Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 10

ASESSMENT BK NON TES

“ANGKET”

Dosen yang mengampu :

Zadrian Ardi, S.Pd., M.Pd., Kons.

Oleh :

Farhan Muhtadi (18006259)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANGKET
Pengertian metode angket menurut Arikunto (2006:151), angket adalah
pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi  dari responden dalam
arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut Sugiyono
(2008:1990), angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang tidak
memerlukan kedatangan langsung dari sumber data (Dewa Ketut Sukardi, 1983).
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki atau responden (Bimo Walgito, 1987 ).
Dari beberapa pengertian angket menurut pada ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa, Kuesioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan informasi
yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan
karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh
sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.
A. TUJUAN DAN KEGUNAAN
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah :
1. Mendapatkan data yang relevan dengan tujuan penelitian.
2. Mendapatkan data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi mungkin.
Sedangkan untuk kegunaan dari angket/kuesioner ini adalah sebagai berikut :
1. Guna mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan
catatan permanen.
2. Guna menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain.
3. Pembuatan evaluasi progam bimbingan.
4. Guna mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.
B. JENIS/BENTUK
Angket atau Quesioner terdir dari lima jenis, yaitu :
1. Angket tertutup
Angket tertutup yaitu angket yang didalamnya telah terdapat alternative
jawaban yang telah ditentukan oleh si pemuat angket. Jawaban tertsebut bisa berupa
jawaban yes or no, atau pilihan ganda sehingga narasumber (read : Responden) tidak
berkesempatan untuk mengisi dengan jawaban sendiri.
2. Angket terbuka
Angket terbuka yaitu angket yang system menjawabnya tidak menggunakan
pilihan ganda maupun yes or no sehingga responden (narasumber) bisa leluasa
mengisi pertanyaan dalam angket tersebut dengan jawaban dan pendapat mereka
sendiri tanpa dibatasi oleh alternative jawaban dari angket tersebut.
3. Kombinasi angket terbuka dan angket tertutup
Jenis angket ini yaitu gabungan dari kedua jenis angket sebelumnya,
maksudnya dalam angket ini terdapat pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan
alternative jawabannya, namun terdapat pula pilihan alternative bagi responden
(narasumber) untuk membuat jawabannya sendiri untuk mengemukakan pendapatnya
apa bila didalam pilihan jawaban yang disediakan oleh pembuat angket tersebut tidak
terdapat jawaban seperti yang responden inginkan.
4. Angket langsung
Angket langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan
dengan respondens (jawaban tentang diri responden, missal jumlah anak, jumlah
penghasilan, dll).
5. Angket tidak langsung
Angket tidak langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan tentang
orang lain dan diisi oleh responden yang mengetahui tentang orang tersebut (dimana
responden menjawab pertanyaan tentang orang lain).
C. LATIHAN PENYUSUNAN ANGKET
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan yang akan dicapai dari penggunaan angket dan lengkapi angket
dengan identitas responden jika diperlukan pendahuluan, yaitu berupa tujuan angket
tersebut, dan petunjuk pengisian angket tersebut. Misalnya angket disusun dengan
tujuan untuk mengetahui kebiasaan belajar peserta didik dirumah, ingin mengetahui
keterikatan peserta didik terhadap tugas, untuk mengetahui minat baca siswa dalam
suatu sekolah, dan sebagainya.
2. Mengindentifikasi variabel yang menjadi materi angket, misalnya presepsi peserta
didik tentang pengasuhan orang tua, kebiasaan belajar, minat kegiatan
ekstrakulikuler, dan sebagainya. Kemudian di jabarkan dalam kisi-kisi.
3. Menyusun kalimat-kalimat pertanyaan atau pernyataan yang mewakili setiap
indikator sebagaimana yang telah dijabarkan dalam kisi-kisi. Untuk menyusun
pertanyaan atau pernyataan dalam angket, beberapa pedoman dibawah ini perlu
diperhatikan konselor :
a) Mengunakan kata-kata yang tidak mengandung makna ganda (ambigu).
Misalnya, apakah ibu atau bapak menggunakan sarana pelayanan kesehatan yang
ada. Pertanyaan ini hendaknya dipisah menjadi dua pertanyaan, yang satu untuk
ibu dan yang lain untuk bapak, karena apabila ibu menggunakan sarana
pelayanan kesehatan tersebut, tetapi bapak tidak maka sulit bagi ibu untuk
menjawabnya.
b) Susunan kalimat hendaknya sederhana tetapi jelas.
c) Menghindari pemakaian kata yang yang tidak ada gunanya.
d) Menghindarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu.
e) Mencantumkan kemungkinan jawaban sesuai dengan kebutuhan data dan
konstruk teori yang digunakan.
f) Hindarkan kata-kata yang bersifat sugestif dan kata yang bersifat negative.
g) Pergunakan kata-kata yang netral, tidak menyinggung perasaan dan harga diri
responden.
