Anda di halaman 1dari 46

PT.

Bintang Delapan Enam Metode Studi

BAB III
METODE STUDI
A. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Pengumpulan dan analisis data akan dilakukan terhadap data-data yang diperlukan
untuk kajian dampak penting hipotetik berdasarkan hasil pelingkupan. Dampak penting
hipotetik akan dikaji secara mendalam dengan diawali pengambilan/pengumpulan dianalisis
data untuk mendukung prakiraan besaran dampak dengan menggunakan metode ilmiah.
Berdasarkan data tersebut maka studi ANDAL nantinya diharapkan dapat menjawab dan/atau
memprakirakan berbagai dampak penting di masa yang akan datang.
Pengumpulan data akan dilaksanakan pada minggu pertama setelah terbitnya
kesepakatan KA-ANDAL, sehingga pelaksanaan pengumpulan data akan disesuaikan dengan
kerangka acuan kerja yang terdapat didalam Dokumen KA-ANDAL rencana usaha dan/atau
kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh PT. Bintang Delapan Enam. Pelaksanaan pengumpulan
data fisik-kimia dan biologi yang memerlukan analisis laboratorium akan dilakukan
bekerjasama dengan lembaga yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Sedangkan pengumpulan data fisik-kimia dan biologi yang tidak memerlukan analisis
laboratorium akan dilakukan oleh Tim Penyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL). Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya serta data kesehatan masyarakat
akan dilakukan oleh Tim Penyusun AMDAL.
Data yang telah terkumpul akan dianalisis sedemikian rupa sehingga dapat menjadi
bahan atau masukan dalam sistem analisis terhadap kecenderungan dampak lingkungan hidup.
Metoda analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu metode analisis kuantitatif dan metode
analisis kualitatif. Metode kuantitatif akan digunakan untuk besaran yang dapat
dikuantifikasikan. Data kuantitatif akan diolah menggunakan formula atau rumus matematis
yang sesuai dengan kecenderungan jenis dampak yang akan terjadi. Metode kualitatif akan
digunakan untuk menganalisis data yang tidak dapat dikuantifikasikan. Pendekatan yang
dilakukan dengan menelusuri sebab akibat atau interaksi dari setiap masalah secara kualitatif
kemudian diambil kesimpulan berdasarkan analogi dan/atau diskusi perkiraan para ahli.
1. Komponen Lingkungan Geo-Fisik-Kimia

a. Kualitas Udara
Data komponen kualitas udara yang dikumpulkan terutama terkait dengan prakiraan
terjadinya pencemaran udara yang ditimbulkan dari penggunaan peralatan berat dan operasional
kendaraan pada saat kegiatan penambangan. Pengamatan kualitas udara ditempatkan dalam
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan terutama pada lokasi rencana jalan
tambang dalam tapak proyek dan lokasi jalan yang terdapat dalam pemukiman terdekat.
1) Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dari pengamatan dan pengukuran
langsung di lapangan dengan mempergunakan peralatan analisis insitu (pengukuran langsung di
lapangan) maupun eksitu (pengambilan sampel untuk dianalisis di laboratorium). Komponen
kualitas udara yang dikumpulkan meliputi parameter kunci dari unsur pencemar udara, yaitu
kadar gas CO, NOx, SOx, dan partikulat debu (TSP). Adapun lokasi pengambilan sampel udara
dan parameter serta metode pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.2.
Tabel 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel Udara

KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 3-1


PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Lokasi Koordinat UTM


No. Pengambilan Sampel Keterangan/Deskripsi Lokasi
X Y
1. U-1 854117,945 9661178,063 Tapak proyek (area savana)
2. U-2 852517,742 9662568,716 Tapak proyek (area semak/belukar)
3. U-3 855972,149 9659546,110 Pemukiman terdekat
Sumber : Survey Tim Amdal, 2020.

Tabel 3.2. Parameter, Metode dan Peralatan Pengukuran Kualitas Udara


Metode
Metode
No. Parameter Satuan Pengum- Peralatan
Analisis Uji/Alat
pulan Data
Karbon Sampling
1. µg/Nm3 NDIR NDIR Analyzer SNI 19-4845-1998
Monoksida 1 jam
Nitrogen Sampling
2. µg/Nm3 Saltzman Spektrofotometer SNI 19-7119.2-2005
Dioksida 1 jam
Sampling
3. Sulfur Dioksida µg/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer SNI 19-7119.7-2005
1 jam
Partikel Debu Sampling High volume
4. µg/Nm3 Gravimetric SNI 19-7119.3-2005
(TSP) 24 jam sampler

2) Analisis Data
Pengambilan sampel kualitas udara selanjutnya dianalisis dilaboratorium untuk
mengukur kadar gas CO, NOx, SOx, dan partikulat debu (TSP) dengan menggunakan metode
sebagai berikut :
a)NDIR (Nondispersive Infrared)

Metode NDIR adalah metode yang digunakan untuk mengukur kadar Karbon
Monoksida (CO) yang ada di udara. Metode ini menggunakan alat yaitu NDIR Analyzer.
Metode pengukuran NDIR menggunakan cahaya infra merah dengan frekuensi tertentu, karena
gas CO dapat menyerap cahaya infra merah. Pengukuran ini berdasarkan kemampuan gas CO
yang dapat menyerap sinar infra merah dengan panjang gelombang 4,6 µm. Banyaknya
intensitas sinar infra merah yang diserap oleh CO akan sebanding dengan kadar CO di udara.
b)Saltzman
Metode Saltzman adalah metode yang digunakan untuk mengukur kadar Nitrogen
Dioksida (NO2) yang ada di udara. NO2 di udara direaksikan dengan pereaksi Griess Saltman
(absorbent) membentuk senyawa yang berwarna merah muda. Intensitas warna yang terjadi
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Absorber untuk penangkapan
NO2 adalah absorber dengan desain khusus dan porositas fritted berukuran 60 µm.
c)Pararosanilin
Metode Pararosanilin adalah metode yang digunakan untuk mengukur kadar Sulfur
Dioksida (SO2) yang ada di udara. Gas sulfur dioksida (SO 2) yang ada di udara akan diserap
dalam larutan penyerap tetrakloromerkurat membentuk senyawa kompleks diklorosulfonato
merkurat dengan menambahkan larutan pararosanilin dan formaldehida ke dalam senyawa
diklorosulfonato merkurat maka terbentuk senyawa pararosanilin metal sulfonat yang berwarna
ungu. Konsentrasi larutan ini diukur dengan spektrofotometer UV-Visible pada panjang
gelombang 550 nm.
d)Gravimetric

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-2


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Metode Gravimetric adalah metode yang digunakan untuk mengukur kadar debu atau
kadar total partikulat (Total Suspended Particulate/TSP). Metode ini menggunakan peralatan
high volume air sampler (HVAS). Prinsip uji metode ini adalah udara dihisap melalui filter di
dalam alat dengan menggunakan pompa vakum laju alir tinggi sehingga partikel terkumpul di
permukaan filter. Jumlah partikel yang terakumulasi dalam filter selama periode waktu tertentu
dianalisa secara gravimetri. Laju alir dipantau saat periode pengujian. Hasilnya ditampilkan
dalam bentuk satuan massa partikulat yang terkumpul per satuan volum contoh uji udara yang
diambil dalam µg/Nm3.
b. Laju Aliran Permukaan (Run-Off) dan Sedimentasi
Laju Aliran Permukaan (Run-Off)
1) Pengumpulan Data
Untuk mengetahui kondisi aliran permukaan di wilayah studi maka diperlukan beberapa
data pendukung, seperti : tipe iklim pada 10 tahun terakhir, fisiografi/topografi lahan, penutupan
lahan, dan sistem hidrologi. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil pengamatan dan
pengukuran di lapangan maupun kajian peta (data primer) serta dari dokumen ataupun studi
pustaka yang tersedia pada lokasi yang bersangkutan (data sekunder).
a)Tipe Iklim
Data unsur iklim yang sangat terkait dengan laju aliran permukaan diantaranya adalah
curah hujan (bulanan – tahunan), hari hujan, suhu rata-rata dan kelembaban. Jenis data tersebut
akan dikumpulkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika terdekat dengan lokasi
studi. Sesuai dengan metode yang dikembangkan World Meteorologi Organization (WMO),
data sekunder tersebut merupakan data time series minimal 10 tahun terakhir.
b)Fisiografi/Topografi
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan dan pengkajian peta
topografi/kelerengan (Peta Rupa Bumi Indonesia/Peta RBI atau Peta Kelerengan). Parameter
fisiografi lahan yang dikaji meliputi kelerengan, ketinggian dari permukaan laut dan bentuk
wilayah. Sedangkan parameter geologi meliputi stratigrafi, jenis dan ukuran batuan serta
morfologi. Peralatan yang digunakan adalah planimeter, clinometer, altimeter, midband serta
kamera untuk keperluan dokumentasi.
c)Penutupan Lahan
Data penutupan lahan dapat diperoleh dari peta hasil penafsiran Citra Landsat atau dari
Peta RBI terbaru. Luas masing-masing kondisi tutupan lahan akan dihitung dengan sistem
digital (menggunakan perangkat lunak) atau dengan menggunakan planimeter. Untuk
mengetahui kondisi sesungguhnya di lapangan, maka jenis tutupan lahan hasil kajian dari peta
tersebut akan diperiksa di lapangan (ground check) dengan menggunakan metode purposive
sampling intensitas sekitar 1-2%. Alat yang diperlukan saat checking lapangan adalah peta hasil
penafsiran citra landsat dan RBI, Kompas, Meteran, GPS, dan Kamera.
d)Sistem Hidrologi
Parameter hidrologi yang akan diukur meliputi: luas Daerah Aliran Sungai (DAS),
panjang sungai, kemiringan sungai, lebar sungai, lebar dasar sungai, kedalaman tebing sungai.
Selain itu akan dikumpulkan juga data sejarah kejadian kekeringan dan banjir musiman (luas
genangan, kedalaman genangan, lama genangan, intensitas banjir), fungsi/pemanfaatan sungai
bagi masyarakat sekitar dan kondisi sempadan sungai.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-3


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Pengukuran debit limpasan air sungai (streamflow discharge) dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran terhadap luas penampang sungai (intersection area) dan kecepatan
limpasan air (stream flow velocity). Luas penampang sungai diukur dengan cara membagi lebar
sungai menjadi beberapa seksi/segmen, patokan umum bahwa lebar setiap seksi direncanakan
sepersepuluh dari kondisi aktual lebar sungai. Pada setiap seksi tersebut dapat dilakukan
pengukuran kedalaman atau tinggi muka air sungai (water depth). Pengukuran kecepatan air
sungai dilakukan dengan menggunakan benda apung yang dihanyutkan untuk menempuh
lintasan lurus pada jarak lintasan tertentu, dan kemudian diukur waktu tempuh yang digunakan
dengan “stopwatch”.
Adapun lokasi pengukuran kecepatan air sungai harus pada tempat-tempat yang
representatif, yaitu dapat menggambarkan proses input-output aliran air pada areal studi yaitu
bagian hulu, tengah dan hilir sungai. Data hidrologi juga dipelajari dan dianalisa dari data
sekunder yang telah tersedia. Direncanakan pengamatan dan pengukuran sungai/air permukaan
akan dilakukan di sungai-sungai yang mengalir di dalam areal studi.
Tabel 3.3. Jenis dan Metode Pengumpulan Data untuk Mengetahui Laju Aliran Permukaan (Run-Off)
Metode
Alat yang
No. Jenis Data Parameter Data Satuan Pengumpulan/ Analisis
Digunakan
Data
1. Tipe Iklim Curah hujan mm/bulan,
mm/tahun
Jumlah hari hujan hh Data dari Laporan BMKG,
ATK dan Daftar Isian
Suhu udara rata-rata o
C Tanjungpandan
Kelembaban Udara Relatif
%
(RH)
2. Fisiografi Bentuk Lahan Pengamatan di lapangan Clinometer, Peta
- dan studi pustaka Topografi /Kelerengan,
Planimeter
Ketinggian Tempat Pengukuran di lapangan Altimeter
m dpl
dan studi pustaka
Kelas Lereng Studi pustaka dan Peta Topografi,
% pengukuran luas diatas Planimeter
peta
Panjang Lereng m Pengukuran diatas peta Peta Topografi, Mistar
3. Penutupan Lahan Jenis Tutupan Lahan - Penafsiran Peta dan Peta hasil penafsiran
Checking lapangan citra landsat dan RBI,
Kompas, Meteran,
GPS, Kamera.
Luas masing-masing Ha Pengukuran secara digital Perangkat computer,
Tutupan Lahan menggunakan perangkat Peta Hasil Penafsiran
computer, atau planimetris Citra Landsat dan
di atas peta. Planimeter.
4. Sistem Hidrologi Pola Drainase, Morfometri Ha, m Studi Pustaka, pengamatan Peta DAS, Meteran,
DAS (luas DAS, serta langsung di lapangan Planimeter
lebar, kedalaman dan
kondisi sungai)
Debit Sungai m3/det Pengukuran debit sungai & Current meter,
studi pustaka stopwatch
Muka Air Tanah m Studi Pustaka, Pengamatan Meteran
langsung di lapangan
Sejarah kejadian banjir - Pengamatan langsung di Kamera dan Daftar
lapangan dan menghimpun Isian
informasi dari masyarakat
setempat
2) Analisis Data
Analisis data akan dilakukan melalui metode perhitungan matematis dan deskriptif
kualitatif. Metode matematis digunakan untuk analisis data kuantitatif seperti perhitungan debit
air limpasan, kapasitas pengaliran sungai dan debit puncak.
a)Air Limpasan Permukaan (Run-Off)

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-4


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Besarnya debit air limpasan permukaan (run off) akan dihitung dengan menggunakan
rumus (Asdak, 2004).
Q = 0,0028.C.i.A
Keterangan :
Q = Air larian/debit aliran permukaan (m3/det),
C = Koefisien air larian, dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan
i = Intensitas hujan (mm/jam), dan

A = Luas tapak proyek (Ha)


b)Kapasitas Pengaliran Sungai
Kapasitas pengaliran sungai dihitung dengan rumus Manning (Takeda, K dan
Sosrodarsono, S., 1985) :
Qc = (1/n) R 2/3. S ½ . A
Keterangan :
Qc = Kapasitas pengaliran (m3/detik),
R = Radius hidrolik, yaitu nisbah luas penampang melintang sungai dan keliling
melintang sungai (m),
S = Kemiringan permukaan air sungai (%),
A = Luas penampang melintang sungai (m2),
n = Koefisien kekasaran Manning.
c)Debit Sesaat
Pengukuran debit sungai sesaat, akan dilakukan dengan metode “Pick Test”
(Sosrodarsono and Takeda, 1983), dan dihitung dengan menggunakan persamaan :
Q = 0,8 x A x V
Keterangan :
Q = Debit aliran (m3/det),
A = Luas penampang sungai (m2),
V = Kecepatan aliran sungai saat itu (m/det),
0,8 = Faktor koreksi dari pengukuran kecepatan aliran permukaan.
d)Debit Puncak
Untuk mengetahui besarnya debit puncak suatu badan perairan maka dapat dihitung
dengan rumus (Larson dan Reich, 1973 dalam Arsyad, 2000):
Qp = 0.0028 C. i . A
Keterangan :
Qp = Laju puncak aliran permukaan untuk suatu hujan dengan interval kejadian
tertentu (m3/detik),
C = Koefisien aliran permukaan,
I = Intensitas hujan harian maksimum (mm/jam),
A = Luas DAS (Ha).
Sedangkan untuk mendapatkan nilai koefisien limpasan (C) maka akan dihitung
dengan menggunakan rumus :
KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-5
ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

 Ci Ai
C =
A

Keterangan :
Ci = Penekanan spesifik dari penggunaan tanah tertentu,
Ai = Luas area penggunaan lahan (km2),
A = Luas area aliran total (km2).
Selain dengan metode matematik, analisis data hidrologi juga akan dilakukan dengan
metode deskriptif, terutama untuk mendeskripsikan karakteristik dan perilaku sungai,
pemanfaatan sungai, serta pola pengelolaan sungai yang telah dilakukan oleh masyarakat
setempat ataupun lembaga pemerintah.
Erosi dan Sedimentasi
1) Pengumpulan Data
a)Erosi
Parameter data lingkungan hidup yang diperlukan guna melakukan prediksi laju erosi,
antara lain: formasi geologi, jenis tanah, tekstur dan struktur tanah, jenis tutupan lahan, curah
hujan, panjang lereng, kemiringan lereng, dan teknik pengelolaan tanah. Metode pengumpulan
data jenis tutupan lahan, curah hujan, panjang lereng, kemiringan lereng telah diuraikan pada
pengumpulan data untuk penentuan laju aliran permukaan.
Data geologi dan jenis tanah penting dikumpulkan guna mendukung analisis stabilitas
permukaan tanah terhadap daya erosi oleh aliran air maupun angin. Adapun parameter geologi
dan jenis tanah yang akan diteliti meliputi : formasi geologi, jenis batuan, jenis tanah, dan daya
dukung tanah. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapangan, serta pengkajian peta
geologi skala 1:100.000 dan peta jenis tanah skala 1:250.000. Pengamatan formasi geologi,
jenis batuan, jenis tanah, dan daya dukung tanah akan dilakukan dengan cara deskripsi terhadap
lapisan-lapisan batuan dan tanah pada tebing-tebing lereng dan patahan yang ada di wilayah
studi. Alat yang akan digunakan untuk pengamatan lapangan : palu geologi, pahat, dan
pisau/belati.
Peta Geologi dapat diperoleh dari Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, Jakarta. Sedangkan peta jenis tanah diperoleh dari Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor. Pengamatan geologi di lapangan terutama akan dilakukan pada lokasi-
lokasi yang terdapat singkapan, antara lain di tebing-tebing alur sungai dan lereng bukit.
Sedangkan pengamatan jenis tanah akan dilakukan secara proporsional dengan
mempertimbangkan unit-unit satuan lahan dan pola penggunaan/tutupan lahan yang ada.
Jenis tanah diamati di lapangan dengan membuat profil tanah dan pengeboran (boring)
dibantu dengan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya seperti Peta Tanah skala 1 :
50.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, 1994).
Tabel 3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Tambahan untuk Mendukung
Penentuan Laju Erosi
Jenis Metode Alat Yang
No Parameter Data Satuan
Data Pengumpulan/ Analisis Data Digunakan
1. Penyebaran Formasi Ha, % Studi Pustaka, Pengukuran Peta Geologi, Perangkat
Geologi Geologi diatas Peta (Digitasi atau Komputer, Planimeter,
Planimetris), dan Pengamatan Cangkul, Pisau.
di lapangan.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-6


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Jenis Metode Alat Yang


No Parameter Data Satuan
Data Pengumpulan/ Analisis Data Digunakan
Jenis Batuan
- Studi Pustaka Peta Geologi
Penyusun
Studi Pustaka, Pengukuran Peta Tanah, Perangkat
Jenis Tanah dan diatas Peta (Digitasi atau Komputer, Planimeter,
Ha, %
Penyebarannya Planimetris), dan Pengamatan Cangkul, Pisau, Bor
di lapangan. tanah.
Sifat Fisik Tanah :
tekstur, ruang pori Studi Pustaka, pengamatan Bor tanah, cangkul, ring
2. Tanah
total, bobot isi, - (deskriptif profil), dan sampler, pisau, kantong
permeabilitas, air pengambilan sampel tanah. plastik, buku warna tanah.
tersedia
Sifat Kimia Tanah :
Studi Pustaka, dan Bor tanah, cangkul, pisau,
Bahan Organik, C- -
pengambilan sampel tanah. kantong plastik.
organik

b)Sedimentasi
Sedimentasi merupakan suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media
air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedimentasi di sungai diakibatkan oleh adanya
erosi di DAS, dimana terjadi perpindahan material tanah dari dataran yang lebih tinggi ke
dataran yang lebih rendah (sungai).
Pengamatan adanya sedimentasi akan dilakukan di Sungai A. Seranggas (di bagian
outlet tapak proyek) yang ditandai dengan ada tidaknya pendangkalan sungai. Sedangkan
adanya potensi sedimentasi dapat diketahui dari kadar TSS pada perairan studi.
Pengambilan sampel sedimentasi dan kadar TSS dilakukan bersamaan dengan
pengambilan sampel kualitas air permukaan. Perlengkapan yang diperlukan adalah grab
sampling dan kamera.
2) Analisis Data
a)Erosi

Untuk menduga dan memperkirakan potensi erosi yang terjadi di wilayah studi,
diprediksi dengan metode USLE “Universal Soil Loss Equation”, dari Weischmeir W.H dan
Smith (1978),yaitu sebagai berikut:
A = R x K x Lx S x C x P
Keterangan :
A = Dugaan erosi tanah (ton/Ha/tahun),
R = Erosivitas hujan,
K = Faktor erodibilitas tanah,
L = Indeks panjang lereng (m),
S = Indeks kemiringan lereng (%),
C = Indeks faktor tutupan lahan oleh vegetasi,
P = Indeks faktor teknik konservasi tanah.

 Erosivitas Hujan (R)

Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan pada 10 tahun terakhir di wilayah studi,
nilai faktor erosivitas hujan (R) dihitung dengan mempergunakan persamaan Lenvain (1989)
dalam Asdak (2004) sebagai berikut :

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-7


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

R= 2,21 P1,36
Keterangan :
P = curah hujan bulanan (cm)

 Faktor Erodibilitas Tanah

Untuk mendapatkan besarnya nilai erodibilitas tanah (K) maka akan dihitung dengan
menggunakan persamaan :
K = 0,01 {2,1 M1,14(10-4) (12-a) + 3,25 (b-2) + 2,5 (c-3)}
Keterangan :
K = Nilai erodibilitas tanah,
M = (% pasir halus + % debu) x (100 % - % liat),
a = % bahan organik tanah (C-organik x 1,724),
b = Kode struktur tanah :
1 : Granular sangat halus 3 : Granular sedang – kasar
2 : Granular halus 4 : Masif
c = Kode permeablitas tanah :
1 : Cepat 4 : Lambat – sedang
2 : Sedang – cepat 5 : Lambat
3 : Sedang 6 : Sangat lambat

 Faktor Panjang (L) dan Kemiringan Lereng (S)

Faktor LS merupakan nisbah antara jumlah tanah yang hilang tererosi dari suatu petak
dengan panjang dan kecuramaan lereng tertentu dengan tanah tererosi dari petak baku. Nilai
faktor panjang dan kemiringan lereng ini akan dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut (Arsyad, 2000):
LS= √ L (0.0138 + 0.00965 S + 0.00138 S2)
Keterangan :
L = panjang lereng (m)
S = kecuraman lereng (%)
 Faktor Penutupan Lahan (C)
Nilai faktor tutupan vegetasi (C) ditentukan berdasarkan hasil interpretasi citra landsat
terbaru yang telah diverifikasi dengan pengecekan lapangan. Selanjutnya setiap jenis atau
kondisi tutupan lahan tersebut disetarakan dengan nilai indeks vegetasi/tutupan lahan dan
pengelolaan tanaman menurut Hammer (1981) dalam Arsyad (2000).
 Faktor Konservasi Tanah (P)
Nilai faktor pengelolaan tanah (P) akan mengacu pada Tabel Nilai Pengelolaan Lahan
yang sudah ditetapkan (Arsyad, 2000).
b)Sedimentasi
Tingkat sedimentasi di perairan sangat erat hubungannya dengan erosi tanah. Erosi
yang terjadi pada suatu areal akan dihanyutkan ke badan perairan, dimana material ini akan
terendapkan ataupun tersuspensikan di dalam air. Perbandingan antara jumlah erosi yang terjadi
dengan banyaknya material yang sampai ke badan air sebagai sedimen dikenal dengan Sediment

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-8


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Delivery Ratio (SDR). Menurut Arsyad (1990), semakin luas Daerah Aliran Sungai (DAS) yang
dipelajari semakin kecil persentase sedimentasi yang terjadi apabila dibandingkan dengan laju
erosi tanah. Besarnya beban sedimen melayang (suspended load) dalam suatu aliran air dapat
diduga dengan persamaan berikut:
Qs = 0,0864 x Q x C
Keterangan :
Qs = Beban Sedimen (ton/hari),
C = Rata-Rata Sedimen (mg/liter),
Q = Debit Aliran Air (m3/detik),
0,0864 = Konstanta.
Laju sedimentasi pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dihitung dengan pendekatan
Sediment Delivery Ratio (SDR) dengan persamaan berikut:

S(1 – a x Ab)
SDR = + a.Ab
2 (S + 50 n)

Keterangan :
S = Kemiringan lereng rata-rata dalam Sub DAS (%),
A = Luas DAS (ha),
n = Kekasaran manning rata-rata Sub DAS,
a = 0.0863216123,
b = -0.2018621338.
Selain dengan metode matematik, analisis data erosi dan sedimentasi juga akan
dilakukan dengan metode deskriptif, terutama untuk mendeskripsikan hasil pengamatan
langsung di lapangan tentang ada tidaknya tanda-tanda yang menggambarkan terjadinya erosi
dan/atau sedimentasi di dalam wilayah studi.
c. Perubahan Bentang Lahan
1) Pengumpulan Data
Untuk mengetahui kondisi bentang lahan di wilayah studi maka diperlukan beberapa
data pendukung, seperti : fisiografi/topografi lahan/kelerengan, dan penutupan lahan.
Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran di lapangan
maupun kajian peta (data primer) serta dari dokumen ataupun studi pustaka yang tersedia pada
lokasi yang bersangkutan (data sekunder). Penentuan jenis tanah dilakukan melalui pengamatan
di lapangan dengan membuat profil tanah dan pengeboran (boring) dibantu dengan hasil-hasil
penelitian yang telah ada sebelumnya seperti Peta Tanah skala 1 : 50.000 (Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat Bogor, 1994).
Tabel 3.5. Jenis dan Metode Pengumpulan Data untuk Mengetahui Bentang Lahan
Metode
Alat Yang
No Jenis Data Parameter Data Satuan Pengumpulan/
Digunakan
Analisis Data
1. Fisiografi Pengamatan di Clinometer, Peta
Lahan lapangan dan studi Topografi
Bentuk Lahan -
pustaka /Kelerengan,
Planimeter
Ketinggian Tempat m dpl Pengukuran di Peta Topografi,
lapangan dan studi Altimeter
pustaka

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-9


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Metode
Alat Yang
No Jenis Data Parameter Data Satuan Pengumpulan/
Digunakan
Analisis Data
Studi pustaka dan Peta Topografi,
Kelas Lereng % pengukuran luas di Planimeter
atas peta
Pengukuran di atas Peta Topografi,
Panjang Lereng m
peta Mistar
2. Penutupan - Penafsiran Peta dan Peta hasil
Lahan Checking lapangan penafsiran citra
Jenis Tutupan Lahan landsat dan RBI,
Kompas, Meteran,
GPS, Kamera.
Ha Pengukuran secara Perangkat
digital menggunakan computer, Peta
Luas masing-masing
perangkat computer, Hasil Penafsiran
Tutupan Lahan
atau planimetris di Citra Landsat dan
atas peta. Planimeter.

