NPM : 1920.01.027
1. Undang-undang No.7 Tahun 1992 Jo undang-undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
2. Undang-undang No.23 tahun 1999 JoUndang-undang No.3 Tahun 2004 Tentang Bank
indonesia
3. Undang-undang No.24 Tahun 1999 Tentang Lalulintas Devisa dan sistem Nili Tukar
4. KUHPerdata (B.W) Buku II dan Buku Ke III
5. KUHDagang (W.V.K)Khususnya Buku I tentang Surat-surat berharga
6. Undang-undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar
Utang
7. Undang-undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah
8. Undang-Undang No. 25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian
9. Undang-undang No. 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing World Trade
Organization
10. Undang-undang No. 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas
11. Undang-undang No. 8 Tentang Pasar Modal
12. Undang-undang No.9 Tentang Usaha Kecil
13. Undang-undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Besreta benda-
benda yang Berkaitan dengan tanah.
Sumber Hukum tidak Tertulis
1. Yurisprudensi
2. Konvensi (Kebiasaan)
3. Doktrin (ilmu Pengetahuan)
4. Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam kegiatan perbankan.
c) Lembaga keuangan bukan bank (LKBB) adalah badan atau organisasi non bank yang
melakukan kegiatan di bidang keuangan namun tidak boleh menerima dana dari masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito. Lembaga keuangan bukan bank dalam
menghimpun dana adalah dengan mengeluarkan kertas berharga atau sertifikat deposito
sebagai sumber dana dan dapat mendirikan kantor-kantor cabang di daerah untuk
menyalurkan dana ke masyarakat untuk membiayai investasi perusahaan.
Lembaga keuangan Bank adalah lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang
memberikan fasilitas (jasa perbankan) bagi masyarakat umum secara langsung seperti
penyimpanan, pembayaran, dan pinjaman atau kredit. Lembaga keuangan bank dibagi
menjadi tiga jenis yakni, Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat.
3) A. - Azas Perbankan Indonesia memiliki asas atau dasar dalam melakukan kegiatan usahanya
berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian (prudential
principal). Pembentukan manajemen risiko pada bank pada dasarnya untuk menerapkan
asas perbankan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. Lemahnya kemampuan direksi
maupun karyawan bank dalam menerapkan prinsip kehatihatian akan berakibat buruk bagi
bank tersebut.
Dalam pelaksanaan kemitraan antara bank dan nasabah untuk terciptanya sistem perbankan
yang sehat, maka kegiatan perbankan dilandasi dengan beberapa asas hukum, yaitu:
a. Asas demokrasi ekonomi, Asas demokrasi ekonomi ditegaskan dalam Pasal 2
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 setelah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Bahwa perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Ini berarti fungsi dan usaha perbankan diarahkan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
b. Asas kepercayaan (fiduciary principle)
Adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha Bank dilandasi oleh hubungan
ke.percayaan antara Bank dan nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana
dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap
bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetapp mempertahankan
kepercayaannya.
c. Asas kerahasiaan (Confidential Principle), Asas yang mengharuskan atau
mewajibkan merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan
lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib
dirahasiakan. Dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan informasi mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya.
d. Asas kehati-hatian (Prudential Principle)
Adalah suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan
kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka
melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya. Hal ini disebutkan dalam
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan bahwa perbankan
Indoneia dalam melaksanakan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan asas kehati-hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian
tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat (Lukman Santoso, 2011: 36-
38).
- Fungsi utama perbankan secara umum adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau fungsi Financial
Intermediary.
a) Fungsi perbankan berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa
fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat. Tercermin bahwa fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan
dana (lacks of funds)
b) Pada Pasal 4 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa Perbankan Indonesia
bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak.
- Perbankan Indonesia memiliki tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan rakyat banyak.
a) Meningkatkan Pemerataan, artinya tujuan bank didirikan adalah sebagai usaha untuk
menyamakan keberadaan ekonomi rakyat satu dengan yang lainnya. Melalui menabung,
maka rakyat akan memiliki banyak simpanan.
b) Pertumbuhan Ekonomi, dengan bank juga masyarakat bisa memiliki deposito dan tabungan
yang berangsur naik tiap waktu.
c) Stabilitas Nasional, agar taraf hidup yang naik juga bisa menaikkan keuangan nasional.