4. Suatu item jangan menanyakan dua hal sekaligus (pertanyaan ganda) misalnya :
“Bidang studi manakah yang anda sukai dan yang anda tidak sukai?”
5. Perumusan angket jangan mengandung petunjuk tentang jawaban yang baik atau
mengandung sugesti mengenai jawaban yang ideal. Misalnya jangan merumuskan “
Apakah anda merasa senang belajar disekolah”, “Apakah orang tua biasanya
memperhatikan belajar anda di rumah”, perumusan angket yang seperti ini membuat
siswa cendrung menjawab “YA” demi melindungi diri sendiri atau orang tuanya.
Kedua item ini seharusnya dirumuskan dengan “ Bagaimana perhatian orang tua
terhadap belajar anda dirumah” “ Bagaimana perasaan anda dalam belajar di
sekolah”.
6. Jika ada item tertentu yang memiliki lanjutan, sebaiknya hal ini dipisahkan menjadi
dua bagian. Sebagai contoh “ Apakah anda kerap tidak masuk sekolah” (Ya-Tidak).
“Kalau Ya, apa sebabnya”.
7. Apabila ada item yang cara menjawabnya berbeda dengan item yang lain, maka
harus disertai instruksi yang jelas. Untuk memperoleh angket dengan hasil baik,
maka dapat dilakukan proses uji coba. Sampel yang diambil dalam uji coba haruslah
sampel dari populasi dimana angket itu akan diberikan. Situasi uji coba juga harus
sama, yaitu apakah angket harus diisi saat itu juga atau boleh dibawa pulang, dan
dikumpulkan kembali pada waktu yang telah ditentukan. Keuntungan yang dapat
diperoleh dengan melakukan uji coba adalah :
a. Pertanyaan yang di anggap tidak relevan dapat dihilangkan.
b. Dapat diketahui apakah setiap pertanyaan atau pernyataan bisa dimengerti dengan
baik oleh reponden.
c. Apakah pertanyaan atau pernyataan perlu diubah.
d. Bisa diketahui reaksi reponden terhadap pertanyaan atau pernyataan sensitif,
sehingga perlu diubah atau tidak.
e. Dapat diketahui berapa lama pengisisan angket oleh responden.
D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ANGKET
Kelebihan dari angket adalah sebagai berikut:
1) Angket merupakan metode yang praktis karena dapat dipergunakan untuk
mengumpulkan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan
waktu yang singkat.
2) Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang dibutuhkan, antara lain
tidak memerlukan kehadiran konselor.
3) Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama.
4) Pada angket tertutup, memudahkan tabulasi hasil bagi konselor.
5)  Pada angket terbuka, responden mempunyai kebebasan untuk memberikan
keterangan.
6) Responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan.
7) Pengaruh subjektif dapat dihindarkan.
8) Pengisian angket dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak
malu-malu menjawab.
Kekurangan dari angket adalah sebagai berikut :
a) Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang
terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi untuk diberikan kembali kepada
reponden.
b) Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban
yang   tepat.
c) Penggunaannya terbatas hanya pada responden yang bisa membaca dan menulis.
d) Pertanyaan atau pernyataan dalam angket dapat saja ditafsirkan salah oleh
responden.
e) Sulit mendapatkan jaminan bahawa semua responden akan mengembalikan angket
yang diberikan.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi guna membuat kuesioner yang baik adalah
1) Pertanyaan dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak ambigu atau multitafsir.
2) Pertanyaan berkaitan dengan masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian, dan
menggunakan bahasa baku yang mudah dipahami.
3) Banyak membaca jurnal yang berjudul tentang penelitian-penelitian dengan metode
pengumpulan data menggunakan kuesioner.
4) Guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal tidak ada salahnya sebagai peneliti
yang memberikan kuesioner kepada responden memilih waktu yang tepat, dan
usahakan jangan sampai menggangu pihak responden.
E. PENGADMINISTRASIAN DAN TEKNIK PENGOLAHAN
Pengadministrasian penggunaan angket dalam bimbingan dan konseling,
memiliki beberapa tahapan yang perlu dilakukan agar hasil asesmen mendapatkan data
dengan tingkat akurasi baik. Tahapan yang harus dilakukan meliputi persiapan,
pelaksanaan, dan pengolahan serta analisis hasil.
1) Persiapan
a. Menentukan kelompok responden yang akan diukur, apakah peserta didik, orang
tua, atau masyarakat umum.
b. Mempersiapkan angket sesuai tujuan.
c. Membuat satuan layanan assesmen.
2) Pelaksanaan
a. Memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data).
b. Membagikan angket.
c. Menjelaskan kapan waktu pengisian angket, apakah saat itu juga atau dapat diisi
di rumah.
d. Mengumpulkan kembali angket setelah selesai diisi.
3) Pengolahan dan analisis hasil
a. Memeriksa kelengkapan hasil angket.
b. Membuat tabulasi hasil dan melakukan analisis.

KEPUSTAKAAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.


Dewa Ketut Sukardi. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya. Usaha
Nasional.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.
Walgito, Bimo. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM.

Anda mungkin juga menyukai