BAB II
PELINGKUPAN
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa
PT. Bintang Delapan Enam di Desa Batu Penyu dapat ditempuh dari Kota Tanjungpandan
(Kabupaten Belitung) dengan jarak sekitar ± 85 Km dan dari Kota Manggar (Kabupaten
Belitung Timur) dapat ditempuh dengan jarak sekitar ± 24 km. Akses menuju Desa Batu Penyu
dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda 2 (dua) maupun kendaraan roda 4 (empat)
dengan kondisi jalan aspal hotmix yang cukup baik. Jarak dari Desa Batu Penyu ke tapak
proyek adalah sekitar ± 6,8 km ke arah Tenggara dengan kondisi jalan berupa jalan aspal dan
jalan tanah. Lokasi rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
lebih jelas disajikan pada Peta Lokasi Kegiatan (Gambar 2.1.).
3. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana Tata Ruang
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan, lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam harus disesuaikan dengan rencana tata ruang menurut ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.
a. Berdasarkan Rencana Tata Ruang & Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Timur
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 13 Tahun 2014
tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2014 –
2034, diketahui bahwa lokasi rencana tambang pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam di Desa
Batu Penyu, Kecamatan Gantung berada di dalam rencana kawasan peruntukkan pertambangan,
Pertanian Hortikultura dan kawasan hutan produksi. Hal ini berdasarkan surat dari BKPRD
Kabupaten Belitung Timur Nomor : 590/091/ BKPRD/V/2019 tanggal 08 Mei 2019 tentang
Rekomendasi Permohonan WIUP atas nama PT. Bintang Delapan Enam, diantaranya
dinyatakan bahwa rencana lokasi WIUP seluas ± 236,12 Ha berada dalam kawasan
pertambangan, seluas ± 154,54 Ha berada dalam kawasan pertanian hortikultura dan seluas ±
120,24 Ha berada dalam kawasan hutan produksi. Adapun peta hasil overlay lokasi rencana
kegiatan pada Peta RTRW Kabupaten Belitung Timur 2014 - 2034 disajikan pada Gambar 2.2.
b. Berdasarkan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB)
Ditinjau dari Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB) yang terbaru
sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. 7099/MENLHK-
PKTL/IPSDH/PLA.1/8/2019 tentang Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru
(PIPPIB) Tahun 2019, diketahui bahwa lokasi rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam berada di luar indikatif penghentian pemberian izin baru karena areal
tersebut tidak terindikasi sebagai hutan alam primer maupun lahan gambut, dan dipertegas oleh
Surat Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah XIII Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
S.281/BPKH.XIII-2/2020 perihal Pertimbangan Teknis Lokasi Rencana Kegiatan Penambangan
Pasir Kuarsa terhadap Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB) Tahun 2020
Periode I a.n. PT. Bintang Delapan Enam menyatakan bahwa lokasi rencana kegiatan tidak
berada pada areal Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rencana lokasi tambang pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam tidak bertentangan dengan ketentuan tentang PIPPIB yang berlaku saat ini,
sehingga studi AMDAL rencana kegiatan tersebut dapat diproses lebih lanjut. Hasil overlay
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan PIPPIB Tahun 2019 disajikan pada Gambar 2.3.
c. Berdasarkan Peta Kawasan Hutan
Ditinjau dari Peta Kawasan Hutan yang terbaru yaitu berdasarkan Lampiran Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. 1940/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/4/2017 tanggal 3 April 2017 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan
Kawasan Hutan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sampai Dengan Tahun 2016, dan
berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XIII Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor : S.281/BPKH.XIII-2/2020 perihal Pertimbangan Teknis Lokasi Rencana Kegiatan
Penambangan Pasir Kuarsa terhadap Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru (PIPPIB)
Tahun 2020 Periode I a.n. PT. Bintang Delapan Enam point 3 menyatakan bahwa berdasarkan
Peta Lampiran Berita Acara Tata Batas Definitif Kawasan Hutan Produksi Sungai Senusur
Sembulu tanggal 11 Desember 2013, lokasi rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam berada pada Kawasan Hutan Produksi ± 119,52 Ha dan tidak berada di
Kawasan Hutan seluas 393,42 Ha. Hasil overlay lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
Peta Kawasan Hutan disajikan pada Gambar 2.4.
Gambar 2.1. Peta Lokasi Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Gambar 2.4. Peta Kawasan Hutan Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
Tabel 2.2. Rencana Penataan Potensi Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
Luas
No. Uraian Keterangan
(Ha)
1. Luas net area yang bisa ditambang 271,2 Potensi cadangan = 9.710.400 m3
Luas area yang tidak bisa
2.
ditambang :
- Area dumping 2,0
- Washing plant 1,0
- Jalan tambang 1,5
- Penunjang 1,0
Buffer zone dan areal yang tidak
- Tidak potensial ditambang 59,96
berpotensi untuk ditambang
Areal yang belum layak untuk
- Area sumberdaya 54
ditambang
Kegiatan eksplorasi dan
penambangan akan dilakukan
- Kawasan hutan produksi 120,24
setelah mendapatkan Izin Pinjam
Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
Jumlah (IUP Eksplorasi) 510,9 -
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020
tambang, PT. Bintang Delapan Enam akan menyediakan 3 unit tangki BBM dengan kapasitas
@10.000 liter. Estimasi kebutuhan BBM solar dan pelumas yang dipergunakan sebagai sumber
energi untuk operasional peralatan tambang disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Estimasi Kebutuhan BBM Solar dan Pelumas untuk Kegiatan Penambangan Pasir
Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Laju Jam
Jumla Kebutuha Kebutuhan
Konsumsi Kerja Hari Kerja
No Nama Alat h n Harian Bulanan
(ltr/jam/ (jam/hr/ (hr/bln/unit)
(Unit) (ltr/hr) (ltr/bln)
unit) unit)
A. BBM Solar
1. Excavator (Komatsu PC 200) 5 20 10 1.000 25 25.000
2. Dump Truck (Hino) 15 15 10 2.250 25 56.250
3. Bulldozer (Komatsu D85) 1 30 5 150 25 3.750
4. Shovel (Caterpillar 966) 1 25 10 250 25 6.250
5. Grader (Caterpillar 140 H) 1 25 5 125 25 3.125
Truk Penyiram Jalan (Mitsubishi
6. 1 15 4 60 20 1.200
PS)
7. Pompa isap 3 2 10 60 25 1.500
Generator Utama (cummins 60
8. 1 10 15 150 30 4.500
KVA)
Total 101.575
B. Pelumas
40 lt/30 hari
1. Excavator (Komatsu PC 200) 5 20L/300 jam 10 - 25
kerja
2. Dump Truck (Hino) 15 20L/bulan 10 - 25 180
25 lt/50 hari
3. Bulldozer (Komatsu D85) 1 25L/300 jam 6 - 25
kerja
28 lt/30 hari
4. Shovel (Caterpillar 966) 1 28L/300 jam 10 - 25
kerja
5. Grader (Caterpillar 140 H) 1 20L/bulan 5 - 25 20
Truk Penyiram Jalan (Mitsubishi
6. 1 10L/bulan 5 - 20 10
PS)
7. Pompa isap 3 25L/bulan 5 - 26 25
Generator Utama (cummins 60
8. 1 10L/bulan 15 30 10
KVA)
Rata-rata Bulanan 568
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, 2020
air adalah 3.000 m3). Sumber air produksi berasal dari air kolong di sekitar lokasi kegiatan dan
juga air hujan. Penggunaan air produksi akan disirkulasikan tertutup (closed water sirculation
system), yaitu air limbah dari pencucian pasir kuarsa akan diendapkan dan dialirkan kembali ke
kolam penampungan kemudian digunakan kembali untuk proses pencucian pasir kuarsa.
Penambahan air produksi akan dilakukan apabila volume air di dalam kolam penampungan
berkurang karena adanya evaporasi dan infiltrasi (± 3 % perhari), terutama pada musim
kemarau.
Kegiatan Penguapan
Domestik (MCK) 0,2 m3/hari Kolam Penampungan
(3%) (3.000 m3)
4.855,2 m3/hari
Septik Sirkulasi
Tank Penguapan
145,6 m3/hari Operasional
(3%) (Pencucian Pasir)
Tanah 4.294,202
Penguapan di 4.709,6 m3/hari m3/hari
7,2 m3/hari (97%) (94%)
Kolam
141,3 m3/hari
(3%) Bandar/Kolam
Pengendapan
(4.568,3 m3/hari)
Gambar 2.5. Neraca Air Rencana Kegiatan PT. Bintang Delapan Enam
5. Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Tahapan rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa yang diuraikan berikut ini
hanyalah kegiatan - kegiatan yang mempunyai kriteria :
a. Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan
hidup.
b. Kegiatan yang memiliki risiko besar yang secara umum dalam kajian analogi
dengan kasus serupa dapat menimbulkan dampak penting, hanya saja belum
tersedia informasi yang cukup.
Adapun secara ringkas, tahapan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kegiatan Tahap Pra-konstruksi
a) Perizinan
b) Survei Teknis
c) Sosialisasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
d) Pembebasan Lahan
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa II-10
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
- Surat dari Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan
Perdagangan Pemerintah Kabupaten Belitung Timur No: 503/006/DPMPTSPP/V/2019
tanggal 10 Mei 2019 tentang Rekomendasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
a.n. PT. Bintang Delapan Enam.
- Surat dari Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Pemerintah Kabupaten
Belitung Timur Nomor : 590/091/BKPRD/V/2019 tanggal 08 Mei tentang Rekomendasi
Permohonan WIUP An. PT. Bintang Delapan Enam.
Perizinan selanjutnya yang diperlukan dan akan diproses oleh perusahaan adalah Izin
Lingkungan dari Bupati Belitung Timur dan IUP Operasi Produksi dari Gubernur Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
b) Survei Teknis
Kegiatan survei teknis umumnya merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi. Kegiatan
ini dilakukan setelah perusahaan mendapatkan lokasi tambang berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No : 188.44/731/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14
Agustus 2019 tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam
Jenis Pasir Kuarsa kepada PT. Bintang Delapan Enam dan Surat Keputusan Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No : 188.4/434/ESDM/DPMPTSP/2019 tanggal 23 Agustus 2019 tentang Pemberian Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi Komoditas Mineral Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa Kepada PT.
Bintang Delapan Enam Seluas ± 510,9 Hektar di Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung,
Kabupaten Belitung Timur. Kegiatan survei teknis umumnya adalah melakukan penandaan
batas – batas lokasi sesuai dengan IUP Eksplorasi yang telah diperoleh perusahaan. Kemudian
perusahaan melakukan pengambilan sampel tanah (pengeboran) pada beberapa titik di dalam
lokasi tambang untuk menganalisis potensi dan cadangan pasir kuarsa.
Selanjutnya adalah menyiapkan gambar detail pekerjaan, termasuk gambar pemetaan
(lay out) konstruksi sarana dan prasarana penunjang operasional penambangan yang akan
dibangun serta gambar detail sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Pelaksana pekerjaan ini
mencakup Basic and Detail Design, jaringan rencana kerja, uraian teknis pelaksanaan dan
organisasi proyek. Kegiatan survei teknis ini dilakukan oleh tim teknis yang dibentuk oleh PT.
Bintang Delapan Enam secara langsung.
c) Sosialisasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Kegiatan sosialisasi rencana usaha dan/atau kegiatan merupakan upaya untuk
memberitahukan dan mengkomunikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh perusahaan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar
lokasi rencana usaha/kegiatan. Kegiatan sosialisasi tersebut akan dilaksanakan sebelum
perusahaan melaksanakan kegiatan konstruksi dan operasionalnya di lapangan.
Pada tahap awal, sosialisasi rencana usaha/kegiatan telah dilaksanakan bersamaan
dengan sosialisasi untuk penyusunan Dokumen AMDAL berupa publikasi di media massa dan
konsultasi publik terhadap masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak.
Melalui sosialisasi rencana usaha/kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan sebelum
beroperasi di lapangan, diharapkan masyarakat memperoleh informasi yang jelas tentang
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, dan sebaliknya
manajemen perusahaan juga memperoleh masukan, saran dan tanggapan yang mencerminkan
aspirasi masyarakat sekitar lokasi rencana tambang. Sosialisasi rencana usaha/kegiatan ini
sangat diperlukan karena kegiatan penambangan pasir kuarsa pada lokasi rencana tambang yang
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa II-12
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
cukup luas akan menimbulkan dampak sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitar baik yang
bersifat positif maupun negatif.
d) Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperoleh hak pemanfaatan lahan tersebut sebagai lokasi tambang pasir kuarsa, sehingga
terbebas dari hak kepemilikan dan penguasaan pihak lain. Menurut informasi dari masyarakat
setempat bahwa di dalam lokasi rencana tambang sebagian kecil telah dikuasai masyarakat
untuk kegiatan penambangan timah rakyat (TI).
Untuk mengetahui status lahan tersebut, perusahaan akan melakukan inventarisasi
penguasaan / kepemilikan lahan untuk menghindari terjadinya konflik di masa mendatang.
Perusahaan akan berkoordinasi dan konsultasi mengenai status penguasaan / kepemilikan lahan
tersebut dengan pemerintahan Desa Batu Penyu. Jika terdapat lahan hak milik secara sah, maka
upaya yang akan dilakukan adalah dengan mencari solusi / penyelesaian melalui kesepakatan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perusahaan tidak akan menambang pada lahan yang
masih dibebani hak milik secara sah sebelum diperoleh kesepakatan dengan pemegang hak atas
lahan.
2) Tahap Konstruksi
Pekerjaan pada tahap konstruksi meliputi rekrutmen tenaga kerja, mobilisasi peralatan,
pembangunan sarana dan prasarana pendukung (konstruksi sipil, mekanikal, material
procurement dan alat-alat kerja yang diperlukan). Uraian tahapan kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
a) Rekrutmen tenaga kerja
Pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana tambang PT. Bintang Delapan Enam
sebagian besar dilaksanakan oleh kontraktor yang sesuai dengan bidang keahliannya, sehingga
pemilik usaha bersifat mengatur dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan pihak pemborong.
Untuk pemborong kegiatan tersebut, pemrakarsa PT. Bintang Delapan Enam akan memberikan
prioritas pertama bagi kontraktor lokal yang berasal dari penduduk sekitar sesuai dengan bidang
keahlian dan kualifikasinya. Begitu pula pada saat pelaksanaan pekerjaannya diharapkan
kontraktor lokal menggunakan tenaga kerja lokal.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja operasional penambangan pasir kuarsa, PT.
Bintang Delapan Enam akan memberikan prioritas bagi tenaga lokal yang berasal dari
penduduk sekitar sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dibutuhkan. Namun demikian,
jika ketersediaan tenaga kerja lokal terbatas, maka sebagian akan dipenuhi dari tenaga kerja
non-lokal. Perekrutan tenaga kerja tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
untuk operasional penambangan.
Pada tahap operasional diperkirakan kebutuhan tenaga kerja berkisar 45 orang. Jumlah
tenaga kerja lokal yang dapat terserap diperkirakan sebanyak 24 orang dengan kualifikasi
pendidikan minimal SMA sederajat, sedangkan sisanya umumnya merupakan tenaga kerja
terampil. Apabila kebutuhan tenaga kerja terampil tersebut tidak dapat dipenuhi dari masyarakat
lokal, maka perusahaan akan merekrut dari luar daerah. Secara rinci kualifikasi dan jumlah
kebutuhan tenaga kerja kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Kualifikasi dan Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Kegiatan Penambangan
Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam.
N Jumlah (orang)
Jabatan/Bagian Kompetensi Sumber
o Tetap Tidak Tetap
1. Direktur 1 - - Lokal/Non Lokal
Kepala Teknik - Lokal/Non Lokal
2. 1 POP / POM
Tambang
3. Manager Tambang 1 - POP / POM Lokal
4. Supervisor 3 - POP Lokal
5. Tenaga Terampil 5 15 - Lokal
6. Administrasi 1 2 - Lokal
7. Security 2 6 - Lokal
Jumlah 14 23
Sumber : Pemrakarsa PT. Bintang Delapan Enam, 2020.
operasional kegiatan penambangan. Secara skematis struktur organisasi PT. Bintang Delapan
Enam dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Sarana prasarana tambang yang akan dibangun untuk kelancaran operasional kegiatan
penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam diantaranya adalah basecamp (kantor,
mess karyawan, parkir area, gudang mekanik, gudang penyimpanan sementara LB3, bengkel
kerja, tangki bahan bakar dan lain-lain), washing plant dan jalan tambang. Secara rinci jumlah
dan klasifikasi sarana prasarana pendukung kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam dapat dilihat pada Tabel 2.6. Layout basecamp inti yang digunakan kegiatan
penambangan pasir kuarsa disajikan pada Gambar 2.7.
Tabel 2.6. Sarana dan Prasarana Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
No. Jenis Spesifikasi (m2) Keterangan
A. Sarana dan Prasarana
1. Kantor dan mess 100 Permanen
2. Gudang sparepart 36 Permanen
3. Gudang LB3 36 Permanen
4. Bengkel kerja 150 Permanen
5. Gudang mekanik 48 Permanen
6. Area parkir 1.000 Lahan Terbuka
7. Ruang genset 20 Permanen
9. Tangki BBM 75 Permanen
B. Washing Plant
1. Kolam penampungan air 250 Galian kolam sedalam 4 m
2. Instalasi washing plant 3.000 Lahan Terbuka
3. Stockpile pasir kuarsa 5.000 Lahan Terbuka
4. Stockpile pasir kotor 1.750 Lahan Terbuka
5. Stockpile limbah tailing 10.000 Lahan Terbuka
C. Jalan Tambang 15.000 Lahan terbuka di lokasi tambang
D. Dumping Area 20.000 Lahan Terbuka
E. Ruang Terbuka Hijau (RTH) 8.535 Di area Sarana dan Prasarana
Jumlah
Sumber : PT. Bintang Delapan Enam, Tahun 2020.
Spiral Hydrocyclone
Pembuatan kolam penampungan air untuk memenuhi kebutuhan air pencucian pasir
kuarsa seluas 250 m2 dengan kedalaman sekitar 4 m. Sumber air utama untuk kegiatan
pencucian pasir kuarsa berasal dari kolong/rawa yang ditampung terlebih dahulu di dalam
kolam penampungan berkapasitas 1.000 m3.
(11) Stockpile
Stockpile di area washing plant terdapat 3 unit. Area stockpile pertama digunakan untuk
penyimpanan pasir kuarsa low grade (pasir kotor) seluas 1.750 m2 yang datang dari lokasi
tambang sebelum diolah di instalasi pencucian, sedangkan stockpile kedua seluas 5.000 m2
digunakan untuk pasir kuarsa hasil pencucian (high grade) sebelum diangkut ke luar lokasi
tambang dan stockpile ketiga seluas 10.000 m2 merupakan tempat menyimpan limbah tailing.
(12) Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Pada areal tidak terbangun di lokasi sarana dan prasarana akan dijadikan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dengan luasan sekitar 8.535 m2. Ruang terbuka hijau yang dibangun
berupa taman yang terletak di depan kantor dan mess.
Gambar 2.7. Rencana Layout Sarana dan Prasarana Penambangan Pasir Kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam
Gambar 2.8. Dimensi dan Konstruksi Jalan Utama PT. Bintang Delapan Enam
Pembangunan sarana dan prasarana tambang disesuaikan dengan kondisi dan teknis
pemakaiannya. Pembuatan jalan akses di dalam wilayah tambang, akan dibuat dengan lebar
jalan utama ± 15 m, serta jalan cabang dengan lebar ± 10 m dan parit ± 2 m, dengan panjang
jalan bertahap seiring dengan pengembangan kegiatan penambangan. Luas area yang
direncanakan oleh perusahaan untuk membangun jalan angkutan hasil tambang ini yaitu 15.000
m2.
3) Tahap Operasional
a) Penyiapan Lahan
Kondisi awal lahan lokasi tambang merupakan dataran tanah yang relatif datar,
sebagian berupa rawa, area terbuka dan memliki vegetasi yang bersifat homogen. Umumnya
cadangan pasir kuarsa terdapat pada bagian atas (dibawah lapisan topsoil) dengan ketebalan
topsoil berkisar 0 – 50 cm. Pada kegiatan penyiapan lahan, akan dilakukan pembukaan lahan
dan pembersihan lahan dengan menggunakan alat berat berupa excavator dan manual.
Pembukaan Lahan (Land Clearing)
Pembukaan lahan dilakukan pada areal yang masih ditumbuhi vegetasi alang-alang,
semak muda, semak belukar dan pohon-pohonan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pada saat pengupasan tanah nantinya. Sampah organik yang terdiri dari daun-daunan, ranting,
cabang, kayu dan akar-akaran dikumpulkan kemudian ditumpuk pada lokasi dumping area.
Proses pembongkaran vegetasi pohon dilakukan dengan cara ditebang menggunakan cain saw,
untuk menggali dan membuang tunggul-tunggul pohon yang tersisa, digunakan alat berat
berupa Excavator kemudian di kumpulkan di lokasi dumping area.
Gambar 2.10. Lay Out Situasi Rencana Pembukaan Lahan dan Penambangan
Gambar 2.10. Pemuatan Pasir Kuarsa pada Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT.
Bintang Delapan Enam
Material pasir kuarsa yang dimuat ke dalam dumptruk kemudian diangkut melalui jalan
tambang di dalam areal tambang menuju areal instalasi pencucian pasir kuarsa (hydrocyclone).
Pasir kuarsa tersebut kemudian ditumpuk terlebih dahulu di stockpile sebelum dicuci
menggunakan hydrocyclone.
c) Pekerjaan Pencucian Hasil Tambang
Pencucian pasir kuarsa akan dilaksanakan di luar wilayah penambangan atau
menggunakan washing plant. Pasir kuarsa yang masih bercampur dengan bahan pengotor
(partikel debu, batu kerikil dan bahan organik) dari lokasi tambang langsung dimasukkan ke
dalam sakan yang merupakan tahap awal dari instalasi washing plant dan disemprot dengan air
bertekanan. Di dalam sakan ini akan terjadi pemisahan antara pasir dengan pengotor, seperti
batu dan serasah yang berukuran lebih dari 6 mm serta sebagian partikel halus akan terbawa
aliran limbah (lumpur mengandung batu kecil dan serasah). Proses selanjutnya material pasir
akan dihisap ke dalam rotary screen sehingga terjadi pemisahan antara pasir kuarsa dengan
mineral lainnya. Biasanya penyaringan pasir kuarsa dengan rotary screen akan dihasilkan pasir
kuarsa dengan ukuran 24 - 140 mesh. Pasir kuarsa yang telah terpisah akan masuk ke dalam bak
penampungan, kemudian akan dihisap menuju hydrocyclone. Di dalam hydrocyclone ini akan
dilakukan pembersihan mineral kuarsa halus dari pengotor yang sangat halus. Kotoran yang
sangat halus akan terbuang ke atas sedangkan pasir mineral kuarsa akan turun ke bawah. Pasir
kuarsa yang sudah relatif bersih akan disimpan sementara di lokasi stockpile khusus pasir
kuarsa yang sudah disediakan yang juga berada di area washing plant sebelum nantinya
diangkut menuju terminal khusus.
Pada proses pencucian dibutuhkan air sebanyak 3 : 1 terhadap volume umpan ( feed).
Rencana kerja PT. Bintang Delapan Enam dengan volume pasir low grade sebesar ± 1.618,4
m3/hari, maka kebutuhan air produksi untuk pencucian pasir kuarsa di washing plant adalah
sebesar ± 4.855,2 m3/hari.
Pada kegiatan pencucian pasir kuarsa ini, limbah cair yang dihasilkan akan dialirkan
melalui saluran/parit drainase yang mengelilingi area washing plant masuk ke kolam
pengendapan untuk selanjutnya masuk kembali ke dalam kolam penampungan air produksi.
Endapan lumpur di kolam pengendapan akan diangkat/ diambil setiap dua hari sekali.