B. Persyaratan dan tata cara perizinan bank sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) ditetapkan oleh
Bank Indonesia”. (Pasal 16 ayat 3)
Sedangkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia mengenai perizinan untuk menjalankan
kegiatan usaha bank, adalah:
a.Persyaratan untuk menjadi pengurus bank antara lain menyangkut keahlian di bidang perbankan dan
konduite yang baik.
• Bentuk Hukum Bank dikenal dengan tiga bentuk hukum sebagaimana ditentukan oleh Pasal 21
ayat (1) UU Perbankan, yakni;
• Perseroan terbatas, koperasi, dan perusahaan daerah, sedangkan bentuk hukum untuk Bank
Perkreditan Rakyat yang diatur dalam Pasal 21 ayat (2) adalah perusahaan daerah, koperasi dan
perseroan terbatas, dan bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dan bentuk
hukum dari kantor perwakilan dan kantor cabang yang berkedudukan di luar negeri adalah
mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya sebagaimana ditentukan oleh Pasal 21 ayat (3).
• Jadi berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa bentuk hukum untuk bank perkreditan
rakyat lebih banyak daripada bentuk hukum untuk bank umum perbedaan yang substansial
adalah adanya peluang untuk mendirikan bank perkreditan rakyat dalam bentuk lain
sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (2).
Pada Pasal 5 ayat 1 UU Perbankan terdapat 2 jenis bank yakni: Bank Umum dan Bank Perkreditan
Rakyat. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional dan atau prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain itu dapat
mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu maksudnya adalah melaksanakan kegiatan
pembiayaan jangka panjang, mengembangkan koperasi, pengembangan pengusaha ekonomi
lemah/pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas dan pengembangan bangunan perumahan.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional dan atau
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Usaha Bank
Pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bahwa kegiatan usaha yang
dapat dilakukan oleh Bank Umum adalah:
a.Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b.Memberikan kredit
c.Menerbitkan surat pengakuan hutang Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri
d.Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
e.Menempatkan dana, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
f.Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau
antar pihak ketiga.
h.Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.
i.Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang
tidak tercatat dibursa efek.
k.Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
l.Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku.
Pada Pasal 5 Keputusan Direksi Bank Indonesia tersebut, bahwa pemberian izin usaha untuk mendirikan
Bank Umum harus melalui dua tahapan yaitu;
1. Tahapan persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan pendirian bank yang
bersangkutan.
2. Tahapan pemberian izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah persiapan
selesai dilakukan.
Selanjutnya Pasal 6 ayat (1) SK Direksi Bank Indonesia No: 32/35/KEP/DIR tentang Bank Umum,
permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip diajukan sekurang-kurangnya oleh salah seorang
calon pemilik dengan melampirkan:
3. Daftar calon anggota Dewan Komisaris, dan anggota Direksi, disertai kelengkapan tanda pengenal
7. Surat Pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang berbentuk Perseroan
Terbatas/Perusahaan Daerah atau dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum koperasi
Pengertian Kantor Bank adalah suatu tempat atau gedung tempat dilakukannya transaksi bank atau
tempat beroperasinya perusahaan perbankan. kantor bank dapat terbagi atas;
1. kantor pusat adalah kantor tempat dilakukannya transaksi bank yang menjadi pusat kegiatan
sentral jasa-jasa perbankan umum
2. kantor perwakilan adalah kantor tempat dilakukannya transaksi bank pada suatu tempat
diluar kedudukan bank (di luar negeri) yang mengatur kegiatan-kegiatan jasa perbankan di luar
negeri.
3. kantor cabang adalah kantor tempat dilakukannya transaksi perbankan yang mencakup
wilayah tertentu yang ditetapkan oleh kantor pusat bank pada suatu negara.
4. kantor cabang pembantu, adalah kantor tempat dilakukannya transaksi perbankan yang
bertujuan untuk melayani nasabah pada wilayah-wilayah yang ditetapkan oleh kantor cabang.
5. kantor kas adalah kantor tempat dilakukannya transaksi perbankan yang bertujuan untuk
memudahkan nasabah mendapatkn layanan perbankan dari suatu bank
menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/267/KEP/DIB tersebut adalah sebagai berikut:
5. Kredit macet
Proses Pemberian Kredit Bank seorang debitur harus melalui beberapa tahapan, yaitu dari tahap
pengajuan aplikasi kredit sampai dengan tahap penerimaan kredit. tahapan-tahapan tersebut
merupakan suatu proses baku yang berlaku bagi setiap debitur yang membutuhkan kredit bank.
