M DENGAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG PARKIT
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG – MALANG
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Adelina Ike R (0319001)
2. Fitri Ayu Arifa (0319015)
3. Heni Mutaharah (0319019)
4. Pungki Tri Astuti (0319029)
5. Uki Wijayanto (0319038)
Mengetahui,
Kepala Ruang Parkit
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayahnya kelompok dapat menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. M
Dengan Diagnosa Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di
Ruang Parkit RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang dengan tepat waktu. Tugas ini
disusun sebagai persyaratan kopentensi keperawatan jiwa profesi ners Stikes Dian Husada
Mojokerto.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan Jiwa;
1. Hasim Ashari, S.Kep., Ns selaku Kepala Ruang Parkit RSJ Radjiman Wediodiningrat
Lawang yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan,
petunnjuk. Dan koreksi dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini.
2. Ibu Siti Rokhayati, S.ST selaku pembimbing klinik yang telah meluangkan waktu
dalam membimbing kami dari awal penyusunan hingga tugas ini dapat terselesaikan.
3. Ibu Hartin Suidah, S.Kep.,Ns., M.Kes selaku pembimbing institusi yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing kami dari awal hingga tugas ini dapat
terselesaikan.
4. Seluruh anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
Kami menyadari dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan,
maka kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menjadikan tugas ini menjadi lebih baik lagi.
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan penyakit otak neurologis komplek salah satu
skizofrenia (Harkomah, dkk 2018). Halusinasi merupakan ppenginderaan tanpa
rangsangan eksternal yang berhubungan dengan salah satu jenis indra tertentu
yang khas (Kaplan & saddock dalam Dermawan & Rusdi, 2013). Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada suara padahal
tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu yang menakutkan
padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan tertentu padahal orang
lai tidak merasakan sensasi serupa. Marasakan pengecap sesuatu padahal tidak
sedang makan apapun. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak adapun dalam
permukaan kulit (Yosep & Sutini, 2009).
Berdasarkan data ruang parkit pada bulan Maret 2020 dari total 33 pasien
yang dirawat di ruangan tersebut sebanyak 17 pasien mengalami gangguan
persepsi sensori : halusinasi dan sebanyak 16 pasien mengalami isolasi sosial :
menarik diri.
Dalam hal ini peran fungsi dan tanggung jawab perawat psikiatri dalam
meningkatkan derajat kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi adalah bagimana caranya untuk mengontrol halusinasi yang
dialami oleh pasien, dengan cara menghardik ataupun dengan memberikan
kegiatan untuk pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 TUM
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien
dengan diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
1.2.2 TUK
Mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian pada Tn. M dengan diagnosa keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
5
2. Menganalisa data hasil dari pengkajian pada Tn. M dengan
diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
3. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan jiwa pada T. M dengan
diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
4. Membuat Intervensi Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. M dengan
diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
5. Melakukan Implementasi Keperawatan Jiwa pada Tn. M dengan
diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
6. Melakukan Evaluasi hasil Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. M
dengan diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
7. Melakukan Dokumentasi hasil Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.
M dengan diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi salah satu acuhan dan wawasan dalam menyusun
asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosa keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
1.3.2 Bagi Pendidikan
Dapat memberikan kontribusi laporan kasus untuk pengembangan
praktik keperawtan jiwa dan pemecahan masalah dalam bidang atau
profesi keperawatan jiwa
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat
kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan jiwa pada pasien dengan diagnosa keperawatan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
6
1.3.4 Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan khususnya untuk perawat dan memberikan asuhan
keperawatan jiwa yang komprehensif pada pasien dengan halusinasi
dan sebagai pertimbangan perawat dalam penatalaksanaan kasus
sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat pada pasien
dengan diagnosa keperawatan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. RENTANG RESPON
Rentang respon menurut Stuart dan laraia (2010) antara lain :
1. Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secra logisdan koheren
2. Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang
didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu
yang ada didalam maupun diluar dirinya
3. Emosi konsisten yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau efek keluar
disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama
4. Perilaku sesuai yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu, individu dan kelompok
dalam bentuk kerjasama
5. Emosi berlebihan atau kurang yaitu manifestasi perasaan atau afek keluar
berlebihan atau kurang
8
Adaptif Maladaptif
C. PENYEBAB
Factor predisposisi
a. Biologis :
1) Genetik: Diturunkan melalui kromosom orangtua (kromosom keberapa
masih dalam penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan kontribusi
genetik tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang kedua
orangtuanya tidak menderita, kemungkinan terkena penyakit adalah satu
persen. Sementara pada anak yang salah satu orangtuanya menderita
kemungkinan terkena adalah 15%. Dan jika kedua orangtuanya penderita
maka resiko terkena adalah 35 persen. Kembar indentik berisiko
mengalami gangguan sebesar 50%, sedangkan kembar fraterna berisiko
mengalami gangguan 15%
2) Kelainan fisik: Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik.
Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin
3) Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal meliputi trauma,
penurunan oksigen pada saat melahirkan, prematur, preeklamsi, malnutrisi,
stres, ibu perokok, alkohol, pemakaian obat-obatan, infeksi, hipertensi dan
agen teratogenik. anak yang dilahirkan dalam kondisi seperti ini pada saat
dewasa (25 tahun) mengalami pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek
9
otak. Anak yang dilahirkan dalam lingkungan yang dingin sehingga
memungkinkan terjadinya gangguan pernapasan
4) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan
BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
5) Keadaan kesehatan secara umum: misalnya kurang gizi, kurang tidur,
gangguan irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan aktivitas, malas
untuk mencari bantuan pelayanan kesehatan
6) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat halusinogen, riwayat
terkena infeksi dan trauma serta radiasi dan riwayat pengobatannya
7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester 3
kehamilan dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu
fisiologi otak
b. Psikologis
1) Intelegensi: riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan kurangnya
suplay oksigen terganggu dan glukosa sehingga mempengaruhi fungsi
kognitif sejak kecil misalnya: mental retardasi (IQ rendah)
2) Ketrampilan verbal
a) Gangguan keterampilan verbal akibat faktor komunikasi dalam keluarga,
seperti : Komunikasi peran ganda, tidak ada komunikasi, komunikasi
dengan emosi berlebihan, komunikasi tertutup,
b) Adanya riwayat gangguan fungsi bicara, akibatnya adanya riwayat
Stroke, trauma kepala
c) Adanya riwayat gagap yang mempengaruhi fungsi sosial pasien
3) Moral : Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi moral
individu, misalnya lingkungan keluarga yang broken home, konflik,
Lapas.
4) Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan
menutup diri
5) Pengalaman masa lalu :
a) Orangtua yang otoriter dan selalu membandingkan
b) Konflik orangtua sehingga salah satu orang tua terlalu menyayangi
anaknya
10
c) Anak yang dipelihara oleh ibu yang suka cemas, terlalu melindungi,
dingin dan tak berperasaan
d) Ayah yang mengambil jarak dengan anaknya
e) Mengalami penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
baik sebagai korban, pelaku maupun saksi
f)Penilaian negatif yang terus menerus dari orang tua
6) Konsep diri : adanya riwayat ideal diri yang tidak realistis, identitas diri
tak jelas, harga diri rendah, krisis peran dan gambaran diri negative
7) Motivasi: riwayat kurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan
8) Pertahanan psikologi: ambang toleransi terhadap stres rendah dan adanya
riwayat gangguan perkembangan
9) Self control: adanya riwayat tidak bisa mengontrol stimulus yang datang,
misalnya suara, rabaan, penglihatan, penciuman, pengecapan, gerakan
c. Social cultural
1) Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
3) Pendidikan : Pendidikan yang rendah, riwayat putus sekolah dan gagal
sekolah
4) Pendapatan : Penghasilan rendah
5) Pekerjaan : Pekerjaan stresful, Pekerjaan beresiko tinggi
6) Status sosial : Tuna wisma, Kehidupan terisolasi
7) Latar belakang Budaya : Tuntutan sosial budaya seperti paternalistik dan
adanya stigma masyarakat, adanya kepercayaan terhadap hal-hal magis
dan sihir serta adanya pengalaman keagamaan
8) Agama dan keyakinan : Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin dan kesalahan persepsi terhadap ajaran agama
tertentu
9) Keikutsertaan dalam politik: riwayat kegagalan dalam politik
10) Pengalaman sosial : Perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana,
perang, kerusuhan, perceraian dengan istri, tekanan dalam pekerjaan dan
kesulitan mendapatkan pekerjaan
11
11) Peran sosial: Isolasi sosial khususnya untuk usia lanjut, stigma yang
negatif dari masyarakat, diskriminasi, stereotype, praduga negative
D. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Obyektif :
1. Bicara atau tertawa sendiri.
2. Marah-marah tanpa sebab.
3. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
4. Menutup telinga.
5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8. Menutup hidung.
9. Sering meludah.
10. Muntah.
11. Menggaruk-garuk permukaan kulit.
b. Data Subyektif :
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
5. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang
sendirian.
9. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.