Dengan demikian proses pencucian pasir kuarsa berpotensi menghasilkan limbah padat
dan limbah cair. Limbah padat kegiatan pencucian pasir kuarsa berupa serasah tanaman,
bebatuan, dan mineral tanah (selain kuarsa) dari endapan lumpur. Prosentase limbah padat
diprakirakan mencapai ± 25,32 % dari total bahan baku pasir kuarsa yang diangkut dari lokasi
tambang. Limbah padat ini akan diangkut setiap harinya secara berkala dari bak penampungan
ke stockpile khusus limbah tailing sehingga bak penampungan tersebut dapat menampung
limbah produksi secara optimal. Limbah padat akan disimpan stockpile khusus limbah tailing
(selanjutnya akan digunakan untuk kegiatan reklamasi lahan tambang pada tahap operasional).
Untuk menghemat penggunaan air dan dalam rangka mengendalikan pencemaran air ke
badan perairan umum, maka limbah cair akan disirkulasikan secara tertutup untuk diolah
terlebih dahulu (diendapkan dan disaring) dan digunakan kembali dalam proses pencucian
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.5. (Neraca Air). Kegiatan pencucian pasir kuarsa di
washing plant dapat dilihat pada Gambar 2.11.
Gambar 2.11. Proses Pencucian Pasir Kuarsa di Washing Plant oleh PT. Bintang Delapan
Enam
Proses Pencucian
di Washing Plant
Diangkut ke Terminal
Khusus Digunakan untuk
Reklamasi
kondisinya selalu siap pada saat diperlukan. Kegiatan tersebut dilakukan di bengkel (workshop)
yang berada di lokasi basecamp instalasi pencucian pasir kuarsa. Aktivitas di bengkel dilakukan
untuk perawatan dan perbaikan alat-alat operasional yang rusak seperti mesin pompa air dan
lain sebagainya.
Disamping kegiatan perbengkelan, PT. Bintang Delapan Enam juga akan
mengoperasikan 1 unit genset dengan kapasitas 60 KVA untuk kebutuhan energi listrik bagi
operasional kantor, penerangan dan perbengkelan di lingkungan basecamp. Bangunan bengkel
dilengkapi dengan gudang tempat penyimpanan oli/minyak pelumas, lantai gudang dibuat
permanent dan kedap air serta agak miring ke arah oil trap agar dapat menampung ceceran
minyak dan oli pelumas di parit keliling. Tangki penyimpanan BBM solar terbuat dari plat besi
sebanyak 3 (satu) unit dengan kapasitas @10.000 liter. Tata cara penyimpanan BBM untuk
kebutuhan operasional tambang harus memperhatikan ketentuan yang berlaku. Lantai untuk
dudukan tangki tersebut dibuat kedap air dari bahan beton cor serta parit keliling untuk
menghindari ceceran BBM dan limpasan air hujan.
Limbah cair seperti oli/pelumas bekas dan ceceran BBM (solar) yang dihasilkan dari
perbaikan dan pemeliharaan kendaraan, alat-alat berat dan operasional genset akan ditangani
PT. Bintang Delapan Enam berdasarkan Standard Operasional Procedure (SOP) dengan
mengacu kepada Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
B3. Untuk menangkap BBM dan/atau oli yang tertumpah akan digunakan oil trap (Gambar
2.14.).
Gambar 2.13. Ilustrasi Sistem Oil Trap untuk Menangkap Ceceran BBM dan Oli di Sekitar
Workshop dan Ruang Genset.
e) Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, pada Pasal 74 disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan tersebut dan sebagai wujud
kepedulian terhadap kondisi sosial dan lingkungan, maka PT. Bintang Delapan Enam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan
pemberdayaan masyarakat atau community development merupakan bagian dari visi-misi
perusahaan dalam upaya mewujudkan tanggung jawab sosialnya. Program ini memiliki tujuan
untuk mendorong prakarsa, inisiatif dan semangat keswadayaan masyarakat untuk
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa II-26
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
reklamasi akan dilakukan pada lahan terganggu akibat kegiatan usaha pertambangan, yang
meliputi lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang yang tidak digunakan lagi.
Lahan di luar bekas tambang diantaranya adalah timbunan tanah penutup, timbunan bahan
baku/produksi, jalan transportasi, kantor dan perumahan. Pelaksanaan reklamasi pada lahan
terganggu akan dilakukan langsung (setiap tahun) setelah tidak ada kegiatan usaha
pertambangan pada blok kerja tersebut, sehingga tidak harus menunggu semua blok kerja
tambang selesai ditambang.
Kegiatan penambangan pasir kuarsa yang dilaksanakan dengan teknik penambangan
terbuka (open pit mining) akan meninggalkan bekas galian yang cukup luas dan dalam. Dampak
ini sudah diantisipasi oleh PT. Bintang Delapan Enam, sehingga sudah ada upaya mitigasi pada
saat kegiatan stripping dan penambangan berlangsung, yaitu sebagian dengan
pengisian/penimbunan kembali areal bekas tambang dengan menggunakan hasil kupasan tanah
pucuk dan tanah penutup dari lokasi tambang dan menimbun kemali dengan akar-akar pohon
yang berada dari dumping area. Dan karena tanah penutup dan akar-akar pohon yang berada di
dumping area tidak mencukupi semua untuk menimbun area bekas tambang maka diperkirakan
sebagian areal eks tambang tidak dapat diratakan kembali seperti kondisi semula sehingga areal
eks tambang yang berupa cekungan dan tidak ditimbun kembali akan dimanfaatkan untuk
kegiatan lain, contohnya untuk tambak budidaya ikan tawar atau pembuatan kolam air sebagai
penampung air hujan pada musim kemarau di areal bekas tambang.
Salah satu tujuan reklamasi lahan bekas tambang adalah untuk mengurangi dampak
negatif akibat dari kegiatan penambangan. Sebagaimana dikemukakan terdahulu, kegiatan
penambangan pasir kuarsa yang dilaksanakan dengan teknik penambangan terbuka (open pit
mining) akan menimbulkan dampak berupa bekas galian yang cukup luas dan dalam.
Permukaan tanah pada bekas galian pasir kuarsa akan berkurang ketinggiannya minimal sebesar
tinggi kolom pasir kuarsa yang ditambang (1 – 8 meter). Hal ini menyebabkan tanah tersebut
cenderung tergenang air sehingga menimbulkan dampak terhadap tingkat produktifitas lahan
bekas tambang tersebut.
Kolong akhir yang terbentuk pada pasca tambang tersebut merupakan kolong muda
(berusia di bawah 20 tahun). Kolong-kolong ini mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
kembali, salah satunya sebagai kolam budidaya ikan air tawar. Namun, sebelum digunakan
sebagai kolam budidaya ikan air tawar, terlebih dahulu dilakukan pengelolaan/treatment tertentu
terhadap kolong-kolong tersebut untuk menurunkan kandungan logam dan menaikkan pH nya.
Setelah parameter air kolong tersebut cocok dengan parameter hidup ikan air tawar tertentu,
baru dapat digunakan.
Salah satu treatment yang akan digunakan perusahaan utnuk menurunkan logam berat
pada kolong-kolong akhir yang akan digunakan sebagai kolam budidaya air tawar yaitu
penggunaan kompos. Kompos meminimalisasi logam berat dengan cara pertukaran ion,
adsorpsi dan chelate. Substansi humus (asam fulvat, asam humat dan humin) mampu
mengadsorpsi kompleks logam berat melalui pertukaran ion, pembentukan chelate dan ikatan
elektrostatik (Hermana dan Nurhayati, 2010 ; Valls dan Hatton, 2003). Selain mampu
meminimalisasi logam berat, kompos ternyata juga mampu menaikkan pH air yang asam
(Prasetiyono, 2012). Terdapat beberapa macam kompos yang akan digunakan yaitu kompos
batang pisang (Musa sp) dengan kompos daun api-api (Avicennia sp).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyono (2015), kolong sebagai air
yang tercemar logam berat Pb dan pH airnya rendah mampu diatasi dengan menggunakan
kompos batang pisang. Dosis terbaik kompos untuk meminimalisasi kandungan logam berat Pb
dan menaikkan pH air asam adalah 9 gr/liter. Sedangkan berdasarkan penelitian Prasetiyono
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa II-28
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
(2015) kompos daun api-api (Avicennia sp) dapat menurunkan logam berat timbal (Pb) pada
media budidaya ikan sebesar lebih dari 87% dan juga dapat meningkatkan pH air yang asam.
Objek penelitian yang dilakukan oleh Prasetiyono pada tahun 2012 dan 2015 tersebut adalah
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Selain dengan menggunakan kompos, ada pula
treatment lain yang dilakukan oleh Chyntia dkk (2010) yang menyatakan bahwa passive
treatment dengan menggunakan batu kapur dan tanaman air Eichornia sp dan Lepironia sp
dapat meningkatkan pH dari 2,8 menjadi 7, penyisihan sulfat mencapai 67-90%, penyisihan
logam Fe mencapai 100% dan penuisihan Al 93-97%.
Ruang lingkup reklamasi yang akan dilaksanakan PT. Bintang Delapan Enam meliputi
tahapan kegiatan sebagai berikut :
(1) Inventarisasi lokasi reklamasi
Inventarisasi lokasi yang akan direklamasi dilakukan apabila sudah ada laporan dari
bagian produksi bahwa pada suatu blok strip sudah selesai ditambang dan kegiatan
penambangan akan melangkah ke blok strip berikutnya. Untuk mengetahui lokasi-lokasi bekas
penambangan yang akan direklamasi, maka Staff Teknis Reklamasi PT. Bintang Delapan Enam
akan menginventarisasi seluruh galian bekas tambang pada blok strip yang sudah selesai
ditambang. Hal ini diperlukan untuk mengetahui lokasi, luas dan kedalaman dan jaringan jalan
yang sudah ada. Data tersebut akan sangat dibutuhkan sebagai bahan untuk menyusun
perencanaan reklamasi.
(2) Penetapan lokasi reklamasi
Tidak semua areal/lubang bekas tambang (kolong) akan langsung direklamasi karena
kadang-kadang ada sebagian dari kolong tersebut yang dapat dimanfaatkan terlebih dahulu
sebagai kolam penampungan air tirisan tambang di lokasi yang berada di dekatnya. Oleh karena
itu Staff Teknis Reklamasi bersama-sama Kabag Produksi PT. Bintang Delapan Enam
menetapkan lokasi-lokasi mana yang akan diprioritaskan untuk segera direklamasi dan lokasi
mana yang akan ditunda terlebih dahulu. Dalam penetapan lokasi reklamasi akan
dipilih/diprioritaskan terlebih dahulu bekas galian yang tidak /belum berair, dan selanjutnya
kolong berair dimana hal ini akan membedakan metode penimbunan yang akan dilaksanakan.
(3) Perencanaan reklamasi
Agar dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi dapat dikendalikan dengan efektif dan
efisien, maka sebelum pelaksanaannya perlu dibuat perencanaan yang cermat dan matang.
Secara garis besar beberapa hal yang perlu direncanakan adalah :
(a) Penghitungan volume kolong bekas tambang yang akan direklamasi
(b) Asal tanah yang akan digunakan untuk reklamasi
(c) Penyusunan rancangan reklamasi, ada 3 (tiga) hal pokok yang akan direncanakan yaitu
meliputi :
Teknik penimbunan kembali (back filling) : penimbunan langsung menggunakan
tanah hasil stripping dari lokasi tambang berikutnya atau dengan tailing dari
penambangan berikutnya.
Penyiapan lahan, pengaturan bentuk lahan (land scaping), pengendalian erosi dan
sedimentasi, pengelolaan lapisan olah (topsoil)
Teknik revegetasi : jenis dan jumlah bibit yang diperlukan, jarak tanam, teknik
penanaman, dan pemeliharaan.
telah siap tanam (sudah dibuat lubang tanam ± 10 hari) maka akan segera ditanami
dengan jenis tanaman yang sesuai dengan peruntukan lahan tersebut. Pemilihan jenis
tanaman revegetasi dapat disesuaikan dengan jenis-jenis tanaman yang dapat tumbuh
pada kondisi lahan tersebut seperti tanaman budidaya hortikultura (jenis Sukun dan
Nangka) dan tanaman jenis lokal yang sudah terbukti dapat tumbuh di lokasi tersebut
seperti Sukun, Cemara Laut, Sapu-sapu, Rumput Gajah, Serai Wangi, Lamtoro (petai
cina), Salak dan Gelam atau jenis tanaman yang bernilai ekonomis lainnya. Revegetasi
dilakukan terhadap sebagian area pit penambangan, area dumping, kolam pencucian,
areal bekas fasilitas penunjang dan area di bagian pinggir jalan tambang.
(6) Pemeliharaan.
Kegiatan pemeliharaan tanaman dilaksanakan secara rutin dan terus menerus.
Pemeliharaan pada tahun pertama adalah meliputi kegiatan : penyulaman, penyiangan,
pengendalian gulma, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Setelah sebulan
dari penanaman dilakukan penyulaman terhadap tanaman yang mati dan tanaman yang
diperkirakan akan mati. Penyulaman dapat dilakukan beberapa kali selama masih ada
hujan sampai tanaman yang tumbuh mencapai 100%. Pupuk yang akan digunakan
adalah pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dan pupuk anorganik lainnya
(NPK, Dolomit).
angkat (backhoe). Untuk fasilitas penunjang berupa bangunan dan jalan, akan dilakukan
konsultasi pada para stackholder, baik itu dari pemerintah ataupun masyarakat untuk peralihan
kepentingan penggunaannya.
(2) Reklamasi Lahan Bekas Fasilitas Penunjang
Reklamasi lahan bekas fasilitas tambang dilakukan untuk penyelesaian tambang dengan
perataan tanah menggunakan bulldozer. Setelah tanah diratakan, akan ditaburkan tanah penutup
dan tanah pucuk diatasnya. Lahan yang telah direklamasi selanjutnya akan dilakukan revegetasi.
(3) Pemeliharaan dan Pemantauan
Kegiatan pemeliharaan dan pemantauan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting pada perencanaan penutupan tambang. Kegiatan pemeliharaan dan pemantauan ini telah
mulai dilakukan selama proses penambangan masih berlangsung sampai pada tahap penutupan
tambang. Kegiatan dilakukan terhadap tapak bekas tambang, serta lahan bekas fasilitas
penunjang lainnya. Pemantauan penutupan tambang meliputi; pemantauan kestabilan fisik
(termasuk di dalamnya kestabilan lereng, keamanan bangunan pengendali erosi dan
sedimentasi, penimbunan material penutup, serta fasilitas lain); air permukaan dan air tanah
(kualitas air sungai, air sumur di sekitar lokasi bekas tambang, sumur pantau, air kolam bekas
tambang dll); flora dan fauna (akuatik dan terestrial); sosial dan ekonomi (demografi, mata
pencaharian, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain).
kajian AMDAL untuk rencana usaha dan/atau kegiatan Pertambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam tidak terdapat kajian alternatif.
B. Rona Lingkungan Hidup Awal
1. Komponen Fisik-Kimia
a. Iklim
Kondisi iklim di wilayah studi rencana penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam yang terletak di Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur
merupakan gambaran regional Pulau Belitung yang diperoleh dari data iklim stasiun BMKG
Kota Tanjungpandan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2017. Komponen iklim yang
ditelaah adalah curah hujan dan hari hujan, suhu udara, kelembaban, penyinaran, serta arah dan
kecepatan angin. Komponen-komponen iklim tersebut terkait erat dengan sifat-sifat parameter
lingkungan hidup lainnya, baik sebagai media penyebaran limbah gas, cair dan padat.
1) Curah Hujan dan Tipe Iklim
Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun terakhir (2008 – 2017) yang diperoleh
dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika HAS Hanandjoeddin
Tanjungpandan, diketahui bahwa curah hujan rata-rata bulanan di wilayah studi berkisar antara
110,84 - 457,96 mm/bulan. Rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Desember (457,96
mm) dan terendah pada Bulan September (110,84 mm). Rata-rata curah hujan tahunan sebesar
255,55 mm/tahun.
Klasifikasi iklim menurut Koppen dalam Schmidt dan Fergusson (1951) mengenai
perbandingan bulan basah dan bulan kering, maka tipe iklim di wilayah studi tergolong tipe
iklim Af (hujan tropik basah) yang dicirikan oleh curah hujan bulanan terkering > 60 mm dan
suhu rata-rata bulanan > 18 0C. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951)
tipe iklim di wilayah studi termasuk dalam klasifikasi tipe iklim A yang dicirikan oleh 0 - 1
bulan kering, nilai Q < 0,143. Berdasarkan klasifikasi Oldeman, areal studi termasuk kedalam
tipe iklim C1yang dicirikan oleh banyaknya bulan basah 5 - 6 bulan basah berturut-turut dengan
curah hujan > 200 mm/bulan dan mempunyai pola curah hujan yang merata sepanjang tahun
tanpa adanya bulan relatif kering yang jelas.
Data curah hujan 10 tahun terakhir di wilayah studi secara ringkas dapat dilihat pada
Tabel 2.7. dan data rekapitulasi parameter iklim pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 2.8.
serta grafik rata-rata curah hujan tahunan dari tahun 2008 sampai 2017 di wilayah studi dapat
dilihat pada Gambar 2.15.
Tabel 2.7. Rekapitulasi Curah Hujan Periode 2008 – 2017 di Wilayah Studi
Curah Hujan (mm) Tahun Rata2
Bulan Bulanan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
(mm/bln)
Jan 107,60 280,70 260,80 196,20 147,70 210,00 180,9 263 478.8 440.7 256.64
Feb 109,60 56,70 82,40 104,10 221,70 241,00 0,0 257 506.0 247.3 182.58
Mar 342,10 266,40 196,80 218,50 108,50 122,40 174,5 166 188.4 271.1 205.47
Apr 417,30 347,10 224,90 169,00 317,00 345,20 481,7 453 435.1 383.6 357.39
Mei 215,60 105,10 400,60 392,10 83,10 496,40 523,0 253 249.0 284.5 300.24
Juni 108,20 67,50 384,60 251,00 169,00 192,00 267,3 93 174.7 215.7 192.30
Juli 85,10 87,50 422,50 207,50 77,80 279,00 65,4 17 223.9 540.4 200.61
Agt 324,70 19,50 364,90 17,90 90,90 152,00 79,3 0 265.1 105.9 142.02
Sep 153,50 36,80 315,90 104,20 19,10 59,00 25,3 0 283.4 111.2 110.84
Okt 398,60 52,90 278,60 370,80 424,40 355,00 61,8 116,1 268.8 407.4 273.44
Nop 225,00 342,30 411,90 365,60 721,50 444,00 356,5 454,4 332.0 218.3 387.15
Des 443,30 282,90 376,60 526,90 591,70 703,00 334,8 577,3 347.4 395.7 457.96
∑ 2930,6 1945,4 3720,5 2923,8 2972,4 3599,00 2550,5 2649,8 3752,6 3621.80 3066.64
Rata2 244,22 162,12 310,04 243,65 247,70 299,92 212,54 220,82 312,72 301.82 255.55
Bulanan
Gambar 2.14. Grafik Rata-rata Curah Hujan Tahunan Periode 2008 – 2017 di Wilayah Studi
2) Suhu Udara
Suhu udara di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya wilayah tersebut
dari permukaan laut dan jarak dari pantai. Disamping itu besaran dan fluktuasi suhu udara juga
dipengaruhi juga oleh tutupan vegetasi (land cover) dan morfologi wilayah dimana peningkatan
suhu udara per satuan waktu akan semakin tinggi pada areal/lahan yang kurang vegetasi dengan
kondisi morfologi yang relatif datar. Oleh karena itu, perubahan suhu udara bukan merupakan
efek langsung dari penyinaran matahari melainkan efek dari pancaran panas bumi yang
dilepaskan ke atmosfer.
Data kajian suhu udara yang tercatat di Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika Buluh Tumbang Tanjungpandan menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara bulanan
maksimum berkisar 31,6 – 34,3°C dan suhu udara bulanan minimum berkisar 21,0 – 23,4 ⁰C.
Suhu maksimum mencapai 34,3⁰C terjadi pada bulan September dan suhu minimum sebesar
31,6⁰C yang terjadi pada bulan Februari. Data suhu udara di wilayah studi dapat dilihat pada
Tabel 2.8.
3) Kelembaban dan Lama Penyinaran
Kelembaban udara relatif (relative humidity, RH) merupakan tingkat kandungan air di
udara bebas, terutama berkaitan dengan curah hujan dan kecepatan angin serta lamanya
penyinaran matahari. Pola kelembaban udara relatif pada wilayah studi hampir merata
sepanjang tahun.Kelembaban udara relatif tertinggi 91% terjadi pada Bulan November dan
terendah 83% yang terjadi pada Bulan Agustus dan September. Rekapitulasi data kelembaban
udara dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Lama penyinaran matahari dihitung selama 8 jam, yaitu dari jam 08.00 -16.00 yang
setara dengan 100 %. Lama penyinaran matahari terkait erat dengan suhu udara dan suhu tanah.
Umumnya peningkatan jumlah atau persentase lama penyinaran juga akan berpengaruh pada
tingkat stabilitas udara dan selanjutnya mempengaruhi laju pergerakan pertikulat (debu) sekitar
wilayah studi ke udara bebas. Rata-rata lama penyinaran matahari 49,83%, dengan lama
penyinaran 71,7 % yang terjadi pada Bulan Agustus dan terendah 31,5%yang terjadi pada Bulan
Desember. Rekapitulasi lama penyinaran dapat dilihat pada Tabel 2.8.
4) Arah Kecepatan Angin
Kecepatan dan arah angin sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan.
Berdasarkan data arah dan kecepatan angin pada Tabel 2.8. dapat dilihat bahwa arah angin
dominan terbanyak adalah arah Selatan yang terjadi selama 4 bulan dari bulan Juni, September -
November dan kecepatan angin bulanan pada wilayah studi rata-rata adalah 4,33 Knots dengan
kecepatan angin rata-rata tertinggi adalah 6 knots yang terjadi pada Bulan Februari dan Agustus
dan terendah adalah 3 Knots yang terjadi pada Bulan April, Oktober, dan November.
b. Kualitas Udara dan Kebisingan
Kualitas udara merupakan salah satu komponen lingkungan hidup yang kerap menjadi
isu pokok dari suatu kegiatan baik pada tahap konstruksi maupun sampai tahap operasi
berlangsung. Berdasarkan pengamatan visual, kualitas udara di sekitar lokasi penambangan
diperkirakan masih tergolong baik. Hal ini didasarkan karena di sekitar lokasi tidak terdapat
kegiatan-kegiatan yang menjadi sumber pencemaran udara, baik sumber bergerak maupun
sumber tak bergerak. Untuk mengetahui secara lebih mendalam, maka akan dilakukan
pengambilan sampel udara ambien di beberapa titik pengamatan pada saat pelaksanaan
ANDAL.
c. Geologi dan Morfologi
Menurut Baharuddin dan Sidarto (1995), Pulau Belitung dikelompokkan dalam
sembilan formasi geologi yaitu; Endapan Alluvial dan Pantai (Qa), Pasir Berkarbon (Qpk),
Formasi Tajam (PCTm), Formasi Kelapa Kampit (PCKs), formasi Siantu (PCsv), Granit
Tanjungpandan (Trtg), Adamelit Baginda (Jma), Granodiorit Burungmandi (Kbg) dan Diorit
Kuarsa Batubesi (Kbd).
Struktur geologi yang dijumpai di daerah ini antara lain : lipatan, sesar, kekar dan
kelurusan. Arah sumbu lipatan umumnya barat laut – tenggara, sedangkan sesar arah timur laut
– barat daya. Kegiatan tektonik dimulai pada masa Permo-Karbon yang menghasilkan endapan
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa II-35
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
sedimen “flysch”. Formasi Kelapa Kampit, bersamaan dengan itu terjadi tumbukan yang
membentuk Formasi Siantu. Pada masa Trias terjadi kegiatan magmatik dan menghasilkan
Granit Tanjungpandan yang membawa kasiterit primer. Selama Awal Jura kegiatan magmatik
berlanjut dan menghasilkan penerobosan batuan Adamelit Baginda, kegiatan magmatik ini
berakhir pada Akhir Kapur dengan terbentuknya terobosan batuan – batuan diorit dan
granodiorit. Sejak Kapur Akhir sampai Kuarter berlangsung proses erosi dan pengendapan yang
menghasilkan endapan pasir karbonan dan aluvium.
