Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Angket atau Kuisioner

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemahaman Individu
Teknik Non Tes yang diampu oleh : Sapto Irawan, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Helmi Irfan (132018028)

Aricha Fuad (132018037)

Klaretha Mega V (132018058)

Marini Siahaan (132018801)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2019
KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa  atas Rahmat dan
Karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami selaku tim penulis menyadari
bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan  beberapa pihak untuk dapat
menyelesaikannya,
    Dan selaku tim penulis, kami menyadari bahwa dalam proses penulisan  makalah ini
masih banyak kekurangan  baik dari materi maupun bentuk penulisan. Namun, demikian kami telah
berupaya  dengan segala kemampuan  dan pengetahuan yang dimiliki  semoga dapat terselesaikan
dengan baik. Dengan segala kerendahan hati dan dengan pikiran yang terbuka, kami terbuka dalam
menerima  saran dan usul guna menyempurnakan makalah ini
Dengan demikian kami selaku tim penulis  berharap semoga makalah ini  dapat
bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Salatiga

Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang masalah
            Manusia merupakan makhluk yang kompleks, dan kekompleksitasan manusia itu tidak
memiliki bandingan. Manusia adalah makhluk yang lebih rumit dari makhluk apapun yang dapat
dijumpai, dan jika diibaratkan sebagai mesin, jauh lebih rumit dari mesin apapun yang dapat
dirakit/ diciptakan. Sehingga karena keunikannya itu manusia juga sulit dipahami. Dengan keadaan
ini maka sangat diperlukan mengumpulkan informasi dari setiap individu baik dalam melakukan
penelitian atau untuk membantu mengambil keputusan di masa yang akan datang.

            Dalam mengumpulkan informasi, terdapat beberapa instrumen, yakni Angket atau yang
biasanya disebut kuesioner, wawancara, sosiometri, observasi atau lembar pengamatan, skala
penilaian, dan dokumentasi. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu instrumen
tersebut yaitu angket, dimana angket itu sendiri sudah banyak di buat dan digunakan dalam  proses
pengumpulan data.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar angket?

2. Apa macam/ jenis angket serta contohnya?

3. Bagaimana cara mengembangkan angket?

4. Apa kelebihan dan kelemahan angket?

C.     Tujuan Rumusan Masalah


Dalam Bimbingan dan Konseling sangatlah perlu dalam mengumpulkan informasi karena
selain tugas utama dari Bimbingan dan Konseling itu sendiri adalah memberikan layanan
informasi, informasi yang dibutuhkan juga diperlukan dalam rangka memudahkan pengambilan
keputusan suatu masalah di masa yang akan datang. Angket adalah satu dari sekian banyak
instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan informasi, selain mudah, instrumen ini juga
efektif karena waktu yang dipergunakan dapat kita tentukan sendiri.
1.      Untuk mengetahui konsep dasar angket
2.      Untuk mengetahui macam/ jenis angket serta contohnya
3.      Untuk mengetahui cara mengembangkan angket
4.      Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan angket
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Angket
Layanan Program Bimbingan dan Konseling membutuhkan informasi atau data yang
akurat, baik dalam hal perencanaan maupun evaluasi pelaksanaan program. Kegiatan pengumpulan
data tersebut sering kali dimaknai sebagai asesmen. Pengumpulan data ini khususnya mengenai
kondisi peserta didik, dan keberhasilan layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik.
Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling seyogyanya memahami tentang seluk beluk
asesmen.
Salah satu instrumen yang sering digunakan untuk mengumpukan data dalam kegiatan
pengumpulan data peserta didik adalah angket. Beberapa pengertian angket menurut para ahli :
1.   Ws wingkel(1987); Angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang
harus  dijawab secara tertulis juga.
2.   L .Djumhur (1985); Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan  dengan
mengadakan komunikasi dengan naraumber data.
3.   Dewa Ketut Sukardi (1983); Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
tidak memerlukan kedatangan langsung dari sumber data.
4.   Depdikbud (1975); Angket adalah suatu alat pengumpul data berupa serangkaian pertanyaan
yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban.
5.   Sutoyo Anwar (2009); Angket atau kuisioner  merupakan sejumlah pertanyaan atau pernyataan
tertulis tentang data fakyual atau opini yang berkaitan dengan diri responden,yang  dianggap
fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.
6.   Gantina komalasari,dkk (2011); Angket sebagai suatu alat pengumpul data dalam assessment
non tes,berupa serangkaian yang diajukan kepada responden (peserta didik,orang tua atau
masyarakat).
7.   Komalasari (2011); Angket juga dikenal dengan sebuah kuisioner,alat ini secara besar terdiri
dari tiga bagian yaitu:judul angket.pengantar yang berisi tujuan,atau petunjuk pengisian
angket,dan item-item pertanyaan yang berisi opini atau pendapat dan fakta.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan Angket merupakan salah satu alat pengumpul
data nontes, yang berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan yang diajukan pada responden
(peserta didik, orang tua atau masyarakat).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep dasar dari angket adalah serangkaian
pertanyaan yang dapat mengungkapkan data diri atau keadaan individu.
Secara umum angket memiliki tujuan untuk menghimpun sejumlah informasi yang terkait
dengan peserta didik, yang dibutuhkan untuk keperluan rencana maupun evaluasi kegiatan
bimbingan dan konseling. Sehingga data yang diperoleh dari angket secara khusus berfungsi untuk:
1. Mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan program
2. Untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain
3. Evaluasi program BK
4. Untuk mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.
Kuesioner sebagai alat evaluasi sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua
peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data yang berhasil diperoleh melalui
kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang
menyangkut diri peserta didik.
Beberapa manfaat dari Angket, yaitu :
1. Menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah ditemukan oleh para peneliti terdahulu.
2. Mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti.
3. Memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih.
4. Memanfaatkan data sekunder.
5. Menghindari duplikasi penelitian.