2) Analisis data
Gambaran/informasi bentang lahan akan disajikan dalam bentuk peta dan/atau tabel
yang dideskripsikan secara kualitatif ataupun kuantitatif. Peta atau tabel tersebut memuat
informasi kelas lereng, daratan/rawa/perairan, alami/buatan, dan luasannya di dalam tapak
rencana usaha dan/atau kegiatan.
d. Produktivitas Lahan
1) Pengumpulan Data
Data produktivitas lahan mencakup penutupan lahan oleh vegetasi dan sifat biofisik
kimia tanah di dalam lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa. Data
ini digunakan sebagai data rona awal lingkungan dan sebagai data pendukung prakiraan
dampak.
Data penutupan lahan dapat diperoleh dari peta hasil penafsiran Citra Landsat atau dari
Peta RBI terbaru. Luas masing-masing kondisi tutupan lahan akan dihitung dengan sistem
digital (menggunakan perangkat lunak) atau dengan menggunakan planimeter. Untuk
mengetahui kondisi sesungguhnya di lapangan, maka jenis tutupan lahan hasil kajian dari peta
tersebut akan diperiksa di lapangan (ground check) dengan menggunakan metode purposive
sampling intensitas sekitar 1-2%. Alat yang diperlukan saat checking lapangan adalah peta hasil
penafsiran citra landsat dan RBI, Kompas, Meteran, GPS, dan Kamera.
Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah, maka akan dilakukan pengambilan
sampel tanah di lapangan. Sampel tanah yang diambil terdiri dari dua jenis, yaitu sampel tanah
utuh dan sampel tanah terganggu (tanah komposit). Pengambilan sampel tanah utuh dilakukan
secara vertikal dengan menggunakan alat (ring sampel) kedalam tanah dan digunakan untuk
mengetahui sifat fisik tanah. Dalam pengambilan contoh tanah utuh harus dihindari adanya
kerusakan (berlubang), batu, akar, rumput, daun dan sebagainya. Pengambilan sampel untuk
sifat fisik tanah dilakukan pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm.
Pengambilan contoh tanah terganggu (komposit) dilakukan dengan menggunakan bor
tanah atau membuat mini pit dengan menggunakan cangkul. Untuk mengetahui sifat kimia tanah
maka tanah hasil pengeboran tersebut dicampur secara merata sesuai dengan lapisannya dan
diambil kira-kira 1 kg untuk dianalisis di laboratorium.Pengambilan sampel sifat kimia tanah
dilakukan pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Koordinat lokasi pengambilan sample tanah
disajikan pada Tabel 3.7.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-10


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Analisis sifat fisik tanah, diambil contoh tanah utuh di dalam ring sampel untuk
mengetahui porositas, bobot isi dan permeabilitas) serta sampel tanah komposit untuk analisis
fraksi (tekstur tanah). Disamping itu sifat fisik tanah juga diamati langsung di lapangan, yaitu
meliputi struktur tanah dan konsistensi.
Analisis sifat kimia tanah dilakukan di laboratorium dari sampel tanah komposit.
Analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan hara esensial, makro dan mikro
yang diperlukan oleh tanaman (tingkat kesuburan tanah).
Tabel 3.6. Jenis dan Metode Pengumpulan Data untuk Mengetahui Produktivitas Lahan
Metode
Alat Yang
No Jenis Data Parameter Data Satuan Pengumpulan/ Analisis
Digunakan
Data
Penafsiran Peta dan Peta hasil penafsiran
Jenis Tutupan Checking lapangan citra landsat dan RBI,
-
Lahan Kompas, Meteran, GPS,
Kamera.
1. Penutupan
Pengukuran secara digital Perangkat computer,
Lahan Luas masing-
menggunakan perangkat Peta Hasil Penafsiran
masing Tutupan Ha
computer, atau planimetris Citra Landsat dan
Lahan
di atas peta. Planimeter.
Studi Pustaka, Pengukuran Peta Tanah, Perangkat
Jenis Tanah dan diatas Peta (Digitasi atau Komputer, Planimeter,
Ha, %
Penyebarannya Planimetris), dan Cangkul, Pisau, Bor
Pengamatan di lapangan. tanah.
Sifat Fisik Tanah : Studi Pustaka, pengamatan Bor tanah, cangkul, ring
tekstur, ruang pori (deskriptif profil), dan sampel, pisau, kantong
total, bobot isi, - pengambilan sampel tanah. plastik, buku warna
permeabilitas, air tanah.
tersedia.
Sifat Kimia Tanah : - Studi Pustaka, dan Bor tanah, cangkul,
2. Tanah
C-organik, N-Total, pengambilan sampel tanah. pisau, kantong plastik.
rasio C/N, pH, P2O5
- tersedia,
Kapasitas Tukar
Kation (KTK), K-
tersedia, Basa-basa
tersedia (Ca, Mg,
Na), Kejenuhan
Basa (KB), Al-Hdd,
Al3+, H+.

Tabel 3.7. Koordinat Rencana Pengambilan Sampel Tanah


Kode Koordinat UTM
No Deskripsi Lokasi
Sampel X Y
Rencana lokasi penambangan yang berada di kawasan
1. T-1 854270,345 9661108,213
pertambangan dengan jenis tanah troposapris.
Rencana lokasi penambangan yang berada di kawasan
2. T-2 852689,192 9663622,818
hutan produksi dengan jenis tanah sulfaquents.
Sumber : Survey Tim Amdal, 2020.

2) Analisis Data
Sampel tanah yang diambil dari lapangan baik sampel tanah utuh maupun sampel tanah
terganggu (komposit) selanjutnya dianalisis di laboratorium yang terakreditasi. Jenis parameter
fisik-kimia tanah dan metode analisis yang digunakan adalah seperti yang disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 3.8. Metode Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah
No Parameter Metode Analisis Alat
A. Sifat Fisik :

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-11


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

No Parameter Metode Analisis Alat


Tekstur    
a. pasir Penyaringan Pipet, saringan, dan
1.
b. Debu Pemipetan pada waktu tertentu bak pendingin
c. liat Pemipetan pada waktu tertentu
B. Sifat Kimia :
1. pH (H2O) Ekstraksi H2O pH meter
pH (KCL) Ekstraksi KCL 1 N pH meter
2. C-Organik Walley dan Black Alat gelas
3. N-total Kjedahl Tabung Kjedahl
4. P2O5 tersedia Ekstraksi Bray 1 Spektrofotometer
5. K, Na, Ca dan Mg Ekstraksi NH4OAc, pH 7 AAS
6. Kapasitas Tukar Kation Penjenuhan NH4OAc, pH 7,titrasi Alat-alat gelas
7. Al, H-dd Titrasi Alat-alat gelas
Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor (1995).

e. Kualitas Air Permukaan


1) Pengumpulan Data
Data kualitas air permukaan diperlukan sebagai data rona awal lingkungan dan sebagai
dasar dalam menyusun prakiraan dampak kegiatan penambangan pasir kuarsa. Cara
pengukuran, perhitungan dan analisis kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan Pemerintah
RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
serta Kep. Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan.
Data kualitas air permukaan yang dikumpulkan berupa data primer hasil pengamatan
dan pengambilan sampel air permukaan di lapangan. Sampel air permukaan akan diambil
dengan menggunakan water sampler. Beberapa parameter yang cepat berubah karena waktu
akan segera diukur di lapangan seperti suhu, pH dan TDS, sedangkan untuk parameter lain
seperti TSS, BOD, COD dan lain-lain kan dianalisa di laboratorium yang terakreditasi.
Pengambilan sampel kualitas air permukaan dilakukan dengan melihat lokasi yang
menggambarkan kualitas air saat penelitian dengan memperhatikan keterwakilan letak badan air
yang akan menerima dampak rencana kegiatan penambangan pasir kuarsa. Sampel air diambil
pada bagian permukaan, tengah dan dasar perairan serta dikompositkan sebanyak 1 liter untuk
dianalisis di laboratorium. Rencana lokasi pengambilan sampel air permukaan terdapat pada 3
(tiga) stasiun pengamatan yang diperkirakan akan terkena dampak rencana kegiatan, yaitu : 1)
Air rawa di dalam lokasi proyek (1 titik), (2) Hulu Sungai A. Seranggas (1 titik) dan (3) Hilir
Sungai A. Seranggas (1 titik). Rencana lokasi pengambilan sampel air permukaan dan
parameter-parameter kualitas air permukaan yang akan diukur dapat dilihat pada Tabel 3.9. dan
Tabel 3.10.
Tabel 3.9. Lokasi Pengambilan Sampel Air Permukaan
Koordinat UTM
No. Kode Sampel Lokasi
X Y
Air Rawa / Kolong (Didalam tapak
1. AP-1 853540,094 9663165,617
proyek)
2. AP-2 Hulu Sungai A.Seranggas 852981,293 9661063,763
3. AP-3 Hilir Sungai A. Seranggas 854460,846 9660905,013
Sumber : Survey Tim Amdal, 2020.

2) Analisis Data
Parameter kualitas air permukaan selanjutnya dianalisis menggunakan metode seperti
yang disajikan pada tabel dibawah ini.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-12


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Tabel 3.10. Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Kualitas Air Permukaan
Metode
No. Parameter Satuan Pengumpulan Alat
Analisis
Data
A. FISIKA
o
1. Temperatur C in situ Pemuaian Termometer
Timbangan analitik
Filtrasi dan
2. Zat padat terlarut mg/l sampling dan kertas saring
gravimetrik analitik
0,45m
Timbangan analitik
Filtrasi dan
3. Zat padat Tersuspensi mg/l sampling dan kertas saring
gravimetrik analitik
0,45m
B. KIMIA ANORGANIK
4. pH - in situ Potensiometrik pH meter
5. BOD mg/l sampling Winkler-Azide Buret
6. COD mg/l sampling Winkler-Azide Buret
7. DO mg/l sampling Winkler-Azide Buret
8. Total Fosfat (P) mg/l sampling AAS AAS
9. Nitrat (NO3-N) mg/l sampling AAS AAS
10. Arsen (As) mg/l sampling Spektrofotometrik Spektrofoto meter
11. Kobalt (Co) mg/l sampling AAS AAS
12. Barium (Ba) mg/l sampling AAS AAS
13. Boron (B) mg/l sampling AAS AAS
14. Selenium (Se) mg/l sampling AAS AAS
15. Kadmium (Cd) mg/l sampling AAS AAS
16. Kromium 6 (Cr6+) mg/l sampling AAS AAS
17. Tembaga (Cu) mg/l sampling AAS AAS
18. Besi (Fe) mg/l sampling AAS AAS
19. Timbal (Pb) mg/l sampling AAS AAS
20. Mangan (Mn) mg/l sampling AAS AAS
21. Seng (Zn) mg/l sampling AAS AAS
C KIMIA ORGANIK
22. Minyak dan Lemak mg/l sampling Ekstraksi/gravimetri Ekstraksi/gravimetri

f. Potensi Kebakaran
1) Pengumpulan Data
Untuk mengetahui potensi kebakaran lahan di wilayah studi maka diperlukan beberapa
data pendukung, seperti : fisiografi /topografi lahan/kelerengan, dan penutupan lahan.
Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran di lapangan
maupun kajian peta (data primer) serta dari dokumen ataupun studi pustaka yang tersedia pada
lokasi yang bersangkutan (data sekunder).
Tabel 3.11. Jenis dan Metode Pengumpulan Data untuk Mengetahui Potensi Kebakaran
Lahan
Metode
No Jenis Data Parameter Data Satuan Pengumpulan/ Alat Yang Digunakan
Analisis Data
1. Fisiografi Bentuk Lahan Pengamatan di Clinometer, Peta
Lahan - lapangan dan studi Topografi /Kelerengan,
pustaka Planimeter
Ketinggian Tempat Pengukuran di Peta Topografi,
m dpl lapangan dan studi Altimeter
pustaka
Kelas Lereng Studi pustaka dan Peta Topografi,
% pengukuran luas di Planimeter
atas peta
Panjang Lereng Pengukuran di atas Peta Topografi, Mistar
m
peta

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-13


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Metode
No Jenis Data Parameter Data Satuan Pengumpulan/ Alat Yang Digunakan
Analisis Data
2. Penutupan Jenis Tutupan Lahan - Penafsiran Peta dan Peta hasil penafsiran
Lahan Checking lapangan citra landsat dan RBI,
Kompas, Meteran, GPS,
Kamera.
Luas masing-masing Ha Pengukuran secara Perangkat computer,
Tutupan Lahan digital menggunakan Peta Hasil Penafsiran
perangkat computer, Citra Landsat dan
atau planimetris di Planimeter.
atas peta.
3. Tipe Iklim Curah hujan mm/bulan, Data dari Laporan ATK dan Daftar Isian
mm/tahun BMKG, Tanjung
Jumlah hari hujan hh pandan
o
Suhu udara rata-rata C
Kelembaban Udara
%
Relatif (RH)

2) Analisis data
Gambaran/informasi potensi kebakaran lahan akan disajikan dalam bentuk peta
dan/atau tabel yang dideskripsikan secara kualitatif ataupun kuantitatif. Peta atau tabel tersebut
memuat informasi Indeks Bahan Bakar Halus (Fine Fuel Moisture Code / FFMC), Indeks
Kekeringan (Drought Code / DC) dan Indeks Cuaca Kebakaran (Fire Weather Index / FWI) di
dalam tapak rencana kegiatan.
Tabel 3.12. Klasifikasi Tingkat Bahaya FFMC Menurut BMKG
KELAS FFMC WARNA
Rendah 0 – 36 Biru
Sedang 36 – 69 Hijau
Tinggi 69 – 83 Kuning
Ekstrim >83 Merah

Tabel 3.13. Klasifikasi Tingkat Bahaya DC Menurut BMKG


KELAS FFMC WARNA
Rendah 0 – 200 Biru
Sedang 200 – 300 Hijau
Tinggi 300 – 400 Kuning
Ekstrim >400 Merah

Tabel 3.14. Klasifikasi Tingkat Bahaya FWI Menurut BMKG


KELAS FFMC WARNA
Rendah 0–1 Biru
Sedang 1–6 Hijau
Tinggi 6 – 13 Kuning
Ekstrim >13 Merah

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-14


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Gambar 3.1. Peta Sampling Lokasi Kegiatan PT. Bintang Delapan Enam

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-15


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

2. Komponen Lingkungan Biologi


a. Vegetasi
1) Pengumpulan Data
Pengambilan data vegetasi di wilayah studi rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir kuarsa akan dilakukan oleh tenaga ahli dari Tim Pelaksana AMDAL.
Parameter yang akan diteliti meliputi : komposisi jenis, kerapatan, penyebaran, dominansi,
indeks nilai penting/INP (nilai ekologis), indeks keanekaragaman jenis (kemantapan ekosistem)
dan potensi (nilai sosial-ekonomis).
Pengamatan di lapangan dilakukan dengan “Metode Kombinasi Garis dan Jalur
Berpetak”, dengan panjang minimal 1 km atau berdasarkan kurva spesies dan lebar 20 m untuk
setiap jalur pengamatan. Setiap jarak 20 m dilakukan pengamatan terhadap vegetasi pohon pada
berbagai tingkat pertumbuhan. Untuk tumbuhan bawah dan vegetasi pohon tingkat semai dan
pancang dicatat jenis dan jumlah, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon masing-masing
individu dicatat jenis, tinggi bebas cabang dan diameter setinggi 1,3 m.
Semai = dari anakan sampai tinggi vegetasi kurang dari 1,5 m.
Pancang = mulai dari tinggi 1,5 m- berdiameter 10 cm.
Tiang = berdiameter diantara 10 cm - 20 cm.
Pohon = berdiameter di atas 20 cm.
Luas petak ukur pengamatan untuk masing-masing tingkat pertumbuhan vegetasi pohon
adalah 2 x 2 m (semai), 5 x 5 m (pancang), 10 x 10 m (tiang) dan 20 x 20 m (pohon). Letak
petak ukur masing-masing tingkat pertumbuhan vegetasi disusun berselang-seling seperti
disajikan pada Gambar 3.2.
Sebelum kegiatan pengamatan vegetasi dimulai, maka pada titik awal harus ditandai
dengan menggunakan pita atau cat merah dan arah jalur ditentukan dengan menggunakan
kompas (arah tegak lurus sungai terdekat atau tegak lurus kontur).