Sumberdaya mineral utama di daerah ini adalah timah, kaolin, pasir kuarsa, granit dan
mineral sekunder seperti hematit, magnetit, pirit dan galena. Timah primer dijumpai sebagai
endapan greisen berbentuk urat – urat sedangkan timah sekunder sebagai pelapisan dalam
endapan sungai purba. Pasir kuarsa dan kaolin tersebar luas, merupakan hasil pelapukan batuan
granit dan baguan malihan.
1) Kondisi Geologi
Secara geologis, areal pencadangan untuk kegiatan pertambangan pasir kuarsa oleh PT.
Bintang Delapan Enam yang terletak di Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten
Belitung Timur berada di Formasi Kelapa Kampit (PCks) seluas 20,63 Ha dan Endapan Aluvial
dan Pantai (Qa) seluas 490,27 Ha. Formasi kelapa kampit (PCks) adalah batuan sedimen flysch
yang terlipat lemah hingga sedang, terdiri atas batu pasir malih berselingan dengan batusabak,
batulumpur, serpih batu lanau, tufan dan rijang. Pada kondisi geologi Endapan Aluvial dan
Pantai (Qa) terdiri dari kerikil-kerikil, pasir, lanau, lempung, dan pecahan koral. Jenis tanah
lokasi tambang memiliki kesuburan yang rendah. Adapun untuk peta geologi pada lokasi proyek
ditampilkan pada Gambar 2.15.
2) Kondisi Morfologi dan Kelerengan
Pada Peta Rupa bumi Indonesia skala 1 : 50.000 lembar 1212-64 dan 1312 – 43, lokasi
rencana penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam secara umum merupakan
daerah dengan morfologi yang datar atau kurang dari 25 m dpl. Terdapat beberapa satuan lahan
(morfologis) yang dapat di perhatikan antara lain : dataran rendah belukar, terletak dekat dengan
pantai. Ketinggian kontur lahan lokasi rencana penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam berkisar antara 5 – 10 meter (dpl).
Lereng adalah kenampakan permukaan alam yang disebabkan oleh adanya perbedaan
ketinggian, apabila perbedaan ketinggian tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar
akan diperoleh besarnya kelerangan. Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah
dan pelapukan. Berdasarkan peta kelas lereng, dapat diketahui bahwa lokasi rencana
penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam berada pada kelas lereng A (0-3 %)
seluas 483,63 ha (94,83 %), kelas lereng B (3-8 %) seluas 25,56 ha (5,01 %) dan kelas lereng C
(8-15%) seluas 1,71 ha (0,34 %). Peta Kelas Lereng disajikan pada Gambar 2.16.
3) Penutupan Lahan (Land Cover)
Penutupan lahan (land cover) merupakan kenampakan permukaan lahan secara fisik
baik yang terjadi secara alami maupun akibat kegiatan manusia. Kondisi penutupan lahan ini
akan sangat berpengaruh terhadap besarnya aliran permukaan (run off) dan laju erosi.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dan melihat peta penutupan lahan, diketahui bahwa
penutupan lahan di areal yang dicadangkan untuk rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa
PT. Bintang Delapan Enam merupakan lahan area terbuka seluas 34,84 (6,82 %), lahan rawa
seluas 3,04 Ha (0,6 %), savana seluas 144 Ha (28,26 %), pertambangan seluas 134,52 Ha (26,33
%) dan semak belukar seluas 194,12 Ha (38 %). Peta penutupan lahan di wilayah studi disajikan
pada Gambar 2.17.
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa II-36
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
Gambar 2.15. Peta Geologi Rencana Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam
e. Hidrologi
Keadaan hidrologi di daerah rendah dan pelembahan dicirikan oleh stagnasi air yang
telah berlangsung lama sehingga kondisi lapisan bawah didominasi oleh lapisan konkresi besi
yang kedap air. Air hujan cenderung mengalir sebagai aliran permukaan (run off) dan
menggerus permukaan (sheet erosion). Karena keadaan porositas yang tinggi, pola drainase
bersifat dendritik tak terarah dan membentuk meander pada daerah yang mendekati hulu sungai.
Berdasarkan telaah Peta Hidrologi, terdapat sungai yang melewati areal usaha dan/atau
kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam yaitu Sungai A. Seranggas yang
merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Linggang. Lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam seluas 503,71 Ha (98,59
%) berada di dalam DAS Linggang dan seluas 7,19 Ha (1,41 %) berada didalan DAS
Limbungan.
Lebar sungai di wilayah studi berkisar antara 8 - 10 meter dengan kedalaman berkisar 1,5
– 2 meter. Sungai tersebut tidak difungsikan sebagai sarana transportasi. Selain itu aliran sungai
studi tersebut letaknya jauh dari pemukiman penduduk sehingga airnya tidak dijadikan sumber
air baku untuk kebutuhan masyarakat.
Di wilayah studi banyak ditemukan rawa-rawa dan kolong-kolong bekas penambangan
yang dilakukan oleh perusahaan lain sebelumnya. Gambaran Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
terdapat di areal studi adalah sebagaimana disajikan pada Gambar 2.19. Secara visual, kondisi
air sungai di sekitar wilayah usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam dapat dikatakan masih cukup baik dan masih bisa digunakan oleh masyarakat
setempat untuk keperluan pertanian.
f. Kualitas Air Permukaan
Di sekitar lokasi tambang PT. Bintang Delapan Enam terdapat satu aliran air yaitu
aliran Sungai A. Seranggas. Aliran Sungai A. Seranggas bermuara langsung ke laut.
Pengukuran dan analisis data parameter kualitas air yang diukur meliputi kualitas air sungai.
Pengambilan sampel air di wilayah studi usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam dilakukan pada titik lokasi di badan air sungai. Pengukuran dan analisis
data kualitas air permukaan akan dilakukan pada saat pelaksanaan studi ANDAL.
2. Komponen Biologi
a. Vegetasi
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat survey pendahuluan yang dilakukan oleh Tim
Amdal diketahui bahwa kelompok tumbuh-tumbuhan (vegetasi) yang tumbuh secara alami di
areal pencadangan untuk kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam adalah
vegetasi hutan kerangas (sapu-sapu dan gelam). Tutupan vegetasi hutan kerangas di wilayah
studi dicirikan oleh adanya vegetasi sekunder yang berukuran kecil (didominasi vegetasi perdu
atau semak) yang bercampur dengan vegetasi tiang dan pohon. Dari hasil pengamatan,
terbentuknya ekosistem semak belukar di wilayah studi diduga karena faktor edafis, yaitu
dimana tanah sebagai tempat tumbuhnya berupa tanah podsol ataupun aluvial yang sudah
tercuci berat sehingga sangat miskin unsur hara, pH tanah sangat rendah (masam), tekstur tanah
didominasi oleh pasir (kuarsa) dan sangat sarang, kondisi kadar air dan suhu tanah sering
mengalami perubahan yang cukup ekstrim, yaitu dimana kelembaban tanah sangat rendah
(kering) pada saat tidak ada hujan dan jenuh atau bahkan dapat terendam air pada saat terjadi
hujan sebagai akibat adanya lapisan yang kedap air di bawah lapisan pasir. Secara ringkas jenis
vegetasi alam yang tumbuh di dalam lokasi studi dapat dilihat pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Jenis Vegetasi Di Dalam Areal Rencana Penambangan Pasir Kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam
No. Nama Daerah/Lokal Nama Ilmiah
A. Pohon :
1. Sapu-sapu Baeckea frutescens
2. Gelam Melaleuca leucadendron
3. Samak Syzygium subrupa King
4. Perepat paya Combretocarpus rotundatus
5. Sekuncung Leptospermium flavescens
6. Nasi-nasi Syzygium bankense
7. Pelawan Tristaniopis merguensis Griff
8. Simpur Dillenia sumatrana
9. Jemang Rhodamnia cinerea
10. Betor Belulang Callophyllum lanigerum
11. Balangeran Shorea balangeran
12. Seru Schima wallichii
B. Rumput-Perdu (Semak) :
1. Rumput padang Thoracostachyum bancanus
2. Teki rawa Cyperus sp.
3. Pakis rawa Ceratoptaris thalictroides
4. Alang-alang Imperata cylindrica
5. Keramunting Rhodomyrtus tomentosa
6. Harendong Melastoma affine
7. Gelagah Saccharum spontaneum
Sumber : Hasil Survei Pendahuluan Tim AMDAL, 2020.
b. Satwa Liar
1) Mamalia
Satwaliar dari kelompok mamalia yang terdapat di dalam areal studi, populasinya cukup
terbatas. Berdasarkan survei pendahuluan, teridentifikasi sekitar 7 jenis mamalia di areal
pencadangan lokasi untuk rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam, dimana 2 (dua) jenis diantaranya termasuk yang dilindungi berdasarkan Lampiran
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.92/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Secara
ringkas jenis mamalia yang hidup di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10. Jenis Mamalia yang Dapat Ditemukan di Dalam dan Sekitar Areal Penambangan
Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
No Nama Daerah/Lokal Nama Ilmiah Status
1. Babi hutan Sus scrofa Tidak Dilindungi
2. Kera ekor panjang Macaca fascicularis Tidak Dilindungi
3. Lutung hitam Trachypithecus auratus Dilindungi
4. Tupai Exiliscirius exilis Tidak Dilindungi
5. Tikus tanah Rattus sp Tidak Dilindungi
6. Trenggiling Manis javanica Dilindungi
Sumber : Hasil Survei Pendahuluan Tim AMDAL, 2020.
3) Burung (aves)
Di areal yang diusulkan untuk penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
terdapat beberapa jenis burung yang umumnya terdiri dari kelompok herbivora (pemakan
biji/buah/nektar), insectivora (pemakan serangga) dan pemakan ikan kecil. Umumnya jenis-
jenis burung tersebut hidup, berkembang biak, dan mencari makan di dalam dan di sekitar areal
studi sepanjang hidupnya. Jenis burung yang dijumpai pada saat survey pendahuluan di wilayah
studi dapat dilihat pada Tabel. 2.12.
Tabel 2.12. Jenis Burung yang Terdapat di Dalam dan Sekitar Areal Penambangan Pasir Kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam.
No. Nama Daerah Nama Ilmiah Status
1. Puyuh Cotumix chinensis Tidak Dilindungi
2. Kacer Aegiyhinatiphia Tidak Dilindungi
3. Berbak Ploceus philippinus Tidak Dilindungi
c. Biota Air
Jenis biota air yang sudah dikumpulkan datanya pada saat survei pendahuluan adalah
berbagai jenis ikan yang berada di sekitar lokasi studi terutama di perairan Sungai A. Seranggas.
Data yang diperoleh umumnya berasal dari informasi masyarakat di wilayah studi. Jenis-jenis
ikan tersebut diantaranya adalah : Mengkawak/Gabus (Ophiocephalus striatus), Lele (Clarias
meladerma), Belut (Macrotema caligans), Keli (Encheloclarias kelioides), Sepat (Trichogaster
pectoralis), Betok (Anabas testudineus). Banyaknya jenis ikan yang terdapat pada perairan
menunjukan tingkat keanekaragaman ikan yang cukup tinggi namun tidak tetap (tidak stabil)
pada saat musim tertentu terutama pada musim kering. Berdasarkan pengamatan dan informasi
di lapangan, masyarakat setempat tidak menjadikan perairan sungai studi sebagai tempat untuk
mencari ikan.
3. Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya Dan Kesehatan Masyarakat
a. Kewilayahan dan Demografi
Kecamatan Gantung terbagi menjadi 7 Desa antara lain Lilangan, Jangkar Asam,
Gantung, Selinsing, Limbongan, Batu Penyu, Selinsing dan Lenggan dengan luas wilayah total
54.630 Ha. Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Gantung adalah sebanyak 27.302 jiwa.
Secara administratif, yang termasuk wilayah studi AMDAL Pertambangan Pasir Kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam adalah Desa Batu Penyu. Pada Tabel 2.13. disajikan jumlah penduduk
per desa di Kecamatan Gantung.
Tabel 2.13. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan
Gantung Tahun 2018
∑
Desa/Kecamatan Luas Jenis Kelamin Kepadatan
No Penduduk
Studi (Km2) (Jw/km2)
(Jiwa) Laki-laki Perempuan
1. Desa Batu Penyu 58,99 4.896 2.538 2.358 83
Kecamatan
2. 546,30 27.302 14.162 13.140 473
Gantung
Sumber : Kecamatan Gantung Dalam Angka, 2019.
b. Sosial Ekonomi
1) Kesempatan Kerja dan Berusaha
Rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa di PT. Bintang Delapan Enam selama
tahap operasional diperkirakan akan menyerap tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja akan
diprioritaskan bagi penduduk setempat sesuai dengan kebutuhan dan keterampilan. Penerimaan
tenaga kerja tersebut berarti akan memberikan kesempatan kerja bagi penduduk lokal dan
pendatang. Dengan adanya penerimaan tenaga kerja akan memberikan peningkatan pendapatan
dan mendorong terciptanya peluang berusaha bagi penduduk setempat dalam usaha
Tingkat
No. Jumlah Keluarga (KK) Persentase(%)
Kesejahteraan
3. Sejahtera II 2.464 30,2
Jumlah 7.900 100,00
Sumber: Kecamatan Gantung Dalam Angka, 2019.
c. Sosial Budaya
1) Lembaga Kemasyarakatan
Lembaga kemasyarakatan atau pranata sosial merupakan tatanan sosial dalam
kehidupan masyarakat yang didalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan
peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur yang menunjuk pada satu keteraturan
perilaku sehingga dapat memberikan bentuk sebagai lembaga masyarakat. Lembaga
kemasyarakatan memiliki tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.
Pranata sosial yang ada di desa wilayah studi terdiri dari lembaga formal dan non-
formal. Lembaga formal yang ada adalah lembaga yang sudah diatur pemerintah untuk
membantu kelancaran pembangunan desa. Kegiatan lembaga formal ini dipimpin oleh seorang
Kepala Desa yang dibantu oleh aparat pendukungnya. Lembaga formal lainnya antara lain
LMD, Karang Taruna, Kelompok petani/nelayan dan lain sebagainya yang dipimpin oleh ketua-
ketua kelompok.
Lembaga non-formal biasanya terbentuk secara turun temurun berdasarkan keadaan
adat istiadat dan agama yang dianut penduduk desa. Aktivitas lembaga non-formal hanya
terbatas pada kegiatan adat, ekonomi dan keagamaan. Bentuk kegiatan yang umum dilakukan
meliputi kegiatan gotong royong untuk memelihara kebersihan, usaha tani/nelayan, dan
kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya seperti perkawinan, khitanan, menyambut kelahiran
anak, kematian, dan lain sebagainya. Kegiatan yang bersifat non-formal terutama yang
berkaitan dengan agama dan adat istiadat dipimpin oleh ketua adat yang sekaligus merupakan
tokoh agama.
2) Adat Istiadat dan Pola Kebiasaan Yang Berlaku
Pada umumnya penduduk di Desa Batu Penyu didominasi oleh etnis Melayu, meskipun
terdapat juga etnis lain yang sangat sedikit jumlahnya seperti etnis Tionghoa dan Jawa.
Kehidupan sehari-hari masyarakat yang berasal dari berbagai suku tersebut berjalan dengan
harmonis. Adat istiadat di desa ini masih tergolong sangat kuat dan syarat akan nuansa Islam
sehingga pola kebiasaan yang berlaku di masyarakat banyak dipengaruhi oleh ajaran agama
Islam, walaupun di wilayah ini terdapat agama lain. Umumnya adat istiadat dan pola kebiasaan
yang berlaku bersifat apabila acara yang berhubungan dengan adat dilaksanakan. Acara-acara
tersebut antara lain : musyawarah adat, upacara adat perkawinan dan kegiatan keagamaan pada
hari-hari besar keagamaan.
3) Saran dan Prasarana Pendidikan
Keadaan sarana dan prasarana pendidikan di tingkat Kecamatan Gantung sudah cukup
memadai karena usia pendidikan 6 – 12 tahun sudah dapat mengecap tingkat pendidikan
tersebut. Adanya prasarana dan sarana pendidikan tersebut diharapkan dapat membantu dalam
peningkatan kualitas pendidikan masyarakat Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten
Belitung Timur.
Tabel 2.18. Jumlah Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid di Kecamatan Gantung Tahun 2018
Jumlah Sekolah Jumlah Murid
Sarana
No Desa Kecamatan Desa Kecamatan
Pendidikan
Batu Penyu Gantung Batu Penyu Gantung
1. PAUD 2 13 ttd ttd
1. TK - 4 ttd ttd
2. SD 4 21 239 2.929
3. SMP - 5 - 1.102
4. SMA - 2 - 637
Sumber: Kecamatan Gantung Dalam Angka, 2019
Jenis penyakit yang dominan diderita masyarakat berdasarkan data dari Puskesmas
Gantung adalah Ispa, kemudian diikuti dengan penyakit lainnya seperti gastritis, hipertensi dan
lainnya. Jenis penyakit yang sering diderita penduduk wilayah studi secara ringkas dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.21. Jenis Penyakit Yang Sering Diderita Masyarakat di Kecamatan Gantung
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019
kelangsungan kegiatan perusahaan, dan sebaliknya masyarakat di desa tersebut juga akan
menerima dampak positif maupun dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung.
d. Kegiatan Pertanian / Berkebun
Sebagian besar penduduk di desa studi terutama penduduk Desa Batu Penyu bermata
pencaharian sebagai petani. Lahan usaha tani mereka umumnya berada di sebelah Utara, Timur
dan Barat dari lokasi rencana tambang pasir kuarsa, sehingga aliran air permukaan / sungai yang
terkena dampak tidak akan mengganggu kegiatan pertanian / berkebun mereka karena aliran
sungai dari tapak proyek menuju ke arah Selatan sampai ke laut.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan dan informasi dari masyarakat, di lokasi rencana
tambang terdapat juga kebun masyarakat yang letaknya sporadis dan luasannya relative kecil,
tidak terkecuali pada lahan yang statusnya kawasan hutan produksi. Untuk menghindari
konflik, perusahaan tidak akan menambang pada lahan yang sudah digarap masyarakat sebelum
ada kesepakatan dengan masyarakat penggarap lahan tersebut.
e. Kegiatan Nelayan
Sebagian penduduk Desa Batu Penyu bermata pencaharian sebagai nelayan. Kegiatan
nelayan di desa ini dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan hidup penduduk dan telah
menggerakan perekonomian desa, sehingga ketergantungan terhadap sumberdaya perikanan laut
juga cukup tinggi. Aktivitas nelayan di desa studi kadang kala berada di perairan laut sekitar
muara sungai penerima dampak kegiatan rencana penambangan, terutama sekitar muara Sungai
A.Seranggas. Dengan demikian kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan
Enam harus menghindari terjadinya pencemaran air sungai yang langsung bermuara ke laut di
sekitarnya.
Gambar 2.20. Peta Kegiatan Lain
merupakan dampak penting atau tidak. Dampak-dampak potensial akan diidentifikasi dengan
menggunakan beberapa metode berikut ini :
a) Penelaahan pustaka,
b) Analisis isi (content analysis),
c) Interaksi kelompok (brain storming) antar anggota Tim Penyusun AMDAL, serta
Tim Penyusun AMDAL dengan masyarakat yang terkena dampak, masyarakat yang
berkepentingan, dan pemrakarsa,
d) Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif),
e) Pengamatan lapangan (observation).
Selanjutnya untuk melihat hubungan sebab akibat (causative effect) antara rencana
usaha dan/atau kegiatan dengan lingkup rona lingkungan hidup awal yang potensial terkena
dampak, maka digunakan matriks interaksi sederhana. Berdasarkan metode tersebut maka hasil
identifikasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam adalah seperti yang disajikan pada Tabel 2.21. Uraian masing-masing rencana kegiatan
sebagai sumber dampak dan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak disajikan
sebagaimana berikut ini.
a. Tahap Pra-konstruksi
1) Perizinan
Sesuai dengan rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa di Desa Batu Penyu,
Kecamatan Gantung, maka PT. Bintang Delapan Enam telah dan akan mengupayakan beberapa
perizinan dari instansi pemerintah yang menyangkut kegiatan penambangan pasir kuarsa ini.
Kegiatan perizinan ini umumnya merupakan kegiatan administratif perusahaan yang dilakukan
di kantor perusahaan dan instansi terkait. Kegiatan perizinan diperkirakan tidak berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
2) Survey Teknis
Tujuan dari dilaksanakannya survei teknis adalah untuk menyiapkan gambar detail
pekerjaan, termasuk gambar pemetaan (layout), konstruksi sarana penunjang tambang yang
akan dibangun serta gambar detail sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Pelaksanaan
pekerjaan ini mencakup Basic and Detail Design, jaringan rencana keja, uraian teknis
pelaksanaan dan organisasi proyek pembangunan sarana penunjang tambang. Untuk
melaksanakan pekerjaan desain tersebut maka dilakukan pemetaan dan survei lapangan dan
pengeboran untuk mengetahui potensi cadangan pasir kuarsa terhadap lokasi kegiatan. Kegiatan
survey teknis diperkirakan tidak menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan hidup.
3) Sosialisasi Rencana Kegiatan
Sosialisasi dilakukan untuk menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
kepada masyarakat setempat/sekitar yang diperkirakan akan terkena dampak apabila kegiatan
tersebut berlangsung. Disamping itu dengan sosialisasi, pemrakarsa dapat melihat dan
mendengar langsung dari masyarakat mengenai karakteristik wilayah baik dalam arti psikologis
maupun kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan.
Sosialisasi kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan evaluasi strategis lokasi dalam
kaitannya dengan penggunaan lokasi untuk tapak kegiatan, sarana prasarana pendukung yang
disesuaikan dengan arahan pengembangan wilayah secara menyeluruh serta untuk memperoleh
masukan, tanggapan dan pendapat dari masyarakat setempat.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan sosialisasi rencana
kegiatan ini adalah :
Perubahan persepsi dan sikap masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif.
4) Pembebasan Lahan
Kegiatan pembebasan lahan merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk
membebaskan hak atas lahan dari pihak lain. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung No : 188.44/731/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14 Agustus 2019
tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam Jenis Pasir
Kuarsa kepada PT. Bintang Delapan Enam, perusahaan telah mendapatkan izin prinsip berupa
wilayah izin usaha pertambangan eksplorasi pasir kuarsa yang berada di Desa Batu Penyu,
Kecamatan Gantung, dengan luas WIUP Eksplorasi 510,9 ha.
Hasil dari pra-survei menunjukkan bahwa lahan tersebut sebagian besar berupa lahan
bekas tambang dan rawa-rawa yang belum dimanfaatkan masyarakat. Namun demikian untuk
menghindari terjadinya konflik di masa mendatang, maka perusahaan akan melakukan
inventarisir dan berkoordinasi dengan masyarakat pemilik lahan dan pemerintah desa setempat
apabila didalam lokasi tambang terdapat lahan/kebun milik masyarakat. Selain itu juga untuk
lokasi rencana tambang pasir kuarsa yang masuk dalam kawasan hutan produksi pihak PT.
Bintang Delapan Enam sebelum melakukan operasional penambangan terlebih dulu mengurus
izin pinjam pakai kawasan hutan kepada Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan pembebasan lahan
adalah:
Perubahan persepsi dan sikap masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif.
b. Tahap Konstruksi
1) Rekrutmen tenaga kerja
Untuk tenaga kerja konstruksi sekaligus juga digunakan untuk kegiatan penambangan
pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam. Rekrutmen tenaga kerja akan memberikan
kesempatan / prioritas pertama bagi tenaga kerja lokal yang berasal dari penduduk sekitar sesuai
dengan keahlian dan kualifikasi yang dibutuhkan. Namun demikian, adanya faktor ketersediaan
dan keterbatasan tenaga kerja lokal, maka perusahaan juga akan menggunakan tenaga kerja
pendatang dari luar daerah jika tenaga kerja lokal tidak cukup tersedia. Perekrutan tenaga kerja
tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan untuk operasional, dan
berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten
Belitung Timur dan Kantor Desa setempat. Untuk kegiatan konstruksi dan operasional
penambangan pasir kuarsa akan dibutuhkan tenaga kerja sekitar 45 orang yang akan direkrut
pada tahap konstruksi.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan rekrutmen tenaga kerja
adalah :
Peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha,
Peningkatan perekonomian lokal,
Perubahan persepsi dan sikap masyarakat, baik yang bersifat positif maupun negatif.
