Disusun Oleh :
1. Nabila Refriza Azzahra
2. Salsabila Amirah Colin
3. Siska Herawati
4. Tata Enida Fitri
1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui ketepatan swamedikasi pada penyakit maag di masyarakat
Kabupaten Pacitan.
2. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan ketepatan tindakan
swamedikasi penyakit maag di masyarakat Kabupaten Pacitan.
3. Mengetahui hubungan tindakan swamedikasi penyakit maag dengan
kerasionalan swamedikasi penyakit maag di masyarakat Kabupaten Pacitan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1 Swamedikasi
Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan
obat modern, herbal maupun tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi
penyakit atau gejala penyakit (Hermawati, 2012). Swamedikasi juga didefinisikan
sebagai penggunaan obat oleh pasien atas keinginan sendiri tanpa konsultasi
petugas medis. Swamedikasi harus dilakukan dengan tepat dan terkontrol karena
banyak permasalahan terkait swamedikasi seperti meningkatnya angka resistensi
pada penggunaan antibotik (Verma, 2010).
Masyarakat melakukan swamedikasi karena berdasarkan pemikiran bahwa
dengan melakukan pengobatan sendiri sudah cukup untuk mengatasi gejala
penyakit tanpa melibatkan tenaga medis (Hermawati, 2012).
Sedangkan menurut The International Pharmaceutical Federation(FIP)
swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan penggunaan obat-obatan tanpa
resep oleh seorang individu atas inisiatifnya sendiri tanpa konsultasi dari petugas
medis (Nita et.al, 2008).
Persentase swamedikasi di Indonesia masih jauh lebih rendah
dibandingkan dengan swamedikasi di negara lain seperti Amerika Serikat yang
mencapai angka 73%. Angka ini bahkan cenderung akan semakin meningkat
karena enam dari sepuluh orang di Amerika mengatakan bahwa mereka akan
melakukan swamedikasi di masa yang akan datang (Hermawati, 2012).
Dalam fenomena swamedikasi, peresepan sendiri (termasuk pembelian obat
tanpa resep) ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, perkembangan teknologi
informasi, dengan semakin berkembangnya teknologi, masyarakat menjadi lebih
mudah dalam mengakses informasi, termasuk di dalamnya informasi
mengenai kesehatan. Masyarakat jadi lebih terbuka dengan adanya informasi di
Internet mengenai pengobatan, termasuk juga pengobatan alternatif. Masyarakat jadi
lebih berani untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya
berdasarkan aneka informasi yang didapatkan melalui internet (Kartajaya, et a.,
2011).
Swamedikasi yang dilakukan secara tidak tepat dapat menimbulkan
kesalahan dalam penggunaan maupun pemilihan obat serta kurangnya kontrol
pada pelaksanaannya. Selain itu swamedikasi yang tidak tepat juga berdampak
buruk bagi kesehatan seperti reaksi obat yang tidak di inginkan, perpanjangan
masa sakit, reaksi kontraindikasi, dan ketergantungan obat (Hermawati, 2012).
A. Swamedikasi pada penyakit maag
Selain dengan obat, penderita maag juga harus memperhatikan cara untuk
mencegah maag tersebut kambuh kembali. Tindakan yang dapat meringankan
atau mencegah penyakit maag kambuh kembali diantaranya :
1)Membiasakan makan makanan sehat dengan jadwal teratur.
2)Makan sedikit, tetapi sering.
3)Berhenti merokok, mengurangi kopi, teh, alkohol, makanan pedas, dan
asam (Djunarko & Yosephine, 2011).
Antasida
Antasida adalah senyawa yang memiliki kemampuan menetralkan asam
lambung atau mengikatnya. Manfaat dari antasida adalah mengobati saluran
cerna. Antasida dapat juga meringankan gejala-gejala yang muncul pada penyakit
dispepsia tukak maupun non tukak, serta pada penyakit gastroesofageal tanpa
erosi (Depkes RI, 2008).
