Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PROBLEMATIKA PENDIDIKAN MATEMATIKA

Kurangnya Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Daring

Oleh :
Muhammad Akbar Tanjung 2171200
Nur Khalifah 2171200
Nur Usni Adam 217120028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah


Subhanahuwata’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Kurangnya Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Daring” ini
dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan
dukungan dari berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat
memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan, walaupun didalam
pembuatannya kami menghadapi kesulitan, karena keterbatasan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang kami miliki. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, dengan segala hormat kami sampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam
penyusunan makalah ini Dr. H. Mas’ud Badolo, M.Pd.
2. Teman-teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya di masa yang
akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan.

Parepare, 06 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………. ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………..
………............ 3
B. Rumusan Masalah
……………………………………………............ 3
C. Tujuan Masalah …..
…………………………………………….......... 3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Hasil Survey Google Form…..
………………………………………. 5
B. Pengertian Pendidikan Karakter……….
……………………............ 7
C. Indikator Pendidikan
Karakter……………………………………….. 8
D. Konsep Pembelajaran Daring.…….…………….....
………….......... 10
E. Dampak Pembelajaran Daring di Masa Pandemi
bagi Pendidikan Karakter………...
……………………………………………............... 13
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………......... 17
B. Saran.........………………………………………………………..........17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, benar atau salah.
Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk,
berdasarkan norma-norma yang berlauku dalam masyarakat tertentu,
sedangkan akhlak tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya
dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana keduanya (baik
dan buruk) itu ada. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan mendukung satu
sama lainnya dalam membentuk kepribadian seorang anak (Santika dkk,
(2019:58).
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi
pembentukan dan pengembangan potensi. Pendidikan karakter
membentuk dan mengembangkan potensi siswa agar berpikiran baik,
berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah Pancasila. Kedua,
fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju
bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring.
Pendidikan karakter memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring
budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa
dan karakter bangsa yang bermartabat (Zubaidi, 2011:18). Dengan
demikian pembentukan karakter bangsa ini harus melibatkan sinergitas
ketiga komponen pendidikan anatara lain pendidikan informal, formal dan
non formal.
Tujuan pendidikan adalah bagaimana membentuk generasi yang
seutuhnya artinya memiliki kecerdasan intelektual,sikap yang baik dan
dengan keterampilan yang diperlukan dalam menjalani hidup di
masyarakat. Hal inilah yang menjadi tugas guru dalam melaksanakan

1
proses pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan untuk dapat
menghasilkan pembelajaran yang outputnya adalah keseimbangan
capaian kognitif, afektif atau sikap dan psikomotor. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran kewajiban dan peran guru sangatlah vital, guru
harus mampu sebagai fasilitator maupu mengidentifikasi segala
keunggulan dan kelemahan model-model pembelajaran yang akan
diterapkan sehingga benar-benar menciptakan suatu pembelajaran yang
efektif, karena guru “mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha
untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”(Sardiman, 2011:47)
Pada masa pandemi Covid-19 ini Pemerintah mengeluarkan
kebijakan tentang bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring dan
luring. Dalam Kamus Besar Indonesia diartikan dalam jaringan, terhubung
melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya. Pembelajaran daring
dilaksanakan sebagai langkah tepat untuk dapat mencegah dan menekan
penularan virus Covid-19, pun peserta didik tidak akan ketinggalan
pelajaran sebagaimana yang telah direncanakan dalam kurikulum selama
satu tahun ajaran. Walupun pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan
New Normal yang tujuannya adalah mengidupkan kembali sektor
perekonomian yang sudah kurang lebih 3 bulan lumpuh akibat dampak
Covid-19, akan tetapi sektor pendidikan khususnya pembelajaran di
sekolah belum sepenuhnya berani dibuka oleh pemerintah. Hal ini
dikarenakan anak usia sekolah adalah anak yang cendrung masih labil
dan senang akan berkumpul dengan teman-temannya sehingga
memungkinkan terjadinya penyebaran virus tersebut. Oleh karena itu
pembelajaran yang dilakukan saat ini bersifat during yang sifatnya jarak
jauh. Sudah barang tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam
rangka capaian hasil belajar terutama dalam usahan pendidikan karakter
anak.
Pendidikan karakter merupakan penciptaan lingkungan sekolah
yang membantu siswa dalam perkembangan etika, tanggung jawab