B. Macam / Jenis-jenis Angket


Angket memiliki wujud berupa daftar pertanyaan secara tertulis dan dijawab oleh
responden secara tertulis juga. Angket dapat digolongkan dalam beberapa macam sesuai dengan
aspek atau tinjauan penggolongannya. Yaitu :
1. Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan; dapat dibagi menjadi :
a. Angket terbuka (open questionaire),
    Merupakan bentuk angket yang  pertanyaan atau pernyataannya memberi kebebasan pada
reponden  untuk memberikan  jawaban dan pendapatnya sasuai  dengan  keinginan mereka.
Contoh :
 Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari dirumah? Jelaskan Alasannya!
 Berapa lama biasanya anda belajar dirumah?
 Apakah waktu tersebut anda rasa cukup? Mengapa?
b. Angket tertutup (closed questionaire),
    Adalah angket yang pertanyaan  atau pernyataannya tidak memberi kebebasan pada responden
untuk menjawabnya sesuai pendapat atau keinginan mereka.
Contoh :
 Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari dirumah?
A. Ya  B. Tidak
 Berapa lama biasanya anda belajar dirumah?
A. 1 jam   B. 2 jam  C. 3jam
 Apakah waktu tersebut anda rasa cukup?
A. Ya  B. Tidak
c.   Angket semi terbuka (semi open questionaire),
     Yaitu bentuk angket yang  pertanyaan atau pernyataannya berbentuk tertutup, tetapi
diikuti  pertanyaan terbuka.
Contoh :
 Apakah anda memiliki kebiasaan belajar setiap hari dirumah?
A. Ya  B. Tidak
Jika Ya maupun Tidak, Berikanlah Alasan Anda
.................................................................................................
 Berapa lama biasanya anda belajar dirumah?
A. 1 jam   B. 2 jam  C. 3jam
Berikanlah jawaban lain jika ada
.................................................................................................
 Apakah waktu tersebut anda rasa cukup?
A. Ya  B. Tidak
Mengapa?
.............................................................................................

2. Dilihat berdasarkan sumber datanya, angket dibagi menjadi :


a. Angket langsung,
Yaitu angket yang diberikan kepada responden/ subjek yang ingin diselidiki, dan responden
sendiri mengisi secara langsung daftar pertanyaan angket. Angket ini hanya dapat diberikan
kepada responden yang pandai membaca dan menulis. Dengan kata lain jawaban diperoleh dari
sumber  pertama tanpa menggunakan perantara.
b. Angket tidak langsung,
Yaitu angket yang pengisiannya bukan diisi oleh pihak yang responden tetapi pihak lain yang
mengenal responden. Dengan kata lain, jawaban  tersebut diperoleh melalui perantara, sehingga
jawabannya tidak dari  sumber pertama.
3. Dilihat dari strukturnya, angket dapat dibedakan menjadi :
a. Angket berstruktur,
Yaitu angket yang bersifat tegas, konkret dengan  pertanyaan atau pernyataan yang terbatas dan
menghendaki jawaban yang tegas dan terbatas pula.
Contoh : Apakah Saudara mengenal tersangka pembunuhan?

b. Angket tidak berstruktur,


Yaitu angket yang dipergunakan apabila konselor menginginkan  uraian lengkap dari subjek
tentang suatu hal, dimana diminta uraian  yang terbuka dan panjang lebar. Disampaikan dengan
mengajukan  pertanyaan bebas.
Contoh : Bagaimana pendapat saudara terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh Si A?

C. Cara Mengembangkan Instrumen Angket


Angket merupakan salah satu jenis instrumen penelitian yang memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan jenis instrumen lainnya. Selain mudah digunakan, angket juga
tidak banyak memakan waktu saat digunakan. Angket membuat responden penelitian merasa bebas
dalam memberikan data tanpa diketahui identitasnya oleh peneliti, sehingga data yang diberikan
lebih akurat. Selain itu, hasil analisis angket juga dapat diolah dengan cepat dengan metode
statistik.
Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah
pengembangan instrumen, yaitu: 1). Mendefinisikan variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam
indikator yang lebih rinci; 3). Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5). Menganalisis
kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability).
Pendapat Suryabrata menyatakan bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur
khususnya atribut non-kognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi alat ukur; 2). Penulisan
pernyataan atau pertanyaan; 3). Penelaahan pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan instrumen
(untuk keperluan uji-coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan
instrumen; 8). Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma.
Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan
pengembangan instrumen yaitu:
 Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk
variabel
 Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel
 Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor
butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator
 Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu
kutub ke kutub lain yang berlawanan
 Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya butir
instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan
positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif
 Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik
 Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang
menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran
dimensi dan butir sebagai jabaran indikator
 Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis
 Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen
secara terbatas untuk keperluan uji coba
 Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses
validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang
mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah
data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari
instrumen yang dikembangkan
 Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
internal maupun kriteria eksternal
 Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan    butir yang tidak valid
 Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak  valid dikeluarkan
atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.
 Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas
instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen
 Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final

Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah


penyusunan performance assessment yaitu :
 Merumuskan definisi konseptual dan operasional
Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah
merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang
dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan
sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari
variabel yang akan diukur.
 Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan
Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel
spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan.
Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap
pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang
akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.
 Penelaahan pernyataan
Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses
validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.
Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar
atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang
tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan
seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator.
Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka
dilakukan validasi empirik melaui uji coba.
 Uji coba
Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut,
instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai
karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon
dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas
empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.
 Analisis
Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien
validitas butir dan reliabilitas instrumen.
 Revisi Instrumen
Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid atau
memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung
kembali validitas dan reliabilitasnya.
 Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus
diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen
tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas
dan reliabilitas instrumen.
D. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Setiap metode pengumpulan data pastinya memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-
masing. Contoh jika menggunakan metode wawancara kelebihannya: metode yang paling efektif
untuk mengungkap kepribadian asli dari konseli karena dengan metode wawancara dilakukan
dengan bertatap wajah secara langsung.
            Kekurangan dari metode wawancara adalah kurang efisien karena tidak hemat waktu dan
dibutuhkan kesediaan dari narasumber yang akan diwawancara. Sekarang mari bahas kelebihan dan
kekurangan angket berikut penjelasannya.
1.      Kelebihan angket
a.       Angket merupakan metode yang praktis karena dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data
kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat.
b.      Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang dibutuhkan, antara lain tidak
memerlukan kehadiran konselor.
c.       Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama.
d.      Pada angket tertutup, memudahkan tabulasi hasil bagi konselor.
e.       Pada angket terbuka, responden mempunyai kebebasan untuk memberikan keterangan.
f.       Responden mempunyai waktu cukup untuk menjawab pertanyaan.
g.      Pengaruh subjektif dapat dihindarkan.
h.      Pengisian angket dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu
menjawab.
2.             Kelemahan Angket
 Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak
terjawab, padahal sukar di ulang untuk diberikan kembali kepadanya.
 Sering sukar dicari validitasnya.
 Walapun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang
tidak betul atau tidak jujur.
 Sering tidak kembali, tertutama jika di kirim lewat pos. Menurut penelitian, angket yang
dikirim lewat pos tingkat kembalinya sangat rendah, hanya sekitar 20% (Aderson)
 Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama
sehingga terlambat.
BAB III
PENUTUP
Instrumen angket merupakan beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian yang
digunakan untuk mengetahui tanggapan responden terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
Instrumen angket lebih kepada pertanyaan yang harus dijawab oleh responden dalam
bentuk tertulis, diantaranya berupa angket terbuka yang berupa pertanyaan sederhana dan
jawabannya diserahkan kepada responden sesuai keadaan dan kenyataan responden. Selain itu
angket tertutup, dimana peneliti telah menyiapkan pertanyaan dan alternatif-alternatif jawaban
sehingga responden tinggal memilih dari beberapa alternatif jawaban tersebut.
Prinsip dan penyusunan  angket pada dasarnya ada lima saja yaitu; bagian pengantar, tata
urutan pertanyaan, bentuk pertanyaan, prinsip pengukuran serta penampilan fisik angket.
Sedangkan mengenai kelebihan dan kelemahan angket dapat didasarka pada waktu yang terpakai,
data yang didapat serta pengolahan datanya. Dalam penyusunan pengembangan instrumen angket,
kita harus memperhatikan berbagai aspek, yaitu aspek skala pengukuran, bentuk angket/ kuisioner
dan validitas serta realibilitas angket itu sendiri.
Sebaiknya dalam pengunaan angket sang pembuat angket melakukan uji coba terlebih
dahulu agar hasil yang di inginkan dapat maksimal. Terlebih lagi sang pembuat angket juga harus
memperhatikan tempat dimana akan melakukan pengumpulan informasi dengan menggunakan
angket, dan tidak kalah pentingnya, para responden juga harus diperhatikan, jangan sampai
memilih responden yang terlihat main-main dalam pengisian angket yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Soesilo, Tritjahyo Danny; Drs. Sumardjono, Asesmen Non-Tes Dalam Bimbingan dan
Konseling, Salatiga : UKSW, 2014

Drs. Rahardjo, Soesilo; Gudnanto, Pemahaman Individu Teknik Non Tes, Jakarta : Prenadamedia
Group, 2016

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,Jakarta: Alfabeta, 2009

Anda mungkin juga menyukai