kawasan pertambangan dan seluas ±
608,12 Ha berada dalam kawasan hutan produksi.
Selanjutnya berdasarkan hasil overlay terhadap peta lampiran Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2014 – 2034, lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam seluas 622 Ha
termasuk dalam kawasan pertambangan ± 17 Ha dan peruntukan kawasan hutan produksi ± 605
Ha
Rencana peruntukan sesuai tata ruang ini akan dijadikan sebagai dasar untuk kegiatan
reklamasi lahan eks tambang yang akan dilakukan oleh perusahaan. Sesuai dengan ketentuan
RTRW yang berlaku tersebut, perusahaan akan mempersiapkan rencana reklamasi lahan eks
tambang dengan melakukan prakondisi dan penanaman kembali (revegetasi) agar areal tersebut
dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya. Peta hasil overlay lokasi rencana
kegiatan pada Peta RTRW Kabupaten Belitung Timur 2014 - 2034 disajikan pada Gambar 1.2.
c. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan Peta Indikatif Penghentian
Pemberian Izin Baru (PIPPIB)
Berdasarkan surat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
XIII No:S.280/BPKH.XIII-2/2020 tanggal 3 Juli 2020 dan ditinjau dari Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB) yang terbaru sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. SK. 851/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/2/2020 tanggal 26 Februari
2020 tentang Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru hutan alam primer dan
lahan gambut tahun 2020 periode I, diketahui bahwa lokasi rencana kegiatan penambangan
pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam tidak berada pada areal penghentian pemberian izin
baru hutan alam primer dan lahan gambut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rencana
lokasi tambang pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam tidak bertentangan dengan ketentuan

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-2


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

tentang PIPPIB yang berlaku saat ini, sehingga studi AMDAL rencana kegiatan tersebut dapat
diproses lebih lanjut. Hasil overlay lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan PIPPIB
Tahun 2020 disajikan pada Gambar 1.3.

d. Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Berdasarkan Peta Kawasan Hutan


Berdasarkan surat dari Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No.522/1045/Dishut tanggal 4 Agustus 2020 tentang Pertimbangan Teknis Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH) Untuk Kegiatan Eksplorasi Pasir Kuarsa dan Sarana Pendukungnya
a.n. PT. Bintang Delapan Enam di Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam
Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur, disampaikan bahwa berdasarkan hasil
pemeriksaan dan pengolahan data hasil pengukuran di lapangan yang kemudian di over lay pada
peta kawasan hutan lampiran Keputusan Menteri Kehutanan RI No. SK.798/Menhut-II/2012
tanggal 27 Desember 2012 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan
Kawasan Hutan seluas ± 19.131 ha, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan seluas ± 10.878 ha dan
Penunjukan Bukan Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan seluas ± 3.210 ha di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dan Peta kawasan hutan lampiran Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI No. SK.8093/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/11/2018 tanggal 23
November 2018 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung sampai dengan tahun 2017, maka areal IUP Eksplorasi PT. Bintang Delapan
Enam tersebut berada pada areal penggunaan lainnya seluas 17,63 ha dan areal hutan produksi
tetap (HP) Senusur Sembulu seluas 603,14 ha. Selanjutnya berdasarkan Peta Perkembangan Izin
Pemanfaatan Kawasan dan Penggunaan Kawasan Hutan, pada calon lokasi IPPKH untuk
kegiatan Operasi Eksplorasi Mineral Bukan Logam (Pasir Kuarsa) dan Sarana Pendukungnya
a.n. PT. Bintang Delapan Enam sebagian besar arealnya berada di dalam areal Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Andalan Karya
Pertiwi seluas ± 605,09 ha. Hasil overlay lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan Peta
Kawasan Hutan disajikan pada Gambar 2.4. Hasil overlay lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan dengan Peta Kawasan Hutan disajikan pada Gambar 1.4.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-3


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.1. Peta Lokasi

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-4


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.2. Peta RTRW

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-5


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.3. Overlay Lokasi Rencana Tambang dengan PIPPIB

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-6


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.4. Peta Kawasan Hutan

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-7


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

2. Rencana Produksi dan Sumberdaya Penunjang Kegiatan


a. Rencana Produksi dan Umur Tambang
Kegiatan eksplorasi pada lokasi rencana WIUP telah dilaksanakan pada areal yang
berada pada kawasan peruntukan pertambangan seluas 17 ha, sedangkan pada areal yang berada
pada kawasan hutan produksi seluas 605 ha belum bisa dilakukan kegiatan eksplorasi karena
belum mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari Kementerian KLHK.
Berdasarkan hasil eksplorasi sementara dan rencana penataan untuk sarana-prasarana
pendukung tambang bahwa dari luas areal yang telah dieksplorasi (17 ha), diketahui luas areal
yang bisa untuk ditambang adalah sekitar 15,36 ha dengan potensi cadangan pasir kuarsa sekitar
614.400 m3.
Dengan recovery sekitar 96%, maka total volume pasir kuarsa yang dapat ditambang
adalah sebesar 96% x 614.400 m3 = 589.824 m3. Rencana produksi yang akan dicapai dalam
penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam adalah sebesar 7.500 m3/bulan atau
73.759 m3/tahun (waktu kerja efektif dalam satu tahun adalah ± 9,8 bulan). Dengan demikian
dapat dihitung umur operasional penambangan pasir kuarsa adalah 589.824 m3 : 73.759
m3/tahun, yaitu ± 8 tahun.

Tabel 1.2. Rencana Penataan Potensi Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
Luas
No. Uraian Keterangan
(Ha)
A. Rencana WIUP yang telah dieksplorasi (17 ha)
1. Luas net area yang bisa ditambang 15,36 Potensi cadangan = 614.400 m3
Luas area yang tidak bisa
2.
ditambang :
- Area dumping 0,1
- Washing plant 0,2
- Jalan tambang 0,2
- Penunjang 0,2
- Areal buffer zone/penyangga/dll 0,94 Cadangan rendah / buffer zone
B. Rencana WIUP yang belum dieksplorasi
Kegiatan eksplorasi &
penambangan akan dilakukan
- Kawasan Hutan Produksi 605
setelah mendapat Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH)
Jumlah (WIUP Eksplorasi) 622 -
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020

b. Sumberdaya Penunjang
1) Bahan Bakar Minyak
Bahan bakar minyak yang akan dipergunakan adalah bahan bakar minyak jenis solar
industri (non subsidi). Bahan bakar ini diperlukan guna mendukung kegiatan operasional
peralatan produksi dan kegiatan operasional sarana dan prasarana pendukung. Bahan bakar
minyak solar untuk alat berat, kendaraan angkutan dan genset diperoleh melalui kontrak suplai
BBM industri dari agen PERTAMINA. Disamping BBM solar juga diperlukan berbagai jenis
minyak pelumas yang diperlukan untuk operasional alat berat, kendaraan pengangkut hasil
tambang dan mesin-mesin pendukung. Untuk mempermudah proses pengaturan suplai BBM
pada saat operasional tambang, PT. Bintang Delapan Enam akan menyediakan 1 unit tangki
BBM dengan kapasitas @10.000 liter. Estimasi kebutuhan BBM solar dan pelumas yang
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-8
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

dipergunakan sebagai sumber energi untuk operasional peralatan tambang disajikan pada Tabel
1.2.

Tabel 1.3. Estimasi Kebutuhan BBM Solar dan Pelumas untuk Kegiatan Penambangan
Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Laju Jam
Kebutuha Kebutuhan
Jumlah Konsumsi Kerja Hari Kerja
No Nama Alat n Harian Bulanan
(Unit) (ltr/jam/ (jam/hr/ (hr/bln/unit)
(ltr/hr) (ltr/bln)
unit) unit)
A. BBM Solar
Excavator (Komatsu PC
1. 2 20 10 400 25 10.000
200)
2. Dump Truck (Hino) 5 15 10 750 25 18.750
3. Bulldozer (CAT D6R) 1 30 5 150 25 3.750
Truk Penyiram Jalan
4. 1 15 4 60 20 1.200
(Mitsubishi PS100)
5. Pompa isap dan mesin 2 2 10 40 25 1.000
Generator Utama (cummins
6. 1 10 15 150 30 4.500
60 KVA)
Total 39.200
B. Pelumas
Excavator (Komatsu PC 40 lt/30 hari
1. 2 20L/300 jam 10 - 25
200) kerja
2. Dump Truck (Hino) 5 20L/bulan 10 - 25 100
12,5 lt/30 hari
3. Bulldozer (CAT D6R) 1 25L/300 jam 5 - 25
kerja
Truk Penyiram Jalan
4. 1 10L/bulan 4 - 20 10
(Mitsubishi PS100)
5. Pompa isap dan mesin 2 25L/bulan 10 - 25 50
Generator Utama (cummins
6. 1 10L/bulan 15 - 30 10
60 KVA)
Rata-rata Bulanan 222.5
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020

2) Kebutuhan Sumber Daya Air


Kebutuhan air untuk kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam adalah untuk memenuhi kebutuhan pencucian pasir kuarsa dan kebutuhan
domestik karyawan (MCK). Untuk kebutuhan air pencucian pasir kuarsa, perusahaan akan
menggunakan sumber air yang berasal dari kolong yang terdapat di dalam lokasi tambang,
sedangkan untuk kebutuhan domestik (MCK) akan menggunakan air tanah (sumur bor). Untuk
kebutuhan air minum, perusahaan akan membeli/menggunakan air minum dalam kemasan
(galon).
Kebutuhan air untuk kegiatan MCK tenaga kerja adalah sebesar ± 200 liter/orang/hari
(Dirjen PPM dan PLP serta Dirjen Pelayanan Medik, Depkes RI). Jumlah tenaga kerja saat
kegiatan tambang beroperasi penuh adalah 37 orang, sehingga kebutuhan air bersih untuk MCK
adalah sekitar 7.400 liter/hari (7,4 m 3/hari) dengan asumsi 200 liter/orang/hari. Sedangkan
asumsi untuk kebutuhan air minum per-orang adalah 4,5 liter/hari, sehingga supply air minum
adalah sebanyak 166,5 liter/hari, yang di-suplay dengan Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK).
Terkait dengan rencana penggunaan air tanah pihak perusahaan akan berkoordinasi dengan
instansi yang berwenang (Dinas PUPR bidang SDA).
Kebutuhan air untuk kegiatan pencucian berbanding terhadap volume material pasir low
grade yang dicuci, yaitu 1 : 3 (1 m3 solid pasir low grade berbanding 3 m3 air). Rencana kerja
PT. Bintang Delapan Enam dengan volume pasir low grade sebesar ± 418 m3/hari, maka
kebutuhan air produksi untuk pencucian pasir kuarsa di washing plant adalah sebesar ± 1.254
m3/hari. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut PT. Bintang Delapan Enam akan membuat
kolam penampungan air yang berukuran 500 m2 dengan kedalaman 3 meter (kapasitas volume
air adalah 1.500 m3). Sumber air produksi berasal dari air kolong di sekitar lokasi kegiatan dan
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-9
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

juga air hujan. Penggunaan air produksi akan disirkulasikan tertutup (closed water sirculation
system), yaitu air limbah dari pencucian pasir kuarsa akan diendapkan dan dialirkan kembali ke
kolam penampungan kemudian digunakan kembali untuk proses pencucian pasir kuarsa.
Penambahan air produksi akan dilakukan apabila volume air di dalam kolam penampungan
berkurang karena adanya evaporasi dan infiltrasi (± 3% per hari), terutama pada musim
kemarau.

Air Tanah Air Kolong


(Sumur Bor/Gali) + Air Hujan

7,4 m3/hari 1.500 m3

Kegiatan Penguapan
Domestik (MCK) 0,2 m3/hari Kolam Penampungan
(3%) (1.500 m3)

1.254 m3/hari
Septik
Tank Penguapan
38 m3/hari Operasional
(3%) (Pencucian Pasir)

Tanah 1.180 m3/hari


3
Penguapan di 1.216 m /hari (94%)
7,2 m3/hari (97%)
Kolam
36 m3/hari (3%)
Bandar/Kolam
Pengendapan
(1.216 m3/hari)

Gambar 1.5. Neraca Air Rencana Kegiatan PT. Bintang Delapan Enam

3. Tahapan Pelaksanaan Rencana Kegiatan


Tahapan rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa yang diuraikan berikut ini
hanyalah kegiatan - kegiatan yang mempunyai kriteria :
a. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup.
b. Kegiatan yang memiliki risiko besar yang secara umum dalam kajian analogi
dengan kasus serupa dapat menimbulkan dampak penting, hanya saja belum
tersedia informasi yang cukup.
Adapun secara ringkas, tahapan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kegiatan Tahap Pra konstruksi
a) Perizinan
b) Survei Teknis
c) Sosialisasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
d) Pembebasan Lahan

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-10


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

2) Kegiatan Tahap Konstruksi


a) Rekrutmen tenaga kerja.
b) Mobilisasi Peralatan dan Material
c) Pembangunan Sarana-Prasarana dan Fasilitas Tambang
3) Kegiatan Tahap Operasional
a) Penyiapan Lahan
b) Penambangan
c) Pencucian Hasil Tambang
d) Operasional Workshop dan Genset
e) Corporate Social Responsibility (CSR)
f) Reklamasi Lahan
4) Kegiatan Tahap Pasca-operasional
a) Pemutusan Hubungan Kerja
b) Penutupan Tambang
Tahapan kegiatan dalam rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang
Delapan Enam diuraikan sebagai berikut :
1) Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi sebagai persiapan terdapat beberapa jenis kegiatan yang akan
dilakukan secara sistematis, yaitu sebagai berikut :
a) Perizinan
Kegiatan perizinan ini merupakan awal dari tahapan kegiatan PT. Bintang Delapan
Enam dalam upaya untuk melaksanakan kegiatan di bidang penambangan pasir kuarsa di
Kabupaten Belitung Timur. Kegiatan perizinan meliputi akta pendirian perusahaan beserta
legalitas, perizinan IUP Eksplorasi dan lainnya sesuai dengan aturan yang berlaku saat ini.
Kegiatan perizinan ini umumnya merupakan kegiatan yang bersifat administratif. Legalitas
perusahaan dan perizinan yang sudah dimiliki oleh PT. Bintang Delapan Enam antara lain
adalah :
- Akta Pendirian Perseroan Terbatas PT. Bintang Delapan Enam, No.01
Tanggal 18 Desember 2017, Notaris Fransiska Krisnani Budi Utami, D.H.,M.Kn Kota
Pangkalpinang.
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) No. 83.718.967.9-304.000
- Tanda Daftar Perusahaan (TDP) No.31.02.1.48.00877 tanggal 26 Januari
2018 dari Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja
Kota Pangkalpinang.
- Surat Kepala Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten Belitung
Timur Nomor : 590/27/ BKPRD/IV/2019 tanggal 23 April 2019 tentang Rekomendasi
Permohonan WIUP atas nama PT. Bintang Delapan Enam.
- Surat dari Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan
Perdagangan Pemerintah Kabupaten Belitung Timur No: 503/004/DPMPTSPP/IV/2019
tanggal 25 April 2019 tentang Rekomendasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
a.n. PT. Bintang Delapan Enam.
- Surat Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No :
188.44/730/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14 Agustus 2019 tentang Pemberian Wilayah

