Anda di halaman 1dari 35

Laporan Progress Digitasi

Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang Dalam Aplikasi Sistem Informasi Perencanaan

Disusun Oleh:
Ayuli Serlia – 03311740000007
Dani Ilham Z – 03311740000070
Arsie Mielarich – 03311740000088
Kelas:
Sistem Informasi Perencanaan – A
Dosen Pengampu:
Cherie Bhekti Pribadi, ST., MT.

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT sehingga penulisan laporan mata
kuliah Sistem Informasi Perencanaan mengenai Proses Digitasi Kelurahan Tunjungsekar untuk
Aplikasi Sistem Informasi Perencanaan dapat diselesaikan.
Terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis bermaksud mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Cherie Bekti Pribadi, ST., MT. selaku dosen pengampu sekaligus dosen responsi
mata kuliah Sistem Informasi Perencanaan
2. Teman-teman sekelas dalam mata kuliah Sistem Informasi Perencanaan serta teman-
teman angkatan 2017 yang telah memberi banyak referensi bagi penulis dalam
menyelesaikan laporan ini
3. Dan kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan ini, tetapi penulis tetap
berharap laporan ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca. Demi kemajuan penulis,
penulis juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik atau saran yang berguna. Terima
kasih.

Surabaya, 16 November 2020


Penulis

|i| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II STUDI LITERATUR .................................................................................................... 3
2.1 Konsep Dasar Perencanaan .............................................................................................. 3
2.1.1 Perencanaan Tata Ruang ......................................................................................... 3
2.1.2 Manfaat Perencanaan Tata Ruang ........................................................................... 7
2.2 Kondisi Eksisting Kota Malang ....................................................................................... 8
2.2.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah ........................................................................ 8
2.2.2 Wilayah Administratif ............................................................................................. 8
2.2.3 Jumlah, Kepadatan Penduduk, dan Rasio Jenis Kelamin ...................................... 10
2.2.4 Penggunaan Lahan................................................................................................. 12
2.2.5 Kondisi Sosial........................................................................................................ 14
2.2.6 Transportasi ........................................................................................................... 16
2.2.7 Pariwisata .............................................................................................................. 17
2.2.7 Kebencanaan.......................................................................................................... 18
2.3 Permasalahan Tata Ruang Kota Malang ........................................................................ 22
2.3.1 Subsektor Persampahan ......................................................................................... 22
2.3.2 Subsektor Sanitasi Perkotaan ................................................................................ 23
2.3.3 Subsektor Permasalahan Genangan di Wilayah Kota ........................................... 23
BAB III METODOLOGI ......................................................................................................... 27
3.1 Area Studi ....................................................................................................................... 27
BAB IV HASIL DIGITASI ..................................................................................................... 30
4.1 Hasil Digitasi .................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 32

| ii | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penataan ruang merupakan suatu aspek yang sangat identik dalam perencanaan
wilayah. Menyadari hal ini, Republik Indonesia pun mengeluarkan Undang-Undang 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang membahas secara rinci mengenai aspek
penataan ruang untuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun beberapa
faktor yang mendukung pentingnya penataan ruang di antaranya adalah:
i) Ruang yang tersedia terbatas dan dibutuhkan oleh banyak pihak sehingga
pengaturan menjadi keniscayaan untuk mencegah terjadinya konflik di antara
pihak pemanfaat ruang;
ii) Penataan mengandung makna terjadinya optimalisasi pemanfaatan ruang
sehinga dengan demikian berdampak pada meningkatnya pertumbuhan
ekonomi dan meratanya kesejahteraan penduduk;
iii) Mencegah terjadinya pemanfaatan ruang yang berlebihan yang berdampak
pada kerusakan lingkungan;
iv) Secara implisit, langkah penataan ruang berarti juga keterlibatan masyarakat
dalam prosesnya yang berarti dukungan terhadap perkembangan demokrasi
dan partisipasi masyarakat;
v) Penataan ruang yang ideal menjamin terpenuhinya hak konstitusional
penduduk dan penghidupannya;
vi) Dalam Undang-Undang Penataan Ruang diklaim bahwa penataan ruang dapat
mendukung keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dengan mempertimbangkan faktor di atas, penataan ruang menjadi suatu hal yang
lazim dan sudah seharusnya dilaksanakan. Penataan ruang dilakukan dari tingkat terendah
dari bagian wilayah Republik Indonesia, dalam hal ini adalah Kota Malang. Menyadari
semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk Kota Malang yang tidak linier dengan luas
wilayah, dibutuhkan perencanaan ruang yang sedemikian rupa untuk dapat
mengakomodasi kebutuhan masyarakat semaksimal mungkin. Oleh sebab itu, dalam
mengupayakan hal ini semaksimal mungkin, dilakukan penataan ruang dengan
menyesuaikan kondisi eksisting dari Kota Malang sendiri dengan turut
mempertimbangkan sejumlah subsektor yang selama ini menjadi permasalahan yang
menghambat pertumbuhan Kota Malang.
Tahapan awal dari proses penataan ruang adalah proses perencanaan ruang. Pada
proses ini, dibutuhkan berbagai jenis data dasar yang dijadikan acuan dalam perencanaan
ruang, baik yang bersifat spasial maupun nonspasial. Data bersifat keruangan (data spasial)
yang umum digunakan adalah citra satelit resolusi tinggi yang dapat mendukung proses
perencanaan tata ruang. Sementara itu, data pendukung bersifat nonkeruangan (data
nonspasial) yang paling umum digunakan adalah data yang disediakan oleh institusi