12
E. AKIBAT
Factor presipitasi
a. nature
Enam bulan terakhir terjadi hal-hal berikut ini:
1) Faktor biologis : kurang nutrisi, Ada gangguan kesehatan secara umum
(menderita penyakit jantung, kanker, mengalami trauma kepala atau sakit
panas hingga kejang-kejang), sensitivitas biologi (terpapar obat halusinogen
atau racun, asbestosis, CO)
2) Faktor psikologis : mengalami hambatan atau gangguan dalam ketrampilan
komunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri, ada pengalaman masa lalu
tidak menyenangkan (misalnya: menjadi korban aniaya fisik, saksi aniaya
fisik maupun sebagai pelaku, konsep diri yang negatif (harga diri rendah,
gambaran citra tubuh, keracuan identitas, ideal diri tidak realistis, dan
gangguan peran), kurangnya penghargaan, pertahanan psikologis rendah
(ambang toleransi terhadap stres rendah), self control (ada riwayat terpapar
stimulus suara, rabaan, penglihatan, penciuman dan pengecapan, gerakan
yang berlebihan dan klien tidak bisa mengontrolnya
3) Faktor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah/putus atau gagal
sekolah, pendapatan rendah, pekerjaan tidak punya, status social jelek (tidak
terlibat dalam kegiatan di masyarakat, latar belakang budaya, tidak dapat
menjalankan agama dan keyakinan, keikutsertaan dalam politik tidak bisa
dilakukan, pengalaman sosial buruk, dan tidak dapat menjalankan peran
sosial.
b. Origin
1) Internal : Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
2) Eksternal : Kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, dan kurang
dukungan kelompok/teman sebaya
c. Timing: stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-ulang/
terus menerus
d. Number: Sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah yang
sangat berat
13
III. Pohon masalah
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (Pendengaran)
14
1) Mendiskusikan dengan pasien isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon terhadap halusinasi.
2) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi:
a. Menghardik halusinasi
Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan
menguatkan perilaku pasien.
b. Menggunakan obat secara teratur
Menjelaskan pentingnya penggunaan obat, jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara
mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6
benar (benar jenis, guna, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat).
c. Bercakap –cakap dengan orang lain.
d. Melakukan aktifitas yang terjadual.
Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur, mendiskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas,
menyusun jadual aktifitas sehari–hari sesuai dengan jadual yang telah
dilatih, memantau jadual pelaksanaan kegiatan, memberikan
reinforcement.
2. Tindakan Keperawatan Halusinasi (Keluarga)
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengenal masalah merawat pasien di rumah.
2) Keluarga mampu menjelaskan halusinasi (pengertian, jenis, tanda dan gejala
halusinasi dan proses terjadinya).
3) Keluarga mampu merawat pasien dengan halusinasi.
4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan
5) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kambuh ulang.
6) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow-up pasien
dengan halusinasi.
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
15
2) Berikan penjelasan kesehatan meliputi : pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi.
3) Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi:
menghardik, minum obat, bercakap- cakap, melakukan aktivitas.
4) Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah terjadinya
halusinasi.
5) Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan.
6) Diskusikan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk follow-up
anggota keluarga dengan halusinasi.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 : PENGKAJIAN DAN MENGENAL
HALUSINASI.
SP 1
KLIEN
1. Mengidentifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon
2. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi: menghardik, minum obat, bercakap-
cakap, melakukan kegiatan
3. Melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Melatih klien memasukkan latihan menghardik dalam jadqual kegiatan harian
klien
Keluarga
1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya halusinasi (gunakan
booklet)
3. Jelaskan cara merawat halusinasi
4. Latih cara merawat halusinasi: hardik
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
16
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. M (L)
Umur : 27 Tahun
Alamat : Dinsos Kediri
Pendidikan : SD / Sederajat
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Petani
JenisKel. : Laki-laki
No CM : 078xxx
17
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)
Pasien mengatakan bahwa sebelum dibawa ke RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat,
pasien mendengar bisikan yang menyuruh untuk memukul ibu nya gejala tersebut selama
2 hari, pasien juga sulit tidur kemudian dibawa ke rumah sakit
18
Pasien mengatakan tidak pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri
DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa kegagalan, kematian,
perpisahan )
Jika ada jelaskan :
Tidak ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
d. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)
( ) Ya
(√) Tidak
Jika ya Jelaskan
Tidak Pernah
DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
e. RiwayatPenggunaanNAPZA
Pasien mengatakan pernah menggunakan NAPZA yaitu minuman keras (bir
hitam, bir merah dan topi miring) dan obat-obatan karena di ajak oleh teman-
teman nya, jika pasien sudah sembuh dan pulang dari rsj tidak akan meminum
alkohol lagi.
Diagnosa Keperawatan : Resiko penyalahgunaan zat
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan:
Dibawa ke RSJ,dibawa ke dukun, dibawa ke kyai, dan puskesmas tidak hasil nya.
Minum obat tidak teratur.