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-11


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa kepada PT.
Bintang Delapan Enam.
- Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No :
188.4/435/ESDM/DPMPTSP/2019 tanggal 23 Agustus 2019 tentang Pemberian Izin
Usaha Pertambangan Eksplorasi Komoditas Mineral Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa
Kepada PT. Bintang Delapan Enam Seluas ± 622 Hektar di Desa Simpang Pesak dan
Desa Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur.
- Surat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal
Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah
XIII No:S.280/BPKH.XIII-2/2020 tanggal 3 Juli 2020 dan ditinjau dari Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB) yang terbaru sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. 851/MENLHK-
PKTL/IPSDH/PLA.1/2/2020 tanggal 26 Februari 2020 tentang Penetapan Peta Indikatif
Penghentian Pemberian Izin Baru hutan alam primer dan lahan gambut tahun 2020
periode I.
- Surat Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No.522/1045/Dishut tanggal 4 Agustus 2020 tentang Pertimbangan Teknis Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Untuk Kegiatan Eksplorasi Pasir Kuarsa dan Sarana
Pendukungnya a.n. PT. Bintang Delapan Enam di Desa Simpang Pesak dan Desa
Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur.
Perizinan selanjutnya yang diperlukan oleh perusahaan adalah Izin Lingkungan
diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Perdagangan
sesuai Perbup No. 55/2017.

b) Survei Teknis
Kegiatan survei teknis umumnya merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi. Kegiatan ini
dilakukan setelah perusahaan mendapatkan lokasi tambang berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No : 188.44/730/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14
Agustus 2019 tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam
Jenis Pasir Kuarsa kepada PT. Bintang Delapan Enam dan Surat Keputusan Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No : 188.4/435/ESDM/DPMPTSP/2019 tanggal 23 Agustus 2019 tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Komoditas Mineral Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa Kepada PT.
Bintang Delapan Enam Seluas ± 622 Hektar di Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu
Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur. Pada tahap awal ini perusahaan
telah melakukan kegiatan survei teknis pada wilayah IUP dalam kawasan pertambangan seluas
± 17 ha dengan melakukan penandaan batas – batas lokasi sesuai dengan IUP Eksplorasi yang
telah diperoleh perusahaan. Kemudian perusahaan melakukan pengambilan sampel tanah
(pengeboran) pada beberapa titik di dalam lokasi tambang untuk menganalisis potensi dan
cadangan pasir kuarsa. Survei teknis ini akan dilanjutkan pada kawasan hutan produksi seluas ±
605 ha setelah mendapatkan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) dari Kementerian
Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Selanjutnya survei teknis melakukan penyiapan gambar detail pekerjaan, termasuk
gambar pemetaan (lay out) konstruksi sarana dan prasarana penunjang operasional
penambangan yang akan dibangun serta gambar detail sebelum pekerjaan konstruksi dimulai.
Pelaksana pekerjaan ini mencakup Basic and Detail Design, jaringan rencana kerja, uraian
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-12
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

teknis pelaksanaan dan organisasi proyek. Kegiatan survei teknis ini dilakukan oleh tim teknis
yang dibentuk oleh PT. Bintang Delapan Enam secara langsung.
c) Sosialisasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana usaha dan/atau kegiatan merupakan upaya untuk
memberitahukan dan mengkomunikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh perusahaan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar
lokasi rencana usaha/kegiatan. Kegiatan sosialisasi tersebut akan dilaksanakan sebelum
perusahaan melaksanakan kegiatan konstruksi dan operasionalnya di lapangan.
Pada tahap awal, sosialisasi rencana usaha/kegiatan telah dilaksanakan bersamaan
dengan sosialisasi untuk penyusunan Dokumen AMDAL berupa publikasi di media massa dan
konsultasi publik terhadap masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak.
Sosialisasi rencana usaha/kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan sebelum
beroperasi di lapangan, bertujuan agar masyarakat memperoleh informasi yang jelas tentang
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, dan sebaliknya
manajemen perusahaan juga memperoleh masukan, saran dan tanggapan yang mencerminkan
aspirasi masyarakat sekitar lokasi rencana tambang. Sosialisasi rencana usaha/kegiatan ini
sangat diperlukan karena kegiatan penambangan pasir kuarsa pada lokasi rencana tambang yang
cukup luas akan menimbulkan dampak sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitar baik yang
bersifat positif maupun negatif.
d) Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh hak pemanfaatan lahan tersebut sebagai lokasi tambang pasir kuarsa, sehingga
terbebas dari hak kepemilikan dan penguasaan pihak lain. Berdasarkan pertimbangan teknis dari
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No.522/1045/Dishut tanggal 4
Agustus 2020 tentang Pertimbangan Teknis Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) Untuk
Kegiatan Eksplorasi Pasir Kuarsa dan Sarana Pendukungnya a.n. PT. Bintang Delapan Enam di
Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten
Belitung Timur, disampaikan bahwa berdasarkan Peta Perkembangan Izin Pemanfaatan
Kawasan dan Penggunaan Kawasan Hutan, pada calon lokasi IPPKH untuk kegiatan Operasi
Eksplorasi Mineral Bukan Logam (Pasir Kuarsa) dan Sarana Pendukungnya a.n. PT. Bintang
Delapan Enam sebagian besar arealnya berada di dalam areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) PT. Andalan Karya Pertiwi seluas ±
605,09 ha. Berdasarkan informasi tersebut PT. Bintang Delapan Enam sebelum melakukan
pembebasan lahan terlebih dulu berkoordinasi dengan pihak pemegang IUPPHHK-HTI PT.
Andalan Karya Pertiwi setelah mendapat arahan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan pada saat pengurusan izin pinjam pakai kawasan hutan.
Selanjutnya menurut informasi dari masyarakat setempat bahwa di dalam lokasi rencana
tambang sebagian kecil telah dikuasai masyarakat untuk kegiatan penambangan timah rakyat
(TI) maupun bercocok tanam. Untuk mengetahui status lahan tersebut, perusahaan akan
melakukan inventarisasi kepemilikan lahan untuk menghindari terjadinya konflik di masa
mendatang. Perusahaan akan berkoordinasi dengan baik mengenai status kepemilikan lahan
tersebut baik dengan pemilik lahan maupun dengan Pemerintahan Desa Simpang Pesak dan
Desa Tanjung Batu Itam. Jika terdapat lahan hak milik secara sah, maka upaya yang akan
dilakukan adalah dengan mencari solusi / penyelesaian melalui kesepakatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Perusahaan tidak akan menambang pada lahan yang masih dibebani
hak milik secara sah sebelum diperoleh kesepakatan dengan pemegang hak atas lahan.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-13


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

2) Tahap Konstruksi
Pekerjaan pada tahap konstruksi meliputi rekrutmen tenaga kerja, mobilisasi peralatan,
pembangunan sarana dan prasarana pendukung (konstruksi sipil, mekanikal, material
procurement dan alat-alat kerja yang diperlukan). Uraian tahapan kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a) Rekrutmen tenaga kerja
Pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana tambang PT. Bintang Delapan Enam
sebagian besar dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga
pemilik usaha bersifat mengatur dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan pihak pemborong.
Untuk pemborong kegiatan tersebut, pemrakarsa PT. Bintang Delapan Enam akan memberikan
prioritas pertama bagi kontraktor lokal yang berasal dari penduduk sekitar sesuai dengan bidang
keahlian dan kualifikasinya. Begitu pula pada saat pelaksanaan pekerjaannya diharapkan
kontraktor lokal menggunakan tenaga kerja lokal.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja operasional penambangan pasir kuarsa, PT.
Bintang Delapan Enam akan memberikan prioritas bagi tenaga lokal yang berasal dari
penduduk sekitar sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dibutuhkan. Namun demikian,
jika ketersediaan tenaga kerja lokal terbatas, maka sebagian akan dipenuhi dari tenaga kerja
non-lokal. Perekrutan tenaga kerja tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
untuk operasional penambangan.
Pada tahap operasional diperkirakan kebutuhan tenaga kerja berkisar 37 orang. Jumlah
tenaga kerja lokal yang dapat terserap diperkirakan sebanyak 23 orang dengan kualifikasi
pendidikan minimal SMA sederajat, sedangkan sisanya umumnya merupakan tenaga kerja
terampil/managemen. Apabila kebutuhan tenaga kerja terampil tersebut tidak dapat dipenuhi
dari masyarakat lokal, maka perusahaan akan merekrut dari luar daerah. Secara rinci kualifikasi
dan jumlah kebutuhan tenaga kerja kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4. Kualifikasi dan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penambangan
Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam.
N Jumlah (orang) Pendidikan Kompetensi
Jabatan/Bagian
o Tetap Tidak Tetap Total
1. Direktur 1 - 1 S1
Kepala Teknik 1 S1 Teknik POP/POM
2. 1 -
Tambang Tambang
1 Min. POP/POM
3. Manager Tambang 1 -
SMA/sederajat
3 Min. POP
4. Supervisor 3 -
SMA/sederajat
20 Min.
5. Tenaga terampil 5 15
SMA/sederajat
1 3 Min.
6. Administrasi 2
SMA/sederajat
2 8 Min.
7. Security 6
SMA/sederajat
Jumlah 14 23 37
Sumber : Pemrakarsa PT. Bintang Delapan Enam, 2020.

Setelah pelaksanaan perekrutan tenaga kerja, perusahaan akan membuat kesepakatan


bersama dengan calon karyawan mengenai sistem kerja yang akan dilaksanakan yaitu :

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-14


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

a. Tenaga kerja tetap secara administratif bertanggungjawab atas kelancaran kegiatan


penambangan, antara lain Direktur, Kepala Teknik Tambang, Manager Tambang,
Supervisor dan Tenaga Terampil.
b. Tenaga kerja tidak tetap, antara lain para Tenaga Terampil, Administrasi dan Security.
c. Tenaga kerja harian lepas dengan sistem PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tentu)
adalah buruh yang bekerja di bagian pencucian pasir kuarsa sebagai tenaga kerja
langsung pada saat pengoperasian washing plant (tempat pencucian pasir kuarsa).
Sistem kerja yang akan diterapkan yaitu dalam 1 hari adalah selama 10 jam dan libur
untuk pekerja 1 kali dalam seminggu. Penentuan besarnya upah (gaji) berdasarkan Upah
Minimum Kabupaten (UMK) yang berlaku. Pada tahap selanjutnya pekerja akan dibedakan
menjadi beberapa tingkatan berdasarkan keahlian dan pengalaman kerja, yaitu tidak terampil,
terampil menengah, terampil tingkat II dan terampil tingkat I. Di samping itu akan diberlakukan
perhitungan upah lembur di luar jam kerja normal sesuai dengan tingkat keahlian dan
pengalaman kerja.
Tenaga kerja yang akan dipakai dalam kegiatan penambangan ini dapat dibagi 2 (dua)
kategori, yaitu tenaga kerja siap pakai (berpengalaman) dan tenaga kerja belum berpengalaman
yang kemudian akan dilatih secara khusus sesuai dengan jabatannya. Keterlibatan tenaga kerja
lokal akan diprioritaskan dalam kaitannya dengan salah satu program tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibilty/CSR).
Dalam kaitannya dengan upaya perlindungan dan keselamatan tenaga kerja, pada setiap
usaha pertambangan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kepada setiap Unit Manajemen
Pemegang Izin Usaha Penambangan diwajibkan untuk membentuk unit kerja yang menangani
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (program K-3) sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 555.K1261M.PE1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum.
Pada struktur organisasi PT. Bintang Delapa Enam, Bagian Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K-3) dipimpin oleh seorang Kepala Teknik Tambang yang membawahi bagian-
bagian/unit tertentu. Untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan diperlukan perangkat
organisasi yang lengkap dengan personalia yang ditempatkan dibidangnya masing-masing, serta
mempunyai pengetahuan teknis dan kecakapan yang cukup. Untuk itu PT. Bintang Delapan
Enam membuat struktur organisasi pelaksana kegiatan yang dipimpin oleh seorang Direktur
yang akan dibantu oleh Manager Tambang/Kepala Teknik Tambang yang membawahi unit
operasional kegiatan penambangan yaitu bagian produksi dan bagian tambang. Secara skematis
struktur organisasi PT. Bintang Delapan Enam dapat dilihat pada Gambar 1.6.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-15


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

DIREKTUR

Manager Tambang - KTT

Bagian Produksi Bagian Tambang Bagian


Administrasi/Umum

Unit Pompa
Bagian PIT Suplai Unit Keuangan Pemasaran Security
Tambang Pencucian
Unit Angkutan
Bagian
Lingkungan
Unit Stock Pile
Bagian
Keselamatan
(K3)

Gambar 1.6. Struktur Organisasi PT. Bintang Delapan Enam

b) Mobilisasi Peralatan dan Material


Peralatan untuk tahap konstruksi yang sekaligus akan digunakan untuk kegiatan
penambangan pada tahap operasional meliputi alat-alat berat untuk land clearing, pengupasan,
pemeliharaan jalan, penggalian dan pengangkutan hasil galian, sedangkan bahan material yang
dibutuhkan adalah bahan bangunan non-permanen, seperti kayu pertukangan, triplek, asbes,
paku, dll. Adapun daftar peralatan dan jumlah kebutuhan yang akan digunakan pada kegiatan
penambangan dapat dilihat pada Tabel 1.5.
Mobilisasi peralatan dan bahan material dilakukan melalui jalan darat, yaitu melewati
jalan raya/jalan desa dan jalan tambang. Setelah selesai kegiatan pada tahap konstruksi, semua
peralatan di atas akan digunakan untuk kegiatan selanjutnya pada tahap operasional.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-16