2
melalui model, dan pengajaran karakter yang baik melalui nilai-nilai
universal (Berkowitz & Bier, 2005:7). Dengan pembelajaran yang
dilakukan diluar lingkungan sekolah dalam hal ini menggunakan
pembelajaran daring yang sifatnya jarak jauh, memberikan tugas dan
tanggungjawab ekstra serta tantangan bagi guru untuk mampu
menciptakan lingkungan pembelajaran dalam upaya perkembangan etika,
tanggungjawab dan karakter peserta didik tersebut. Karena metode
evaluasi dari pendidikan karakter salah satunya dengan observasi
langsung oleh guru, yang mengamati sikap atau perubahan sikap baru
yang muncul pada diri peserta didik. Belum lagi kendala yang dihadapi
guru dalam penerapan mebelajaran daring misalnya penguasaan
teknologi, kendala jaringan internet dan inovasi pengintegrasian
pendidikan karakter pada pembelajran daring yang seolah baru booming
ketika pandemi Covid-19 terjadi.
Pada hari selasa, 7 juli 2020 survey dilakukan dengan website
google from. Pertanyaan yang diberikan dalam bentuk pilihan ganda.
Jumlah responden sebanyak 178 orang tuam murid dari tingkat TK
sampai dengan SMU. Hasil survey tersebut menunjukan bahwa orang tua
mengatakan bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya melakukan
pendidikan karakter terhadap anaknya tanpa bantuan guru. Para orang
tua yakin bahwa guru sangat membantu mereka dalam membentuk dan
membangun karakter anak-anaknya. Mereka merasa bahwa keberadaan
guru dalam membangun karakter anak-anak sangat dibutuhkan. Tanpa
adanya peran serta guru maka orang tua tidak dapat secara maksimal
membentuk dan membangun karakter anak – anak mereka. 59,4 %
mengatakan bahwa guru lebih sedikit memberikan porsi Pendidikan
karakter dibandingkan materi pelajaran, 8 % mengatakan bahwa guru
tidak memberikan Pendidikan karakter kepada siswa selama belajar
dirumah, 32,6 % mengatakan bahwa guru memberikan porsi Pendidikan
karakter yang sebanding dengan pemberian materi pembelajaran. 92,1% (
164 responden) menyatakan bahwa orang tua tidak dapat membangun

3
orang tua dapat membangun karakter anak dengan maksimal tanpa peran
serta para guru, 7,9 % (14 responden mengatakan) tidak dapat.  88,2%
(157 responden) menyatakan bahwa karakter anak tidak dapat dibangun
di rumah dan lingkungan anak tanpa adanya peran serta sekolah, 11,8 %
(21 responden) mengatakan bahwa karakter anak dapat dibangun tanpa
badanya peran sekolah.  98,3% (175 responden) menyatakan bahwa
selama anak–anak belajar dari rumah peran serta guru dalam
membangun karaktek peserta didik masih sangat diperlukan, 1,7 % (3
responden) bahwa peran guru tidak diperlukan selama anak-anak belajar
dirumah. Maka dari itu, berdasarkan hasil survey google from diatas
penulis mengangkat permasalahan tersebut dengan judul “ Kurangnya
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Daring”

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pendidikan karakter ?
2. Bagaimana konsep pembelajaran daring ?
3. Bagaimana dampak pembelajaran daring di masa pandemi bagi
pendidikan karakter ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui konsep pembelajaran daring.
3. Untuk mengetahui dampak pembelajaran daring di masa pandemic
bagi pendidikan karakter.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hasil Survey Google From
Survey dilakukan pada hari selasa 7 juli 2020 survey dilakukan
dengan website google from. Pertanyaan yang diberikan dalam
bentuk pilihan ganda. Jumlah responden sebanyak 178 orang tuam
murid dari tingkat TK sampai dengan SMU. Hasil survey dari
beberapa pertanyaan menunjukan bahwa :
1. Apakah anda yakin dapat membangun karakter
anak anda dengan maksimal tanpa bantuan guru ?