DiagnosaKeperawatan : Regimen terapeutik inefektif atau tidak ada kepatuhan
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
( ) Ada
(√) Tidak
Jika ada:
Hubungan keluarga:
Tidak Ada
Gejala:
19
Tidak Ada
Riwayatpengobatan:
Tidak Ada
DiagnosaKeperawatan: Tidak Ada Masalah
27
Ket :
Tinggal serumah
Laki – laki
Perempuan
27 Umur
Klien
sangat dekat
20
Jelaskan:
Pasien diasuh oleh bapak dan ibu, bapak dan ibu pasien sabar, jika pasien nakal hanya
dimarahi oleh bapaknya tapi pasien tidak ada trauma,
DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh:
Pasien mengatakan bagian yang disukai nya adalah mulut karena mulut bisa bicara
dan pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota tubuh yang tidak dia sukai.
b. Identitas:
Pasien mengatakan namanya Tn. M dengan jenis kelamin laki-laki, usia 27 tahun
bekerja sebagai petani.
c. Peran:
Sebagai anak pasien juga bekerja untuk membantu keluarga, dikelompok,
masyarakat hanya sebagai rakyat.
d. Ideal diri:
Pasien mengatakan cita-cita pengen jadi petani, harapan pasien pengen cepat
sembuh dan pulang.
e. Hargadiri:
Pasien mengatakan dengan percaya diri bahwa dirinya ganteng.
DiagnosaKeperawatan : Tidak Ada Masalah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan lebih dekat dengan bapak nya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat dan hubungan sosial
Pasien mengatakan jika ada kegiatan dikampung nya ikut gotong royong, jika
tidak ada kegiatan pasien hanya berdiam diri di rumah saja tidak melakukan
apa-apa.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien diam dirumah karena merasa lingkungan tidak mau bergaul dengan
dirinya.
DiagnosaKeperawatan : Isolasi sosial : Menarik Diri
21
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien Mengatakan bahwa di agamanya sakit jiwa adalah orang yang berkeliaran
di jalan.
b. Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan selama disini selalu beribadah 5 waktu : Dhuhur, Ashar,
Maghrib, Isya’, dan Subuh
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
V. PEMERIKSAAAN FISIK
1. Keadaan umum
Pasien baik, pakaian sesuai aturan, penampilan rapi dan bersih
2. Kesadaran (Kuantitas)
Composmentis, GCS 4-5-6
3. Tanda vital:
TD : 101/63 mm/Hg
N : 106 x/menit
S : 36,1 O C
P : 19 x/menit
4. Ukur:
BB : 50 Kg
TB : 141 Cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan :
Pasien mengatakan pagi ini kepalanya pusing, kalau di bawa jalan terasa mau jatuh
dan pasien mengatakan sakit gigi.
Diagnosa Keperawatan : Tidak Ada Masalah
22
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan (Penanpilan usia, cara perpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
Pasien tampak sesuai umur nya, penampilan pasien bersih, kuku pendek, rambut rapi,
cara berpakaian benar sesuai ketentuan, pasien mandi 3x dalam sehari
DiagnosaKeperawatan: Tidak Ada Masalah
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Jelaskan:
Frekuensi suara pasien jarang, volume suara pelan, jumlah kalimat yang yang
diucapkan singkat, karakter suara jelas.
Diagnosa Keperawatan: Gangguan Komunikasi Verbal
3. Aktifitas motorik / Psikomotor
Kelambatan :
( ) Hipokinesia,hipoaktifitas
( ) Katalepsi
( ) Sub stupor katatonik
( ) Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Peningkatan :
(√) Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Stereotipi Otomatisma
GaduhGelisahKatatonik Negativisme
Mannarism Reaksikonversi
Katapleksi Tremor
Tik Verbigerasi
Ekhopraxia Berjalankaku/rigid
Command automatism Kompulsif :sebutkan …………
Jelaskan:
Pasien mengatakan kepalanya sering pusing. Pasien selama di ruangan mondar mandir
dan melakukan kegiatan yang berlebihan.
DiagnosaKeperawatan: Resiko Jatuh
23
4. Mood dan Afek
a. Mood
( ) Depresi ( ) Khawatir
( ) Ketakutan ( ) Anhedonia
( ) Euforia ( ) Kesepian
(√) Lain lain
Jelaskan
Pasien ketika ditanya tentang perasaan nya menjawab sedih.
b. Afek
(√) Sesuai ( ) Tidak sesuai
( ) Tumpul/dangkal/datar ( ) Labil
Jelaskan:
Saat pasien dikasih stimulus dengan cerita senang ataupun sedih ekspresi pasien
sesuai.
Diagnosa Keperawatan:
5. Interaksi Selama Wawancara
Bermusuhan Kontak mata kurang
Tidak kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga
Jelaskan:
Pasien pada saat pengkajian kontak mata kooperatif, selalu memperhatikan ketika
wawancara.
Diagnosa Keperawatan:
6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi
(√)Pendengaran
( ) Penglihatan
( ) Perabaan
( ) Pengecapan
( ) Penciuman
b. Ilusi
( ) Ada
(√) Tidakada
Jelaskan:
24
Pasien mengatakan ada suara bisikan di telinga nya menyuruh untuk marah, memukul
dan ngamuk, dan bisikan lebih sering terdengar pada malam hari saat sendirian
DiagnosaKeperawatan : Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi Pendengaran
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
(√) Koheren Inkoheren
Sirkumtansial Asosiasi longgar
tangensial Flight of Idea
Blocking Perseverasi
Logorhoe Neologisme
Clang Association Main kata kata
Afasia Lain lain…
Jelaskan:
Pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang di tanyakan perawat saat
pengkajian dan dapat dipahami
b. Isi Pikir
Obsesif Fobia,sebutkan…………..
