Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ILMU KESEHATAN ANAK

DAFTAR OBAT YANG BOLEH/TIDAK BOLEH DIGUNAKAN PADA BAYI


DAN ANAK

Oleh :

Eldawati, Am. Keb

NIM : 2015302240

KELAS : 19 D ( NON REGULER/ PJJ)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. DAFTAR OBAT YANG BOLEH/TIDAK BOLEH DIGUNAKAN PADA BAYI

1.1 Obat yang Boleh digunakan untuk Bayi


A. Obat Pereda Demam

Jenis obat pereda demam yang aman untuk bayi yaitu paracetamol dan ibuprofen. Untuk bayi,
umumnya paracetamol dan ibuprofen tersedia dalam bentuk sirup. Namun pemberian kedua obat
tersebut ada aturannya, yakni:

a. Paracetamol
Paracetamol bisa diberikan bila Si Kecil sudah berusia 2 bulan, dengan syarat dia
dilahirkan setelah usia kehamilan 37 minggu dan beratnya sudah lebih dari 4 kg.
Paracetamol bisa meredakan demam dan nyeri akibat radang di tenggorokan yang
menyebabkan bayi batuk. Pemberian paracetamol yang tepat adalah setiap 4-6 jam sekali,
serta tidak lebih dari 4 kali pemberian dalam waktu 24 jam. Agar dosis paracetamol yang
diberikan sesuai, gunakan pipet atau sendok obat pada botol yang sesuai dengan
takarannya.
Terlalu banyak memberikan paracetamol dapat mengakibatkan kerusakan organ hati.
Oleh karenanya, pastikan untuk selalu mematuhi anjuran dosis yang diberikan.
Paracetamol cenderung lebih aman untuk saluran cerna bayi dibanding ibuprofen.
b. Ibuprofen
Ibuprofen dapat diberikan jika Si Kecil sudah berumur 3 bulan atau beratnya lebih dari 5
kg. Ibuprofen dapat mengurangi demam, nyeri, serta mengurangi peradangan.
Namun, pemberiannya sebaiknya tidak lebih dari 3 dosis dalam jangka waktu 24 jam dan
jarak waktu saat memberikan obat ini juga jangan terlalu cepat (kurang dari 6 jam).
Dibandingkan dengan paracetamol, ibuprofen cenderung membuat lambung bayi tidak
nyaman, sehingga ia bisa mengalami efek samping berupa mual atau muntah.
c. Larutan saline
Jika batuk Si Kecil tidak disertai demam, dapat dierikan larutan saline yang bisa dibeli di
apotek. Selain dalam bentuk tetes, saline yang merupakan larutan garam steril ini juga
tersedia dalam bentuk semprot (spray).
Larutan saline ini berfungsi mengencerkan lendir yang kental, sehingga lebih mudah
untuk dikeluarkan, melegakan pernapasan bayi, dan melembapkan jalan napas akibat
udara yang terlalu kering atau kotor. Bisa meneteskan larutan saline ke lubang hidung
bayi, lalu hisap lendir menggunakan alat hisap lendir yang bentuknya seperti pipet.

Perlu dipahami bahwa paracetamol, ibuprofen, dan larutan saline hanya digunakan untuk
membuat bayi merasa lebih nyaman dan dapat beristirahat hingga batuknya reda dengan
sendirinya.

B. Obat salep untuk mengobati ruam popok pada bayi


a. Salep Zinc Oxide

American Academy of Dermatology menyebutkan salep zinc oxide sebagai salah satu


pengobatan ampuh untuk ruam di pantat dan selangkangan bayi. Zinc oxide membentuk lapisan
pertahanan pada kulit teratas bayi untuk memperkecil peluang zat asing menyebabkan iritasi.
Salep ini mudah didapat dan umumnya ampuh sebagai cara mengobati ruam popok pada bayi
akibat iritasi.

Efek samping juga jarang terjadi pada bayi yang menggunakan obat ini. Namun, gunakan
obat sesuai arahan dokter maupun apoteker. Bersihkan tangan Anda sebelum mengoleskan obat
ini ke kulit dengan tipis-tipis. Jika dalam beberapa hari ruam tidak juga membaik, konsultasikan
dokter untuk mendapatkan obat yang tepat.

b. Hidrokortison

Salep hidrokortison bisa digunakan sebagai cara mengobati ruam popok. Obat ini dapat
mengurangi pembengkakan, rasa gatal, dan iritasi pada kulit. Sebagian besar krim kulit memang
mengandung hidrokortison dosis ringan. Namun untuk digunakan sebagai obat ruam popok, cara
pakai salep hidrokortison harus diawasi oleh dokter jika usia anak di bawah 10 tahun.

Gunakan hanya ketika dokter merekomendasikannya untuk anak Anda. Penggunaan secara
sembarangan justru dapat memperparah ruam dan iritasi kulit. Bila Anda menggunakan salep
hidrokortison sebagai obat untuk mengatasi ruam popok, jangan gunakan obat lain secara
bersamaan. Sebaiknya tunggu sekitar 10 menit baru oleskan obat lain, atau akan lebih baik jika
obat lain digunakan pada waktu yang berbeda

c. Krim Anti jamur

Perlu diketahui bahwa ada jamur yang hidup di permukaan kulit. Namun, keberadaannya
tidak membahayakan karena jumlahnya tidak banyak dan terkendali. Sayangnya, kondisi kulit
yang lembap dan kotor dapat merangsang pertumbuhan jamur jadi lebih banyak. Kondisi
tersebut bisa terjadi pada kulit di sekitar pantat dan selangkangan bayi sehingga dapat
menyebabkan ruam popok akibat infeksi jamur.

Cara mengobati ruam popok akibat infeksi jamur, bayi harus menggunakan salep antijamur.
Obat ini dapat mengurangi infeksi dengan menghambat pertumbuhan jamur di kulit. Beberapa
salep antijamur yang biasanya digunakan, yaitu golongan clotrimazole atau miconazole, seperti
Balmex, Desitin, Triple Paste dan Lotrimin. Selain itu, salep antijamur juga sering mengandung
zinc oksida, ini adalah bahan aktif yang banyak dipakai di dalam produk untuk mengatasi ruam
popok. Kandungan ini bisa menenangkan dan melindungi kulit bayi sepanjang hari. Anda bisa
mengaplikasikan obat ruam popok ini secara tipis-tipis di kulit bayi yang terkena ruam. Akan
tetapi, agar lebih aman penggunaannya, konsultasikan pada dokter terlebih dahulu.

d. Krim Anti Jamur

Selain jamur, infeksi juga bisa disebabkan oleh bakteri yang berkembang biak pada kulit lembap
dan kotor. Jika ruam popok pada bayi terjadi akibat infeksi bakteri, cara mengobatinya adalah
dengan salep antibiotik. Antibiotik mampu untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan
bakteri. Namun, penggunaannya untuk mengobati ruam popok sangat perlu resep dokter. Hal ini
karena tidak semua antibiotik dapat membantu mengobati ruam, seperti amoxicillin misalnya.

Penggunaan antibiotik secara sembarangan dan tidak perlu juga dapat meningkatkan
risiko infeksi jamur. Selain itu, antibiotik tidak boleh digunakan dalam jangka panjang karena
bisa menyebabkan resistensi (bakteri kebal dengan antibiotik). Oleh karena itu, Anda harus
konsultasi ke dokter.
e. Petroleum Jelly

Pilihan salep terakhir sebagai cara mengobati ruam popok pada bayi adalah petroleum jelly,
khususnya jika iritasi masih tergolong ringan. Mengaplikasikan petroleum jelly pada kulit
bayi juga dapat menjadi obat tambahan untuk krim ruam tertentu agar tidak lengket menempel di
popok.

Setelah sembuh, Anda bisa menggunakan salep ini sebagai perawatan lanjutan untuk
mencegah ruam popok kembali kambuh. Studi tahun 2013 pada Journal for Specialists in
Pediatric Nursing menunjukkan bahwa penggunaan petroleum jelly menurunkan risiko bayi
terkena ruam popok di kemudian hari. Agar lebih optimal, gunakan setelah kulit bayi dibersihkan
dengan air agar salep dapat menahan air dan lebih efektif menjaga kelembapan kulit.

1.2 Obat yang tidak boleh digunakan untuk bayi


A. Golongan antibiotic

Penggunaan antibiotik juga tidak selalu dibutuhkan untuk mengobati batuk pada bayi.
Antibiotik hanya digunakan jika batuk pada bayi disebabkan oleh infeksi bakteri. Untuk
menentukan apakah batuk pada bayi disebabkan oleh bakteri atau bukan dan menentukan jenis
antibiotik apa yang cocok untuk Si Kecil, maka dokter perlu melakukan pemeriksaan. Karena
penggunaan antibiotic yang tidak rasional dapat mengakibatkan:

1. Gray baby syndrome

Chloramphenicol merupakan spektrum antibiotik yang digunakan untuk mengatasi


berbagai infeksi bakteri, termasuk infeksi mata dan meningitis. Ketika diminum selama hamil,
chloramphenicol masuk ke plasenta dan tingkat obat janin mencapai sama tingginya dengan ibu.
Ini meningkatkan risiko kondisi fatal yang dikenal dengan gray baby syndrome, yang ditandai
dengan warna tubuh jadi abu, masalah kardiovaskuler, tekanan darah rendah, suhu tubuh rendah,
dan muntah.