Hasil survey menunjukan bahwa kebanyakan 92,1% ( 164


responden) menyatakan bahwa orang tua tidak dapat membangun
orang tua dapat membangun karakter anak dengan maksimal
tanpa peran serta para guru, 7,9 % (14 responden) mengatakan
orang tua tidak dapat membangun karakter anak dengan
maksimal tanpa bantuan guru.

2. Apakah anda yakin karakter anak dapat


dibangun dirumah dan lingkungan tanpa perlu berangkat ke
sekolah ?

5
Hasil survey menunjukan bahwa kebanyakan 88,2% (157
responden) menyatakan bahwa karakter anak tidak dapat
dibangun di rumah dan lingkungan anak tanpa adanya peran serta
sekolah, 11,8 % (21 responden) mengatakan bahwa karakter anak
dapat dibangun tanpa badanya peran sekolah.
3. Selama siswa belajar dari rumah apakah anda
merasa masih perlu bantuan guru untuk membangun karakter

6
anak-anak ?

Hasil survey menunjukan bahwa kebanyakan 98,3% (175


responden) menyatakan bahwa selama anak–anak belajar dari
rumah peran serta guru dalam membangun karaktek peserta didik
masih sangat diperlukan, 1,7 % (3 responden) bahwa peran guru
tidak diperlukan selama anak-anak belajar dirumah.
4. Selama belajar dari rumah, apakah bapak dan
ibu guru memberikan materi Pendidikan karakter/akhlak ?

7
Hasil survey menunjukan bahwa kebanyakan 59,4 %
mengatakan bahwa guru lebih sedikit memberikan porsi
Pendidikan karakter dibandingkan materi pelajaran, 8 %
mengatakan bahwa guru tidak memberikan Pendidikan karakter
kepada siswa selama belajar dirumah, 32,6 % mengatakan bahwa
guru memberikan porsi Pendidikan karakter yang sebanding
dengan pemberian materi pembelajaran.

B. Pengertian Pendidikan Karakter


Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang
lebih baik didalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendir
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia

8
insane kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, atau kegiatan ko-
kurikuler, pemberdayaan sarana, prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar
membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik,
melaikan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan
dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan
perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik
dan manusiawi, “(Doni Koesoema A.Ed)

C. Indikator Pendidikan Karakter


Dalam mencapai tujuan pendidikan karakter dibutuhkannya suatu
indikator tertentu sebagai bahan acuan pendidikan tersebut. Berikut 18
Indikator Pendidikan Karakter bangsa sebagai bahan untuk menerapkan
pendidikan karakter bangsa :
1. Religius ; Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Jujur ; Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi ; Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis,pendapat, sikap, dan tindakan orang
lain yang berbeda dari.
4. Disiplin ; Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

9
5. Kerja Keras ; Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas
dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif ; Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri ; Sikap dan prilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis ; Cara berpikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu; Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan; Cara berpikir, bertindak,
dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air ; Cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi; Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/ Komuniktif; Tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang
14. Cinta Damai; Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya
15. Gemar Membaca; Kebiasaan menyediakan waktu
untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.

10
16. Peduli Lingkungan; Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial; Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung jawab; Sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan uraian di atas, indikator Pendidikan karakter yang
dapat diterapkan selama masa pandemic covid-19 :
1. Disiplin
2. Kerja Keras
3. Kreatif
4. Mandiri
5. Demokratis
6. Rasa Ingin Tahu
7. Menghargai Prestasi
8. Gemar Membaca
9. Tanggung Jawab
D. Konsep Pembelajaran Daring
Sesuai dengan ringkasan keputusan bersama 4 Mentri tahun 2020
diantaranya adalah Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
salah satunya adalah prinsip kebijakan pendidikan di masa Covid-19 :
kesehatan dan keselamatan seluruh pihak prioritas utama dalam
menetapkan kebijakan pembelajaran. Diantaranya meliputi, PAUD,
Pendidikan Dasar dan Menengah, perguruan Tinggi, pesantren dan
pendidikan Keagamaan. Dengan demikian pemerintah berupaya
mengutamakan keselamatan semua pihak dalam proses pendidikan

11
dalam menanggulangi dan mencegaah Covid-19. Untuk itu diperlukan
metode pembelajaran yang dapat mengakomodir hal tersebut sehingga
proses pembelajaran dapat tetap berjalan dalam rangka mencerdaskan
anak bangsa.
Berdasarkan KB 4 Mentri, Sekeretaris Jendral kementrian pendidikan
dan kebudayaan mengeluarakan surat edaran no 15 tahun 2020 tentang
pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat
penyebaran corona virus disase (covid-19) yang tujuannya adalah
memastikan pemenuhan hak anak untuk mendapatkan layanan
pendidikan selama darurat Covid-19, dan mencegah serta melindungi
warga satuan pendidikan dari dampak Covid-19 tersebut. Konsep belajar
dari rumah ini direalisasikan dengan istilah belajar moda daring yang
memungkinkan tetap adanya interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran.
Pembelajaran daring menggunakan kemajuan teknologi informasi
dan akses internet. Pembelajaran daring, atau dalam jaringan, adalah
terjemahan dari istilah online yang bermakna tersambung ke dalam
jaringan komputer. Dengan akata lain merupakan pembelajaran tanpa
tatap muka secara langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan
melalui jaringan internet (online) dari tempat yang berdeda-beda, seperti
pembelajaran dilakukan melalui video conference, e-learning atau
distance learning. Lebih lanjut Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam guru pembelajaran
petunjuk teknis peningkatan program peningkatan kompetensi guru
pembelajar moda dalam jaringan tahun 2016 menjelaskan Pendekatan
pembelajaran pada Guru Pembelajar moda daring memiliki karakteristik
sebagai berikut: 1. Menuntut pembelajar untuk membangun dan
menciptakan pengetahuan secara mandiri (constructivism); 2. Pembelajar
akan berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam membangun
pengetahuannya dan memecahkan masalah secara bersama-sama
(social constructivism); 3. Membentuk suatu komunitas pembelajar

12
(community of learners) yang inklusif; 4. Memanfaatkan media laman
(website) yang bisa diakses melalui internet, pembelajaran berbasis
komputer, kelas virtual, dan atau kelas digital; 5. Interaktivitas,
kemandirian, aksesibilitas, dan pengayaan;
Kelebihan pembelajaran daring diantaranya adalah, 1. Pembelejaran
tidak memerlukan ruang kelas, karena proses pembelajaran berlangsung
dari rumah atau jarak jauh. Siswa di tempat atau lingkungan masing-
masing yang dapat menciptakan suasana belajar dengan fasilitas internet
yanga ada., 2. Guru tidak perlu tatap muka secara langsung di depan
kelas, karena yang digunakan adalah fasilitas komputer yang
dihubungkan dengan internet. 3. Tidak terbatas waktu maksudnya adalah
pembelajaran bisa dilakukan kapanpun, dimanapun sesuai dengan
kesepakatan selama lingkungan dan fasilitas mendukung untuk
terlaksananya proses pembelajaran moda daring tersebut. Oleh karena itu
mode pembelajaran daring ini bisa dikatakan lebih efisien dan efektif
apabila suprastruktur dan infra struktur tersedia dengan baik.
Suprastruktur dapat diartika penulis sebagai kebijakan yang
mengarah pada pelaksanaan pembelajaran daring tersebut termasuk
pemahaman dan kesiapan peserta didik dan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran daring. Kesiapan peserta didik diantaranya adalah 1.
Keterampilan menggunakan teknologi dan informasi dan komunikasi, hal
ini menjadi poin dasar bagi peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran daring yang harus mampu menggunakan teknologi
sehingga bisa maksimal dalam proses pembelajaran. 2. Kemandirian
belajar tanpa harus diawasi oleh orang tua, 3. Sikap, yang di wujudkan
dengan prilaku peserta didik dalam keseriusan mengikuti setiap tahap
dalam proses pembelajaran daring. 4. Tanggungjawab adalah sikap dan
prilaku melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dalam pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan arahan guru.
Peran guru dalam proses pembelajaran daring juga sangat vital,
yang pertama menjadikan peserta didik sebagai aktivitas belajar karena

13
guru harus menjadikan dasar pendekatan kontruktivistik yang menjadikan
peserta didik sebagai subjek pebelajar. Kedua, menguasai TIK dan
update akan informasi, ketiga, menciptakan suasana belajar yang
interaktif, inspiratif dan menyenangkan, keempat, memberikan evalusai
dan umpan balik setelah proses pembelajaran berlangsung. Secara garis
besar komponen yang harus dipersiapkan oleh guru sebagai infrastruktur
adalah ketersediaan jaringan internet, menyiapkan strategi pembelajaran,
menyiapkan konten belajar (efek, gambar, audio, vidio dan simulasi),
menyediakan learning management system (google classroom, zoom,
jitsi, webex, dll). Pada dasarnya keberhasilan proses pembelajaran daring
memerlukan sinergitas antara pemerintah, satuan pendidikan, guru,
peserta didik tentunya peran orang tua dan lingkungan peserta didik,untuk
dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran daring tersebut.

E. Dampak Pembelajaran Daring di Masa Pandemi bagi Pendidikan


Karakter
Saat ini, semua negara di dunia sedang menghadapi pandemi Covid-
19. Semua aktivitas dibatasi untuk mencegah penyebaran virus Corona,
termasuk aktivitas pendidikan. Di Indonesia, sudah kurang lebih tiga
bulan, semua aktivitas pendidikan, mulai dari tingkat dasar dan menengah
hingga tingkat perguruan tinggi dilakukan secara daring, tanpa tatap muka
antara pengajar dan peserta didik.
Pembelajaran daring, serta merta menyadarkan akan potensi luar
biasa internet yang belum dimanfaatkan sepenuhnya dalam berbagai
bidang, termasuk bidang pendidikan. Tanpa batas ruang dan waktu,
kegiatan pendidikan bisa dilakukan kapan pun dan dimanapun.terlebih lagi
era dimana belum ada kepastian kapan pamdemi ini akan berakhir,
sehingga pembelajaran daring adalah kebutuhan mutlak yang harus di
penuhi oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Namun, dibalik setiap sisi positif suatu hal, pastilah tersimpan sisi
negatif, atau setidaknya kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Meskipun

14
secara formal kegiatan pendidikan masih bisa dilakukan secara daring,
namun karena siswa dan mahasiswa harus belajar di rumah, pendidikan
karakter selama masa pandemi ini, rasanya menjadi sedikit terabaikan.
Sebelumnya, ketika kegiatan pendidikan dilakukan di sekolah,
pendidikan karakter dilakukan dengan pengawasan langsung dari guru
atau dosen. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan karakter juga
dilakukan secara langsung, secara intensif dan bisa diukur tingkat
keberhasilannya. Akan tetapi saat ini, ketika kegiatan pendidikan
dilakukan secara daring, dimana yang terjadi lebih banyak hanyalah
proses pembelajaran, atau transfer pengetahuan saja, tak ada yang bisa
menjamin siswa atau mahasiswa mendapatkan pendidikan karakter dari
kedua orang tua mereka sesuai dengan nilai-nilai yang selama ini
diajarkan oleh institusi pendidikan.
Misalkan saja di beberapa sekolah islam, yang menekankan
pendidikan karakter dengan kegiatan peribadatan seperti solat sunnah
dan wajid secara berjama’ah, atau pengajian Al Quran, otomatis saat ini
tidak bisa melakukan kegiatan tersebut, karena siswa-siswi harus belajar
dari rumah. Memang, mungkin saja dari beberapa sekolah telah membuat
mekanisme pelaporan kegiatan ibadah siswa di rumah, namun tetap saja
kehadiran guru dan pendidik serta interaksi mereka dengan para siswa
secara langsung diperlukan untuk pelaksanaan pendidikan karakter yang
komprehensif.
Banyak pengajar yang mengeluhkan pastisipasi siswa dan
mahasiswa ketika pembelajaran daring berlangsung. Pengajar kesulitan
memastikan apakah siswa dan mahasiswa mengikuti pembelajaran
dengan serius. Karena sering terjadi, dalam pembelajaran daring, ada
siswa atau mahasiswa yang sengaja memasang video yang sudah
direkam, agar seolah-olah mengikuti proses pembelajaran, namun
ternyata mereka melakukan hal lain. Dalam proses evaluasi pun banyak
kesulitan yang dihadapi. Apabila biasanya tes atau ujian, guru atau dosen
bisa melakukan pengawasan langsung, sehingga siswa atau mahasiswa

