ELDAWATI
NIM 2015302240
KELAS 19 D NON REGULER/ PJJ
TAHUN 2020/2021
A. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, berkat adanya pemanfaatan metode ilmiah oleh para pakar
pendidikan, ilmu pendidikan mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Namun
keadaan seperti itu tampaknya belum diikuti oleh para pelaksana pendidikan seperti guru.
Walaupun dalam kegiatan sehari-harinya guru sering dihadapkan pada banyak masalah, lalu
merumuskan masalah tersebut dengan caranya sendiri dan mengatasinya dengan cara sendiri
pula, namun mereka belum terbiasa menuangkan buah pikirannya itu ke dalam bentuk
tulisan, sehingga orang lain akan sulit mempelajari atau meniru cara-cara yang telah
ditemukannya itu. Ada beberapa faktor yang menyebabkan belum terbiasanya guru menulis
karya tulis atau melakukan penelitian pada bidang pekerjaan yang ditekuninya. Faktor
tersebut diantaranya adalah bahwa kemampuan guru dalam meneliti dan menulis masih
rendah. Padahal, informasi yang diperoleh dari hasil penelitian berguna sebagai dasar yang
logis dalam pengambilan keputusan. Akan tetapi tentu tidak semua keputusan yang diambil
harus berdasarkan pada hasil penelitian.
B. Pengertian Penelitian
C. Jenis Penelitian
D. Tahapan Penelitian
E. Prinsip Penelitian
A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat diartikan
secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari bahasa
Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian, pendapat yang
ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis berarti pendapat yang
kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan kebenaran dari pendapat tersebut,
maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan kebenarannya.
Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti dapat dengan sengaja
menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan atau penelitian. Jika sebuah hipotesis
telah teruji kebenarannya, maka hipotesis akan disebut teori.
B. Jenis Hipotesis
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskripsif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara
terhadap masalah deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri.
2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara
terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan (komparasi) antara dua
variabel penelitian.
3. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban sementara terhadap
rumusan masalah yang mempertanyakan hubungan (asosiasi) antara dua variabel
penelitian.
C. Perumusan Masalah
1. Apa permasalahan utama sehingga perlu dilakukan penelitian?
2. Apakah tujuan dilaksanakannya penelitian?
3. Apakah datanya dapat diperoleh?
4. Apakah mampu untuk melakukan penelitian dilihat dari biaya, tenaga, waktu dan latar
belakang teori?
5. Apakah dapat mempeoleh ijin penelitian?
6. Berapa banyak informasi yang sudah diperoleh?
7. Apakah masih perlu dilakukan studi pendahuluan?
D. Tinjauan Teoritis
1. Teori-teori apa yang dapat mendukung penelitian?
2. Dari mana dapat diperoleh teori-teori pendukung penelitian?
3. Apakah sudah ada penelitian terdahulu yang relevan?
4. Bagaimana bentuk kerangka pemikiran penelitian?
E. Perumusan Hipotesis
1. Apakah penelitian memerlukan hipotesis?
2. Apa dasar yang digunakan untuk merumuskan hipotesis?
3. Bagaimana bentuk hipotesis yang akan dirumuskan?
F. Desain Penelitian
1. Bagaimana desain perumusan masalahnya?
2. Bagaimana desain landasan teoritisnya?
3. Bagaimana desain perumusan hipotesisnya?
4. Bagaimana skala pengukurannya?
5. Berapa jumlah sampel yang diperlukan?
6. Bagaimana teknik pengambilan sampel?
7. Instrumen apa yang akan digunakan dalam penelitian?
H. Pengumpulan Data
1. Data apa saja yang harus dikumpulkan?
2. Bagaimana instrumen untuk mengumpulkan data?
3. Siapa yang akan mengumpulkan data?
4. Berapa biaya untuk mengumpulkan data?
5. Berapa tenaga yang diperlukan untuk mengumpulkan data?
6. Bagaimana prosedur yang harus dipenuhi untuk mengumpulkan data?
I. Skala Pengukuran
a. Skala Nominal
Adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokan atau pengkategorian
peristiwa atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak
menunjukkan perbedaan kuantitatif melainkan hanya menunjukkan perbedaan kualitatif.
b. Skala Ordinal
Adalah pengukuran di mana skala yang dipergunakan disusun berdasarkan atas
jenjang dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya disusun secara terurut dari yang
rendah sampai yang tinggi menurut suatu ciri tertentu, namun antara urutan (ranking)
yang satu dengan yang lainnya tidak mempunyai jarak yang sama.
c. Skala Interval
Adalah skala pengukuran di mana jarak satu tingkat dengan tingkat lainnya sama,
oleh karena itu skala interval dapat juga disebut skala unit yang sama (equal unit scale).
d. Skala Ratio
Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nilai NOL MUTLAK dan
mempunyai jarak yang sama. Skala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak
disebut skala rasio, dengan demikian skala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang
sangat jelas dan akurat (precise).