|1| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

statistik setempat yang berwenang, yaknik Badan Pusat Statistik Kota Malang, untuk tahun
2020.
Data dasar berupa data spasial ini dijadikan sebagai referensi dalam proses digitasi
wilayah studi untuk dapat dianalisis lebih lanjut. Hal ini dikarenakan analisis
menggunakan data vektor (hasil digitasi) akan lebih mudah dilakukan, dibandingkan jika
dilakukan analisis hanya bergantung pada data raster belaka. Data vektor hasil digitasi ini
selanjutnya dijadikan sebagai acuan data eksisting kondisi Kota Malang terkini yang akan
dibandingkan dengan data Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kota Malang 2010-
2030 untuk mengalisis apakah arah penataan ruang yang ada sudah sesuai atau belum
dengan perencanaan yang telah dibuat oleh institusi yang berwenang. Dikarenakan
keterbatasan jumlah anggota kelompok penulis, proses digitasi ini dibatasi untuk wilayah
Kelurahan Tunjungsekar, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat pembuatan laporan ini di antaranya adalah:
1. Memberikan pemaparan terkait aspek konsep perencanaan, kondisi eksisting Kota
Malang, dan permasalahan tata ruang Kota Malang yang akan dijadikan landasan
dalam perencanaan tata ruang Kota Malang sesuai dengan kaidah yang sudah
ditentukan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
2. Memberikan pemaparan mengenai proses digitasi data eksisting Kota Malang, yakni
untuk wilayah Kelurahan Tunjungsekar, untuk keperluan proses perencanaan tata
ruang Kota Malang untuk wilayah Kelurahan Tunjungsekar.

|2| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 Konsep Dasar Perencanaan


Konsep dasar perencanaan mencakup tiga aspek berikut:
a. Optimalisasi (Optimalization)
Optimalisasi adalah prosedur untuk memilih opsi “yang palng cocok” dari
berbagai alternatif yang ada dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
semaksimal mungkin menurut proporsi atau sesuai dengan sumber daya yang langka.
b. Rencana (Plan)
Rencana mengacu kepada dokumen yang berasal dari suatu tindakan
perencanaan. Adapun pada dokumen tercantum sejumlah aspek berikut:
1. Analisis dinamis mengenai situasi dan kondisi
2. Penetapan tujuan, sasaran, atau target yang harus dicapai
3. Uraian tentang proyek dan program tindakan yang harus dijalankan untuk
mencapai tujuan/target dengan menyebutkan sarana yang digunakan,
tempat/lokasi, waktu, cara/metode, serta siapa pelaksananya (stakeholder).
c. Perencanaan (Planning)
Perencaan mengacu kepada suatu proses yang meliputi:
1. Perumusan tujuan
2. Inventarisasi, penelitian, dan survei
3. Penyusunan rencana
4. Evaluasi/penilaian unsur atau komponen proses perencanaan
5. Perumusan program pembangunan dan pengembangan
2.1.1 Perencanaan Tata Ruang
a. Definisi Ruang
Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai suatu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan,
dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Sementara itu, menurut D.A.Tisnaamidjaja memaknai ruang sebagai wujud
fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi
manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas hidup
yang layak.
b. Definisi Tata Ruang
Tata ruang adalah wujud dari struktur dan pola ruang. Adapun berdasarkan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, definisi dari kedua aspek ini adalah
sebagai berikut:
1. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan

|3| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan


fungsional.
2. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk
fungsi budidaya.

Gambar 1 Visualisasi Ruang (Umum)

Gambar 2 Visualisasi Ruang (Rinci)

c. Definisi Penataan Ruang dan Perencanaan Tata Ruang (Spatial Planning)


Secara resmi di Indonesia, perencanaan tata ruang merupakan bagian dari
proses penataan ruang. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Adapun
ketiga aspek ini berdasarkan ketentuan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
2. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
3. Pengedalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang.

|4| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Di lain pihak, dari berbagai literatur, perencanaan tata ruang (spatial


planning) dimaknai secara beragam, di antaranya:
1. Definisi awal oleh European Regional/Spatial Planning Charter
(Torremolinos Charter) yang Diadopsi oleh Konferensi Menteri Eropa
yang Bertanggung Jawab Atas Regional Planning (CEMAT)
Perencanaan tata ruang memberikan ekspresi geografis terhadap kebijakan-
kebijakan ekonomi, sosial, budaya, dan ekologis. Perencanaan tata ruang
juga merupakan sebuah ilmu ilmiah, teknik administras, dan kebijakan yang
dikembangkan sebagai pendekatan lengkap antarilmu yang mengarah pada
sebuah keteraturan ruang (European Regional/Spatial Planning Charter,
1983).
2. Definisi Oleh Cullingworth dan Nadin (2006)
Perencanaan tata ruang adalah kegiatan mengkoordinasikan atau
memadukan dimensi ruang dari kebijakan sektor melalui strategi berbasis
wilayah, dengan mengembangkan koordinasi yang lebih baik di antara sektor
yang setingkat, di antara berbagai tingkatan pemerintahan, dan berbagai
tingkatan pemerintahan yang setingkat.
3. Definisi Oleh Mark Tewdwr-Jones, Richard Hamilton Williams (2001)
Perencanaan tata ruang adalah beragam organisasi publik, mekanisme
kebijakan, dan proses kelembagaan pada berbagai tingkatan pemerintahan
yang secara bersama mempengaruhi alokasi dan pemanfaatan ruang masa
mendatang.
4. Definisi Oleh Ministry of Agriculture and Land Affairs dalam White Paper
on Spatial Planning and Land Use Management (2001)
Perencanaan tata ruang adalah upaya mengalokasikan beragam kegiatan,
guna lahan, dan bangunan yang saling berkaitan, baik dari aspek jarak,
kedekatan, dan mempertimbangkan aspek keruangan yang mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, infrastruktur, politik, dan sosial
ekonomi.
dsb.
d. Definisi Penyelenggaraan Penataan Ruang
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
1. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum
bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
2. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat.
3. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan
ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Definisi Wilayah dan Kawasan dalam Lingkup Penataan Ruang

|5| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sistem wilayah adalah struktur
ruang atau pola ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat
wilayah.
Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya
dengan penjabaran sebagai berikut:
1. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
2. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk membudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Selain itu, berdasarkan kegiatannya, kawasan dapat dibagi menjadi beberapa
tipe, yaitu:
1. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman.
2. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.
3. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
4. Kawasan metropolitan adalah kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah
kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional
yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang
terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-
kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa.
5. Kawasan megapolitan adalah kawasan yang terbentuk dari 2 (dua) atau
lebih kawasan metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan
membentuk sebuah sistem.
Selain itu pula, kawasan dapat digolongkan menjadi beberapa jenis kawasan
strategis berdasarkan tingkatannya, yaitu:
1. Kawasan Strategis Nasional (KSN) yaitu wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional
terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,
sosial budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan
sebagai warisan dunia.

|6| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

2. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yaitu wilayah yang penataan ruangnya


diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan
sumber daya alam dan teknologi tinggi.
3. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yaitu wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi.
4. Kawasan Inti adalah kawasan di mana kegiatan utama KSP atau KSK
berada, baik yang batasnya telah maupun belum ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
5. Kawasan Penyangga adalah kawasan sekitar kawasan inti KSP atau KSK
yang mempengaruhi fungsi kawasan inti atau dipengaruhi oleh kawasan inti,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.1.2 Manfaat Perencanaan Tata Ruang
Ditinjau dari materi yang bersumber dari Economic Comission for Europe Spatial
Planning (2008), manfaat perencanaan tata ruang dapat ditinjau berdasarkan aspek-
aspek berikut:
a. Aspek Ekonomi
1. Memberikan tingkat kepercayaan dan stabilitas yang lebih baik bagi
investasi.
2. Mengidentifikasi lahan pada lokasi yang berkesesuaian untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan ekonomi.
3. Memastikan lahan bagi pembangunan pada lokasi yang tepat dikaitkan
dengan jaringan transportasi dan lokasi kerja.
4. Meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik bagi investasi dan
pembangunan.
5. Mengidentifikasi pembangunan yang memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat.
6. Membuat keputusan yang lebih efisien dan secara konsisten.
b. Aspek Sosial
1. Mempertimbangkan kebutuhan masyarakat setempat dalam pengembangan
kebijakan.
2. Memperbaiki aksesibilitas lokasi pembangunan baru.
3. Mendukung penyediaan fasilitas lokal.
4. Meningkatkan pemanfaatan kembali lahan kosong.
5. Membantu penciptaan dan pemeliharaan lingkungan yang aman, sehat dan
nyaman.
c. Aspek Lingkungan
1. Meningkatkan pemanfaatan lahan, bangunan dan infrastruktur yang
berkesesuaian.
2. Menjaga aset budaya, sejarah dan lingkungan.
3. Memperingatkan potensi risiko lingkungan (polusi, banjir).

|7| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

4. Menjaga dan memperkuat kawasan rekreasi dan warisan budaya


5. Meningkatkan akses bukan kendaraan bermotor.
6. Mendorong efisiensi energi.
2.2 Kondisi Eksisting Kota Malang
2.2.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kota Malang terletak di tengah–tengah wilayah Kabupaten Malang, secara
astronomis terletak pada posisi 112,060 -112,070 Bujur Timur, 7,060 - 8,020
Lintang Selatan.
Batas wilayah Kota Malang adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Batas Wilayah Kota Malang

Sebelah Utara Kecamatan Singosari dan Kecamatan Karangploso,


Kabupaten Malang
Sebelah Timur Kecamatan Pakis dan Kecamatan Tumpang, Kabupaten
Malang
Sebelah Selatan Kecamatan Tajinan dan Kecamatan Pakisaji, Kabupaten
Malang
Sebelah Barat Kecamatan Wagir dan Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang
2.2.2 Wilayah Administratif
Luas wilayah Kota Malang adalah sebesar 110,06 km2 yang terbagi dalam lima
kecamatan, yakni Kedungkandang, Sukun, Klojen, Blimbing, dan Lowokwaru.
Tabel 2 Data Luas Wilayah Administratif Kota Malang Per Kecamatan

Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)


Kedungkandang 39,89 36,24
Sukun 20,97 19,05
Klojen 8,83 8,02
Blimbing 17,77 16,15
Lowokwaru 22,60 20,53
Kota Malang 110,06 100,00

|8| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar 3 Peta Administrasi Kota Malang (Sumber: Kota Malang Dalam Angka
2020)

Secara menyeluruh, jumlah total desa/kelurahan yang berada di Kota Malang


terdiri dari 57 desa/kelurahan.
Tabel 3 Data Kelurahan/Desa Kota Malang

|9| TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Pada tahun 2019, Kota Malang memiliki 550 Rukun Warga (RW) dan 4.226
Rukun Tetangga (RT) sebagaimana pada tabel berikut ini:
Tabel 4 Data Jumlah Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) Kota Malang