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-16


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

20 m

10 m

5m

2m Jalur Rintis
20 m

Gambar 3.2. Bentuk Plot Contoh Rencana Pengamatan Vegetasi

Tabel 3.15. Rencana Titik Awal Plot Pengamatan Vegetasi Alam

Koordinat Titik
No. Kode Jalur Deskripsi Jalur Pengamatan
X Y

1. V-1 852478,827 9662513,694 Area Semak / Belukar

2. V-2 853953,882 9661151,087 Area Savana


Sumber : Survey Tim Amdal, 2020.

2) Analisis Data
Pengamatan vegetasi dilakukan terhadap vegetasi pohon maupun tumbuhan bawah
(rumput, herba/terna, perdu/semak. Survey vegetasi di lokasi studi menggunakan kombinasi
antara metode garis berpetak dan metode jalur berpetak. Metode garis berpetak dilakukan
terhadap vegetasi pohon tingkat permudaan (semai – diameter batang < 20 cm) dan tumbuhan
bawah, sedangkan metode jalur berpetak dilakukan terhadap vegetasi tingkat pohon (diameter
batang > 20 cm).Untuk mengetahui struktur vegetasi, maka dalam analisa vegetasi akan dipilah
menurut tumbuhan bawah dan berbagai tingkat pertumbuhan pohon, yaitu mulai dari tingkat
semai (seedling), pancang (sapling), tiang (poles) dan pohon (trees). Parameter analisis
vegetasi yang dihitung secara matematis adalah sebagai berikut (Soerianegara
dan Indrawan, 1982) :
Jumlah individu suatu jenis
Kerapatan jenis = = batang/ha
Luas plot contoh

Jml plot ditemukan suatu jenis


Frekuensi suatu jenis =
Jumlah seluruh plot contoh

Jml luas bidang dasar suatu jenis


Dominansi jenis = Luas plot contoh = m2/ha

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-17


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Kemudian dihitung Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan


penjumlahan relatif parameter kerapatan, frekuensi dan dominansi jenis, yaitu
dengan rumus sebagai berikut :

Kerapatan suatu jenis


Kerapatan Relatif (KR) = x 100 %
Kerapatan Seluruh Jenis

Frekuensi suatu jenis


Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %
Frekuensi seluruh jenis

Dominansi suatu jenis


Dominansi Relatif (DR) = x 100 %
Dominansi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting (INP) = KR + FR + DR

Indeks Keanekaragaman
= - ∑(pi.log2pi)
Jenis (H’)
INP jenis ke-i
dimana, pi = Jumlah INP seluruh jenis

Potensi kayu = ∑ (0.25∏D²)xTbcx0.7 = m³/ha

Keterangan :
D = Diameter batang pohon setinggi dada atau setinggi 1,3 m dari permukaan tanah
(m).
T bc = Tinggi batang pohon bebas cabang (m).

Analisis terhadap jenis vegetasi/flora langka yang dilindungi dilakukan dengan


identifikasi jenis yang selanjutnya di-crosscheck dengan daftar flora yang dilindungi
berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.92/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi.
b.Habitat dan Satwaliar
1) Pengumpulan Data
a)Habitat
Pengamatan kualitas habitat sangat terkait dengan penutupan vegetasi, sehingga hasil
analisis parameter vegetasi akan menjadi dasar pula untuk mengetahui kualitas habitat.
Semakin tinggi persentase tutupan vegetasi, kerapatan jenis, dominansi jenis, komposisi jenis
dan indeks keanekaragaman jenis, maka kualitas habitat akan semakin baik, dan sebaliknya.
Dengan demikian, data yang dikumpulkan pada saat identifikasi dan inventarisasi vegetasi pada
dasarnya juga dalam rangka pengumpulan data untuk mengetahui kualitas habitat.
b)Satwaliar
Metode inventarisasi satwaliar yang digunakan adalah jalur atau transek yang dalam
pekerjaannya sebagian dapat disatukan dengan pengamatan vegetasi. Pengamat satwaliar dapat
berjalan lebih dahulu sambil menarik tali untuk membuat jalur untuk dapat menemukan jenis-

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-18


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

jenis satwa di lokasi studi, karena aktivitas pengamatan vegetasi biasanya akan dapat
mengganggu kehadiran satwaliar yang umumnya sangat sensitive terhadap suara dan
keberadaan manusia. Selain itu pengamatan dan pencatatan jenis satwaliar yang ada juga
dilakukan di sekitar jalan yang tersedia ataupun pada tempat-tempat yang strategis yang diduga
sebagai daerah hunian ataupun daerah jelajah satwaliar.
Mengingat waktu yang tersedia relatif singkat, maka untuk efisiensi dalam pekerjaan di
lapangan digunakan kombinasi beberapa metoda untuk mendeteksi keberadaan satwaliar di
areal rencana usaha dan/atau kegiatan. Metode tersebut adalah :
 Metode IPA
Metode IPA khusus digunakan untuk pengamatan dari kelas aves yang umumnya
mempunyai daya mobilitas tinggi dan sangat sensitif terhadap kehadiran manusia.
Prosedur metode ini adalah, sebagai berikut :
- Pada setiap kondisi habitat yang disensus dibuat plot contoh minimal sebanyak 10 plot;
- Plot contoh berbentuk lingkaran dengan luas 0,1 ha. Plot tersebut diletakkan di
sepanjang jalur pengamatan, dimana jarak antar titik pengamatan tidak tumpang
tindih.
- Pada setiap plot contoh dilakukan pengamatan selama 15 menit. Pengamatan spesies
dilakukan dengan cara pengamatan langsung, yaitu perjumpaan, dan cara tidak
langsung melalui analisa suara.
 Metode Jalur
Metode ini digunakan untuk mengetahui kekayaan jenis, penyebaran dan kondisi habitat
dari kelas mamalia dan reptilia. Prosedur pengamatan dengan metode ini adalah :
- Pertama ditentukan lokasi unit contoh (virgin forest, hutan sekunder, semak belukar,
tegalan, tanah terbuka), arah dan titik awal jalur tersebut dapat berupa batas jalan /
sungai.
- Pengamatan dengan berjalan sepanjang jalur contoh yang telah ditentukan (minimal 1
km) dan mencatat spesies dan jumlah satwa yang dijumpai, serta tipe ekosistem
(kondisi habitat). Pengamatan dilakukan secara langsung (perjumpaan) dan tidak
langsung (analisa jejak, kotoran, bekas cakaran, sarang, sisa makanan, bulu, tanduk
dan sebagainya).
 Metode Concentration Count
Metode concentration count merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk
pengamatan satwaliar yang mempunyai perilaku tertentu di dalam suatu daerah/lokasi
tertentu. Metode ini digunakan untuk pengamatan dari kelas mamalia yang pada
umumnya mempunyai perilaku dan habitat khusus. Cara pengamatannya adalah mencari
daerah konsentrasi satwaliar, seperti tempat bersarang, tempat berkubang, tempat tidur
kelompok, tempat makan kelompok, dan lain sebagainya. Selanjutnya di daerah
konsentrasi dicatat kondisi satwaliar pada saat berkumpul.
Inventarisasi satwaliar sebagian besar (khususnya untuk burung) harus dibantu dengan
pengenalan terhadap suara, mengingat bahwa satwaliar sangat sulit untuk dilihat, namun
kehadirannya dapat diketahui melalui suaranya. Suara ataupun bunyi yang dikeluarkan oleh
satwaliar adalah termasuk kategori jejak satwaliar, selain jejak kaki, bekas cakaran dan
sebagainya.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-19


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Adapun lokasi pengamatan satwaliar ini adalah bersamaan dengan lokasi jalur
pengamatan vegetasi. Hal ini dilakukan untuk lebih mengefektifkan waktu pelaksanaan survey
lapangan. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari.
2) Analisis Data
a)Kualitas Habitat
Untuk menganalisis kualitas habitat secara kuantitatif dapat diketahui dari hasil analisis
vegetasi hutan dengan penjelasan secara deskriptif kualitatif terhadap parameter tutupan
vegetasi, sumber pakan, sumber air, keberadaan predator, dan lain-lain, sertaselanjutnya
dilakukan analisis kepustakaan.

b)Satwaliar
Untuk analisis data hasil pengamatan satwaliar akan dihitung dengan menggunakan
rumus-rumus sebagai berikut :
 Indeks Nilai Penting Jenis
Hasil pengamatan jenis burung dengan metode IPA dinyatakan
dalam bentuk Indeks Nilai Penting Jenis yang merupakan penjumlahan dari
nilai Kelimpahan Relatif dan Nilai Frekuensi Relatif.
Kelimpahan suatu jenis
Kelimpahan Relatif (KR) = x 100 %
Kelimpahan Seluruh Jenis
Frekuensi suatu jenis
Frekuensi Relatif (FR) = x 100 %
Frekuensi seluruh jenis
 Kekayaan jenis (species richness) (Pi)
ni
Pi =
N
Keterangan :
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu semua jenis

 Indeks Shanon (H’) = Indeks Keanekaragaman Jenis


H’ = - ∑ Pi (log2Pi)
= - ∑ Pi (lnPi)

 Jenis Satwaliar Dilindungi


Analisis terhadap jenis satwa/fauna langka yang dilindungi dilakukan dengan
identifikasi jenis yang selanjutnya di-crosscheck dengan daftar satwa yang dilindungi
berdasarkan Lampiran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.92/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan No. P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi.

c. Biota Air

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-20


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel
kualitas airpermukaan, yaitu ditetapkan pada stasiun pengambilan sampel kualitas air seperti
yang disajikan pada Tabel 3.9. Sedangkan penyebaran lokasi pengambilan sampel biota air
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
1) Pengumpulan Data
a) Plankton
Pengambilan data primer terhadap plankton dilaksanakan dengan pengamatan,
pengambilan sampel secara langsung di lapangan dan selanjutnya dibawa ke laboratorium
untuk diidentifikasi. Sampel plankton diambil dengan menggunakan Plankton Net No. 25
pada lokasi/titik pengambilan sampel yang telah ditetapkan secara komposit. Volume air
yang disaring menggunakan plankton net adalah sebanyak 50 liter sehingga diperoleh 30
ml air tersaring. Air yang tersaring tersebut dimasukkan ke dalam botol dan diberi
pengawet lugol 1 m/100 cc air contoh, kemudian diberi label dan dibawa ke laboratorium
untuk diidentifikasi menggunakan mikroskop.
b) Benthos
Pengambilan sampel dilakukan secara langsung di lapangan dan selanjutnya
dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Pengambilan sampel benthos dilakukan
dengan menggunakan Eikman Grab yang berukuran 20 x 30 cm pada lokasi/titik
pengambilan sampel yang telah ditetapkan secara komposit. Setiap contoh substrat yang
diperoleh dari masing-masing titik pengambilan sampel dimasukkan ke dalam kantong
plastik dan ditambahkan pengawet berupa formalin 4% ± 1 ml/100 cc air contoh (4 tetes)
untuk kemudian diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
c) Nekton
Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan
wawancara untuk mendapatkan informasi dari masyarakat setempat. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dari laporan dan studi literatur dari berbagai sumber dan instansi yang
terkait.
Pengambilan data biota perairan akan dilakukan pada 3 (tiga) stasiun pengambilan
sampel (lokasi sampling biota perairan sama dengan lokasi sampling kualitas air permukaan
dalam Tabel 3.9.).
Tabel 3.16. Parameter dan Metode Pengumpulan Data Biota Perairan
Alat yang
No. Jenis Biota Parameter Biota Satuan Metode Pengumpulan Data
Digunakan

Plankton Net,
Kelimpahan Ind/lt APHA
Plankton & Eijckman Grab
1.
Benthos
Keanekaragaman - Shannon-Wienner -

Keseragaman - Margalef -

Nama jenis & Pancing dan jaring,


- Pengamatan & Wawancara
kelimpahan jenis Daftar Pertanyaan
2. Nekton
Nilai ekonomi - Pengamatan & Studi Pustaka Data sekunder

2) Analisis Data

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-21


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

a) Kelimpahan Plankton
Komposisi jenis plankton ditentukan dengan cara analisis dan identifikasi yang
dilaksanakan di laboratorium, sedangkan perhitungan kelimpahan plankton berdasarkan
metode Microtransect (Lackey,1982), sebagai berikut:
1 OC VS 1
N  n   
p OP VP V
Keterangan:
N = Jumlah individu Plankton per liter, OP = Luas satu lapang pandang (mm2),
n = Jumlah individu Plankton hasil pengamatan, VS = Volume air contoh yang tersaring (ml),
p = Jumlah lapang pandang, VC= Volume air di bawah gelas penutup (ml),
OC = Luas gelas penutup (mm2), V = Volume air yang disaring.
b) Kelimpahan Benthos

Seluruh organisme benthos baik makro/mikro-benthos yang diambil pada satu


luasan transek/alat Eikman Grab diidentifikasi dan dihitung jumlahnya. Kelimpahan
benthos dihitung dari jumlah individu per- satuan luas transek/alat, secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut:
A Keterangan: Y = kelimpahan benthos (individu/m2),
Y 
B A = jumlah individu benthos hasil pengamatan,
B = luas alat eikman grab/transek pengambilan contoh (m 2)

 Indeks Keanekaragaman Jenis/Diversitas


Keanekaragaman menunjukkan keberagaman jenis dan merupakan ciri khas struktur
komunitas. Keanekaragaman plankton dan benthos ditentukan berdasarkan indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener dengan rumus:
s H’ =
H’ = -  Pi ln 2 Pi
atau s
i 1
 P log
i 1
i 2 Pi

Keterangan:
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon
ni
Pi= (proporsi jenis ke-i)
N
ni= Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
Logaritma natural (ln) digunakan untuk komunitas biota yang mobile (aktif bergerak)
seperti nekton, memiliki kelimpahan relatif tinggi dan prefensi habitat tertentu, sedangkan
logaritma basis 2 (log2) digunakan untuk untuk biota habitat dasar karena merupakan biota sesil
alami seperti karang dan benthos yang keberadaannya mulai terancam sehingga faktor
probabilitasnya harus diperbesar. Kisaran Indeks keanekaragaman Shannon (Masson 1981
dalam Hadijah 2000) dikategorikan atas nilai-nilai sebagai berikut:
H’ < 3,322 = Keanekaragaman jenis rendah, tekanan ekologi sangat kuat,
3,322<H’<9,966 = Keanekaragaman jenis sedang, tekanan ekologi sedang,
H’ > 9,966 = Keanekaragaman jenis tinggi, terjadi keseimbangan ekosistem.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-22


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

 Indeks Keseragaman
Untuk mengetahui seberapa besar kesamaan penyebaran jumlah individu tiap jenis biota
perairan (plankton dan benthos) digunakan indeks keseragaman, yaitu dengan cara
membandingkan indeks keanekaragaman dengan nilai maksimumnya, dengan rumus :
H'
e=
H' max
Keterangan:
e = Indeks keseragaman,
H’ = Indeks keanekaragaman,
H’maks = Indeks keanekaragaman maksimum = log2 S,
log2 S = 3,3219 log S (dimana S = jumlah jenis).

Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Bila indeks keseragaman kurang dari 0,4 maka
ekosistem tersebut berada dalam kondisi tertekan dan mempunyai keseragaman rendah. Jika
indeks keseragaman antara 0,4 sampai 0,6 maka ekosistem tersebut pada kondisi kurang stabil
dan mempunyai keseragaman sedang. Jika indeks keseragaman lebih dari 0,6 maka ekosistem
tersebut dalam kondisi stabil dan mempunyai keseragaman tinggi.
 Indeks Dominansi
Untuk menggambarkan jenis biota perairan yang paling banyak ditemukan, dapat
diketahui dengan menghitung nilai dominasinya. Dominasi dapat dinyatakan dalam Indeks
Dominasi Simpson (Brower et al., 1998).
2
 ni 
s
D=   
i 1  N 

Keterangan:
D = Indeks dominasi Simpson,
ni = Jumlah individu jenis ke-i,
N = Jumlah total individu seluruh jenis.
Nilai indeks dominansi plankton ataupun benthos berkisar antara 0 - 1. Semakin besar
nilai indeks semakin besar kecenderungan salah satu spesies yang mendominasi populasi.
Kualitas lingkungan dan tingkat pencemaran di dalam suatu perairan dapat dinilai berdasarkan
nilai indeks keanekaragaman Shannon (H’) serta indeks keseragaman (e) dan indeks dominansi
Simpson (D) sebagaimana disajikan pada Tabel 3.16. hingga Tabel 3.19.
Tabel 3.17. Kriteria Penilaian Kualitas Lingkungan Perairan Berdasarkan Nilai Indeks
Keanekaragaman Jenis
Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis, H’ Kriteria Indeks Keanekaragaman Kriteria Kualitas
(Indeks Shannon-Wiener) Jenis*) Lingkungan Perairan
> 3,0 Sangat tinggi Baik sekali
2,0 < H < 3,0 Tinggi Baik
1,5 < H’ < 2,0 Sedang Sedang
1,0 < H’ < 1,5 Rendah Agak buruk
H’<1,0 Sangat rendah Buruk
Keterangan : *) Menurut Lee et al ., (1978) dalam Arisandi (1999).

Tabel 3.18. Kriteria Penilaian Kualitas Lingkungan Perairan Berdasarkan Nilai Indeks
Keseragaman Jenis
Indeks Keseragaman Jenis
Kondisi Struktur Komunitas Kategori
Plankton/Benthos
> 0,81 Sangat Merata Sangat Baik

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-23


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Indeks Keseragaman Jenis


Kondisi Struktur Komunitas Kategori
Plankton/Benthos
0,61 - 0,80 Lebih Merata Baik
0,41 - 0,60 Merata Sedang
0,21 - 0,60 Cukup Merata Buruk
< 0,20 Tidak Merata Sangat Buruk

Tabel 3.19. Klasifikasi Derajat Pencemaran Perairan Berdasarkan Indeks Keanekaragaman


Derajat Pencemaran Indeks Keanekaragaman
Sangat Ringan > 2.0
Ringan/Rendah 1.6 – 2.0
Sedang 1.0 – 1.5
Berat/Tinggi < 1.0

Tabel 3.20. Kriteria Penilaian Kualitas Lingkungan Perairan Berdasarkan Nilai Indeks
Dominansi
Indeks Dominansi Jenis
Kategori Keterangan
Plankton/Benthos
Indeks Dominansi Semakin
Mendekati 0 Dominansi oleh satu jenis
Rendah
Indeks Dominansi Semakin
Mendekati 1 Dominansi oleh beberapa jenis
Tinggi

c) Nekton

Analisis data nekton adalah berupa indentifikasi jenis yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan informasi masyarakat serta dokumentasi data sekunder. Identifikasi
dilaksanakan dengan menggunakan kunci determinasi untuk mengetahui jenis. Selanjutnya
dilakukan perkiraan kelimpahan jenis di lokasi studi (bersama masyarakat setempat) untuk
dapat menentukan jenis yang dominan dan mengetahui keberadaan nekton yang dilindungi
dan/atau yang menjadi ciri khas daerah yang hidup di lokasi studi.
3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
Pengumpulan data sosial, ekonomi dan budaya dilakukan dengan menghimpun data
primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui serangkaian wawancara,
Focus Group Discussion (FGD), dan menyebarkan angket terhadap masyarakat sekitar lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan (masyarakat Desa Batu Penyu) yang diperkirakan akan terkena
dampak. Data sekunder dihimpun dari beberapa instansi terkait, mulai dari tingkat desa hingga
kecamatan, yang mencakup aspek demografi, sektor usaha, fasilitas sosial dan ekonomi serta
aspek pengembangan wilayah disesuaikan dengan jenis dampak penting hipotetik yang akan
dikaji.
Wilayah studi komponen sosial, ekonomi dan budaya ditetapkan pada wilayah
pemukiman penduduk di Desa Batu Penyu. Pemukiman penduduk di wilayah studi tersebut
ditetapkan sebagai lokasi pengambilan data/sampel secara purposive sebagai primary sampling
unit. Dasar pertimbangan untuk mengambil pusat pemukiman tersebut adalah lokasi yang paling
dekat dan paling terkait secara langsung dengan lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam. Untuk menentukan jumlah responden
ditetapkan berdasarkan rumus Slovin (Dalam Gasperz, Vincent.1991. Teknik Penarikan Contoh
untuk Penelitian Survei) sebagai berikut:

N
n =
(N x d2)+ 1
Keterangan:
KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-24
ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

n = Ukuran sampel = Jumlah responden (Orang),


N = Ukuran populasi = Jumlah rumah tangga (KK),
d = Galat pendugaan = 0,1.

Dengan memperhitungkan jumlah rumah tangga di Desa Batu Penyu sebanyak 1.604
KK, maka jumlah responden ditetapkan yaitu sebanyak 94 responden.
a. Kesempatan Kerja dan Berusaha
1) Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder untuk kesempatan kerja dan berusaha akan dilakukan dengan
mengkaji monografi Desa Batu Penyu. Data demografi penduduk di wilayah studi yang
menunjukkan tingkat jumlah penduduk yang siap kerja (memasuki usia produktif, antara 15
tahun – 59 tahun) dengan jumlah penduduk yang telah memiliki pekerjaan serta tingkat
pengangguran yang terjadi di Desa studi, jenis mata pencaharian penduduk, serta jenis usaha
mandiri yang dilakukan penduduk di wilayah studi. Untuk melengkapi data sekunder tersebut
akan dilakukan pula wawancara langsung terhadap penduduk setempat terutama tentang
alternative pekerjaan dan usaha yang sering dilakukan oleh penduduk.
2) Analisis Data
Untuk menganalisa data sekunder maupun data primer yang berhasil dikumpulkan
maka dilakukan perhitungan matematis sebagai berikut :
 Angka Pertumbuhan Penduduk (r)

Keterangan :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke-t (jiwa)
Po = Jumlah penduduk pada tahun ke-o (jiwa)
n = Lamanya waktu antara po dan pt (tahun)
k = Konstanta (100)

 Kepadatan Penduduk (D)

 Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratiol/DR)

Keterangan :
P0 –15 = Jumlah penduduk usia 0-15 tahun,
P60+ = Jumlah penduduk usia lebih 60tahun,
P16-60 = Jumlah penduduk usia 16-60 tahun,
k = Konstanta (100).

 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio /SR)

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-25


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Keterangan : L = Jumlah penduduk laki-laki (jiwa),

P = Jumlah penduduk perempuan(jiwa),


k = Konstanta (100).

 Kesempatan Kerja
Untuk mengetahui kesempatan kerja dan peluang berusaha dapat dihitung dengan
menggunakan rumus matematis sebagai berikut :
JLK
KK   100
TP

Keterangan : KK = Kesempatan Kerja (%)


JLK = Jumlah lowongan pekerjaan di wilayah studi (orang)
TP = Total pelamar (belum bekerja) di wilayah studi (orang).

 Reit Partisipasi Angkatan Kerja (RPAK)


Untuk mengetahui Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan beban pekerja dapat
dipergunakan rumus matematik sebagai berikut :

Keterangan :
TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%),
P Pekerja = Jumlah penduduk yang bekerja,
PSiap Kerja = Jumlah penduduk usia siap bekerja ( > 15 Tahun),
K = Konstanta (100%).

b. Perekonomian Lokal

Dampak potensial berupa adanya peningkatan perekonomian lokal pada prinsipnya


merupakan dampak lanjutan akibat dari terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha
serta adanya pendapatan pemerintah daerah dari sumber-sumber yang terkait dengan usaha
dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa.
1) Pengumpulan Data
Jenis data sekunder yang dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data di instansi
terkait adalah tingkat kesejahteraan penduduk, pendapatan per-kapita, sarana-prasarana
perekonomian yang tersedia, dan kegiatan perekonomian dominan yang dapat menopang
kehidupan masyarakat di wilayah studi, serta data lainnya yang tersedia dan relevan dengan
kajian perekonomian di daerah. Sedangkan data primer yang dapat diperoleh dari hasil
wawancara/angket terhadap responden adalah besarnya penghasilan dan pengeluaran rumah
tangga setiap bulannya.

2) Analisis Data
Data yang diperoleh diantaranya dapat dianalisis melalui perhitungan matematis sebagai
berikut :

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-26


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

 Untuk mengetahui beban pekerja di desa studi :

Keterangan :
BP = Tingkat Beban Pekerja (%),
P KK = Jumlah kepala keluarga,
PTotal = Jumlah total penduduk,
K = Konstanta (100%).

 Untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat dapat dihitung dengan rumus


sebagai berikut (John Maynard Keynes dalam Soule, George, 1994) :

Y =C+S

Keterangan :
Y = Total Pendapatan/Penerimaan,
C = Konsumsi,
S = Tabungan.

 Untuk mengetahui pendapatan per-kapita masyarakat :

Keterangan :
P = pendapatan perkapita per tahun,
Y = pendapatan total keluarga (Rp/tahun),
A = jumlah tanggungan keluarga.

 Untuk mengetahui Rata-rata Pendapatan (Y) masyarakat :

Y=

Keterangan :
Y = Pendapatan perkapita pertahun,
Y = Total pendapatan (Rp/tahun),
A = Jumlah tanggungan keluarga (jiwa atau kapita).
c. Persepsi dan Sikap Masyarakat
1) Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data persepsi dan sikap masyarakat maka di dalam pelaksanaan
wawancara dan angket terhadap responden diantaranya juga dihimpun data pendapat dan
tanggapan masyarakat tentang kehadiran rencana kegiatan maupun pengetahuannya tentang
lingkungan hidup. Data tersebut akan sangat bermanfaat dalam rangka mengetahui persepsi dan
sikap masyarakat terhadap rencana usaha/kegiatan perusahaan, apakah bersifat positif atau
sebaliknya.
2) Analisis Data
Analisis data untuk parameter persepsi dan sikap masyarakat pada prinsipnya bertujuan
untuk mengetahui persentase jumlah masyarakat yang setuju ataupun tidak setuju terhadap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan berlangsung di wilayah mereka. Rumus perhitungan
matematis yang akan digunakan adalah :

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-27


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

 Persepsi dan sikap kerjasama atau asosiatif masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan :

MA
PSA = x 100%
MTot
Keterangan :
PSA = Persepsi dan sikap kerjasama atau asosiatif (menerima), (%),
M A = Jumlah responden yang menerima kehadiran rencana usaha dan/atau kegiatan
(Orang),
M Tot = Jumlah total responden (Orang).