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Tabel 1.5. Jenis dan Jumlah Alat untuk Kegiatan PT. Bintang Delapan Enam
No. Jenis Peralatan Merk Spesifikasi Jumlah Keterangan
Land clearing, Penggalian &
1. Excavator Komatsu PC 200 2
Pemuatan
2. Dump Truck Hino - 5 Pengangkutan
Land clearing, Penggalian &
3. Bulldozer CAT D6R 1
Pemuatan
4. Truk Penyiraman Jalan Mitsubishi PS100 1 Menyiram jalan
5. Tangki Bahan Bakar - 10.000 L 1 Menampung bahan bakar
6. Pompa Isap dan Mesin Mitsubishi 6 Silinder 2 Pembuangan air dari sump
10. Generator Utama Cummins 60 kVA 1 Sumber energi listrik
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020

c) Pembangunan Sarana-Prasarana Tambang


Sarana prasarana tambang yang akan dibangun untuk kelancaran operasional kegiatan
penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam diantaranya adalah basecamp (kantor,
mess karyawan, parkir area, gudang mekanik, gudang penyimpanan sementara LB3, bengkel
kerja, tangki bahan bakar dan lain-lain), washing plant dan jalan tambang. Secara rinci jumlah
dan klasifikasi sarana prasarana pendukung kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam dapat dilihat pada Tabel 1.6. Layout basecamp inti yang digunakan kegiatan
penambangan pasir kuarsa disajikan pada Gambar 1.7.
Tabel 1.6. Sarana dan Prasarana Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
No. Jenis Spesifikasi (m2) Keterangan
A. Sarana dan Prasarana
1. Kantor dan mess 60 Permanen
2. Gudang sparepart 36 Permanen
3. Gudang LB3 36 Permanen
4. Bengkel kerja 150 Permanen
5. Gudang mekanik 25 Permanen
6. Area parkir 500 Lahan Terbuka
7. Ruang genset 12 Permanen
8. Tangki BBM 15 Permanen
B. Washing Plant
1. Kolam penampungan air 500 Galian kolam sedalam 3 m
2. Instalasi washing plant 250 Lahan Terbuka
3. Stockpile pasir kuarsa 500 Lahan Terbuka
4. Stockpile pasir kotor 500
5. Stockpile limbah tailing 250 Lahan Terbuka
Dll (Bandar pengendapan/sirkulasi,
6. 1166 Lahan Terbuka
kolam pengendapan,
C. Jalan Tambang 2000 Lahan terbuka di lokasi tambang
D. Dumping Area 1000 Lahan Terbuka
2
Jumlah 7.000 m
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, Tahun 2020.

(1) Pembangunan Kantor dan Mess


Pembangunan kantor dilakukan untuk mendukung kelancaran kegiatan tahap
operasional sarana penunjang tambang. Bangunan mess dan kantor akan dibuat pada lahan 60
m2 dengan konstruksi permanen.Ruangan kantor terdiri atas beberapa ruangan, diantaranya
adalah antara lain : ruang pimpinan, ruang rapat dan kamar mandi dan WC.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-17


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

(2) Tanki Penyimpanan BBM


BBM solar untuk genset akan ditampung dalam tangki solar sebanyak 1 unit
berkapasitas @ 10.000 liter. Tangki BBM akan diletakkan di samping ruang bengkel/workshop
dan genset, sehingga memudahkan dalam penyaluran BBM solar yang dibutuhkan.
(3) Pembangunan Bengkel/Workshop dan Ruang Genset
Bengkel kerja/workshop akan dibangun dengan ukuran 150 m2 dan ruang genset akan
yang dibangun dengan ukuran 12 m2. Pada ruangan bengkel ini akan dilengkapi oil trap.
Bangunan rumah genset dirancang untuk dapat menampung 1 unit genset dengan kapasitas 60
kVA.
(4) Pembangunan Gudang Limbah B3
Gudang limbah B3 akan dibangun dengan luas 36 m 2 dengan perkiraan limbah B3
berupa oli bekas ± 222,5 liter/bulan. Konstruksi bangunan berupa pondasi pasangan batu
belahan stamping dengan lantai dicor/plester. Di dalam gudang limbah B3 akan dibuat parit
keliling untuk mengalirkan ceceran limbah B3 menuju oil trap.
(5) Kolam Penampungan Air
Pembuatan kolam penampungan air untuk memenuhi kebutuhan air pencucian pasir
kuarsa seluas 500 m2 dengan kedalaman sekitar 3 m. Sumber air utama untuk kegiatan
pencucian pasir kuarsa berasal dari kolong/rawa yang ditampung terlebih dahulu di dalam
kolam penampungan berkapasitas 1.500 m3.
(6) Stockpile
Stockpile di area washing plant terdapat 3 unit dengan luasan masing-masing sekitar
500, 500, 250 m2. Area stockpile pertama digunakan untuk penyimpanan pasir kuarsa low grade
(pasir kotor) yang datang dari lokasi tambang sebelum diolah di instalasi pencucian, sedangkan
stockpile kedua digunakan untuk pasir kuarsa hasil pencucian (high grade) sebelum diangkut ke
luar lokasi tambang dan stockpile ketiga merupakan tempat menyimpan limbah tailing.
(7) Bandar Pengendapan/Sirkulasi,Kolam Pengendapan
Pembuatan bandar pengendapan/sirkulasi adalah bertujuan untuk mengendapkan
partikel tanah yang merupakan limbah dari pencucian pasir kuarsa dan mengalirkan ke kolam
pengendapan sebelum air tersebut dialirkan ke kolam penampungan air untuk selanjutnya
digunakan kembali dalam proses pencucian pasir kuarsa (sistem sirkulasi).
Kolam pengendapan air mempunyai fungsi yang sama dengan bandar
pengendapan/sirkulasi, yaitu untuk mengendapkan partikel tanah yang merupakan limbah dari
pencucian pasir kuarsa sebelum dialirkan ke kolam penampungan untuk selanjutnya digunakan
kembali dalam proses pencucian pasir kuarsa (sistem sirkulasi).

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-18


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.7. Rencana Layout

(8) Jalan Tambang

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-19


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Pembangunan prasarana tambang berupa jalan angkut dimaksudkan untuk mempermudah


akses menuju lokasi serta sarana mobilitas kegiatan di dalam lokasi, sehingga kegiatan
pengangkutan barang, peralatan dan perlengkapan produksi serta hasil tambang nantinya lebih
mudah dan lebih cepat. Pembuatan jaringan jalan (panjang, letak dan waktunya) di dalam lokasi
kegiatan disesuaikan dengan letak lokasi dan progres penambangan yang akan dilaksanakan
pada RKT yang bersangkutan.
Jalan angkut akan dibangun dengan konstruksi perkerasan pasir-batu dan dilengkapi
dengan saluran drainase. Jalan angkut disiapkan untuk dua jalur dumptruck berkecepatan maks
40 km/jam (dalam keadaan kosong). Dimensi dan konstruksi jalan utama yang akan dibangun
disajikan pada Gambar 1.8.

Gambar 1.8. Dimensi dan Konstruksi Jalan Utama PT. Bintang Delapan Enam

Pembangunan sarana dan prasarana tambang disesuaikan dengan kondisi dan teknis
pemakaiannya. Pembuatan jalan akses di dalam wilayah tambang, akan dibuat dengan lebar
jalan utama ± 15 m, serta jalan cabang dengan lebar ± 10 m dan parit ± 2 m, dengan panjang
jalan bertahap seiring dengan pengembangan kegiatan penambangan. Luas area yang
direncanakan oleh persusahaan untuk membangun jalan angkutan hasil tambang ini yaitu 2.000
m2.
(9) Instalasi Pencucian (Washing Plant)
Washing plant merupakan peralatan yang digunakan untuk melakukan pencucian pasir
kuarsa. Peralatan washing plant terdiri atas pompa air, conveyor, rotary screen, sakan, spiral
dan hydrocyclone. Pada prinsipnya kegiatan washing plant merupakan proses pemisahan pasir
kuarsa (24 sampai 140 mesh) dari pengotor (pasir yang mengandung mineral lain, akar tanaman,
serasah dan lain-lain) dengan menggunakan media pencucian berupa air. Jumlah washing plant
PT. Bintang Delapan Enam adalah 1 set instalasi pencucian (washing plant). Luasan area
washing plant adalah 250 m2.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-20


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Spiral Hydrocyclone

Gambar 1.9. Ilustrasi Peralatan Washing Plant Pasir Kuarsa


3) Tahap Operasional
a) Penyiapan Lahan
Kondisi awal lahan lokasi tambang merupakan dataran tanah yang relatif datar,
sebagian berupa rawa, area terbuka dan memliki vegetasi yang bersifat homogen. Umumnya
cadangan pasir kuarsa terdapat pada bagian atas (dibawah lapisan topsoil) dengan ketebalan
topsoil berkisar 0 – 20 cm. Pada kegiatan penyiapan lahan, akan dilakukan pembukaan lahan
dan pembersihan lahan dengan menggunakan alat berat berupa excavator dan manual.
 Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Pembukaan lahan dilakukan pada areal yang masih ditumbuhi vegetasi alang-alang,
semak muda, semak belukar dan pohon-pohonan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pada saat pengupasan tanah nantinya. Sampah organik yang terdiri dari daun-daunan, ranting,
cabang, kayu dan akar-akaran dikumpulkan kemudian ditumpuk pada lokasi dumping area.
Proses pembongkaran vegetasi pohon dilakukan dengan cara ditebang menggunakan cain saw,
untuk menggali dan membuang tunggul-tunggul pohon yang tersisa, digunakan alat berat
berupa Excavator kemudian di kumpulkan di lokasi dumping area.
 Pengupasan Tanah Atas
Pengupasan tanah dilakukan seiring dengan pembukaan lahan. Hal ini dikarenakan
lapisan tanah atas (top Soil) lokasi tambang sangat tipis yaitu dari 0 – 20 cm, sehingga untuk
pengupasan tanah di sebagian lokasi kegiatan akan menggunakan peralatan manual. Pengupasan
tanah dilakukan dengan membersihkan vegetasi pada tanah lapisan atas (top soil) kemudian
dilakukan pengerukan pasir kuarsa menggunakan excavator dan langsung dimuat ke dalam bak
dumptruck.
Rencana penambangan pasir kuarsa dilakukan per strip block secara beraturan, setelah
blok pertama dinyatakan habis kemudian dilanjutkan ke blok berikutnya. Dengan cara ini
diharapkan lahan dari proses penggalian sebelumnya dapat segera dikelola lebih lanjut,
sehingga reklamasi dapat segera dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan penambangan sedang
berlangsung.
Kedalaman lapisan pasir kuarsa yang akan ditambang hingga 8,2 m dengan rata rata
kedalaman 7,16 m, dengan pemindahan endapan pasir kuarsa sebesar 102.882 m3/tahun, maka
luas areal yang dibuka sebesar 14.369 m2/tahun (1,44 ha/tahun). Dengan sinkronisasi target
produksi sebesar 7.500 m3/bulan maka luasan areal yang akan dibuka adalah seluas ± 1,44
ha/tahun.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-21


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.10. Lay Out Situasi Rencana Pembukaan Lahan dan Penambangan

b) Penambangan Pasir Kuarsa


ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-22
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

(1) Pekerjaan Pembongkaran Pasir Kuarsa


Pekerjaan pembongkaran pasir kuarsa dilakukan dengan menggunakan excavator setara
dengan PC 200 dengan kapasitas bucket sebesar 0,9 m3/unit. Pasir kuarsa biasanya berada di
bawah lapisan top soil. Apabila pasir kuarsa terletak di bawah lapisan top soil, maka untuk
pengerukan lapisan tanah top soil dapat menggunakan Bulldozer. Penggunaan bulldozer cukup
efektif untuk menggusur lapisan tanah top soil dengan sistem down-hill dozing.
Penambangan pasir kuarsa umumnya menggunakan excavator untuk mengeruk pasir
kuarsa lalu dimuat ke dalam dumptruk yang kemudian diangkut ke washing plant/areal
pencucian dengan menggunakan jalan tambang. Metode pengerukan ini dianggap cukup efektif
untuk front kerja yang terletak pada tempat yang miring ataupun datar. Pengerukan pada setiap
blok tambang dibagi menjadi strip-strip blok secara beraturan dengan waktu pekerjaan dibagi
per bulan dengan luasan ± 0,144 ha.
Dengan luasan areal yang bisa ditambang pada tahap awal ini (kawasan pertambangan)
adalah sekitar 15,36 ha dan potensi /cadangan pasir kuarsa sekitar 614.400 m3, dengan recovery
sekitar 96% m aka total volume pasir kuarsa yang ditambang adalah sebesar 589.824 m 3 setara
dengan 802.161 ton (BJ metric pasir kuarsa 1,36 g/cm3 atau 1,36 ton/m3). Target produksi yang
akan dicapai dalam penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam adalah sebesar 7.500
m3/bulan atau 73.759 m3/tahun. Dengan demikian dapat dihitung umur operasional tambang
pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam adalah 589.824 m3 : 73.759 m3/tahun, yaitu ± 8
tahun.
(2) Pekerjaan Pemuatan Pasir Kuarsa
Alat berat yang digunakan untuk pengerukan dan memuat pasir kuarsa ke dalam dump
truck berupa excavator setara PC 200 dengan kapasitas bucket 0,9 m3. Excavator sebagai alat
muat pada front kerja diposisikan diatas material hasil gusuran sehingga pola pemuatannya
adalah top loading (Gambar 1.11.).