J. Metode Sampling
a. Probability Sampling
Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah mengetahui
besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan, dan peneliti
bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok unsur harus memiliki peluang yang sama
untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis Probability sampling adalah sebagai berikut :
- Simple random sampling
Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan
dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota
populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.
- Proportionate stratified random sampling
Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa
digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berstrata.
- Disproportionate stratified random sampling
Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan
jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.
- Area sampling
Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127),
teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster.
b. Nonprobability Sampling
Non-Probability sampling adalah sebuah teknik sampling yang tidak memperhatikan
banyak variabel dalam penarikan sampel. Sampel-sampel dari Nonprobability Sampling
juga disebut sebagai subjek penelitian dimana hasil dari uji yang dilakukan pada
sampling tidak memiliki hubungan dengan populasi. Tujuan penggunaan teknik
sampling ini lebih banyak melekat pada materi yang diujikan sedangkan pada random
sampling atau probability Sampling, tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi
pada populasi yang diujikan.
- Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor
urut.
- Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik
untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan.
- Sampling accidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2001: 60).
- Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
- Sampling jenuih
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
- Snowbal sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya
untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.
BAB IV
ETIKA PENELITIAN KESEHATAN
A. Pengertian
1. Etika adalah cabang ilmu filsafat moral yang mencoba mencari jawaban guna
menentukan dan mempertahankan secara rasional teori yang berlaku secara umum
tentang apa yang benar dan salah, baik dan buruk sebagai suatu perangkat prinsip moral
yang dapat dipakai sebagai pedoman bagi tindakan manusia.
2. Penelitian kesehatan adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut metode yang
sistematik untuk menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi yang baru,
membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori
atau suatu proses gejala alam dan atau sosial di bidang kesehatan, dan dilanjutkan
dengan menguji penerapannya untuk tujuan praktis di bidang kesehatan.
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian.
2. Jenis Data
3. Instrumen Penelitian
a. Kuesioner atau angket
Angket atau kuesioner pada umumnya digunakan sebagai instrumen penelitian survei
atau riset yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Kuesioner bisa terdiri atas dua
pertanyaan; pertanyaan yang bersifat tertutup dan terbuka. Kuesioner dengan pertanyaan
tertutup memberi opsi responden untuk memilih jawaban yang sudah tertulis dalam
kuesioner. Pertanyaan terbuka memberi kesempatan pembaca untuk menuliskan
jawabannya sendiri.
b. Panduan wawancara
Penelitian yang melibatkan wawancara sebagai teknik pengumpulan data umumnya
membutuhkan panduan wawancara atau istilah Inggrisnya interview guide. Interview
guide disusun sebelum peneliti turun lapangan dan bertemu langsung narasumber.
c. Buku catatan atau buku harian
Peneliti sebaiknya memiliki buku catatan penelitian atau buku harian untuk
menuliskan apa yang menarik dan berhubungan dengan fokus penelitian. Proses
penelitian berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Pada kurun waktu itu, sering kali ide
atau peristiwa terjadi diluar dugaan atau diluar kendali peneliti. Buku catatan berguna
untuk mendokumentasikan momentum penting yang kita tidak tahu datangnya.
d. Alat rekam
Alat rekam bisa terdiri dari kamera, video, atau perekam suara. Sebagai instrumen
penelitian, alat rekam mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data. Misalnya,
ketika wawancara, peneliti bisa mendapatkan narasi detail melalui transkrip apabila
wawancara direkam. Tentu saja, etika penelitian tetap harus diperhatikan dengan cara
meminta ijin terlebih dahulu sebelum mulai merekam.
e. Buku tes
Buku tes bisa digunakan sebagai instrumen penelitian, terutama riset yang bersifat
eksperimen. Eksperimen banyak menggunakan buku tes karena mampu merekam data
eksperimen yang dibutuhkan.
f. Peneliti
Instrumen penelitian terakhir yang bisa saya paparkan disini adalah peneliti itu sendiri.