2.2.3 Jumlah, Kepadatan Penduduk, dan Rasio Jenis Kelamin


Jumlah penduduk Kota Malang tahun 2019 menurut dinas kependudukan dan
catatan sipil Kota Malang sebanyak 927.285 orang. Angka kepadatan penduduk
Kota Malang mencapai 8.718 jiwa/km2 dengan angka pertumbuhan penduduk
mencapai 1,23% per tahun.
Penduduk Kota Malang paling banyak bertempat tinggal di Kecamatan Klojen
dengan persentase 23,73 persen dan paling sedikit di Kecamatan Sukun yaitu
sebanyak 11,98 persen. Kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Klojen
yaitu 24.921 jiwa per kilometer persegi.
Rasio jenis kelamin Kota Malang pada tahun 2019 adalah 99,62 dengan
didominasi jenis kelamin perempuan. Artinya, perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 99,62 orang laki-laki per 100
perempuan.

Gambar 4 Data Jumlah Penduduk Kota Malang Berdasarkan Kecamatan

| 10 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Tabel 5 Data Kepadatan Penduduk Kota Malang Per Kecamtan

Tabel 6 Data Rasio Jenis Kelamin Kota Malang Per Kecamatan

| 11 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

2.2.4 Penggunaan Lahan


Berikut merupakan peta penggunaan lahan dari Kota Malang:

Gambar 5 Peta Penggunaan Lahan Kota Malang

Peta tata guna lahan Kota Malang menunjukkan sebaran luas lahan yang
digunakan sebagai kawasan pemukiman, fasum-fasos, militer, perdagangan-jasa,
industri dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kawasan hijau atau RTH ditunjukan pada
bagian yang berwarna hijau dengan luas sebanyak 15% atau sebesar 848.468,5 m2
dari total luas wilayah Kota Malang. Dengan rata-rata suhu berkisar di bawah 30oC,
Kota Malang sejatinya merupakan kota terbesar penyumbang subsektor hasil
pertanian. Akan tetapi, Kota Malang lebih memprioritaskan pembangunan di sektor
riil terutama di sektor industri, perdagangan dan jasa-jasa, sedangkan sektor
pertanian cenderung tergeser oleh sektor-sektor tersebut.

Gambar 6 Diagram Penggunaan Lahan Kota Malang

| 12 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Berdasarkan diagram terlampir, bahwa dengan luas wilayah Kota Malang seluas
110,06 km2 ini, penggunaan guna lahan terbesar adalah permukiman tertata yang
seluas kurang lebih 3.966,66 Ha atau 36% dari luas wilayah Kota Malang (luas total
permukiman seluas 4558,44 Ha). Penggunaan lahan kedua terbesar adalah untuk
pertanian tanah kering/tegalan seluas 2.654,17 Ha atau 24% dari luas wilayah
sedangkan kebutuhan akan lingkungan hijau atau ruang terbuka hijau baik berupa
hutan atau taman atau pedestrian hanya sebesar 15,67 Ha.
Sebagai lokasi amatan adalah ruang terbuka hijau publik yang ada di Kota
Malang. Luas ruang terbuka hijau di Kota Malang diperkirakan masih sekitar 28
persen dari luas kota. Selain itu, proporsi antara ruang terbuka hijau privat dan rung
terbuka hijau publik masih belum seimbang.
Sejak tahun 2012, Pemerintah Kota Malang gencar melakukan revitalisasi untuk
meningkatkan luasan ruang terbuka hijau publik dan pencegahan pengalihan lahan.
Pada tahun 2013 Dinas Kebersihan dan Pertamanan (sekarang telah berganti nama
menjadi Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman) berencana menambah titik
titik taman setelah melakukan pendataan ulang terhadap ruang terbuka hijau publik
yang ada.

Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang Tahun
2010-2030, pembagian kawasan di Kota Malang terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kawasan Lindung
- Kawasan Lindung Setempat
- Ruang Terbuka Hijau (RTH)
b. Kawasan Budidaya
- Kawasan Permukiman

| 13 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

- Kawasan Perdagangan dan Jasa


- Kawasan Industri dan Pergudangan
- Kawasan Militer
- Kawasan Fasilitas Umum/Fasilitas Sosial
Terlihat pula bahwa berdasarkan peta RTRW Kota Malang, wilayah ini
didominasi oleh kawasan permukiman yang menyebar ke segala arah. Sementara itu,
kawasan perdagangan, fasum/fasos, dan jenis kawasan lainnya untukjenis kawasan
lindung budidaya cenderung berada di wilayah pusat Kota Malang. Untuk kawasan
berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) ataupun kawasan lindung setempat cenderung
berada lebih banyak di kawasan sebelah selatan dari Kota Malang.
Untuk menganalisis ketidaksesuaian pemanfaatan ruang, dilakukan penyamaan
jenis penggunaan lahan pada alokasi RTRW dengan kondisi eksisting. Penyamaan
tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengetahui apakah pemanfaatan ruang saat
ini sesuai (konsisten) atau tidak sesusai (inkonsisten) dengan alokasi ruang RTRW.
2.2.5 Kondisi Sosial
a. Aspek Pendidikan
Kota Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, kota
ini juga dikenal sebagai kota pendidikan, karena banyaknya fasilitas pendidikan
yang Tersedia dari mulai tingkat Taman Kanak-kanak, SD sampai Pendidikan
Tinggi dan jenis pendidikan nonformal seperti kursus bahasa asing dan kursus
komputer, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
b. Aspek Tingkat Kemiskinan dan Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks
Keparahan Kemiskinan
Salah satu indikator penting dalam indeks pembangunan manusia adalah
berkurangnya kesenjangan sosial dalam sebuah interaksi masyarakat.
Kesenjangan kesenjangan sosial tersebut bisa disebakan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah tingkat kemiskinan yang ada di suatu daerah. Berikut
merupakan tabel terkait tingkat kemiskinan penduduk di Kota Malang yang
menurun setiap tahunnya:
Tabel 7 Data Tingkat Kemiskinan Kota Malang

| 14 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Tabel 8 Data Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan


Kemiskinan Kota Malang

c. Aspek Ekonomi
Salah satu pilar utama penopang ekonomi Kota Malang adalah sektor/kategori
perdagangan. Jumlah sarana perdagangan di Kota Malang sebanyak 17.047 unit
yang terdiri dari 26 unit pasar dan 17.021 toko/kios/warung. Jumlah pasar paling
banyak di Kecamatan Klojen yaitu sebanyak 14 unit dan paling sedikit di
Kecamatan Lowokwaru yaitu 1 unit. Adapun untuk rincian sarana perdagangan
Kota Malang dirangkumkan pada tabel berikut ini:
Tabel 9 Data Jenis Sarana Perdagangan Kota Malang

| 15 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Realisasi ekspor tahun 2019 mencapai 4.485.101,17 kilogram dengan nilai


2.807.086,34 dolar AS. Sedagkan untuk realisasi impor sebesar 961.290,10
kilogram dengan nilai 8.131.885,70 dolar AS. Ekspor paling besar dari Kota
Malang adalah Scaffold net rollgoods type E, Lankotex shelfer tarp, container net.
Sedangkan impor terbesar Kota Malang paling besar berupa unmanufactured
fluecured virginia threshed.

Gambar 7 Realisasi Volume (kg) dan Nilai (US$) Ekspor Impor, 2019

2.2.6 Transportasi
Panjang jalan di Kota Malang 1.244,87 km yang terdiri dari 12,74 km jalan
negara, 10,94 km jalan provinsi, dan 1.221,29 jalan kota. Dari sepanjang jalan
tersebut dalam kondisi di aspal semua. Dari jalan yang menjadi kewenangan kota
Malang, 511,196 dalam kondisi baik, 560,173 kondisi sedang, 130,056 kondisi
rusah, dan 19,868 kondisi rusak berat. Jumlah kendaraan di Kota Malang selalu
meningkat setiap tahun, dengan jumlah paling banyak adalah sepeda motor 482.817
unit, mobil penumpang 98.392 unit, truk 20.685 unit, dan bus 1.082 unit.

| 16 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar 8 Jumlah mobil dan Sepeda motor menurut kecamatan, 2019

Tabel 10 Panjang Jalan Menurut Tingkat Kewenangan Pemerintahan di Kota


Malang (km), 2017-2019

2.2.7 Pariwisata
Di Kota Malang terdapat 1.444 unit restoran dan rumah makan dengan jumlah
paling banyak terdapat di Kecamatan Klojen yang berjumlah 686 buah. Untuk
mendukung sektor pariwisata, di Kota Malang terdapat 29 hotel bintang, 44 hotel
nonbintang, 10 guest house dan 17 wisma pariwisata. Jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara selama tahun 2019 sebanyak 16.286 orang dan wisatawan domestik
sebanyak 5.170.523 orang. Kunjungan wisatawan paling banyak pada bulan
Desember dan paling sedikit pada bulan April.

| 17 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar 9 Grafik wisawatan Kota Malang Pada Tahun 2019

Tabel 11 Jumlah Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Kota Malang, 2016-


2019

2.2.7 Kebencanaan
Berdasarkan data yang dilansir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD), jumlah kejadian bencana yang terjadi di Kota Malang memiliki
kecenderungan peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2015, BPDB mencatat ada
sebanyak 12 bencana. Pada tahun 2016, jumlah tersebut meningkat menjadi 101
kejadian. Sedang pada tahun 2017, terdapat 192 kejadian. Dan di tahun 2018, jumlah
itu meningkat kembali menjadi 222. Sedangkan pada tahun 2019, setidaknya hingga
bulan April, tercatat terjadi 82 kejadian. Catatan kejadian bencana pada tahun 2015
dan 2016 masih cenderung sedikit juga lantaran data belum terekam secara
sistematis akibat Pusdalops PB belum terbentuk. Adapun rincian kejadian bencana
yang terjadi di Kota Malang mencakup:

| 18 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

- Kebakaran
- Tanah longsor
- Banjir
- Angin kencang
- Cuaca ekstrem
- Pohon tumbang
- dsb