Gambar 1.11. Pemuatan Pasir Kuarsa pada Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT.
Bintang Delapan Enam
Material pasir kuarsa yang dimuat ke dalam dumptruk kemudian diangkut melalui jalan
tambang di dalam areal tambang menuju areal instalasi pencucian pasir kuarsa (hydrocyclone).
Pasir kuarsa tersebut kemudian ditumpuk terlebih dahulu di stockpile sebelum dicuci
menggunakan hydrocyclone. Dumptruck yang digunakan untuk mengangkut pasir kuarsa low
grade dari lokasi tambang menuju lokasi washing plant adalah sekitar 10.450 m3/bulan atau
sekitar 418 m3/hari (dengan 25 hari kerja/bulan) atau 568,48 ton (BJ pasir kuarsa 1,36). Karena
kapasitas angkutan dumptruck 26 ton/rit, maka jumlah ritasi kendaraan pengangkutan pasir low
grade (pasir kotor) dari lokasi tambang ke washing plant adalah sekitar 22 rit/hari.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-23


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

c) Pekerjaan Pencucian Hasil Tambang


Pencucian pasir kuarsa akan dilaksanakan di luar wilayah penambangan atau
menggunakan washing plant. Pasir kuarsa yang masih bercampur dengan bahan pengotor
(partikel debu, batu kerikil dan bahan organik) dari lokasi tambang langsung dimasukkan ke
dalam sakan yang merupakan tahap awal dari instalasi washing plant dan disemprot dengan air
bertekanan. Di dalam sakan ini akan terjadi pemisahan antara pasir dengan pengotor, seperti
batu dan serasah yang berukuran lebih dari 6 mm serta sebagian partikel halus akan terbawa
aliran limbah (lumpur mengandung batu kecil dan serasah). Proses selanjutnya material pasir
akan dihisap ke dalam rotary screen sehingga terjadi pemisahan antara pasir kuarsa dengan
mineral lainnya. Biasanya penyaringan pasir kuarsa dengan rotary screen akan dihasilkan pasir
kuarsa dengan ukuran 24 - 140 mesh. Pasir kuarsa yang telah terpisah akan masuk ke dalam bak
penampungan, kemudian akan dihisap menuju hydrocyclone. Di dalam hydrocyclone ini akan
dilakukan pembersihan mineral kuarsa halus dari pengotor yang sangat halus. Kotoran yang
sangat halus akan terbuang ke atas sedangkan pasir mineral kuarsa akan turun ke bawah. Pasir
kuarsa yang sudah relatif bersih akan disimpan sementara di lokasi stockpile khusus pasir
kuarsa yang sudah disediakan yang juga berada di area washing plant sebelum nantinya
diangkut menuju terminal khusus.
Pada proses pencucian dibutuhkan air sebanyak 3 : 1 terhadap volume umpan ( feed).
Rencana kerja perusahaan dengan target pemindahan tanah sebesar ± 418 m3/hari, perkiraan
kebutuhan air sebanyak ± 15.765 m3/hari. Kegiatan pencucian menghasilkan produk berupa
pasir kuarsa sebanyak ± 300 m3/hari (418 m3/hari x 74,68 % x 96% recovery pencucian) atau
7.500 m3/bulan, serta limbah padat pasir kuarsa (debu dan losses) sekitar ± 118 m3/hari atau ±
2.950 m3/bulan. Selanjutnya pasir kuarsa bersih (high grade) akan dikirim ke luar Pulau Bangka
melalui terminal khusus terdekat milik PT. Setia Maju Pratama dan PT. Kurnia Mandiri Adi
Perkasa dengan sistem sewa. Selain pasir kuarsa (SiO 2) yang dihasilkan, terdapat juga mineral
ikutan berupa FeTiO3 (Ilmenite),FeS2 (Pyrite), SnO2 (Cassiterite) dan pengotor lainnya.
Pada kegiatan pencucian pasir kuarsa ini, limbah cair yang dihasilkan akan dialirkan
melalui saluran/parit drainase yang mengelilingi area washing plant masuk ke kolam
pengendapan untuk selanjutnya masuk kembali ke dalam kolam penampungan air produksi.
Endapan lumpur di kolam pengendapan akan diangkat/ diambil setiap dua hari sekali.
Dengan demikian proses pencucian pasir kuarsa berpotensi menghasilkan limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat kegiatan pencucian pasir kuarsa berupa serasah tanaman,
bebatuan, dan mineral tanah (selain kuarsa) dari endapan lumpur. Prosentase limbah padat
diprakirakan mencapai ± 25,32 % dari total bahan baku pasir kuarsa yang diangkut dari lokasi
tambang. Limbah padat ini akan diangkut setiap harinya secara berkala dari bak penampungan
ke stockpile khusus limbah tailing sehingga bak penampungan tersebut dapat menampung
limbah produksi secara optimal. Limbah padat akan disimpan stockpile khusus limbah tailing
(selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan reklamasi lahan tambang pada tahap operasional).
Untuk menghemat penggunaan air dan dalam rangka mengendalikan pencemaran air ke
badan perairan umum, maka limbah cair akan disirkulasikan secara tertutup untuk diolah
terlebih dahulu (diendapkan dan disaring) dan digunakan kembali dalam proses pencucian
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.5. (Neraca Air). Kegiatan pencucian pasir kuarsa di
washing plant dapat dilihat pada Gambar 1.12.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-24


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Sakan Rotary Screen

Hydrocyclone Bak Penampungan

Stockpile Pasir Kuarsa Limbah Padat


Gambar 1.12. Ilustrasi Proses Pencucian Pasir Kuarsa di Washing Plant oleh PT. Bintang
Delapan Enam

Bahan Pasir Kuarsa dari


Lokasi Tambang

± 5418 m3/hari

Proses Pencucian

di Washing Plant

± 300 m3/hari ± 118 m3/hari

Pasir Kuarsa Bersih Limbah Padat


Di Stockpile (Bahan Pengotor : Partikel Tanah Non-
Kuarsa, Batu Kerikil, Bahan Organic dari
Tumbuhan)

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-25


Diangkut ke Terminal
Khusus Digunakan untuk
Reklamasi
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.13. Material Balance Pencucian Pasir Kuarsa di Washing Plant

d) Operasional Workshop dan Genset


Kondisi alat-alat berat dan kendaraan angkutan harus dapat bekerja dengan optimal
sesuai dengan fungsinya, karena merupakan faktor produksi yang memegang peranan penting
dalam proses penambangan pasir kuarsa selain faktor sumberdaya manusia. Nilai investasi alat-
alat berat dan kendaraan angkutan cukup tinggi, sehingga diperlukan perawatan dan
pemeliharaan peralatan secara berkala dan rutin.
Untuk melaksanakan perawatan dan pemeliharan peralatan maka PT. Bintang Delapan
Enam melaksanakan kegiatan perbengkelan untuk pemeriksaan dan pemeliharaan alat-alat
berat, pemeliharaan peralatan tambang, alat angkutan dan genset secara rutin dan berkala agar
kondisinya selalu siap pada saat diperlukan. Kegiatan tersebut dilakukan di bengkel (workshop)
yang berada di lokasi basecamp instalasi pencucian pasir kuarsa. Aktivitas di bengkel dilakukan
untuk perawatan dan perbaikan alat-alat operasional yang rusak seperti mesin pompa air dan
lain sebagainya.
Disamping kegiatan perbengkelan, PT. Bintang Delapan Enam juga akan
mengoperasikan 1 unit genset dengan kapasitas 60 kVA untuk kebutuhan energi listrik bagi
operasional kantor, penerangan dan perbengkelan di lingkungan basecamp. Bangunan bengkel
dilengkapi dengan gudang tempat penyimpanan oli/minyak pelumas, lantai gudang dibuat
permanent dan kedap air serta agak miring ke arah oil trap agar dapat menampung ceceran
minyak dan oli pelumas di parit keliling. Tangki penyimpanan BBM solar terbuat dari plat besi
sebanyak 1 (satu) unit dengan kapasitas 10.000 liter. Tata cara penyimpanan BBM untuk
kebutuhan operasional tambang harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Lantai untuk
dudukan tangki tersebut dibuat kedap air dari bahan beton cor serta parit keliling untuk
menghindari ceceran BBM dan limpasan air hujan.
Limbah cair seperti oli/pelumas bekas dan ceceran BBM (solar) yang dihasilkan dari
perbaikan dan pemeliharaan kendaraan, alat-alat berat dan operasional genset akan ditangani
PT. Bintang Delapan Enam berdasarkan Standard Operasional Procedure (SOP) dengan
mengacu kepada Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
B3. Untuk menangkap BBM dan/atau oli yang tertumpah akan digunakan oil trap (Gambar
1.14.).

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-26


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.14. Ilustrasi Sistem Oil Trap untuk Menangkap Ceceran BBM dan Oli di Sekitar
Workshop dan Ruang Genset.

e) Corporate Social Responsibility (CSR)


Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, pada Pasal 74 disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan tersebut dan sebagai wujud kepedulian
terhadap kondisi sosial dan lingkungan, maka PT. Bintang Delapan Enam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan pemberdayaan
masyarakat atau community development merupakan bagian dari visi-misi perusahaan dalam
upaya mewujudkan tanggung jawab sosialnya. Program ini memiliki tujuan untuk mendorong
prakarsa, inisiatif dan semangat keswadayaan masyarakat untuk mengembangkan kapasitas
sumberdaya manusia serta kemampuan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan potensi
sumberdaya alam dan lingkungannya secara berkelanjutan . Serta dalam rangka mendukung
program pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang diantaranya adalah
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat,
kualitas lingkungan hidup dan pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata
kelola. Seperti diketahui, terdapat 17 tujuan pembangunan SDGs, yakni tanpa kemiskinan, tanpa
kelaparan, kesehatan yang baik, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan
sanitasi, energi bersih dan terjangkau, pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak,
mengurangi kesenjangan. Selanjutnya, industri, inovasi dan infrastruktur, keberlanjutan kota
dan komunitas, konsumsi dan produksibertanggungjawab, aksi terhadap iklim, kehidupan
dibawah laut, kehidupan didarat, institusi peradilan yang kuat dan kedamaian, dan kemitraan
untuk mencapai tujuan. Dan diharapkan program CSR yang direncanakan oleh perusahaan
dapat mendukung program pemerintah terhadap rencana SDGs.
Cakupan bidang kegiatan yang menjadi sasaran program community development adalah
(a) peningkatan kapasitas pengelolaan usaha bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan yang terintegrasi dengan industri pengolahan hasilnya; (b) peningkatan kapasitas
sarana prasarana sosial dan fasilitas umum; (c) peningkatan kapasitas partisipasi dan dinamika
kelembagaan masyarakat dalam perlindungan dan pelestarian budaya dan lingkungan hidup, dan
(d) pembangunan sarana dan prasarana sanitasi masyarakat. Selain itu, bentuk CSR PT. Bintang
Delapan Enam kepada masyarakat Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam yaitu
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-27
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

dalam kegiatan operasional penambangan, perusahaan akan bermitra dengan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDES).
Rumusan bentuk kegiatan dalam rangka implementasi program community development
digali secara musyawarah dengan melibatkan peran serta komponen masyarakat, aparat desa
dan muspika. Beberapa bentuk kegiatan program community development yang dapat
dikembangkan, meliputi :
(1) Pengembangan Usaha Pertanian dan Perkebunan Intensif, melalui program pembinaan
dan pemberian bantuan sarana pertanian dan perkebunan melalui metode kelompok
tani terutama bagi masyarakat yang terkena pembebasan lahan. Seperti pemberdayaan
masyarakat Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam dalam pembibitan
tumbuhan yang akan dimanfaatkan dalam kegiatan reklamasi seperti kelapa, aren
(untuk kawasan pertambangan) dan vegetasi hutan seperti sesapu, gelam, perepat
untuk kawasan hutan produksi.
(2) Pengembangan Usaha Peternakan dan Perikanan Air Tawar, melalui program
pembinaan dan pemberian bantuan sarana peternakan dan perikanan air tawar. Usaha
ini dapat diprioritaskan pada lokasi bekas tambang agar dapat lebih produktif untuk
lahan usaha bagi masyarakat dalam bentuk kelompok tani .
(3) Pengembangan Aktifitas Perekonomian Lokal, melalui program : pembentukan
kelompok usaha atau koperasi, pelatihan keterampilan, pemberian bantuan bimbingan
teknis dan pemasaran usaha yang berbasis sumberdaya lokal seperti pengrajin minyak
kelapa, kucai, aren, lidi dan lain-lain yang berupa potensi awal masyarakat lokal
dengan melibatkan BUMDES setempat.
(4) Pembangunan Fasilitas Umum, melalui program : bantuan pembangunan dan
rehabilitasi fasilitas umum seperti sarana peribadatan, sarana sanitasi (seperti sarana
WC Umum/Jamban) dan sarana pendidikan. Setelah kegiatan berakhir (pasca
penambangan), pengelolaan fasilitas umum ini akan diserahkan kepada pemerintah .
(5) Pembinaan Aktifitas Sosial Budaya, melalui program : pembinaan kebudayaan
setempat, pembinaan karang taruna, pelayanan kesehatan, serta bantuan peralatan
olahraga.
(6) Pelestarian Sumberdaya Alam, melalui program : pelatihan teknis pengelolaan dan
pelestarian sumberdaya alam serta bantuan jenis-jenis tanaman setempat yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi.
(7) Bantuan Langsung kepada Penduduk Kurang Mampu, misalnya : bantuan raskin,
bantuan langsung tunai ataupun pembangunan rumah layak huni .

f) Reklamasi Lahan
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 07 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pasca-tambang pada kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara, yang dimaksud dengan reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang
tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya. Pelaksanaan
reklamasi akan dilakukan pada lahan terganggu akibat kegiatan usaha pertambangan, yang
meliputi lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang yang tidak digunakan lagi.
Lahan di luar bekas tambang diantaranya adalah timbunan tanah penutup, timbunan bahan
baku/produksi, jalan transportasi, kantor dan perumahan. Pelaksanaan reklamasi pada lahan
terganggu akan dilakukan langsung (setiap tahun) setelah tidak ada kegiatan usaha
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-28
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

pertambangan pada blok kerja tersebut, sehingga tidak harus menunggu semua blok kerja
tambang selesai ditambang. Adapun dasar-dasar dalam pelaksanaan reklamasi kegiatan
pertambangan yang berada dalam kawasan hutan antara lain :
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2010 tentang penggunaan kawasan
hutan yang pada pasal 5 ayat (1) bahwa penggunaa kawasan hutan untuk kegiatan
pertambangan di dalam kawasan hutan produksi dapat dilakukan penambangan
dengan pola pertambangan terbuka, dan pada pasal 6 ayat (1) disebutkan bahwa
penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan
hutan.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 61 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
 Peraturan Pemerintah RI Nomor 105 Tahun 2015 tentang Penggunaan Kawasan
Hutan.
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dam Kehutanan RI Nomor 27 Tahun 2018
tentang Pedoman Pinjam Pakai.
Kegiatan penambangan pasir kuarsa yang dilaksanakan dengan teknik penambangan
terbuka (open pit mining) akan meninggalkan bekas galian yang cukup luas dan dalam. Dampak
ini sudah diantisipasi oleh PT. Bintang Delapan Enam, sehingga sudah ada upaya mitigasi pada
saat kegiatan stripping dan penambangan berlangsung, yaitu sebagian dengan
pengisian/penimbunan kembali areal bekas tambang dengan menggunakan hasil kupasan tanah
pucuk dan tanah penutup dari lokasi tambang dan menimbun kemali dengan akar-akar pohon
yang berada dari dumping area. Dan karena tanah penutup dan akar-akar pohon yang berada di
dumping area tidak mencukupi semua untuk menimbun area bekas tambang maka diperkirakan
sebagian areal eks tambang tidak dapat diratakan kembali seperti kondisi semula sehingga areal
eks tambang yang berupa cekungan dan tidak ditimbun kembali akan dimanfaatkan untuk
kegiatan lain, contohnya untuk tambak budidaya ikan tawar atau pembuatan kolam air sebagai
penampung air hujan pada musim kemarau di areal bekas tambang.
Salah satu tujuan reklamasi lahan bekas tambang adalah untuk mengurangi dampak
negatif akibat dari kegiatan penambangan. Sebagaimana dikemukakan terdahulu, kegiatan
penambangan pasir kuarsa yang dilaksanakan dengan teknik penambangan terbuka (open pit
mining) akan menimbulkan dampak berupa bekas galian yang cukup luas dan dalam.
Permukaan tanah pada bekas galian pasir kuarsa akan berkurang ketinggiannya minimal sebesar
tinggi kolom pasir kuarsa yang ditambang (1 – 3 meter). Hal ini menyebabkan tanah tersebut
cenderung tergenang air sehingga menimbulkan dampak terhadap tingkat produktifitas lahan
bekas tambang tersebut.
Total luasan yang akan direklamasi adalah seluas lahan yang akan ditambang (luas IUP
Eksplorasi adalah 17 Ha Kawasan Pertambangan dan 605 Ha Kawasan Hutan Produksi).
Namun untuk luas areal yang tidak bisa di revegetasi karena keterbatasan tanah penutup akan
dibuat sebagai kolong akhir. Kolong akhir digunakan untuk kolam budidaya ikan air tawar dan
penampungan air di musim kemarau.
Kolong akhir yang terbentuk pada pasca tambang tersebut merupakan kolong muda
(berusia di bawah 20 tahun). Kolong-kolong ini mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
kembali, salah satunya sebagai kolam budidaya ikan air tawar. Namun, sebelum digunakan
sebagai kolam budidaya ikan air tawar, terlebih dahulu dilakukan pengelolaan/treatment tertentu
terhadap kolong-kolong tersebut untuk menurunkan kandungan logam dan menaikkan pH nya.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-29


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Setelah parameter air kolong tersebut cocok dengan parameter hidup ikan air tawar tertentu,
baru dapat digunakan.
Salah satu treatment yang akan digunakan perusahaan utnuk menurunkan logam berat
pada kolong-kolong akhir yang akan digunakan sebagai kolam budidaya air tawar yaitu
penggunaan kompos. Kompos meminimalisasi logam berat dengan cara pertukaran ion,
adsorpsi dan chelate. Substansi humus (asam fulvat, asam humat dan humin) mampu
mengadsorpsi kompleks logam berat melalui pertukaran ion, pembentukan chelate dan ikatan
elektrostatik (Hermana dan Nurhayati, 2010 ; Valls dan Hatton, 2003). Selain mampu
meminimalisasi logam berat, kompos ternyata juga mampu menaikkan pH air yang asam
(Prasetiyono, 2012). Terdapat beberapa macam kompos yang akan digunakan yaitu kompos
batang pisang (Musa sp) dengan kompos daun api-api (Avicennia sp).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyono (2015), kolong sebagai air
yang tercemar logam berat Pb dan pH airnya rendah mampu diatasi dengan menggunakan
kompos batang pisang. Dosis terbaik kompos untuk meminimalisasi kandungan logam berat Pb
dan menaikkan pH air asam adalah 9 gr/liter. Sedangkan berdasarkan penelitian Prasetiyono
(2015) kompos daun api-api (Avicennia sp) dapat menurunkan logam berat timbal (Pb) pada
media budidaya ikan sebesar lebih dari 87% dan juga dapat meningkatkan pH air yang asam.
Objek penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyono pada tahun 2012 dan 2015 tersebut adalah
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Selain dengan menggunakan kompos, ada pula
treatment lain yang dilakukan oleh Chyntia dkk (2010) yang menyatakan bahwa passive
treatment dengan menggunakan batu kapur dan tanaman air Eichornia sp dan Lepironia sp
dapat meningkatkan pH dari 2,8 menjadi 7, penyisihan sulfat mencapai 67-90%, penyisihan
logam Fe mencapai 100% dan penuisihan Al 93-97%.
Ruang lingkup reklamasi yang akan dilaksanakan PT. Bintang Delapan Enam meliputi
tahapan kegiatan sebagai berikut :
(1) Inventarisasi lokasi reklamasi
Inventarisasi lokasi yang akan direklamasi dilakukan apabila sudah ada laporan dari
bagian produksi bahwa pada suatu blok strip sudah selesai ditambang dan kegiatan
penambangan akan melangkah ke blok strip berikutnya. Untuk mengetahui lokasi-lokasi
bekas penambangan yang akan direklamasi, maka Staff Teknis Reklamasi PT. Bintang
Delapan Enam akan menginventarisasi seluruh galian bekas tambang pada blok strip yang
sudah selesai ditambang. Hal ini diperlukan untuk mengetahui lokasi, luas dan kedalaman
dan jaringan jalan yang sudah ada. Data tersebut akan sangat dibutuhkan sebagai bahan
untuk menyusun perencanaan reklamasi.
(2) Penetapan lokasi reklamasi
Tidak semua areal/lubang bekas tambang (kolong) akan langsung direklamasi karena
kadang-kadang ada sebagian dari kolong tersebut yang dapat dimanfaatkan terlebih dahulu
sebagai kolam penampungan air tirisan tambang di lokasi yang berada di dekatnya. Oleh
karena itu Staff Teknis Reklamasi bersama-sama Kabag Produksi PT. Bintang Delapan
Enam menetapkan lokasi-lokasi mana yang akan diprioritaskan untuk segera direklamasi
dan lokasi mana yang akan ditunda terlebih dahulu. Dalam penetapan lokasi reklamasi akan
dipilih/diprioritaskan terlebih dahulu bekas galian yang tidak /belum berair, dan selanjutnya
kolong berair dimana hal ini akan membedakan metode penimbunan yang akan
dilaksanakan.
(3) Perencanaan reklamasi

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-30


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Agar dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi dapat dikendalikan dengan efektif dan
efisien, maka sebelum pelaksanaannya perlu dibuat perencanaan yang cermat dan matang.
Secara garis besar beberapa hal yang perlu direncanakan adalah :
(a) Penghitungan volume kolong bekas tambang yang akan direklamasi
(b) Asal tanah yang akan digunakan untuk reklamasi
(c) Penyusunan rancangan reklamasi, ada 3 (tiga) hal pokok yang akan
direncanakan yaitu meliputi :
 Teknik penimbunan kembali (back filling) : penimbunan langsung menggunakan
tanah hasil stripping dari lokasi tambang berikutnya atau dengan tailing dari
penambangan berikutnya.
 Penyiapan lahan, pengaturan bentuk lahan (land scaping), pengendalian erosi dan
sedimentasi, pengelolaan lapisan olah (topsoil)
 Teknik revegetasi : jenis dan jumlah bibit yang diperlukan, jarak tanam, teknik
penanaman, dan pemeliharaan.
(4) Pelaksanaan reklamasi
Dalam pelaksanaan reklamasi ini tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi :
(a) Penyiapan lahan
Kegiatan penyiapan lahan pada dasarnya adalah penimbunan kembali (back
filling) pada bekas galian tambang yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk
direklamasi. Bahan untuk penimbunan bekas galian berasal dari tanah kupasan
(overburden) pada saat stripping di lokasi penambangan berikutnya. Pada bagian
atasnya ditutup dengan topsoil yang sebelumnya sudah disimpan di dumping area.
(b) Pengaturan bentuk lahan (land scaping)
Bentang alam lokasi rencana kegiatan sebelum ditambang adalah umumnya
berupa dataran, sehingga setelah dilakukan penimbunan kembali (back filling), areal
bekas tambang harus datar sedemikian rupa mendekati kondisi awalnya. Apabila ada
bagian yang tidak dapat ditimbun misalnya karena kekurangan tanah untuk
penimbunan, maka permukaan lahan dibentuk sedemikian rupa agar batas antara
timbunan dengan tanah asal disekitarnya tidak membentuk seperti patahan melainkan
dibentuk seperti bergelombang atau dibuat sengkedan atau tersaring agar tanah tidak
mudah longsor atau tererosi jika turun hujan.
(c) Pengendalian erosi dan sedimentasi
Pada tanah hasil reklamasi sesegera mungkin ditanami dengan jenis tanaman
penutup tanah (cover crop) dari golongan Leguminoceae seperti jenis Pueraria
javanica (PJ), Centrocema pubescens (CP) dan Calopogonium muconoides (CM).
Sedangkan untuk mengendalikan sedimentasi di perairan umum terdekat, maka bekas
galian yang berada paling rendah atau paling dekat dengan badan sungai tidak ditimbun
kembali dan dijadikan sebagai kolam pengendapan aliran permukaan sebelum sampai
ke perairan sungai.
Untuk mengendalikan genangan air pada lokasi yang rendah maka dibuat
saluran air berupa parit – parit non permanen secara terpadu yang dialirkan menuju
kolam pengendapan sebelum dialirkan ke perairan sungai. Parit – parit tersebut dibuat
sedemikian rupa mengikuti kontur lahan eks tambang setelah dilakukan penimbunan

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-31


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

kembali (backfilling). Umumnya pembuatan parit – parit tersebut dapat dibuat


mengikuti batas – batas blok tambang dan strip blok. Pembuatan parit tersebut
dilakukan secara bertahap mengikuti perkembangan penambangan.
(d) Pengelolaan lapisan olah (topsoil)
Lapisan paling atas dari areal reklamasi adalah topsoil yang mengandung bahan
organik (humus). Hal ini dimaksudkan agar vegetasi yang tumbuh di atasnya nanti
dapat tumbuh dengan subur. Pada lokasi untuk lubang tanam dibuat gundukan bahan
organic sehingga lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. Pada saat menjelang awal musim
hujan, di areal tambang yang sudah ditebar top soil segera ditanami dengan jenis
tanaman penutup tanah (cover crop) dari golongan Leguminoceae seperti jenis Pueraria
javanica (PJ), Centrocema pubescens (CP) dan Calopogonium muconoides (CM) untuk
mempercepat penutupan tanah dan mencegah erosi tanah .
(5) Revegetasi
Untuk mempercepat pemulihan areal bekas tambang, serta untuk memperkecil
tingkat erosi tanah dan menciptakan iklim mikro yang lebih baik, maka pada areal yang
telah siap tanam (sudah dibuat lubang tanam ± 10 hari) maka akan segera ditanami
dengan jenis tanaman yang sesuai dengan peruntukan lahan tersebut. Pemilihan jenis
tanaman revegetasi dapat disesuaikan dengan jenis-jenis tanaman yang dapat tumbuh
pada kondisi lahan tersebut seperti tanaman jenis lokal yang sudah terbukti dapat
tumbuh di lokasi reklamasi di kawasan pertambangan seperti Kelapa, Aren, sedangkan
di Kawasan Hutan produksi seperti Sesapu, Sekuncung, Perepat dan Gelam atau jenis
tanaman yang bernilai ekonomis lainnya. Revegetasi dilakukan terhadap sebagian area
pit penambangan, area dumping, dan area di bagian pinggir jalan tambang. Total luasan
yang akan direvegetasi seluas lahan yang akan ditambang nantinya baik dikawasan
pertambangan maupun di kawasan hutan produksi.
(6) Pemeliharaan.
Kegiatan pemeliharaan tanaman dilaksanakan secara rutin dan terus menerus.
Pemeliharaan pada tahun pertama adalah meliputi kegiatan : penyulaman, penyiangan,
pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Setelah sebulan
dari penanaman dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati dan tanaman yang
diperkirakan akan mati. Penyulaman dapat dilakukan beberapa kali selama masih ada
hujan sampai tanaman yang tumbuh mencapai 100%. Pupuk yang akan digunakan
adalah pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik lainnya
(NPK, Dolomit).