15
bisa dididik untuk jujur dalam mengerjakan soal, sekarang keadaannya
berubah, tak ada yang bisa mengawasi dan memastikan apakah soal-soal
yang diberikan, dikerjakan sendiri atau tidak ? ataukah sembari mencari
jawaban dari internet kemudian tinggal “copy-paste” jawaban ?
Pembelajaran olahraga, dan praktikum di laboratorium, juga
terbengkalai. Padahal materi pelajaran tersebut mendidik siswa dan
mahasiswa untuk memiliki karakter positif seperti, teliti, tekun, jujur, hati-
hati, tidak mudah menyerah dan menghargai proses. Yang dikhawatirkan
jika pandemi ini berlangsung lama, dan pembelajaran daring dilakukan
selama setahun penuh atau mungkin lebih, generasi muda bangsa ini
akan terbiasa dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang tak
mendidik dan mendewasakan.
Mereka bisa jadi akan kehilangan setahun penuh dengan pendidikan
karakter yang nilainya sangat berharga sebagai bekal menjalani
kehidupan. Bangsa ini tidak lagi menghadapi ancaman kekurangan orang-
orang pintar di era internet seperti sekarang ini. Akses informasi tanpa
batas memudahkan setiap orang untuk belajar apapun. Namun
pembelajaran berbeda dengan pendidikan, apalagi pendidikan karakter.
Bangsa ini butuh generasi muda yang karakter positifnya terbentuk, dan
itu hanya bisa diraih dengan pendidikan karakter yang mengedepankan
keteladanan para pengajar, yang harus disaksikan dan ditiru langsung
oleh para siswa dan mahasiswa Oleh karena itu, sudah saatnya
Pemerintah dan segenap elemen pendidikan di Indonesia memikirkan
bagaimana cara mengganti pendidikan karakter yang selama masa
pandemi ini terpaksa harus terabaikan.
Jangan sampai hilangnya nilai-nilai pendidikan karakter juga menjadi
bagian dari “new normal”. Sehingga nantinya kita tak lagi merasa aneh
melihat generasi muda yang kehilangan karakter-karakter positif karena
pendidikan kita akhirnya didominasi pembelajaran daring yang hanya
mengedepankan transfer pengetahuan tanpa penanaman nilai-nilai akhlak
yang mulia.Itulah yang sangat diperlukan bangsa ini untuk memperbaiki

16
keadaannya sendiri yang sedang dilanda banyak masalah seperti
sekarang ini.
Tanpa batas ruang dan waktu, kegiatan pendidikan bisa dilakukan
kapan pun dan dimanapun.terlebih lagi era dimana belum ada kepastian
kapan pamdemi ini akan berakhir, sehingga pembelajaran daring adalah
kebutuhan mutlak yang harus di penuhi oleh seluruh masyarakat
Indonesia.
Namun, dibalik setiap sisi positif suatu hal, pastilah tersimpan sisi
negatif, atau setidaknya kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Meskipun
secara formal kegiatan pendidikan masih bisa dilakukan secara daring,
namun karena siswa dan mahasiswa harus belajar di rumah, pendidikan
karakter selama masa pandemi ini, rasanya menjadi sedikit terabaikan.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insane kamil.
Pembelajaran daring, atau dalam jaringan, adalah terjemahan dari
istilah online yang bermakna tersambung ke dalam jaringan komputer.
Dengan akata lain merupakan pembelajaran tanpa tatap muka secara
langsung antara guru dan siswa, tetapi dilakukan melalui jaringan internet
(online) dari tempat yang berdeda-beda, seperti pembelajaran dilakukan
melalui video conference, e-learning atau distance learning.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami sadar makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Kami minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan isi makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

18
DAFTAR PUSTAKA
https://suarabaru.id/2020/08/04/dampak-pembelajaran-daring-di-masa-pandemi-bagi-
pendidikan-karakter/
https://www.pendidikankarakter.com/peran-pendidikan-karakter-dalam-melengkapi-
kepribadian

19

Anda mungkin juga menyukai