C. Jasa-jasa perbankan dalam rangka lalu lintas pembayaran dan peredaran uang antara lain:
1. Pengiriman Uang (Transfer): salah satu pelayanan bank kepada masyarakat dengan bersedia
melaksanakan amanat nasabah untuk mengirimkan sejumlah uang, baik dalam rupiah maupun dalam
valuta asing yang ditujukan kepada pihak lain(perusahaan, lembaga, atau perorangan) ditempat lain baik
di dalam maupun diluar.
2. Inkaso adalah pemberian kuasa pada bank oleh perusahaan atau perorangan untuk menagihkan, atau
memintakan persetujuan pembayaran (akseptasi) atau menyerahkan begitu saja kepada pihak yang
bersangkutan (tertarik) di tempat lain (dalam atau luar negeri) atas surat-surat berharga, dalam rupiah
atau valuta asing seperti wesel, cek, kuitansi, surat aksep (promissory notes), dan lain-lain.
adalah sebuah instrumen yg di keluarkan oleh sebuah bank atas nama salah satu nasabahnya, yg
menguasakan seseorang atau sebuah perusahaan penerima instrumen tersebut menarik wesel atas
bank yg bersangkutan atau atas salah satu bank korespondenya bagi kepentinganya, berdasarkan
kondisi kondisi/persyaratanya yg tercantum pada instrumen tsb
- pihak pembeli adalah pihak importir yg membeli barang dan membuka L/C
- Pihak penjual adalahpihak eksportir atau penjual barang atau vendor terhadapnya L/C dibuka
-Bank pembuka letter of credit adalah bang yg membuka LC setelah adanya permohonan pembukaan LC
oleh pembeli
- Bank penerus letter of credit adalah bank yg di mintakan oleh bank pembuka LC untuk meneruskan
LC dan membayarakn kepada pihak penjual,
- irrevocable LC yaitu LC yg pada prinsipnya tidak dapat di batalkan kecuali atas persetujuan kedua
belah pihak
- Revocable L/C ialah L/C yang di batalkan oleh salah satu pihak tanpa membutuhkan perstujan pihak
lain
- sight LC adalah LC yg dibayar oleh advising bank pada saat wesel wesel dan dokumen dokumen li yg
di lakukan oleh eksportir
- Usance LC adalahyang baru dapat di bayarkan tanpa perlu menunjukan dokumen tertentu, biasanya di
gunakan untuk pembayaran rutin yang jumlahnya tidak besar
- Ristricted LC yg memuat klausula yang menyebutkan bahwa LChanya dapat di negoisasi oleh bank
tertentu saja
- General LC adalah LC yg sudah di teruskan oleh advising bank, kemudian bank bank lain dapat
menegoisasikanya
- transferable LC adalah LC yg memuat klausla khisus untuk nyatakan LC dapat di alihkan kepada pihak
lain
- Aflopend LC
- Revolving LC
- Red clause LC
- Transit LC
- Traveller LC
- Stand by LC
* dalam SKBDN harus di cantumkan secara jelas judul surat kredit berdokumen dalam negri
* setiap penerbitan SKBDN harus tunduk pada ketentuan dalam peraturan bank indonesia nomor
5/6/PBI/2003 tentang surat berdokumen dalam negri
* SKBDN dapat di terbitkan dalam ruoiah dan valuta asing dalam keadaan tertentu
* SKBDN hanya dpt di tertibkan dengan kondisi tidak dapat di rubah atau di tarik kembali tanpa
perstujuan dr jam pembuka
* Dalam penerbita SKBDN bank dpt menentukan sendiri besarnya jaminan atau setoran tunai
* syarat pembayaran SKBDN dilakukan atas dasar kesepakatan pemohon dan bank pembuka serta harus
di nyatakan secara jelas di dalam SKBDN tersebut
* Semua biaya timbul karna transaksi SKBDN diserahkan kpd kesepakatan para pihak yg terkait
* SKBDN harus di buat dlm bahasa Indonesia, apabila tidak dapat di hindari dapat di buat dalam bahasa
Inggris