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-32


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Gambar 1.15. Lay Out Situasi Rencana Reklamasi

4) Tahap Pasca Operasional


Pada tahap akhir kegiatan penambangan pasir kuarsa di wilayah tersebut, maka pihak
perusahaan akan melaksanakan kegiatan :
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-33
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

a) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Dengan berakhirnya kegiatan operasional penambangan Pasir Kuarsa, maka PT. Bintang
Delapan Enam akan melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan. Rasionalisasi
tenaga kerja ini harus dilakukan sekalipun sangat tidak diharapkan oleh karyawan. Hal ini
mengingat kegiatan perusahaan sudah selesai sehingga semua aktivitas akan dihentikan.
Pelaksanaan kegiatan ini akan disesuaikan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku
pada Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia seperti Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan PHK dan Penetapan
Uang Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Kerugian di Perusahaan.
b) Penutupan Tambang
Penyelesaian tambang adalah sasaran dari penutupan tambang. Tambang yang telah
selesai berarti telah mencapai keadaan di mana kepemilikan kuasa penambangan dapat
dikembalikan dan tanggung jawab lahan diterima oleh pengguna lahan berikutnya. Sebelum
penutupan tambang, tentu permasalahan serta kewajiban dan tanggung jawab harus telah selesai
dilaksanakan. Adapun program kegiatan yang dilakukan PT. Bintang Delapan Enam antara lain,
demobilisasi peralatan dan pembongkaran fasilitas penunjang, reklamasi lahan fasilitas
penunjang, pemeliharaan dan pemantauan serta peneyerahan areal pada Pemerintah.
(1) Demobilisasi Peralatan dan Pembongkaran Fasilitas Penunjang
Demobilisasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi tempat
kerja menjadi kondisi saat pekerjaan belum dimulai, termasuk di dalamnya berupa
pemindahan instalasi alat, peralatan, perlengkapan dan lain-lain yang digunakan dalam
kegiatan penambangan dan pencucian pasir kuarsa. Perusahaan akan melakukan
pembongkaran fasilitas sarana dan prasarana penunjang, serta peralatan tambang
lainnya yang akan dipindahkan dari wilayah IUP. Pembongkaran akan dilakukan secara
manual dengan menggunakan peralatan kerja berupa alat las, takel dan alat angkat
(backhoe). Untuk fasilitas penunjang berupa bangunan dan jalan, akan dilakukan
konsultasi pada para stackholder, baik itu dari pemerintah ataupun masyarakat untuk
peralihan kepentingan penggunaannya.
(2) Reklamasi Lahan Bekas Fasilitas Penunjang
Reklamasi lahan bekas fasilitas penunjang adalah kegiatan mereklamasi lahan yang
semula digunakan utnuk membangun fasilitas penunjang dalam kegiatan penambangan
pasir kuarsa. Biasanya kegiatan reklamasi lahan bekas fasilitas penunjang dilakukan
setelah kegiatan reklamasi lahan tambang telah dilakukan (secara rinci dapat dilihat
pada Gambar 1.15 tentang rencana reklamasi penambangan). Kegiatan reklamasi pada
lahan bekas fasilitas penunjang sama dengan kegiatan reklamasi pada lahan bekas
tambang seperti kegiatan penyelesaian tambang dengan terlebih dahulu melakukan
kegiatan perataan tanah menggunakan bulldozer. Setelah tanah diratakan, akan
ditaburkan tanah penutup dan tanah pucuk diatasnya. Lahan yang telah direklamasi
selanjutnya akan dilakukan revegetasi dan pemeliharan seperti reklamasi lahan bekas
tambang.

(3) Pemeliharaan dan Pemantauan


Kegiatan pemeliharaan dan pemantauan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting pada perencanaan penutupan tambang. Kegiatan pemeliharaan dan pemantauan
ini telah mulai dilakukan selama proses penambangan masih berlangsung sampai pada

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-34


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

tahap penutupan tambang. Kegiatan dilakukan terhadap tapak bekas tambang, serta
lahan bekas fasilitas penunjang lainnya. Pemantauan penutupan tambang meliputi;
pemantauan kestabilan fisik (termasuk di dalamnya kestabilan lereng, keamanan
bangunan pengendali erosi dan sedimentasi, penimbunan material penutup, serta
fasilitas lain); air permukaan dan air tanah (kualitas air sungai, air sumur di sekitar
lokasi bekas tambang, sumur pantau, air kolam bekas tambang dll); flora dan fauna
(akuatik dan terestrial); sosial dan ekonomi (demografi, mata pencaharian, kesehatan,
pendidikan, dan lain-lain).
(4) Penyerahan Areal pada Pemerintah
Pengembalian lahan dilakukan setelah menyelesaikan kewajiban-kewajiban yang harus
dilakukan. Dalam hal ini perusahaan akan menyerahkan lahan kepada Pemerintah,
dalam kondisi segala tanggung jawab perusahaan baik terhadap lingkungan, sosekbud,
pemerintah, dan lain-lain, terselesaikan dengan baik.

B. RINGKASAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK YANG DITELAAH ATAU


DIKAJI

1. Hasil Identifikasi Dampak Potensial


Untuk melihat hubungan sebab akibat (causative effect) antara rencana usaha dan/atau
kegiatan dengan lingkup rona lingkungan hidup awal yang potensial terkena dampak, maka
digunakan matriks interaksi sederhana. Berdasarkan metode tersebut maka hasil identifikasi
dampak potensial rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam adalah seperti yang disajikan pada Tabel 1.7.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-35


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Tabel 1.7. Matriks Hasil Identifikasi Dampak Potensial Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Tahapan Kegiatan
Keterangan
No Komponen Lingkungan Hidup Pra konstruksi Konstruksi Operasional Pasca Ops
P1 P2 P3 P4 K1 K2 K3 O1 O2 O3 O4 O5 O6 PO1 PO2
A Komponen Fisik – Kimia :                        
1. Iklim Mikro X X X P1 : Perizinan
2. Laju Aliran Permukaan (Run-off) & Sedimentasi X X X X P2 : Survei Teknis
3. Kualitas Udara X X P3 : Sosialisasi Rencana Kegiatan
4. Kebisingan X X P4 : Pembebasan Lahan
5. Kualitas Air Permukaan X X X X X K1 : Rekrutmen tenaga kerja
6. Sampah dan Limbah B3 X K2 : Mobilisasi Peralatan dan Material
7. Perubahan bentang lahan X X K3 : Pembangunan Sarana Prasarana Tambang
8. Produktifitas Lahan X X O1 : Penyiapan Lahan
9. Potensi Kebakaran Lahan X O2 : Penambangan
B Komponen Biologi O3 : Pencucian Hasil Tambang
1. Populasi Vegetasi X X X O4 : Operasional Workshop dan Genset
2. Kualitas Habitat dan Populasi Satwaliar X X X O5 : Corporate Social Responsibility (CSR)
3. Biota Perairan X X X X X O6 : Reklamasi Lahan
C Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya PO1 : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
1. Persepsi dan Sikap Masyarakat X X X X PO2 : Penutupan Tambang
2. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha X X
3. Perekonomian lokal X X X : Dampak Potensial
4. Fasilitas Umum X
5. Lalulintas Kendaraan X X
6. Konflik Kepentingan X
D Komponen Kesehatan
1. Kesehatan Masyarakat X

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-36


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Berdasarkan hasil identifikasi dampak potensial di atas, maka diperoleh sebanyak 19


(sembilan belas) dampak potensial, yaitu :
a) Komponen Fisik-Kimia :
(1) Perubahan iklim mikro,
(2) Peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi,
(3) Penurunan kualitas air permukaan,
(4) Penurunan kualitas udara,
(5) Peningkatan kebisingan,
(6) Peningkatan sampah dan limbah B3,
(7) Perubahan bentang lahan,
(8) Perubahan produktifitas lahan,
(9) Adanya potensi kebakaran lahan.
b) Komponen Biologi :
(1) Hilang/berkurangnya vegetasi,
(2) Penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar,
(3) Penurunan biota perairan.
c) Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya :
(1) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat (positif maupun negatif),
(2) Peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha,
(3) Peningkatan perekonomian lokal,
(4) Perbaikan fasilitas umum,
(5) Peningkatan gangguan lalulintas.
(6) Konflik Kepentingan lahan
d) Komponen Kesehatan :
(1) Gangguan kesehatan masyarakat.

2. Hasil Evaluasi Dampak Potensial


Metode yang digunakan untuk melakukan evaluasi dampak potensial ini adalah dengan
menggunakan matriks interaksi kelompok dalam Tim Studi ANDAL. Kriteria yang digunakan
dalam mengevaluasi dampak potensial terdiri dari empat pertanyaan (Deputi Bidang Tata
Lingkungan Kepmen LH, 2007), yaitu:
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai
ekologis)?
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut?
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak
tersebut?
Proses evaluasi dampak potensial dapat dilihat pada Tabel 1.8. Berdasarkan hasil evaluasi
dampak potensial tersebut sebagaimana telah diuraikan di dalam dokumen KA-ANDAL, pada
akhirnya menghasilkan dampak penting hipotetik (DPH) akibat adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam. Hasil evaluasi dampak potensial
menjadi DPH yang dikaji dalam dokumen ANDAL dapat dilihat pada Tabel 1.9.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-37


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Tabel 1.8. Evaluasi Dampak Potensial Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam.
Rencana Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan Tidak menimbulkan dampak potensial
- - - - - - - - -
terhadap lingkungan hidup
2. Survei Teknis Tidak menimbulkan dampak potensial
- - - - - - - - -
terhadap lingkungan hidup
3. Sosialisasi - Melalui pertemuan - Pemukiman - Perusahaan harus Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Ya Ya Tdk Ya
Rencana langsung dengan penduduk Desa memprioritaskan masyarakat yang cenderung bersifat
Kegiatan melibatkan Aparat Simpang Pesak dan menyerap tenaga kerja positif (sebagai dampak primer dari
Desa dan Instansi Desa Tanjung Batu lokal dalam operasional keterbukaan informasi oleh
terkait lainnya. Itam. penambangan pasir perusahaan kepada masyarakat dan
kuarsa sesuai dengan adanya dampak – dampak positif
kualifikasi yang yang dapat diberikan kepada
dibutuhkan perusahaan. masyarakat serta perencanaan
- Perusahaan diminta perusahaan dalam mengatasi
terus berkoordinasi kemungkinan dampak negatif yang
dengan pemerintah desa dapat terjadi terhadap lingkungan
setempat selama sehingga tidak merugikan
kegiatan operasional masyarakat).
berlangsung.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
- Diminta perusahaan
mengatasi apabila terjadi
konflik sosial atau
gesekan dengan kegiatan
tambang masyarakat
sekitar dan mencari
solusi dalam mengatasi
konflik tersebut.
- Perusahaan harus
memiliki komitmen
dalam melaksanakan

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-38


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
operasional
penambangan seperti
membuat sistem
sirkulasi air agar limbah
tidak mencemari sungai,
melakukan reklamasi
sesegera mungkin tidak
menunggu izin
penambangan berakhir
dan membayaran hak-
hak/gaji karyawan tepat
waktu.
- Setelah menambang
perusahaan wajib segera
dilakukan kegiatan
reklamasi, diminta
perusahaan serius dalam
melaksanakan reklamasi
dan bisa bekerjasama
dengan pihak lain dan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
4. Pembebasan Jika terdapat lahan - Pemukiman Di dalam lokasi rencana Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Lahan hak milik masyarakat penduduk Desa usaha dan/atau kegiatan masyarakat (sebagai dampak primer
atau pihak lain, maka Simpang Pesak dan merupakan lahan milik sebagai respon dari kesepakatan
penyelesaian Desa Tanjung Batu negara (Hutan Produksi), antara pihak pemilik lahan dan
permasalahan lahan Itam. dan lahan masyarakat. perusahaan, bisa bersifat positif
melalui kesepakatan maupun negatif).
antara perusahaan
dengan pihak pemilik
lahan dengan
mengacu pada
ketentuan yang
berlaku.
B. Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen Memaksimalkan - Pemukiman - Perusahaan harus Masyarakat Peningkatan kesempatan kerja dan Ya Ya Ya Tdk Ya
tenaga kerja tenaga kerja lokal dari penduduk Desa memprioritaskan peluang berusaha (sebagai dampak
angkatan kerja Simpang Pesak dan menyerap tenaga kerja primer dari adanya lapangan kerja
setempat. Desa Tanjung Batu lokal yang berasal dari dan peluang usaha baru).
Itam. desa setempat dalam
- Kegiatan operasional penambangan

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-39


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
penambangan pasir pasir kuarsa sesuai dengan
kuarsa oleh kualifikasi yang
perusahaan lain. dibutuhkan perusahaan.
- Berkoordinasi dengan
melibatkan Pemerintah
desa setempat dalam
proses rekrutmen tenaga
kerja dari daerah setempat.
Memaksimalkan - Pemukiman Kehadiran perusahaan Masyarakat Peningkatan perekonomian lokal, Ya Ya Ya Tdk Ya
tenaga kerja lokal dari penduduk Desa harus dapat dirasakan merupakan dampak sekunder akibat
angkatan kerja Simpang Pesak dan manfaatnya oleh peningkatan kesempatan kerja dan
setempat. Desa Tanjung Batu masyarakat sekitar. peluang berusaha.
Itam.

Penyelenggaraan Pemukiman penduduk Kehadiran perusahaan Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Ya Ya Tdk Ya
hubungan dan norma Desa Simpang Pesak harus dapat dirasakan masyarakat, merupakan dampak
kerja sesuai ketentuan dan Desa Tanjung manfaatnya oleh lanjutan dari peningkatan
yang berlaku. Batu Itam. masyarakat sekitar. perekonomian lokal (cenderung
bersifat positif).
2. Mobilisasi Menggunakan jasa - - Masyarakat Peningkatan gangguan lalulintas Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Peralatan dan pengawalan dari kendaraan (sebagai dampak primer
Material Polantas. dari adanya mobilisasi kendaaraan
pengangkut berupa dump truk dan
tronton yang memiliki badan lebar).
3. Pembangunan Letak dan luas area - - Lahan Hilang /berkurangnya vegetasi Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Sarana-prasarana untuk sarana- (sebagai dampak primer dari
Pendukung prasarana tambang pembersihan vegetasi untuk
Tambang sesuai dengan yang konstruksi jalan tambang serta
direncanakan. pembuatan sarana-prasarana
penunjang tambang lainnya).
Mengendalikan Kegiatan tambang - Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. pasir kuarsa oleh dampak sekunder dari
perusahaan lain. hilang/berkurangnya vegetasi yang
berfungsi menciptakan iklim mikro
yang lebih baik).
Mengendalikan - - Lahan dan air Peningkatan laju aliran permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. permukaan (run off) dan sedimentasi
(merupakan dampak sekunder akibat
hilang/ berkurangnya vegetasi
penutup tanah).