Ekstasi Waham:
Fantasi o Agama
Alienasi o Somatik/hipokondria
Pikiran bunuh diri o Kebesaran
Preokupasi o Kejar / curiga
(√) Pikiran isolasisosial o Nihilistik
Ide yang terkait o Dosa
PikiranRendahdiri o Sisippikir
Pesimisme o Siar piker
Pikiranmagis o Kontrolpikir
Pikirancuriga Lain lain :
Jelaskan:
Pasien mengatakan diam dirumah karena merasa lingkungan tidak mau bergaul
dengan dirinya.
c. Bentuk pikir :
Realistik
(√) Non realistik
Dereistik
Otistik
Jelaskan:
25
Pasien mengatakan mendengar bisikan menyuruh untuk memukul ibu
DiagnosaKeperawatan:
8. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
Pasien mampu menyebutkan waktu, tempat, dan orang. Pasien mengatakan saat
ini berada di ruang parkit RSJ Lawang, waktu siang hari, mengenal bu yaya, mas
uki, mbak ayu, mbak pungky, mbak adel dan mbak heni.
Meninggi
Menurun:
(√) Kesadaran berubah
Hipnosa
Confusion
Sedasi
Stupor
Jelaskan:
Pasien kurang konsentrasi saat diajak berkomunikasi dan pasien mengatakan tidak
akan menggunakan NAPZA (bir hitam, bir merah dan topi miring) kembali. Pasien
mengatakan ada suara yang membisiki, dan pasien suka menyendiri.
DiagnosaKeperawatan: Perubahan proses pikir
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka menengah ( 24 jam - ≤ 1 bulan)
Gangguan daya ingat pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
Jelaskan:
pasien mengatakan pernah dibawa 4 kali ke RSJ (r.parkit 2x, r.cucak rowo,
r.cendrawasih), selama diruang parkit pasien mengikuti kegiatan bersih bersih, qultum,
shalat berjamaah. Pasien dapat menyebutkan nama benda pensil dan dompet dalam
waktu 15 menit. Pasien bisa menjawab dan ingat kejadian masa lalu
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
10. Tingkat KonsentrasidanBerhitung
a. Konsentrasi
26
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Tidak ada masalah
b. Berhitung
Jelaskan:
Pasien mampu berhitung dari angka 1 sampai dengan 10
DiagnosaKeperawatan:
Tidak Ada Masalah
11. Kemampuan Penilaian
Gangguanringan
Gangguanbermakna
Jelaskan :
Tidak ada masalah
DiagnosaKeperawatan:
Tidak Ada Masalah
12. Daya Tilik Diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sadar di masukkan ke rumah sakit karena sakit.
DiagnosaKeperawatan: Tidak Ada Masalah
27
a. Perawatandiri
1) Mandi
Jelaskan :
Pasien mengatakan mandi 3x sehari menggunakan sabun dan sikat gigi
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan :
Pasien tampak berpenampilan rapi dan menarik
3) Makan
Jelaskan :
Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi yang di sediakan oleh
rumah sakit
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan :
Pasien mampu pergi BAB dan BAK ke toilet tanpa bantuan
DiagnosaKeperawatan: Tidak Ada Masalah
b. Nutrisi
Berapa frekwensi makandan frekwensi kudapan dalam sehari.
Pasien selama di ruangan makan 3x sehari dengan kudapan atau cemilan 3x
sehari
Bagaimana nafsu makannya
Nafsu makan pasien baik dan selalu habis makannya
Bagaimana berat badannya.
Berat badan pasien ideal, tidak terlalu kurus ataupun tidak terlalu gemuk
Diagnosa Keperawatan: Tidak Ada Masalah
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 s/d 15.00
Tidur malam, lama : 21.00 s/d 05.00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : Berdoa
Jelaskan
Pasien tidur siang dari jam 13.00 sampai 15.00 dan tidur malam dari jam
21.00 sampai jam 05.00, sebelum tidur pasien selalu berdoa, dapat di
simpulkan bahwa pasien tidak mengalami gangguan tidur.
2) Gangguan tidur
28
Insomnia
Hipersomnia
Parasomnia
Lain lain
Jelaskan
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan saat tidur
DiagnosaKeperawatan:
Tidak Ada Masalah
3. Kemampuan lain lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Kebutuhan hidup pasien di tanggung oleh dinas sosial
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya,
Pasien mengatakan selalu ingin membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya sendiri.
Pasien minum obat selalu diatur oleh perawat pada waktu pagi dan sore
Diagnosa Keperawatan:
4. Sistem Pendukung Ya Tidak
Keluarga ( ) (√)
Terapis (√) ( )
Teman sejawat ( ) (√)
Kelompok sosial (√) ( )
Jelaskan :
Pasien tidak ada dukungan dari keluarga dan pasien kiriman dari dinas sosial
DiagnosaKeperawatan:
29
Tidak Ada Masalah
Masalahberhubungandenganlingkungan, spesifiknya
Jelaskan :
Tidak Ada Masalah
Masalahdenganpendidikan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan pendidikan terakhir nya SD/sederajat
Masalahdenganpekerjaan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien mengatakan bekerja sebagai petani
Masalahdenganperumahan, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien tinggal di dinas sosial
Masalahdenganekonomi, spesifiknya
Jelaskan :
Pasien sekarang tidak bekerja dan semua biaya hidupnya ditanggung oleh dinas sosial
Masalahdenganpelayanankesehatan, spesifiknya
Jelaskan :
Jika pasien sakit pelayanan kesehatan di tanggung oleh dinas sosial
Masalahlainnya, spesifiknya
Jelaskan :
Tidak Ada Masalah
DiagnosaKeperawatan:
X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaanya actor yang memperberat masalah (presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifiknya masalah tsb.
(√) Penyakit/gangguan jiwa Penatalaksanaan
(√) Sistem pendukung Lain-lain, jelaskan
(√) Faktor presipitasi
30
Jelaskan :
Pasien perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit / gangguan
jiwa yang dialami pasien serta tentang sitem pendukung dan faktor yang mempengaruhi
gangguan jiwa. Karena pasien memiliki latar bel;akang pendidikan yang kurang yaitu
pasien hanya lulusan SD.
DiagnosaKeperawatan:
XII.ANALISA DATA
31
DO:
Pasien tampak diam, tertawa sendiri dan bicara
sendiri, mulut umik umik saat sendirian dan
tidak ada aktifitas
2. DS : Resiko Perilaku Kekerasan, Orang
Pasien pernah melakukan penganiayaan fisik Lain, dan Lingkungan
pada umur 17 tahun kepada orang tuanya
dengan cara memukul orang tuanya karena
mendengar bisikan yang menyuruh pasien
untuk memukul orang disekitarnya dan
merusak barang.
DO :
Pasien tampak bicara sendiri, pasien tampak
bingung, mondar-mandir sendiri.
3. DS : - Gangguan Komunikasi Verbal
DO:
Frekuensi suara pasien jarang, volume suara
pelan, jumlah kalimat yang yang diucapkan
singkat, karakter suara jelas
4. DS: Isolasi Sosial : Menarik Diri
Pasien mengatakan jika ada masalah lebih
sering berdiam diri dikamar. Pasien diam
dirumah karena merasa lingkungan tidak mau
bergaul dengan dirinya.
DO:
Bingung dan menyendiri, tidak pernah bergaul
dengan teman sekamar
5. DS : Resiko penyalahgunaan zat
Pasien mengatakan pernah menggunakan
NAPZA, yaitu minuman keras (bir hitam, bir
merah, topi miring) dan obat – obatan
DO:
Mata merah, pendiam dan suka menyendiri
6. DS : Regiman inefetik / tidak ada
Dibawa ke RSJ,dibawa ke dukun, dibawa ke kepatuhan
kyai, dan puskesmas tidak hasil nya. Minum
32
obat tidak teratur.
DO :
pasien kooperatif saat berkomunikasi
7. DS : Resiko jatuh
Pasien sering mengatakan kepalanya pusing
DO :
Pasien selama diruangan mondar – mandir dan
melakukan aktivitas secara berlebihan
8. DS: Perubahan proses fikir
DO :
Pasien tampak mengantuk, lesu dan lemah.
Kesadaran berubah.
33
Lawang, ……………………….
Mahasiswa yang mengkaji
NIM................................
34
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Nama : Tn. M Ruang : Parkit
No CM : 078xxx Unit :
35
klien
- Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien.
36
- Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan
dengan klien:
Isi, waktu,
frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi,
siang, sore dan
malam atau sering
dan kadang-
kadang)
Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi.
37
TUK 3
Klien dapat mengontrol 3.1 Setelah dilakukan 2x
halusinasi interaksi klien dapat 3.1 Identifikasi bersama
menyebutkan tindakan klien cara atau tindakan
yang biasanya dilakukan yang dilakukan jika terjadi
untuk mengendalikan halusinasi (tidur, marah,
halusinasi. menyibukkan diri dll)
3.2 Setelah 1x interaksi 3.2 Diskusikan cara yang
klien menyebutkan cara digunakan klien
baru mengatasi Jika cara yang
halusinasi digunakan adaptif
3.3 setelah 1x interaksi beri pujian.
klien dapat memilih dan Jika cara yang
memperagakan cara digunakan
mengatasi halusinasi maladptif
3.4 setelah 1x interaksi diskusikan kerugian
klien melaksanakan cara cara tersebut
yang telah dipilih untuk 3.3 Diskusikan cara baru
mengendalikan untuk memutus atau
halusinasi. mengontrol timbulnya
3.5 Setelah 1x interaksi halusinasi:
klien mengikuti terapi Katakan pada diri
aktivitas kelompok sendiri bahwa ini
tidak nyata (saya
tidak mau dengar
pada saat halusinasi
terjadi)
Menemui orang lain
(perawat/teman/ang
gota keluarga)
untuik menceritakan
tentang halusinasi
Membuat dan
38
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disusun
Meminta
keluarga/teman/pera
wat menyapa jika
sedang halusinasi
3.4 Bantu klien memilih
cara yang sudah dianjurkan
dan latih untuk
mencobanya
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dipilih dan dilatih
3.6 Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan
dilatih, jika berhasil beri
pujian
3.7 Anjurkan klien
mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi
39
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
36
No Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI
Dx & Jam KEPERAWATAN
1. Selasa Sp 1: S: Siang, iya enak mas, lupa mas,
17/03/202 1. Membina Hubungan Saling Percaya tidak ada mas, Ya, belum mas, ya,
37
gejala dan cara menangani
halusinasi.
38
- Bercakap-cakap dengan orang lain O: ada kontak mata, pasien duduk
- Melakukan aktivitas yang dengan tegak, baju rapi dan sesuai
terjadwalkan ketentuan,saat pasien menghardik
dengan cara menutup kedua mata
- menggunakan obat secara teratur
sambil kedua tangan menutup
telinga sambil menghardik
A: Gangguan Persepsi Sensorik:
Halusinasi Pendengaran
- Klien mampu mengenal halusinasi
nya
- Klien takut halusinasi nya muncul
- Klien mampu menghardik
halusinasi
P: Intervensi dilanjutkan
Ulangi Sp 1 dan dilanjutkan Sp 2
(Perawat) Ajarkan klien tentang cara
mengontrol halusinasinya
(Klien) Anjurrkan mengingat
pengertian, penyebab, tanda gejala
dan cara menangani halusinasi.
A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi Klien
Ds: Klien mengatakan ada yang berbisik untuk marah-marah, mengamuk dan
memukul orang disekitar nya
Do: Tampak menunduk dan kebingungan
2) Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensorik: Halusinasi Pendengaran
3) Tujuan
Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tujuan Khusus:
39
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasi
3. Klien dapat menghardik halusinasi
4) Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi jenis halusinasi
b. Mengidentifikasi isi halusinasi
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
f. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
g. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
h. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
40
Topik : bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang pengalaman
bapak ?
Waktu : bapak ingin kita berbincang-bincang berapa lama ? bagaimana kalau
15 menit
Tempat : bapak ingin kita berbincang-bincang dimana ? bagaimana klau di
tempat duduk sana ?
b. FASE KERJA
Apakah bapak mendengar suara tanpa wujudnya??? Saya percaya bapak mendengar
dan saya sendiri tidak mendengarnya. Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-
waktu??? Kapan yang paling sering denger suara? Berapa kali sehari dialami? Pada
keadaan apa itu suara terdengar? Apa pada waktu sendiri? Apa yang bapak rasakan
saat mendengar suara itu? Bagaimana perasaan bapak saat mendengar suara itu?
Kemudian apa yang bapak lakukan? Apakah dengan cara cara itu suara itu hilang?
Apa yang bapak alami itu dinamakan halusinasi? Ada 4 cara mengontrol halusinasi
yaitu menghardik, minum obat, bercakap – cakap, dan melakukan aktivitas.bagaimana
kalau kita latihan satu cara dulu? Yaitu dengan cara menghardik? Bagaimana kalau
kita mulai ya! Begini saya akan mempraktikkan dahulu baru nanti bapak
mempraktikkan kembali apa yang saya lakukan. Begini bapak ! jika suara itu muncul
katakan dengan keras “pergi kamu............pergi..............saya tidak mau dengar suara
kamu itu palsu” sambil menutup kedua telinga. Seperti ini ya pak! Coba sekarang
bapak ulangi lagi seperti yang saya lakukan dan saya peragakan tadi. Bagus sekali pak.
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap?
Evaluasi Obyektif (Perawat)
Pasien mulai bisa mengatasi halusinasi
2. Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihan bapak mau jam berapa?
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Belajar dan latihan mengendalikan suara bisikan
41
Waktu : Besok jam 09.30 selama 10 menit
Tempat :bapak ingin kita besok latihan dimana ? bagaimana kalau Tempat
duduk di depan ?
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Ds: Klien mengatakan ada yang berbisik di telinga
Do: Tampak menunduk, tertawa sendiri dan bicara sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensorik: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan
Tujuan Umum : Klien dapat mengenali halusinasi
Tujuan Khusus :
Klien dapat mengenali halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan
42
a. Mengadakan kontak sering tapi singkat secara berharap
b. Mengobservasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non
verbal)
c. Bantu klien mengenal halusinasi
b. FASE KERJA
- Pak, tadi pagi kita sudah berkenalan banyak, masih ingat dengan saya?
Apakah bapak juga sudah berkenalan dengan teman-teman yang lain? Siapa saja?
- Baik pak, sebelum kita diskusi saya ingin bertanya lebih dulu kepada bapak masih
ingat nama saya? Bapak tau tidak apa itu halusinasi? Penyebab nya apa, mau tau tanda
dan gejalanya? Lalu bagaimana cara mengatasinya?
- Baik pak, supaya bapak lebih paham apa yang dimaksud halusinasi, saya akan
menjelaskan apa itu halusinasi? Halusinasi adalah mendengar suara yang tidak ada
wujudnya, penyebabnya karena seseorang tidak mampu membedakan antara nyata dan
tidak nyata, tanda dan gejalanya antara lain bicara sendiri, tertawa sendiri dan masih
banyak lagi, apakah bapak sudah mengerti? Kalau sudah paham, saya akan bertanya
pada bapak terkait dengan apa yang bapak alami? Hal apa yang bapak dengar? Berapa
kali hal itu terjadi? Kapan munculnya? Bagaimana perasaan bapak saat hal itu terjadi?
Apa yang bapak lakukan jika hal itu terjadi?
43
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bediskusi tentang halusinasi dan
dampaknya?
Evaluasi Obyektif
Sekarang coba bapak sebutkan hal yang bapak dengar itu, nyata atau tidak nyata,
apakah dampaknya untuk bapak jika hal itu terjadi???
2. Rencana Tindak Lanjut
Tidak terasa sudah 15 menit kita berbincang, bagaimana kalau besok kita lanjutkan
dengan belajar tentang mengontrol halusinasi.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Tolong diingat ya bapak, besok kita lanjut lagi diskusinya tentang
cara mengenal halusinasi
Waktu : Besok kita berdiskusi lagi jam berapa? Bagaimana jika jam 08.00
Tempat : Nanti diskusinya di tempat duduk saja ya pak
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Ds: Klien mengatakan ada yang berbisik di telinga
Do: Tampak menunduk, tertawa sendiri dan bicara sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensorik: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan
Tujuan Umum : Klien dapat mengenali halusinasi
Tujuan Khusus :
Klien dapat mengenali halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
44
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengadakan kontak sering tapi singkat secara berharap
b. Mengobservasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi (verbal dan non
verbal)
c. Bantu klien mengenal halusinasi
45
C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bediskusi tentang halusinasi dan
dampaknya?
Evaluasi Obyektif
Sekarang coba bapak sebutkan hal yang bapak dengar itu, nyata atau tidak nyata,
apakah dampaknya untuk bapak jika hal itu terjadi???
2. Rencana Tindak Lanjut
Tidak terasa sudah 15 menit kita berbincang, bagaimana kalau besok kita lanjutkan
dengan belajar tentang mengontrol halusinasi.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Tolong diingat ya bapak, besok kita lanjut lagi diskusinya tentang cara
mengenal halusinasi
Waktu : Besok kita berdiskusi lagi jam berapa? Bagaimana jika jam 08.00
Tempat : Nanti diskusinya di tempat duduk saja ya pak
BAB IV
8.1 Simpulan
Halusinasi adalah gangguan pendengaran tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem pendengaran dimana terjadi pada saat
kesadaran individu penuh atau baik (Stuart & Sunden, 2009). Terapi keperawatan
yang dikembankan difokuskan kepada klien secara individu kelompok, keluarga,
dan komunitas. Cara menghardik halusinasi merupakan kegiatan yang berisi tiga
sesi yaitu yang pertama memfalisitasi pasien untuk memperkenalkan diri,
mengidentifikasi halusinasi (jenis, isi, waktu, dan perasaan), dapat mengontrol
halusinasinya dengan cara menghardik.
Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa terdapat perubahan sebelum dan
sesudah diajarkan cara menghardik halusinasi. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali pertemuan didapatkan bahwa pasien sudah bisa
46
menghardik dan mengontrol halusinasinya. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa
pasien sudah jarang mendengar suara bisikan – bisikan yang membuat pasien
melakukan tindakan kekerasan.
8.2 saran
8.2.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran sesuai dengan format
asuhan keperawatan
8.2.2 Bagi institusi
Institusi mampu memberikan materi pembelajaran dan praktik terkait
perkembangan keperawatan jiwa. Begitu juga dengan literatur yang
disediakan, agar buku – buku yang disediakan perpustakan selalu di
upgrade sehingga sumber yang disediakan merupakan sumber baru.
47
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E, Townsend, M.C dan Moorhouse, M.F. (2007). Rencana Asuhan Keperawatan
Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Keliat, B.A dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
NANDA, (2011). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Cetakan 2011.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend. M.C, (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
48