Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

I. KASUS (MASALAH UTAMA) : PERILAKU KEKERASAN


II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam
dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat
perilaku kekerasan. (Dermawan, Deden,dkk, 2013).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman
(Hadiyanto, 2016). Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Elshy Pangden Rabba,
Dahrianis, 2014).
B. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif


Violence
(Ermawati Dalami, dkk 2014)

Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berperilaku pasif, asertif,


dan agresif/perilaku kekerasan.
a. Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan
atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan
atau menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan
kelegaan pada individu.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
c. Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan
tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau
ketakutan / panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan
mengamuk dengan ancaman, member kata-kata ancaman tanpa niat
melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
e. Kekerasan/ violence sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk.
Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan
sampai pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan
kemarahan yang dapat mengarah pada perilaku kekerasan. Respon rasa
marah bisa diekspresikan secara eksternal (perilaku kekerasan) maupun
internal (depresi dan penyakit fisik).
Mengekspresikan marah dengan perilaku konstrukstif,
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti
hati orang lain, akan memberikan persaan lega, menurunkan ketegangan
sehingga perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan biasanya
dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tidak
menyelesaikan masalah, bahkan dapat menimbulkan kemarahan
berkepanjangan dan perilaku destruktif.
Perilaku yang tidak asertif seperti menekan perasaan marah
dilakukan individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari
perasaan marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan
demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat
akan menimbulkan perasaan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri.
(Dermawan, Deden, 2013).
C. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural menurut (Dermawan,
Deden, 2013), yaitu:
a. Faktor biologis
1) Instinctual Drive Theory (Teori Dorongan Naluri).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebakan
oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2) Psychosomatic Theory (teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis
terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam
hal ini system limbic berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) Frustration Aggression Theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu
untuk mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut
dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung
3) Eksistensial Theory (Teory Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku
konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku
destruktif.
c. Faktor sosiokultural
1) Social Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung
individu untuk merespon asertif dan agresif
2) Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun
melalui proses sosialitas.
b. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain) maupun dalam (putus hubungan
dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit
fisik, dan lain-lain). Selain itu lingkungan yang terlalu ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat
memicu perilaku kekerasan. (Dermawan, Deden, 2013).
D. Tandan Dan Gejala
Klien dengan perilaku kekerasan sering menunjukkan adanya antara lain:
a. Data subjektif:
- Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam.
- Klien mengungkapkan perasaan tidak berguna
- Klien mengungkapkan perasaan jengkel
- Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-
debar, rasa tercekik, dada terasa sekal dan bingung
- Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
- Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
b. Data objektif:
- Muka merah
- Mata melotot
- Rahang dan bibir mengatup
- Nafas pendek
- Tangan dan kaki tegang, tangan mengepal
- Tampak mondar-mandir
- Tampak bicara sendiri dan ketakutan
- Tekanan darah meningkat
- Tampak berbicara dengan suara tinggi
- Frekuensi denyut nadi meningkat
(Kartika Sari Wijayaningsih, 2015)
E. Akibat
Dampak pasien dengan perilaku kekerasan apabila tidak ditangani
dapat menyebabkan risiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan
lingkungan. Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan (Prabowo, 2014).
III. A. POHON MASALAH

Resiko tinggi mencederai diri sendiri, dan orang lain

Perilaku Kekerasan Gangguan persepsi


sensori: halusinasi
pendengaran

Regiment terapeutik Harga diri rendah Isolasi sosial:


inefektif kronis menarik diri

Koping keluarga Berduka


tidak efektif disfungsional
(Fitria, Nita 2010)
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Data Mayor :
DS : mengatakan mengancam, mengumpat dengan kata – kata kasar,
suara keras, bicara ketus
DO : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, perilaku agresif/mengamuk
Data Minor
DS :-
DO : mata meletot atau pandangan tajam,tangan mengepal,wajah
memerah, postur tubuh kaku
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan persepsi sensori: Perilaku Kekerasan

V. RENCANA KEPERAWATAN

Intervensi ditunjukkan ke klien


a. Tujuan dan kriteria hasil
Kontrol Diri (L.09076)
1) Verbalisasi kepuasan terhadap diri meningkat (5)
2) Verbalisasi kepuasan terhadap harga diri meningkat (5)
3) Verbalisasi kepuasan terhadap penampilan peran meningkat (5)
4) Verbalisasi kepuasan terhadap penampilan peran meningkat (5)
5) Verbalisasi kepuasan terhadap citra tubuh meningkat (5)
6) Verbalisasi kepuasan terhadap identitas diri meningkat (5)
7) Verbalisasi keinginan meningkatkan konsep diri meningkat (5)
8) Verbalisasi rasa percaya diri meningkat (5)
9) Verbalisasi penerimaan terhadap kelebihan diri meningkat (5)
10) Verbalisasi penerimaan terhadap keterbatasan diri meningkat (5)
11) Tindakan sesuai perasaan membaik (5)

Harapan (L.09068)

1) Keterlibatan dalam aktivitas perawatan meningkat (5)


2) Selera makan meningkat (5)
3) Inisiatif meningkat (5)
4) Minat komunikasi verbal meningkat (5)
5) Verbalisasi keputusan menurun (5)
6) Afek datar menurun (5)
7) Mengangkat bahu saat bicara menurun (5)
8) Pola tidur membaik (5)
b. Tindakan Keperawatan
Manajemen Keselamatan Lingkungan (1.14513
Observasi
- Identifikasi kebutuhan keselamatan
- Monitor perubahan status keselamatan ligkungan

Terapeutik

- Hilangkan bahaya keselamatan lingkungkan. Jika memungkinkan


- Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
- Sediakan alat bantu keamanan lingkungan
- Gunakan perangkat pelindung
- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas
- Fasilitasi relokasi lingkungan yang aman
- Lakukan program skrinning bahaya lingkungan

Edukasi

- Ajarkan individu, keluarga dari kelompok risiko tinggi bahaya


lingkungan

Manajemen Pengendalian Marah (1.09290)

Observasi

- Identifikasi penyebab/pemicu kemarahan


- Indentifikasi harapan perilaku terhadap ekpresi kemarahan
- Monitor potensi agresi tidak konstruktif dan lakukan tindakan
sebelum agresif
- Monitor kemajuan dengan membuat grafik.jika perlu

Terapeutik

- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


- Fasilitasi mengekspresikan marah secara adaptif
- Cegah kerusakan fisik akibat ekspresi marah
- Cegah aktivitas pemicu agresif
- Lakukan kontrol eksternal
- Dukungan menerapkan strategi pengendalian marah dan ekpresi
amarah adaptif
- Berikan penguatan atas keberhasilan penerapan strategi pengendalian
marah

Edukasi

- Jelaskan makna, fungsi marah, frustasi, dan respon marah


- Anjurkan meminta bantuan perawat atau keluarga selama ketegangan
meningkat
- Ajarkan strategi untuk mencegah ekspresi marah maladaptif
- Ajarkan metode untuk memodulasi pengalaman emosi yang kuat

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat. Jika perlu

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL


PERILAKU KEKERASAN

SP 1

KLIEN

1) Mengidentifikasi perilaku kekerasan, dan melatih cara mengontrol


perilaku kekerasan dengan cara fisik.
2) Membina hubungan saling percaya.
3) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara fisik.
4) Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan.
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
KELUARGA

1) Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien


2) Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya perilaku
kekerasan (gunakan booklet)
3) Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan
4) Anjurkan memberikan pujian setelah melakukan kegiatan
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tim Pokja DPP PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.

Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai