PDKT 12
PDKT 12
DISUSUN OLEH:
NAMA : FARHAN MUHTADI
NIM : 18006259
KONSELING RASIONAL
EMOTIF (KOREM)
Teori A-B-C-D-E
1. Antecedent event (A) yaitu
segenap peristiwa luar yang
dialami atau memapar individu. Cara Menganalisis Masalah
2. Belief (B) yaitu keyakinan, Perkembangan Tingkah Laku
Klien
pandangan, nilai, atau verbalisasi Salah Suai
Teori Kepribadian Konselor perlu memperlihatkan
diri individu terhadap suatu Tingkah laku bermasalah
1. Perkembangan dan menunjukkan kepada klien
peristiwa. adalah merupakan tingkah laku
kepribadian bahwa masalah atau kesulitan
3. Emotional consequence (C) yang didasarkan pada cara
2. Mekanisme tingkah yang dihadapinya sangat
berpikir yang irrasional.
merupakan konsekuensi laku berhubungan dengan
emosional keyakinannya yang irasional.
KONSELING RASIONAL EMOTIF (KOREM)
A. Asumsi Dasar Tentang Manusia
Rasional emotive adalah teori yang berusaha memahami manusia
sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan
sadar akan objek-objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat
dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti
manusia bebas berpikir, bernafas dan berkehendak.
Manusia memliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri,
berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang
lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga
memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri,
menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan
secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, profeksionisme, dan mencela
diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.
Terapi emotif rasional menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-
sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa
mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat. Manusia dilahirkan
dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan,
tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya.
Jika tidak segara mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan
dirinya sendiri ataupun orang lain.
C. Teori Kepribadian
1. Perkembangan kepribadian :
a. Manusia tercipta dengan :
1) Dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan
diri.
2) Kemampuan untuk self-destructive (SD), hedonis buta, dan
menolak aktualisasi diri
b. Individu sangat mudah dipengaruhi orang lain (suggestible). Keadaan
seperti ini terlebih – lebih lagi terjadi pada masa anak-anak.
2. Mekanisme tingkah laku:
a. Berkenaan dengan suatu kejadian atau peristiwa (A) yang diikuti
oleh perasaan tidak enak (P) individu memiliki dua kemungkinan (B) :
berpikir rasional atau tidak rasional.
b. Ciri-ciri irrasional belief (iB) :
1) Tidak dapat dibuktikan
2) Menimbulkan perasaan tidak enak ( seperti kecemasan ) yang
sebenarnya tidak perlu.
3) Menghalangi individu kembali ke kejadian awal (A) dan
mengubahnya.
D. Teori A-B-C-D-E
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji
dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun
tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional
consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep
atau teori ABC.
1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau
memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian,
tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan
bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan
antecendent event bagi seseorang.
2. Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu
terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu
keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak
rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan
cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan
kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan
keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,
emosional, dan keran itu tidak produktif.
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai
akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan
emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi
emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh
beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB
maupun yang iB.
Selain itu, Ellis juga menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini.
Seorang terapis harus melawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional
itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psikologis
positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan kesepian karena dia
keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal,
penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami
depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan
kesepian yang dialami orang depresi, melainkan menyerang keyakinan mereka
yang negatif terhadap diri sendiri.
Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik
utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa
keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-
kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang
langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.