Gray baby syndrome terjadi karena janin kekurangan enzim yang memecah chloramphenicol,
dan lebih umum terjadi pada wanita yang minum chloramphenicol pada trimester terakhir
kehamilan. Sebuah penelitian menyatakan penanganan dengan chloramphenicol di awal
kehamilan memiliki sedikit atau tanpa risiko pada janin.

2. Anemia

Penggunaan antibiotik seperti chloramphenicol, sulfasalizine, trimethoprim-


sulfamethoxazole, dan nitrofurantoin oleh ibu hamil yang kekurangan enzim tertentu bisa
memicu reaksi tidak diharapkan baik pada ibu maupun janin dengan
menyebabkan anemia dan gangguan sel darah merah.

3. Masalah perkembangan tulang

Tetracycline penyakit kuning merupakan antibiotik yang umum diresepkan untuk mengatasi
banyak infeksi termasuk pneumonia dan infeksi saluran nafas, serta infeksi kulit dan infeksi
saluran kemih. Tetracycline yang diminium selama hamil bisa mengarah ke plasenta dan janin
serta menyebabkan pertumbuhan tulang melambat, warna kuning permanen pada gigi, dan
meningkatkan risiko gigi berlubang.

4. Ketulian

Kelompok obat antibiotik aminoglycoside, termasuk kanamycin dan streptomycin,


bertindak sebagai penghalang protein sintesis di sel bakteri dan digunakan untuk mengatasi
infeksi bakteri serius. Pengunaan kanamycin dan streptomycin selama hamil membuat janin
berisiko mengalami masalah pendengaran dan ketulian. Tapi manfaat antibiotik ini melebihi
risikonya pada kondisi yang mengancam keselamatan.

5. Penyakit kuning dan kerusakan otak

Penggunaan trimethoprim-sulfamethoxazole dan sulfasalizine di tahap kehamilan lanjutan


bisa menyebabkan  dan kerusakan otak pada bayi baru lahir.

B. Aspirin. Jangan pernah memberikan anak obat yang mengandung aspirin, karena bisa
menyebakan Reye's syndrome (sindrom yang bisa mengubah zat-zat kimia dalam darah
sehingga merusak fungsi beberapa organ terutama hati dan otak) yang pada kasus tertentu
bisa mengakibatkan kematian. Aspirin kadang ditulis sebagai salisilat atau asam
asetilsalisilat.
C. Obat anti-mual. Jangan memberikan obat ini tanpa rekomendasi dari dokter, karena obat
ini memiliki risiko komplikasi. Rata-rata anak-anak bisa mengatasi rasa mual tanpa harus
mengonsumsi obat-obatan. Jika sudah mengalami dehidrasi, segera hubungi dokter.
D. Obat batuk dan flu yang dijual bebas. American Academy of Pediatrics (AAP)
melarang penggunaan obat batuk dan flu yang dijual bebas untuk anak usia sebelum
sekolah, karena bisa berbahaya. Efek yang ditimbulkan adalah tidak bisa tidur, sakit perut
bagian atas dan jantung yang berdebar-debar. Setiap tahun 7.000 anak-anak di bawah usia
11 tahun masuk rumah sakit karena mengonsumsi obat batuk dan flu yang berlebihan.
E. Obat orang dewasa. Memberikan anak-anak obat orang dewasa dengan dosis yang
dikurangi sangat berbahaya. Jika obat tersebut memberi tanda tidak untuk anak-anak,
maka jangan pernah mencoba untuk diberikan ke anak-anak.
F. Asetaminofen yang berlebihan. Beberapa obat mengandung asetaminofen untuk
mengurangi demam dan sakit, tapi berhati-hati dalam penggunaannya. Harus sesuai
dengan resep dokter atau apoteker setempat.
G. Obat herbal yang mengandung ephedra atau ephendrine. Jangan pernah memberikan
anak-anak obat ini, karena berhubungan dengan tekanan darah tinggi, detak jantung yang
tidak teratur, serangan jantung dan stroke. Berikanlah pengobatan alternatif lain yang
lebih aman dan alami.
H. Tablet kunyah. Jangan memberikan anak berusia di bawah 2 tahun obat ini, umumnya
anak berusia 2 sampai 4 tahun yang sudah mengerti cara minum obat ini. Jika orang tua
berpikir anaknya belum terlalu mengerti, maka hancurkan obat dan letakkan di sendok
yang diberi sedikit air. Dosis yang diberikan harus sesuai.
2. OBAT YANG BOLEH/TIDAK BOLEH DIBERIKAN KEPADA ANAK
2.1 Obat yang boleh diberika kepada anak

a. Parasetamol dan Ibuprofen

Jika Si Kecil demam, Anda boleh memberikan parasetamol atau ibuprofen untuk
menurunkan panasnya. Tetapi perlu diingat bahwa ibuprofen harus diminum setelah makan,
karena dapat merangsang lambung, sementara parasetamol bisa diminum sebelum makan.
Parasetamol juga dapat digunakan untuk mengurangi peradangan. 

b. Gripe Water

Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi segala keluhan Si Kecil yang timbul karena
tumbuh gigi, perut kembung, hidung tersumbat, dan lainnya. 

c. Boorwater

Boorwater merupakan obat luar untuk mengatasi mata merah atau belekan pada Si Kecil. Jika
3 hari setelah digunakan tidak juga ada perubahan, segera bawa ia ke dokter untuk penanganan
lebih lanjut. 

d. Antihistamin

Obat ini berguna untuk melawan gejala alergi berupa hidung meler, mata berair, gatal-gatal dan
uticaria. Antihistamin tersedia dalam bentuk sirup untuk diminum dan salep atau semprot yang
digunakan untuk meringankan ruam di kulit. Contohnya cetirizine HCl syr 5 mg dan Drop

2.2 Obat yang tidak boleh diberikan kepada anak

1. Aspirin

Aspirin, yang memiliki nama lain salisilat atau asma asetilsalisilat, adalah jenis obat yang tidak
dianjurkan untuk diberikan pada anak tanpa adanya resep dokter. Hal ini karena aspirin dapat
meningkatkan risiko terjadinya sindrom Reye pada anak.

Sindrom Reye adalah penyakit langka yang memiliki gejala, seperti muntah-muntah dan badan
lemas yang diikuti dengan penurunan kesadaran. Bila tidak ditangani dengan cepat dan
tepat, sindrom Reye dapat mengancam nyawa penderitanya.
2. Ibuprofen

Ibuprofen biasanya digunakan untuk mengatasi demam. Obat ini tidak dianjurkan untuk
diberikan pada anak yang asma sejak lahir atau masih berusia kurang dari 6 bulan, tanpa adanya
resep dari dokter. Sebab, obat jenis ini dapat menghambat produksi senyawa penting di dalam
tubuh dan berpotensi menyebabkan peradangan.

3. Sirup ipekak

Sirup ipekak (ipecac syrup) adalah jenis obat yang ditujukkan untuk memicu muntah, yang
biasanya digunakan untuk mengatasi keracunan. Obat jenis ini sangat tidak dianjurkan untuk
diberikan pada anak usia berapa saja.

Faktanya, banyak ahli yang tak lagi merekomendasikan penggunaan sirup ipekak. Ini karena
tidak ada bukti ilmiah yang mengatakan bahwa muntah dapat membantu mengobati keracunan.
Justru, muntah setelah “kemasukan” racun bisa berbahaya bagi kesehatan

4. Obat batuk atau flu yang dijual bebas

The American Academy of Pediatrics (AAP) mengatakan bahwa obat batuk dan flu yang dijual
bebas di pasaran tidak disarankan untuk diberikan pada anak yang belum genap berusia 3 tahun.

Penelitian menyebut, pemberian obat batuk atau flu yang dijual bebas pada anak yang belum
berusia 3 tahun tidak benar-benar bermanfaat. Kondisi tersebut malah berbahaya bagi anak,
apalagi jika dosisnya berlebihan. Ini karena obat-obatan tersebut dapat memberikan efek berupa
mengantuk atau sulit tidur, sakit perut, dan ruam atau gatal-gatal. Selain itu, pemberian obat
batuk atau flu yang dijual bebas pada anak di bawah usia 3 tahun juga bisa menyebabkan detak
jantung cepat, kejang, bahkan kematian.

5. Obat untuk orang dewasa

Memberikan obat yang dikhususkan untuk orang dewasa pada anak sangat tidak dianjurkan,
sekalipun obat tersebut sudah dibagi menjadi ukuran yang lebih kecil. Anda tak ingin si Kecil
mengalami efek samping yang mungkin membahayakan keselamatannya, bukan?
6. Obat yang diresepkan untuk orang atau penyakit lain

Obat memiliki fungsi yang spesifik. Jadi, penggunaannya juga harus disesuaikan dengan keadaan
pasien dan jenis penyakit yang dialami.  Maka dari itu, hindari memberikan obat yang diresepkan
dokter untuk orang lain kepada anak Anda, sekalipun penyakit dan keluhannya mirip.

7. Obat tetes mata

Ketika mata anak terlihat merah, berair atau gatal, jangan langsung memberinya obat tetes mata
yang biasa dijual bebas. Bukannya sembuh, perilaku tersebut justru bisa membahayakan
kesehatan indra penglihatan si Kecil.

Perlu diketahui, anak belum memiliki kondisi mata yang berkembang sempurna. Sehingga,
penggunaan obat mata yang biasa dijual bebas di pasaran (ditujukan untuk dewasa) dapat berefek
merugikan, bahkan bisa mengganggu kualitas penghilatan si Kecil.

Anda mungkin juga menyukai