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-40


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak lanjutan akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada peningkatan laju aliran permukaan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi (run off) dan sedimentasi yang masuk
habitat ikan-ikan di ke dalam badan perairan umum
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi. /sungai).
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan tambang - Satwaliar Penurunan kualitas habitat dan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. timah (TI) oleh populasi satwaliar (merupakan
masyarakat, dampak sekunder akibat hilang/
- Kegiatan tambang berkurangnya vegetasi).
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota air (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari penurunan
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada kualitas air permukaan yang
masyarakat, kaitannya dengan kondisi merupakan habitat bagi biota
habitat ikan-ikan di perairan).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
C. Tahap Operasional
1. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan - Kegiatan tambang - Lahan Hilang /berkurangnya vegetasi Ya Ya Ya Ya Ya
Tambang untuk tambang hanya timah (TI) oleh (sebagai dampak primer dari proses
dilakukan pada areal masyarakat, pekerjaan pembersihan lahan yang
yang berpotensi untuk - Kegiatan tambang mengubah bentang alam menjadi
ditambang dan berada pasir kuarsa oleh lahan terbuka).
di luar kawasan perusahaan lain.
lindung setempat.
Penyiapan lahan - Kegiatan tambang - Lahan Adanya Potensi Kebakaran Lahan Ya Ya Ya Ya Ya
untuk tambang hanya pasir kuarsa oleh (merupakan dampak lanjutan dari
dilakukan pada areal perusahaan lain adanya sisa vegetasi yang ditebang
yang berpotensi untuk - Kegiatan masyarakat berupa ranting, daun, batang pohon
ditambang dan sisa yang berada di kering yang mudah terbakar terutama
tebangan di sekitar lokasi pada saat musim kemarau)
kumpulkan pada satu kegiatan seperti
lokasi (dumping membakar kayu dan
area). lainnya.
Mengendalikan Kegiatan tambang - Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. pasir kuarsa oleh dampak sekunder dari

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-41


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
perusahaan lain. hilang/berkurangnya vegetasi yang
berfungsi menciptakan iklim mikro
yang lebih baik).
Mengendalikan - Kegiatan tambang - Lahan dan air Peningkatan laju aliran permukaan Ya Ya Tdk Tdk Ya
dampak primernya. timah (TI) oleh permukaan (run off) dan sedimentasi
masyarakat, (merupakan dampak sekunder akibat
- Kegiatan tambang hilang/ berkurangnya vegetasi
pasir kuarsa oleh penutup tanah).
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (sebagai dampak sekunder dari
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada adanya peningkatan laju aliran
masyarakat, kaitannya dengan kondisi permukaan dan sedimentasi yang
habitat ikan-ikan di masuk ke badan air sungai).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
- Mengendalikan - Kegiatan tambang - Satwaliar Penurunan kualitas habitat dan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. timah (TI) oleh populasi satwaliar (sebagai dampak
- Memasang papan masyarakat, sekunder dari hilang/ berkurangnya
- Kegiatan tambang vegetasi penutup tanah yang berperan
peringatan dan
pasir kuarsa oleh penting dalam menjaga kualitas
himbauan untuk
perusahaan lain. habitat bagi satwaliar).
tidak melakukan
perburuan satwa.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari penurunan
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada kualitas air permukaan yang
masyarakat, kaitannya dengan kondisi mengakibatkan gangguan terhadap
habitat ikan-ikan di kelangsungan hidup biota air).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
2. Penambangan Membatasi kecepatan Pemukiman penduduk - Udara ambien Penurunan kualitas udara Ya Ya Ya Ya Ya
Pasir Kuarsa kendaraan pengangkut di Desa Studi. (merupakan dampak primer akibat
hasil tambang, baik kegiatan pengangkutan hasil tambang
dari lokasi tambang yang melalui jalan tanah).
menuju washing plant
dan selanjutnya dari
washing plant menuju
pelabuhan.
Membatasi kecepatan Pemukiman penduduk - Udara ambien Peningkatan kebisingan (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-42


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
kendaraan pengangkut di Desa Studi. dampak primer akibat suara bising
hasil tambang. dari pengoperasian alat berat dan
kendaraan angkutan (dumptruck).
Melakukan Kegiatan - Lahan Perubahan bentang lahan Ya Tdk Tdk Tdk Ya
penambangan dengan pertambangan pasir (merupakan dampak primer akibat
sistem strip blok oleh perusahaan lain pengambilan/pengerukan lapisan atas
sesuai perkembangan yang berada di sekitar (pasir) dengan kedalaman pengerukan
blok tambang lokasi tambang 1-2 m)
perusahaan.
Melakukan reklamasi - Kegiatan tambang Areal rencana tambang Lahan Penurunan produktifitas lahan Ya Ya Ya Tdk Ya
terhadap area bekas timah (TI) oleh merupakan lahan tidak (sebagai dampak primer dari kegiatan
tambang. masyarakat, produktif untuk pertanian. penggalian lapisan tanah yang
- Kegiatan tambang merubah bentang lahan dan
pasir kuarsa oleh menghilangkan lapisan tanah subur
perusahaan lain. /topsoil).

Memenuhi seluruh - Kegiatan penambangan Pemerintah dan Peningkatan perekonomian lokal Ya Ya Ya Tdk Ya
kewajiban finansial pasir kuarsa harus masyarakat (merupakan dampak primer akibat
yang terkait dengan bermanfaat bagi adanya pemenuhan kewajiban
hasil produksi sesuai pembangunan di desa. finansial perusahaan sesuai ketentuan
ketentuan yang yang berlaku dan diperhitungkan dari
berlaku. hasil tambang).
- Mengendalikan - Kegiatan pemukiman - Masyarakat Gangguan kesehatan masyarakat Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya, di Desa studi, (sebagai dampak primer dari adanya
- Melakukan reklamasi - Kegiatan tambang bekas lubang galian yang tergenang
terhadap lubang timah (TI) oleh air yang menjadi tempat
bekas tambang. masyarakat, perkembangbiakan vektor penyakit
berbasis lingkungan, serta dampak
- Kegiatan tambang sekunder dari menurunnya kualitas
pasir kuarsa oleh udara).
perusahaan lain.
- Mengurus izin - Kegiatan tambang - Perusahaan dan Konflik kepentingan lahan (Sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
pinjam pakai untuk timah (TI) oleh masyarakat dampak primer akibat lokasi IUP
kawasan hutan masyarakat, tambang pasir terdapat kegiatan
produksi sebelum - Kebun Masyarakat penambangan timah oleh rakyat)
melakukan
penambangan, - Kegiatan tambang
pasir kuarsa oleh
- Penambangan pasir perusahaan lain.
kuarsa dilakukan
setelah kegiatan
penambangan oleh
masyarakat berhenti.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-43


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)

3. Pencucian Hasil - Penggunaan air - Kegiatan tambang - Air permukaan Peningkatan laju aliran permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
Tambang pencucian timah (TI) oleh (run off)i dan sedimentasi (sebagai
disirkulasikan secara masyarakat, dampak primer akibat adanya stock
tertutup, - Kegiatan tambang pasir kuarsa di area stockpile yang
pasir kuarsa oleh terbawa aliran air hujan dan/atau air
- Pencegahan aliran yang disirkulasikan terlepas ke
permukaan di area perusahaan lain.
lingkungan dan masuk ke badan
stockpile masuk ke perairan umum).
badan perairan
umum.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak sekunder akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada aliran permukaan (run-off) dan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi sedimentasi masuk ke dalam perairan
habitat ikan-ikan di umum /sungai).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
  Biota Perairan Penurunan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak lanjutan dari penurunan
kualitas air permukaan yang
mengakibatkan terganggunya
kelangsungan hidup biota air).
4. Operasional Pemeliharaan genset - - Udara ambien Penurunan kualitas udara akibat Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Workshop dan secara berkala. peningkatan polutan udara berupa
Genset NOx, SOx, HC, partikulat dan
Pb(sebagai dampak primer dari
adanya operasional genset
menggunakan bahan bakar minyak
fosil, dimana akan menghasilkan
emisi yang dilepas ke udara ambien).
Genset ditempatkan di - - Pekerja Peningkatan kebisingan (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
ruang genset yang dampak primer akibat adanya suara
letaknya tidak terlalu bising dari mesin genset yang
dekat dengan mess digunakan).
karyawan.
- Sampah domestik - - Tanah dan air Peningkatan sampah dan limbah B3 Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
berupa limbah cair (merupakan dampak primer pada saat
yang dihasilkan perawatan sarana prasarana
dari MCK produksi).
karyawan di

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-44


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
lingkungan
basecamp akan
dikelola mengacu
pada Permen LHK
No.
P.68/Menlhk/Setje
n/Kum.I/8/2016
tentang Baku Mutu
Air Limbah
Domestik.
- Pengelolaan
sampah padat
domestik mengacu
pada PP RI No. 81
Tahun 2012
tentang
Pengelolaan
Sampah Rumah
Tangga dan
Sampah Sejenis
Sampah Rumah
Tangga.
- Pengelolaan
limbah B3
mengacu pada PP
RI No. 101 Tahun
2014 tentang
Pengelolaan
Limbah B3.
    Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (sebagai dampak sekunder akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada adanya limbah cair domestic dan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi limbah B3 berupa ceceran BBM
habitat ikan-ikan di dan/atau oli bekas yang masuk ke
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi. badan perairan umum penerima
pasir kuarsa oleh dampak).
perusahaan lain.
    Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota perairan (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari dampak
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada penurunan kualitas air permukaan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi yang akan mempengaruhi habitat dan
habitat ikan-ikan di kehidupan biota air).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-45


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
perusahaan lain.

5. Corporate Social Jenis program CSR Kegiatan perusahaan Program CSR harus tepat Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Ya Ya Tdk Tdk Ya
Responsibility ditentukan bersama lain, terutama sasaran dan dapat dirasakan masyarakat yang bersifat positif
masyarakat yang tambang pasir kuarsa. manfaatnya oleh (sebagai dampak primer dari adanya
menjadi sasaran masyarakat. pelaksanaan program CSR yang
program dan tetap manfaatnya dapat dipastikan
berkordinasi dengan dirasakan oleh masyarakat).
instansi terkait.
Perbaikan fasilitas umum (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primer dari pelaksanaan CSR
yang jenis programnya terkait dengan
perbaikan/ pengadaan fasilitas
umum).
6. Reklamasi Lahan - Penentuan jenis - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
tanaman reklamasi timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak dampak sekunder akibat
berkoordinasi dengan masyarakat, menunggu izin meningkatnya peran vegetasi hasil
instansi terkait dan - Kegiatan tambang penambangan berakhir reklamasi dalam menciptakan iklim
disesuaikan dengan pasir kuarsa oleh - Setelah menambang mikro yang lebih baik.
tempat tumbuh dan perusahaan lain. segera dilakukan
peruntukannya. kegiatan reklamasi
- Tanaman hasil dengan tanaman hutan
reklamasi dipelihara diharapkan bermitra
agar persentase dengan pemerintah desa
tumbuhnya setempat melalui
mendekati 100%. BUMDES.
Penirisan untuk - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Tanah dan air Penurunan laju aliran permukaan Ya Ya Tdk Tdk Ya
membuat saluran air timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak permukaan (run-off) dan sedimentasi
dari bekas lubang masyarakat, menunggu izin (merupakan dampak sekunder akibat
galian, sehingga tidak - Kegiatan tambang penambangan berakhir meningkatnya fungsi vegetasi
terjadi luapan aliran pasir kuarsa oleh - Setelah menambang penutup tanah dalam mengendalikan
pada saat terjadi perusahaan lain. laju run-off).
segera dilakukan
hujan.
kegiatan reklamasi
dengan tanaman hutan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, - Perusahaan harus Air permukaan Peningkatan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-46


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak lanjutan dari
timah (TI) oleh pencemaran air, karena menurunnya laju aliran permukaan
masyarakat, ada kaitannya dengan (run off) dan sedimentasi akibat
- Kegiatan tambang kondisi habitat ikan-ikan meningkatnya fungsi vegetasi
pasir kuarsa oleh di perairan wilayah penutup tanah).
perusahaan lain. studi.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.

Melakukan reklamasi Kegiatan - Melakukan reklamasi Lahan Perubahan bentang lahan Ya Tdk Tdk Ya Ya
tambang setiap blok pertambangan pasir sesegera mungkin tidak (merupakan dampak primer akibat
tambang yang telah oleh perusahaan lain menunggu izin penimbunan kembali (backfilling)
selesai ditambang yang berada di sekitar penambangan berakhir. lapisan atas dengan overburden dan
dengan metode back lokasi tambang - Setelah menambang topsoil dengan perkiraan ketebalan
filling dengan sistem perusahaan overburden dan topsoil berkisar 0,5-
segera dilakukan
strip blok sesuai 1m)
kegiatan reklamasi
perkembangan blok
dengan tanaman hutan
tambang.
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.

- Kegiatan reklamasi - Kegiatan pemukiman - Melakukan reklamasi Lahan Peningkatan produktifitas lahan Ya Ya Ya Tdk Ya
disesuaikan dengan penduduk Desa sesegera mungkin tidak (sebagai dampak primer dari lahan
karakteristik wilayah Simpang Pesak dan menunggu izin eks tambang yang ditimbun kembali
dan peruntukan Desa Tanjung Batu penambangan berakhir. dan dampak sekunder dari revegetasi
kawasan. Itam, - Setelah menambang yang secara perlahan dapat
- Mengendalikan - Kegiatan tambang segera dilakukan mengembalikan tingkat kesuburan
timah (TI) oleh kegiatan reklamasi tanah).
dampak primernya.
masyarakat, dengan tanaman hutan
- Kegiatan tambang diharapkan bermitra
pasir kuarsa oleh dengan pemerintah desa
perusahaan lain. setempat melalui
BUMDES.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-47


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
- Penentuan jenis - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Lahan Peningkatan vegetasi (merupakan Ya Ya Ya Tdk Ya
tanaman reklamasi timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak dampak primer dari adanya kegiatan
berkordinasi dengan masyarakat, menunggu izin reklamasi berupa penanaman kembali
instansi terkait dan - Kegiatan tambang penambangan berakhir. lahan bekas penambangan sesuai
disesuaikan dengan pasir kuarsa oleh - Setelah menambang dengan karakteristik wilayah dan
tempat tumbuh dan perusahaan lain. segera dilakukan peruntukan kawasan).
peruntukannya. kegiatan reklamasi
- Tanaman hasil dengan tanaman hutan
reklamasi dipelihara diharapkan bermitra
agar persentase dengan pemerintah desa
tumbuhnya setempat melalui
mendekati 100%. BUMDES.