Antasida sebaiknya tidak diberikan bersama-sama dengan obat lain karena
dapat menggangu absorpsi dari obat lain. Selain itu antasida juga dapat
merusak salut enterik yang dirancang untuk pelarutan obat dalam lambung
(Depkes RI, 2008).
Ada beberapa penggolongan antasida, diantaranya :
Antagonis Reseptor H2
Antagonis reseptor H2 mengatasi tukak lambung dan duodenum dengan
cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat dari penghambatan reseptor
histamin-H2 (Ioni, 2008). Terapi antagonis reseptor -H2 dapat membantu proses
penyembuhan tukak yang disebabkan oleh AINS terutama duodenum (Depkes RI,
2008).
Penggunaan antagonis reseptor H2 pada hematemesis dan melena tidak
memberikan manfaat, namun pada penggunaan profilaksis dapat mengurangi
frekuensi pendarahan dan erosi gastroendoduodenum (Depkes RI,2008).
A. Kegunaan obat
Semua obat antasida mempunyai fungsi untuk mengurangi gejala yang
berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, gastritis, tukak
usus dua belas jari, dengan gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan
perasaan penuh pada lambung.
.Keterangan Empiris
Penyakit maag merupakan penyakit ringan yang sering diderita oleh
masyarakat Kabupaten Pacitan. Sebagian besar masyarakat memilih untuk
melakukan pengobatan sendiri untuk mengatasi penyakit yang dianggap ringan
seperti penyakit maag. Tentunya dalam swamedikasi diperlukan ketepatan dalam
pengobatan. Menurut Lestari (2014), penelitian yangdilakukan pada mahasiswa
bidang kesehatan di Universitas MuhammadiyahSurakarta (UMS) menunjukkan rata-
rata nilai tingkat pengetahuan pada mahasiswa bidang kesehatan di UMS
memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik sebesar 7,45 ± 0,99, rata-rata
nilai ketepatan tindakan swamedikasi dalam kategori cukup sebesar 6,49 ± 1,72
dan kerasionalan penggunaan obat maag sebesar 77,59% yaitu sebanyak
270 responden dari 348 responden rasional dalam memilih obat maag.
Data yang telah diperoleh dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada responden mahasiswa,
penelitian ini dilakukan pada respondenyang merupakan masyarakat umum
dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda.Dilihat dari segi sasaran penelitian,
hasil yang didapatkan tentunya memberikan gambaran yang berbeda dari
penelitian sebelumnya, sehingga data yang telah didapatkan dari penelitian
sebelumnya dapat dijadikan perbandingan pada penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran ketepatan
swamedikasi pada penyakit maag meliputi ketepatan tindakan swamedikasi,
ketepatan penggunaan obat, tingkat pengetahuan dan kerasionalan penggunaan
obat pada penyakit maag di masyarakat Kabupaten Pacitan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat modern, herbal maupun
tradisional oleh seorang individu untuk mengatasi penyakit atau gejala
penyakit . Swamedikasi juga didefinisikan sebagai penggunaan obat oleh pasien
atas keinginan sendiri tanpa konsultasi petugas medis. Swamedikasi harus
dilakukan dengan tepat dan terkontrol karena banyak permasalahan terkait
swamedikasi seperti meningkatnya angka resistensi pada penggunaan
antibotik .Dalam swamedikasi diperlukan ketepatan dalam pemilihan obat dan dosis
pemberian. Selain itu dalam swamedikasi harus memenuhi kriteria
penggunaan obat yang rasional (Hermawati, 2012).
Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas yang sesuai dengan aturan
dan kondisi pasien penderita akan mendukung upaya penggunaan obat yang
rasional. Kerasionalan penggunaan obat terdiri dari beberapa aspek,
diantaranya:
Tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, waspada efek samping.
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan sendiri. Dalam
penatalaksanaan swamedikasi, masyarakat memerlukan pedoman yang terpadu agar
tidak terjadi kesalahan pengobatan .Apoteker sebagai salah satu profesi kesehatan
sudah seharusnyaberperan sebagai pemberiinformasi khususnya untuk obat-obat yang
digunakan dalam swamedikasi.Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas
dan bebas terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri .