Satuan Acara Penyuluhan Rabies
Satuan Acara Penyuluhan Rabies
TENTANG RABIES
II. TUJUAN
A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat memahami dan mampu
melaksanakan penanggulangan Rabies.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, sasaran mampu :
1. Menjelaskan pengertian Rabies dengan tepat.
2. Menguraikan penyebab penularan dan hewan-hewan yang berpotensi menularkan Rabies.
3. Menguraikan ciri seekor hewan yang terinfeksi virus Rabies serta tanda dan gejala seseorang
yang dicurigai terinfeksi virus Rabies dengan tepat.
4. Menjelaskan cara pencegahan penularan Rabies dengan tepat.
5. Demonstrasi cara penanganan pertama jika tergigit hewan yang dicurigai terinfeksi Rabies
dengan benar.
III. MATERI
Adapun materi yang akan disajikan meliputi :
A. Pengertian Rabies
B. Penyebab dan hewan perantara Rabies
C. Ciri hewan yang terinfeksi Rabies serta tanda gejala seseorang yang dicurigai terinfeksi
Rabies
D. Pencegahan penularan penyakit Rabies
E. Penanganan dan mendemonstrasikan cara menangani gigitan anjing Rabies
IV. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam Penyuluhan tentang Pencegahan dan Penanganan Rabies
ini antar lain :
A. Ceramah
B. Tanya jawab
C. Demonstrasi
1. Meja
2. Kursi
3. LCD
4. Layar
5. Microphone
6. Laptop
7. Sound system
B. Media
1. Slide
2. Leaflet
3. Print out
4. Lembar balik
VI. SASARAN
Adapun sasaran dalam penyuluhan ini ialah warga Desa…………………………….
VII. WAKTU
Hari / Tanggal : …………………………..
Pukul : 08.00 WITA s/d selesai
Durasi : 30 menit
VIII. TEMPAT
Penyuluhan dilaksanakan di Desa…………………..Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur
IX. URAIAN KEGIATAN PENYULUHAN
ALOKASI KEGIATAN
NO NAMA KEGIATAN KEGIATAN WARGA
WAKTU PENYULUHAN
1 Pendahuluan 2 menit Mengucapkan salam Menjawab salam
Memperkenalkan diri Diam memperhatikan.
Menyampaikan tujuan
XI. Sumber
Anonim. (2012). Bali, Nias dan Maluku Tenggara Barat terjadi KLB Rabies (online)
(www.depkes.go.id diakses tanggal 11 September 2013 Pukul 13.45 Wita)
Anonim. (2011). Mengenal Penyakit Rabies dan Metode Pencegahannya (online)
(www.berbagaihal.com diakses tanggal 11 September 2013 Pukul 13.55 Wita)
Anonim. (2012). Kasus Rabies di Bali mulai menurun (online) (www.indosurflife.com diakses
tanggal September 2013 Pukul 14.02 Wita)
Anonim. (2011). Apa Ciri-Ciri Hewan yang Terkena Rabies (online)
(www.lampung.tribunnews.com diakses tanggal 11 September 2013 Pukul 14.22 Wita)
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN RABIES
DI DESA………………………….KECAMATAN BATANGHARI
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TANGGAL 27 OKTOBER 2013
A. PENGERTIAN RABIES
Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan peradangan
otak dan medulla spinalis. Penyakit Rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila
merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular ke manusia) dan
penyakit hewan menular yang akut dari susunan syarat pusat yang dapat menyerang hewan
berdarah panas serta manusia yang disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit Rabies menular pada
manusia melalui gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui luka karena air liur hewan
penderita Rabies. Hewan utama sebagai penyebar/penular Rabies adalah anjing, oleh karenanya
perhatian utama dalam upaya pemberantasan penyakit Rabies adalah terhadap hewan tersebut.
Penyakit Rabies disebabkan oleh virus lyssa dari family rhabdo-viride.
Penyakit Rabies bisa menular dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia melalui:
1. Luka gigitan hewan penderita Rabies
2. Luka yang terkena air liur penderita Rabies
B. PENYEBAB PENYAKIT RABIES
Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus
Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas
negatif RNA yang tidak bersegmen.Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan
sebagai perantara penularan. Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah
terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa
inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala atau tempat yang tertutup
celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
Pada 20% penderita, Rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang
menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek
dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat
menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa terasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi
akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin
sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu
penderita Rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga
disebut hidrofobia (takut air).
Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan yang
diketahui dapat menjadi perantara Rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung
(Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di
Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat Rabies yang
masih tinggi. Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa 7berupa hewan lain atau manusia
melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang
terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang
belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Selain itu, Rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus Rabies
tetapi ini sangat jarang terjadi. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah
mereka terekspos udara yang mengandung virus Rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus
Rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan
kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan
sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami Rabies ganas ataupun Rabies jinak. Pada Rabies
ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam
barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada
Rabies jinak, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka
bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan
kegalakan.
Secara umum, hewan yang terinfeksi Rabies akan mengalami 3 tahapan, yaitu :
1. Fase Prodormal: Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat menjadi lebih
agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung
selama 1-3 hari. Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase
Paralisa.
2. Fase Eksitasi: Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan
memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh
gemetaran, selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
3. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan
kematian.
Sedangkan pada manusia yang terinfeksi Rabies akan mengalami 4 stadium sakit, yaitu :
1. Stadium Prodromal: Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas,
menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf
anoreksia, pusing dan pening, dan lain sebagainya.
2. Stadium Sensoris: Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada
daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur, pupil membesar,
hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
3. Stadium Eksitasi: Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang
setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada
cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan
daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada
penderita Rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha menelan air.
4. Stadium Paralitik: Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita
memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah
yang progresif.
D. PENCEGAHAN PENULARAN RABIES
Bila terinfeksi Rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus
dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila gejala mulai
terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini. Kematian biasanya terjadi
beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang
diduga terinfeksi Rabies atau berpotensi Rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera
cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu
beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang belum diimunisasi selama 10 tahun
terakhir akan diberikan suntikan tetanus.
Lampiran 2
Pertanyaan :
1. Apakah pengertian dari Rabies ?
2. Apa yang menyebabkan penyakit Rabies ?
3. Bagaimana ciri-ciri hewan dan manusia yang terinfeksi Rabies ?
4. Bagaiman pencegahan terhadap penularan penyakit Rabies ?
5. Bagaimana penanganan pertama untuk korban yang tergigit hewan yang Rabies ?
Jawaban :
1. Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan peradangan otak dan
medulla spinalis. Penyakit Rabies atau dikenal juga dengan penyakit anjing gila merupakan salah
satu penyakit zoonosa (penyakit hewan yang dapat menular ke manusia) dan penyakit hewan
menular yang akut dari susunan syarat pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas serta
manusia yang disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit Rabies menular pada manusia melalui
gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui luka karena air liur hewan penderita Rabies.
Hewan utama sebagai penyebar/penular Rabies adalah anjing.
2. Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus
Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas
negatif RNA yang tidak bersegmen.Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan
sebagai perantara penularan. Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah
terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa
inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala atau tempat yang tertutup
celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.
3. Secara umum, hewan yang terinfeksi Rabies akan mengalami 3 tahapan, yaitu :
a. Fase Prodormal: Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat menjadi lebih
agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung
selama 1-3 hari. Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase
Paralisa.
b. Fase Eksitasi: Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan
memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan
tubuh gemetaran, selanjutnya masuk ke fase Paralisa.
c. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan
kematian.
Sedangkan pada manusia yang terinfeksi Rabies akan mengalami 4 stadium sakit, yaitu :
a. Stadium Prodromal: Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada penderita tidak khas,
menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju
taraf anoreksia, pusing dan pening, dan lain sebagainya.
b. Stadium Sensoris: Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri
pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur, pupil membesar,
hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
c. Stadium Eksitasi: Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-
kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia),
ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi
akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan.
Hidrofobia yang terjadi pada penderita Rabies terutama karena adanya rasa sakit yang luar
biasa di kala berusaha menelan air.
d. Stadium Paralitik: Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium sebelumnya,
penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas
tubuh ke bawah yang progresif.