 Persepsi dan sikap kontravensi atau disosiatif masyarakat terhadap rencana usaha
dan /atau kegiatan :

MD
PS D = x 100%
M Tot

Keterangan :
PSD = Persepsi dan sikap kontravensi/disosiatif (menolak), (%),
M TL = Jumlah responden yang menolak kehadiran rencana usaha dan/atau kegiatan
(Orang),
M Tot = Jumlah total responden (Orang).
d. Konflik Kepentingan Lahan
1) Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data mengenai konflik kepentingan lahan maka di dalam


pelaksanaan wawancara terhadap responden diantaranya juga dihimpun data pendapat dan
tanggapan masyarakat penambang timah tentang kehadiran rencana kegiatan maupun
pengetahuannya tentang lingkungan hidup. Data tersebut akan sangat bermanfaat dalam rangka
mengetahui apakah berpotensi terjadinya konflik kepentingan lahan antara perusahaan dengan
masyarakat penambang timah terhadap rencana usaha/kegiatan perusahaan, apakah bersifat
positif atau sebaliknya.
3) Analisis Data
Analisis data untuk parameter konflik kepentingan lahan pada prinsipnya bertujuan
untuk mengetahui persentase jumlah masyarakat penambang timah di lokasi rencana kegiatan
yang memberikan persepsi positif ataupun negatif terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan
yang akan berlangsung di wilayah penambangan mereka. Rumus perhitungan matematis yang
akan digunakan adalah :

 Persepsi positif atau asosiatif masyarakat penambang timah terhadap rencana


usaha dan/atau kegiatan :

NA
KKLA = x 100%
NTot
Keterangan :
KKLA = Persepsi positif atau asosiatif (menerima), (%),

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-28


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

NA = Jumlah responden yang menerima kehadiran rencana usaha dan/atau kegiatan


(Orang),
N Tot = Jumlah total responden (Orang).

 Persepsi negatif atau disosiatif masyarakat penambang timah terhadap rencana


usaha dan /atau kegiatan :

ND
KKL D = x 100%
N Tot

Keterangan :
KKLD = Persepsi negatif atau disosiatif (menolak), (%),
ND = Jumlah responden yang menolak kehadiran rencana usaha dan/atau kegiatan
(Orang),
N Tot = Jumlah total responden (Orang).
4. Komponen Lingkungan Kesehatan
a. Kesehatan Masyarakat
Dampak potensial berupa gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak lanjutan
dari menurunnya kualitas air permukaan yang cukup drastis dimana air permukaan yang terkena
dampak tersebut digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan MCK. Selain itu gangguan
kesehatan masyarakat dapat diakibatkan pula oleh adanya bekas galian tambang yang berupa
kolong-kolong air yang merupakan tempat berkembangbiak vektor penyakit seperti nyamuk.
1) Pengumpulan Data
Jenis data kesehatan yang akan dikumpulkan adalah berupa insidensi dan prevalensi
penyakit, sanitasi lingkungan, fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, insidensi kecelakaan kerja,
dan data lainnya yang relevan dengan mutu kesehatan masyarakat di wilayah studi.
Pengumpulan data sekunder dapat diperoleh dari studi pustaka Dokumen Profil Desa, Laporan
BPS, dan Dokumen Laporan Puskesmas setempat. Sedangkan data primer dapat diperoleh dari
hasil pengamatan/survey di lapangan dan wawancara ataupun angket terhadap responden
bersamaan dengan pengambilan data sosekbud.
Tabel 3.21. Jenis Parameter dan Metode Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat
Metode Alat Yang
No Parameter Jenis Data Satuan
Pengumpulan Digunakan
Insidensi dan  Jenis penyakit Dokumen/Laporan
Jenis, Studi pustaka dan
1. prevalensi  Jumlah kasus yang relevan,
Kasus Wawancara
penyakit penyakit Daftar isian
 Ketersediaan sumber
air bersih
Studi pustaka, Dokumen/Laporan
Sanitasi  Ketersediaan tempat
2. Unit Pengamatan dan yang relevan,
lingkungan MCK
Wawancara Daftar isian
 Pengelolaan limbah
rumah tangga
Studi pustaka, Dokumen/Laporan
Fasilitas  Peralatan
3. Unit Pengamatan dan yang relevan,
Kesehatan (P3K)  Sarana-prasarana
Wawancara Daftar isian
Studi pustaka, Dokumen/Laporan
 Spesifikasi dan
4. Tenaga kesehatan Orang Pengamatan dan yang relevan,
jumlah tenaga medis
Wawancara Daftar isian

2) Analisa Data

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-29


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Analisis data kesehatan masyarakat terdiri analisis rasio prevalensi, analisis insidensi
dan analisis tingkat pelayanan kesehatan masyarakat, masing-masing diuraikan sebagai berikut:

 Analisis Prevalence Ratio (PR) dipergunakan rumus sebagai berikut :


Jumlah kasus penyakit tertentu pada satu waktu X 100 %
PR =
Jumlah seluruh penduduk pada saat itu
 Analisis Incidence Rate (IR) dipergunakan rumus sebagai berikut :

IR = Jumlah kasus baru penyakit tertentu dalam setahun X 100 %


Jumlah seluruh penduduk pada pertengahan tahun

 Analisis Tingkat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (S) dipergunakan


rumuis sebagai berikut :
Jumlah Tenaga Medis
S = X 100 %
Jumlah Penduduk
 Untuk mengetahui pola penggunaan air bersih dipergunakan rumus matematik
sebagai berikut :
X 100 %
Sumber Air Bersih Yang Dipergunakan Rumah Tangga
Jumlah Seluruh Rumah Tangga

 Untuk mengetahui pola buang air besar oleh masyarakat di kelurahan studi dipergunakan
rumus matematik sebagai berikut :
Sarana untuk Buang Air Besar Masyarakat X 100 %
Jumlah Seluruh Rumah Tangga

 Untuk mengetahui pola pengelolaan limbah rumah tangga di desa studi dipergunakan
rumus matematik sebagai berikut :
X 100 %
Sarana Pembuangan Limbah Rumah Tangga
Jumlah Seluruh Rumah Tangga

B. METODE PRAKIRAAN DAMPAK


1. Besaran Dampak
a. Kriteria Penentuan Besaran Dampak
Prakiraan besaran dampak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui derajat besarnya
dampak, dengan cara menghitung selisih antara kondisi pada saat pengamatan dengan kondisi
yang diduga akan timbul karena adanya usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa oleh
PT. Bintang Delapan Enam (Gambar 3.3.).

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-30


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Gambar 3.3. Grafik Perubahan Kualitas Lingkungan Hidup


Keterangan :
Q1 = Kualitas lingkungan saat studi AMDAL dilaksanakan (ts)
Q2 = Kualitas lingkungan saat proyek dilaksanakan (tp1)
Q3 = Kualitas lingkungan saat proyek berakhir (tpn)
M1 = Besar dampak saat proyek mulai dilaksanakan
M2 = Besar dampak saat proyek berakhir
TP = Kondisi lingkungan tanpa proyek
DP = Kondisi lingkungan dengan adanya proyek
Besar (magnitude) dampak kegiatan diprakirakan dengan cara mengukur ”selisih”
antara (1) kondisi lingkungan yang diprakirakan akan terwujud sebagai akibat adanya kegiatan
penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam dan (2) kondisi lingkungan yang
diprakirakan akan terjadi/terwujud bila tanpa ada kegiatan penambangan pasir kuarsa PT.
Bintang Delapan Enam.
Metode untuk menentukan besaran (magnitude) dampak secara sederhana adalah
dengan memberi nilai verbal (kecil, sedang, besar) atau dengan skor (1,2,3,4,5). Untuk dapat
memberi penilaian terhadap kualitas lingkungan baik pada rona lingkungan hidup sesudah dan
sebelum operasional diperlukan standard kualitas lingkungan. Selanjutnya untuk menilai skala
kualitas lingkungan hidup sesuai dengan pertimbangan ilmiah digunakan skala yang telah
dikelompokkan kedalam 5 (lima) kategori seperti yang disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.22. Skala Kualitas Lingkungan Hidup
Skala Kualitas Nilai Kualitas Lingkungan Kriteria Kualitas Lingkungan
Lingkungan Hidup Hidup(%) Hidup
1 00 – 20 Buruk
2 21 – 40 Agak Buruk
3 41 – 60 Sedang
4 61 – 80 Baik
5 81 - 100 Baik sekali
Sumber: Tim Penyusun AMDAL, 2020.
Untuk memprakirakan besaran (magnitude) dampak dilakukan dengan menetapkan skala
besaran dampak lingkungan hidup yang terjadi dengan cara menilai berapa besar perubahan
indeks skala kualitas lingkungan dari kondisi dengan adanya kegiatan (EQ Dp) dan tanpa ada
kegiatan (EQ Tp). Kriteria penetapan besarnya dampak lingkungan tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 3.23. Besaran (Magnitude) Perubahan Indeks Skala Kualitas Lingkungan Hidup
Besarnya Perubahan Skala Kualitas Lingkungan
Dampak Lingkungan Hidup
Hidup
0 Sangat Kecil

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-31


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Besarnya Perubahan Skala Kualitas Lingkungan


Dampak Lingkungan Hidup
Hidup
1 Kecil
2 Sedang
3 Besar
4 Sangat Besar
Sumber : Tim Penyusun AMDAL, 2020.

b. Penentuan Besaran Dampak


1)Metode Formal
Metode ini digunakan bila tersedia data kuantitatif untuk memprakirakan besaran
dampak, dengan menggunakan rumus-rumus baku. Jenis metode formal yang akan digunakan
dalam studi ini adalah metode perhitungan matematik, percobaan/Eksperimen dan model
simulasi visual dan peta. Prakiraan dampak penting dengan metode perhitungan matematik ini
menggunakan persamaan matematik dan rumus-rumus yang telah umum digunakan dan
memenuhi syarat keberlakuannya. Formula matematik disusun atau dibangun berdasarkan teori
atau asumsi bekerjanya suatu kondisi lingkungan tertentu. Untuk model percobaan/eksperimen,
prakiraan besar dampak dianalisis berdasarkan hasil pengamatan secara empiris atas objek yang
diteliti. Model ini dibangun tanpa memperhatikan bagaimana perilaku dari perubahan-
perubahan yang berperan dalam proses perubahan lingkungan. Sedangkan model simulasi visual
dan peta, dalam menentukan besaran dampak dilakukan dengan membuat alternatif-alternatif,
singulasi-singulasi atau dengan cara melakukan overlay peta-peta. Metode ini
diterapkan/digunakan untuk prakiraan dampak terhadap parameter kualitas udara, laju aliran
permukaan dan sedimentasi, kualitas air, vegetasi, biota perairan dan lainnya.
a)Penurunan Kualitas Udara
Dalam kaitannya dengan prakiraan menurunnya kualitas udara akibat rencana usaha
dan/atau kegiatan operasional penambangan (pengangkutan pasir kuarsa menggunakan
dumptruck), maka akan dihitung persebarannya sesuai dengan jenis dan sifat polutannya.
(1) Dispersi Debu
Untuk menentukan besarnya dampak yang akan terjadi terhadap dispersi debu
di udara dapat ditentukan dengan menggunakan rumus empirik Midwest Research
Institute, USA, sebagai berikut :
Eu = 5,9 (s/12) (S/30) (W/7)0,7 (W/4)0,5 (d/36S)
Keterangan :
Eu = Jumlah debu per panjang jalan (lb/mile),
s = Silt content(%),
S = Kecepatan kendaraan (mile/jam),
W = Berat kendaraan (ton),
w = Jumlah roda kendaraan,
d = Jumlah hari tidak hujan.
(2) Dispersi Sumber Emisi Bergerak
Untuk menentukan besarnya dampak yang akan terjadi terhadap dispersi
polutan di udara dari sumber emisi bergerak (dumptruck) dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus Box Model, sebagai berikut :
Cj = Qj/(U*W*D)
KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-32
ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Keterangan :
Cj = Konsentrasi parameter j,
Qj = Kecepatan emisi parameter j,
U = Kecepatan angin sejajar sumbu x,
W = Lebar box model tegak lurus arah angin,
D = Tinggi box model tegak lurus arah angin.
b)Peningkatan Laju Aliran Permukaan (Run Off) dan Sedimentasi
(1) Laju Aliran Permukaan (Run Off)
Besarnya (magnitude) dampak terhadap peningkatan laju aliran permukaan
(run off) disebabkan oleh terjadinya perubahan penutupan lahan oleh vegetasi (menjadi
terbuka) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
AQ = (C-Cp) I.A. m3/hari hujan
Keterangan :
AQ = Perubahan laju/debit air larian (m3/hari/hujan),
C = Koefisien air larian sebelum ada kegiatan (dipengaruhi oleh jenis tutupan
lahan),
Cp = Koefisien air larian setelah ada kegiatan (menjadi terbuka),
I = Intensitas hujan (mm/hari-jam),
A = Luas daerah studi (m2).
(2) Erosi dan Sedimentasi
Prakiraan besaran dampak laju erosi tanah akibat kegiatan penyiapan lahan dan
rangkaian penambangan pasir kuarsa ditunjukkan oleh peningkatan laju erosi yang
ditimbulkan akibat perubahan nilai faktor K, LS, dan CP selama tahap operasional
penambangan. Besaran dampak erosi tanah dihitung berdasarkan selisih antara
besarnya laju erosi pada tahap operasional dengan besarnya laju erosi pada rona
lingkungan hidup awal. Besarnya dampak erosi tanah dapat dirumuskan:
∆ A = A Konstruksi dan Operasional – A Rona Lingkungan Hidup Awal
Keterangan :
∆A = Peningkatan laju erosi tanah (besarnya dampak erosi
tanah), (ton/ha).
A konstruksi dan operasional = Besarnya laju erosi tanah pada tahap konstruksi dan
operasional (ton/ha).
A rona awal = Besarnya laju erosi tanah pada saat rona awal (ton/ha).
Prakiraan besarnya peningkatan sedimentasi pada dasar perairan sungai dapat
dihitung dengan rumus :
(A x L)
S = 0,53 X
(Qp + ∆Q)

Keterangan:
S = peningkatan sedimentasi (g/m3),
A = laju erosi (ton/ha/tahun),
L = luas lahan tererosi (ha),
Qp = debit sungai (liter/detik),

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-33


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Q = debit aliran permukaan (liter/detik),


0,53 = Nisbah pelepasan sedimen ke sungai (Robinson, 1979 dalam Arsyad, 2000).
Selain itu, dalam menentukan besaran dampak laju erosi tanah dan peningkatan
sedimentasi dapat juga dilakukan melalui model simulasi visual dan peta dengan
membuat alternatif-alternatif, singulasi-singulasi atau dengan cara melakukan overlay
peta-peta seperti peta topografi, peta kelerengan, peta tanah dan peta penutupan lahan.
c)Penurunan Kualitas Air Permukaan
Untuk melihat perubahan kualitas air permukaan akibat adanya usaha dan/atau
kegiatan penambangan pasir kuarsa, maka akan digunakan model matematik
sebagai berikut :
n n
B =  Bdpi -  Bptpi
i =1 i=1

Keterangan :
B = Beban pencemaran,
Bdp = Beban pencemaran dengan proyek,
Bptp = Beban pencemaran tanpa proyek,
i = Jenis sumber dampak.
Kandungan bahan pencemar di badan air (sungai) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut (asumsi air dan limbah tercampur merata) :
n n
Qs x Cs  (Cw)i x  (Cw)i
i =1 i=1
C =
n
Qs + (Qw) i
i=1

Keterangan :
C = kadar bahan pencemar dalam sungai di outlet tapak proyek (mg/l),
Qs = debit sungai (m3/det),
Cs = kadar bahan pencemar dalam sungai di inlet tapak proyek (mg/l),
Qw = debit aliran limbah (m3/det),
CW = kadar bahan pencemar dalam air limbah (mg/l),
i = jenis sumber dampak.

Besarnya dampak kegiatan proyek terhadap kadar bahan pencemar di dalam


sungai dapat dihitung dengan rumus :

Cp = Cdp – Ctp
Keterangan :
Cp = Kadar bahan pencemar (mg/l),
Cdp = Kadar bahan pencemar dengan adanya proyek,
Ctp = Kadar bahan pencemar tanpa proyek.
Untuk mengetahui beban pencemaran maksimum yang terjadi pada suatu
perairan dapat dihitung dengan rumus :

BPM = (CM)j x DM x f
Keterangan :
BPM = Beban pencemaran maksimum, (kg/satuan produk),
(CM)j = Kadar maksimum unsur pencemaran j, (mg/l),
DM = Debit maksimum (m3/hari),

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-34


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

f = Faktor konversi.
Sedangkan untuk menghitung beban pencemaran sebenarnya di dalam sungai
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
BPA = (CA)j x DA x f
Keterangan :
BPA = Beban pencemaran sebenarnya, kg produksi/ton
(CA)j = Kadar sebenarnya unsur pencemaran j, mg/lt
DA = Debit limbah cair sebenarnya (m3/hari)

d)Perubahan Bentang Lahan


Untuk mengetahui perubahan bentang alam akibat adanya rencana kegiatan
penambangan pasir kuarsa, maka akan dihitung dengan menggunakan rumus :

L GT
Δ BA = X 100%
L IUP
Keterangan :
Δ BA = Besar perubahan bentang alam (%)
L GT = Luas galian bahan tambang (Ha)
L IUP = Luas Izin Usaha Pertambangan (Ha)
Dalam menentukan besaran dampak perubahan bentang lahan dapat juga
dilakukan melalui model simulasi visual dan peta dengan membuat alternatif-alternatif,
singulasi-singulasi atau dengan cara melakukan overlay peta-peta seperti peta topografi,
dan peta kelerengan.
e)Penurunan Produktivitas Lahan
Untuk mengetahui perubahan produktivitas lahan akibat adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa, akan dihitung dengan menggunakan
rumus :
Δ FT = FTdp – FTtp
Keterangan :
Δ FT = Perubahan kualitas sifat fisika tanah setelah adanya rencana kegiatan,
FT dp = Nilai parameter sifat fisika tanah pada lapisan subsoil,
FT tp = Nilai parameter sifat fisika tanah pada lapisan topsoil.
Δ KT = KTdp – KTtp
Keterangan :
KT = Perubahan kualitas sifat kimia tanah setelah adanya rencana kegiatan,
KT dp = Nilai parameter sifat kimia tanah pada lapisan subsoil,
KT tp = Nilai parameter sifat kimia tanah pada lapisan topsoil.

Dalam menentukan besaran dampak perubahan produktivitas lahan dapat juga


dilakukan melalui model simulasi visual dan peta dengan membuat alternatif-alternatif,
singulasi-singulasi atau dengan cara melakukan overlay peta-peta seperti peta topografi,
peta kelerengan, peta tanah dan peta penutupan lahan.
f) Potensi Kebakaran Lahan
Prakiraan besaran dampak potensi kebakaran lahan akibat kegiatan penyiapan
lahan dan rangkaian penambangan pasir kuarsa ditunjukkan oleh perubahan yang
KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-35
ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

ditimbulkan akibat perubahan nilai Indek Bahan Bakar Halus (FFMC), Indek
Kekeringan (DC), dan Indek Cuaca Kebakaran (FWI) selama tahap operasional
penambangan. Besaran dampak potensi kebakaran lahan dihitung berdasarkan selisih
antara besarnya FFMC, DC, dan FWI pada tahap operasional dengan besarnya FFMC,
DC, dan FWI pada rona lingkungan hidup awal. Besarnya dampak potensi kebakaran
lahan dapat dirumuskan:
∆ FFMC = FFMC Operasional – FFMC Rona Lingkungan Hidup Awal
Keterangan:
∆ FFMC = Perubahan Indek Bahan Bakar Halus
FFMC Operasional = besarnya Indek Bahan Bakar Halus pada tahap operasional
FFMC Rona Awal = besarnya Indek Bahan Bakar Halus pada saat rona awal
∆ DC = DCOperasional – DCRona Lingkungan Hidup Awal

Keterangan:
∆ DC = Perubahan Indek Kekeringan
DCOperasional = besarnya Indek Kekeringan pada tahap operasional
DCRona Awal = besarnya Indek Kekeringan pada saat rona awal
∆ FWI = FWIOperasional – FWIRona Lingkungan Hidup Awal
Keterangan:
∆ FWI = Perubahan Indek Cuaca Kebakaran
FWIOperasional = besarnya Indek Cuaca Kebakaran pada tahap operasional
FWIRona Awal = besarnya Indek Cuaca Kebakaran pada saat rona awal

g)Penurunan Populasi Vegetasi


Untuk mengetahui perubahan penutupan vegetasi dihitung melalui persamaan:
ΔCC = CCdp – CCtp
Keterangan :
Δ CC = Perubahan persentase penutupan tajuk vegetasi (%),
CCdp = Persentase penutupan tajuk vegetasi dengan adanya proyek= 0% karena tapak
proyek menjadi terbuka,
CCtp = Persentase penutupan tajuk vegetasi tanpa proyek (%).

Apabila persentase penutupan tajuk vegetasi (CC) tidak memungkinkan untuk


dihitung akibat kesulitan pengukuran di lapangan, maka dengan menggunakan rumus
yang sama dapat didekati dengan menggunakan data kerapatan vegetasi (K), sehingga
menjadi :
ΔK = Kdp – Ktp
Keterangan :
ΔK = Perubahan kerapatan vegetasi (batang/ha),
Kdp = Kerapatan vegetasi dengan adanya proyek (batang/ha),
Ktp = Kerapatan vegetasi tanpa proyek (batang/ha).

h)Penurunan Kualitas Habitat dan Migrasi Satwaliar


Untuk memprakirakan besaran dampak terhadap rusaknya habitat, maka
dilakukan dengan menghitung luas areal yang mengalami perubahan tutupan vegetasi
atau kerapatan vegetasi sebagaimana prakiraan pada parameter penurunan vegetasi di
atas, karena hilangnya vegetasi sekaligus juga berarti rusak/hilangnya habitat satwa.
Selain itu dilengkapi pula dengan studi pustaka untuk mengidentifikasi jenis-jenis
satwaliar yang sensitive terhadap suara bising dan tingginya kadar debu di sekitar jalan

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-36


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

angkutan, sehingga diprakirakan akan bermigrasi ke habitat yang masih baik di


sekitarnya.
i)Penurunan Biota Perairan
 Prakiraan besaran penurunan biota perairan dihitung berbanding lurus dengan
besaran penurunan kualitas air permukaan dan peningkatan sedimentasi.
 Metode analogi dengan dampak yang sama di tempat lain yang derajat pencemaran
airnya sama.
j)Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha
Untuk mengetahui terbukanya kesempatan kerja dan berusaha dapat dihitung
dengan menggunakan rumus matematis sebagai berikut :
JLK
KK   100
TP
Keterangan : KK = Kesempatan Kerja akibat adanya rencana kegiatan (%),
JLK = Jumlah lowongan pekerjaan (orang),
TP = Total pelamar (belum bekerja) dari wilayah studi (orang).
JUB
PU   100
JU

Keterangan : PU = Peluang Usaha akibat adanya rencana kegiatan (%),


JUB = Jumlah unit usaha baru yang terkait dengan rencana kegiatan
(unit),
JU = Jumlah unit usaha sebelum adanya rencana kegiatan (unit).

k)Peningkatan Perekonomian Lokal


Kegiatan rekrutmen tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi dan operasional
penambangan pasir kuarsa yang diprioritaskan bagi masyarakat lokal diprakirakan akan
berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. Besarnya bagian
pendapatan masyarakat dari kegiatan perusahaan dapat dihitung dengan rumus :
IB
PI = X 100 %
I Tot
Keterangan :
PI = Persentase pendapatan masyarakat dari tenaga kerja dan jenis usaha yang terkait
langsung dengan rencana kegiatan (%),
I B = Besarnya pendapatan tenaga kerja dan jenis usaha yang terkait langsung dengan
rencana kegiatan (Rp.),
I Tot = Besar pendapatan total masyarakat di wilayah studi (Rp.).

l)Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat


Perubahan persepsi dan sikap masyarakat akibat adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan ditentukan dengan persamaan matematis sebagai berikut :
Δ PS = PSdp – PStp
Keterangan :
Δ PS = Perubahan persepsi dan sikap masyarakat (%),
PSdp = Persepsi dan sikap masyarakat dengan adanya proyek (%),
PStp = Persepsi dan sikap masyarakat tanpa proyek (%).
KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-37
ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

m)Konflik Kepentingan Lahan


Konflik kepentingan lahan akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan
ditentukan dengan persamaan matematis sebagai berikut :
Δ KKL = KKLdp – KKLtp
Keterangan :
Δ KKL = Perubahan persepsi dan sikap masyarakat penambang timah (%),
KKLdp = Persepsi dan sikap masyarakat penambang timah dengan adanya proyek (%),
KKLtp = Persepsi dan sikap masyarakat tanpa proyek (%).

n)Gangguan Kesehatan Masyarakat


Dampak terhadap kesehatan masyarakat adalah dampak sekunder dari
meningkatnya partikel debu (TSP) di udara ambien sekitar pemukiman penduduk dan
adanya lubang bekas galian yang tergenang air yang menjadi tempat perindukan vektor
penyakit. Bertambahnya tempat perindukan vektor penyakit ini dapat meningkatkan
resiko potensi terjadinya penyakit endemik. Prakiraan besaran dampaknya ditentukan
oleh perubahan parameter dan/atau komponen lingkungan penyebab dampak.
Untuk memprakirakan besaran terjadinya gangguan kesehatan masyarakat dapat
diketahui dari selisih besarnya nilai :
Perubahan Prevalence Ratio (PR) penyakit akibat adanya kegiatan, dipergunakan
rumus:
Δ PR = PRdp – PRtp
Keterangan :
Δ PR = Perubahan nilai Prevalence Ratio.
PRdp = Nilai Prevalence Ratiodengan adanya proyek
PRtp = Nilai Prevalence Ratio tanpa proyek.
Perubahan Incidence Rate (IR) penyakit akibat adanya kegiatan, dipergunakan rumus :
Δ IR = IRdp – IRtp
Keterangan :
Δ IR = Perubahan nilai Incidence Rate.
IRdp = Nilai Incidence Rate dengan adanya proyek
IRtp = Nilai Incidence Rate tanpa proyek

2)Metode Non-Formal
Ketika data kuantitatif yang bersifat spesifik lokasi tidak tersedia untuk keperluan
prakiraan besaran dampak secara formal, maka dalam studi AMDAL ini akan dilakukan
prakiraan besaran dampak secara non-formal. Metode yang akan digunakan adalah :
a)Analogi
Dalam model ini, prakiraan besaran dampak rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir kuarsa ditempuh melalui analogi atas fenomena aktivitas/jenis
kegiatan yang serupa di lokasi lain. Dengan catatan bahwa kondisi lingkungan dari
aktivitas serupa mempunyai kemiripan dengan kondisi lingkungan proyek. Pendekatan
ini dapat digunakan dalam rangka prakiraan besaran dampak terutama untuk komponen
sosekbud dan kesmas.
b)Penilaian Para Ahli

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-38


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Dalam metode ini, prakiraan besaran dampak dilakukan berdasarkan


pengetahuan dan kemampuan professional dari tim pakar yang terlibat dalam
penyusunan AMDAL.
2. Penentuan Sifat Penting Dampak
a. Kriteria Dampak Penting
Penilaian ada/tidaknya dampak penting didasarkan pada pedoman dampak penting
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan, yaitu :
1) Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
2) Luas wilayah penyebaran dampak;
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
4) Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
5) Sifat kumulatif dampak;
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
7) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Uraian penjelasan dari masing-masing kriteria sebagaimana disebutkan diatas adalah
sebagai berikut :
1)Jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria jumlah manusia terkena dampak dikatakan sebagai dampak penting (P)
apabila terdapat > 25% manusia yang terkena dampak dan tidak mendapatkan
manfaat dari proyek.
2)Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria luas wilayah persebaran dampak dikatagorikan menjadi dampak penting
(P) apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya
dalam luasan 0,25 di wilayah studi pemanfaatan ruang cukup beragam sehingga
dampaknya sudah mengenai banyak komponen lingkungan
3)Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung  dikategorikan sebagai dampak
penting (P) apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas
baku mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
4)Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak dikatagorikan menjadi
kriteria penting (P) apabila ada komponen lain yang terkena dampak (sekunder,
tersier dst).
5)Sifat kumulatif dampak
Dikatagorikan penting (P) apabila dampak yang diprakirakan terjadi akan
mengalami penumpukan (terakumulasi) dalam satu ruang tertentu, dan dampak
lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek saling memperkuat.
6)Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-39


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Dikatagorikan penting (P) apabila dampak yang diprakirakan terjadi tidak dapat
pulih kembali (tidak berbalik) seperti kondisi semula, baik dipulihkan kembali
oleh alam maupun dengan intervensi manusia.
7)Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi .
Berdasarkan kriteria penting dampak diatas maka dibuat penggolongan sifat
kepentingan dampak yang akan terjadi pada akibat rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir kuarsa sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.24. Kriteria Sifat Penting Dampak
No. Bobot Dampak Kriteria
1. TIDAK PENTING ▪Jika ke 7 (tujuh) kriteria pedoman mengenai ukuran dampak penting
adalah bersifat Tidak Penting, atau
▪Jika hanya 1 (satu) dari 7 (tujuh) kriteria selain Jumlah Manusia
Yang Terkena Dampak bersifat Penting.
2. PENTING ▪Jika ≥ 1 (satu) dari 7 (tujuh) kriteria Jumlah Manusia Yang
Terkena Dampak bersifat Penting.

b. Baku Mutu Lingkungan Hidup


Prakiraan tingkat kepentingan dampak yang akan terjadi terhadap komponen
lingkungan hidup juga dilakukan dengan menggunakan baku mutu atau kriteria standar mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Baku mutu lingkungan hidup ini merupakan nilai standar yang sudah dibakukan dan
diterima secara luas. Metode ini umumnya dilakukan dengan cara membandingkan nilai
parameter komponen lingkungan hidup terhadap nilai baku mutu yang telah ditetapkan.
Beberapa standar dan kriteria baku mutu yang akan digunakan untuk membandingkan dampak
penting dalam studi AMDAL penambangan pasir kuarsa PT. Bintang Delapan Enam
diantaranya adalah kualitas udara ambien dan kualitas air permukaan. Baku mutu lingkungan
hidup untuk parameter kualitas udara ambien mengacu kepada Lampiran Peraturan Pemerintah
RI No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Sedangkan baku mutu
lingkungan hidup untuk parameter kualitas air permukaan mengacu kepada Peraturan
Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, atau Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung No. 4 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Dalam Wilayah Kepulauan Provinsi Bangka Belitung.
Tabel 3.25. Baku Mutu Kualitas Udara Ambien
No. Parameter Satuan Pengumpulan Data Baku Mutu *)
1. Karbon Monoksida µg/Nm3 Sampling 1 jam 30.000
2. Nitrogen Dioksida µg/Nm3 Sampling 1 jam 400
3. Sulfur Dioksida µg/Nm3 Sampling 1 jam 900
3
4. Partikel Debu (TSP) µg/Nm Sampling 24 jam 230
5. Hidro Karbon (HC) µg/Nm3 Sampling 3 jam 160
3
6. Timah Hitam (Pb) µg/Nm Sampling 24 jam 2
Keterangan : *) = Mengacu pada Lampiran Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien
Nasional.

Tabel 3.26. Baku Mutu Kualitas Air Permukaan


Baku Mutu *)
No Parameter Satuan
I II II IV
I. Fisika
1. Temperatur o
C 3 3 3 5
2. Residu Terlarut (TDS) mg/l 1000 1000 1000 2000
3. Residu Tersuspensi (TSS) mg/l 50 50 400 400

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-40


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Baku Mutu *)
No Parameter Satuan
II. Kimia
4. pH - 6–9
5. BOD5 mg/l 2 3 6 12
6. COD mg/l 10 25 50 100
7. Oksigen terlarut (DO) mg/l 6 4 3 0
8. Total Fosfat (P) mg/l 0,2 0,2 1 5
9. Nitrat (NO3-N) mg/l 0,06 0,06 0,06 -
10. Arsen (As) mg/l 0,05 1 1 1
11. Kobalt (Co) mg/l 0,2 0,2 0,2 0,2
12. Barium (Ba) mg/l 1 - - -
13. Boron (B) mg/l 1 1 1 1
14. Selenium (Se) mg/l 0,01 0,05 0,05 0,05
15. Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01
16. Kromium 6 (Cr6+) mg/l 0,05 0,05 0,05 1
17. Tembaga (Cu) mg/l 0,02 0,02 0,02 0,2
18. Besi terlarut (Fe) mg/l 0,3 - - -
19. Timbal (Pb) mg/l 0,03 0,03 0,03 1
20. Mangan terlarut (Mn) mg/l 0,1 - - -
21. Seng (Zn) mg/l 0,05 0,05 0,05 2
22. Minyak dan Lemak mg/l 1,0 1,0 1,0 1,0
Keterangan : *) = Mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

c. Pertimbangan Ilmiah
Beberapa penilaian kepentingan dampak dapat diukur dengan berdasarkan pada
pertimbangan ilmiah, seperti:

- Kriteria tingkat kualitas tanah yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor (1995).
C. METODE EVALUASI DAMPAK PENTING
Evaluasi dampak penting adalah telaahan secara totalitas terhadap berbagai dampak
penting sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga
dapat diketahui sejauh mana perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang
bersifat negatif. Metode yang akan digunakan untuk mengevaluasi arah dan kecenderungan
seluruh dampak-dampak penting dari usaha/kegiatan penambangan pasir kuarsa PT. Bintang
Delapan Enam adalah metode kombinasi checklist dan matriks. Pemilihan metode kombinasi
tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa evaluasi dampak penting harus bersifat fleksibel
dan mampu mengakomodir keragaman jenis data dan satuan komponen lingkungan yang
dievaluasi.
Metode evaluasi checklist yang dipilih adalah sebagaimana diperkenalkan Battelle dan
Columbus, yaitu metode checklist penskalaan dan pembobotan dengan menyusun indeks
kualitas lingkungan (EQI, Environmental Quality Index). Berdasarkan metode ini, terhadap
setiap parameter lingkungan dari hasil prakiraan dampak, baik dengan adanya proyek maupun
tanpa proyek, kemudian ditentukan indeks kualitas lingkungannya. Indeks kualitas lingkungan
tersebut dibuat dalam nilai rentang antara 0 – 100%, sedangkan nilai bobotnya dalam bentuk
PIU (Parameter Importance Unit) yang rentangannya antara 0,0-1,0. Melalui penyusunan indeks
kualitas lingkungan ini maka diharapkan setiap jenis dampak penting akan memiliki suatu nilai
satuan yang relatif sama sehingga operasi matematis dapat dilakukan.
Nilai indeks kualitas lingkungan (EQI) yang diperoleh tersebut diatas kemudian
dimasukkan kedalam sebuah matriks (matriks analisis pengelolaan kualitas lingkungan, matriks
APKL) untuk mengevaluasi arah dan kecenderungan seluruh dampak-dampak penting.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-41


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Penerapan matriks Analisis Pengelolaan Lingkungan (APKL) dalam evaluasi dampak


ini dilakukan melalui langkah-langkah yang dimulai dari penyusunan besarnya skala prioritas
pengelolaan (skala prioritas pengelolaan dengan cara delphy atau disesuaikan dengan
kebijaksanaan pemerintah dalam Rencana Tata Ruang Wilayah). Langkah berikutnya,
melakukan penghitungan indeks kualitas lingkungan dari parameter yang diprakirakan akan
terkena dampak (EQdp dan EQtp dari hasil prakiraan dampak penting), mengubah nilai indeks
kualitas parameter dari bentuk persen menjadi skala indeks. Lebih lanjut dilakukan pengisian
skala yang cocok ke dalam matriks Analisis Pengelolaan Kualitas Lingkungan Hidup (APKL),
dan kemudian dilakukan perhitungan dan atau operasi matematis pada baris dan kolom matriks
untuk menentukan arah dan kecenderungan seluruh dampak-dampak penting dari kegiatan.
Selanjutnya, untuk mengevaluasi keterkaitan dan interaksi berbagai dampak penting
bagan alir. Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak penting tersebut
kemudian dapat ditentukan bentuk hubungan keterkaitan dan interaksi dampak penting pada
ruang dan waktu yang sama, komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang paling
banyak menimbulkan dampak lingkungan, dan bagian wilayah studi yang mengalami paparan
dampak sehingga perlu mendapat perhatian penting.
Dengan demikian akan diperoleh gambaran tentang hubungan sebab-akibat antara
komponen kegiatan dengan dampak besar dan penting, serta hubungan antar dampak besar dan
penting. Selain kegiatan penambangan pasir kuarsa yang akan dievaluasi sebagai sumber
dampaknya, kegiatan lain di luar rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut yang mempengaruhi
dampak-dampak tersebut juga menjadi pertimbangan tersendiri. Purna dari evaluasi dampak ini
diharapkan mampu memberikan kajian secara cermat dan mendalam terhadap dampak primer
(positif/negatif) dan dampak sekunder (positif/negatif) dari komponen lingkungan dan sumber
dampak penting dari komponen rencana kegiatan.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-42


ANDAL
PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

Tabel 3.27. Matriks Analisis Pengelolaan Kualitas Lingkungan Hidup (APKL)


Rona Awal Tahapan Kegiatan % Selisih

PrioritasSelisih Skala
Nilai Maksimum

Thd Nilai Maks.


Skala Prioritas

Dalam Prosen

Dalam Prosen
Dalam Skala

Dalam Skala
Jumlah 1-15
Dampak Penting
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Keterangan

KOMPONEN FISIK-KIMIA Nilai Maksimum = 5


Penurunan Kualitas Udara
Peningkatan Run-off & Sedimentasi
Penurunan Kualitas Air Permukaan Skala Kualitas Lingkungan
Perubahan Bentang Lahan
Penurunan Produktivitas Lahan 00 - 20% = 1 (Buruk)
KOMPONEN BIOLOGI 21 - 40% = 2 (Agak Buruk)
Penurunan Populasi Vegetasi 41 - 60% = 3 (Sedang)
Penurunan Kualitas Habitat & Migrasi Satwa 61 - 80% = 4 (Baik)
Biota Perairan 81 -100% = 5 (Baik Sekali)
KOMPONEN SOSEKBUD
Peningkatan Kesempatan Kerja & Usaha
Peningkatan Perekonomian Lokal Kategori Perubahan Skala :
Perubahan Perspsi dan Sikap Masyarakat 1 = Sangat Kecil
Konflik Kepentingan Lahan 2 = Kecil
KOMPONEN KESEHATAN 3 = Besar
Gangguan Kesehatan Masyarakat 4 = Sangat Besar
Rerata +/- = Sifat Dampak
Jumlah
Nilai Maksimum
% Thd Maksimum
%
Selisih Keadaan
Skala
Keterangan Tahap Kegiatan :
1
Perizinan 6. Mobilisasi Peralatan dan Material 11. Operasional Workshop & Genset
.
2
Studi Teknis (Kajian Proyek & DED) 7. Pembangunan Sarana Prasrana Pendukung Tambang 12. Corporate Social Responsibility (CSR)
.
3
Sosialisasi kegiatan 8. Penyiapan Lahan 13. Reklamasi Lahan
.
4
Pembebasan Lahan 9. Penambangan Pasir Kuarsa 14. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
.

KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 3-45


PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

5 10
Mobilisasi Tenaga Kerja Pencucian Hasil Tambang 15. Penutupan Tambang
. .

KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa III-46


PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

1. Perumusan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak serta rekomendasi
alternatif pengelolaan pada evaluasi dampak, selanjutnya dibuat perumusan terhadap
pengelolaan lingkungan hidup. Perumusan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan dengan
telaahan atas berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan sebagai arahan pengelolaan dampak
lingkungan, baik berupa ketersediaan pilihan pengelolaan terbaik (best available technology),
kondisi kemampuan pemrakarsa untuk melakukan pengelolaan terbaik (best achievable
technology) dan kesesuaian pilihan pengelolaan dengan kondisi lingkungan hidup di wilayah
studi.
Perumusan arahan pengelolaan dilakukan terhadap seluruh komponen tahap kegiatan
yang menimbulkan dampak penting, baik komponen kegiatan yang paling banyak memberikan
dampak turunan (dampak yang bersifat strategis) maupun komponen kegiatan yang tidak
banyak memberikan dampak turunan. Arahan pemantauan dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi penaatan
(compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis (critical level) dari suatu pengelolaan
lingkungan hidup. Arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tersebut kemudian
menjadi dasar bagi penyusunan Dokumen RKL-RPL yang lebih detail dan bersifat operasional.
Pengelolaan terhadap dampak penting yang terjadi pada rencana usaha dan/atau
kegiatan penambangan pasir kuarsasecara keseluruhan mengarah pada pencegahan,
penanggulangan dan penurunan dampak negatif dan mengembangkan dampak positif. Rencana
pengelolaan lingkungan disusun dengan menggunakan 3 (tiga) pendekatan rasional, yaitu : 1)
pendekatan teknologi; 2) pendekatan sosial ekonomi; dan 3) pendekatan institusi/kelembagaan.
2. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan Hidup
Berdasarkan hasil telahaan keterkaitan dan interaksi dampak lingkungan/dampak
penting, alternatif pengelolaan, serta perumusan arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, kemudian dibuat kesimpulan tentang pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas
rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa dengan mempertimbangkan kriteria
kelayakan antara lain sebagai berikut:
a. Rencana tata ruang daerah dan/atau nasional yang berlaku saat ini.
b. Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya
alam yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
c. Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek biogeofisik
kimia, sosial, ekonomi, budaya, tataruang, dan kesehatan masyarakat pada tahap
prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi rencana usaha dan/atau kegiatan
penambangan pasir kuarsa.
d. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak pentingsebagai sebuah kesatuan
yang saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui pertimbangan dampak
pentingyang bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
e. Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggungjawab dalam
menanggulanggi dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari rencana usaha
dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa yang direncanakan dengan pendekatan
teknologi, sosial, dan kelembagaan.
f. Rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa tidak mengganggu nilai-
nilaisosial atau pandangan masyarakat (emic view).

KA – ANDAL Penambangan Pasir Kuarsa 3-46


PT. Bintang Delapan Enam Metode Studi

g. Rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa tidak akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu entitas ekologis yang merupakan :
1) entitas dan/atau spesies kunci (key species);
2) memiliki nilai penting secara ekologis (ecological importance);
3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance);dan/atau
4) memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance).
h. Rencana usaha dan/atau kegiatan penambangan pasir kuarsa tidak menimbulkan gangguan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha
dan/atau kegiatan.
i. Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dimaksud.

KA – Penambangan Pasir Kuarsa III-47


ANDAL

Anda mungkin juga menyukai