Berikut merupakan rincian dari peta risiko bencana dari masing-masing


kecamatan yang terletak di Kota Malang, Jawa Timur:
a. Kecamatan Blimbing

Gambar 10 Peta Risiko Bencana Kecamatan Blimbing


b. Kecamatan Lowokwaru

| 19 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar 11 Peta Risiko Bencana Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang

c. Kecamatan Sukun

Gambar 12 Peta Risiko Bencana Kecamatan Sukun, Kota Malang

| 20 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

d. Kecamatan Klojen

Gambar 13 Peta Risiko Bencana Kecamatan Klojen, Kota Malang

e. Kecamatan Kedungkandang

Gambar 14 Peta Risiko Bencana Kecamatan Kedungkandang

| 21 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

2.3 Permasalahan Tata Ruang Kota Malang


Berdasarkan data menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang pada
tahun 2019, tercatat terdapat 927.285 jiwa total penduduk di Kota Malang. Angka
kepadatan penduduk Kota Malang mencapai 8.718 jiwa/km2 dengan angka pertumbuhan
penduduk mencapai 1,23% per tahun. Berdasarkan data statistik ini pula, dapat
disimpulkan bahwa Kota Malang cenderung memiliki pola kepadatan penduduk yang
meningkat setiap tahunnya. Dipengaruhi oleh salah satunya aspek meningkatnya
kepadatan penduduk terhadap ketersediaan lahan, dibutuhkan proses penataan ruang yang
efektif dan efisien untuk menjadikan Kota Malang sebagai kota dengan sistem
pembangunan yang baik. Oleh sebab itu, penting pula bagi kita untuk mempelajari terlebih
dahulu mengenai permasalahan tata ruang dari Kota Malang itu sendiri.
Adapun permasalahan tata ruang Kota Malang jika ditinjau berdasarkan pergelaran
diskusi tentang permasalahan isu strategis dan prioritas kebijakan pembangunan daerah,
pembangunan infrastruktur, dan pengembangan wilayah yang dilaksanakan oleh Badan
Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Barenlitbang) Kota Malang pada 26 April
2018, terdapat 6 isu strategis terkait permasalahan tata ruang Kota Malang, di antaranya
adalah sebagai berikut:
2.3.1 Subsektor Persampahan
Kemungkinan terjadinya peningkatan volume sampah, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif akibat kepadatan penduduk Kota Malang menjadi hal yang tidak
dapat dihindari lagi. Terlebih tidak menutup kemungkinan pula terjadinya
peningkatan keluhan masyarakat yang tinggal di area persampahan apabila tidak
dapat dikelola dengan sistem pengelolaan sampah yang maksimal. Sistem ini
melibatkan tahapan mulai dari penampungan sampah, pengangkutan sampah, hingga
tingkat pembuangan akhir. Hal ini tentunya bersifat sangat krusial karena fungsi dari
pengelolaan persampahan merupakan salah satu utilitas yang dapat mempengaruhi
perkembangan kota.
Berdasarkan data Barenlitbang Kota Malang pada tahun 2018, jumlah timbunan
sampah dari masyarakat Kota Malang mencapai sekitar 659,88 ton per hari.
Sementara itu, baru sebesar 478,41 ton per hari yang dapat dikelola oleh TPA Supit
Urang sehingga dapat disimpulkan bahwa masih terdapat sekitar 181,47 ton
timbunan sampah yang masih belum dapat dikelola. Hal ini sekiranya masih menjadi
suatu pekerjaan besar terkait subsektor persampahan yang harus diselesaikan oleh
Pemerintah Kota Malang.
Dibutuhkan penanganan yang benar karena keberadaan volume sampah yang
semakin hari semakin bertambah besar seiring bertambahnya populasi penduduk
Kota Malang, terlebih sampah yang tidak dikelola cenderung bersifat polutan yang
dapat mencemari tanah, air, udara, dan estetika pandangan suatu kota serta dapat
mengganggu kesehatan masyarakat. Dalam hal ini, peranan Sistem Informasi
Perencanaan tentunya memegang peranan penting untuk menyelesaikan
permasalahan tata ruang Kota Malang, termasuk pada subsektor persampahan.

| 22 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

2.3.2 Subsektor Sanitasi Perkotaan


Permasalahan lain yang dihadapi Kota Malang terkait aspek tata ruang adalah
pada subsektor sanitasi. Berdasarkan data Barenlitbang Kota Malang, akses sanitasi
masyarakat Kota Malang pada tahun 2017 baru mencapai angka 84,6 persen yang
artinya masih terdapat 15,4 persen warga yang belum memperoleh akses sanitasi
yang layak. Adapun wilayah Kota Malang dengan persentase warga yang paling
banyak tidak mampu mengakses sanitasi layak adalah di wilayah permukiman
kumuh. Berdasarkan data yang ada, tercatat bahwa sekitar 95 persen dari total
wilayah pemukiman kumuh di Kota Malang mengalami permasalahan sanitasi yang
tidak layak.

Gambar 15 Wilayah Kumuh Kota Malang Cenderung Kurang Memperoleh Akses


Sanitasi Memadai

Berdasarkan kutipan yang disampaikan oleh pihak DPUPR Kota Malang pada
acara Sosialisasi Sanitasi Air Limbah Domestik pada bulan Maret 2017,
disampaikan bahwa permasalahan minimnya akses sanitasi layak ini berakibat pada
tercemarnya sungai di Kota Malang lantaran pembuangan limbah biologis dan
kimiawi yang tidak sesuai pada tempatnya. Oleh sebab itu, penting bagi pihak
Pemerintah Kota Malang, terutama yang berperan pada bidang perencanaan, untuk
memprioritaskan permasalahan subsektor sanitasi perkotaan melalui perencanaan
tata ruang yang ikut melibatkan aspek sanitasi serta aspek IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) dengan tujuan mencapai akses sanitasi layak dengan
persentase 100% untuk seluruh penduduk Kota Malang.
2.3.3 Subsektor Permasalahan Genangan di Wilayah Kota
Pada subsektor permasalahan genangan di wilayah kota, berdasarkan data
Barenlitbang Kota Malang pula, terdapat total 27 titik genangan air yang tersebar di
wilayah Kota Malang sepanjang tahun 2017. Penyebab dari permasalahan ini pun
cenderung beragam, mulai dari kapasitas saluran yang tidak memadai, terjadinya
sedimentasi, dimensi saluran, serta semakin berkurangnya ruang terbuka selaku
wilayah resapan air. Hingga tahun 2019, tercatat bahwa Pemerintah Kota Malang
masih kerap kali mendapat keluhan masyarakat terkait permasalahan genangan air
yang muncul di berbagai lokasi, terutama ketika musim penghujan tiba.