2) Mobilisasi Peralatan dan Material
Bahan-bahan yang dibutuhkan berupa bahan bangunan untuk pembuatan mess, kantor,
gudang, dan kantor serta konstruksi lainnya, seperti : semen, pasir, batu gunung, kayu/papan,
seng/asbes, dan lain-lain. Peralatan untuk tahap konstruksi yang sekaligus dapat digunakan
untuk kegiatan penambangan pada tahap operasional yang akan dimobilisasi meliputi alat-alat
berat untuk land clearing, pengupasan, perataan, pemeliharaan jalan, penggalian dan
penimbunan. Mobilisasi material dan peralatan ini akan melalui jalan darat dari Tanjungpandan
ataupun Manggar menuju lokasi rencana kegiatan dengan menggunakan dump truck. Khusus
alat berat akan dimobilisasi dengan menggunakan tronton dan dikawal oleh keamanan di bagian
depan dan belakang dengan kendaraan roda empat. Kegiatan mobilisasi peralatan dan material
ini bersifat sementara dan berlangsung sesekali saja.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan mobilisasi material dan
peralatan adalah :
Peningkatan gangguan lalulintas kendaraan.
3) Pembangunan Sarana dan
Prasarana Pendukung Tambang
Sarana prasarana pendukung yang perlu dibangun untuk kelancaran kegiatan
penambangan pasir kuarsa ini diantaranya adalah mess pekerja, kantor, gudang peralatan dan
spare part, bengkel (workshop), tempat penyimpanan BBM, rumah genset, tempat parkir (alat
berat dan kendaraan operasional), pos jaga. Sedangkan fasilitas tambang yang akan dibangun
berupa jalan tambang, instalasi pencucian pasir kuarsa. Kegiatan ini umumnya merupakan
kegiatan konstruksi bangunan semi permanen dan bangunan permanen, sedangkan pemasangan
instalasi pencucian pasir kuarsa akan dilakukan oleh pihak ketiga dengan menggunakan tenaga
kerja terlatih.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan pembangunan sarana
dan prasarana pendukung penambangan adalah:
Perubahan iklim mikro,
Peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi,
Penurunan kualitas air permukaan,
Hilang/berkurangnya vegetasi,
Penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar,
Penurunan biota perairan,
c. Tahap Operasional
1) Penyiapan Lahan
Pada kegiatan penyiapan lahan akan dilakukan pembukaan lahan dan pengupasan/
pembersihan lapisan atas (top soil). Kondisi awal lahan lokasi tambang merupakan dataran
tanah yang relatif datar, sebagian berupa rawa dan memliki vegetasi yang bersifat homogen.
Umumnya cadangan pasir kuarsa terdapat pada bagian atas (dibawah lapisan topsoil) dengan
ketebalan topsoil berkisar 0 – 50 cm. Pembukaan lahan dan pembersihan/pengupasan lahan
menggunakan alat berat berupa excavator dan manual.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan penyiapan lahan
tambang antara lain :
Perubahan iklim mikro,
Peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi,
Penurunan kualitas air permukaan,
Adanya potensi kebakaran,
Hilang/berkurangnya vegetasi,
dihasilkan dari operasional workshop (perbaikan dan pemeliharaan alat-alat berat, mesin
tambang, kendaraan operasional dan genset) akan ditangani PT. Bintang Delapan Enam sesuai
Standard Operational Procedure (SOP) dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah RI No.
101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3. Hasil penampungan oli/pelumas bekas
diserahkan kepada pihak ketiga (P3MPB) yang telah mendapat izin resmi dari Kementerian
Negara Lingkungan Hidup dan Rekomendasi dari Pertamina. Oli/pelumas bekas ditempatkan
dalam drum-drum tertutup berkapasitas 200 lt/drum yang diberi label B3 dan ditempatkan di
gudang TPS limbah B3. Dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas workshop dan genset
umumnya akibat adanya limpasan hujan yang membawa ceceran BBM maupun oli/pelumas dan
masuk ke perairan setempat.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan operasional workshop
dan genset adalah :
Penurunan kualitas udara,
Peningkatan kebisingan,
Peningkatan sampah dan limbah B3,
Penurunan kualitas air permukaan,
Penurunan biota perairan.
5) Corporate Social Responsibility
(CSR)
Kegiatan pemberdayaan masyarakat atau community development merupakan bagian
dari visi-misi perusahaan dalam upaya mewujudkan tanggung jawab sosialnya. Program ini
memiliki tujuan untuk mendorong prakarsa, inisiatif dan semangat keswadayaan masyarakat
untuk mengembangkan kapasitas sumberdaya manusia serta kemampuan masyarakat dalam
mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungannya secara
berkelanjutan.
Cakupan bidang kegiatan yang menjadi sasaran program community development
adalah (a) peningkatan kapasitas pengelolaan usaha bidang pertanian dan perkebunan yang
terintegrasi dengan industri pengolahan hasilnya; (b) peningkatan kapasitas sarana prasarana
sosial dan fasilitas umum; serta (c) peningkatan kapasitas partisipasi dan dinamika kelembagaan
masyarakat dalam perlindungan dan pelestarian budaya dan lingkungan hidup.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan pemberdayaan
masyarakat adalah:
Perubahan persepsi & sikap masyarakat yang bersifat positif,
Perbaikan fasilitas umum.
6) Reklamasi Lahan
Reklamasi lahan bekas tambang yang selanjutnya disebut reklamasi adalah usaha
memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak sebagai akibat kegiatan
usaha pertambangan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Adapun
tahapan pelaksanaan reklamasi ini adalah : penyiapan lahan, pengaturan bentuk lahan,
pengendalian erosi dan sedimentasi, pengelolaan lapisan topsoil, revegetasi dan pemeliharaan
tanaman.
Pada tahap reklamasi lahan ini akan dilakukan dengan cara membuat saluran drainase
berupa parit – parit di sekeliling blok dan strip blok areal penambangan yang
diarahkan/disalurkan menuju kolam pengendapan sebelum dialirkan sungai terdekat. Pembuatan
parit – parit ini bertujuan untuk meniriskan genangan air di lokasi eks tambang agar lahan
tersebut dapat ditanami dengan tanaman yang bernilai ekonomis dan sesuai dengan
peruntukannya.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang adalah :
Perubahan iklim mikro,
Penurunan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi,
Peningkatan kualitas air permukaan,
Perubahan bentang lahan,
Peningkatan produktifitas lahan,
Peningkatan vegetasi,
Peningkatan kualitas habitat dan populasi satwaliar,
Peningkatan biota perairan.
d. Tahap Pasca Operasional
1) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Dengan berakhirnya kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa, maka PT. Bintang
Delapan Enam akan melakukan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan. Pelaksanaan
kegiatan ini akan disesuaikan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku pada
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia seperti Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan PHK dan Penetapan Uang
Pesangon, Uang Jasa dan Ganti Kerugian di Perusahaan.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari Pemutusan Hubungan Kerja ini
adalah:
Hilang/berkurangnya kesempatan kerja & peluang berusaha.
2) Penutupan Tambang
Kegiatan penutupan tambang meliputi kegiatan demobilisasi peralatan dan material,
reklamasi lahan, pemeliharaan dan pemantauan serta pengembalian areal kepada pemerintah.
Pada akhir pasca operasional tambang ini sejalan dengan tingkat keberhasilan kegiatan
reklamasi dan rehabilitasi, maka sebelum dilakukan penyerahan areal bekas tambang ke
Pemerintah Kabupaten Belitung Timur terlebih dahulu dilakukan evaluasi oleh Tim dari
Pemerintah Kabupaten Belitung Timur. Jangka waktu reklamasi dan rehabilitasi serta evaluasi
lahan yang telah selesai izinnya adalah maksimal 5 tahun setelah operasional tambang berakhir
dan tidak boleh dilakukan akitifitas penambangan lagi apabila tidak dilakukan perpanjangan
izin. Evaluasi dilakukan dengan melihat apakah kondisi lingkungan hidup di lokasi tersebut
sudah memenuhi kriteria layak dilihat dari aspek lingkungan hidup. Apabila sudah memenuhi
kriteria layak, maka selanjutnya dilakukan penyerahan lahan kepada negara dalam hal ini
pemberi izin penambangan yaitu Pemerintah Kabupaten Belitung Timur.
Dampak potensial yang diprakirakan akan terjadi dari kegiatan penutupan tambang ini
antara lain adalah :
1) Peningkatan gangguan lalu lintas kendaraan.
Berdasarkan hasil identifikasi dampak potensial di atas, maka diperoleh sebanyak 19
(sembilan belas) dampak potensial, yaitu :
a) Komponen Fisik-Kimia :
1) Perubahan iklim mikro,
2) Peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi,
Tabel 2.22. Matriks Identifikasi Dampak Potensial Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Tahapan Kegiatan
Keterangan
No Komponen Lingkungan Hidup Pra konstruksi Konstruksi Operasional Pasca Ops
P1 P2 P3 P4 K1 K2 K3 O1 O2 O3 O4 O5 O6 PO1 PO2
A Komponen Fisik – Kimia :
1. Iklim Mikro X X X P1 : Perizinan
2. Laju Aliran Permukaan (Run-off) & Sedimentasi X X X X P2 : Survei Teknis
3. Kualitas Udara X X P3 : Sosialisasi Rencana Kegiatan
4. Kebisingan X X P4 : Pembebasan Lahan
5. Kualitas Air Permukaan X X X X X K1 : Rekrutmen tenaga kerja
6. Sampah dan Limbah B3 X K2 : Mobilisasi Peralatan dan Material
7. Perubahan bentang lahan X X K3 : Pembangunan Sarana Prasarana Tambang
8. Produktifitas Lahan X X O1 : Penyiapan Lahan
9. Potensi Kebakaran Lahan X O2 : Penambangan
B Komponen Biologi O3 : Pencucian Hasil Tambang
1. Populasi Vegetasi X X X O4 : Operasional Workshop dan Genset
2. Kualitas Habitat dan Populasi Satwaliar X X X O5 : Corporate Social Responsibility (CSR)
3. Biota Perairan X X X X X O6 : Reklamasi Lahan
C Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya PO1 : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
1. Persepsi dan Sikap Masyarakat X X X X PO2 : Penutupan Tambang
2. Kesempatan Kerja dan Peluang Berusaha X X
3. Perekonomian lokal X X X : Dampak Potensial
4. Fasilitas Umum X
5. Lalulintas Kendaraan X X
6. Konflik Kepentingan X
D Komponen Kesehatan
1. Kesehatan Masyarakat X
Sebagaimana disebutkan diatas bahwa metode yang digunakan untuk melakukan evaluasi
dampak potensial ini adalah dengan menggunakan matriks interaksi kelompok dalam Tim Studi
ANDAL. Kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi dampak potensial terdiri dari empat
pertanyaan (Deputi Bidang Tata Lingkungan Kepmen LH, 2007), yaitu:
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai
ekologis)?
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut?
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak
tersebut?
Adapun dampak-dampak besar dan penting hipotetik dari hasil evaluasi dampak potensial
dalam studi ini disajikan dalam Tabel 2.23. Berdasarkan hasil evaluasi di dalam tabel tersebut,
dampak penting hipotetik tersebut akan dijelaskan pada uraian selanjutnya sedangkan yang termasuk
dampak tidak penting tidak akan dikaji lebih lanjut. Dari penjelasan Tabel 2.23., dampak penting
hipotetik yang dianggap tidak penting akan dieliminasi karena berdasarkan luas wilayah sebaran
dampak yang ditimbulkan tidak terlalu luas dan berdasarkan intensitasnya, dampak tersebut tidak
menimbulkan perubahan yang sangat drastis bagi lingkungan.
Tabel 2.23. Evaluasi Dampak Potensial Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam.
Rencana Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan Tidak menimbulkan dampak potensial
- - - - - - - - -
terhadap lingkungan hidup
2. Survei Teknis Tidak menimbulkan dampak potensial
- - - - - - - - -
terhadap lingkungan hidup
3. Sosialisasi - Melalui pertemuan - Pemukiman - Perusahaan harus Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Ya Ya Tdk Ya
Rencana langsung dengan penduduk Desa memprioritaskan masyarakat yang cenderung bersifat
Kegiatan melibatkan Aparat Batu Penyu. menyerap tenaga kerja positif (sebagai dampak primer dari
Desa dan Instansi lokal dalam operasional keterbukaan informasi oleh
terkait lainnya. penambangan pasir perusahaan kepada masyarakat dan
kuarsa sesuai dengan adanya dampak – dampak positif
kualifikasi yang yang dapat diberikan kepada
dibutuhkan perusahaan. masyarakat serta perencanaan
- Perusahaan diminta perusahaan dalam mengatasi
terus berkoordinasi kemungkinan dampak negatif yang
dengan pemerintah desa dapat terjadi terhadap lingkungan
setempat selama sehingga tidak merugikan
kegiatan operasional masyarakat).
berlangsung.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
- Diminta perusahaan
mengatasi apabila terjadi
konflik sosial atau
gesekan dengan kegiatan
tambang masyarakat
sekitar dan mencari
solusi dalam mengatasi
konflik tersebut.
- Perusahaan harus
memiliki komitmen
dalam melaksanakan
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
operasional
penambangan seperti
membuat sistem
sirkulasi air agar limbah
tidak mencemari sungai,
melakukan reklamasi
sesegera mungkin tidak
menunggu izin
penambangan berakhir
dan membayaran hak-
hak/gaji karyawan tepat
waktu.
- Setelah menambang
perusahaan wajib segera
dilakukan kegiatan
reklamasi, diminta
perusahaan serius dalam
melaksanakan reklamasi
dan bisa bekerjasama
dengan pihak lain dan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
4. Pembebasan Jika terdapat lahan - Pemukiman Di dalam lokasi rencana Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Lahan hak milik masyarakat penduduk Desa usaha dan/atau kegiatan masyarakat (sebagai dampak primer
atau pihak lain, maka Batu Penyu. merupakan lahan milik sebagai respon dari kesepakatan
penyelesaian negara (Hutan Produksi), antara pihak pemilik lahan dan
permasalahan lahan dan lahan masyarakat. perusahaan, bisa bersifat positif
melalui kesepakatan maupun negatif).
antara perusahaan
dengan pihak pemilik
lahan dengan
mengacu pada
ketentuan yang
berlaku.
B. Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen Memaksimalkan - Pemukiman - Perusahaan harus Masyarakat Peningkatan kesempatan kerja dan Ya Ya Ya Tdk Ya
tenaga kerja tenaga kerja lokal dari penduduk Desa memprioritaskan peluang berusaha (sebagai dampak
angkatan kerja Batu Penyu. menyerap tenaga kerja primer dari adanya lapangan kerja
setempat. - Kegiatan lokal yang berasal dari dan peluang usaha baru).
penambangan pasir desa setempat dalam
kuarsa oleh operasional penambangan
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
perusahaan lain. pasir kuarsa sesuai dengan
kualifikasi yang
dibutuhkan perusahaan.
- Berkoordinasi dengan
melibatkan Pemerintah
desa setempat dalam
proses rekrutmen tenaga
kerja dari daerah setempat.
Memaksimalkan - Pemukiman Kehadiran perusahaan Masyarakat Peningkatan perekonomian lokal, Ya Ya Ya Tdk Ya
tenaga kerja lokal dari penduduk Desa harus dapat dirasakan merupakan dampak sekunder akibat
angkatan kerja Desa Batu Penyu. manfaatnya oleh peningkatan kesempatan kerja dan
setempat. masyarakat sekitar. peluang berusaha.
Penyelenggaraan Pemukiman penduduk Kehadiran perusahaan Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Tdk Ya Ya Tdk Ya
hubungan dan norma Desa Batu Penyu. harus dapat dirasakan masyarakat, merupakan dampak
kerja sesuai ketentuan manfaatnya oleh lanjutan dari peningkatan
yang berlaku. masyarakat sekitar. perekonomian lokal (cenderung
bersifat positif).
2. Mobilisasi Menggunakan jasa - - Masyarakat Peningkatan gangguan lalulintas Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Peralatan dan pengawalan dari kendaraan (sebagai dampak primer
Material Polantas. dari adanya mobilisasi kendaaraan
pengangkut berupa dump truk dan
tronton yang memiliki badan lebar).
3. Pembangunan Letak dan luas area - - Lahan Hilang /berkurangnya vegetasi Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Sarana-prasarana untuk sarana- (sebagai dampak primer dari
Pendukung prasarana tambang pembersihan vegetasi untuk
Tambang sesuai dengan yang konstruksi jalan tambang serta
direncanakan. pembuatan sarana-prasarana
penunjang tambang lainnya).
Mengendalikan Kegiatan tambang - Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. pasir kuarsa oleh dampak sekunder dari
perusahaan lain. hilang/berkurangnya vegetasi yang
berfungsi menciptakan iklim mikro
yang lebih baik).
Mengendalikan - - Lahan dan air Peningkatan laju aliran permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. permukaan (run off) dan sedimentasi
(merupakan dampak sekunder akibat
hilang/ berkurangnya vegetasi
penutup tanah).
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. memperhatikan (merupakan dampak lanjutan akibat
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
- Kegiatan tambang pencemaran air, karena ada peningkatan laju aliran permukaan
timah (TI) oleh kaitannya dengan kondisi (run off) dan sedimentasi yang masuk
masyarakat, habitat ikan-ikan di ke dalam badan perairan umum
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi. /sungai).
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan tambang - Satwaliar Penurunan kualitas habitat dan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. timah (TI) oleh populasi satwaliar (merupakan
masyarakat, dampak sekunder akibat hilang/
- Kegiatan tambang berkurangnya vegetasi).
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota air (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari penurunan
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada kualitas air permukaan yang
masyarakat, kaitannya dengan kondisi merupakan habitat bagi biota
habitat ikan-ikan di perairan).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
C. Tahap Operasional
1. Penyiapan Lahan Penyiapan lahan - Kegiatan tambang - Lahan Hilang /berkurangnya vegetasi Ya Ya Ya Ya Ya
Tambang untuk tambang hanya timah (TI) oleh (sebagai dampak primer dari proses
dilakukan pada areal masyarakat, pekerjaan pembersihan lahan yang
yang berpotensi untuk - Kegiatan tambang mengubah bentang alam menjadi
ditambang dan berada pasir kuarsa oleh lahan terbuka).
di luar kawasan perusahaan lain.
lindung setempat.
Penyiapan lahan - Kegiatan tambang - Lahan Adanya Potensi Kebakaran Lahan Ya Ya Ya Ya Ya
untuk tambang hanya pasir kuarsa oleh (merupakan dampak lanjutan dari
dilakukan pada areal perusahaan lain adanya sisa vegetasi yang ditebang
yang berpotensi untuk - Kegiatan masyarakat berupa ranting, daun, batang pohon
ditambang dan sisa yang berada di kering yang mudah terbakar terutama
tebangan di sekitar lokasi pada saat musim kemarau)
kumpulkan pada satu kegiatan seperti
lokasi (dumping membakar kayu dan
area). lainnya.
Mengendalikan Kegiatan tambang - Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. pasir kuarsa oleh dampak sekunder dari
perusahaan lain. hilang/berkurangnya vegetasi yang
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
berfungsi menciptakan iklim mikro
yang lebih baik).
Mengendalikan - Kegiatan tambang - Lahan dan air Peningkatan laju aliran permukaan Ya Ya Tdk Tdk Ya
dampak primernya. timah (TI) oleh permukaan (run off) dan sedimentasi
masyarakat, (merupakan dampak sekunder akibat
- Kegiatan tambang hilang/ berkurangnya vegetasi
pasir kuarsa oleh penutup tanah).
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (sebagai dampak sekunder dari
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada adanya peningkatan laju aliran
masyarakat, kaitannya dengan kondisi permukaan dan sedimentasi yang
habitat ikan-ikan di masuk ke badan air sungai).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
- Mengendalikan - Kegiatan tambang - Satwaliar Penurunan kualitas habitat dan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. timah (TI) oleh populasi satwaliar (sebagai dampak
- Memasang papan masyarakat, sekunder dari hilang/ berkurangnya
- Kegiatan tambang vegetasi penutup tanah yang berperan
peringatan dan
pasir kuarsa oleh penting dalam menjaga kualitas
himbauan untuk
perusahaan lain. habitat bagi satwaliar).
tidak melakukan
perburuan satwa.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari penurunan
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada kualitas air permukaan yang
masyarakat, kaitannya dengan kondisi mengakibatkan gangguan terhadap
habitat ikan-ikan di kelangsungan hidup biota air).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
2. Penambangan Membatasi kecepatan Pemukiman penduduk - Udara ambien Penurunan kualitas udara Ya Ya Ya Ya Ya
Pasir Kuarsa kendaraan pengangkut di Desa Studi. (merupakan dampak primer akibat
hasil tambang, baik kegiatan pengangkutan hasil tambang
dari lokasi tambang yang melalui jalan tanah).
menuju washing plant
dan selanjutnya dari
washing plant menuju
pelabuhan.
Membatasi kecepatan Pemukiman penduduk - Udara ambien Peningkatan kebisingan (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
kendaraan pengangkut di Desa Studi. dampak primer akibat suara bising
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
hasil tambang. dari pengoperasian alat berat dan
kendaraan angkutan (dumptruck).
Melakukan Kegiatan - Lahan Perubahan bentang lahan Ya Tdk Tdk Tdk Ya
penambangan dengan pertambangan pasir (merupakan dampak primer akibat
sistem strip blok oleh perusahaan lain pengambilan/pengerukan lapisan atas
sesuai perkembangan yang berada di sekitar (pasir) dengan kedalaman pengerukan
blok tambang lokasi tambang 0 - 50 cm)
perusahaan.
Melakukan reklamasi - Kegiatan tambang Areal rencana tambang Lahan Penurunan produktifitas lahan Ya Ya Ya Tdk Ya
terhadap area bekas timah (TI) oleh merupakan lahan tidak (sebagai dampak primer dari kegiatan
tambang. masyarakat, produktif untuk pertanian. penggalian lapisan tanah yang
- Kegiatan tambang merubah bentang lahan dan
pasir kuarsa oleh menghilangkan lapisan tanah subur
perusahaan lain. /topsoil).
Memenuhi seluruh - Kegiatan penambangan Pemerintah dan Peningkatan perekonomian lokal Ya Ya Ya Tdk Ya
kewajiban finansial pasir kuarsa harus masyarakat (merupakan dampak primer akibat
yang terkait dengan bermanfaat bagi adanya pemenuhan kewajiban
hasil produksi sesuai pembangunan di desa. finansial perusahaan sesuai ketentuan
ketentuan yang yang berlaku dan diperhitungkan dari
berlaku. hasil tambang).
- Mengendalikan - Kegiatan pemukiman - Masyarakat Gangguan kesehatan masyarakat Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya, di Desa studi, (sebagai dampak primer dari adanya
- Melakukan reklamasi - Kegiatan tambang bekas lubang galian yang tergenang
terhadap lubang timah (TI) oleh air yang menjadi tempat
bekas tambang. masyarakat, perkembangbiakan vektor penyakit
berbasis lingkungan, serta dampak
- Kegiatan tambang sekunder dari menurunnya kualitas
pasir kuarsa oleh udara).
perusahaan lain.
- Mengurus izin - Kegiatan tambang - Perusahaan dan Konflik kepentingan lahan (Sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
pinjam pakai untuk timah (TI) oleh masyarakat dampak primer akibat lokasi IUP
kawasan hutan masyarakat, tambang pasir terdapat kegiatan
produksi sebelum - Kegiatan tambang penambangan timah oleh rakyat)
melakukan pasir kuarsa oleh
penambangan, perusahaan lain.
- Penambangan pasir
kuarsa dilakukan
setelah kegiatan
penambangan oleh
masyarakat berhenti.
3. Pencucian Hasil - Penggunaan air - Kegiatan tambang - Air permukaan Peningkatan laju aliran permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
Tambang pencucian timah (TI) oleh (run off)i dan sedimentasi (sebagai
disirkulasikan secara masyarakat, dampak primer akibat adanya stock
tertutup, - Kegiatan tambang pasir kuarsa di area stockpile yang
pasir kuarsa oleh terbawa aliran air hujan dan/atau air
- Pencegahan aliran yang disirkulasikan terlepas ke
permukaan di area perusahaan lain.
lingkungan dan masuk ke badan
stockpile masuk ke perairan umum).
badan perairan
umum.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak sekunder akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada aliran permukaan (run-off) dan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi sedimentasi masuk ke dalam perairan
habitat ikan-ikan di umum /sungai).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
Biota Perairan Penurunan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak lanjutan dari penurunan
kualitas air permukaan yang
mengakibatkan terganggunya
kelangsungan hidup biota air).
4. Operasional Pemeliharaan genset - - Udara ambien Penurunan kualitas udara akibat Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Workshop dan secara berkala. peningkatan polutan udara berupa
Genset NOx, SOx, HC, partikulat dan
Pb(sebagai dampak primer dari
adanya operasional genset
menggunakan bahan bakar minyak
fosil, dimana akan menghasilkan
emisi yang dilepas ke udara ambien).
Genset ditempatkan di - - Pekerja Peningkatan kebisingan (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
ruang genset yang dampak primer akibat adanya suara
letaknya tidak terlalu bising dari mesin genset yang
dekat dengan mess digunakan).
karyawan.
Pengelolaan sampah - - Tanah dan air Peningkatan sampah dan limbah B3 Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
domestik mengacu (merupakan dampak primer pada saat
pada PP RI No. 81 perawatan sarana prasarana
Tahun 2012 tentang produksi).
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis
Sampah Rumah
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
Tangga, sedangkan
pengelolaan limbah
B3 mengacu pada PP
RI No. 101 Tahun
2014 tentang
Pengelolaan Limbah
B3.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Air permukaan Penurunan kualitas air permukaan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (sebagai dampak sekunder akibat
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada adanya limbah cair domestic dan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi limbah B3 berupa ceceran BBM
habitat ikan-ikan di dan/atau oli bekas yang masuk ke
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi. badan perairan umum penerima
pasir kuarsa oleh dampak).
perusahaan lain.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, Perusahaan harus Biota air Penurunan biota perairan (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak lanjutan dari dampak
timah (TI) oleh pencemaran air, karena ada penurunan kualitas air permukaan
masyarakat, kaitannya dengan kondisi yang akan mempengaruhi habitat dan
habitat ikan-ikan di kehidupan biota air).
- Kegiatan tambang perairan wilayah studi.
pasir kuarsa oleh
perusahaan lain.
5. Corporate Social Jenis program CSR Kegiatan perusahaan Program CSR harus tepat Masyarakat Perubahan persepsi dan sikap Ya Ya Tdk Tdk Ya
Responsibility ditentukan bersama lain, terutama sasaran dan dapat dirasakan masyarakat yang bersifat positif
masyarakat yang tambang pasir kuarsa. manfaatnya oleh (sebagai dampak primer dari adanya
menjadi sasaran masyarakat. pelaksanaan program CSR yang
program dan tetap manfaatnya dapat dipastikan
berkordinasi dengan dirasakan oleh masyarakat).
instansi terkait.
Perbaikan fasilitas umum (sebagai Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
dampak primer dari pelaksanaan CSR
yang jenis programnya terkait dengan
perbaikan/ pengadaan fasilitas
umum).
6. Reklamasi Lahan - Penentuan jenis - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Iklim Perubahan iklim mikro (merupakan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
tanaman reklamasi timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak dampak sekunder akibat
berkoordinasi dengan masyarakat, menunggu izin meningkatnya peran vegetasi hasil
instansi terkait dan - Kegiatan tambang penambangan berakhir reklamasi dalam menciptakan iklim
disesuaikan dengan pasir kuarsa oleh - Setelah menambang mikro yang lebih baik.
tempat tumbuh dan perusahaan lain. segera dilakukan
peruntukannya. kegiatan reklamasi
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
- Tanaman hasil dengan tanaman hutan
reklamasi dipelihara diharapkan bermitra
agar persentase dengan pemerintah desa
tumbuhnya setempat melalui
mendekati 100%. BUMDES.
Penirisan untuk - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Tanah dan air Penurunan laju aliran permukaan Ya Ya Tdk Tdk Ya
membuat saluran air timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak permukaan (run-off) dan sedimentasi
dari bekas lubang masyarakat, menunggu izin (merupakan dampak sekunder akibat
galian, sehingga tidak - Kegiatan tambang penambangan berakhir meningkatnya fungsi vegetasi
terjadi luapan aliran pasir kuarsa oleh - Setelah menambang penutup tanah dalam mengendalikan
pada saat terjadi perusahaan lain. laju run-off).
segera dilakukan
hujan.
kegiatan reklamasi
dengan tanaman hutan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, - Perusahaan harus Air permukaan Peningkatan kualitas air permukaan Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan (merupakan dampak lanjutan dari
timah (TI) oleh pencemaran air, karena menurunnya laju aliran permukaan
masyarakat, ada kaitannya dengan (run off) dan sedimentasi akibat
kondisi habitat ikan-ikan meningkatnya fungsi vegetasi
- Kegiatan tambang di perairan wilayah penutup tanah).
pasir kuarsa oleh studi.
perusahaan lain.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
Melakukan reklamasi Kegiatan - Melakukan reklamasi Lahan Perubahan bentang lahan Ya Tdk Tdk Ya Ya
tambang setiap blok pertambangan pasir sesegera mungkin tidak (merupakan dampak primer akibat
tambang yang telah oleh perusahaan lain menunggu izin penimbunan kembali (backfilling)
selesai ditambang yang berada di sekitar penambangan berakhir. lapisan atas dengan overburden dan
dengan metode back lokasi tambang - Setelah menambang topsoil dengan perkiraan ketebalan
filling dengan sistem perusahaan overburden dan topsoil berkisar 0,5-
segera dilakukan
strip blok sesuai
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
perkembangan blok kegiatan reklamasi 1m)
tambang. dengan tanaman hutan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
- Kegiatan reklamasi - Kegiatan pemukiman - Melakukan reklamasi Lahan Peningkatan produktifitas lahan Ya Ya Ya Tdk Ya
disesuaikan dengan penduduk Desa Batu sesegera mungkin tidak (sebagai dampak primer dari lahan
karakteristik wilayah Penyu, menunggu izin eks tambang yang ditimbun kembali
dan peruntukan - Kegiatan tambang penambangan berakhir. dan dampak sekunder dari revegetasi
kawasan. timah (TI) oleh - Setelah menambang yang secara perlahan dapat
- Mengendalikan masyarakat, segera dilakukan mengembalikan tingkat kesuburan
kegiatan reklamasi tanah).
dampak primernya. - Kegiatan tambang
pasir kuarsa oleh dengan tanaman hutan
perusahaan lain. diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
- Penentuan jenis - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Lahan Peningkatan vegetasi (merupakan Ya Ya Ya Tdk Ya
tanaman reklamasi timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak dampak primer dari adanya kegiatan
berkordinasi dengan masyarakat, menunggu izin reklamasi berupa penanaman kembali
instansi terkait dan - Kegiatan tambang penambangan berakhir. lahan bekas penambangan sesuai
disesuaikan dengan pasir kuarsa oleh - Setelah menambang dengan karakteristik wilayah dan
tempat tumbuh dan perusahaan lain. segera dilakukan peruntukan kawasan).
peruntukannya. kegiatan reklamasi
- Tanaman hasil dengan tanaman hutan
reklamasi dipelihara diharapkan bermitra
agar persentase dengan pemerintah desa
tumbuhnya setempat melalui
mendekati 100%. BUMDES.
- Mengendalikan - Kegiatan tambang - Melakukan reklamasi Habitat dan Peningkatan kualitas habitat dan Ya Tdk Ya Tdk Ya
dampak primernya timah (TI) oleh sesegera mungkin tidak satwaliar populasi satwaliar (merupakan
- Memasang papan masyarakat, menunggu izin dampak sekunder akibat
- Kegiatan tambang penambangan berakhir. meningkatnya fungsi vegetasi hasil
peringatan dan
pasir kuarsa oleh - Setelah menambang reklamasi dalam menciptakan
himbauan untuk
perusahaan lain. segera dilakukan kualitas habitat bagi satwaliar).
tidak melakukan
perburuan satwa. kegiatan reklamasi
dengan tanaman hutan
diharapkan bermitra
dengan pemerintah desa
setempat melalui
BUMDES.
Rencana Kegiatan Lain yang Hasil Konsultasi Publik Komponen Lingkungan Terkena Dampak Kriteria *) Dampak
No Penting
Tahap Kegiatan Pengelolaan Terkait di Sekitarnya yang Relevan Penerima Jenis Dampak 1 2 3 4 Hipotetik**)
Mengendalikan - Kegiatan nelayan, - Perusahaan harus Biota air Peningkatan biota perairan (sebagai Ya Ya Ya Tdk Ya
dampak primernya. - Kegiatan tambang memperhatikan dampak sekunder dari dampak
timah (TI) oleh pencemaran air, karena meningkatnya kembali kualitas air
masyarakat, ada kaitannya dengan permukaan yang akan mempengaruhi
kondisi habitat ikan-ikan habitat dan kehidupan biota air).
- Kegiatan tambang di perairan wilayah
pasir kuarsa oleh studi.
perusahaan lain.
- Perusahaan cepat
tanggap dalam
mengatasi dampak
negatif apabila terjadi
pencemaran air sungai
sekitar yang akan
berpengaruh dengan
matapencaharian
nelayan dibagian pesisir.
D. Tahap Pasca-operasional
1. Pemutusan Sebelum melakukan Kegiatan pemukiman - Pekerja Hilang /berkurangnya kesempatan Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Hubungan Kerja PHK, perusahaan penduduk Desa Batu kerja dan berusaha (sebagai dampak
memberikan pelatihan Penyu primer akibat dari tidak adanya lagi
terlebih dahulu, pekerjaan dari perusahaan maupun
sehingga eks kebutuhan perusahaan yang dipasok
karyawan nantinya dari masyarakat setempat).
memiliki keahlian/
keterampilan untuk
berusaha secara
mandiri.
2. Penutupan Menggunakan jasa Kegiatan pemukiman - Masyarakat Peningkatan gangguan lalulintas Tdk Tdk Tdk Tdk Tdk
Tambang pengawalan dari penduduk Desa Batu (sebagai dampak primer dari adanya
Polantas pada saat Penyu demobilisasi kendaraan pengangkut
demobilisasi peralatan peralatan berat dan material bekas ke
berat menggunakan luar lokasi eks tambang).
tronton.
*) kriteria :
1= Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
2= Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai
ekologis)?
3= Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut?
4= Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut?
**) Dampak penting hipotetik: Ya, apabila minimal 1 dari 4 kriteria dijawab Ya .
Tabel 2.24. Matriks Hasil Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
Tahapan Kegiatan
Keterangan
No Komponen Lingkungan Hidup Prakonstruksi Konstruksi Operasional Pasca Ops
P1 P2 P3 P4 K1 K2 K3 O1 O2 O3 O4 O5 O6 PO1 PO2
A Komponen Fisik – Kimia : P1 : Perizinan
1. Iklim Mikro TP TP TP P2 : Survei Teknis
2. Laju Aliran Permukaan (Run off) & Sedimentasi TP P P P P3 : Sosialisasi Rencana Kegiatan
3. Kualitas Udara P TP P4 : Pembebasan Lahan
4. Kebisingan TP TP K1 : Rekrutmen Tenaga Kerja
5. Kualitas Air Permukaan TP P P TP P K2 : Mobilisasi Peralatan dan Material
)
6. Sampah dan Limbah B3 TP* K3 : Pembangunan Sarana Prasarana Tambang
7. Bentang lahan P P O1 : Penyiapan Lahan
8. Produktifitas Lahan P P O2 : Penambangan
9. Potensi Kebakaran Lahan P O3 : Pencucian Hasil Tambang
B Komponen Biologi O4 : Operasional Workshop dan Genset
1. Populasi Vegetasi TP P P O5 : Corporate Social Responsibility (CSR)
2. Kualitas Habitat dan Populasi Satwaliar TP P P O6 : Reklamasi Lahan
3. Biota Perairan TP P P TP P PO1 : Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
C Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya PO2 : Penutupan Tambang
1. Persepsi dan Sikap Masyarakat P TP P P
2. Kesempatan Kerja dan Berusaha P TP P : Dampak Penting Hipotetik
3. Perekonomian Lokal P P TP : Bukan Dampak Penting Hipotetik
)
4. Fasilitas Umum TP TP* : Bukan Dampak Penting Hipotetik tetapi Dikelola
5. Lalulintas Kendaraan TP TP dan Dipantau
6. Konflik kepentingan lahan P
D Komponen Kesehatan
1. Kesehatan Masyarakat P
Proses evaluasi dampak potensial untuk menghasilkan dampak penting hipotetik dan
dampak tidak penting akibat rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan pasir kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam di Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur
dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Pra Konstruksi
1) Perizinan
Pada kegiatan perizinan diperkirakan tidak menimbulkan dampak yang berarti terhadap
lingkungan hidup sehingga tidak dikaji lebih lanjut.
2) Survei Teknis
Pada kegiatan survei teknis diperkirakan tidak menimbulkan dampak yang berarti
terhadap lingkungan hidup sehingga tidak dikaji lebih lanjut
pembebasan lahan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa : tidak ada beban terhadap
komponen persepsi dan sikap masyarakat, tidak berperan penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan
lainnya (nilai ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan
pembebasan lahan tersebut, serta tidak ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau
dilampaui oleh dampak tersebut. Dampak terhadap perubahan persepsi dan sikap masyarakat yang
ditimbulkan akibat kegiatan pembebasan lahan ini tidak akan dikaji lebih lanjut karena termasuk
dampak tidak penting.
b. Tahap Konstruksi
1) Rekrutmen tenaga kerja
Dampak potensial yang ditimbulkan oleh kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi
dan operasional seluruhnya akan dikaji lebih lanjut karena merupakan dampak penting
hipotetik, dengan penjelasan sebagai berikut :
Peningkatan kesempatan kerja dan peluang berusaha, dampak ini termasuk kriteria
penting. Dari awal perusahaan berkomitmen untuk memobilisasi dan mempekerjakan
tenaga kerja konstruksi dan operasional dari masyarakat sekitar Desa Batu Penyu.
Berdasarkan hasil konsultasi publik diketahui bahwa masyarakat di wilayah studi sangat
berharap kehadiran kegiatan penambangan pasir kuarsa ini dapat menyerap tenaga kerja
lokal. Tingginya harapan masyarakat tersebut dapat menggambarkan bahwa beban
terhadap komponen kesempatan kerja dan peluang usaha di lokasi studi cukup tinggi, dan
berarti pula terdapat kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat terhadap ketersediaan
lapangan kerja yang sangat terbatas. Peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha ini
akan sangat berperan penting dalam menopang kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar
yaitu terhadap nilai-nilai sosial dan ekonomi. Dengan demikian dampak peningkatan
kesempatan kerja dan peluang berusaha akibat kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga kerja
konstruksi dan operasional tambang akan dikaji lebih lanjut dan merupakan dampak
penting hipotetik.
Peningkatan perekonomian lokal, merupakan dampak sekunder akibat peningkatan
kesempatan kerja dan peluang berusaha yang akan dapat dimanfaatkan oleh angkatan kerja
lokal. Dampak ini termasuk kriteria penting. Berdasarkan hasil konsultasi publik diketahui
bahwa masyarakat di wilayah studi juga sangat mengharapkan adanya kegiatan
penambangan pasir kuarsa di wilayah mereka dapat membantu meningkatkan taraf
perekonomian masyarakat sekitar. Tingginya harapan masyarakat tersebut juga dapat
menggambarkan bahwa beban masyarakat untuk dapat meningkatkan ekonomi keluarga
cukup tinggi, dan berarti pula terdapat kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat terhadap
tingkat perekonomian di wilayah mereka. Dampak peningkatan perekonomian lokal ini
akan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat sekitar
yaitu terhadap nilai-nilai sosial dan ekonomi yang pada gilirannya juga akan berdampak
positif terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian dampak
peningkatan perekonomian lokal akibat kegiatan mobilisasi/rekrutmen tenaga kerja
konstruksi dan operasional penambangan pasir kuarsa akan dikaji lebih lanjut dan
merupakan dampak penting hipotetik.
Perubahan persepsi dan sikap masyarakat, merupakan dampak lanjutan dari peningkatan
perenomian lokal (cenderung bersifat positif). Dampak terhadap komponen persepsi dan
sikap masyarakat tersebut sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
karena akan dapat menjaga stabilitas nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya. Kualitas
kehidupan masyarakat yang tinggi akan sangat terjamin jika perekonomian masyarakat
lebih baik serta persepsi dan sikap masyarakat akan bersifat positif dan tidak mudah
terprovokasi akibat berbagai permasalahan pihak eksternal maupun internal. Di sisi lain
juga terdapat kekhawatiran masyarakat yang cukup tinggi jika kehadiran perusahaan ini
tidak memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.
Jika hal tersebut terjadi maka persepsi dan sikap masyarakat tidak menutup kemungkinan
menjadi bersifat negatif terhadap perusahaan. Dengan demikian jenis dampak perubahan
persepsi dan sikap masyarakat akibat kegiatan rekrutmen tenaga kerja konstruksi dan
operasional penambangan pasir kuarsa ini akan dikaji lebih lanjut dan merupakan dampak
penting hipotetik.
Dampak potensial yang tergolong dampak tidak penting akibat kegiatan rekrutmen
tenaga kerja konstruksi dan operasional penambangan pasir kuarsa adalah : tidak ada (nihil).
lagi berupa semak belukar, sehingga intensitas berkurangnya vegetasi dalam area rencana
tambang diperkirakan relatif kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa : beban
dampak terhadap komponen vegetasi termasuk relatif kecil, tidak berpengaruh penting
terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan
ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan pembangunan
sarana-prasarana penunjang tambang maupun terhadap komponen penurunan populasi
vegetasi sendiri, serta tidak ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau
dilampaui oleh dampak tersebut karena tidak berada di dalam kawasan lindung.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dampak Penurunan populasi vegetasi akibat
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang tambang tidak akan dikaji lebih
lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
Perubahan iklim mikro (merupakan dampak sekunder dari hilang/berkurangnya vegetasi
yang diantaranya berfungsi menciptakan iklim mikro yang lebih baik). Sesuai dengan
dampak primernya bahwa luasan areal yang akan dibuka untuk tapak pembangunan sarana-
prasarana penunjang tambang yang relatif kecil serta dilihat dari kondisi rona awal tapak
proyek yang juga sebagian sudah terbuka, maka intensitas perubahan iklim mikro yang
akan terjadi juga akan sangat kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: beban
dampak terhadap komponen iklim mikro termasuk sangat kecil, tidak akan berpengaruh
penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya,
kesehatan, dan ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan
pembangunan sarana-prasarana penunjang tambang maupun terhadap komponen iklim
mikro sendiri, serta tidak ada peraturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau
dilampaui oleh dampak tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka jenis dampak
perubahan iklim mikro akibat kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang
tambang tidak akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
Peningkatan laju aliran permukaan (run-off)dan sedimentasi (merupakan dampak
sekunder akibat hilang/berkurangnya vegetasi penutup tanah). Luasan areal yang akan
dibuka untuk tapak pembangunan sarana-prasarana penunjang tambang termasuk relatif
kecil jika dibandingkan dengan luas total rencana wilayah penambangan. Selain itu dilihat
dari kondisi rona awal tapak proyek yang juga sebagian merupakan areal terbuka, maka
intensitas peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi yang akan terjadi
juga akan relatif kecil. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bahwa : beban dampak
terhadap komponen laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi juga termasuk sangat
kecil, sehingga tidak akan berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat
(nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan ekologis), tidak ada kekhawatiran
masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan pembangunan sarana-prasarana penunjang
tambang maupun terhadap komponen laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi
sendiri, serta tidak ada peraturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau dilampaui
oleh dampak tersebut. Dengan demikian, maka jenis dampak peningkatan laju aliran
permukaan (run-off) dan sedimentasi akibat kegiatan pembangunan sarana dan prasarana
penunjang tambang tidak akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
Penurunan kualitas air permukaan (merupakan dampak lanjutan akibat peningkatan laju
aliran permukaan (run off) dan sedimentasi yang masuk ke dalam badan perairan umum
/sungai). Sesuai dengan penyebab dampaknya yaitu bahwa peningkatan laju aliran
permukaan dan sedimentasi yang termasuk kecil, maka intensitas penurunan kualitas air
permukaan akibat masuknya partikel tanah tererosi ke dalam badan perairan umum juga
termasuk kecil. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa : beban dampak terhadap
komponen kualitas air permukaan termasuk sangat kecil, sehingga tidak akan berdampak
penting terhadap kehidupan masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan
ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan pembangunan
sarana-prasarana penunjang tambang maupun terhadap komponen kualitas air permukaan
sendiri, serta tidak ada peraturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau dilampaui
oleh dampak tersebut. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jenis dampak penurunan
kualitas air permukaan akibat kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang
tambang tidak akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
Penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar (merupakan dampak sekunder akibat
hilang/berkurangnya vegetasi). Sebagaimana dampak primernya yaitu dimana
berkurangnya fungsi vegetasi dalam menciptakan kualitas habitat yang termasuk kecil,
maka hal yang sama akan terjadi pula pada dampak turunannya berupa penurunan kualitas
habitat yang termasuk kecil sehingga terjadinya migrasi satwa ke habitat lain juga termasuk
kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa: beban dampak terhadap komponen
kualitas habitat dan populasi satwaliar termasuk sangat kecil, sehingga tidak akan
berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan, dan ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
kegiatan pembangunan sarana-prasarana penunjang tambang maupun terhadap komponen
kualitas habitat dan populasi satwaliar sendiri, serta tidak akan ada peraturan atau
kebijakan yang akan dilanggar dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka jenis dampak penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar
akibat kegiatan pembangunan sarana dan prasarana penunjang tambang tidak akan dikaji
lebih lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
Penurunan biota air (merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air permukaan
yang merupakan habitat bagi biota perairan). Dilihat dari penyebab utama terjadinya
dampak yaitu akibat menurunnya kualitas air permukaan yang tergolong kecil, maka begitu
pula dampak turunanya berupa penurunan biota air di lokasi studi akan tergolong kecil.
Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa : beban dampak terhadap komponen biota
air termasuk sangat kecil, sehingga tidak akan berdampak penting terhadap kehidupan
masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan ekologis), tidak ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap kegiatan pembangunan sarana-prasarana
penunjang tambang maupun terhadap komponen biota air sendiri, serta tidak akan ada
peraturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jenis dampak penurunan biota air akibat kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana penunjang tambang tidak akan dikaji lebih lanjut
karena termasuk dampak tidak penting.
c. Tahap Operasional
1) Penyiapan Lahan
Dampak potensial yang dapat menjadi dampak penting hipotetik akibat kegiatan
penyiapan lahan adalah :
Hilang/berkurangnya vegetasi (merupakan dampak primer akibat adanya pembukaan dan
pembersihan lahan). Pada saat kegiatan penyiapan lahan, areal yang akan ditambang
terlebih dahulu akan dibuka dan dibersihkan dari semua jenis tumbuhan rumput, semak,
belukar dan pohon, sehingga kondisi lahan menjadi benar-benar terbuka dan bersih dari
material organik. Seluruh jenis vegetasi terestrial yang tumbuh di lahan tersebut akan
hilang. Dilihat dari luasan net areal yang akan dibuka untuk tambang dapat mencapai
sekitar 357,63 ha (70 % total luasan IUP), dimana pembukaan lahan dilakukan secara
bertahap per-blok tambang. Dengan intensitas pembukaan lahan yang tinggi tersebut,
diprakirakan dapat menurunkan beberapa parameter penting vegetasi yang pada gilirannya
juga dapat menimbulkan dampak turunan terhadap beberapa komponen fisik-kimia, biologi
lainnya, dan sosekbud masyarakat. Dengan demikian, maka dampak hilang/ berkurangnya
vegetasi ini termasuk dampak penting hipotetik, karena : beban dampak terhadap
komponen vegetasi termasuk tinggi dan ditambah pula dengan kegiatan sejenis di
sekitarnya yang juga dapat menimbulkan dampak yang sama, sehingga akan berpengaruh
penting terhadap kehidupan masyarakat (nilai sosial, ekonomi, dan ekologis), timbul
kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat luas (terutama pemerhati lingkungan) terhadap
kegiatan penyiapan lahan tambang maupun terhadap komponen vegetasi tersebut, serta
berpotensi terjadi pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan yang berlaku dan/atau
dilampaui oleh dampak tersebut jika pembukaan lahan terjadi pada kawasan lindung
setempat atau menggusur/menghilangkan individu jenis vegetasi yang dilindungi
berdasarkan Lampiran PP RI No. 7 Tahun 1999 (Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi). Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dampak Penurunan populasi vegetasi
akibat kegiatan penyiapan lahan tambang akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak
penting hipotetik.
Adanya Potensi Kebakaran Lahan (merupakan dampak lanjutan akibat adanya pembukaan
dan pembersihan lahan yang menimbulkan adanya sisa ranting, daun, batang pohon kering
yang mudah terbakar terutama pada musim kemarau). Pada saat kegiatan penyiapan lahan,
areal yang akan ditambang terlebih dahulu akan dibuka dan dibersihkan dari semua jenis
tumbuhan rumput, semak, belukar dan pohon, sehingga kondisi lahan menjadi benar-benar
terbuka dan bersih dari material organik. Sisa rumput, semak, belukar dan pohon yang
ditebang ditumpuk pada dumping area dan akan mengering sehingga mudah terbakar
terutama pada saat musim kemarau. Dilihat dari luasan net areal yang akan dibuka untuk
tambang dapat mencapai sekitar 357,63 ha (70 % total luasan IUP), dimana pembukaan
lahan dilakukan secara bertahap per-blok tambang. Dengan intensitas pembukaan lahan
yang tinggi tersebut, diprakirakan dapat menimbulkan sisa material yang mudah terbakar
yang cukup banyak sehingga dapat menimbulkan dampak turunan terhadap beberapa
komponen fisik-kimia, biologi lainnya, dan sosekbud masyarakat. Dengan demikian, maka
dampak potensi kebakaran lahan ini termasuk dampak penting hipotetik, Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka dampak potensi kebakaran lahan akibat kegiatan penyiapan
lahan tambang akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak penting hipotetik
Peningkatan laju aliran permukaan (run off) dan sedimentasi (merupakan dampak
sekunder akibat hilang/berkurangnya vegetasi penutup tanah). Luasan total areal yang akan
dibuka untuk penambangan pasir kuarsa termasuk cukup besar (> 200 ha). Dengan
demikian, maka intensitas peningkatan laju aliran permukaan (run off) dan sedimentasi
yang akan terjadi juga akan cukup besar, sehingga diprakirakan akan berpengaruh terhadap
hidrologi pada sistem DAS di wilayah studi. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan
bahwa : beban dampak terhadap komponen laju aliran permukaan (run off) dan sedimentasi
tergolong cukup besar serta ditambah dengan dampak yang sama akibat kegiatan sejenis di
sekitarnya, sehingga akan dapat berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari
masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan ekologis). Berdasarkan alasan di
atas, maka jenis dampak peningkatan laju aliran permukaan (run off) dan sedimentasi
akibat kegiatan penyiapan lahan tambang termasuk dampak penting hipotetik dan akan
dikaji lebih lanjut.
Penurunan kualitas air permukaan (merupakan dampak lanjutan akibat partikel tanah
tererosi masuk ke dalam badan perairan umum/sungai). Seiring dengan sumber penyebab
dampaknya yaitu peningkatan laju aliran permukaan (run off) dan sedimentasi yang
termasuk cukup tinggi, maka hal yang sama terjadi pula pada dampak turunannya yaitu
penurunan kualitas air permukaan yang akan tergolong cukup tinggi, terutama diakibatkan
oleh meningkatnya nilai TSS, TDS dan kekeruhan. Dampak ini termasuk kriteria penting,
karena : sesuai dengan dampak primernya beban dampak terhadap komponen kualitas air
permukaan akan termasuk tinggi serta ditambah pula dengan kegiatan sejenis di sekitarnya
yang juga dapat menimbulkan dampak yang sama, sehingga akan berpengaruh penting
terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, kesehatan dan ekologis),
serta menimbulkan kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat sekitar terhadap kegiatan
penyiapan lahan tambang maupun terhadap komponen kualitas air permukaan sendiri.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dampak penurunan kualitas air permukaan akibat
kegiatan penyiapan lahan tambang akan dikaji lebih lanjut karena tergolong dampak
penting hipotetik.
Penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar (sebagai dampak sekunder dari hilang/
berkurangnya vegetasi penutup tanah yang berperan penting dalam menjaga kualitas
habitat bagi satwaliar). Sesuai dengan dampak primernya bahwa kegiatan penyiapan lahan
tambang akan menimbulkan dampak hilang/menurunnya tutupan vegetasi yang termasuk
tinggi, maka hal yang sama akan terjadi pula pada dampak sekundernya yaitu menurunnya
kualitas habitat akan tergolong tinggi dan pada akhirnya akan terjadi migrasi satwaliar ke
habitat lain yang lebih baik di sekitarnya. Dampak penurunan kualitas habitat dan
terjadinya migrasi satwaliar termasuk kriteria penting, karena : beban dampak terhadap
komponen kualitas habitat dan populasi satwaliar akan termasuk tinggi serta bersinergi
pula dengan kegiatan sejenis di sekitarnya yang juga dapat menimbulkan dampak yang
sama, sehingga dampak tersebut dapat berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari
sebagian masyarakat (nilai sosial, ekonomi, dan ekologis), serta menimbulkan
kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat luas (terutama pemerhati lingkungan) terhadap
kegiatan penyiapan lahan tambang maupun terhadap komponen kualitas habitat dan
populasi satwaliar itu sendiri. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dampak penurunan
kualitas habitat dan terjadinya migrasi satwaliar akibat kegiatan penyiapan lahan tambang
akan dikaji lebih lanjut karena tergolong dampak penting hipotetik.
Penurunan biota perairan (sebagai dampak lanjutan dari penurunan kualitas air permukaan
yang mengakibatkan gangguan terhadap kelangsungan hidup biota air). Sesuai dengan
penyebab dampaknya (penurunan kualitas air permukaan) maka beban dampak terhadap
komponen biota air akan termasuk tinggi serta ditambah pula dengan kegiatan sejenis di
sekitarnya yang juga dapat menimbulkan dampak yang sama. Selain itu kelimpahan dan
keanekaragaman jenis biota akuatik (terutama nekton/ikan) memiliki nilai/peranan penting
terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, dan ekologis), serta
menimbulkan kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat terhadap komponen biota perairan
di wilayah studi. Berdasarkan alasan di atas, maka dampak penurunan biota perairan akibat
kegiatan penyiapan lahan tambang tergolong dampak penting hipotetik dan akan dikaji
lebih lanjut.
Dampak potensial yang tergolong dampak tidak penting akibat kegiatan penyiapan
lahan tambang adalah :
Perubahan iklim mikro (merupakan dampak sekunder dari hilang/berkurangnya vegetasi
yang sesungguhnya berperan dalam menciptakan iklim mikro yang lebih baik). Ditinjau
dari tutupan lahan secara umum, rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan penambangan
pasir kuarsa termasuk semak belukar sehingga peran vegetasi dalam menciptakan kualitas
iklim mikro relatif kurang. Dengan demikian jika areal tersebut dibuka maka intensitas
perubahan iklim mikro di wilayah studi akan relatif kecil jika dibandingkan dengan
pengaruh vegetasi pada tutupan hutan dari daerah sekitarnya, sehingga : beban dampak
terhadap komponen iklim mikro pada tapak proyek termasuk relatif kecil, tidak akan
berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan, dan ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
kegiatan penyiapan lahan tambang maupun terhadap komponen iklim mikro sendiri, serta
tidak akan ada peraturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau dilampaui oleh
dampak tersebut. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jenis dampak perubahan iklim
mikro akibat kegiatan penyiapan lahan tambang tidak akan dikaji lebih lanjut karena
termasuk dampak tidak penting.
2) Penambangan Pasir Kuarsa
Dampak potensial yang dapat menjadi dampak penting hipotetik dari kegiatan
penambangan /pengambilan pasir kuarsa adalah :
Penurunan kualitas udara (merupakan dampak primer, terutama akibat kegiatan
pengangkutan hasil tambang yang melalui jalan tanah). Kegiatan pengangkutan hasil
tambang pasir kuarsa akan menggunakan dumptruck berkapasitas tinggi dengan
intensitas /frekuensi angkutan tinggi pula. Jalan tambang yang akan dilalui angkutan
berupa jalan tanah, sehingga dalam kondisi kering akan menyebabkan partikel debu tanah
berterbangan di udara ambien sekitar jalan yang dilewati. Konsentrasi partikel debu di
udara akan berbanding lurus dengan bobot muatan, jumlah roda dan kecepatan dumptruck,
dan frekuensi angkutan, serta berbanding terbalik dengan curah hujan. Mengingat bobot
muatan, jumlah roda dumptruck dan intensitas pengangkutan akan cukup tinggi, maka
diprakirakan bahwa : beban dampak terhadap komponen kualitas udara akan tergolong
tinggi, sehingga akan berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat
(nilai kesehatan pekerja dan masyarakat desa studi), menimbulkan kekhawatiran
masyarakat yang tinggi terhadap komponen kualitas udara yang berdampak terhadap
kesehatan, serta terdapat potensi terjadinya pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan
pemerintah jika melampaui ambang batas/baku mutu kualitas udara ambien berdasarkan
Lampiran PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional,
terutama untuk parameter TSP (debu). Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jenis
dampak penurunan kualitas udara akibat kegiatan penambangan pasir kuarsa tergolong
dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Perubahan bentang lahan (merupakan dampak primer akibat adanya kegiatan penggalian
lapisan tanah yang merubah kontur kedalaman permukaan lahan dan menghilangkan
lapisan tanah subur/topsoil). Kegiatan pengupasan lapisan tanah atas (topsoil) dan
penggalian – pengambilan lapisan yang mengandung pasir kuarsa akan meninggalkan
lubang bekas galian, dimana akan terjadi perbedaan ketinggian permukaan tanah bekas
galian dan permukaan tanah di sekitarnya. Ditinjau dari luasan lokasi rencana tambang
yang cukup luas setiap blok tambang, maka beban dampak terhadap komponen bentang
lahan akan semakin tinggi serta dapat berakumulasi dengan kegiatan sejenis (pertambangan
pasir oleh perusahaan lain) di sekitarnya yang juga dapat menimbulkan dampak yang sama,
sehingga dampak ini akan berpengaruh penting terhadap komponen lain seperti
produktifitas lahan yang akan semakin berkurang. Berdasarkan alasan di atas, maka
paling tinggi dan begitu pula risiko penyakit malaria termasuk salah satu yang harus
menjadi perhatian, maka sejak awal beban komponen lingkungan hidup parameter
kesehatan masyarakat termasuk cukup tinggi, dan komponen kesehatan memiliki peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, dan kesehatan),
serta dapat menimbulkan kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat sekitar (terutama
masyarakat desa studi dan pengguna jalan tambang). Berdasarkan pertimbangan di atas,
maka dampak gangguan kesehatan masyarakat akibat kegiatan penambangan/pengambilan
pasir kuarsa di lokasi studi tergolong dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Konflik kepentingan lahan, sebagai dampak primer akibat lokasi IUP tambang pasir
terdapat kegiatan penambangan timah oleh rakyat. Pada dasarnya, konflik kepentingan
lahan yang menjadi bagian penting di sini yaitu antara PT. Bintang Delapan Enam dengan
masyarakat penambang timah di dalam lokasi rencana kegiatan. Dilihat dari tingginya
potensi dampak tersebut maka : beban dampak terhadap komponen konflik kepentingan
lahan termasuk cukup tinggi, sehingga komponen tersebut akan berpengaruh penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial dan ekonomi masyarakat), serta dapat
menimbulkan kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat sekitar. Berdasarkan pertimbangan
di atas, maka dampak konflik kepentingan lahan akibat kegiatan penambangan pasir kuarsa
di lokasi studi tergolong dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Dampak potensial yang tergolong dampak tidak penting akibat kegiatan
penambangan/pengambilan pasir kuarsa adalah :
Peningkatan kebisingan (merupakan dampak primer akibat suara bising dari
pengoperasian alat berat dan kendaraan angkutan (dumptruck). Terjadinya peningkatan
kebisingan hanya terjadi sesekali jika ada kendaraan dumptruck yang mengangkut pasir
kuarsa serta dengan durasi yang relatif singkat. Meskipun melewati pemukiman penduduk
desa studi, akan tetapi jarak ke rumah penduduk yang terdekat dari ruas jalan angkutan
termasuk relatif jauh dan masih terdapat barier berupa pepohonan, sehingga tingkat
kebisingan di pemukiman penduduk yang terdekat diprakirakan masih di bawah baku mutu
yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun
1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa : beban
komponen tingkat kebisingan pada saat rona awal maupun akibat suara deru mesin
kendaraan dumptruck pengangkut pasir kuarsa akan termasuk relatif kecil, sehingga tidak
akan berpengaruh penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan dan ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
komponen gangguan kebisingan, serta tidak berpotensi menimbulkan pelanggaran terhadap
peraturan atau kebijakan yang berlaku dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan
penambangan pasir kuarsa tidak akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak tidak
penting.
penggunaan air untuk pencucian pasir kuarsa tersebut cukup banyak, meskipun
penggunaan air tersebut di-sirkulasikan secara tertutup, akan tetapi risiko air yang
bercampur lumpur tersebut terlepas ke lingkungan dan masuk ke badan perairan umum
tetap ada. Ditambah pula akibat adanya ceceran dan stock pasir kuarsa di area stockpile
dapat meningkatkan laju erosi jika terjadi hujan. Dari kedua sumber dampak tersebut pada
akhirnya dapat meningkatkan sedimentasi pada perairan umum penerima dampak. Dilihat
dari tingginya potensi dampak tersebut maka : beban dampak terhadap komponen laju
aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi termasuk cukup tinggi, sehingga komponen
tersebut akan berpengaruh penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial,
ekonomi, kesehatan, dan ekologi), serta dapat menimbulkan kekhawatiran yang tinggi dari
masyarakat sekitar. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dampak peningkatan laju
aliran permukaan (run off) dan sedimentasi akibat kegiatan pencucian pasir kuarsa di lokasi
studi tergolong dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Penurunan kualitas air permukaan (merupakan dampak sekunder akibat peningkatan aliran
permukaan (run off) dan sedimentasi dari kegiatan pencucian pasir kuarsa yang masuk ke
dalam perairan umum/sungai). Sesuai dengan dampak primernya yang termasuk tinggi,
maka potensi terjadinya penurunan kualitas air permukaan akibat meningkatnya kadar TSS,
TDS dan tingkat kekeruhan air penerima dampak akan cukup tinggi, sehingga : beban
dampak terhadap komponen laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi termasuk
cukup tinggi, sehingga komponen tersebut akan berpengaruh penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, kesehatan, dan ekologi), serta dapat
menimbulkan kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat sekitar. Berdasarkan pertimbangan
di atas, maka dampak peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi akibat
kegiatan pencucian pasir kuarsa di lokasi studi tergolong dampak penting hipotetik dan
akan dikaji lebih lanjut.
Penurunan biota perairan (sebagai dampak lanjutan dari penurunan kualitas air permukaan
yang mengakibatkan terganggunya kelangsungan hidup biota air). Dilihat dari dampak
primernya bahwa peningkatan kadar TSS, TDS dan kekeruhan ini akan cukup tinggi,
karena volume pekerjaan pencucian pasir kuarsa dan penggunaan airnya cukup tinggi.
Pada kondisi perairan yang keruh maka kelangsungan hidup semua tingkat tropik
organisme air akan terganggu mulai phytoplankton, zooplankton, bentos dan nekton/ikan.
Masyarakat nelayan di Desa Batu Penyu sangat mengkhawatirkan terhadap menurunnya
kelimpahan dan kekayaan jenis ikan di perairan studi. Dampak terjadinya penurunan biota
perairan termasuk kriteria penting, karena : beban dampak terhadap komponen biota
perairan termasuk cukup tinggi, komponen tersebut memiliki peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi), serta
menimbulkan kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat sekitar. Berdasarkan alasan di
atas, maka dampak penurunan biota air akibat kegiatan pencucian pasir kuarsa di lokasi
studi tergolong dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Dampak potensial yang tergolong dampak tidak penting akibat dari kegiatan pencucian
hasil tambang adalah : tidak ada (nihil).
4) Operasional Workshop dan Genset
Dampak potensial yang termasuk dampak tidak penting dari kegiatan operasional
workshop dan genset adalah :
Penurunan kualitas udara berupa peningkatan polutan udara berupa NOx, SOx, HC,
partikulat dan Pb (sebagai dampak primer dari adanya operasional genset menggunakan
bahan bakar minyak fosil, dimana akan menghasilkan emisi yang dilepas ke udara ambien).
Dampak ini termasuk kriteria tidak penting, karena berdasarkan analogi dari beberapa jenis
dan kapasitas genset, polutan gas dalam emisi yang dihasilkan dari operasional genset
tersebut masih berada di bawah nilai ambang batas baku mutu untuk emisi sumber tidak
bergerak dan juga untuk udara ambien penerima dampak. Selain itu, lokasi basecamp
berada jauh dari pemukiman penduduk, sehingga diperkirakan polutan gas dari genset ini
tidak akan mencapai pemukiman penduduk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa :
beban komponen kualitas udara pada saat rona awal maupun akibat emisi yang dihasilkan
genset akan relatif kecil, sehingga tidak akan berpengaruh penting dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologis), tidak ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen kualitas udara, serta tidak
berpotensi menimbulkan pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan yang berlaku
dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dampak
penurunan kualitas udara akibat kegiatan operasional workshop dan genset tidak akan
dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
Peningkatan kebisingan (merupakan dampak primer akibat adanya suara bising dari mesin
genset yang dioperasikan). Dampak ini diprakirakan relatif kecil, karena : genset disimpan
di dalam rumah genset yang letaknya relatif jauh dari mess karyawan, dimana berdasarkan
analogi dengan beberapa kegiatan sejenis (operasional genset) di perusahaan lain bahwa
pada jarak yang tidak terlalu jauh (± 50 m) maka tingkat kebisingan berada di bawah
ambang batas baku mutu mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa : beban komponen tingkat kebisingan pada saat rona awal maupun akibat suara
bising mesin genset akan relatif kecil, sehingga tidak akan berpengaruh penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologis),
tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen gangguan kebisingan,
serta tidak berpotensi menimbulkan pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan yang
berlaku dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, maka
dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan operasional workshop dan genset tidak
akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
Peningkatan sampah dan limbah B3 (merupakan dampak primer pada saat perawatan
sarana – prasarana tambang). Sampah domestik dari kegiatan di basecamp akan dikelola
sesuai dengan ketentuan PP RI No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Limbah B3 yang akan dihasilkan
dari adanya kegiatan operasional workshop dan genset diantaranya adalah majun, bekas
kemasan oli, bekas filter oli, aki bekas, olie bekas, lampu merkuri bekas, ceceran BBM,
potongan besi, dan lain-lain. Berdasarkan rencana kegiatan, maka dalam pengelolaan
limbah B3 tersebut perusahaan akan mengacu pada PP RI No. 101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah B3. Karena rencana pengelolaan sampah dan limbah B3 telah
dipastikan sesuai ketentuan yang berlaku dan seluruhnya akan dilaksanakan oleh
perusahaan, maka kemungkinan sampah dan limbah B3 tersebut terlepas ke lingkungan
akan sangat kecil. Dengan pengelolaan sampah dan limbah B3 mengacu pada PP RI
tersebut, dapat dikatakan bahwa : beban dampak terhadap komponen lingkungan sampah
dan limbah B3 akan sangat kecil, sehingga tidak akan berpengaruh penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologis),
tidak akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan sampah dan limbah B3, serta tidak akan menimbulkan pelanggaran terhadap
peraturan atau kebijakan yang berlaku dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut.
Berdasarkan alasan tersebut, maka dampak peningkatan sampah dan limbah B3 akibat
kegiatan operasional workshop dan genset tidak akan dikaji lebih lanjut karena termasuk
dampak tidak penting. Namun demikian jenis dampak peningkatan sampah dan limbah B3
ini tetap akan dikelola dan dipantau (dimuat dalam Dokumen RKL-RPL), sehingga
nantinya dapat dipastikan bahwa rencana pengelolaan dan pemantauan sampah dan limbah
B3 ini sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penurunan kualitas air permukaan (sebagai dampak sekunder akibat adanya sampah dan
limbah B3 berupa limbah domestic dan ceceran BBM dan/atau oli bekas yang masuk ke
badan perairan umum penerima dampak). Sesuai dengan dampak primernya bahwa
kemungkinan terlepasnya sampah dan limbah B3 ke lingkungan sekitar pada saat kegiatan
operasional workshop dan genset sangatlah kecil. Begitu pula untuk dampak sekundernya
bahwa penurunan kualitas air permukaan yang disebabkan oleh sampah dan ceceran BBM /
oli bekas atau limbah B3 lainnya akan sangat kecil pula, sehingga : beban dampak terhadap
komponen lingkungan hidup kualitas air permukaan akan sangat kecil, dan tidak akan
berpengaruh penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan dan ekologis), tidak akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat yang
tinggi terhadap komponen lingkungan hidup tersebut, serta tidak akan menimbulkan
pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan yang berlaku dan/atau dilampaui oleh
dampak tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, maka dampak penurunan kualitas air
permukaan akibat kegiatan operasional workshop dan genset tidak akan dikaji lebih lanjut
karena termasuk dampak tidak penting.
Penurunan biota perairan (merupakan dampak lanjutan dari dampak penurunan kualitas
air permukaan yang akan mempengaruhi habitat dan kehidupan biota air). Demikian pula
terhadap dampak turunannya berupa penurunan biota perairan akibat kegiatan operasional
workshop dan genset akan sangat kecil. Seiring dengan sumber penyebabnya yaitu akibat
penurunan kualitas air permukaan yang termasuk sangat kecil, maka : beban dampak
terhadap komponen lingkungan biota perairan akan sangat kecil, sehingga tidak akan
berpengaruh penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan dan ekologis), tidak akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat yang
tinggi terhadap komponen lingkungan hidup biota air, serta tidak akan menimbulkan
pelanggaran terhadap peraturan atau kebijakan yang berlaku dan/atau dilampaui oleh
dampak tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dampak penurunan biota
perairan akibat kegiatan operasional workshop dan genset tidak akan dikaji lebih lanjut
karena termasuk dampak tidak penting.
5) Corporate Social Responsibility (CSR)
Dampak potensial yang dapat menjadi dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih
lanjut akibat dari pelaksanaan program CSR adalah :
Perubahan persepsi dan sikap masyarakat yang bersifat positif (sebagai dampak primer
dari adanya pelaksanaan program CSR yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat).
Kewajiban perusahaan untuk melaksanakan program CSR ini telah diatur dalam PP RI No.
47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas, Perda
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 7 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan Perusahaan, dan Perda Kabupaten Belitung Timur No. 13 Tahun 2011
tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Dampak perubahan persepsi dan sikap
masyarakat ini termasuk kriteria penting, karena berapapun besaran dampaknya, komponen
lingkungan persepsi dan sikap masyarakat ini sangat berperan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi dan budaya) terlebih bagi kelangsungan usaha
dan/atau kegiatan perusahaan sendiri. Persepsi dan sikap masyarakat yang bersifat positif
ini sangat diperlukan bagi kelangsungan operasional perusahaan, karena sering terjadi
akibat persepsi masyarakat bersifat negatif maka kegiatan operasional perusahaan menjadi
terganggu/terhambat atau bahkan terhenti sama sekali. Dengan demikian jenis dampak
berupa perubahan persepsi dan sikap masyarakat akibat kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR) termasuk dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Dampak potensial yang termasuk dampak tidak penting akibat dari pelaksanaan
kegiatan CSR adalah :
Perbaikan fasilitas umum (merupakan dampak primer dari pelaksanaan CSR yang jenis
programnya terkait dengan perbaikan/pengadaan fasilitas umum). Dampak ini termasuk
kriteria tidak penting, karena jenis program yang relevan untuk dilaksanakan oleh
perusahaan cukup bervariasi dan tidak hanya terkait dengan fasilitas umum. Sesuai dengan
harapan masyarakat bahwa program CSR harus tepat sasaran dan dapat dirasakan
manfaatnya secara langsung oleh masyarakat. Program tersebut dapat berhubungan dengan
ekonomi, pendidikan, kesehatan, pertanian, seni-budaya, dan lain sebagainya. Dengan
demikian pelaksanaan program CSR yang terkait dengan perbaikan fasilitas umum
diperkirakan relatif kecil, sehingga : beban dampak terhadap komponen lingkungan hidup
perbaikan fasilitas umum akan sangat kecil, dan tidak akan berpengaruh penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan dan ekologis),
tidak akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen
lingkungan fasilitas umum selama komponen bidang lainnya dilaksanakan oleh perusahaan
sesuai dengan kebutuhan dasar masyarakat, serta tidak akan menimbulkan pelanggaran
terhadap peraturan atau kebijakan yang berlaku karena perusahaan akan memenuhi seluruh
kewajibannya sesuai peraturan perundangan yang berlaku termasuk diantaranya kewajiban
terhadap sosial dan lingkungannya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dampak
perbaikan fasilitas umum akibat kegiatan program CSR tidak akan dikaji lebih lanjut
karena termasuk dampak tidak penting.
6) Reklamasi Lahan
Dampak potensial yang dapat menjadi dampak penting hipotetik akibat dari kegiatan
reklamasi lahan bekas tambang adalah :
Peningkatan vegetasi (merupakan dampak primer dari adanya kegiatan reklamasi berupa
penanaman kembali lahan bekas tambang sesuai dengan karakteristik wilayah dan
peruntukan kawasan). Kegiatan reklamasi dapat memperbaiki/meningkatkan vegetasi
penutup tanah pada lahan bekas tambang. Areal yang terbuka akibat kegiatan penambangan
akan dikembalikan fungsinya sesuai dengan peruntukan lahannya dengan melakukan
penempatan top-soil dan penanaman kembali dengan jenis tanaman yang dapat tumbuh
pada areal bekas tambang dan sesuai dengan peruntukan lahan kedepannya. Luasan areal
terbuka akibat kegiatan penambangan cukup luas, sehingga beban komponen lingkungan
hidup untuk parameter fungsi vegetasi menjadi sangat tinggi, sementara komponen
lingkungan parameter vegetasi tersebut memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial-ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan
lainnya (nilai ekologis) karena dapat menimbulkan dampak lanjutan terhadap komponen
fisik-kimia, komponen biologi lainnya, sosekbud dan kesehatan lingkungan. Selain itu
terdapat kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat luas tentang fungsi vegetasi yang
semakin berkurang jika tidak dilakukan revegetasi pada lahan bekas tambang tersebut,
bahkan masyarakat sekitar sangat berharap bahwa tanaman reklamasi harus bermanfaat
bagi masyarakat. Dengan demikian jenis dampak berupa peningkatan vegetasi akibat
kegiatan reklamasi lahan bekas tambang termasuk dampak penting hipotetik dan akan
dikaji lebih lanjut.
Penurunan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi (merupakan dampak sekunder
akibat meningkatnya fungsi vegetasi penutup tanah dalam mengendalikan laju run-off.
Sesuai dengan sumber dampak primernya yaitu dimana areal bekas tambang yang akan
direklamasi cukup luas sehingga peningkatan fungsi vegetasi penutup tanah tergolong
tinggi, maka begitu pula dampak berupa penurunan laju aliran permukaan, erosi dan
sedimentasi akan termasuk tinggi. Dengan teknik reklamasi yang direncanakan,
diperkirakan bahwa intensitas penurunan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi
ini akan cukup berpengaruh terhadap hidrologi pada sistem DAS di wilayah studi. Hal
tersebut dapat menjadi pertimbangan bahwa : beban dampak terhadap perbaikan komponen
laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi tergolong cukup besar, sehingga akan
dapat berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial,
ekonomi, budaya, kesehatan, dan ekologis). Berdasarkan alasan di atas, maka jenis dampak
penurunan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi akibat kegiatan reklamasi lahan
bekas tambang termasuk dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Peningkatan kualitas air permukaan (merupakan dampak lanjutan dari menurunnya laju
aliran permukaan, erosi dan sedimentasi akibat meningkatnya fungsi vegetasi penutup
tanah). Seiring dengan sumber penyebab dampaknya yaitu penurunan laju aliran
permukaan (run-off) dan sedimentasi yang termasuk cukup tinggi, maka hal yang sama
terjadi pula pada dampak turunannya yaitu peningkatan kualitas air permukaan yang akan
tergolong cukup tinggi, terutama diakibatkan oleh menurunnya nilai kadar TSS, TDS dan
tingkat kekeruhan perairan. Dampak ini termasuk kriteria penting, karena: sesuai dengan
dampak primernya beban dampak terhadap komponen perbaikan kualitas air permukaan
akan termasuk tinggi, sehingga akan berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari
masyarakat (nilai sosial, ekonomi, kesehatan dan ekologis), serta terdapat kekhawatiran
yang tinggi dari masyarakat sekitar terhadap komponen kualitas air permukaan ini.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dampak peningkatan kualitas air permukaan
akibat kegiatan reklamasi lahan bekas tambang akan dikaji lebih lanjut karena tergolong
dampak penting hipotetik.
Perubahan bentang lahan (merupakan dampak primer akibat adanya kegiatan penimbunan
kembali lahan eks tambang menggunakan overburden dan topsoil yang merubah kontur
ketinggian permukaan lahan menjadi lebih tinggi dan mendekati kondisi semula serta dapat
meningkatkan/memperbaiki kesuburan lapisan tanah). Kegiatan penimbunan kembali
lapisan tanah atas (topsoil) dan akan menutup lubang bekas galian, dimana akan terjadi
peningkatan ketinggian permukaan tanah bekas galian mendekati ketinggian permukaan
tanah di sekitarnya. Ditinjau dari luasan lokasi rencana reklamasi tambang yang cukup luas
setiap blok tambang, maka beban dampak terhadap komponen bentang lahan akan
berkurang serta dapat berakumulasi dengan kegiatan sejenis (reklamasi lahan eks tambang
oleh perusahaan lain) di sekitarnya yang juga dapat menimbulkan dampak yang sama,
sehingga dampak ini akan berpengaruh penting terhadap komponen lain seperti
produktifitas lahan yang akan semakin membaik. Berdasarkan alasan di atas, maka dampak
perubahan bentang lahan akibat kegiatan reklamasi lahan eks tambang di lokasi studi
tergolong dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Peningkatan produktifitas lahan (sebagai dampak primer dari lahan eks tambang yang
ditimbun kembali dan dampak sekunder dari revegetasi yang secara perlahan dapat
mengembalikan tingkat kesuburan tanah). Pengembalian lapisan tanah atas yang
kandungan pasir kuarsanya sudah sangat rendah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah, sehingga pada lahan bekas tambang diharapkan dapat digunakan untuk kegiatan
budidaya berbagai jenis tanaman yang sesuai dilihat dari aspek ekologis dan memiliki nilai
ekonomis. Seluruh areal bekas tambang dan sarana pendukungnya akan direklamasi sampai
lahan tersebut dapat difungsikan sesuai peruntukannya. Ditinjau dari luasan lokasi rencana
tambang yang cukup besar serta kondisi lahan bekas tambang yang sangat tidak produktif
(jika tidak dilakukan reklamasi), maka beban komponen lingkungan hidup produktivitas
lahan termasuk sangat tinggi, komponen produktivitas lahan ini sangat berperan penting
terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya dan ekologis),
serta terdapat kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat (terutama petani) dimana
masyarakat juga mengharapkan bahwa jenis tanaman reklamasi harus bermanfaat bagi
masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka dampak peningkatan produktivitas lahan
akibat kegiatan reklamasi lahan bekas tambang ini tergolong dampak penting hipotetik dan
akan dikaji lebih lanjut.
Peningkatan kualitas habitat dan populasi satwaliar (merupakan dampak sekunder akibat
meningkatnya fungsi vegetasi hasil reklamasi dalam menciptakan kualitas habitat bagi
satwaliar). Adanya penutupan vegetasi hasil reklamasi dapat memperbaiki/meningkatkan
kualitas habitat satwa, sehingga akan terjadi pula migrasi satwa ke habitat tersebut. Sesuai
dengan dampak primernya yaitu peningkatan vegetasi yang tergolong tinggi (dilihat dari
luasan, kerapatan dan keanekaragaman jenisnya), maka dampak terhadap peningkatan
kualitas habitat dan terjadinya migrasi satwa juga tergolong tinggi. Jika pada lahan bekas
tambang tidak dilakukan reklamasi maka komponen lingkungan hidup parameter kualitas
habitat dan populasi satwaliar akan sangat buruk, sehingga beban komponen lingkungan
tersebut sangat tinggi. Selain itu terhadap komponen lingkungan hidup kualitas habitat dan
populasi satwaliar ini terdapat kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat luas (terutama
pemerhati lingkungan). Dengan demikian, maka dampak peningkatan kualitas habitat dan
terjadinya migrasi satwaliar ke habitat tersebut akibat kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang ini tergolong dampak penting hipotetik dan akan dikaji lebih lanjut.
Peningkatan biota perairan (sebagai dampak sekunder dari dampak meningkatnya kembali
kualitas air permukaan yang akan mempengaruhi habitat dan kehidupan biota air ke arah
yang lebih baik). Seiring dengan sumber penyebab dampaknya yaitu peningkatan kembali
kualitas air permukaan yang tergolong cukup tinggi, maka hal yang sama terjadi pula pada
dampak turunannya yaitu peningkatan biota perairan yang juga tergolong cukup tinggi,
terutama diakibatkan oleh menurunnya nilai kadar TSS, TDS dan tingkat kekeruhan
perairan, sehingga intensitas cahaya matahari dalam perairan meningkat, proses fotosintesis
phytoplankton dan tumbuhan air lainnya akan meningkat yang pada akhirnya organisme
tingkat tropik berikutnya seperti zooplankton, benthos dan nekton/ikan akan semakin
melimpah. Dampak ini termasuk kriteria penting, karena: sesuai dengan dampak primernya
beban dampak terhadap komponen biota perairan akan tergolong tinggi, sehingga akan
berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi,
kesehatan dan ekologis), serta terdapat kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat sekitar
terhadap komponen biota perairan ini. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dampak
peningkatan biota perairan akibat kegiatan reklamasi lahan bekas tambang akan dikaji
lebih lanjut karena tergolong dampak penting hipotetik.
Dampak potensial yang termasuk dampak tidak penting akibat dari kegiatan reklamasi
lahan adalah :
Perubahan iklim mikro (merupakan dampak sekunder akibat meningkatnya peran vegetasi
hasil reklamasi dalam menciptakan iklim mikro yang lebih baik). Selain kehadiran
vegetasi, kondisi iklim mikro dipengaruhi oleh cuaca, arah dan kecepatan angin,
kelembaban, ketinggian tempat, intensitas penyinaran matahari, dan altitude. Kehadiran
vegetasi terutama berperan dalam menyerap CO 2 dan menghasilkan O2, serta
mengendalikan suhu udara. Perubahan iklim mikro akibat kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang ini diprakirakan tidak terlalu besar, karena di sekitar lokasi rencana kegiatan
masih terdapat penutupan vegetasi disamping karena unsur-unsur lainnya tidak berubah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa : beban dampak terhadap komponen iklim mikro
ini tergolong relatif kecil, tidak akan berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari
masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan ekologis), tidak ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen lingkungan iklim mikro tersebut,
serta tidak akan ada peraturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan/atau dilampaui oleh
dampak tersebut. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jenis dampak perubahan iklim
mikro akibat kegiatan reklamasi lahan bekas tambang tidak akan dikaji lebih lanjut karena
termasuk dampak tidak penting.
d. Tahap Pasca Operasional
1) Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Dampak potensial yang tergolong dampak penting hipotetik akibat dari kegiatan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah : tidak ada (nihil).
Dampak potensial yang tergolong dampak tidak penting dari kegiatan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) adalah :
Hilang/berkurangnya kesempatan kerja dan peluang berusaha (sebagai dampak primer
akibat dari tidak adanya lagi pekerjaan dari perusahaan maupun kebutuhan perusahaan
yang direkrut dari masyarakat setempat). Kegiatan PHK secara keseluruhan akan dilakukan
jika kegiatan perusahaan sudah berakhir. Adapun dampak hilang/berkurangnya kesempatan
kerja dan peluang berusaha ini termasuk kriteria tidak penting, karena perusahaan akan
menginformasikan terlebih dahulu sebelum dilakukan PHK, serta memberikan
pembimbingan dan pelatihan agar memiliki keterampilan/keahlian untuk membangun
usaha mandiri ataupun bekerja di sektor lain. Hal ini dilakukan agar para pekerja dapat
mengantisipasi lebih awal pada saat akan dilaksanakan PHK. Selain itu perusahaan juga
akan mengikuti aturan dan prosedur PHK sesuai dengan aturan yang berlaku seperti untuk
pembayaran uang pesangon, uang penghargaan dan lainnya. Aturan dan ketentuan ini juga
akan diinformasikan oleh perusahaan pada saat penerimaan tenaga kerja dan dalam
perjanjian kerja agar para pekerja dapat mengantisipasi dari awal jika terjadi PHK. Dengan
demikian, maka : beban dampak terhadap komponen kesempatan kerja dan usaha tergolong
relatif kecil, sehingga tidak akan berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari
masyarakat (nilai sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, dan ekologis), tidak ada
kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen lingkungan parameter
kesempatan kerja dan usaha tersebut, serta tidak akan ada aturan atau kebijakan yang akan
dilanggar dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut. Berdasarkan pertimbangan di atas,
maka jenis dampak hilang/ berkurangnya kesempatan kerja dan usaha akibat kegiatan PHK
tidak akan dikaji lebih lanjut karena termasuk dampak tidak penting.
2) Penutupan Tambang
Dampak potensial yang tergolong dampak penting hipotetik akibat dari kegiatan
penutupan tambang adalah : tidak ada (nihil).
Dampak potensial yang merupakan dampak tidak penting akibat dari kegiatan
penutupan tambang adalah :
Peningkatan gangguan lalulintas (sebagai dampak primer dari adanya demobilisasi
kendaraan pengangkut peralatan berat dan material bekas ke luar lokasi eks tambang).
Dampak ini termasuk kriteria tidak penting, karena demobilisasi peralatan dan material
bekas dengan menggunakan dumptruck dan tronton ini bersifat sementara dalam durasi
yang tidak lama. Demobilisasi alat berat menggunakan truk tronton yang berbadan lebar
akan dikawal satuan pengamanan (polisi atau tim keamanan perusahaan) dengan
menggunakan mobil pengawal. Dengan adanya satuan pengamanan dan mobil pengawal
tersebut, maka terjadinya gangguan lalulintas di jalan sekitar pemukiman penduduk yang
dilewati maupun di jalan raya dapat dihindari atau diminimalisir. Dengan demikian rencana
kegiatan demobilisasi peralatan dan material bekas diprakirakan tidak akan menimbulkan
dampak yang berarti terhadap peningkatan gangguan lalulintas, sehingga : beban dampak
terhadap komponen lingkungan gangguan lalulintas tergolong relatif kecil, tidak akan
berpengaruh penting terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial, ekonomi,
budaya, kesehatan, dan ekologis), tidak ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi terhadap
komponen lingkungan hidup parameter tersebut, serta tidak akan ada aturan atau kebijakan
yang akan dilanggar dan/atau dilampaui oleh dampak tersebut. Berdasarkan alasan di atas,
maka jenis dampak peningkatan gangguan lalulintas akibat kegiatan penutupan tambang
(tahap demobilisasi peralatan dan material bekas) tidak akan dikaji lebih lanjut karena
termasuk dampak tidak penting.
3. Kesimpulan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial di atas, maka terdapat 14 (empat belas)
dampak penting hipotetik (DPH) yang akan dikaji lebih lanjut secara mendalam pada dokumen
ANDAL, yaitu:
a. Komponen Fisik-Kimia :
1) Penurunan kualitas udara,
2) Peningkatan laju aliran permukaan (run-off) dan sedimentasi,
3) Penurunan kualitas air permukaan,
4) Perubahan bentang lahan,
5) Penurunan produktifitas lahan,
6) Peningkatan potensi kebakaran lahan.
b. Komponen Biologi :
1) Penurunan populasi vegetasi,
2) Penurunan kualitas habitat dan populasi satwaliar,
3) Penurunan biota perairan.
c. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya :
1) Perubahan persepsi dan sikap masyarakat,
2) Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha,
3) Peningkatan perekonomian lokal.
4) Konflik kepentingan lahan.
d. Komponen Kesehatan :
1) Gangguan kesehatan masyarakat.
Selain itu terdapat pula 1 (satu) jenis dampak tidak penting dan tidak dikaji lebih lanjut
dalam Dokumen ANDAL, akan tetapi perlu dikelola dan dipantau sesuai ketentuan yang
berlaku, dimana rencana pengelolaan dan pemantauannya akan dimuat dalam Dokumen RKL-
RPL. Dampak tersebut adalah peningkatan limbah B3 akibat kegiatan operasional workshop dan
genset.
Tabel 2.25. Daftar Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan Kegiatan yang Menjadi Sumber
Dampaknya
Tahap Kegiatan yang Menjadi Sumber Dampak
No. Jenis DPH Pra- Pasca- Keterangan
Konstruksi Operasional
konstruksi operasional
I. Komponen Fisik-kimia :
1. Penurunan 1. Penambangan Dampak
- - -
kualitas udara primer
2. Peningkatan laju 1. Penyiapan lahan Dampak
runoff, erosi & 2. Pencucian hasil primer dan
- - -
sedimentasi tambang sekunder
3. Reklamasi lahan
3. Penurunan 1. Penyiapan lahan Dampak
kualitas air 2. Pencucian hasil primer dan
- - -
permukaan tambang sekunder
3. Reklamasi lahan
4. Perubahan 1. Penambangan Dampak
- - -
bentang lahan 2. Reklamasi lahan primer
5. Penurunan 1. Penambangan Dampak
produktifitas - - 2. Reklamasi lahan - primer
lahan
6. Peningkatan 1. Penyiapan lahan Dampak
potensi kebakaran - - - primer
lahan
II. Komponen Biologi :
1. Penurunan populasi 1. Penyiapan lahan Dampak
- - -
vegetasi 2. Reklamasi lahan primer
2. Penurunan kualitas 1. Penyiapan lahan Dampak
habitat & populasi - - 2. Reklamasi lahan - primer
satwaliar
3. Penurunan biota 1. Penyiapan lahan Dampak
perairan 2. Pencucian hasil sekunder &
- - -
tambang tersier
3. Reklamasi lahan
III
Komponen Sosekbud :
.
1. Perubahan 1. Sosialisasi 1. Rekrutmen 1. Penyelenggaraan Dampak
persepsi dan rencana tenaga kerja Corporate Social primer
-
sikap masyarakat kegiatan Responsibility
(CSR)
2. Peningkatan 1. Rekrutmen Dampak
kesempatan kerja - tenaga kerja - - primer
dan berusaha
3. Peningkatan 1. Rekrutmen 1. Penambangan Dampak
perekonomian - tenaga kerja - sekunder
local
4 Konflik - 1. Penambangan Dampak
kepentingan - - primer
lahan
IV
Komponen Kesehatan :
.
1. Gangguan 1. Penambangan Dampak
kesehatan - - - sekunder
masyarakat
Secara ringkas bagan alir seluruh proses pelingkupan (identifikasi dan evaluasi dampak
potensial) disajikan dalam Gambar 2.22.
KOMPONEN RENCANA
KEGIATAN
DAMPAK POTENSIAL
A. Tahap Pra-Konstruksi : DAMPAK PENTING HIPOTETIK
1. Perizinan A. Komponen Fisik Kimia :
2. Survey teknis A. Komponen Fisik Kimia :
3. Sosialisasi rencana kegiatan 1. Perubahan iklim mikro 1. Penurunan kualitas udara
4. Pembebasan lahan 2. Penurunan kualitas udara
2. Peningkatan laju run-off dan
B. Tahap Konstruksi : 3. Peningkatan kebisingan
sedimentasi
1. Rekrutmen tenaga kerja 4. Peningkatan laju run-off, dan
sedimentasi 3. Penurunan kualitas air permukaan
2. Mobilisasi peralatan dan material
3. Pembangunan sarana-prasarana 5. Penurunan kualitas air 4. Perubahan bentang lahan
tambang permukaan 5. Penurunan produktifitas lahan
C. Tahap Operasional : 6. Perubahan bentang lahan. 6. Peningkatan potensi kebakaran
1. Penyiapan 7. Peningkatan sampah dan lahan
lahan limbah B3
2. Penambang B. Komponen Biologi :
8. Penurunan produktifitas lahan
an pasir kuarsa 1. Penurunan populasi vegetasi
3. Pencucian 9. Peningkatan potensi
2. Penurunan kualitas habitat dan
hasil tambang kebakaran lahan.
IDENTIFI KASI EVALUASI populasi satwaliar
4. Operasioal B. Komponen Biologi :
workshop& genset DAMPAK DAMPAK 3. Penurunan biota perairan
5. Pelaksanaan 1. Penurunan populasi vegetasi
POTENSIAL 2. Penurunan kualitas habitat POTENSIAL C. Komponen Sosekbud :
CSR
6. Reklamasi dan populasi satwaliar 1. Peningkatan kesempatan kerja dan
lahan 3. Penurunan biota perairan berusaha
C. Komponen Sosekbud : 2. Perubahan persepsi dan sikap
HIDUP
1. Peningkatan kesempatan kerja masyarakat
A. Komponen GeoFisik Kimia dan berusaha 3. Peningkatan perekonomian lokal
B. Komponen Biologi 2. Perubahan persepsi dan sikap 4. Konflik kepentingan lahan
C. Komponen Sosekbud masyarakat
D. Komponen Kesehatan D. Komponen Kesehatan :
3. Peningkatan perekonomian 1. Gangguan kesehatan masyarakat
lokal
4. Perbaikan fasilitas umum
KEGIATAN LAIN DI SEKITARNYA Bukan DPH tetapi Dikelola &
5. Gangguan lalulintas
KOMPONEN LINGKUNGAN Dipantau :
kendaraan
1. Peningkatan sampah dan limbah B3
6. Konflik kepentingan lahan
D. Komponen Kesehatan :
SARAN, PENDAPAT DAN
TANGGAPAN MASYARAKAT
Metode Matriks Intreraksi
Sederhana, Telaahan Mengacu pada Panduan
Pustaka, Pengamatan Pelingkupan (Deputi Bidang
Lapangan Tata Lingkungan,
Kementerian Lingkungan
Hidup, 2007)
Gambar 2.21. Proses Pelingkupan KA-ANDAL Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
a. Batas Proyek
Batas kegiatan atau proyek adalah batas rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa
sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No :
188.44/731/WIUP/ESDM/2019 tanggal 14 Agustus 2019 tentang Pemberian Wilayah Izin
Usaha Pertambangan Komoditas Bukan Logam Jenis Pasir Kuarsa kepada PT. Bintang Delapan
Enam. Luas wilayah IUP Eksplorasi tersebut adalah ± 510,9 Hektar di Desa Batu Penyu,
Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
b. Batas Ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak rencana usaha dan/atau kegiatan
menurut media transportasi limbah (air dan udara) dan/atau pergerakan/migrasi satwaliar,
dimana proses alam yang berlangsung di dalam ruang tersebut diprakirakan akan mengalami
perubahan mendasar. Penentuan batas ekologis juga mempertimbangkan kondisi lingkungan
sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pertambangan pasir kuarsa. Batas ekologis
sebaran udara ditentukan dengan cara buffer 50 m dari lokasi jalan tambang, sebaran
pencemaran air sungai dalam kajian ini mengikuti aliran air Sungai Seranggas mulai dari aliran
pada tapak proyek sampai dengan muara sungai tersebut, sedangkan migrasi satwaliar ke habitat
di sekitarnya dibatasi sampai dengan jarak 1,5 km dari lokasi tapak proyek.
c. Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha yang merupakan tempat
berlangsungnya interaksi sosial yang mengandung nilai tertentu yang sudah mapan (sistem
struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika suatu kelompok masyarakat yang diprakirakan
akan mengalami perubahan mendasar akibat rencana usaha dan/atau kegiatan. Dalam studi ini
sebagai batas sosial ditetapkan batas wilayah pemukiman penduduk yang diprakirakan terkena
dampak secara langsung dari rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam. Lokasi rencana kegiatan secara administratif berada di Desa Batu Penyu, sehingga batas
sosial pada studi AMDAL rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam mencakup Desa Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur.
d. Batas Administratif
Batas administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara bebas melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
pada wilayah administrasi pemerintahan tempat berlangsungnya usaha/kegiatan. Lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan pertambangan pasir kuarsa terletak di Desa Batu Penyu, sehingga batas
administrasi studi AMDAL rencana kegiatan pertambangan pasir kuarsa adalah wilayah Desa
Batu Penyu, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Batas waktu kajian yang digunakan untuk prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan
yang ditetapkan konstektual untuk setiap dampak penting yang ditelaah setelah
mempertimbangkan :
a. Karakter dampak penting yang ditelaah
b. Lama (umur) berlangsungnya usaha dan/atau kegiatan
c. Tersedianya data dan informasi dari berbagai riset atau kajian sebelumnya perihal
perubahan lingkungan yang terjadi di lokasi studi.
d. Ketersediaan sumberdaya manusia untuk mengumpulkan dan menganalisis data.
e. Kemampuan tim studi melakukan prakiraan dan analisis dampak.