    - Mengendalikan - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Habitat dan Peningkatan kualitas habitat dan Ya Tdk Ya Tdk Ya
dampak primernya timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak satwaliar populasi satwaliar (merupakan
- Memasang papan masyarakat, menunggu izin dampak sekunder akibat
- Kegiatan tambang penambangan berakhir. meningkatnya fungsi vegetasi hasil
peringatan dan
pasir kuarsa oleh - Setelah menambang reklamasi dalam menciptakan
himbauan untuk
perusahaan lain. segera dilakukan kualitas habitat bagi satwaliar).
tidak melakukan
perburuan satwa. kegiatan reklamasi
dengan tanaman hutan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, - Perusahaan harus Biota air Peningkatan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak sekunder dari dampak
timah (TI) oleh pencemaran air, karena meningkatnya kembali kualitas air
masyarakat, ada kaitannya dengan permukaan yang akan mempengaruhi
kondisi habitat ikan-ikan habitat dan kehidupan biota air).
- Kegiatan tambang di perairan wilayah
pasir kuarsa oleh studi.
perusahaan lain.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
D. Tahap Pasca operasional

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-48


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
1. Pemutusan Sebelum melakukan Kegiatan pemukiman - Pekerja Hilang /berkurangnya kesempatan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Hubungan Kerja PHK, perusahaan penduduk Desa kerja dan berusaha (sebagai dampak
memberikan pelatihan Simpang Pesak dan primer akibat dari tidak adanya lagi
terlebih dahulu, Desa Tanjung Batu pekerjaan dari perusahaan maupun
sehingga eks Itam kebutuhan perusahaan yang dipasok
karyawan nantinya dari masyarakat setempat).
memiliki keahlian/
keterampilan untuk
berusaha secara
mandiri.
2. Penutupan Menggunakan jasa Kegiatan pemukiman - Masyarakat Peningkatan gangguan lalulintas Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Tambang pengawalan dari penduduk Desa (sebagai dampak primer dari adanya
Polantas pada saat Simpang Pesak dan demobilisasi kendaraan pengangkut
demobilisasi peralatan Desa Tanjung Batu peralatan berat dan material bekas ke
berat menggunakan Itam luar lokasi eks tambang).
tronton.
*) kriteria :
1= Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?

2= Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai
ekologis)?
3= Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut?

4= Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut?

**) Dampak penting hipotetik: Ya, apabila minimal 1 dari 4 kriteria dijawab Ya .

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-49


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

Tabel 1.9. Matriks Hasil Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
Tahapan Kegiatan
Keterangan
No Komponen Lingkungan Hidup Prakonstruksi Konstruksi Operasional Pasca Ops
P1 P2 P3 P4 K1 K2 K3 O1 O2 O3 O4 O5 O6 PO1 PO2
A Komponen Fisik – Kimia :                         P1 : Perizinan
1. Iklim Mikro TP TP TP P2 : Survei Teknis
2. Laju Aliran Permukaan (Run off) & Sedimentasi TP P P P P3 : Sosialisasi Rencana Kegiatan
3. Kualitas Udara P TP P4 : Pembebasan Lahan
4. Kebisingan TP TP K1 : Rekrutmen Tenaga Kerja
5. Kualitas Air Permukaan TP P P TP P K2 : Mobilisasi Peralatan dan Material
6. Sampah dan Limbah B3 TP*) K3 : Pembangunan Sarana Prasarana Tambang
7. Bentang lahan P P O1 : Penyiapan Lahan
8. Produktifitas Lahan P P O2 : Penambangan
9. Potensi Kebakaran Lahan P O3 : Pencucian Hasil Tambang
B Komponen Biologi O4 : Operasional Workshop dan Genset
1. Populasi Vegetasi TP P P O5 : Corporate Social Responsibility (CSR)
2. Kualitas Habitat dan Populasi Satwaliar TP P P O6 : Reklamasi Lahan
3. Biota Perairan TP P P TP P PO1 : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
C Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya PO2 : Penutupan Tambang
1. Persepsi dan Sikap Masyarakat P TP P P
2. Kesempatan Kerja dan Berusaha P TP P : Dampak Penting Hipotetik
3. Perekonomian Lokal P P TP : Bukan Dampak Penting Hipotetik
4. Fasilitas Umum TP TP*) : Bukan Dampak Penting Hipotetik tetapi Dikelola
5. Lalulintas Kendaraan TP TP dan Dipantau
6. Konflik kepentingan lahan P
D Komponen Kesehatan
1. Kesehatan Masyarakat P

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-50


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

3. Kesimpulan Dampak Penting Hipotetik (DPH)


Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial di atas, maka terdapat 14 (empat belas)
dampak penting hipotetik (DPH) yang akan dikaji lebih lanjut secara mendalam pada Dokumen
ANDAL. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) dapat dilihat pada Tabel 1.10.

Tabel 1.10. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan Kegiatan yang Menjadi Sumber
Dampaknya
Tahap Kegiatan yang Menjadi Sumber Dampak
No. Jenis DPH Pra Pasca Keterangan
Konstruksi Operasional
konstruksi operasional
I. Komponen Fisik-kimia :
1. Penurunan kualitas 1. Penambangan Dampak
- - -
udara primer
2. Peningkatan laju 1. Penyiapan lahan Dampak
runoff, erosi & 2. Pencucian hasil primer dan
- - -
sedimentasi tambang sekunder
3. Reklamasi lahan
3. Penurunan kualitas 1. Penyiapan lahan Dampak
air permukaan 2. Pencucian hasil primer dan
- - -
tambang sekunder
3. Reklamasi lahan
4. Perubahan bentang 1. Penambangan Dampak
- - -
lahan 2. Reklamasi lahan primer
5. Penurunan 1. Penambangan Dampak
- - -
produktifitas lahan 2. Reklamasi lahan primer
6. Peningkatan potensi 1. Penyiapan lahan Dampak
- - -
kebakaran lahan primer
II. Komponen Biologi :
1. Penurunan populasi 1. Penyiapan lahan Dampak
- - -
vegetasi 2. Reklamasi lahan primer
2. Penurunan kualitas 1. Penyiapan lahan Dampak
habitat & populasi - - 2. Reklamasi lahan - primer
satwaliar
3. Penurunan biota 1. Penyiapan lahan Dampak
perairan 2. Pencucian hasil sekunder &
- - -
tambang tersier
3. Reklamasi lahan
III. Komponen Sosekbud :
1. Perubahan persepsi 1. Sosialisasi 1. Rekrutmen 1. Penyelenggaraan Dampak
dan sikap masyarakat rencana tenaga kerja Corporate Social primer
-
kegiatan Responsibility
(CSR)
2. Peningkatan 1. Rekrutmen Dampak
kesempatan kerja dan - tenaga kerja - - primer
berusaha
3. Peningkatan 1. Rekrutmen 1. Penambangan Dampak
- -
perekonomian local tenaga kerja sekunder
4 Konflik kepentingan - 1. Penambangan Dampak
- -
lahan primer
IV. Komponen Kesehatan :
1. Gangguan kesehatan 1. Penambangan Dampak
- - -
masyarakat sekunder

Secara ringkas bagan alir seluruh proses pelingkupan (identifikasi dan evaluasi dampak
potensial) disajikan dalam Gambar 1.16.

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-51


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

DAMPAK PENTING HIPOTETIK


KOMPONEN RENCANA
KEGIATAN A. Komponen Fisik Kimia :
DAMPAK POTENSIAL
A. Tahap Pra-Konstruksi : 1. Penurunan kualitas udara
1. Perizinan A. Komponen Fisik Kimia : 2. Peningkatan laju run-off, erosi dan
2. Survey teknis sedimentasi
3. Sosialisasi rencana kegiatan 1. Perubahan iklim mikro
4. Pembebasan lahan 2. Penurunan kualitas udara 3. Penurunan kualitas air permukaan
B. Tahap Konstruksi : 3. Peningkatan kebisingan 4. Perubahan bentang lahan
1. Rekrutmen tenaga kerja 4. Peningkatan laju run-off dan 5. Penurunan produktifitas lahan
2. Mobilisasi peralatan dan material sedimentasi 6. Peningkatan potensi kebakaran
3. Pembangunan sarana-prasarana 5. Penurunan kualitas air lahan
tambang permukaan
C. Tahap Operasional : 6. Perubahan bentang lahan. B. Komponen Biologi :
1. Penyiapan 7. Peningkatan dan sampah 1. Penurunan populasi vegetasi
lahan limbah B3 2. Penurunan kualitas habitat dan
2. Penambang 8. Penurunan produktifitas lahan populasi satwaliar
an pasir kuarsa
3. Pencucian 9. Peningkatan potensi 3. Penurunan biota perairan
hasil tambang kebakaran lahan. C. Komponen Sosekbud :
4. Operasioal IDENTIFI KASI B. Komponen Biologi : EVALUASI 1. Peningkatan kesempatan kerja dan
workshop& genset
5. Pelaksanaan DAMPAK 1. Penurunan populasi vegetasi DAMPAK peluang berusaha
CSR POTENSIAL 2. Penurunan kualitas habitat POTENSIAL 2. Perubahan persepsi dan sikap
6. Reklamasi dan populasi satwaliar
masyarakat
lahan 3. Penurunan biota perairan
3. Peningkatan perekonomian lokal
C. Komponen Sosekbud : 4. Konflik kepentingan lahan
HIDUP 1. Peningkatan kesempatan kerja
dan peluang berusaha D. Komponen Kesehatan :
A. Komponen GeoFisik Kimia 2. Perubahan persepsi dan sikap 1. Gangguan kesehatan masyarakat
B. Komponen Biologi
C. Komponen Sosekbud masyarakat
D. Komponen Kesehatan 3. Peningkatan perekonomian
lokal
Tidak DPH tetapi Dikelola & Dipantau :
4. Perbaikan fasilitas umum
5. Gangguan lalulintas 1. Peningkatan sampah dan limbah B3
KEGIATAN LAIN DI SEKITARNYA kendaraan
KOMPONEN LINGKUNGAN 6. Konflik kepentingan lahan
D. Komponen Kesehatan : Tidak DPH serta Tidak Dikelola
1. Gangguan kesehatan & Dipantau
SARAN, PENDAPAT DAN
TANGGAPAN MASYARAKAT masyarakat
Metode Matriks Intreraksi
Sederhana, Telaahan Mengacu pada Panduan
Pustaka, Pengamatan Pelingkupan (Deputi Bidang
Lapangan Tata Lingkungan,
Kementerian Lingkungan
Hidup, 2007)

Gambar 1.16. Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam

ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-52


PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

C. BATAS WILAYAH STUDI DAN BATAS WAKTU KAJIAN


1. Batas Wilayah Studi
a. Batas Proyek

Batas kegiatan atau proyek adalah batas rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa sesuai dengan
Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No : 188.44/730/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14
Agustus 2019 tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam Jenis Pasir
Kuarsa kepada PT. Bintang Delapan Enam. Luas wilayah IUP Eksplorasi tersebut adalah ± 622 Hektar di
Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam Kecamatan Simpang Pesak Kabupaten Belitung Timur.
b. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media
transportasi limbah (air dan udara) dan/atau pergerakan/migrasi satwaliar, dimana proses alam yang
berlangsung di dalam ruang tersebut diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar. Penentuan batas
ekologis juga mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
pertambangan pasir kuarsa. Batas ekologis sebaran udara ditentukan dengan cara buffer 50 m dari lokasi jalan
tambang, sebaran pencemaran air sungai dalam kajian ini mengikuti aliran air Sungai Kelong dan Sungai
Sambar mulai dari aliran pada tapak proyek sampai dengan muara sungai tersebut, sedangkan migrasi
satwaliar ke habitat di sekitarnya dibatasi sampai dengan jarak 1,5 km dari lokasi tapak proyek.
c. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha yang merupakan tempat berlangsungnya interaksi
sosial yang mengandung nilai tertentu yang sudah mapan (sistem struktur sosial), sesuai dengan proses
dinamika suatu kelompok masyarakat yang diprakirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana
usaha dan/atau kegiatan. Dalam studi ini sebagai batas sosial ditetapkan batas wilayah pemukiman penduduk
yang diprakirakan terkena dampak secara langsung dari rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam. Lokasi rencana kegiatan secara administratif berada di Desa Simpang Pesak dan
Desa Tanjung Batu Itam, sehingga batas sosial pada studi AMDAL rencana kegiatan pertambangan pasir
kuarsa PT. Bintang Delapan Enam mencakup Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam, Kecamatan
Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur.
d. Batas Administratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara bebas melakukan kegiatan sosial
ekonomi dan budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada wilayah administrasi
pemerintahan tempat berlangsungnya usaha/kegiatan. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan
pasir kuarsa terletak di Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung Batu Itam, sehingga batas administrasi studi
AMDAL rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa adalah wilayah Desa Simpang Pesak dan Desa Tanjung
Batu Itam, Kecamatan Simpang Pesak, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian yang digunakan untuk prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan yang ditetapkan
konstektual untuk setiap dampak penting yang ditelaah setelah mempertimbangkan :
a. Karakter dampak penting yang ditelaah
b. Lama (umur) berlangsungnya usaha dan/atau kegiatan
c. Tersedianya data dan informasi dari berbagai riset atau kajian sebelumnya perihal perubahan
lingkungan yang terjadi di lokasi studi.
ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-53
PT. Bintang Delapan Enam Pendahuluan

d. Ketersediaan sumberdaya manusia untuk mengumpulkan dan menganalisis data.


e. Kemampuan tim studi melakukan prakiraan dan analisis dampak.
Kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa direncanakan akan berlangsung selama 20 tahun
(sesuai jangka waktu IUP-OP) dengan jangka waktu untuk reklamasi lahan yang terakhir akan dilakukan
paling lambat selama 3 tahun setelah operasional penambangan selesai. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa batas waktu kajian prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan adalah 23
tahun ke depan atau maksimal sepanjang umur proyek sesuai dengan perizinannya. Rencana kegiatan dan tata
waktu pelaksanaan kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam disajikan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1.11. Jadwal Rencana Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
TAHUN
NO TAHAP KEGIATAN
2020 2021 2021 - 2040 2040 - 2042 2043
I Tahap Pra Konstruksi
1. Pengurusan Perizinan
2. Sosialisasi Rencana Kegiatan
II Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen tenaga kerja
2. Mobilisasi Peralatan dan Material
3. Pembangunan Sarana Penunjang Tambang
III Tahap Operasional
1. Penyiapan Lahan Tambang
2. Penambangan Pasir Kuarsa
3. Pencucian Hasil Tambang
4. Operasional Workshop dan Genset
5. Pelaksanaan Program CSR
6. Reklamasi Lahan
IV Tahap Pasca Operasi
1. Pemutusan Hubungan Kerja
2. Penutupan Tambang
Sumber :PT. Bintang Delapan Enam, 2020.

Gambar 1.17. Peta Batas Studi


ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 1-54

Anda mungkin juga menyukai