| 23 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar 16 Permasalahan Genangan Air Kota Malang

Setelah dilakukan peninjauan, salah satu faktor yang menyebabkan masalah


menahun berupa masalah genangan air di Kota Malang adalah luapan air yang
muncul karena tidak tertampung oleh drainase akibat tumpukan sampah yang berada
di sepanjang jalan. Permasalahan ini pun sekiranya harus turut diperhatikan pada
proses perencanaan tata ruang lantaran munculnya genangan air, terutama di wilayah
jalan raya, dapat memicu permasalahan transportasi dan juga tidak menutup
kemungkinan dapat membahayakan pengendara yang melintas. Oleh sebab itu,
aspek ini harus diperhatikan dan turut diintegrasikan pada Sistem Informasi
Perencanaan untuk proses perencanaan tata ruang.
2.3.4 Subsektor Drainase Perkotaan
Permasalahan tata ruang lain yang dihadapi oleh Kota Malang adalah pada
subsektor drainase perkotaan. Salah satu faktor utama yang melandasi permasalahan
ini adalah pada sistem drainase yang beberapa di antaranya sudah tidak berfungsi
ataupun berukuran terlalu sempit untuk menampung air dalam volume tertentu.
Secara umum, kondisi drainase Kota Malang adalah saluran drainase tertutup dan
sebagian besar merupakan peninggalan kolonial Belanda sehingga memang terdapat
penurunan kualitas secara signifikan disertai penyumbatan yang berakibat tidak
maksimalnya peranan drainase untuk mengontrol proses penampungan air di
wilayah Kota Malang. Selain itu, terdapat pula masalah lain berupa pendirian
bangunan ataupun ditanami tiang listrik yang tidak sesuai ketentuan yang dilakukan
di atas drainase.

| 24 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar 17 Permasalahan Drainase Kota Malang

Permasalahan ini harus ditinjau dengan baik pada proses perencanaan tata ruang
karena dapat menyebabkan munculnya masalah yang lebih kompleks yang dapat
mengganggu aktivitas masyarakat Kota Malang, di antaranya adalah banjir. Oleh
sebab itu, dalam perencanaan tata ruang pun harus mempertimbangan sistem
drainase yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan Kota Malang.
2.3.5 Subsektor Tertib Tata Ruang
Subsektor permasalahan tata ruang lain yang dihadapi oleh Pemerintah Kota
Malang adalah pada aspek tertib tata ruang. Dalam hal ini, sebagian pemanfaatan
ruang yang ada di Kota Malang ternyata belum sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Malang. Misalkan, pemanfaatan ruang
untuk wilayah Kecamatan Kedungkandang berjalan relatif lambat jika dibandingkan
dengan implementasi kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Malang Tahun 2010-2030, terutama di bagian pembangunan infrastruktur sistem
penunjang transportasi yang masih belum terealisasi sesuai dengan waktu yang
ditentukan sehingga pembangunan kawasan lindung serta kawasan budidaya belum
bisa terbangun secara maksimal.
Faktor pendukung dari implementasi RTRW adalah adanya peraturan daerah
tentang RTRW itu sendiri, ketersediaan lahan belum terbangun yang cukup luas,
serta partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan. Meskipun demikian,
terdapat sejumlah faktor yang dapat menghambat implementasi RTRW dan
menyulitkan terjadinya tertib tata ruang, di antaranya adalah kondisi topografis
wilayah yang cenderung tidak mendukung, keterbatasan sumber daya, baik berupa
sumber daya modal maupun aparatur, serta pola pikir masyarakat di bagian wilayah
tertentu yang belum bisa menerima adanya perubahan dan pembangunan.
2.3.6 Subsektor Utilitas Perkotaan
Permasalahan tata ruang lainnya yang dihadapi Kota Malang adalah terkait
subsektor utilitas perkotaan berupa masih tingginya keluhan masyarakat Kota
Malang terhadap prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) yang belum dapat sepenuhnya
menyokong kebutuhan dasar masyarakat. Baik fasilitas umum ataupun fasilitas
sosial seperti penerangan jalan umum (PJU) hingga Ruang Terbuka Hijau (RTH)
yang masih kerap diprotes oleh warga.

| 25 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Salah satu faktor yang menyebabkan pemanfaatan PSU ini belum berjalan
dengan maksimal adalah belum diserahkannya PSU kepada Pemerintah Daerah
sebagaimana yang telah ditentukan. Selain itu, permasalahan ini juga dipicu oleh
tidak tertibnya penyerahan prasarana, sarana, dan utilitas umum oleh pihak ketiga
kepada Pemerintah Daerah akibat belum jelasnya mekanisme penyerahan PSU. Oleh
sebab itu, diperlukan peraturan yang secara tegas mengatur aspek ini melalui
Peraturan Wali Kota sebagai solusi penyelesaian masalah.
Selain itu, permasalahan lain yang dihadapi adalah pada proses pembangunan
PSU juga kerap kali tidak melibatkan pengawasan (monitoring) dengan baik dan
pada saat butuh pemeliharaan juga sering kali memunculkan masalah lantaran belum
diserahkan oleh pihak pengembang kepada pihak Pemerintah Daerah. Hal ini
berakibat pada tertundanya pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui PSU yang
dibangun. Dengan terbitnya Peraturan Wali Kota terkait penyerahan PSU kepada
Pemerintah Daerah Kota Malang diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan
ini dan dijadikan pula sebagai salah satu landasan dalam proses perencanaan tata
ruang Kota Malang.

| 26 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

BAB III
METODOLOGI

3.1 Area Studi


Wilayah yang dijadikan area studi adalah Kelurahan Tunjungsekar yang terletak di
Kecamatan, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.