Kegiatan operasional penambangan pasir kuarsa direncanakan akan berlangsung minimal
selama 6 tahun +3 bulan dengan jangka waktu untuk reklamasi lahan yang terakhir akan
dilakukan paling lambat selama 3 tahun setelah operasional penambangan selesai. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa batas waktu kajian prakiraan dan
evaluasi dampak lingkungan adalah 10 tahun + 3 bulan ke depan atau maksimal sepanjang umur
proyek sesuai dengan perizinannya. Rencana kegiatan dan tata waktu pelaksanaan kegiatan
penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.26. Jadwal Rencana Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa PT. Bintang Delapan
Enam
N TAHUN
TAHAP KEGIATAN
O 2020 2021 2021 - 2027 2028 - 2030 2031
I Tahap Pra Konstruksi
1. Pengurusan Perizinan
2. Sosialisasi Rencana Kegiatan
II Tahap Konstruksi
1. Rekrutmen tenaga kerja
2. Mobilisasi Peralatan dan Material
3. Pembangunan Sarana Penunjang
Tambang
III Tahap Operasional
1. Penyiapan Lahan Tambang
2. Penambangan Pasir Kuarsa
3. Pencucian Hasil Tambang
4. Operasional Workshop dan Genset
5. Pelaksanaan Program CSR
6. Reklamasi Lahan
IV Tahap Pasca Operasi
1. Pemutusan Hubungan Kerja
2. Penutupan Tambang
Sumber :PT. Bintang Delapan Enam, 2020.
Tabel 2.27. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam
Pengelolaan Pelingkupan
Diskripsi Rencana
Lingkungan Yang
Kegiatan yang Komponen
Sudah Direncanakan Batas Waktu
Berpotensi Lingkungan Yang Evaluasi Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
Sejak Awal Sebagai Dampak Potensial Kajian
Menimbulkan Terkena Dampak Potensial Hipotetik
Bagian dari Rencana
Dampak Lingkungan
Kegiatan
Tahap Pra-Konstruksi :
1. Perizinan Tidak Ada Tidak ada Tidak menimbulkan Kegiatan perizinan pada dasarnya Tidak ada Kantor Selama Tahap Pra-
dampak merupakan kegiatan administratif di Perusahaan dan konstruksi
kantor perusahaan dan instansi terkait Instansi Terkait berlangsung
sehingga belum memberikan pengaruh
terhadap lingkungan.
2. Survei Teknis Tidak ada Tidak ada Tidak menimbulkan Kegiatan survey teknis pada dasarnya Tidak ada Lokasi Selama tahap pra-
dampak merupakan desk study dan belum ada Kegiatan PT. konstruksi
aktifitas konstruksi di lapangan, Bintang berlangsung
sehingga belum memberikan pengaruh Delapan Enam
terhadap segi apapun.
3.Sosialisasi Rencana Masyarakat Timbulnya persepsi Adanya informasi yang jelas dan Disimpulkan menjadi Desa Batu Selama Tahap Pra-
Kegiatan dan sikap masyarakat transparan terhadap rencana kegiatan DPH : Penyu, konstruksi
yang bersifat positif penambangan akan menimbulkan Perubahan sikap & Kecamatan berlangsung
akibat terjalinnya sikap & persepsi masyarakat yang persepsi masyarakat Gantung, Kab.
komunikasi yang baik mendukung atau menolak rencana Belitung Timur
dimana masyarakat kegiatan, timbulnya kekhawatiran (batas
merasa dilibatkan masyarakat akan terjadi kerusakan administrasi)
sebelum kegiatan lingkungan dan pencemaran terhadap
pembangunan lingkungan.
konstruksi
penambangan pasir
kuarsa dilaksanakan.
4. Pembebasan Lahan UU No.2 Tahun 2012 Masyarakat Sikap & persepsi Pada lokasi rencana tapak proyek Disimpulkan tidak Desa Batu Selama Tahap Pra-
Koordinasi dengan masyarakat. sebagian besar termasuk kawasan menjadi DPH. Penyu, konstruksi
pihak desa. hutan produksi (tanah negara) yang Kecamatan berlangsung.
akan diurus izin pinjam pakai lahan Gantung, Kab.
dan sebagian kecil termasuk dalam Belitung Timur
kawasan pertambangan. Apabila (batas
setelah diinventarisir terdapat lahan administrasi)
hak milik masyarakat atau pihak
lainnya, maka penyelesaian
permasalahan lahan melalui
kesepakatan antara perusahaan dengan
pihak pemilik lahan dengan mengacu
pada ketentuan yang berlaku
Tabel 2.27. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam
Diskripsi Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan
Batas Waktu
Kegiatan yang Lingkungan Yang Lingkungan Yang Evaluasi Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
Dampak Potensial Kajian
Berpotensi Sudah Direncanakan Terkena Dampak Potensial Hipotetik
Tahap Konstruksi :
1.Rekrutmen tenaga Perekrutan tenaga kerja Masyarakat Peningkatan Peningkatan kesempatan kerja dan Disimpulkan menjadi Masyarakat Selama tahap
kerja tersebut dilakukan kesempatan kerja peluang usaha ini akan sangat DPH : Desa Batu konstruksi dan
secara bertahap sesuai dan peluang berperan penting dalam menopang Kesempatan kerja & Penyu, berlanjut pada
dengan kebutuhan berusaha, kehidupan sehari-hari masyarakat berusaha. Kecamatan tahap operasional,
untuk operasional, dan peningkatan sekitar yaitu terhadap nilai-nilai Peningkatan Gantung, Kab. karena tenaga
berkoordinasi dengan perekonomian lokal sosial dan ekonomi. Belitung Timur kerja konstruksi
perekonomian lokal,
Dinas Tenaga Kerja, dan perubahan Dampak peningkatan perekonomian Perubahan persepsi (batas sekaligus juga
Koperasi, Usaha Kecil persepsi dan sikap lokal ini akan sangat berperan administrasi) digunakan untuk
dan sikap
penting dalam meningkatkan kegiatan
dan Menengah masyarakat. masyarakat.
kualitas kehidupan masyarakat
Kabupaten Belitung operasional.
sekitar yaitu terhadap nilai-nilai
Timur dan Kantor sosial dan ekonomi yang pada
Desa setempat. gilirannya juga akan berdampak
positif terhadap seluruh aspek
kehidupan masyarakat.
Dampak persepsi dan sikap
masyarakat tersebut sangat berperan
penting dalam menjaga stabilitas
nilai-nilai sosial, ekonomi dan
budaya, serta dalam kelangsungan
usaha/kegiatan perusahaan tahap
selanjutnya.
2.Mobilisasi Peralatan Tidak ada Masyarakat Gangguan lalulintas Kegiatan ini berlangsung sementara Disimpulkan tidak Desa Batu Selama Tahap
& Material pada tahap konstruksi. frekuensi menjadi DPH. Penyu, Konstruksi
pengangkutan relatif sedikit (sesekali) Kecamatan berlangsung.
dan mobilisasi alat berat akan dikawal Gantung, Kab.
satuan pengamanan atau polisi untuk Belitung Timur
menghindari kemacetan lalu lintas (batas
sehingga diperkirakan tidak administrasi)
menimbulkan gangguan lalulintas
yang berarti.
3.Pembangunan Sarana Pembangunan konstruksi Lahan Perubahan iklim Hilang/berkurangnya vegetasi Disimpulkan tidak Dalam lokasi Selama Tahap
Prasarana Tambang dilakukan secara bertahap mikro, peningkatan (sebagai dampak primer dari menjadi DPH : rencana Konstruksi
sesuai dengan laju aliran pembersihan vegetasi untuk Perubahan iklim basecamp dan berlangsung.
perkembangan kegiatan konstruksi jalan tambang serta mikro, jaringan jalan.
permukaan (run-
pembuatan sarana-prasarana Peningkatan laju aliran
penambangan dengan off) dan penunjang tambang lainnya), permukaan (run-off)
membuat saluran air di sedimentasi, luasannya relatif kecil jika dan sedimentasi,
sekeliling lokasi sarana penurunan kualitas dibandingkan dengan luasan WIUP, Penurunan kualitas air
prasarana tambang air permukaan, sehingga dampak lanjutannya juga permukaan,
terlebih dahulu. hilang relatif kecil. Hilang/berkurangnya
Sedangkan pemasangan berkurangnya vegetasi,
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 2-100
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
Tabel 2.27. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam
Diskripsi Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan
Batas Waktu
Kegiatan yang Lingkungan Yang Lingkungan Yang Evaluasi Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
Dampak Potensial Kajian
Berpotensi Sudah Direncanakan Terkena Dampak Potensial Hipotetik
Penurunan kualitas
instalasi pencucian pasir vegetasi, penurunan habitat dan populasi
kuarsa akan dilakukan kualitas habitat dan satwaliar,
oleh pihak ketiga dengan populasi satwaliar, Penurunan biota
menggunakan tenaga penurunan biota perairan.
kerja terlatih dan perairan.
berpengalaman.
Tahap Operasional :
1.Penyiapan Lahan Pemisahan tanah lapisan Lahan Perubahan iklim Hilang/berkurangnya vegetasi Disimpulkan menjadi Dalam lokasi Selama Tahap
Tambang atas (top soil) di dumping Iklim mikro (sebagai dampak primer dari proses DPH : tambang (batas Operasional
area. Lahan dan air Peningkatan laju pekerjaan pembersihan lahan yang Peningkatan potensi proyek). berlangsung.
permukaan alran permukaan mengubah bentang alam menjadi kebakaran lahan
(run-off) dan lahan terbuka) dengan luasan yang Peningkatan laju
Satwaliar
cukup besar. Dampak dapat
Biota perairan sedimentasi aliran permukaan dan
menimbulkan dampak lanjutan
Penurunan kualitas terhadap komponen fisik-kimia dan sedimentasi
air permukaan komponen biologi lainnya. Penurunan kualitas
Hilangnya air permukaan
/berkurangnya Gangguan terhadap
vegetasi biota air
Adanya potensi Berkurangnya
kebakaran lahan vegetasi
Penurunan kualitas Penurunan kualitas
habitat dan populasi habitat dan populasi
satwaliar satwaliar.
Penurunan biota Disimpulkan tidak
perairan menjadi DPH :
Perubahan iklim
mikro
2.Penambangan Pasir Kegiatan penambangan Air permukaan Penurunan kualitas Penambangan pasir kuarsa Disimpulkan menjadi Dalam lokasi Selama Tahap
Kuarsa pasir kuarsa meliputi (sungai) udara (akibat menggunakan metode open pit dan DPH : tambang (batas Operasional
kegiatan pembongkaran Lahan kegiatan backfilling dan reklamasi secara Penurunan kualitas Proyek). berlangsung.
pasir kuarsa dan Biota air pengangkutan hasil berkesinambungan setelah satu lokasi udara
pemuatan pasir kuarsa ke Masyarakat tambang) selesai ditambang. Metode Perubahan bentang
dumptruk dengan Udara ambien Peningkatan penambangan ini akan merubah kontur lahan
menggunakan excavator. kebisingan lahan eks tambang menjadi kolong Penurunan
Kegiatan pembongkaran Perubahan bentang dengan ketinggian dataran yang produktifitas lahan
atau pengerukan pasir lahan bervariasi. Lahan eks tambang akan Peningkatan
kuarsa dilakukan setelah Penurunan menjadi tidak produktif karena tidak perekonomian lokal
lahan tersebut dibersihkan produktifitas lahan memiliki lapisan topsoil. Gangguan thd
pada tahap penyiapan Peningkatan kesehatan masyarakat
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 2-101
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
Tabel 2.27. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam
Diskripsi Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan
Batas Waktu
Kegiatan yang Lingkungan Yang Lingkungan Yang Evaluasi Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
Dampak Potensial Kajian
Berpotensi Sudah Direncanakan Terkena Dampak Potensial Hipotetik
lahan. perekonomian lokal Konflik kepentingan
Gangguan terhadap lahan
kesehatan
Disimpulkan tidak
masyarakat.
menjadi DPH :
Konflik kepentingan
Peningkatan
lahan.
kebisingan.
3.Pencucian Hasil Tambang pasir kuarsa Air permukaan Peningkatan laju Hydrocyclone menggunakan sistem Disimpulkan menjadi Dalam lokasi Selama Tahap
Tambang akan dicuci dengan Biota Air aliran permukaan tenaga air, tetapi dalam DPH : tambang (batas Operasional
menggunakan mesin yang dan sedimentasi. pengelolaannya air yang digunakan Peningkatan laju aliran proyek). berlangsung.
disebut hydrocyclone Penurunan kualitas untuk mesin hydrocyclone dilakukan permukaan, erosi dan
yang menggunakan air air permukaan. dengan metode sirkulasi tertutup dan sedimentasi
dan adanya saringan Gangguan terhadap dibuat saluran air terpadu di sekeliling Penurunan kualitas air
dengan ukuran tertentu biota air. stockpile yang dialirkan ke kolam permukaan
untuk memisahkan antara pengendapan, namun jika terjadi hujan Gangguan terhadap
pasir kuarsa dan tumpukan stockpile dapat tererosi serta biota air.
pengotornya. kolam pengendapan dapat meluap dan
masuk ke badan air setempat.
4.Operasional - Akan dibangun rumah Udara Penurunan kualitas Operasional workshop dan genset akan Disimpulkan tidak Dalam lokasi Selama Tahap
workshop dan genset genset dengan cerobong Air permukaan udara menggunakan genset dengan kapasitas menjadi DPH : basecamp dan Operasional
untuk mengantisipasi (sungai) Peningkatan 60 KVA berbahan bakar setara solar. Penurunan Kualitas washing plant. berlangsung.
pencemaran udara dan Biota air kebisingan Penggunaan genset dapat Udara
dibuat saluran oil trap Peningkatan sampah menimbulkan ceceran limbah B3 Peningkatan
untuk meminimalisir & limbah B3 berupa sisa oli pelumas bekas maupun kebisingan
dan mencegah adanya Penurunan kualitas BBM yang dapat terbawa oleh Penurunan Kualitas
ceceran pelumas dan air permukaan limpasan air hujan ke badan air sungai Air Permukaan
BBM masuk ke badan Penurunan biota terdekat. Penurunan Biota
air umum. perairan Perairan
- Pengelolaan sampah Peningkatan sampah
domestik mengacu pada dan limbah B3 (tetapi
PP RI No. 81 Tahun akan tetap dikelola
2012 tentang dan dipantau).
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
- Pengelolaan limbah B3
mengacu pada PP RI
No. 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan
Limbah B3.
Tabel 2.27. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam
Diskripsi Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan
Batas Waktu
Kegiatan yang Lingkungan Yang Lingkungan Yang Evaluasi Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
Dampak Potensial Kajian
Berpotensi Sudah Direncanakan Terkena Dampak Potensial Hipotetik
Masyarakat Selama tahap
5. Corporate Social Peraturan Undang – Masyarakat Sikap & persepsi Program CSR yang akan dilaksanakan Disimpulkan menjadi
Desa Batu operasional
Responsibility Undang Nomor: 40 Tahun masyarakat. umumnya berupa pengembangan DPH :
Penyu, berlangsung.
(CSR) 2007 BAB V pasal 74 Perbaikan fasilitas keterampilan masyarakat, SDA dan Sikap & persepsi Kecamatan
tentang Perseroan umum. bantuan sosial berupa rehabilitasi masyarakat Gantung,
Terbatas (PT) fasilitas umum yang sudah ada.
Disimpulkan tidak Kabupaten
mengamanatkan bahwa Terdapat peluang timbulnya persepsi
menjadi DPH : Belitung Timur
perusahaan wajib masyarakat yang negatif thd
Perbaikan fasilitas (batas sosial
melaksanakan perusahaan yang seringkali tidak
umum dan
tanggungjawab sosial berkomitmen melaksanakan kegiatan
Pengelolaan dilakukan administrasi)
terhadap masyarakat dan CSR. Selain itu terdapat peluang
lingkungan. ketidakjelasan penggunaan dana CSR untuk meningkatkan
yang dapat menimbulkan keterampilan masyarakat
kecemburuan sosial dan keresahan dan peluang usaha
sosial. Akan tetapi besaran anggaran dengan cara
dana CSR akan menyesuaikan dengan mengalokasikan dana
kemampuan perusahaan sesuai dengan untuk CSR, transparansi
peraturan perundang-undangan. penggunaan dana CSR,
merumuskan kegiatan
CSR secra bersama
antara perusahaan dan
masyarakat melalui
forum formal, dan
memberikan bantuan
untuk perbaikan fasilitas
umum sesuai dengan
anggaran CSR yang
tersedia.
Dalam lokasi Selama tahap
6. Reklamasi Lahan Melakukan reklamasi Iklim Perubahan iklim Kegiatan reklamasi lahan akan Disimpulkan menjadi
WIUP (batas operasional
lahan bekas penambangan Tanah dan air mikro memperbaiki kualitas lingkungan DPH.
proyek) berlangsung.
dengan metode permukaan Penurunan laju secara umum. Kegiatan reklamasi Penurunan laju aliran
backfilling dan Habitat dan aliran permukaan dilakukan bersamaan dengan proses permukaan, erosi dan
penanaman kembali lahan satwaliar (run-off) dan penambangan selama operasional sedimentasi
eks tambang. Lahan sedimentasi berlangsung secara bertahap. Peningkatan kualitas
Biota perairan Peningkatan Reklamasi segera dilakukan pada air permukaan
Pada alternatif (I) akan
kualitas air lahan yang telah selesai ditambang Perubahan bentang
ditambahkan pengelolaan
permukaan dengan metode backfilling. Lahan eks lahan
berupa pengendalian air
Perubahan bentang tambang akan ditimbun kembali Peningkatan
dengan membuat jaringan
lahan dengan overburden dan topsoil produkrivitas lahan
sistem drainase di
Peningkatan kemudian ditanami kembali dengan Peningkatan vegetasi
sekeliling lokasi tambang
produktifitas lahan vegetasi hutan atau perkebunan, Peningkatan kualitas
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 2-103
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
Tabel 2.27. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam
Diskripsi Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan
Batas Waktu
Kegiatan yang Lingkungan Yang Lingkungan Yang Evaluasi Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
Dampak Potensial Kajian
Berpotensi Sudah Direncanakan Terkena Dampak Potensial Hipotetik
Peningkatan habitat dan populasi
sebelum dialirkan ke sehingga menjadi lahan yang
vegetasi satwaliar
badan air (sungai) bervegetasi kembali. Lahan eks
Peningkatan Peningkatan biota
terdekat. tambang tersebut dapat dimanfaatkan
kualitas habitat dan perairan
kembali oleh masyarakat.
Pada alternatif (II) akan populasi satwaliar
Disimpulkan tidak
dilakukan pengelolaan Peningkatan biota
menjadi DPH :
berupa penataan kontur perairan
Perubahan iklim
lahan dengan membuat
mikro
kolam air (kolong)
dibeberapa lokasi sebelum
dialirkan ke badan air
(sungai) terdekat.
Tahap Pasca Operasional :
1.Pemutusan Hubungan Memenuhi hak-hak Pekerja Berkurangnya Pemutusan hubungan kerja (PHK) Disimpulkan tidak Masyarakat Selama tahap
Kerja (PHK) pekerja sebagaimana Kesempatan kerja & dilakukan karena operasional menjadi DPH : Desa Batu pasca operasional
ketentuan berusaha perusahaan telah selesai. Dengan Berkurangnya Penyu, berlangsung
ketenagakerjaan yang adanya PHK maka tenaga kerja tidak kesempatan kerja dan Kecamatan
berlaku yaitu uang memiliki pekerjaan maupun berusaha Gantung,
pesangon, uang masa penghasilan tetap. Pelaksanaan PHK Pengelolaan dilakukan Kabupaten
kerja dan uang pergantian akan mengikuti peraturan yang berlaku untuk mencegah Belitung Timur
hak. Perusahaan akan tentang ketenagakerjaan, sehingga terjadinya keresahan (batas sosial)
melakukan wajib lapor dampak negatif terhadap sosial akibat PHK dengan
membubarkan perusahaan ketenagakerjaan dan dampak cara melaksanakan PHK
ke Dinas Tenaga Kerja, lanjutannya dapat diperkecil. sesuai aturan
Koperasi, Usaha Kecil ketenagakerjaan yang
dan Menengah Kabupaten berlaku, melaporkan
Belitung Timur. rencana PHK ke Dinas
Tenaga Kerja, Koperasi,
Usaha Kecil dan
Menengah Kabupaten
Belitung Timur,
membayar pesangon
sesuai masa kerja,
melaksanakan
pemberitahuan rencana
PHK 3 bulan
sebelumnya, dan
mencantumkan klausul
tentang PHK dalam
perjanjian kerja.
2.Penutupan tambang Melakukan penyelesaian Masyarakat Peningkatan Penutupan tambang merupakan Disimpulkan tidak Masyarakat Selama tahap
KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 2-104
PT. Bintang Delapan Enam Pelingkupan
Tabel 2.27. Ringkasan Proses Pelingkupan Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Penambangan Pasir Kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam
Diskripsi Rencana Pengelolaan Komponen Pelingkupan
Batas Waktu
Kegiatan yang Lingkungan Yang Lingkungan Yang Evaluasi Dampak Dampak Penting Wilayah Studi
Dampak Potensial Kajian
Berpotensi Sudah Direncanakan Terkena Dampak Potensial Hipotetik
tahapan reklamasi pasca gangguan lalu lintas tahapan penyelesaian reklamasi menjadi DPH : Desa Batu pasca operasional
tambang berdasarkan tambang dengan melakukan Gangguan lalu lintas Penyu, berlangsung.
Permen ESDM No. 7 penanaman kembali lahan eks tambang Pengelolaan dilakukan Kecamatan
Tahun 2014 tentang dengan vegetasi kehutanan atau untuk mencegah Gantung,
Pelaksanaan Reklamasi perkebunan. Selain itu juga akan gangguan lalu lintas Kabupaten
dan Pascatambang Pada dilakukan mobilisasi peralatan dari akibat mobilisasi Belitung Timur
Kegiatan Usaha lokasi tambang ketempat lain utk kendaraan pengangkut (batas
Pertambangan Mineral dimanfaatkan kembali, kemudian dengan cara melakukan administrasi)
dan Batubara setelah lahan direklamasi maka akan pengawalan kendaraan dan lokasi eks
diserahkan kembali ke pemerintah pengangkut, tambang (batas
daerah sesuai dengan peruntukkannya. menggunakan penutup proyek)
Lahan eks tambang akan direklamasi ban, melaksanakan
hingga mendekati kondisi awal pengangkutan pada jam
sebelum penambangan sesuai dengan kerja.
peraturan yang berlaku.