Gambar 18 Kelurahan Tunjungsekar aka Area Studi

3.2 Data Yang Digunakan


Adapun data yang digunakan pada proses digitasi adalah:
1. Data citra satelit resolusi tinggi oleh Bing Maps yang diperoleh dari perangkat lunak
SAS Planet. Data citra yang diunduh pada tahapan awal adalah untuk wilayah Kota
Malang dan kemudian melalui proses clip untuk menyeleksi sesuai batas
administrasi wilayah Kelurahan Tunjungsekar.

Gambar 19 Citra Satelit Resolusi Tinggi Wilayah Kota Malang

| 27 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

Gambar 20 Citra Satelit Resolusi Tinggi untuk Wilayah Kelurahan Tunjungsekar


(Hasil Clip Citra Kota Malang)

2. Data batas administrasi Kelurahan Tunjungsekar yang dapat diperoleh dari data
shapefiles peta RBI Kota Malang yang dapat diunduh pada laman Inageoportal oleh
BIG.

Gambar 21 Data Shapefile Batas Administrasi Kelurahan Tunjungsekar

Gambar 22 Tabel Atribut Shapefile Batas Administrasi Kelurahan Tunjungsekar

| 28 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

3.3 Aplikasi Yang Digunakan


Aplikasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. SAS Planet

Gambar 23 Aplikasi SAS Planet

2. ArcMap oleh ArcGIS

Gambar 24 Aplikasi ArcMap oleh ArcGIS

3. Microsoft Word untuk penulisan laporan

Gambar 25 Aplikasi Microsoft Word

| 29 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

BAB IV
HASIL DIGITASI

4.1 Hasil Digitasi


Untuk progress digitasi hingga minggu ini objek yang telah didigit adalah bangunan,
jalan dan sungai.

Berikut adalah contoh beberapa detail progress digitasi.

| 30 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

| 31 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020


SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2012. Analisis Tata Ruang Pembangunan Edisi Pertama. Yogyakarta.
Anggreni, Pipit. 2019. Banyak Sarana Prasarana Permukiman Bermasalah, Barenlitbang
Akan Pertegas dengan Peraturan Wali Kota. Malang: Malang Times.
https://www.malangtimes.com/baca/39984/20190526/135000/banyak-sarana-prasana-
permukiman-yang-bermasalah-barenlitbang-akan-pertegas-dengan-peraturan-wali-kota.
(Diakses pada 26 Oktober 2020 Pukul 23.20 WIB)
Anonim. Sistem Informasi Titik Jalan Rawan Genangan Air di Kota Malang. Malang:
Departemen Geodesi ITN. http://geodesiitn.weebly.com/drainase-kota-malang.html. (Diakses
pada 26 Oktober 2020 Pukul 23.15 WIB)
Arlina, Rizka. 2011. IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DALAM UPAYA
PEMBANGUNAN DAERAH PERKOTAAN (STUDI PADA KECAMATAN
KEDUNGKANDANG KOTA MALANG). Malang: Universitas Brawijaya
Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2020. Kota Malang Dalam Angka 2020. Malang: Badan
Pusat Statistik Kota Malang.
DPUPRPKP Kota Malang. 2017. DPUPR, PEMBUANGAN SANITASI DI KOTA MALANG
KEBANYAKAN BERUJUNG DI SUNGAI. https://dpuprpkp.malangkota.go.id/dpupr-
pembuangan-sanitasi-kota-malang-kebanyakan-berujung-sungai/. (Diakses pada 26 Oktober
2020 Pukul 23.05 WIB)
Mungkasa, Oswar. 2020. Perencanaan Tata Ruang Sebuah Pengantar. Jakarta: Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Putri, Bella Ayu Kurnia. 2019. Respon Pemkot Malang Terkait Keluhan Genangan Air di Jalan
Bunga Cokelat dan Pisang Kipas. https://suryamalang.tribunnews.com/2019/11/28/respon-
pemkot-malang-terkait-keluhan-genangan-air-di-jalan-bunga-cokelat-dan-pisang-kipas.
(Diakses pada 26 Oktober 2020 Pukul 23.14 WIB)
Ratri, Nurlayla. 2018. Barenlitbang Kota Malang Petakan Enam Masalah Besar Metropolitan,
Apa Saja?. Malang: Malang Times.
https://www.malangtimes.com/baca/26975/20180426/150348/barenlitbang-kota-malang-
petakan-enam-masalah-besar-metropolitan-apa-saja. (Diakses pada 26 Oktober Pukul 23.00
WIB)
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Jakarta: Republik Indonesia.
Sasongko, Ibnu, dkk. 2018. Konsep Penanganan Sanitasi Permukiman Kumuh di Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang. Semarang: Biro Penerbit Planologi Universitas Diponegoro.

| 32 | TEKNIK GEOMATIKA | FTSPK | ITS | 2020

Anda mungkin juga menyukai